26
BAB II LANDASAN TEORI
A. Pengertian Likuiditas 1. Definisi Likuiditas Masalah likuiditas adalah berhubungan dengan kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansialnya yang segera harus dipenuhi. Pengertian likuiditas adalah menunjukan kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya yang harus segera dipenuhi
atau
kemampuan
perusahaan
untuk
memenuhi
kewajiban
keuangannya pada saat ditagih (kewajiban jangka pendek) 1 Kewajiban
keuangan
suatu
perusahaan
pada
dasarnya
dapat
digolongkan menjadi dua bagian yaitu:
Kewajiban keuangan yang berhubungan dengan pihak luar perusahaan (kreditur)
Kewajiban keuangan yang berhubungan dengan proses produksi, kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan yang berhubungan dengan pihak luar perusahaan dinamakan likuiditas badan usaha sedangkan yang berhubungan dengan pihak intern atau proses produksi dinamakan likuiditas perusahaan.
1
Bambang Riyanto, Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan, (Yogyakarta: BPFE cet ke1, 1995), hlm 25
27
Suatu perusahaan yang mampu memenuhi kewajiban keuangan tepat pada waktunya berarti perusahaan tersebut dalam keadaan likuid dan sebaiknya apabila perusahan tidak dapat segera memenuhi kewajiban keuanganya pada saat ditagih berarti perusahaan tersebut dalam keadaan likuid. Istilah aktiva likuid menunjukan jumlah yang dimiliki dan aktiva yang sudah dirubah menjadi uang. Setiap aktiva mempunyai tingkatan likuiditas yang berbeda. Kas merupakan aktiva yang paling likuid karena sudah berbentuk kas, aktiva lain likuiditas mempunyai dua dimensi yaitu: a. Waktu yang diperlukan untuk berubah menjadi kas b. Tingkat kepastian yang menyangkut dengan rasio perusahaan atau hanya aktiva tersebut2.
2. Jenis dan Sumber Alat Likuid Menurut terminologi yang berlaku umum dalam dunia perbankan, dapat disebutkan bahwa jenis-jenis alat likuid yang dimiliki oleh bank adalah : a. Kas atau uang tunai (kertas dan logam) yang tersimpan dalam brankas (khasanah) bank tersebut; b. Saldo dana milik bank tersebut yang terdapat pada Bank Sentral (Saldo Giro BI); c. Tagihan atau deposito pada bank lain, termasuk bank koresponden; d. Chek yang diterima, tetapi masih dalam proses penguangan pada Bank Sentral dan bank korespoden3. 2
Suad Husnan, Manajemen Keuangan Teori dan Penerapan Keputusan Jangka pendek, (Yogyakarta: BPFE, 1997), hlm.436
28
Dalam
dunia perbankan, keempat jenis alat/ harta likuid tersebut
sering disebut “posisi uang” (money position) bank yang bersangkutan pada saat tertentu. Adapun menurut sumbernya, suatu bank dapat memperoleh alatalat likuid yang diperlukan tersebut diatas dari berbagai sumber, yaitu : a. Asset bank yang akan segera jatuh tempo : Kredit pinjaman kepada debitur atau cicilan pinjaman yang akan jatuh tempo dapat dianggap sebagai sumber lukiditas. Oleh karena itu, dalam kondisi kebijakan uang ketat, posisi likuiditas suatu bank akan rawan apabila keseluruhan portofolio kreditnya masuk kategori evergreen. suratsurat berharga, instrumen pasar uang seperti Bank Acceptance, Sertifikat Bank Indonesia, dan sertifikat deposito pada Bank lain yang akan segera jatuh tempo, dapat pula dianggap sebagai sumber likuiditas dalam golongan ini. b. Pasar Uang Pasar uang adalah sumber likuiditas bank. Namun harus diakui bahwa tidak setiap bank mempunyai kemampuan untuk masuk ke pasar uang. Hal ini sangat dipengaruhi oleh besarnya suatu bank dan persepsi pasar uang atas Credit Worthiness bank tersebut. Dalam hal ini, para investor yang meminjamkan uangnya ke bank akan melakukan analisa yang mendalam dan selektif terhadap tingkat dan konsistensi
3
perkembangan
Zainul Arifin, Dasar-dasar Manajemen Bank Syariah, (Jakarta: Pustaka Alvabet, 2005).Hlm.156
29
pendapatan bank, kualitas asset, reputasi kesehatan manajemen, dan kekuatan modal bank. c. Sindikasi kredit Pembentukan sindikasi kredit, selain bertujuan menyiasati legal lending limit (3L) dan menyebarkan risiko, juga bertujuan untuk menjalin hubungan dengan bank-bank lain. Dengan demikian, ketika mengalami kesulitan likuiditas makan bank tersebut dapat menyidikasi
sebagian
portofolio kreditnya kepada bank lain untuk mengatasi masalah tersebut. d. Cadangan likuiditas Khususnya bank yang tidak dapat segera memperoleh dana pada saat diperlukan, bank tersebut biasanya membentuk cadangan likuiditas. Cadangan likuiditas biasanya dibentuk dengan cara memelihara saldo Kas dan Giro BI pada batas maksimal yang diperbolehkan. e. Sumber dana yang sifatnya Last Resort Salah satu sumber likuiditas yang sifatnya last resort, yang umum digunakan oleh kebanyakan bank adalah fasilitas line of credit dari bank lain. Bank yang menjalin hubungan koresponden dengan bank lain kemungkinan dapat meminta fasilitas stand by line of credit dari bank korespondennya tersebut. Selain itu, Bank Sentral bertindak sebagai leader of last resort untuk dunia perbankan atau lembaga keuangan bukan bank. Namun bantuan dana dari bank sentral biasanya baru akan dimanfaatkan oleh bank yang kesulitan likuiditas apabila sumber-sumber likuiditas lainnya tidak cukup untuk mengatasi kesulitan likuiditas yang dialaminya.
30
3. Analisis Rasio Likuiditas Analisis Rasio Likuiditas adalah analisis yang dilakukan terhadap kemampuan bank dalam memenuhi kewajiban-kewajiban jangka pendeknya atau kewajiban yang sudan jatuh tempo. Berikut ini adalah rasio-rasio likuiditas4 : a.
Loan to Deposit Ratio (LDR) LDR adalah rasio antar seluruh jumlah pembiayaan yang diterima oleh bank dengan dana yang diterima oleh bank. LDR tersebut menyatakan seberapa jauh kemampuan bank dalam membayar kembali penarikan
dana
yang
dilakukan
deposan
dengan
mengandalkan
pembiayaan yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya. Dengan kata lain, seberapa jauh pemberian pembiayaan kepada nasabah pembiayaan dapat mengimbangi kewajiban bank untuk segera memenuhi permintaan deposan yang ingin menarik kembali uangnya yang telah digunakan oleh bank untuk memberikan pembiayaan. Semakin tinggi rasio tersebut memberikan indikasi semakin rendahnya kemampuan likuiditas bank yang bersangkutan. Hal ini disebabkan karena jumlah dana yang diperlukan untuk memenuhi permintaan pembiayaan menjadi besar. Rasio ini dapat dirumuskan:
4
hlm.114
Lukman Dendawijaya, Manajemen Perbankan, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2005),
31
LDR
b.
Jumlah pembiayaan yang diberikan 100% Total dana pihak ketiga KLBI modal inti
Loan to Asset Ratio (LAR) Loan to Asset Ratio adalah rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat likuiditas bank yang menunjukan kemampuan bank untuk memenuhi permintaan pembiayaan dengan menggunakan total asset yang dimiliki bank. Dengan kata lain, rasio ini merupakan perbandingan seberapa besar pembiayaan yang diberikan bank dibandingkan dengan besarnya tatal aset yang dimiliki. Semakin tinggi rasio ini, tingkat likuiditasnya semakin kecil karena jumlah aset yang diperlukan untuk memenuhi permintaan pembiayaan menjadi semakin besar. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
LAR
Jumlah pembiayaan yang diberikan 100% Total aset
4. Teori Manajemen Likuiditas Menurut Muchdarsyah Sinungan, teori tentang manajemen likuiditas perbankan ini relatif hampir sama tuanya dengan ilmu perbankan. Ada empat teori likuiditas perbankan yang dikenal yaitu sebagai berikut 5:
5
Hlm 97
Muchdarsyah Sinungan, Strategi Manajemen Bank, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 1997).
32
a.
Commercial Loan theory Teori ini dianggap paling kuno, nama lain dari teori ini adalah real bills doctrine. Teori ini mulai dikenal sekitar 2 abad lalu. Kajian teori ini dilakukan oleh Adam Smith dalam bukunya yang terkenal The Wealth of Nation yang diterbitkan tahun 1776. teori ini beranggapan bahwa bank hanya boleh memberikan pinjaman dengan surat dagang jangka pendek yang dapt dicairkan dengan sendirinya (self liquiditing). Self Liquiditing berarti pemberian pinjaman mengandung makna untuk pembayaran kembali.
b.
Shiftability Theory Shiftability theory teori tentang aktiva yang dapat dipindahkan dan teori ini beranggapan bahwa likuiditas sebuah bank tergantung pada kemampuan bank memindahkan aktivanya kepada orang lain dengan harga yang dapat diramalkan, misalnya dapat diterima bagi bank utnuk berinvestasi pada pasar terbuka jangka pendek dalam portofolio aktivanya. Jika dalam keadaan ini sejumlah depositors harus memutuskan untuk menarik kembali uang mereka, bank hanya tinggal menjual investasi tersebut, mengambil yang diperoleh (atau dibeli), dan membayarnya kembali kepada depositornya.
c.
Anticipated Income Theory Sebagai teori yang dikenal tahun 1940 yang menonjol di Amerika Serikat, yaitu teori pendapatan yang diharapkan (the anticipated income
33
theory) ini berarti semua dana yang dialokasikan atau setiap upaya mengalokasikan dana ditunjukkan pada sector yang feasible dan layak akan menguntungkan bagi bank. d.
The Liability Management Theory Maksud teori ini adalah bagaimana bank dapat mengelola pasivanya sedemikian rupa sehingga pasiva itu dapat menjadi sumber likuiditas. Likuiditas yang diperlukan bagi bank adalah: untuk menghadapi penarikan oleh nasabah memenuhi kewajiban bank yang jatuh tempo memenuhi permintaan pinjaman dari nasabah.
5. Manajemen Likuiditas Manajemen likuiditas adalah kemampuan manajemen bank dalam menyediakan dana yang cukup untuk memenuhi semua kewajibannya maupun komitmen yang telah dikeluarkan kepada nasabahnya setiap saat.6 Analisis likuiditas dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui tingkat kemampuan bank dalam memenuhi kewajiban finansialnya, tujuan dari manajemen likuiditas adalah sebagai berikut: a. Menjaga posisi likuiditas bank agar selalu berada pada posisi yang ditentukan oleh otoritas moneter yaitu Bank Indonesia. b. Mengelola alat likuid agar selalu dapat memenuhi semua kebutuhan arus kas (cash flow) termasuk kebutuhan yang tidak dapat diperkirakan 6
Mudrajat Kuncoro, Manajemen Perbankan, (Yogyakarta: Fakultas Ekonomi UGM, 2002) hlm.279
34
c. Memperkecil terjadinya dana yang menganggur (idle fund) d. Menjaga posisi likuiditas dan proyeksi arus kas agar selalu dalam posisi aman7. Keberhasilan bank dalam manajemen likuiditas dapat diketahui pada: a. Kemampuan memprediksi kebutuhan dana diwaktu yang akan datang b. Kemampuan
untuk
memenuhi
permintaan
akan
cash
dengan
menukarkan harta lancarnya c. Kemampuan memperoleh cash secara mudah dengan biaya yang sedikit, d. Kemapuan pendapatan pergerakan cash in dan cash out dana (cash flow) e. Kemampuan untuk memenuhi kewajibannya tanpa harus mencairkan aktiva tetap apapun kedalam cash.
6. Metode dan Pendekatan dalam Pengelolaan Likuiditas Bank. Secara umum, metode yang digunakan oleh manajemen perbankan dalam menetapkan policy likuiditasnya berbeda antara suatu bank dengan bank lainnya, yang sangat dipengaruhi oleh pertimbangan
kehati-hatian
(prudential) maupun tujuan pencapaian pendapatan optimal. Pendekatan
yang
dapat
ditempuh oleh manajemen bank
dalam
menetapkan kebajikan likuiditasnya secara umum dapat dibagi menjadi lima pendekatan,yaitu8 :
7
arisbudi.staff.gunadarma.ac.id...MDB+Pertemuan+2+dan+3.pdf. Diakses, 10 mei 2012
35
a.
Self liquiditing approach. Yaitu pendekatan peningkatan likuiditas bank melalui peningkatan pembayaran kembali kredit dan penanaman dalam surat-surat berharga, sesuai dengan tanggal jatuh temponya. Dengan cara demikian aktivaaktiva tersebut dapat digunakan
sebagai alat likuid, khususnya untuk
membiayai permintaan kredit baru ataupun diinvestasikan kembali dalam surat-surat berharga. b.
Asset Sale Ability atau Asset Shift Ability Yaitu meningkatkan likuiditas dengan cara melakukan likuidasi (penjualan) terhadap asset-asset lainnya yang tidak produktif.
c.
New Fund Yaitu meningkatkan likuiditas dengan menciptakan sumber-sumber dana yang baru, baik dari masyarakat maupun dari dunia perbankan, misalnya menciptakan Traveller Check, Credit Card, deposito-deposito berjangka dan lain-lain.
d.
Borrowers Earning Flow Yaitu meningkatkan likuiditas melalui usaha yang lebih giat dalam menjaga kelancaran penerimaan angsuran dan bunga dari kredit yang diberikannya.
8
Chairuddin, Analisis Posisi Likuiditas, (Universitas Sumatera Utara: Fakultas Ekonomi Jurusan Manajemen ), hlm.5 repository.usu.ac.idbitstream...12401manajemen-chairuddin.pdf. Diakses, 10 mei 2012
36
e.
Reserve Discount Window to Central Bank As lender of Last Resort Yaitu meningkatkan likuiditas dengan jalan mengadakan pinjaman kepada Bank Sentral sebagai pemberi pinjaman yang terakhir.
Sebelum
menentukan pilihan tentang pendekatan mana yang akan
ditempuh dalam kebijakan likuiditas suatu bank, manajemen bank sebaiknya melakukan analisis yang dikenal dengan istilah A Three – Step Liquidity Planning and Analysis System, sebagai berikut : Langkah pertama – klasifikasi leabilities dan Capital apakah tergolong sebagai sumber dana yang Reliable (dapat diandalkan) ataukah Volatile (mudah menguap). Langkah kedua – Klasifikasikan assets apakah sebagai alat yang likuid atau tidak likuid. Langkah ketiga – bandingkan volume asset likuid dengan volume dan yang volatile. Perbandingan maksimum adalah 1,0 karena pada posisi ini akan dicapai apa yang disebut balance liquidity position, yaitu keadaan dimana permintaan alat-alat likuid sama besarnya dengan alat likuid yang tersedia pada bank.
7. Strategi Memelihara Likuiditas Bank Strategi memelihara likuiditas sangat terkait dengan tujuan likuiditas. Akan tetapi dalam penetapan strategi yang akan diambil sangat tergantung pada skill manager likuiditas yang ada, keandalan managemen information
37
system yang dimiliki bank, serta perlu dipertimbangkan kondisi likuiditas pasar dan kebutuhan likuiditas bank baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Faktor-faktor diatas akan menjadi panduan apakah tidak akan mengambil sikap agresif, berhati-hati atau konservatif dalam manajemen likuiditasnya, yang tercermin dari limit dan target likuiditas yang ditetapkan. Agar tercapai strategi likuiditas yang efektif9.
B. Pengertian Profitabilitas 1. Definisi profitabilitas Profitabilitas bank merupakan suatu kemampuan bank dalam menghasilkan laba. Kemampuan ini dilakukan dalam suatu periode. Bank yang sehat adalah bank yang diukur secara profitabilitas atau rentabilitas yang terus meningkat di atas standar yang ditetapkan. Pada
umumnya
profitabilitas
suatu
perusahan
menunjukan
perbandingan aktiva laba yang diperolehdalam operasi perusahaan dengan aktiva atau modal dalam hal ini penulis mengemukakan beberapa pandapat antara lain: Menurut
Lukman Dendawijaya
(2005:118)
menyatakan bahwa
pengertian profitabilitas sebagai berikut: ”Profitabilitas atau rentabilitas bank adalah alat untuk menganalisis atau mengukur tingkat efisiensi usaha dan profitabilitas yang dicapai oleh bank yang bersangkutan”. Profitabilitas atau
9
Husnan Suad, Manajemen Keuangan Teori dan Penerapan. Yogyakarta: BPFE,1998), hlm 173
38
sering disebut juga dengan rentabilitas menunjukkan tidak hanya jumlah kuantitas dan trend earning tetapi juga faktor-faktor yang mempengaruhi ketersediaan dan kualitas earning. Keberhasilan bank didasarkan pada penilaian kuantitatif terhadap rentabilitas atau profitabilitas bank yang diukur dengan dua rasio yang bobot sama. Menurut pendapat S. Munawir (2004:33) menyatakan bahwa: “Profitabilitas adalah menunjukan kemampuan perusahaan unutk menghasilkan laba selama periode tertentu”10 Sedangkan
menurut
Bambang
riyanto
(1995:28)
memberikan
pengertian bahwa: “Profitabilitas suatu perusahaan menunjukan perbandingan antara laba dengan aktiva atau modal yang menghasilkan laba tersebut dengan kata lain profitabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu”. Sedangkan ratio profitabilitas adalah alat untuk menganalisa atau alat untuk mengukur tingkat efisisensi usaha dan profitabilitas yang dicapai oleh bank yang bersangkutan. Profitabilitas sering digunakan untuk mengukur efisiensi
penggunaan
modal
dalam
suatu
perusahaan
yaitu
dengan
memperbandingkan antara laba dengan modal yang digunakan operasi perusahaan. Oleh karena itu, keuntungan yang besar tidak menjamin atau bukan merupakan ukuran bahwa perusahaan tersebut rendabel (cukup memberikan keuntungan).
10
Munawir, Analisa Laporan Keuangan, (Yogyakarta: Liberly,cet-ke13, 2004), Hlm.33
39
Laba merupakan tujuan dengan alasan sebagai berikut 11: a. Dengan laba yang cukup dapat dibagi keuntungan kepada pemegang saham dan atas persetujuan pemegang saham sebagian dari laba disisihkan sebagai cadangan. Dengan bertambahnya cadangan akan menaikan kredibilitas (tingkat kepercayaaan) bank tersebut dimata masyarakat. b. Laba merupakan penilaian keterampilan pimpinan. Pimpinan yang cakap dan terampil umumnya dapat mendatangkan keuntungan yang lebih besar daripada pimpinan yang kurang cakap. c. Meningkatkan daya tarik bagi pemilik modal (investor) untuk menanamkan modalnya dengan membeli saham yang dikeluarkan atau ditetapkan oleh bank. Pada giliranya bank akan mempunyai kekuatan modal untuk memperluas penawaran produk dan jasanya kepada masyarakat. Cara untuk menilai profitabilitas suatu perusahaan bermacam-macam dan tergantung pula pada modal mana yang akan diperbandingkan satu dengan yang lainya. Dengan adanya bermacam-macam cara dalam penilaian profitabilitas suatu perusahaan maka tidak mengherankan kalau ada beberapa perusahaan yang berbeda dalam cara menghitung profitabilitas perusahaan yang penting rasio profitabilitas mana yang akan digunakan sebagai pengukur efisiensi penggunaan modal yang bersangkutan untuk menghasilkan laba. Rasio yang digunakan adalah sebagai berikut:
11
Simorangkir, Op, Pengantar Lembaga Keuangan Bank dan Non Bank, (Jakarta : Ghalia Indonesia, 2000)
40
2. Analisis Rasio Profitabilitas Analisis Rasio Profitabilitas bank adalah alat untuk menganalisis atau mengukur tingkat efisiensi usaha dan profitabilitas yang dicapai oleh bank yang bersangkutan. Berikut ini adalah rasio-rasio profitabilitas12: a.
Return on Assets (ROA) Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan (laba) secara keseluruhan. Semakin besar ROA suatu bank, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut dan semakin baik pula posisi bank tersebut dari segi penggunaan aset. Rasio ini dapat dirumuskan :
Return On Asset ROA
b.
Laba sebelum pajak 100% Total aset
Return on Equity (ROE) ROE adalah perbandingan antar laba bersih bank dengan ROE modal sendiri. Rasio ini dapat dirumuskan :
Return On Equity ROE
Laba setelah pajak 100% Modal sendiri
Rasio ini banyak diamati oleh para pemegang saham bank (baik pemegang saham pendiri maupun pemegang saham baru) serta para 12
hlm.118
Lukman Dendawijaya, Manajemen Perbankan, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2005),
41
investor dipasar modal yang ingin membeli saham bank yang bersangkutan (jika bank tersebut telah go public). Dalam praktiknya, para investor dipasar modal mempunyai beberapa motif atau tujuan dalam membeli saham bank yang telah melakukan emisi sahamnya. Motif-motif tersebut adalah sebagai berikut:
Memperoleh dividen berdasarkan keputusan RUPS
Mengejar capital gain jika bermain di bursa efek
Menguasai perusahaan melalui pencapaian mayoritas saham Dengan demikian, rasio ROE ini merupakan indikator yang amat
penting bagi para pemegang saham dan calon investor untuk mengukur kemampuan bank dalam memperoleh laba bersih yang dikaitkan dengan pembayaran dividen. Kenaikan dalam rasio ini berarti terjadi kenaikan laba bersih dari bank yang bersangkutan, dan kenaikan tersebut akan menyebabkan kenaikan harga saham bank.
c.
Rasio Beban Operasional (BOPO) Rasio Beban Operasional (BOPO) adalah perbandingan antara biaya operasional dan pendapatan operasional. Rasio biaya operasional digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasinya. Semakin kecil rasio ini berarti semakin efisien biaya operasional yang dikeluarkan bank yang bersangkutan. Rasio ini dapat dirumuskan:
42
BOPO
Biaya operasional 100% Pendapatan operasional
C. Hubungan likuiditas dan profitabilitas Pengukuran likuiditas adalah pengukuran yang sangat dilematis, karena disatu sisi usaha bank utama adalah memasarkan dan atau memutar uang nasabahnya untuk mendapatkan keuntungan. Artinya bisnis perbankan harus memaksimalkan pemasaran uangnya dan sekecil mungkin mencegah uang menganggur (idle money). Disisi lain untuk dapat memenuhi kewajibannya terhadap para deposan dan debitur yang sewaktu-waktu menarik dananya dari bank, bank dituntut harus selalu dalam posisi siap membayar, yang artinya bank harus mempunyai cadangan uang menganggur yang cukup. Keadaan ini merupakan dilema yang dihadapi oleh perbankan, karena antara kebutuhan likuiditas dan tingkat keuntungan yang akan dicapai mempunyai sisi yang bertolak belakang. Semakin tinggi likuiditas berarti semakin banyak uang yang menganggur, semakin banyak uang yang menganggur berarti pemasaran uang tidak maksimal dan akhirnya bank tidak bisa memaksimalkan keuntungannya. 13 Dalam mengelola likuiditas, selalu akan terjadi benturan kepentingan antara keputusan untuk menjaga likuiditas dan meningkatkan pendapatan. Bank yang selalu berhati-hati dalam menjaga likuiditas akan cenderung memelihara alat likuid yang relatif lebih besar dari yang diperlukannya dengan maksud untuk 13
Rimsky K Judiseno, Sistem Moneter dan Perbankan Di Indonesia,(Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama,2005), hlm.138
43
menghindari kesulitan likuiditas, namun disisi lain bank juga dihadapkan pada biaya yang sangat besar berkaitan dengan pemeliharaan alat likuid yang berlebihan. Oleh karena itu, manajemen likuiditas perlu adanya keseimbangan antara dua kepentingan diatas. Sulit untuk mengatakan berapakah sebenarnya tingkat likuiditas yang ideal untuk suatu bank. Tingkat likuiditas yang ideal berarti posisi likuiditas yang seimbang. Perlu disadari bahwa untuk mempertahankan tingkat likuiditas yang seimbang, diperlukan perhatian terutama pada waktu tingkat bagi hasil rendah dan permintaan nasabah akan kredit menurun.sedapat mungkin biaya dana yang tinggi yang dibutuhkan untuk mempertahankan tingkat likuiditas yang seimbang harus dibuat seminimal mungkin dengan pengelolaan spread yang baik. Laporan perencanaan likuiditas juga dapat membantu pengelolaan dana untuk membuat dana seminimum mungkin. Dengan melihat laporan perencanaan likuiditas ini bank dapat mengindikasi adanya kelebihan dana dan sampai beberapa besar dana itu lebih. Pada waktu tingkat bagi hasil cenderung naik dan permintaan kredit bertambah, maka posisi likuiditas yang seimbang akan membuat bank mendapatkan keuntungan maksimal. Apabila bank siap menghadapi pertambahan permintaan kredit maka berarti bank akan mempunyai kemampuan untuk menghasilkan profit yang lebih tinggi. Tingkat profitabilitas juga tergantung pada bagaimana pengelolaan spread. Jadi intinya adalah pengawasan dan selalu meperhatikan tingkat likuiditas yang
44
seimbang. Apabila kedua hal ini diperhatikan maka bank akan mendapatkan profit yang sesuai. Pengelola posisi keuangan adalah pengelolaan cash flow melalui reserve requirement yang resmi. Pengaturan posisi keuangan meliputi: a.
Tambahan dana untuk memenuhi kekurangan dalam cadangan yang resmi
b.
Menginvestasikan kelebihan cadangan Sesungguhnya konsep likuiditas adalah suatu konsep yang sederhana,
hanya sulit untuk menentukan berapakan yang betul-betul sesuai unutk masingmasing bank dengan kondisi bank berbeda-beda. Secara singkat pengaturan likuiditas adalah: a.
Kemampuan bank untuk menaikan sejumlah tertentu dan kas yang ada
b.
Pada ongkos yang tertentu
c.
Dalam waktu yang singkat dan tepat Penilaian cukup atau tidaknya likuiditas harus mencakup 3 batasan
tersebut diatas. Seperti yang telah dikemukakan, yang dimaksud dengan likuiditas bank adalah kemampuan bank unutk menyediakan aset kedalam kas dengan cepat, pada biaya yang rendah dan tanpa menderita kerugian yang berarti. Semakin banyak dana yang dihimpun oleh bank dalam waktu tertentu maka bank semakin likuid. Semakin rendah ongkos yang dibutuhkan untuk menambah dana dalam waktu tertentu maka aset tersebut akan semakin likuid. Jumlah uang kas yang bertambah seharusnya disesuaikan dengan kebutuhan akan uang kas tersebut. Bank mempunyai beberapa alternatif unutk mencapai likuiditas yaitu: a.
Menyediakan uang kas yang cukup
45
b.
Mengkonventir aset kedalam uang kas
c.
Meminjam dari bank lain Alternatif tersebut diatas menyangkut pertentangan diantara liquidity dan
profitability. Apabila aset bank semuanya merupakan uang kas, tentulah bank tersebut sangat likuid tetapi tidak profitable. Sebaliknya apabila semua aset bank berupa kredit pada nasabah dapat dipastikan keuntungan yang diharapkan akan besar, tetapi bank tersebut tidak likuid. Dalam hal ini bank tidak mempunyai uang kas dan hanya mempunyai kemungkinan yang sangat terbatas untuk menjual sejumlah kredit jangka pendek untuk memenuhi kebutuhan nasabah yang ingin menarik dananya dari bank 14.
D. Strategi bank syariah dalam menghadapi trade-off (tarik-ulur) antara likuiditas dan profitabilitas Bank sebagai lembaga keuangan yang mendapat kepercayaan masyarakat harus selalu memelihara kepercayaan tersebut dengan cara memenuhi kebutuhan nasabah maupun stake holder lainya setiap saat, seperti antara lain : 1. menyediakan uang tunai sebagai alat likuid untuk memenuhi penarikan secara tunai yang dilakukan oleh nasabah 2. menyediakan dana guna memenuhi permintaan nasabah akan kebutuhan kredit modal kerja maupun kredit investasi untuk mengembangkan usahanya. 3. Memelihara konsistensi dan kesinambungan usaha agar bank tetap survive dan semakin berkembang. 14
Rivai Veitzhal, Permata Andria, Idroes N. Ferry, Bank an Financial Institution Management. (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007), hlm 390
46
Dalam mengemban pemenuhan kebutuhan stake holder tersebut diatas, bank senantiasa diperhadapkan kepada dilema klasik yaitu likuiditas dan profitabilitas. Jika bank lebih mengutamakan likuiditas guna memelihara kepercayaan nasabah penyimpan dana di bank. Maka bank akan kehilangan kesempatan untuk memperolah profit (laba) yang diperoleh dari penyaluran keaktiva produktif. Akibat dari hal tersebut, maka bank bisa jadi tidak akan survive karena tidak ada akumulasi laba ditahan yang digunakan untuk pengembangan bank kedepan. Jika bank lebih mengutamakan profitabilitas yaitu dengan mengutamakan penyaluran dana kepada aktiva produktif serta kurang memperhatikan likuiditas, maka bank tidak dapat memenuhi kewajiban segera yang berupa penarikan dana oleh nasabahnya sehingga pada giliranya bank tersabut akan ditinggalkan oleh nasabahnya, dengan demikian bank juga tidak dapat memelihara kontinuitas usahanya. Untuk mengatasi dilema tersebut bank perlu melakukan strategi penggunaan dana agar kedua kepentingan tersebut diatas dapat terpenuhi. Untuk mengatasi dilema likuiditas profitabilitas tersebut diatas pada umumnya penglolaan dana bank dilakukan dengan pendekatan menajemen aktiva pasiva. Ada beberapa strategi yang dapat digunakan yaitu Pool of Funds Approach dan Assets Allocation Approach15.
15
Boy Leon, Sony Ericson, Manajemen Aktiva Pasiva Bank Non Devisa (Jakarta: Grasindo,2007), hlm. 55
47
1. Pool of Funds Approach Metode ini didasarkan pada asumsi bahwa semua kewajiban bank yang berasal dari berbagai sumber diperlakukan sebagai dana tunggal tanpa membedakan sumber dan bentuk dana tersebut secara individual. Dalam hal ini, dana yang bersumber dari giro, deposito, tabungan, sertifikat deposito, dan modal bank sudah tidak dapat diidentifikasikan. Begitu pula jangka waktu dan karakteristik setiap sumber dana diabaikan, dana ini kemudian dialokasikan berdasarkan prioritas penggunaan sesuai kebijakan dan strategi manajemen bank. Pendekatan ini umumnya dianut oleh bank yang operasionalnya berdasarkan prinsip Branch Banking System yaitu bank yang semua kebijakan pengelolaan dananya diatur oleh pusat sehingga biasanya dipusatkan pada kantor pusat (divisi treasury).16 Kekuatan pola pendekatan Pool of Funds Approach : a.
Tidak melihat asal usul sumber dana
b.
Dana dimanfaatkan menurut skala prioritas
Kelemahan pola pendekatan Pool of Funds Approach : a.
Tidak mempertimbangkan perubahan biaya dari berbagai sumber dana
b.
Mengaburkan kenyataan kemampuan bank memperolah laba dari operasional
c.
Tidak mempertimbangkan ukuran standar likuiditas setiap bank
16
Veithzal Revai, Arviyan Arifin, Islamic Banking Sebuah Teori Konsep dan Aplikasi, (Jakarta : PT. Bumi Aksara, 2010), hlm. 576
48
Skema 2.2 Pool of Funds Approach 17. Sumber Dana
Alokasi Dana Cadangan Primer
Giro Cadangan Sekunder Deposito
Pool Of Funds Penggabungan dana
Pembiayaan
Tabungan Surat-surat Berharga Modal
Aktiva Tetap
Sumber data: Muchdarsyah Sinungan, Manajemen Dana Bank, (Jakarta : PT. Bumi Aksara, 1997) hlm.97
2. Asset Allocation Approach Pendekatan ini merupakan korersi atas Pool of Funds Approach konsep ini disebut juga conversion of Funds Approach. Pada dasarnya konsep ini menyatakan bahwa tidaklah realitis menganggap total dana yang dihimpun bank merupakan sumber dana tunggal karena dalam kenyataan masing-masing sumbar dana bank memiliki sifat tersendiri, olah karena itu dalam prioritas pengalokasiannya sumber dana bank harus diperlakukan secara individu dengan mempertimbangkan karakteristik setiap sumber dana. Dana yang memiliki sifat perputaran yang cukup tinggi hendaknya penggunaannya diprioritaskan dalam cadangan primer dan sekunder,
17
hlm.97
Muchdarsyah Sinungan, Manajemen Dana Bank, (Jakarta : PT. Bumi Aksara, 1997)
49
sedangkan dana yang berputar relatif rendah pengalokasiannya dapat diprioritaskan pada pos kredit yang diberikan dan aktiva jangka panjang lainnya. Kelebihan konsep Asset Allocation Approach adalah mengalihkan penekanan likuiditas dan profitabilitas. Pendekatan ini menjadikan jumlah ratarata cadangan likuiditas yang dimiliki bank mengalami penurunan sehingga pengalokasian dana dapat dialihkan lebih besar pada penyaluran pembiayaan dan penanaman surat-surat berharga yang memiliki keuntungan lebih tinggi. Pendekatan alokasi dana (Asset Allocation Approach) digunakan pada bank yang operasionalnya mempunyai prinsip Unit Banking System dimana kantor cabang mengelola langsung dananya. 18 Kekuatan pola pendekatan Asset Allocation Approach adalah: 1.
Cadangan likuiditas dapat dihitung lebih cermat sebagai dana yang dapat dialokasikan relatif lebih besar
2.
Pemanfaatan dana disesuaikan dengan karakteristik sumber dana
Kelemahan pola pendekatan Asset Allocation Approach adalah: 1.
Sulit menghitung besarnya biaya dan alokasinya
2.
Sering mencadangkan likuiditas berlebih sebagai cara mengantisipasi perilaku nasabah.
18
Veithzal Revai, Arviyan Arifin, Islamic Banking Sebuah Teori Konsep dan Aplikasi, (Jakarta : PT. Bumi Aksara, 2010), hlm. 578
50
Skema 2.3 Asset Allocation Approach 19. Sumber Dana
Alokasi Dana
Cadangan Primer Giro Cadangan Sekunder Deposito Pembiayaan Tabungan Surat-surat Berharga Modal Aktiva Tetap Sumber data: Muchdarsyah Sinungan, Manajemen Dana Bank, (Jakarta : PT. Bumi Aksara, 1997) hlm.96
3. Metode alokasi dan skala prioritas penggunaan dana Metode alokasi dan skala prioritas penggunaan dana menurut pendekatan Pool of Funds Approach dan Asset Allocation Approach adalah sebagai berikut20: a.
Primary Reserve Prioritas pertama penggunaan dana bank adalah untuk memenuhi kebutuhan cadangan primer yaitu ketentuan likuiditas wajib minimum/ Giro Wajib Minimum (GWM) atau Reserve Requirement (RR), disamping untuk kebutuhan kelancaran operasional bank sehari-hari. Cadangan 19
Muchdarsyah Sinungan, Manajemen Dana Bank, (Jakarta : PT. Bumi Aksara, 1997)
hlm.96 20
Boy Leon, Sony Ericson, Manajemen Aktiva Pasiva Bank Non Devisa (Jakarta: Grasindo,2007), hlm. 58
51
primer pada dasarnya digunakan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan antara lain:
b.
Likuiditas wajib minimum yang ditetapkan oleh Bank Indonesia
Transaksi dengan bank koresponden
Penariakn dana oleh nasabah
Permintaan kredit oleh masyarakat
Kebutuhan untuk mendukung operasional sehari-hari
Secondary Reserve (Surat berharga jangka pendek) Secondary Reserve ini pada prinsipnya sebagai pendukung apabila cadangan primer tidak mencukupi kebutuhan likuiditas yang sifatnya jangka pendek dan kebutuhan lain diluar perkiraan. Tujuan utama cadangan sekunder ini disamping untuk keperluan likuiditas juga untuk meningkatkan profitabilitas
bank,
memenuhi
kebutuhan likuiditas
mingguan maupun musiman dan kebutuhan jangka pendek yang sulit diantisipasi. c.
Tertiary Reserve (kredit) Prioritas ketiga pengalokasian dana adalah loan (pemberian kredit) kegiatan penyaluran dana dalam bentuk kredit ini mendominasi penggunaan bank. Oleh karena itu, usaha perkreditan merupakan pula sumber penghasilan utama bank. Commercial loan theory menyatakan bahwa kredit dapat dijadikan sumber likuiditas dari pembayaran angsuran yang dilakukan debitur. Di samping itu beberapa pinjaman dapat dibayar oleh debitur atas permintaan (call loan) atau dapat dijual ke bank lain.
52
d.
Quartery Reserve (penyertaan investasi dalam bentuk surat berharga jangka panjang) Dana yang masih tersisa setelah memenuhi prioritas diatas dapat ditanamkan oleh bentuk surat-surat berharga jangka panjang. Tujuannya pengalokasian dana dalam aktiva
ini adalah sebagai tambahan
profitabilitas. Disamping sebagai tambahan cadangan likuiditas, surat berharga jangka panjang biasanya terdiri dari berbagai obligasi baik yang dikeluarkan oleh negara (goverment bonds) maupun perusahaan swasta yang bonafid (corporate bonds). Kelebihan konsep ini antara lain perhitungan biaya dana relatif sederhana dan pengalokasiannya tidak kompleks, namun memiliki kelemahan yaitu sulit memprediksi kebutuhan standar likuiditas. e.
Quinnary Reserve (aktiva tetap) Pengalokasian dana dalam aktiva tetap dan inventaris harus dibiayai oleh modal bank sendiri. Jumlah modal yang dapat dialokasikan untuk aktiva tetap dan inventaris tidak boleh melebihi sebagaimana ditentukan oleh Bank Indonesia