perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka 1. Faktor Sosial Ekonomi a. Penghasilan Pendapatan adalah merupakan hasil atau upah yang diterima dari hasil bekerja. Jumlah dari pendapatan akan mempengaruhi banyak sektor terutama gaya hidup. Memiliki pendapatan lebih cenderung membuat manusia memiliki gaya hidup yang hedonisme dan konsumtif (Indrawati, 2009). Indonesia merupakan negara salah satu negara berpenghasilan menengah. Pada tahun 2007 penghasilan perkapita Indonesia adalah sekitar 1.250.000 per bulan (GNP, 2007). Angka ini masih belum bisa mendapatkan patokan secara umum disebabkan tidak meratanya distribusi pada setiap daerah. Data terbaru BPS pada bulan Maret 2012 menyatakan garis kemiskinan masyarakat Jawa Tengah berdasarkan pendapatan minimal adalah 233.769 rupiah. Sedangkan untuk persentase garis kemiskinan pada masyarakat yang tinggal di kota memiliki perbedaan yang cukup tinggi. Masyarakat yang tinggal di kota memiliki persentase 13,11% dan masyarakat yang tinggal di desa 16,55%. Klasifikasi terakhir yang dapat dilihat yaitu pernyataan Gubernur Jawa tengah bahwa upah minimum commit to user 4
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 5
karyawan (UMK) rerata tahun 2013 sebesar Rp914.725,68 dan kebutuhan hidup layak rerata sebesar Rp 940.239,00 (Pemprov Jateng, 2013). Perbedaan status ekonomi dapat menimbulkan kesenjangan yang cukup bermakna, terutama konsumsi makanan setiap harinya yang dapat mempengaruhi status gizi setiap individu. b. Status Gizi 1) Definisi Status gizi berhubungan dengan keadaan kondisi tubuh yang dilihat dari jumlah makanan dan konsumsi gizi di dalam tubuh. Status gizi yang normal dapat dilihatnya ada keseimbangan antara jumlah energi yang masuk ke dalam tubuh dengan jumlah energi yang dipakai dalam aktivitas sehari-hari (Almatsier, 2005). 2) Indeks Massa Tubuh Penilaian status gizi dilakukan dengan menggunakan Indeks Massa Tubuh (IMT). Indeks massa tubuh merupakan suatu besaran angka yang dapat dihitung dari berat dan tinggi badan. Metode ini merupakan salah satu metode yang sangat murah, mudah dan cepat dan spesifitas indeks massa tubuh terhadap berat lemak tubuh dapat dipertanggung jawabkan. Penelitian mengatakan bahwa indeks massa tubuh berkorelasi dengan jumlah
tumpukan lemak dalam
tubuh (CDC, 2013). Penelitian tersebut juga didukung oleh Prentice commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 6
(2011),
menyatakan
terdapat
adanya
hubungan
yang
kuat
kegemukan tubuh dengan meningkatnya indeks massa tubuh. Pengukuran indeks massa tubuh dilakukan dengan cara berat badan dalam satuan kilogram akan dibagi dengan kuadrat tinggi badan dalam satuan meter (Gibson, 2005). Hasilnya akan diklasifikasikan sesuai dengan angka. Indeks massa tubuh : Berat Badan (kg) (Tinggi badan)2 (m) Tabel 1. Indeks Massa Tubuh (CDC, 2013) Klasifikasi
Kategori indeks massa tubuh
Berat Badan Kurang
<18.5
Berat badan Ideal
18.5-24.9
Berat badan berlebih
25.0-29.9
Obesitas
>30
c. Kolagen 1) Definisi Suatu material yang mempunyai bentuk dan struktur yang menyerupai serat (Katili,2009). Komponen utama terdiri dari jaringan pengikat dimana membentuk sekitar 25% dari protein mamalia (Murray dan Keeley, 2006).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 7
2) Struktur Kolagen a) Memiliki struktur tripel heliks. Dalam struktur sekunder akan terlihat tiga rantai yang bergabung dan membentuk kesatuan tripel heliks. b) Kerangka kovalen terdiri dari rantai-rantai protein individual dengan bobot molekul sebesar 100.000 tiap masing-masing. c) Gambaran residu paling banyak adalah glisin. Terdiri dari tiga puluh tiga persen residu asam amino total yang ada. Selain itu juga terdapat prolin 12% dan juga terdapat asam amino lainnya. 3) Fungsi kolagen Kolagen memiliki fungsi dan peranan yang cukup vital dalam menentukan sifat fisik suatu jaringan tertentu (Murray dan Keeley, 2006). 4) Klasifikasi kolagen Kolagen memiliki tipe dan fungsi yang berbeda pada setiap jaringan pada tubuh manusia. Murray dan Keeley (2006) mengatakan bahwa dalam tubuh manusia terdapat paling sedikit 25 tipe kolagen yang berbeda yang terdiri lebih dari 30 rantai polipeptida yang berbeda. Tipe kolagen yang berbeda memiliki fungsi dan tempat yang berbeda. Fawcet (2002) membagi tipe kolagen menjadi 12 tipe sebagai berikut:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 8
a) Kolagen tipe I terdapat
di dermis, tulang, tendo, dan dalam
simpai organ-organ. Memiliki serat yang fleksibel dan tahan terhadap regangan memiliki diameter 50 - 90nm. b) Kolagen tipe II terdapat pada tulang rawan hialin, nukleus pulposus dari diskus invertebralis dan dalam korpus vitrea mata. c) Kolagen tipe III
banyak terdapat di jaringan ikat longgar,
dinding pembuluh darah stroma berbagai kelenjar dan di limpa ginjal dan uterus. d) Kolagen tipe IV bentuk khusus yang terbatas pada lamina basal epitel. e) Kolagen tipe V tersebar luas dalam tubuh namun jumlahnya sangat kecil. Terutama terletak pada lamina ekterna otot polos dan rangka lamina basal epitel namun tidak termasuk dalam bagian struktur itu. f) Kolagen tipe VI terdapat dalam jumlah kecil, dalam ginjal, hati, dan uterus, kolagen tipe VI hanya kurang dari 0,5% dari kolagen total, namun dalam kornea mata merupakan hampir 25% dari kolagen total. Peran strukturalnya masih belum jelas. g) Kolagen tipe VII berhubungan dengan lamina basal epitel, namun paling banyak pada batas dermis dan epidermis kulit. h) Kolagen tipe VIII berhubungan dengan produk sekresi sel endotel sebagai In Vitro dan dapat disebut sebagai kolagen endotelial.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 9
i) Kolagen tipe IX terutama dapat ditemukan di tulang rawan. Memiliki struktur yang berbeda dengan kolagen berfibril lainnya dan tidak membentuk agregat supramolekuler. j) Kolagen tipe X terdapat pada tulang rawan dan ditemukan dalam matriks tepat mengelilingi kondrosit hipertrofik yang terlibat dalam pembentukan tulang endokondral. Kolagen ini diduga berperan dalam mengawali kalsifikasi dari matriks. k) Kolagen tipe XI berhubungan dengan kolagen tipe II dalam tulang rawan. Fungsinya masih belum diketahui. l) Kolagen tipe XII memiliki sedikit persamaan sifat dengan kolagen tipe IX, namun sedikit sekali yang diketahui tentang lokasi dalam jaringan atau fungsinya. Tabel 2. Klasifikasi Kolagen (Murray dan Keeley,2006) Struktur yang dibentuk
Tipe kolagen
Pembentuk fibril
I,II,III,V dan XI
Mirip jaring
IV,VII,X
FACIT2
IX,XII,XIV,XVI
Filamen bermanik-manik
VI
Anchoring fibril
VII
Domain transmembran
XIII,XVII
Lain-lain
XV, XVIII
Kolagen tipe IV merupakan contoh kolagen yang memiliki struktur diskontinyu yang paling dikenal sebagai pembentuk membran basal.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 10
5) Penyakit genetik yang disebabkan kelainan dari kolagen Sindrom Alport adalah kelainan yang mengenai struktur kolagen tipe IV. Menimbulkan kelainan klinis seperti hematuria dan akhirnya bisa menyebabkan terjadinya gagal ginjal. Kolagen tipe ini merupakan kolagen utama pada membran basal di glomerulus ginjal. Ehler Danlos Syndrome disebabkan kelainan pada sintesis kolagen. Memilki
manifestasi
klinis
fragilitas
abnormal
jaringan,
hiperekstenibilitas kulit dan peningkatan mobilitas sendi (Murray dan Keeley,2006). Kelainan yang mengenai pada kolagen tipe VII akan menyebabkan penyakit epidermolisis bulosa. Kulit akan tampak seperti melepuh. Kelainan pada kolagen tipe VI akan menyebabkan hipermobilitas sendi yang mencolok dan kecenderungan dapat terjadinya ruptur organ okular (Murray dan Keeley, 2006). Payal (2007) menunjukkan bahwa wanita yang mengalami sindrom tersebut memiliki angka prevalensi yang cukup besar terjadinya kasus prolapsus uteri. Prolapsus uteri juga disebabkan adanya defek pada kolagen tipe III. Liapis (2001) mengatakan terjadinya penurunan yang cukup signifikan pada kadar kolagen wanita normal dengan wanita yang mengalami prolapsus uteri. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 11
d. Riwayat Pekerjaan 1) Definisi pekerjaan Pekerjaan merupakan sarana untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia. Dengan adanya sarana pekerjaan, manusia bisa mendapatkan uang yang berguna untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-harinya. 2) Beban kerja Dalam setiap pekerjaan mempunyai beban kerja yang berbedabeda sesuai dengan jenis pekerjaan yang ada. Dari sudut pandang ergonomi setiap beban kerja yang diterima tentunya harus seimbang. Seimbang yang dimaksud adalah seimbang dalam kemampuan fisik, kemampuan kognitif dan kesanggupan manusia dalam menerima pekerjaan tersebut (Soleman, 2011). 3) Faktor-faktor yang mempengaruhi beban kerja Beban kerja oleh faktor eksternal merupakan beban kerja yang diterima dan diperoleh oleh pekerja berasal dari eksternal pekerja itu sendiri. Meliputi lingkungan kerja, organisasi kerja dan tugas itu sendiri. Sedangkan beban kerja internal merupakan beban kerja yang diperoleh dari dalam tubuh sendiri meliputi faktor somatis (jenis kelamin, umur, ukuran
tubuh) dan
faktor psikis
(motivasi,
kepercayaan, keinginan dan kepuasan) (Soleman, 2011). 4) Klasifikasi Suma’mur (1989) mengklasifikasikan beban angkatan menurut keadaan tenaga kerja.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 12
Tabel 3. Beban Angkatan Menurut Keadaan Tenaga Kerja Frekuensi
Dewasa
Tenaga kerja Muda
pengangkatan
Laki-laki(kg)
Perempuan (kg)
Laki-Laki(kg)
Perempuan(kg)
Sekali-sekali
40
15
15
10-12
Terus-menerus
15-18
10
10-15
6-9
Beban kerja yang berat dapat menimbulkan komplikasi di antaranya adalah prolapsus uteri. dilakukan secara berulang
Pekerjaan intensitas berat yang
dapat menyebabkan peningkatan pada
tekanan intraabdominal sehingga berat yang diterima oleh organ abdomen menjadi meningkat. Proses tersebut secara bertahap dapat menyebabkan kerusakan pada struktur dasar panggul (DeLancey, 1993).
Penelitian
yang
dilakukan
oleh
mengklasifikasikan pekerjaan intensitas berat
Luckaz
(2006)
dengan mengangkat
berat benda 9 kilogram setiap hari selama kurang lebih 1 tahun (Luckaz, 2006). 2. Prolapsus Uteri a. Definisi “Prolapsus adalah jatuh atau tenggelamnya suatu bagian atau viskus”. Apabila definisi disatukan,prolapsusuteri bermakna jatuhnya rahim hingga keluar atau menonjol ke dalam vagina. Penurunan dapat terjadi hingga ke orificium vagina sesuai dengan derajat keparahan prolapsus (Wiknjosastro, 2005).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 13
b. Anatomi Uterus atau rahim merupakan salah satu organ reproduksi dari wanita. Letak dari uterus berada pada anterior rectum dan pada bagian posterior dari vesika urinaria.Uterus pada wanita yang belum pernah hamil memiliki ukuran panjang 7-7,5 cm, lebar 2,5 cm, dan tebal 2,5 cm (Winkjosastro, 2008). 1) Uterus memiliki 2 bagian besar: a) Korpus uteri: merupakan uterus 2/3 bagian superior. Terdiri atas fundus uteri, kavum uteri yang membuka ke luar melalui kanalis servikalis, dan istmus uteri merupakan bagian antara korpus dan serviks. b) Serviks uteri: merupakan 1/3 bagian inferouterus
yang lebih
sempit, berbentuk seperti tabung, dan posisinya dekat dengan vagina. Bagian bawah serviks yang terletak di vagina adalah dinamakan portio uteri (pars vaginalis servisiksis uteri). Perbandingan antara panjang korpus uteri dengan panjang serviks uteri berbeda sesuai dengan usia pertumbuhan. Pada bayi memiliki perbandingan 1:2, sedangkan pada wanita dewasa adalah 2:1 (Wiknjosastro, 2008). DeLancey (1993) membagi struktur dasar yang menyokong organ pelvis:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 14
a) Fascia endopevlica Ditemukan pada setiap sisi uterus, vagina dan sekitar dinding pelvis. Fascia ini memiliki bentukan yang khas seperti lembaran kontinyu yang mirip dengan mesenterium. Bagian fascia yang melekat pada uterus disebut dengan parametrium, sedangkan fascia melekat pada vagina adalah paracolpium. Jaringan penyokong dari pelvis terdiri dari pembuluh darah, saraf dan jaringan fibrosa. Defek
pada
muskulus
pubocervical
dan
fascia
rectovaginalis dapat menyebabkan sistokel dan rektokel. Defek pada jarigan suspensorium pada paracolpium dan parametriun dapat menyebabkan prolapsus pada uterus dan vagina. b) Muskulus levator ani Peran terpenting dari muskulus ini adalah sebagai penopang dari organ pelvis. Muskulus ini terdiri dari 2 bagian yakni muskulus iliococygeus dan muskulus pubovisceral. Muskulus iliococygeus muncul pada sepanjang dinding pelvis (arkus tendineus pada muskulus levator ani) dan membentuk bagian atau lembaran horizontal yang dapat mencakup pembukaan panggul dan suatu tempat dimana organ dapat beristirahat. Muskulus pubovisceral merupakan muskulus tebal yang memiliki bentuk seperti huruf U. Membentang dari garis tengah tengah os pubis sampai menunju ke bagian belakang dari rektum commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 15
berbentuk mirip dengan selempang. Memiliki 2 bagian yakni muskulus puborectalis dan muskulus pubococygeus. Muskulus
pubococygeus
merupakan
muskulus
yang
menghubungkan dua struktur pada bagian belakang korpus ossis pubis dan bagian belakang os coccygeus. Melekat pada arkus tendineus dari muskulus levator ani. Muskulus puborectalis melewati bagian samping vagina dan melekat pada dinding lateral dari vagina. Muskulus ini berjalan sepanjang bagian dorsal rektum dimana terdapat jaringan fibrosa di antara spincter interna dan eksterna. Muskulus Levator ani memiliki fungsi sebagai berikut: 1)) Menjaga hiatus urogenital tetap tertutup 2)) Menjaga kontraksi dari spincter eksterna dari anus 3)) Menutup lumen vagina pada waktu bersamaan dengan menutupnya spincter anal menutup anus. c) Diafragma urogenital dan muskulus genital eksterna Diafragma
urogenital
bersama
dengan
muskulus
bulbocavernosus memiliki peranan yang penting untuk mendukung letak organ pelvis. Muskulus tersebut memeliki ukuran yang sangat kecil bila dibandingkan dengan muskulus levator ani ,hanya memiliki perbandingan 1 dibanding 100. Ukuran dari muskulus tersebut menyebabkan fungsi penyokong terhadap uterus dan vagina tidak sebesar muskulus levator ani. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 16
d) Macam-macam posisi uterus: 1)) Fleksi: sudut di antara serviks uteri dan korpus uteri Menghadap anterior: Antefleksio Menghadap posterior: Retroversio 2)) Versio: sudut di antara vagina dan serviks uteri Menghadap anterior: Anteversio Menghadap posterior: Retroversio e) Ligamentum yang menyokong uterus: 1)) Ligamentum rotundum : merupakan terdiri dari sekumpulan otot polos memiliki fungsi sebagai fiksator uterus dan mempertahankan uterus tetap pada posisi antefleksi. 2)) Ligamentum latum uteri:ligamentum yang berjalan dari uterus ke arah lateral dan tidak banyak mengandung jaringan ikat. Sebetulnya ligamentum ini adalah bagian peritoneum visceral yang meliputi uterus dan kedua tubadan berbentuk sebagai lipatan. Di bagian lateral dan belakang ligamentum ini ditemukan indung telur (ovarium sinistrum dan dekstrum). Untuk memfiksasi uterus ligamentum ini tidak banyak artinya. 3)) Ligamentum
sacro
uterine/ligamentum
recto
uterinum:
ligamentum yang juga menahan uterus supaya tidak banyak bergerak, berjalan melengkung dari bagian belakang serviks kiri dan kanan melalui dinding rektum ke arah os sacrum kiri commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 17
dan kanan. Dapat teraba selama pemeriksaan rektum (Moore,2006). 4)) Ligamentum kardinale : Ligamentum terbentang dari servik bagian lateral sampai ke dinding panggul. Bekerja dengan ligamentum sacrouterine untuk mempertahankan uterus agar tetap dalam letak dan posisinya di atas muskulus levator ani ( Junizaf, 2002). f) Vaskularisasi dan Inervasi 1)) Vaskularisasi Suplai darah uterus sebagian besar berasal dari arteri uterina, dengan suplai kolateral lain yaitu arteri ovarika. Vena uterina memasuki ligamen luas bersama dengan arteri dan membentuk pleksus vena uterina pada tiap sisi serviks. Vena dari pleksus uterina mengalirkan darah menuju ke vena iliaka internal (Moore, 2006). 2)) Inervasi Simpatis
: Pleksus uterovaginalis
Parasimpatis
: Nervi Splanhinici pelvici
c. Patofisiologi Prolapsus Uteri Muskulus yang sangat berpengaruh terjadinya prolapsus adalah muskulus levator ani. Wahyudi (2007) mengatakan muskulus tersebut memiliki fungsi menjaga otot menegang supaya hiatus urogenital tetap tertutup dan dapat menjalankan fungsinya sebagai penyokong. Apabila commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 18
tegangannya hilang maka tidak dapat menjaga hiatus urogenital tetap tertutup dan dapat mengakibatkan terjadinya prolapsus. d. Etiologi 1) Kerusakan pada muskulus levator ani Pada umumnya kerusakan muskulus ini terjadi dengan 2 cara. Pertama dapat melalui cedera langsung pada muskulus yang dapat menyebabkan gangguan mekanik pada seluruh otot. Kedua kerusakan pada nervus yang mempersarafi otot sehingga menyebabkan ketidakmampuan untuk berkontraksi. Meskipun bentuk muskulus masih tetap utuh (DeLancey, 1993). 2) Kerusakan pada jaringan ikat DeLancey (1993) mendapatkan bahwa kerusakan yang sering terjadi pada jaringan ikat
lebih disebabkan ruptur daripada
merenggangnya jaringan ikat. Kegagalan pada jaringan ikat ini sendiri juga dapat disebabkan oleh tidak mampunya jaringan ikat dalam melakukan regenerasi. 3) Kelemahan ligamentun penyangga uterus Terdapat suatu kenyataan kelemahan dari ligamentum dan muskulus penyokong organ pelvis dapat menyebabkan terjadinya prolapsus. Jika terjadi kerusakan pada muskulus maka ligamentum mendapatkan beban yang lebih berat pada umumnya. Ketika hal ini terjadi pada wanita yang memiliki ligamentum lemah maka dapat terjadi prolapsus.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 19
4) Membawa muatan yang berlebihan Prolapsus dapat terjadi pada sebagian wanita yang memiliki riwayat mengangkat beban berlebih. Mengangkat beban
berlebih
dapat menyebabkan terjadinya herniasi organ abdomen. Hal tersebut dapat
menyebabkan
terjadinya
peningkatan
pada
tekanan
intraabdomen dan menimbulkan prolapsus uteri (DeLancey, 1993). e. Faktor Risiko Penyebab dari prolapsus uteri adalah multifaktorial. Banyak faktor dapat mempengaruhi seperti umur tua, konstipasi dan kesusahan defekasi yang kronis, paritas (terutama multiparitas), kelemahan dari fungsi otot pelvis, pekerjaan yang membutuhkan mengangkat berat, abnormalitas dari kolagen, obesitas, operasi prolapsus yang sebelumnya, dan
ada kemungkinan
disebabkan
juga oleh menopause serta
berkurangnya hormon estrogen (Mouritsen, 2005). f. FrekuensiProlapsus Uteri Prolapsus uteri memiliki angka frekuensi yang berbeda dan berlainan di setiap negara. Laporan terakhir di klinik d Gynecologie et Obstetrique Geneva Insidennya 5,7%, Hamburg 5,4%, Roma 6,4 % . Pada beberapa negara seperti Mesir, India, dan Jepang memiliki insidensi yang tinggi. Sedangkan untuk beberapa negara memiliki insidensi yang rendah, seperti orang Negro Amerika dan Indonesia (Wiknjosastro, 2005). commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 20
g. PengukuranProlapsus uteri
Gambar 1. Perbandingan Derajat Prolapsus Uteri (Mooritsen, 2006) Pengukuran derajat prolapsus uteri selalu mengalami perubahan dari waktu ke waktu. Sejak tahun 1996, digunakan metode pengukuran derajat prolapsus uteri dengan menggunakan metode Pelvic Organ Prolapse Quantification (POPQ). Bump (1996) mendeskripsikan sebagai 9 titik terpisah yang tiap titik diukur dengan menggunakan satuan centimeter. 1) Titik Aa dan BA terletak pada bagian anterior vagina. 2) Titik Ap dan Bp terletak pada bagian posterior vagina 3) Titik C terletak terletak pada serviks commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 21
4) Titik D terletak pada bagian forniks posterior atau bagian cavum douglasi 5) Titik Pb diukur dari batas posterior hiatus genitalis hingga titik tengah lubang anus 6) Titik Gh diukur dari pertengahan meatus urethra eksterna hingga titik yang terletak pada lubang anus. Derajat prolapsus berdasarkan sistem POPQ adalah: 1) Derajat 0:Tidak ada prolapsus (normal). 2) Derajat 1: Prolapsus organ bagian distal terletak >1cm di atas hymen. 3) Derajat 2: Prolapsus organ bagian distal terletak ≤1cm proximal dari hymen. 4) Derajat 3 : Prolapsus organ bagian distal berada >1cm di bawah hymen namun tidak menonjol melebihi panjang keseluruhan vagina. 5) Derajat 4: Eversi total organ prolapsus memenuhi seluruh panjang genitalia. Beberapa klasifikasi berdasarkan Friedman dan Little (1986) yaitu prolapsus uteri tingkat I, dimana serviks uteri turun sampai introitus vagina, Prolapsus tingkat II dimana serviks menonjol keluar dari introitus vagina , Prolapsus uteri tingkat III seluruh uterus keluar dari vagina atau dikenal dengan prosidensia uteri ( Junizaf, 2008). h. Gejala Prolapsus Uteri Evaluasi terhadap gejala prolapsus uteri tidak bisa berfokus pada gejala lokal namun juga gejala fungsional lainya yang meliputi pada commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 22
saluran kemih, kehidupan seksual serta efeknya pada kualitas hidup itu sendiri. Mouritsen (2005) mengatakan terdapat beberapa gejala lokal yang dapat muncul sebagai berikut: 1) Wanita dengan prolapsus akan mengalami masalah dalam berkemih, misalnya inkontinensia urin. 2) Penurunan dari kepuasan seksual,disebabkan oleh dispareunia karena vagina terasa sempit dan pendek. Selama berhubungan seksual dapat terjadinya inkontinensia urin. 3) Gangguan pada usus besar. Dilaporkan 10 - 30% pasien prolapsus mengalami inkontinensia feses cair. Gejala yang ditimbulkan berbeda-beda dan bersifat individual. Derajat prolapsus berat bisa menimbulkan keluhan yang berbeda dengan derajat prolapsus ringan. Junizaf (2008) mengklasifikasi gejala yang dapat muncul dari prolapsus uteri adalah : 1) Perasaan adanya benda menonjol di genitalia eksterna. 2) Sistokel dapat menyebabkan gejala : a) Miksi sering dan sedikit. Mula-mula pada siang hari kemudian lebih berat pada malam hari. b) Perasaan seperti kandung kencing penuh dan tidak dapat dikosongkan sepenuhnya. c) Stress incontinence tidak mampu menahan kencing terutama dalam kondisi tertentu. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 23
3) Rasa sakit di punggung dan panggul. Rasa sakit dapat berkurang terutama ketika sedang berbaring 4) Leukoria karena kongesti pembuluh darah di daerah serviks dan infeksi pada porsio uteri. Sebagian besar dari gejala prolapsus uteri tidak membutuhkan pengobatan, sehingga perlunya penjelasan kepada pasien akan rasa tidak nyaman ketika beraktivitas. Gejala yang sering timbul adalah perasaan adanya suatu benda di dalam vagina yang menjadikan vagina terasa penuh dan menonjol. Dari beberapa pasien ada yang mengatakan seperti merasakan duduk di telur (Berek, 2002). Penelitian selama kurun waktu 10 tahun menyatakan 88,6 % wanita mengalami kesulitan dalam mengangkat benda, 82% mengalami tidak nyaman dalam duduk, 79% mengalami kesulitan dalam berjalan, dan 65,5% mengalami kesulitan berdiri. Terdapat juga 55% mengalami sakit punggung (Bonetti, 2002). i. Komplikasi prolapsus uteri 1) Keratinisasi mukosa vagina dan porsio uteri. Prolapsus uteri derajat IV akan disertai dengan keluarnya dinding vagina (inversio). Sehingga lama-kelamaan mukosa pada vagina dan portio akan mengalami keratinisasi. 2) Ulkus dekubitus dapat terjadi ketika ujung dari serviks uteri yang keluar
tidak
dilakukan
penanganan
commit to user
cepat
sehingga
dapat
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 24
menyebabkan luka dan radang apabila dibiarkan dalam waktu yang lama. 3) Infeksi saluran kencing kondisi awal terdapatnya retensi urin sehingga dalam
kondisi
kronis
dapat
menyebabkan
infeksi
ascenden
menyebabkan gangguan seperti pielonefritis dan dapat menimbulkan gagal ginjal. 4) Inkarserasi usus halus terdapat kondisi ketika usus halus masuk ke dalam kondisi enterokel dan terjepit. Adanya kemungkinan tidak dapat reposisi lagi sehingga memerlukan penanganan lebih lanjut. 5) Kesulitan dalam partus : wanita prolapsus uteri hamil, akan kesulitan ketika partus terutama apabila pada waktu kala pembukaan (Junizaf, 2008). j. Penatalaksanaan Prolapsus Uteri 1) Teknik non operatif a) Pesarium vagina Merupakan suatu tindakan sementara
untuk menunggu
adanya bedah koreksi maupun sebagai penaganan apabila terdapat kontra indikasi dari operasi. Prinsip pemakaian adalah memberikan tekanan pada dinding vagina bagian atas. Sehingga uterus tidak turun dan dapat tertahan. Pessarium memiliki bentuk yang bermacam-macam dapat terbuat dari plastik, berbentuk seperti cap. Tidak bisa digunakan untuk penatalaksanaan jangka panjang, terutama wanita yang masih aktif pada kegiatan seksual (Junizaf commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 25
,2008) . Suatu pesarium pada posisi yang tepat seharusnya dapat mengelevasi serviks, memperluas dinding vagina dan mengurangi tekanan pada pelvis bagian bawah ( Duenholter, 1989). b) Latihan dasar pelvis Senam lantai pelvis ini dapat melatih otot pada panggul yang dapat mencegah prolapsus uteri menjadi lebih parah. Prinsip dasar adalah dengan menguatkan otot dasar panggul. Penelitian yang telah dilakukan pada wanita yang mengalami stadium 1 sampai 2 prolapsus uteri memberikan hasil positif dan terdapat perbaikan dari prolapsus (Hefni, 2011). c) Terapi hormonal Terapi hormonal berupa terapi estrogen dapat diberikan secara oral. Tujuannya untuk mencegah
kelemahan otot dan
jarigan ikat yang mendukung pelvis. Pemberian terapi ini terutama untuk kasus prolapsus yang diakibatkan oleh menopause (NHS ,2013). 2) Teknik operatif a) Histerektomi vagina Teknik yang digunakan adalah dengan mengangkat uterus kemudian puncak vagina akan diangkat dan digantungkan pada ligementum rotundum kanan dan kiri pada bagian atas akan digantungkan pada ligamentum infundibulo pelvikum (Junizaf, 2008). Dalam beberapa dekade terakhir histerektomi mulai commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 26
dihindarkan, karena dapat menimbulkan efek dan faktor risiko yang lain, seperti predisposisi dari dyspareunia (Hefni, 2011). b) Teknik bedah tradisional Banyak teknik bedah yang tersedia untuk mengobati prolapsus uteri di antaranya adalah kolpoklesis. Kolpoklesis merupakan suatu teknik sederhana dengan menjahitkan dinding vagina depan dan dinding vagina belakang sehingga menyebabkan lumen vagina tertutup dan uterus tetap berada di atas vagina (Junizaf, 2008). c) Operasi manchester Merupakan tindakan dengan memotong serviks uteri. kemudian melakukan penjahitan pada ligamentum kardinale yang telah dipotong. Penjahitan dilakukan di depan serviks sehingga tujuan utama dari penelitian ini adalah memperpendek dari ligamentum kardinale.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 27
B. Kerangka Pemikiran Status sosial Ekonomi
Penghasilan
Pekerjaan maupun aktivitas seharihari
Pekerjaan beban fisik berat
Keadaan ekonomi kurang
Status gizi rendah
Berulang kali mengangkat benda berat
Peningkatan tekanan intraabdomen
Keadaan ekonomi bagus
Status gizi baik
Kadar kolagen menurun Kerusakan pada jaringan ikat muskulus penyokong panggul
Prolapsus uteri Keterangan : : Diteliti oleh peneliti : Tidak diteliti oleh peneliti
commit to user
Kelainan kongenital defek dari kolagen
-Menopause -Penyakit yang menyebabkan kenaikan tekanan abdominal ( batuk kronis, tumor abdomen, konstipasi kronik) -Kelainan kongenital
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 28
Faktor sosial ekonomi akan dilihat dari 2 sektor yakni pekerjaan dan penghasilan. Pekerjaan yang merupakan suatu aktivitas yang dilakukan setiap harinya baik dalam rangka memenuhi kebutuhan berupa uang ataupun sebagai aktivitas yang dilakukan setiap harinya. Setiap pekerjaan akan memiliki beban kerja yang berbeda. Beban kerja dapat berupa beban terhadap kemampuan fisik dan kemampuan kognitif individu tersebut. Beban kerja fisik berat dapat berupa mengangkat beban berat dengan berat tertentu setiap harinya. Apabila hal ini dilakukan setiap hari dalam kurun waktu yang lama dapat mengakibatkan terjadinya herniasi dari organ abdomen. Herniasi mengakibatkan rongga abdomen melorot dan meningkatkan
tekanan
intraabdominal.
Tekanan
yang
tinggi
dapat
menyebabkan uterus dapat melorot dan turun sehingga terjadi prolapsus uteri. Penghasilan yang diterima oleh individu akan berbanding lurus dengan kondisi ekonomi. Penghasilan di bawah rerata mencerminkan
keadaan
ekonomi yang kurang begitu juga sebaliknya. Keadaan ekonomi rendah dapat berhubungan dengan konsumsi makanan. Konsumsi makanan yang seadanya terutama hanya melihat faktor karbohidrat dan tidak melihat sektor gizi yang lain dapat menyebabkan kadar kolagen menurun. Kolagen merupakan suatu struktur jaringan pengikat. Salah satu faktor yang dibutuhkan untuk sintesis kolagen adalah vitamin C (Lusia,2008). Vitamin C diperoleh dari konsumsi makanan sehari-hari seperti sayur dan buah-buahan. Menurunnya kadar kolagen dapat menyebabkan kerusakan pada jaringan ikat yang menyokong panggul dan dapat menyebabkan prolapsus uteri. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 29
Keadaan ekonomi bagus akan mencerminkan status gizi dan konsumsi makanan yang cukup. Wanita dengan gizi yang cukup dan tidak memiliki faktor risiko prolapsus uteri juga dapat mengalami prolapsus. Penyebabnya adalah kelainan kongenital defek pada kolagen yang menyebabkan kadar kolagen akan menurun atau tidak ada sama sekali, sehingga menyebabkan kelemahan jaringan ikat yang menyokong pelvis dan menimbukan kejadian prolapsus uteri. Berdasarkan penelitian yang telah ada defek terjadi terutama pada kolagen tipe III (Liapis, 2001).
C. Hipotesis Terdapat hubungan faktor sosial ekonomi dengan kejadian prolapsus uteri di RSUD Dr. Moewardi.
commit to user