BAB II LANDASAN TEORI
II.1
Laporan Keuangan
II.1.1 Definisi Laporan Keuangan Laporan keuangan adalah laporan yang berisi informasi keuangan yang dapat digunakan sebagai dasar untuk melakukan penilaian terhadap kondisi keuangan suatu perusahaan. Pengertian laporan keuangan menurut beberapa ahli : Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2009) : Laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan (yang dapat disajikan dalam berbagai cara misalnya sebagai laporan arus kas, atau laporan arus dana), catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan. Disamping itu juga termasuk skedul dan informasi tambahan yang berkaitan dengan laporan tersebut, misal, informasi keuangan segmen industri dan geografis serta pengungkapan pengaruh perubahan harga.
8
Menurut Hery (2012) : Laporan keuangan adalah hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk mengkomunikasikan data keuangan atau aktivitas perusahaan kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Menurut Swain, Stice, Stice dan Albercht (2008) : Laporan keuangan adalah “Reports such as the balance sheet, income statement, and statement of cash flows, which summarize the financial status and results of operations of a business entity”. Maka dapat disimpulkan bahwa laporan keuangan adalah hasil dari proses akuntansi yang diperlukan oleh pihak-pihak yang memiliki kepentingan untuk mendapatkan gambaran mengenai kondisi dan proyeksi keuangan perusahaan yang terdiri dari neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan, dan catatan atas laporan keuangan.
II.1.2 Keterbatasan Laporan Keuangan Menurut Munawir (2004) laporan keuangan memiliki beberapa keterbatasan antara lain : 1. Laporan keuangan yang dibuat secara periodic pada dasarnya merupakan interim report (laporan yang dibuat antara waktu tertentu yang sifatnya sementara) dan bukan merupakan laporan yang final. Semua jumlah-jumlah atau hal-hal yang dilaporkan dalam laporan keuangan tidak menunjukkan nilai likuiditas atau 9
realisasi, dimana dalam interim report ini terkandung pendapat-pendapat pribadi (personal judgment) yang telah dilakukan oleh akuntan atau manajemen yang bersangkutan. 2. Laporan keuangan menunjukkan angka dalam rupiah yang kelihatannya bersifat pasti dan tepat, tetapi sebenarnya dasar penyusunannya menggunakan standar nilai yang mungkin berbeda atau berubah-ubah. 3. Laporan keuangan disusun berdasarkan hasil pencatatan transaksi keuangan atau nilai rupiah waktu atau tanggal yang lalu, di mana daya beli (purchasing power) uang tersebut semakin menurun, dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Sehingga kenaikan volume penjualan yang dinyatakan dalam rupiah belum tentu mencerminkan unit yang dijual semakin besar, mungkin kenaikan itu disebabkan naiknya harga jual barang tersebut yang mungkin juga diikuti kenaikan tingkat harga-harga. 4. Laporan keuangan tidak dapat mencerminkan berbagai faktor yang dapat mempengaruhi posisi atau keadaan keuangan perusahaan. Karena faktor-faktor tersebut tidak dapat dinyatakan dengan satuan uang , misalnya reputasi perusahaan, adanya beberapa pesanan yang tidak dapat dipenuhi atau adanya kontrak-kontrak pembelian maupun penjualan yang telah disetujui.
II.1.3 Jenis-Jenis Laporan Keuangan II.1.3.1 Neraca Neraca adalah sebuah laporan tentang posisi keuangan perusahaan pada suatu titik tertentu (Brigham dan Houston, 2010). Jadi, neraca bertujuan untuk 10
menunjukkan posisi keuangan pada suatu waktu tertentu, biasanya pada akhir periode akuntansi. Unsur-unsur yang berkaitan langsung dengan pengukuran posisi keuangan adalah aset, kewajiban, dan ekuitas, yang akan dijelaskan sebagai berikut : A. Aset Aset adalah sumber daya yang dikuasai oleh perusahaan sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi di masa depan diharapkan akan diperoleh perusahaan (IAI, 2009). Menurut Munawir (2004) aset dapat diklasifikasikan menjadi dua bagian utama yaitu: a. Aset lancar Yaitu uang kas dan aktiva lainnya yang diharapkan dapat dicairkan, ditukarkan menjadi uang tunai, dijual, atau digunakan periode berikutnya paling lama satu tahun atau dalam perputaran kegiatan perusahaan yang normal (Munawir, 2004). b. Aset tetap (tidak lancar) Yaitu aktiva yang mempunyai umur kegunaan relatif permanen atau jangka panjang, yakni mempunyai umur ekonomis lebih dari satu tahun atau tidak akan habis dalam satu kali perputaran operasi perusahaan (Munawir, 2004).
11
B. Kewajiban Merupakan semua kewajiban-kewajiban perusahaan kepada pihak lain yang belum terpenuhi, dimana hutang ini merupakan sumber dana atau modal perusahaan yang berasal dari kreditur. (Munawir, 2004). Kewajiban dapat diklasifikasikan menjadi dua bagian yaitu kewajiban lancer (jangka pendek) dan kewajiban jangka panjang. a. Kewajiban lancar (jangka pendek) Adalah kewajiban keuangan perusahaan yang pelunasannya atau pembayaran akan dilakukan dalam jangka pendek yaitu satu tahun sejak tanggal neraca dengan menggunakan aktiva lancar yang dimiliki perusahaan (Munawir, 2004). b. Kewajiban jangka panjang Adalah kewajiban keuangan yang jangka waktu pembayarannya lebih dari satu tahun sejak tanggal neraca, yang meliputi hutang obligasi, hutang hipotik, dan pinjaman jangka panjang yang lain (Munawir, 2004). C. Ekuitas Modal sendiri adalah ekuitas yang berasal dari pemilik perusahaan dan tertanam di dalam perusahaan untuk waktu yang tidak tertentu lamanya. Ekuitas dari sumber ini merupakan dana yang berasal dari pemilik perusahaan atau dapat pula bersumber dari pendapatan atau laba yang ditahan. (Riyanto, 2010)
12
II.1.3.2 Laporan Laba Rugi Laporan laba rugi merupakan laporan yang mengikhtisarkan pendapatan dan pengeluaran perusahaan selama satu periode akuntansi, yang biasanya setiap satu kuartal atau satu tahun (Brigham dan Houston, 2010). Belum ada keseragaman tentang susunan laporan laba-rugi bagi tiap-tiap perusahaan. Prinsip-prinsip yang umumnya diterapkan dalam penyusunan laporan laba rugi adalah sebagai berikut: 1.
Bagian yang pertama menunjukkan penghasilan yang diperoleh dari usaha pokok perusahaan (penjualan barang dagangan atau memberikan jasa) diikuti dengan harga pokok dari barang/jasa yang dijual, sehingga diperoleh laba kotor.
2.
Bagian kedua menunjukkan beban-beban operasional yang terdiri dari biaya penjualan dan biaya umum/ administrasi (operating expense)
3.
Bagian ketiga menunjukkan hasil-hasil yang diperoleh di luar operasi pokok perusahaan, yang diikuti dengan beban-beban yang terjadi di luar usaha pokok perusahaan (non operating/ financial income dan expenses)
4.
Bagian keempat menunjukkan laba atau rugi yang insidentil (extra ordinary gain or loss) sehingga akhirnya diperoleh laba bersih sebelum pajak pendapatan (Munawir, 2004).
Bentuk dari laporan laba rugi yang umum digunakan adalah sebagai berikut: a)
Laporan laba rugi bentuk langsung (Single Step Income Statement) Laporan laba rugi bentuk single step ini menggabungkan semua
13
penghasilan menjadi satu kelompok dan semua biaya dalam satu kelompok,
sehingga
untuk
menghitung
laba/rugi
bersih
hanya
membutuhkan satu langkah yaitu dengan mengurangkan total biaya terhadap total penghasilan. b)
Laporan laba rugi bertahap (Multiple Step Income Statement) Dalam laporan bertahap ini pengelompokan yang dilakukan lebih teliti dan sesuai dengan prinsip yang digunakan secara umum. Laporan laba rugi terdiri atas dua unsur yakni penghasilan (income) dan
beban (expenses). Berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan paragraf 70, unsurunsur tersebut dijelaskan sebagai berikut : 1.
Penghasilan (income) adalah kenaikan manfaat ekonomi selama suatu periode akuntansi dalam bentuk pemasukan atau penambahan aset atau penurunan kewajiban yang mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi penanam modal (IAI, 2009). Berdasarkan definisi diatas, penghasilan meliputi baik pendapatan (revenues) maupun keuntungan (gains) yang akan dijelaskan sebagai berikut: a) Pendapatan (revenues), adalah aliran masuk atau kenaikan aktiva suatu perusahaan atau penyelesaian kewajiban selama periode waktu tertentu, yang timbul dari penjualan barang dagang, penyerahan jasa, dan elemen pendapatan lainnya. b) Keuntungan (gains) adalah kenaikan dalam aktiva bersih yang timbul dari transaksi-transaksi atau kejadian lain dan karena kondisi-kondisi lain yang dapat mempengaruhi aktiva bersih.
14
2.
Beban (expenses) adalah penurunan manfaat ekonomi selama suatu periode akuntansi dalam bentuk arus keluar atau berkurangnya aset atau terjadinya kewajiban yang mengakibatkan penurunan ekuitas yang tidak menyangkut pembagian kepada penanam modal (IAI, 2009). Definisi beban diatas mencakup: a) Beban yang timbul dalam pelaksanaan aktivitas normal perusahaan meliputi beban pokok penjualan, penyusutan, dan gaji. Beban tersebut biasanya berbentuk arus keluar atau berkurangnya aktiva seperti kas (dan setara kas), persediaan, dan aktiva tetap. b) Kerugian yakni mencerminkan pos lain yang memenuhi definisi beban yang mungkin timbul atau mungkin tidak timbul dari aktivitas perusahaan yang biasa (IAI, 2009).
II.1.3.3 Laporan Arus Kas Laporan arus kas merupakan suatu laporan yang memberikan informasi yang relevan tentang penerimaan dan pengeluaran kas suatu perusahaan pada suatu periode waktu tertentu dengan mengklasifikasikan transaksi pada kegiatan operasi, pembiayaan, dan investasi. (Harahap, 2009). Laporan arus kas mengklasifikasikan arus kas berdasarkan aktivitas operasi, investasi, dan pendanaan. Aktivitas operasi adalah aktivitas penghasil utama pendapatan perusahaan (principal revenue-producing activites) dan aktivitas lain yang bukan merupakan aktivitas investasi dan aktivitas pendanaan. Aktivitas investasi adalah perolehan dan pelepasan aset jangka panjang serta
15
investasi lain yang bukan termasuk setara kas. Aktivitas pendanaan adalah aktivitas yang mengakibatkan perubahan dalam jumlah serta komposisi modal dan pinjaman perusahaan.
II.1.3.4 Laporan Perubahan Ekuitas Adalah laporan yang berisi jumlah dan jenis modal yang dimiliki pada saat ini. Kemudian, laporan ini juga menjelaskan perubahan modal dan sebabsebab terjadinya perubahan modal di perusahaan. Perusahaan menyajikan laporan perubahan ekuitas sebagai salah satu komponen utama laporan keuangan yang menunjukkan : 1. Laba atau rugi bersih dalam suatu periode waktu. 2. Semua pos pendapatan dan beban, keuntungan atau kerugian beserta jumlahnya yang berdasarkan PSAK diakui secara langsung dalam perubahan ekuitas. 3. Pengaruh kumulatif dari perubahan kebijakan akuntansi dan penyesuaian terhadap kesalahan mendasar sebagaimana diatur dalam PSAK terkait. 4. Transaksi modal dengan pemilik dan distribusi kepada pemilik. 5. Saldo akumulasi laba atau rugi laba pada awal dan akhir periode serta perubahannya. 6. Rekonsiliasi antara nilai tercatat dari masing-masing jenis modal saham, agio dan cadangan pada awal dan akhir periode yang mengungkapkan secara terpisah setiap perubahan. (IAI, 2009).
16
II.1.3.5 Catatan Atas Laporan Keuangan Mengacu pada pendapat Swain, Stice, Stice dan Albrecht (2008) catatan atas laporan keuangan menjelaskan informasi yang dipertimbangkan sebagai bagian integral atas laporan keuangan. Catatan atas laporan keuangan mengungkapkan beberapa hal yakni: 1.
Informasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan dan kebijakan akuntansi yang dipilih dan diterapkan terhadap transaksi yang penting
2. Informasi yang diwajibkan dalam PSAK tetapi tidak disajikan di neraca, laporan laba rugi, laporan arus kas, dan laporan perubahan ekuitas. 3.
Informasi tambahan yang tidak disajikan dalam laporan keuangan tetapi diperlukan dalam rangka penyajian secara wajar (IAI, 2009).
II.2
Tujuan Laporan Keuangan Laporan keuangan disusun untuk memenuhi suatu tujuan. Menurut IAI (2009) tujuan dari penyusunan laporan keuangan adalah sebagai berikut : 1. Menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi. 2. Memenuhi kebutuhan bersama sebagian besar pengguna. Namun demikian, laporan keuangan tidak menyediakan semua informasi yang mungkin dibutuhkan pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi karena secara umum menggambarkan pengaruh keuangan dari kejadian di masa lalu, dan tidak diwajibkan untuk menyediakan informasi non
17
keuangan. 3. Menunjukkan apa yang telah dilakukan manajemen (stewardship), atau pertanggungjawaban manajemen atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya. Pengguna yang ingin menilai kinerja manajemen sehingga mereka dapat membuat keputusan ekonomi, yang mungkin mencakup keputusan untuk menahan atau menjual investasi mereka dalam perusahaan atau keputusan mengangkat atau mengganti manajemen. Kemudian dapat disimpulkan bahwa penyajian laporan keuangan bertujuan untuk menyediakan informasi berkaitan dengan posisi keuangan, kinerja manajemen serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang memiliki manfaat bagi pengguna informasi keuangan tersebut sebagai bahan evaluasi dan perbandingan untuk melihat dampak keuangan yang timbul dari keputusan ekonomi yang akan atau telah diambilnya. Informasi keuangan juga diperlukan untuk menilai dan memprediksi kesehatan perusahaan di masa mendatang.
II.3
Nilai Perusahaan Nilai perusahaan dapat didefinisikan sebagai nilai wajar perusahaan yang dapat menggambarkan persepsi investor terhadap emiten bersangkutan. Menurut Soliha dan Taswan (2002) nilai perusahaan yang tinggi mengindikasi kemakmuran pemegang saham juga tinggi. Harga saham yang tinggi juga disebut-sebut dapat menggambarkan nilai perusahaan yang baik di mata investor. Namun pada kenyataannya tidak semua perusahaan menginginkan harga saham
18
mereka tinggi, hal ini dikarenakan mereka takut harga saham tinggi menyebabkan saham mereka tidak laku dijual atau tidak dapat menarik perhatian investor. Harga saham harus dapat dibuat seoptimal mungkin dimana harga saham tidak terlalu tinggi dan tidak juga terlalu rendah. Harga saham yang terlalu rendah juga dapat berdampak tidak baik pada citra perusahaan di mata para investor. Mengoptimalkan harga saham dapat dicapai dengan menarik kesimpulan dari pengalaman yang dimiliki perusahaan selama menjual sahamnya di bursa efek. Apabila permintaan terhadap saham perusahaan banyak, maka perusahaan dapat menaikkan harga sahamnya. Sebaliknya, jika permintaan terhadap saham perusahaan sedikit maka perusahaan dapat menurunkan harga sahamnya. Nilai perusahaan menggambarkan kinerja manajemen dalam mengelola sumber daya yang dipercayakan kepadanya.
II.4
Kinerja Keuangan Menurut Munawir (2004), kinerja keuangan perusahaan merupakan satu diantara dasar penilaian mengenai kondisi keuangan perusahaan yang dilakukan berdasarkan analisa terhadap rasio keuangan perusahaan. Pihak yang memiliki kepentingan sangat membutuhkan hasil dari pengukuran kinerja keuangan perusahaan untuk menilai tingkat keberhasilan perusahaan dalam menjalankan kegiatan operasionalnya. Analisis rasio keuangan merupakan cara yang dapat digunakan untuk menggambarkan prestasi perusahaan yang menunjukkan perubahan dalam kondisi keuangan atau prestasi operasi masa lalu.
19
Tujuan pengukuran kinerja keuangan menurut Munawir (2004) adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui tingkat likuiditas, yaitu kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban keuangannya yang harus segera dipenuhi pada saat ditagih. 2. Untuk mengetahu tingkat solvabilitas, yaitu kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban keuangannya apabila perusahaan tersebut dilikuidasi. 3. Untuk
mengetahui
tingkat
profitabilitas
dan
rentabilitas,
yaitu
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba selama periode waktu tertentu yang dibandingkan dengan penggunaan aset atau ekuitas secara produktif. 4. Untuk mengetahui tingkat aktivitas usaha, yaitu kemampuan perusahaan dalam menjalankan dan mempertahankan usahanya agar tetap stabil, yang diukur dari kemampuan perusahaan dalam membayar pokok hutang dan beban bunga tepat waktu, serta pembayaran dividen secara teratur kepada para pemegang saham tanpa mengalami kesulitan atau krisis keuangan.
Menurut Harahap (2009), rasio keuangan merupakan angka yang diperoleh dari hasil perbandingan dari satu akun laporan keuangan dengan akun lainnya yang mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan. Pada
20
umumnya, kinerja keuangan perusahaan dinilai baik jika besarnya rasio keuangan perusahaan bernilai sama dengan atau di atas standar rasio keuangan. Menurut Munawir (2004), selain membandingkan rasio keuangan dengan standar rasio, kinerja keuangan juga dapat dinilai dengan membandingkan rasio keuangan tahun dinilai dengan rasio keuangan pada tahun-tahun sebelumnya. Dengan membandingkan rasio keuangan beberapa tahun penelitian dapat menghasilkan kesimpulan mengenai kemajuan atau kemunduran kinerja keuangan suatu perusahaan.
Menurut Riyanto (2010), dalam mengadakan analisis rasio keuangan pada dasarnya dapat melakukannya dengan 2 macam cara perbandingan, yaitu : 1. Membandingkan rasio sekarang (present ratio) dengan rasio-rasio dari waktu-waktu yang lalu atau dengan rasio-rasio yang dipertimbangkan untuk waktu-waktu yang akan dating dari perusahaan yang sama. Dengan cara pembanding ini dapat diketahui perubahan-perubahan dari rasio tersebut dari tahun ke tahun. 2. Membandingkan rasio-rasio dari suatu perusahaan dengan rasiorasio semacam dari perusahaan lain yang sejenis atau industri untuk tahun penelitian yang sama. Dengan menggunakan pembandingan ini dapat diketahui apakah perusahaan terkait dalam aspek keuangan tertentu berada di atas rata-rata industri, berada pada ratarata industri atau berada di bawah rata-rata industri.
21
Menurut Gitman (2002), umumnya rasio dapat dikelompokkan menjadi 5 (lima) kategori dasar: likuiditas, aktivitas, hutang dan pemenuhan, profitabilitas, dan rasio pasar. Likuiditas, aktivitas, dan rasio hutang digunakan untuk mengukur risiko. Rasio profitabilitas mengukur pengembalian, dan rasio pasar mencakup baik risiko maupun pengembalian. 1) Rasio likuiditas, adalah kemampuan perusahaan tersebut untuk memenuhi kebutuhan kewajiban jangka pendek pada saat jatuh tempo. Likuiditas mengacu pada solvabilitas perusahaan keuangan secara keseluruhan sehingga rasio ini dinilai sebagai indikator adanya masalah dalam arus kas perusahaan. Rasio keuangan yang dapat diklasifikasikan sebagai rasio likuiditas adalah rasio lancar (current ratio), rasio cepat (quick ratio/acid-test), dan rasio modal kerja bersih. Ketiga rasio yang termasuk dalam kategori rasio likuiditas ini menunjukkan bahwa semakin tinggi nilai yang diperoleh maka semakin tinggi pula tingkat likuiditas perusahaan yang berarti semakin besar kemampuan dalam membiayai kewajiban jangka pendeknya. 2) Rasio Aktivitas, rasio ini menunjukkan efektifitas perusahaan dalam mengelola sumber daya yang dimilikinya. Rasio ini dapat digunakan untuk menjawab apakah jumlah masing-masing jenis aset dalam neraca sudah dicatat dalam jumlah yang wajar, terlalu tinggi atau terlalu rendah terhadap tingkat operasi saat ini dan proyeksi operasi di masa mendatang. Rasio yang termasuk dalam kategori ini adalah rasio perputaran persediaan (inventory turnover ratio), jangka waktu penagihan (day sales outstanding), rasio
22
perputaran aset tetap (fixed asset turnover ratio) dan rasio perputaran total aset (total assets turnover ratio). 3) Rasio hutang dan pemenuhan a. Rasio hutang (leverage ratio) Menurut Gitman (2002) rasio hutang adalah rasio keuangan yang mengukur jumlah kewajiban yang digunakan untuk mendukung operasi dan kemampuan perusahaan untuk membayar kewajibannya. Rasio ini menunjukkan jumlah sumber dana selain modal sendiri dalam bentuk hutang yang digunakan sebagai pembiayaan bagi kegiatan operasional perusahaan. Rasio yang termasuk dalam kategori ini adalah debt to equity ratio dan debt to total assets ratio. b. Rasio Pemenuhan (coverage ratio) Rasio ini memberikan indikasi kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban pemenuhan atas bunga pinjaman. Beberapa rasio yang dapat dikategorikan sebagai rasio pemenuhan adalah: rasio kemampuan membayar hutang (times-interest-earned ratio), rasio kemampuan membayar bunga tetap (fixed charged coverage ratio), dan rasio pemenuhan arus kas (cash-flow coverage ratio). Tingginya nilai times-interest-earned ratio dan fixed charged coverage ratio menunjukkan besarnya kemampuan perusahaan dapat digunakan untuk memberikan gambaran tentang kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban bunga pinjamannya. Cash flow coverage ratio
23
yang tinggi juga menunjukkan kemampuan laba operasi dalam memenuhi kebutuhan keuangannya. 4) Rasio Profitabilitas, adalah rasio yang digunakan untuk mengukur efektivitas manajemen perusahaan dalam mengolah sumber daya yang dipercayakan kepadanya secara keseluruhan, dan hal ini ditunjukkan dalam besarnya laba yang dihasilkan oleh perusahaan. Rasio ini menggambarkan pengaruh gabungan dari likuiditas, pengelolaan aset, dan pengelolaan hutang terhadap hasil-hasil operasi. Artinya angka dari rasio ini dapat menunjukkan pula bagaimana manajemen mengelola aset dan kewajibannya. Semakin baik manajemen dalam mengelola aset dan kewajibannya maka tingkat profitabilitas akan meningkat dan akan ditandai dengan meningkatnya pula rasio profitabilitas. Rasio ini terdiri dari gross profit margin, net profit margin, return on assets, return on equity. Menurut Brigham dan Houston (2010) ROE merupakan rasio dari laporan keuangan yang mengukur kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba bersih setelah pajak terhadap ekuitas saham biasa, sehingga dapat dikatakan rasio ini menunjukkan seberapa besar keuntungan yang menjadi hak stockholders. Namun demikian dalam perhitungannya rasio ini dipengaruhi oleh besar kecilnya hutang perusahaan sehingga bila ROE perusahaan bernilai cukup tinggi pengguna laporan keuangan perlu memperhatikan terlebih dahulu jumlah hutang perusahaan.
24
5) Rasio Nilai Pasar (market value ratio) Rasio ini menghubungkan harga saham perusahaan dengan laba dan nilai buku per saham. Rasio ini member indikasi kepada manajemen mengenai pendapat investor tentang pencapaian kinerja perusahaan di masa lalu dan prospek pencapaian kinerja perusahaan di masa yang akan datang. Rasio yang dapat dikategorikan sebagai rasio pasar adalah price earning ratio, earning per share, dividend yield, dan market to book ratio.
Kinerja keuangan merupakan salah satu cara yang digunakan oleh para pemegang saham untuk mengukur nilai perusahaan. Pemegang saham menginginkan nilai perusahaan yang tinggi sebab mereka berharap dengan memiliki nilai perusahaan yang tinggi, perusahaan dapat menghasilkan keuntungan yang tinggi juga. Hal ini disebabkan oleh kepercayaan pasar yang meningkat terhadap perusahaan sehingga memudahkan perusahaan dalam mengumpulkan dana dari pihak luar. Dana tersebut yang kemudian dapat digunakan oleh perusahaan untuk melangsungkan dan mengembangkan bisnisnya.
II.5
Ringkasan Penelitian Terdahulu Soerinawati (2003) meneliti pengaruh antara Current Ratio, ROE, PBV, PER
dan DER terhadap return saham. Objek penelitiannya berupa perusahaan sektor perdagangan besar dan eceran yang terdaftar di BEJ. Hasil penelitiannya menunjukkan
25
bahwa Current Ratio, ROE, PBV dan DER berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham. Yuniasih dan Wirakusuma (2007) meneliti pengaruh kinerja keuangan terhadap nilai perusahaan dengan mempertimbangkan CSR dan GCG sebagai variabel moderasi. Kinerja keuangan diproksikan dengan ROA, sedangkan GCG diproksikan dengan kepemilikan manajerial. Objek penelitiannya adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI. Hasil penelitian mengindikasi bahwa ROA berpengaruh signifikan dan positif terhadap nilai perusahaan, CSR dapat digunakan untuk memoderasi hubungan antara ROA dengan nilai perusahaan, akan tetapi kepemilikan manajerial tidak dapat memoderasi hubungan antara ROA dengan nilai perusahaan. Ulupui (2007) meneliti pengaruh rasio likuiditas, leverage, aktivitas, dan profitabilitas terhadap return saham. Objek dari penelitian ini adalah perusahaan makanan dan minuman dengan kategori industri barang konsumsi yang terdaftar di BEJ. Rasio likuiditas diproksikan dengan Current Ratio, leverage dengan Debt to Equity Ratio, aktivitas dengan Total Asset Turnover dan profitabilitas dengan ROA. Hasil dari penelitian ini adalah hanya variabel ROA dan Current Ratio yang memiliki pengaruh terhadap return saham. Ilonna (2011) meneliti pengaruh kinerja keuangan terhadap nilai perusahaan. Kinerja keuangan diproksikan dengan ROA, ROE dan Earning Per Share. Objek dari penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI. Hasilnya hanya ROA dan EPS yang terbukti memiliki pengaruh terhadap nilai perusahaan.
26
II.6
Skema Pembahasan Kerangka berfikir dari penelitian ini adalah:
Current Ratio
Debt to Equity Ratio
Nilai Perusahaan
Earning Per Share
II.7
Hipotesis
II.7.1 Pengaruh Current Ratio Terhadap Nilai Perusahaan Penelitian mengenai pengaruh likuiditas terhadap nilai perusahaan telah diteliti oleh Soerinawati (2003) dengan obyek peneltian perusahaan sektor perdagangan besar dan eceran di Bursa Efek Jakarta. Hasil penelitian menemukan secara parsial dan simultan likuiditas berpengaruh terhadap nilai perusahaan yang tercermin melalui return
sahamnya. Dalam penelitian di
interpretasikan nilai koefisien likuiditas adalah positif yang artinya semakin tinggi likuiditas semakin tinggi nilai perusahaan yang tercermin melalui return saham. Oleh karena itu, hipotesis pertama dinyatakan sebagai berikut : H01 : Current Ratio tidak berpengaruh signifikan dan positif terhadap Nilai Perusahaan di Indonesia. 27
Ha1 : Current Ratio berpengaruh signifikan dan positif terhadap Nilai Perusahaan di Indonesia.
II.7.2. Pengaruh Debt to Equity Ratio Terhadap Nilai Perusahaan Soerinawati (2003) meneliti pengaruh Debt to Equity Ratio terhadap nilai perusahaan yang tercermin dari return sahamnya pada perusahaan sektor perdagangan besar dan eceran yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Hasil penelitian Soerinawati membuktikan secara simultan dan parsial Debt to Equity Ratio memiliki pengaruh terhadap return saham. Berbeda dengan hasil penelitian Soerinawati, Jhohor (2009) meneliti pengaruh leverage terhadap nilai perusahaan pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan hasil penelitian secara parsial variabel leverage tidak memiliki pengaruh terhadap nilai perusahaan, tetapi secara simultan leverage memiliki pengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan. Hipotesis berikutnya dinyatakan sebagai berikut : H02 : Debt to Equity Ratio tidak berpengaruh signifikan dan negatif terhadap Nilai Perusahaan di Indonesia. Ha2 : Debt to Equity Ratio berpengaruh signifikan dan negatif terhadap Nilai Perusahaan di Indonesia.
II.7.3 Pengaruh Earning Per Share Terhadap Nilai Perusahaan Penelitian mengenai pengaruh Earning Per Share terhadap nilai perusahaan telah dilakukan oleh Ilonna (2011) meneliti pengaruh Earning Per
28
Share terhadap nilai perusahaan yang tercermin melalui harga sahamnya pada perusahaan manufaktur yang terdaftar pada bursa efek indonesia tahun 20072009. Hasil penelitian menemukan secara parsial dan simultan earning per share berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan. Berdasarkan hasil penelitian tersebut bisa diambil kesimpulan bahwa penilaian prestasi suatu perusahaan dapat dilihat dari kemampuan perusahaan itu untuk menghasilkan laba. Laba perusahaan selain merupakan indikator kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban bagi para penyandang dananya juga merupakan salah satu unsur penting dalam penciptaan nilai perusahaan yang menunjukkan prospek perusahaan di masa yang akan datang. Jadi :
H03 : Earning Per Share tidak berpengaruh signifikan dan positif terhadap Nilai Perusahaan di Indonesia. Ha3 : Earning Per Share berpengaruh signifikan dan positif terhadap Nilai Perusahaan di Indonesia.
29