7
BAB II LANDASAN TEORI
A. Obligasi Syariah 1. Pengertian dan Landasan Hukum Obligasi Syariah Menurut UU Pasar Modal No. 8 tahun 1995, Obligasi Konvensional yaitu “Surat berharga jangka panjang yang bersifat hutang yang dikeluarkan oleh emiten kepada pemegang obligasi dengan kewajiban membayar bunga pada priode tertentu dan melunasi pokok pada saat jatuh tempo”. Sedangkan Obligasi syariah berbeda dengan obligasi konvensional. Semenjak ada konvergensi pendapat bahwa bunga adalah riba, maka instrumen-instrumen yang punya komponen bunga (interest-bearing instruments) ini keluar dari daftar investasi halal. Karena itu, dimunculkan alternatif yang dinamakan obligasi syariah.
Selama ini investasi pada pasar modal adalah obligasi yang dikeluarkan perusahaan (emiten) sebagai surat berharga jangka panjang. Obligasi ini bersifat utang dengan memberikan tingkat bunga (kupon) kepada investor (pemegang obligasi) pada saat jatuh tempo. Bentuk investasi ini dirasakan belum mampu memenuhi kebutuhan sebagian investor di Indonesia. Atas dasar itu, praktisi pasar modal di Indonesia berkeinginan kuat untuk meluncurkan produk investasi obligasi berdasar konsep syariah. Konsep ini mempunyai prinsip memberikan penghasilan bagi investor. Penghasilan ini berasal dari bagi hasil usaha tersebut. 7
8
Obligasi
Syariah
Mudharabah
ditawarkan
dengan
ketentuan
yang
mewajibkan emiten untuk membayar kepada pemegang obligasi tersebut sejumlah pendapatan bagi hasil dan membayar kembali dana Obligasi Syariah Mudharabah pada tanggal jatuh tempo. Pendapatan bagi hasil dibayarkan setiap periode tertentu (3 bulan, 6 bulan, atau setiap tahun). Besarnya pendapatan bagi hasil dihitung berdasarkan perkalian antara nisbah pemegang Obligasi Syariah Mudharabah dengan pendapatan yang dibagihasilkan, yang besarnya tercantum dalam laporan keuangan konsolidasi emiten triwulanan yang terakhir diterbitkan sebelum tanggal pembayaran pendapatan bagi hasil yang bersangkutan. Pembayaran pendapatan bagi hasil kepada masing-masing pemegang obligasi akan dilakukan secara proporsional sesuai dengan porsi kepemilikan obligasi syariah yang dimiliki dibandingkan dengan jumlah dana obligasi syariah yang belum dibayarkan kembali.
Berdasarkan Fatwa Dewan Syari’ah Nasional No: 32/DSN-MUI/IX/2002, “Obligasi Syariah adalah suatu surat berharga jangka panjang berdasarkan prinsip syariah yang dikeluarkan Emiten kepada pemegang Obligasi Syari’ah yang mewajibkan Emiten untuk membayar pendapatan kepada pemegang Obligasi Syari’ah berupa bagi hasil/margin/fee, serta membayar kembali dana obligasi pada saat jatuh tempo”.
Menurut Pontjowinoto dan Iwan P. (2003) obligasi syariah menurut para pakar adalah :
9
Obligasi Syariah adalah suatu kontrak perjanjian tertulis yang bersifat jangka panjang untuk membayar kembali pada waktu tertentu seluruh kewajiban yang timbul akibat pembiayaan untuk kegiatan tertentu serta membayar sejumlah manfaat secara periodic menurut akad.
Islamic Bond disebut juga muqarada bond. Muqarada adalah sinonim dengan qirad yang juga sama dengan Mudharabah. Muqarada bond dikeluarkan oleh perusahaan (sebagai mudharib) kepada investor (sebagai shahibul maal) dengan tujuan pendanaan proyek tertentu yang dijalankan perusahaan. Keuntungannya didistribusikan secara periodik berdasarkan persentase tertenut yang telah disepakati. Persentase ini merupakan rasio pembagian keuntungan, sehingga menggunakan basis profit loss sharing. Kontrak semacam ini juga menyediakan pembayaran bond pada saat maturity atau jatuh temponya.
Obligasi Syariah merupakan salah satu bentuk obligasi yang sesuai dengan kaidah syara’, yang mana kesepakatan antara pemilik harta dan amil (pekerja atau pihak yang mengeluarkan obligasi) berdasarkan atas azas mudharabah (bagi hasil) Islam. Pihak pemegang obligasi berhak untuk mendapat bagian dari keuntungan atau menanggung bagian dari kerugian tanpa ada jaminan atas harga dan keuntungan serta tidak ada jaminan bebas dari kerugian (Husein Syahatah et al, 2004 : 84).
Untuk menerbitkan Obligasi Syariah, ada beberapa kriteria persyaratan yang harus dipenuhi oleh emiten, yaitu:
10
(1) Aktivitas utama (core business) yang halal, tidak bertentangan dengan substansi Fatwa No: 20/DSN-MUI/IV/2001. Fatwa tersebut menjelaskan bahwa jenis kegiatan usaha yang bertentangan dengan syariah Islam di antaranya adalah:
a. Usaha perjudian dan permainan yang tergolong judi atau perdagangan yang dilarang; Usaha lembaga keuangan konvensional (ribawi), termasuk perbankan dan asuransi konvensional
b. Usaha yang memproduksi, mendistribusi, serta memperdagangkan makanan dan minuman haram.
c. Usaha yang memproduksi, mendistribusi, dan atau menyediakan barang-barang ataupun jasa yang merusak moral dan bersifat mudharat.
(2) Peringkat Investment Grade:
a. memiliki fundamental usaha yang kuat;
b. memiliki fundamental keuangan yang kuat;
c. memiliki citra yang baik bagi publik
(3) Keuntungan tambahan jika termasuk Korporasi atau Institusi Syariah yang terdaftar dalam komponen Jakarta Islamic Index.
11
2. Struktur Obligasi Syariah
Obligasi syariah sebagai bentuk pendanaan (financing) dan sekaligus investasi (investment) memungkinkan beberapa bentuk struktur yang dapat ditawarkan untuk tetap menghindarkan pada riba. Berdasarkan pengertian tersebut, Obligasi Syariah dapat memberikan:
1) Bagi Hasil berdasarkan akad Mudharabah/ Muqaradhah/ Qiradh atau Musyarakah. Karena akad Mudharabah/ Musyarakah adalah kerja sama dengan skema bagi hasil pendapatan atau keuntungan, obligasi jenis ini akan memberikan return dengan penggunaan term indicative/ expected return karena sifatnya yang floating dan tergantung pada kinerja pendapatan yang dibagihasilkan.
2) Margin/Fee berdasarkan akad Murabahah atau Salam atau Istishna atau Ijarah. Dengan akad Murabahah/ Salam/ Isthisna sebagai bentuk jual beli dengan skema cost
plus
basis,
obligasi
jenis
ini
akan
memberikan
fixed
return.
Di Indonesia, yang banyak digunakan dalam penerbitan obligasi syariah adalah struktur Mudharabah (bagi hasil pendapatan) baik yang telah diterbitkan maupun yang akan diterbitkan dalam waktu dekat. Sehingga, yang dikenal adalah Obligasi Syariah Mudharabah.
Obligasi Syariah Mudharabah memang telah memiliki pedoman khusus dengan disahkannya Fatwa No: 33/DSN-MUI/ IX/2002. Disebutkan dalam fatwa tersebut, bahwa Obligasi Syariah Mudharabah adalah obligasi syariah yang
12
menggunakan akad Mudharabah. Selain telah mempunyai pedoman khusus, terdapat beberapa alasan lain yang mendasari pemilihan struktur mudharabah ini, di antaranya adalah:
i. Bentuk pendanaan yang paling sesuai untuk investasi dalam jumlah besar dan jangka yang relatif panjang.
ii. Dapat digunakan untuk pendanaan umum (general financing), seperti pendanaan modal kerja ataupun pendanaan capital expenditure.
iii. Mudharabah merupakan percampuran kerja sama antara modal dan jasa (kegiatan usaha) sehingga membuat strukturnya memungkinkan untuk tidak memerlukan jaminan (collateral) atas aset yang spesifik. Hal ini berbeda dengan struktur yang menggunakan dasar akad jual beli yang mensyaratkan jaminan atas aset yang didanai;
iv. Kecenderungan regional dan global, dari penggunaan struktur Murabahah dan Bai Bi-tsaman Ajil menjadi Mudharabah dan Ijarah Mekanisme atau beberapa hal pokok mengenai Obligasi Syariah Mudharabah ini dapat diringkaskan dalam butir-butir berikut:
1. Kontrak
atau
perwaliamanatan.
akad
Mudharabah
dituangkan
dalam
perjanjian
13
2. Rasio atau persentase bagi hasil (nisbah) dapat ditetapkan berdasarkan komponen pendapatan (revenue) atau keuntungan (profit; operating profit, EBIT, atau EBITDA). Tetapi, Fatwa No: 15/DSN-MUI/IX/2000 memberi pertimbangan bahwa dari segi kemaslahatan pembagian usaha sebaiknya menggunakan prinsip Revenue Sharing.
3. Nisbah ini dapat ditetapkan konstan, meningkat, ataupun menurun, dengan mempertimbangkan proyeksi pendapatan Emiten, tetapi sudah ditetapkan di awal kontrak.
4. Pendapatan Bagi Hasil berarti jumlah pendapatan yang dibagihasilkan yang menjadi hak dan oleh karenanya harus dibayarkan oleh emiten kepada pemegang obligasi syariah yang dihitung berdasarkan perkalian antara nisbah pemegang
obligasi
dibagihasilkan
yang
syariah
dengan
jumlahnya
pendapatan/
tercantum
dalam
keuntungan laporan
yang
keuangan
konsolidasi emiten.
5. Pembagian hasil pendapatan ini atau keuntungan dapat dilakukan secara periodik (tahunan, semesteran, kuartalan, bulanan).
6. Karena besarnya pendapatan bagi hasil akan ditentukan oleh kinerja aktual emiten, maka obligasi syariah memberikan indicative return tertentu.
14
3. Prinsip Obligasi Syariah
Prinsip Obligasi Syariah antara lain:
a. Pembiayaan hanya untuk suatu transaksi atau suatu kegiatan usaha yang spesifik, dimana harus dapat diadakan pembukuan yang terpisah untuk menentukan manfaat yang timbul.
b. Hasil investasi yang diterima pemilik dana merupakan fungsi dari manfaat yang diterima perusahaan dari dana hasil penjualan obligasi, bukan dari kegiatan usaha yang lain.
c. Tidak boleh memberikan jaminan hasil usaha yang semata-mata merupakan fungsi waktu dari uang (time value of money).
d. Obligasi tidak dapat dipakai untuk menggantikan hutang yang sudah ada (bay al dayn bi al dayn).
e. Bila pemilik dana tidak harus menanggung rugi, maka pemilik usaha harus mengikat diri (aqad jaiz).
f. Pemilik dana dapat menerima pembagian dari pendapatan (revenue sharing), dimana pemilik usaha (emiten) mengikat diri untuk membatasi penggunaan pendapatan sebagai biaya usaha.
15
g. Obligasi dapat dijual kembali, baik kepada pemilik dana lainnya ataupun kepada emiten (bila sesuai dengan ketentuan).
h. Obligasi dapat dijual dibawah nilai pari (modal awal) kalau perusahaan mengalami kerugian.
i. Perubahan nilai pasar bukan berarti perubahan jumlah hutang.
4. Macam-Macam Obligasi Syariah
Melalui fatwanya, DSN sebenarnya mengkategorikan tiga jenis pemberian keuntungan kepada investor pemegang Obligasi Syariah. Yaitu, pertama adalah berupa
bagi
hasil
kepada
pemegang
Obligasi
Mudharabah
atau
Musyarakah.Kedua, keuntungan berupa margin bagi pemegang Obligasi Murabahah, Salam atau Istishna. Dan ketiga, berupa fee (sewa) dari aset yang disewakan untuk pemegang Obligasi dengan akad Ijarah. Pada prinsipnya, semua Obligasi Syariah adalah surat berharga bukti investasi jangka panjang yang berdasarakan prinsip syariah Islam. Namun yang membedakan adalah akad dan transaksinya. Adapun transaksi sukuk yang berlaku di Indonesia adalah sebagai berikut: 1. Obligasi Mudharabah Dimana obligasi mudharabah memakai akad bagi hasil pada saat pendapatan emiten telah di ketahui dengan jelas. Penerapan mudharabah dalam obligasi cukup sederhana. Emiten bertindak selaku mudharib (pengelola dana) dan investor
16
bertindak selaku shahibul mal, alias pemilik modal. Keuntungan yang diperoleh investor merupakan bagian proporsional keuntungan dari pengelolaan dana oleh investor. Menyikapi adanya indikasi bahwa terdapat kontradiksi antara mudharabah dan obligasi dalam definisi, serta masih adanya anggapan bahwa obligasi syariah mudharabah sejatinya tetaplah sebagai surat hutang, lebih lanjut, Hakim mengatakan bahwa transaksi mudharabah dalam konteks obligasi syariah mudaharabah ini adalah transaksi investment, bukan hutang piutang. Karena investment merupakan milik pemilik modal, maka ia dapat menjualnya kepada pihak lain. Prinsip inilah yang mendasari dibolehkan adanya secondary market bagi obligasi mudharabah. Contoh: Sebagai contoh Berlian Laju Tanker telah menerbitkan Obligasi Mudharabah senilai Rp 100 miliar. Dananya digunakan untuk membeli kapal tanker (66%) dengan tambahan modal kerja perusahaan (34%). Obligasi berjangka waktu 5 tahun yang dicatakan di BES ini memperoleh keuntungan dari bagi hasil berdasarkan pendapatan perseroan dari pengoperasian kapal tanker MT Gardini atau kapal lain yang beroperasi untuk melayani Pertamina, sehingga return-nya berubah setiap tahun sesuai pendapatan.
17
2. Obligasi Ijarah Dimana obligasi ijarah memakai akad sewa menyewa sehingga kupon (fee ijarah) bersifat tetap, dan bisa diperhitungkan sejak awal obligasi diterbitkan Contoh: Penerapan akad Ijarah secara praktis dapat kita lihat pada Matahari Departemen Store. Perusahaan ritel ini mengeluarkan Obligasi Ijarah senilai Rp 100 miliar. Dananya digunakan untuk menyewa ruangan usaha dengan akad wakalah, dimana Matahari bertindak sebagai wakil untuk melaksanakan ijarah atas ruangan usaha dari pemiliknya (pemegang obligasi/investor). Ruang usaha yang disewa adalah Cilandak Town Square di Jakarta. Ruang usaha tersebut dimanfaatkan Matahari sesuai dengan akad wakalah, dimana atas manfaat tersebut Matahari melakukan pembayaran sewa (fee ijarah) dan dana obligasi. Fee ijarah dibayarkan setiap tiga bulan, sedangkan dana obligasi dibayarkan pada saat pelunasan obligasi. Jangka waktu obligasi tersebut selama lima tahun. 5. Tujuan Penerbitan Obligasi Penerbitan obligasi dilakukan untuk perusahaan yang membutuhkan dana, baik yang ekspansi bisnis ataupun untuk memenuhi kebutuhan keuangan perusahaan dalam jangka pendek ataupun jangka panjang. Obligasi pada dasarnya merupakan surat hutang yang ditawarkan kepada publik. Apabila investor berminat, ia bisa membeli melalui pihak penjamin (underwriter) atau agen penjual lewat penjualan di pasar perdana, atau melalui
18
broker dealer apabila dibeli melalui pasar sekunder. Dengan membeli obligasi tersebut, pembeli akan mendapatkan imbalan pendapatan tingkat suku bunga (kupon) yang ditawarkan sebelumnya seperti yang tertulis dalam propektus obligasi. Perusahaan yang menerbitkan obligasi memiliki beberapa tujuan penting menurut Rahardjo (2003:10), diantaranya : a. Mendapatkan jumlah dana yang lebih fleksibel Dengan menerbitkan obligasi maka perusahaan akan mendapatkan tambahan dana yang disesuaikan dengan kinerja keuangan perusahaan misalnya jumlah aliran kas perusahaan, jumlah utang yang ada serta kemampuan pembayaran bunga obligasi dan pelunasan pokok obligasi pada saat jatuh tempo, bunga disesuaikan dengan prospek dari industri bisnis perusahaan di masa mendatang. Dibandingkan dengan mengajukan pinjaman dana ke bank, keputusan besarnya pinjaman biasanya disesuaikan dengan nilai jaminan (collateral) yang dimiliki perusahaan. Sedangkan menerbitkan obligasi tidak harus memberikan jaminan, hal ini memberikan daya tarik bagi perusahaan. Dengan menerbitkan obligasi, pihak perusahaan akan lebih fleksibel menentukan besar kecilnya dana yang dibutukan sesuai dengan kemampuan pasar (investor) dalam menyerap penerbitan obligasi tersebut serta kemampuan pihak penjamin emisi dalam memberikan komitmen jumlah penerbitan obligasi.
19
b. Mendapatkan pinjaman dengan suku bunga fleksibel Perusahaan yang menerbitkan obligasi akan mendapatkan dana tambahan dengan tingkat suku bunga yang lebih fleksibel. Proses penentuan tingkat suku bunga (kupon) obligasi ditentukan berdasarkan kemampuan keuangan perusahaan serta memperhatikan kondisi tingkat suku bunga di perbankan. Dibandingkan dengan peminjam dana dari perbankan. Penentuan tingkat suku bunga cenderung berpihak pada kepentingan kreditur (bank) sedangkan apabila menerbitkan obligasi proses penentuan tingkat suiku bunga relatif fleksibel disesuaikan dengan kemampuan dan kepentingan penerbit obligasi. c. Mendapatkan alternatif pembiayaan melalui pasar modal Seperti diketahui, obligasi termasuk juga jenis hutang jangka panjang. Perusahaan yang kesulitan melakukan pinjaman melalui perbankan bisa mencari alternatif pendanaan melalui pasar modal dengan dengan menerbitkan obligasi sejumlah dana yang dibutukan.
B. Saham
1. Pengertian Saham
Saham (stock) dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan modal seseorang atau pihak (badan usaha) dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas. Dengan menyertakan modal tersebut, maka pihak tersebut memiliki klaim atas pendapatan
20
perusahan, klaim atas aset perusahaan, dan berhak hadir dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).
Darmadji dan Fakhruddin (2006:6) mengemukakan bahwa wujud saham adalah selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik perusahaan yang menerbitkan surat tersebut. Porsi kepemilikan ditentukan oleh seberapa besar penyertaan yang ditanamkan di perusahaan.
Sifat dasar investasi saham adalah memberikan peran bagi investor dalam memperoleh laba perusahaan. Setiap pemegang saham merupakan sebagian pemilik perusahaan, sehingga mereka berhak atas bagian penghasilan perusahaan hanya setelah seluruh kewajiban perusahaan terpenuhi.
2. Jenis-Jenis Saham
Saham adalah surat bukti penyertaan dalam kepemilikan suatu Perseroan Terbatas (PT) yang memberi hak atas dividen dan lain-lain menurut besar kecilnya modal di sektor saham dibagi menjadi dua :
a. Menurut Cara Peralihan
i.
Saham atas unjuk (Bearer Stocks). Tanpa identitas pemilik.
ii.
Saham atas nama (Registered Stocks).
b. Menurut Hak Tagihan
21
i.
Saham Preferen
Saham Preferen adalah saham yang mempunyai hak-hak istimewa sifatnya merupakan gabungan (Hybrid) antara obligasi dan saham biasa. Artinya di samping memiliki karakteristik seperti obligasi juga memiliki karakteristik preferen antara lain :
a. Preferen terhadap dividen artinya pemegang saham preferen mempunyai hak lebih dahulu untuk memperoleh hak dividen daripada pemegang saham biasa.
b. Preferen pada aktiva saat likuiditas pada saat perusahaan dibubarkan maka pemegang saham preferen nempunyai hak atas lebih dahulu daripada saham biasa.
c. Memperoleh hasil yang tetap seperti bunga obligasi.
ii.
Saham Biasa (Common Stock)
Saham biasa adalah saham yang mempunyai hak satu suara. Hak yang dimiliki pemegang saham biasa adalah :
a. Hak kontrol adalah hak untuk mengawasi operasi perusahaan.
b. Hak memperoleh bagian keuntungan perusahan.
22
c. Hak prefentive yaitu hak untuk membeli saham terlebih dahulu sebesar presentase tertentu. Jika perusahaan mengeluarkan tambahan saham baru.
3. Harga Saham
Horne (1997:70) menyatakan bahwa nilai pasar dari sekuritas merupakan harga pasar dari sekuritas itu sendiri. Untuk sekuritas yang diperdagangkan dengan aktif, nilai pasar merupakan harga terakhir yang dilaporkan pada saat sekuritas terjual.
Dalam teori manajemen dijelaskan bahwa tujuan dan sarana yang digunakan sebagai standar dalam memberikan penilaian efisien atau tidaknya suatu keputusan keuangan dapat dilihat dari nilai perusahaan. Perusahaan yang menerbitkan saham, nilai perusahaan yaitu nilai saham ditambah dengan nilai pasar hutang. Husnan (2001) menyatakan bahwa nilai saham adalah harga pasar dikalikan dengan jumlah saham yang beredar.
Horne (1997:5) menyatakan bahwa harga pasar bertindak sebagai barometer dari kinerja bisnis. Harga pasar menunjukkan seberapa baik manajemen menjalankan tugasnya atas nama para pemegang saham. Oleh karena itu manajemen selalu berada dalam pengawasan. Para pemegang saham yang tidak puas dengan kinerja manajemen dapat menjual saham yang mereka miliki dan menginvestasikan uangnya di perusahaan lain. Tindakan-tindakan tersebut jika dilakukan oleh pasar pemegang saham dapat mengakibatkan turunnya harga
23
saham di pasar. Pada dasarnya tinggi rendah harga saham lebih banyak dipengaruhi oleh pertimbangan pembeli dan penjual tentang kondisi internal dan eksternal perusahaan. Hal ini berkaitan dengan analisis sekuritas yang umumnya dilakukan investor sebelum membeli atau menjual saham.
4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Harga Saham
Menurut Weston dan Brigham (2001:26), faktor-faktor yang mempengaruhi harga saham adalah :
a. Laba Per Lembar Saham (Earning Per Share / EPS)
Seorang investor yang melakukan investasi pada perusahaan akan menerima laba atas saham yang dimilikinya. Semakin tinggi laba per lembar saham (EPS) yang diberikan perusahaan akan memberikan pengembalian yang cukup baik. Ini akan mendorong investor untuk melakukan investasi yang lebih besar lagi sehingga harga saham perusahaan akan meningkat.
b. Tingkat Bunga
Tingkat bunga dapat mempengaruhi harga saham dengan cara :
1. Mempengaruhi persaingan pasar di pasar modal antara saham dengan obligasi, apabila suku bunga naik maka investor akan menjual
24
sahamnya untuk ditukarkan dengan obligasi. Hal sebaliknya juga akan terjadi apabila tingkat bunga mengalami penurunan.
2. Menpengaruhi laba perusahaan, hal ini terjadi karena bunga adalah biaya, semakin tinggi suku bunga maka semakin rendah laba perusahaan. Suku bunga juga mempengaruhi kegiatan ekonomi yang juga akan mempengaruhi laba perusahaan.
c. Jumlah Kas Dividen yang diberikan
Kebijakan pembagian dividen dapat dibagi menjadi dua, yaitu sebagian dibagikan dalam bentuk dividen dan sebagian lagi disisihkan sebagai laba ditahan. Sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi harga saham, maka peningkatan pembagian dividen merupakan salah satu cara untuk meningkatkan kepercayaan dari pemegang saham karena jumlah kas dividen yang besar adalah yang diinginkan oleh investor sehingga harga saham naik.
d. Jumlah Laba yang Didapat Perusahaan
Pada umumnya, investor melakukan investasi pada perusahaan yang mempunyai profit yang cukup baik karena menunjukkan prospek yang cerah sehingga investor tertarik untuk berinvestasi yang nantinya akan mempengaruhi harga saham perusahaan.
25
e. Tingkat Resiko dan Pengembalian
Apabila tingkat resiko dan proyeksi laba yang diharapkan perusahaan meningkat maka akan mempengaruhi harga saham perusahaan. Biasanya semakin tinggi resiko maka semakin tinggi pula tingkat pengembalian saham yang diterima.
Sedangkan menurut
Alwi (2003:87), ada beberapa faktor yang
mempengaruhi pergerakan harga saham atau indeks harga saham, antara lain :
a. Faktor Internal (Lingkungan Mikro)
1. Pengumuman tentang pemasaran, produksi, penjualan seperti pengiklanan, rincian kontrak, perubahan harga, penarikan produk baru, laporan produksi, laporan keamanan produk dan laporan penjualan.
2. Pengumuman
pendanaan
(financing
announcement),
seperti
pengumuman yang berhubungan dengan ekuitas dan hutang.
3. Pengumuman badan direksi manajemen (management-board of director announcement) seperti perubahan dan pergantian direktur direktur, manajemen dan struktur organisasi.
26
4. Pengumuman pengambilalihan diverifikasi, seperti laporan merger, investasi ekuitas laporan take over oleh pengakuisisian dan diakuisisi, laporan divestasi dan lainnya.
5. Pengumuman
investasi
(investment
announcement),
seperti
melakukan ekspansi pabrik, pengembangan riset dan penutupan usaha lainnya.
6. Pengumuman ketenagakerjaan (labour announcements), seperti negoisasi baru, kontrak baru, pemogokan dan lainnya.
7. Pengumuman laporan keuangan perusahaan, seperti peramalan laba sebelum akhir tahun fiskal dan setelah akhir tahun fiskal, Earning Per Share (EPS) dan Dividen Per Share (DPS), Price Earning Ratio (PER), Return On Assets (ROA) , dll.
b. Faktor Eksternal (Lingkungan Makro)
1. Pengumuman dari pemerintah seperti perubahan suku bunga tabungan dan deposito, kurs valuta asing, inflasi, serta berbagai regulasi
dan
pemerintah.
deregulasi
ekonomi
yang
dikeluarkan
oleh
27
2. Pengumuman hukum (legal announcements), seperti tuntutan karyawan terhadap perusahaan atau terhadap managernya dan tuntutan perusahaan terhadap managernya.
3. Pengumuman industri sekuritas (securities announcements), seperti laporan pertemuan tahunan, insider trading, volume atau harga saham perdagangan, pembatasan/penundaan trading.
4. Gejolak politik dalam negeri dan fluktuasi nilai tukar juga merupakan faktor yang berpengaruh signifikan pada terjadinya pergerakan harga saham di bursa efek suatu negara.
5. Berbagai isu baik dari dalam negeri dan luar negeri
C. Efisiensi Pasar
Efisiensi pasar modal ditunjukkan oleh kondisi di mana informasi bisa diakses oleh semua investor secara cepat dan tepat. Efisiensi pasar dapat diuji dengan melihat abnormal return yang terjadi. Pasar dikatakan tidak efisien jika satu atau beberapa pelaku pasar dapat menikmati abnormal return dalam jangka waktu yang cukup lama. Abnormal
return atau
excess return merupakan
kelebihan dari return yang sesungguhnya terjadi terhadap return normal. Return normal
merupakan return ekspektasi (return yang diharapkan oleh investor).
Dengan demikian abnormal return adalah selisih antara actual return dengan expected return.
28
Formula yang digunakan untuk menghitung abnormal return (Jogiyanto, 2003:433) adalah sebagai berikut : ARit Rit E ( Rit ) Notasi : ARit
= abnormal return saham i pada periode t
Rit
= actual return saham i pada periode t
E(Rit) = expected return saham i pada periode t Event Study “Merupakan studi peristiwa yang mempelajari reaksi pasar terhadap suatu peristiwa (event). Event study dapat digunakan untuk menguji kandungan informasi (information content) dari suatu peristiwa” (Jogiyanto, 2003:318).
D. Penelitian Sebelumnya Beberapa penelitian dengan menggunakan event study yang digunakan untuk mengamati efisiensi pasar modal di Bursa Efek Indonesia, antara lain dilakukan oleh Suryawijaya dan Setiawan (1998) mengenai Reaksi Pasar Modal Indonesia terhadap Peristiwa Politik Dalam Negeri pada tanggal 27 Juli 1996. Hasil yang diperoleh adalah adanya negative abnormal return yang signifikan (reaksi negatif) pada event date. Dalam waktu tiga hari terjadi perubahan pada abnormal return menjadi positif, sebagai reaksi atas pernyataan pemerintah
29
bahwa kerusuhan telah terkendali dan dijamin akan kestabilan politik yang berkaitan erat dengan kelangsungan dan kepastian melakukan kegiatan bisnis. Penelitian event study terhadap peristiwa politik juga dilakukan oleh R. Gatot Rustamadji. Dalam penelitiannya, Rustamadji meneliti mengenai Analisis Ekspektasi Investor di Bursa Efek Indonesia terhadap Peristiwa Keputusan Memorandum oleh DPR dalam Kasus Buloggate dan Bruneigate dengan 45 sampel perusahaan yang tergabung dalam kelompok saham LQ 45. Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa abnormal return yang diterima oleh para investor, secara signifikan terjadi pada hari ke 5 sebelum peristiwa terjadi (t-5), pada saat peristiwa terjadi (event day), dan pada hari ke 6 setelah peristiwa terjadi (t+6). Hal ini mengidentifikasikan bahwa peristiwa dalam penelitian ini termasuk dalam peristiwa dimana informasi telah dapat diantisipasi terlebih dahulu oleh para investor (Anticipated event). Treisye (2002) dalam penelitiannya menguji Reaksi Pasar Modal terhadap peristiwa pergantian Presiden Republik Indonesia 23 Juli 2001. Penelitian ini menyimpulkan bahwa peristiwa 23 Juli 2001 merupakan peristiwa murni politik yang dipandang oleh para pelaku pasar memiliki dampak ekonomi dan dikategorikan sebagai berita baik (good news). Terbukti dengan perkembangan Cumulative Average Abnormal Return (CAAR) yang terus meningkat sebelum dan sesudah peristiwa 23 Juli 2001. Secara umum, penelitian ini menunjukkan bahwa Bursa Efek Indonesia semakin sensitif terhadap munculnya berbagai informasi yang relevan.
30
Baihaqi dan Laely (2005) meneliti pengaruh Pemilihan Umum 5 April 2004 terhadap return saham LQ 45 di Bursa Efek Indonesia. Dari penelitian ini disimpulkan bahwa Pemilu 5 April 2004 tidak mempengaruhi secara signifikan terhadap return saham dari perusahaan LQ 45. Event study yang mengamati reaksi pasar modal dengan event berupa aktivitas ekonomi dilakukan oleh Indrianita Anis (2003) yang menguji Pengaruh Pengumuman Dividen terhadap Stock Return disekitar tanggal Pengumuman. Penelitian ini menyimpulkan bahwa terdapat kenaikan Abnormal Return yang tidak signifikan selama tanggal pengumuman dividen. Hasil penelitian ini tidak berhasil mendukung hipotesis bahwa pengumuman dividen mempunyai pengaruh positif terhadap stock returns. Perbedaan ini dimungkinkan karena keterbatasanketerbatasan dalam penelitian ini. Penelitian lain oleh Endah Diansari dan Kusharyanti (2004) yang meneliti reaksi pasar atas perubahan pemeringkatan obligasi, menyimpulkan bahwa terdapat abnormal return saham yang signifikan pada saat pengumuman bond rating dan setelah pengumuman bond rating. Diketahui juga bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata abnormal return saham sebelum pengumuman bond rating dan rata-rata abnormal return saham setelah pengumuman bond rating. Penelitian lainnya oleh Nunung Ghoniyah, Mutamimah, dan Jenar Widayati yang meneliti reaksi pasar modal Indonesia terhadap pengumuman penerbitan obligasi syariah, menyimpulkan bahwa terdapat return saham yang
31
signifikan
pada saat pengumuman penerbitan obligasi syariah dan setelah
pengumuman penerbitan obligasi syariah. Diketahui juga bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata return saham sebelum pengumuman penerbitan obligasi syariah dan rata-rata
return saham setelah pengumuman
penerbitan obligasi syariah. Berdasarkan beberapa hasil penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa pengaruh peristiwa yang terkait langsung dengan aktivitas ekonomi dan non ekonomi (sosial politik) terhadap reaksi pasar modal sangat bervariasi. E. Kerangka Pemikiran Gambar 2.1 Bagan Kerangka Pemikiran Perusahaan Emiten Penerbit Obligasi Syariah
Mengumumkan penerbitan obligasi syariah
Reaksi Investor
Harga saham periode hari t
Return saham perusahaan hari t-
Return saham perusahaan hari t
Harga saham periode hari t+
Return saham perusahaan hari t+
Ada tidaknya perbedaan return saham sebelum dan sesudah tanggal pengumuman penerbitan obligasi syariah
Pasar tidak bereaksi terhadap informasi pengumuman penerbitan obligasi syariah
Pasar bereaksi terhadap informasi pengumuman penerbitan obligasi syariah
Obligasi syariah menjadi instrumen yang dipertimbangkan, tidak atau kurang dipertimbangkan oleh investor dalam mengambil keputusan dalam perdagangan saham
Uji Beda
Harga saham periode hari t-