BAB II Landasan Teori dan Tinjauan Pustaka
BAB II LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Umum Bus Way Bus Rapid Transit atau disingkat BRT adalah sebuah sistem bus yang cepat, nyaman, aman dan tepat waktu dari infrastruktur, kendaraan dan jadwal. Menggunakan bis untuk melayani servis yang kualitasnya lebih baik dibandingkan servis bis yang lain. Negara yang memakai BRT ada di Amerika Utara, di Eropa dan Australia dinamai busway dan nama tersebut juga dipakai di Indonesia, sedangkan negara lain memanggilnya quality bus atau servis bus mudah saat mencapai kualitas tinggi (http://id.wikipedia.org/wiki/Bus_Rapid_Transit). Sistem Bus Rapid Transit (BRT) adalah angkutan massal yang berbasis pada jalan dimana memanfaatkan jalur-jalur khusus dan ekslusif. Sedangkan Bus Rapid Transit berbasis bus way adalah sarana angkutan umum massal dengan moda bus dimana kendaraan akan berjalan pada lintasan khusus berada di sisi jalur cepat.Selain itu sistem yang dipergunakan adalah sistem tertutup dimana penumpang dapat naik dan turun hanya pada halte-halte dan tentunya harus dilengkapi dengan sistem tiket baik berupa tiket untuk sekali jalan ataupun berlangganan dengan mekanisme prabayar. Agar para penumpang nyaman pada saat menuju dan meninggalkan halte maka disediakan fasilitas penyeberangan orang yang landai, petugas keamanan pada setiap halte, jadwal waktu perjalanan dan juga tidak adanya pedagang kaki lima baik di halte maupun jembatan penyebarangan kecuali pada tempat tampat yang telah ditentukan. Selain itu agar mudah menuju dan meninggalkan lajur bus way maka dari lokasi-lokasi II-1
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB II Landasan Teori dan Tinjauan Pustaka
tertentu akan disediakan trayek angkutan umum. Bus way (jalur bus) merupakan jalur khusus untuklintasan bus dengan maksud untuk meningkatkan efisiensi sistem transportasi umum, yaitu mempersingkat waktu perjalanan dan biaya transportasi (Transportation Research Board,2003). Melalui karakteristik Bus Rapid Transit (BRT) dapat dilihat spesifikasi pelayanan yang diberikan sangat berbeda dengan sistem angkutan umum massal lainnya yang sekarang sudah ada. Berikut adalah karakteristik Bus Rapid Transit (BRT) dan karakteristik pelayanan bagi penumpangnya. a. Karakteristik Bus Rapid Transit (BRT) : 1) Jalur khusus bus; 2) Naik dan turun penumpang yang cepat pada tempat tertentu yang telah ditentukan; 3) Sistem penarikan ongkos sebelum berangkat yang efektif dan efisien; 4) Halte yang nyaman; 5) Bus yang nyaman; 6) Adanya integritas dengan moda transportasi lainnya. Gambaran standar operasional Bus Rapid Transit secara kuantitatif dapat dijabarkan sebagai berikut : a) Kecepatan transit tipikal dari sistem BRT rata-rata dari 19–48 km/jam dimana mengkomparasikan dengan permukaan jalan.
II-2
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB II Landasan Teori dan Tinjauan Pustaka
b) Fitur utama BRT adalah jalur khusus di mana jalur tersebut bebas dari jangkauan mobil pribadi. Hal ini menyebabkan bus dioperasikan di level kualitas tinggi sejak hanya pengendara bis profesional yang hanya ada di busway. Sebuah sisi keuntungan bisa direndahkan biaya konstruksinya sejak busway di rekayasa untuk memasuki zona aman bila dikomparasikan dengan untuk jalan yang dibuka untuk pengemudi non profesional; - Terdiri dari jalur yang bisa dielevasikan, dalam permukaan aspal, jalur sebelah kanan bisa dimodifikasi rel right-of-way. - Sebuah jalan bus atau street mall bisa dibuat di tempat urban dengan mendedikasikan semua jalur dari jalan kota untuk digunakan ekslusif untuk bus. - Elemen infrastruktur rendah bisa mengurangi kecepatan dan kendala servis bus termasuk bus yang keluar jalur, bus melanggar peraturan dan bus yang kecepatannya terlalu tinggi. c) Tambahan untuk menggunakan busway, BRT bisa mengambil bagian dari jalan-jalan di setiap kota dan mempunyai network jalan untuk mobil pribadi. Servis ini bisa membuat waktu menjadi lebih effisien dan cepat dibandingkan sistem bus biasa yang memakan waktu lebih lama. Network jalan yang di sebut jalur komperhensif; d) Network BRT bisa melayani market tertentu (semua penumpang) dengan mengangkut penumpang dari lokasi sekarang menuju tujuan mereka dengan frekuensi tinggi dan waktu yang lebih cepat bisa membuat level kekaguman II-3
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB II Landasan Teori dan Tinjauan Pustaka
konsumen meningkat. Dibandingkan dengan sistem transit yang lain sistem ini bisa berjalan dengan baik. Jika sistem ini berjalan dengan kacau maka servis tidak akan melayani market tertentu; e) Setiap jalur bus pasti ada rambu tertentu. Bila lampu hijau di interseksi yang memiliki sinyal pasti akan mendeteksi bila melewati bus. Prioritas interseksi seharusnya bisa dioptimalkan dan bisa membantu saat pertemuan antara jalur bus dan jalan, karena lalu lintas bisa kacau di antara bus dan sinyal lalu lintas; f) Kendaraan yang punya karateristik tram, sistem ini kadang-kadang juga melibatkan teknologi terbaru di antaranya bus tempel dan bus tempel ganda. Hal utama yang diprioritaskan adalah: - Kualitas berkendara yang terjamin (bus pandu dan electronic drivetrain control untuk jaminan kontrol yang lembut saat beroperasi) - Kapasitas besar (bus tempel ganda dan bus tingkat) - Mengurangi ongkos operasi (hybrid electric power train) g) Gambar spesifik dengan nama perusahaan: (Viva, TransMillenio, TransJakarta dan lain sebagainya) dan stasiun yang spesifik dengan fitur seni dari negaranegara yang menggunakan BRT; h) Koleksi penumpang off-bus: Koleksi on board konvensional tanpa penumpang bisa menurunkan proses boarding, biasanya bila ada penumpang yang tujuannya atau kelas penumpangnya. Alternatif lain adalah bila penumpang masuk lewat stasiun bis yang tidak ditutup atau area shelter sebelum
II-4
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB II Landasan Teori dan Tinjauan Pustaka
kedatangan bus. Sistem ini mencegah penumpang berdiri di semua pintu pemberhentian bus; i) Lantai Boarding : Banyak sistem BRT yang menggunakan sistem lowfloor (atau sistem high-floor bila bus yang digunakan adalah high-floor bus) untuk mempermudah penumpang masuk bus; j) BRT berkualitas tinggi bisa membuat haltenya menjadi berkualitas tinggi dan menghadirkan fitur yang berkualitas tinggi pula seperti pintu geser yang terbuat dari kaca, konter tiket yang dijaga dan tempat informasi, dan masih banyak fitur lain di daftar ini di antaranya off-bus fare collection dan lantai boarding. b. Karakteristik pelayanan bagi penumpang Bus Rapid Transit (BRT) : 1) Kemudahan akses untuk angkutan umum; 2) Keamanan; 3) Ruang tunggu yang nyaman bagi penumpang dan terlindungi dari cuaca; 4) Waktu tunggu yang relatif singkat; 5) Kualitas pelayanan yang cukup tinggi selama perjalanan; 6) Stasiun atau halte pemberhentian dan pemberangkatan yang aman; 7) Ketersediaan informasi. 2.2
Tingkat Pelayanan Ada 2 jenis tingkat pelayanan, yaitu tingkat pelayanan jasa transportasi dan
atribut pelayanan sistem transportasi. Adapun uraiannya adalah sebagai berikut :
II-5
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB II Landasan Teori dan Tinjauan Pustaka
a.
Tingkat Pelayanan Jasa Transportasi Untuk menjabarkan pengertian mengenai tingkat pelayanan (level of service), Tingkat
pelayanan
merupakan
ukuran
karakteristik
pelayanan
secara
keseluruhan yang mempengaruhi pengguna jasa (user). Tingkat pelayanan merupakan
elemen
dasar
terhadap
penampilan
komponen–komponen
transportasi, sehingga pelaku perjalanan tertarik untuk menggunakan suatu produk jasa transportasi. Faktor utama yang dibandingkan tingkat pelayanan transportasi dapat dibagi menjadi 3 (tiga) kelompok, yaitu : 1) Unjuk kerja elemen-elemen yang mempengaruhi pengguna jasa, seperti : kecepatan operasi, kepercayaan dan keamanan. 2) Kualitas pelayanan, mencakup elemen-elemen kualitatif pelayanan, seperti kenyamanan, perilaku penumpang, keindahan dan kebersihan. 3) Harga yang harus dibayar pengguna jasa untuk mendapatkan pelayanan. b.
Atribut Pelayanan Sistem Transportasi Atribut
pelayanan
merupakan
atribut
dari
sistem
transportasi
yang
mempengaruhi kepuasan konsumen, seperti kapan, dimana, untuk apa, dengan moda apa, dengan rute yang mana, melakukan perjalanan. Konsumen yang berbeda akan mempertimbangkan atribut pelayanan yang berbeda pula. Dalam kenyataan konsumen tidak mempertimbangkan suatu atribut pelayanan yang ada pada suatu jenis pelayanan tertentu, tetapi hanya
II-6
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB II Landasan Teori dan Tinjauan Pustaka
mengidentifikasikan beberapa variabel pelayanan yang dianggap paling besar pengaruhnya terhadap profesinya (Manheim, 1979). 2.3
Standar Kinerja Angkutan Umum Suatu angkutan umum dapat dikatakan memiliki kinerja yang baik jika memenui
kriteria berikut : aman, nyaman, cepat dan murah. Berikut merupakan standar kinerja angkutan umum. a. Minimum Frekuensi Rata-rata 3 sampai 6 kendaaaan / jam, minimum 1,5 sampai 2 kendaraan / jam. b. Waktu Tunggu Rata-rata 5 sampai 10 menit, maksimum 10 sampai 20 menit. c. Waktu Perjalanan Rata-rata 1 sampai 1,5 jam, maksimum 2 sampai 3 jam. d. Jumlah armada yang tepat sesuai dengan kebutuhan sulit dipastikan, yang dapat dilakukan adalah jumlah yang mendekati besaarnya kebutuhan. Berikut faktorfaktor yang harus diperhitungkan dalam menentukan jumlah armada yang tepat : 1) Faktor Muad (load factor). Faktor muat adalah perbandingan antara jumlah penumpang dari suatu angkutan umum dengan jumlah tempat duduk yang tersedia dinyatakan dalam satuan %. Dengan rumus :
……………………………………………………………………………………….………………………..(1)
II-7
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB II Landasan Teori dan Tinjauan Pustaka
Dimana : Psg
: Total penumpang yang diangkut.
C
: Kapasitas kendaraan
2) Jumlah Armada yang dibutuhkan Diestimasi dengan menggunakan rumus berikut.
………………………………………………………………………………………………………………….(2)
Dimana : RTT
: waktu sirkulasi (round trip time) (menit)
H
: Waktu antara (headway) (menit)
Standard dimensi yang telah ditentukan Standard Nasional Indonesia (SNI) sebagai berikut : a. Mobil Penumpang (P) = Panjang 5,8m ; Lebar 2,1m ; Tinggi 1,3m; b. Truk As Tunggal (SU) = Panjang 9,0m ; Lebar 2,4m ; Tinggi 4,1m; c. Bus Gandengan (A-BUS) = Panjang 18,0m ; Lebar 2,5m ; Tinggi 3,4m; d. Truk Semitrailer (WB-12) = Panjang 13,9m ; Lebar 2,4m ; Tinggi 4,1m; e. Truk Semitrailer (WB-15) = Panjang 16,8m ; Lebar 2,5m ; Tinggi 4,1m; f. Convensional (SB) = Panjang 10,9m ; Lebar 2,4m ; Tinggi 3,2m; g. City Transit Bus (CB) = Panjang 12,0m ; Lebar 2,5m ; Tinggi 3,2m.
II-8
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB II Landasan Teori dan Tinjauan Pustaka
2.4
Kualitas Layanan Kualitas adalah suatu strategi dasar busnis yang menghasilkan barang dan jasa
yang memenuhi kebutuhan dan kepuasan konsumen internal dan eksternal, secara eksplisit dan implisit. Strategi ini menggunakan seluruh kemampuan sumber daya manajemen, modal, teknologi, peralatan, material, sistem dan manusia perusahaan untuk menghasilkan barang dan jasa bernilai tambah bagi masyarakat dan memberikan keuntungan pada perusahaan. Pelayanan dapat didefinisikan sebagai tindakan atau kinerja yang menciptakan manfaat bagi pelanggan dengan mewujudkan perubahan yang diinginkan dalam diri atau atas nama penerima. Sehingga pelayanan itusendiri memiliki nilai tersendiri bagi pelanggan dalam hubungannya dengan menciptakan nilai-nilai pelanggan. Christian Gronroos (1992) mengemukakan bahwa terdapat empat faktor yang mempengaruhi kualitas pelayanan, yaitu : a. Menjaga dan memperhatikan, bahwa pelanggan akan merasakan karyawan dan sistem opersional yang ada dapat menyelesaikan problem mereka. b. Spontanitas, dimana karyawan menunjukkan keinginan untuk menyelesaikan masalah pelanggan. c. Penyelesaian masalah, karyawan yang berhubungan langsung dengan pelanggan harus memiliki kemampuan untuk menjalankan tugas berdasarkan standar yang ada, termasuk pelatihan yang diberikan untuk dapat memberikan pelayanan yang lebih baik. II-9
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB II Landasan Teori dan Tinjauan Pustaka
d. Perbaikan, apabila terjadi hal-hal yang tidak diinginkan harus mempunyai personel yang dapat menyiapkan usaha-usaha khusus untuk mengatasi kondisi tersebut. Dalam pengembangan selanjutnya, kualitas pelayanan (jasa) dikelompokkan ke dalam 5 dimensi oleh Parasuraman, Valarie and Berry (1990) yaitu : a. Bukti Langsung (Tangible), yaitu sebagai fasilitas yang dapat dilihat dan di gunakan perusahaan dalam upaya memenuhi kepuasan pelanggan, seperti gedung kantor, peralatan kantor, penampilan karyawan dan lain lain. b. Kendala (Reliability), yaitu kemampuan memberikan pelayanan kepada pelanggan sesuai dengan yang di harapkan, seperti kemampuan dalam menempati janji, kemampuan memecahkan masalah dan kemampuan untuk meminimumkan kesalahan. c. Daya Tanggap (Responsiveness), yaitu sebagai sikap tanggap, mau mendengarkan dan merespon pelanggan dalam upaya memuaskan pelanggan, misalnya : mampu memberikan informasi secara benar dan tepat, tidak menunjukan sikap sok sibuk dan mampu memberikan pertolongan dengan segera. d. Jaminan
(Assurance),
yaitu
kemampuan
karyawan
dalam
menimbulkan
kepercayaan dan keyakinan pelanggan melalui pengetahuan, kesopanan serta menghargai perasaan pelanggan. e. Kepedulian (Emphaty), yaitu kemampuan atau kesediaan karyawan memberikan perhatian yang bersifat pribadi, seperti bersikap ramah, memahami kebutuhan dan peduli kepada pelanggannya. II-10
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB II Landasan Teori dan Tinjauan Pustaka
2.5
Perilaku Konsumen Perilaku diartikan sebagai aktivitas mansia berupa tindakan dalam rangka
memberikan reaksi terhadap rangsangan (stimulus) yang diterimanya, dapat berasal dari luar (lingkungan) maupun dari dalam diri manusia itu sendiri. Loudon dan Bitta (1993) mendefinisikan bahwa perilaku konsumen sebagai proses pengambilan keputusan dan aktivitas individu secara fisik yang dilibatkan dalam mengevaluasi memperoleh, dan menggunakan barang atau jasa. Setiap individu selalu berusaha memilih kepuasan maksimal. Dalam menilai suatu produk barang atau jasa, sebenarnya konsumen lebih menekankan pada nilai dari sekumpulan atribut yang ditawarkan oleh barang atau jasa itu, bukan pada barang atau jasa itu sendiri. Nilai setiap atribut tersebut disebut utility. Sedangkan perilaku konsumen dalam memilih transportasi secara umum dalam pemilihan perjalanan penekanannya terletak pada proses memilih. Pelaku perjalanan biasanya dihadapkan pada beberapa alternatif yang paling menonjol adalah produk jasa atau moda angkutan apa yang akan digunakan dalam melakukan perjalanan. Proses yang mendasari perilaku perjalanan (travel behaviour). Bila pelaku perjalanan telah mencapai tahap keputusan untuk melakukan perjalanan, maka ada beberapa tahap lagi yang harus dilaluinya, Manheim (1979) dalam pemilihan moda yang akan digunakan, yakni : a. Formulasi preferensi secara eksplisit b. Identifikasi semua alternatif c. Pemahaman karakteristik setiap alternatif pada setiap atribut II-11
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB II Landasan Teori dan Tinjauan Pustaka
Hasil dari tahapan di atas berupa pilihan pada satu alternatif, dalam hal ini adalah produk jasa angkutan yang akan digunakan dalam melakukan perjalanan. 2.6
Konsep Service Quality (Servqual) Servqual merupakan suatu metode/cara untuk mengukur kualitas pelayanan
(kepuasan pelanggan, yaitu dengan mengukur harapan dan persepsi pelanggan yang meliputi dimensi kualitas pelayanan (tangibles, reliability, responsiveness, assurance, dan empathy). Kunci dari kualitas adalah menyeimbangkan harapan dan persepsi pelanggan serta menutup kesenjangan (gap) antara harapan dan persepsi. Instrumen servqual terdiri dari 2 bagian yaitu bagian pertama berisi pernyataan atau pertanyaan untuk mengukur harapan pelanggan/konsumen, bagian kedua berisi pertanyaan untuk mengukur persepsi pelanggan terhadap pelayanan. Kedua bagian tersebut mengandung pernyataan yang berkaitan dengan kelima kualitas tersebut. Rumus yang dipakai untuk menghitung kualitas pelayanan adalah sebagai berikut : Skor Servqual = Skor Persepsi – Skor Harapan Dengan Servqual maka dapat membantu menentukan dimana dan bagaimana tingkat kesenjangan terjadi. Sebagai contoh, jika hasil perhitungan menunjukan bahwa skor servqual makin jelek atau jatuh. Servqual ini dapat digunakan untuk mengukur
II-12
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB II Landasan Teori dan Tinjauan Pustaka
kualitas pelayanan karena merupakan alat yang terkenal, tepat dan terjamin validitas serta reliaibilitasnya. 2.7
Pemetaan Penilaian Kualitas Pelayanan (Kartesius) Pemetaan penilaian kualitas pelayanan perlu dilakukan untuk lebih memudahkan
perusahaan melihat penilaian konsumen tehadap masing-masing dimensi. Salah satu cara yang digunakan yaitu dengan menggunakan diagram 4 kuadran. Tingkat kinerja suatu atribut diletakkan di sumbu (x) dan tingkat pentingnya pada sumbu (y).
Gambar 2.1 Contoh Diagram Kartesius
Garis yang memotong tengah sumbu vertikal dan horisontal didasarkan pada nilai rata-rata seluruh skor atribut kepuasan yang diteliti. Rata-rata penilaian kenerja/kepentingan
=
Jumlah total bobot per item Jumlah Responden
Dengan adanya garis tengah rata-rata, maka kita bisa melihat keempat kuadran yang bias kita jadikan acuan untuk penilaian kesenjangan.
II-13
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB II Landasan Teori dan Tinjauan Pustaka
a. Kuadran I, mempunyai nilai kinerja rendah dengan kepentingan tinggi. Tingkat kepentingan yang tinggi ini mencerminkan bahwa pelanggan mempunyai harapan yang tinggi. Jadi akan sangatlah buruk konsekuensinya apabila perusahaan jusru mempunyai performance yang buruk di mata pelanggan. b. Kuadran II, penilaian kinerja dan kepentigannya juga baik, maka hal ini harus dipertahankan. c. Kuadran III, penilaian kinerja dan kepentinganya sama-sama berada di posisi yang rendah. d. Kuadran IV, menunjukan penilaian kinerja yang tinggi namun nilai kepentingan yang rendah, artinya perusahaan justru mempunyai performance yang baik untuk hal-hal yang tidak penting. Selain itu juga di butuhkan suatu korelasi antar dimensi agar terlihat keterkaitannya. Korelasi yang sering digunakan oleh peneliti adalah korelasi Pearson atau Product Moment Corellation. Rumus korelasi Product Moment yaitu : r_xy=(Σxy)/√((Σx^2 )(Σy^2 ) )…………………………………...……………(3) Dimana : r_xy
= koefisien korelasi antara variable X dan Y (2 variabel yang dikorelasikan) (x=X-M) dan (y=Y-M)
Σxy
= jumlah perkalian X dan Y
x^2
= kuadrat dari X (deviasi)
y^2
= kuadrat dari Y (deviasi) II-14
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB II Landasan Teori dan Tinjauan Pustaka
2.8
Pengujian Validitas dan Reabilitas Menggunakan SPSS SPSS merupakan program olah data statistik yang paling popular. SPSS
singkatan dari Statistical Product and Service Solution yang dipublikasikan oleh perusahaan SPSS Inc dan saat ini sudah diakusisi oleh perusahaan IBM. SPSS versi pertama dirilis tahun 1968, diciptakan oleh Norman Nie lulusan Fakultas Ilmu Politik dari Stamford University. Setelah itu SPSS terus berkembang dari waktu ke waktu mengalami perbaikan dan penyempurnaan dengan munculnya versi-versi SPSS for windows. Program SPSS banyak digunakan untuk berbagai keperluan pengolahan data seperti olah data skripsi tesis, disertasi, atau penelitian lainnya. Analisis data dengan menggunakan SPSS antara lain, analisis korelasi, regresi linier, analisis deskriptif, uji validitas Pearson dan reliability. 2.8.1 Uji Validitas Validitas menunjukan sejauh mana suatu alat pengukur itu mengukur apa yang ingin diukur. Suatu instrumen yang valid akan mempunyai validitas yang tinggi, sebaliknya instrumen yang kurang valid berarti memiliki validitas yang rendah. Terdapat dua macam validitas, yaitu : a. Validitas eksternal Validitas dicapai apabila data yang dihasilkan dari instrumen tersebut sesuai dengan informasi lain mengenai variabel penelitian yang dimaksud.
II-15
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB II Landasan Teori dan Tinjauan Pustaka
b. Validitas internal Validitas dicapai apabila terdapat kesesuaian antar bagian-bagian instrumen dengan instrumen secara keseluruhan. Untuk penentuan apakah suatu item layak digunakan atau tidak, caranya dengan melakukan uji signifikasi koefisien korelasi pada taraf signifikasi 0,05, yang artinya suatu item dianggap valid jika berkorelasi signifikan terhadap skor total item. Bisa juga melakukan penilaian langsung terhadap koefisien korelasi seperti yang diungkapkan Azwar (1999) semua item yang mencapai koefisien korelasi minimal 0,30 daya pembedanya dianggap memuaskan. Metode yang digunakan untuk uji validitas dalam SPSS yaitu metode Korelasi Pearson. Analisi ini dengan cara mengkorelasikan masing-masing skor item dengan skor total dengan tanpa melakukan koreksi terhadap Spurious overlap (nilai koefisien korelasi yang overestimasi). Skor total item adalah penjumlahan dari kesuluruhan item. Keputusan untuk uji validitas sebagai berikut : Jika r hitung > r tabel, maka dikatakan valid Jika r hitung < r tabel, maka dikatakan tidak valid 2.8.2 Uji Reliabilitas Reliabilitas menunjuk pada tingkat keterandalan instrumen, apabila datanya memang benar sesuai kenyataannya maka berapa kalipun diambil tetap akan memperoleh hasil yang sama. Terdapat beberapa teknik mencari reliabilitas, tentunya pemilihan teknik tersebut disesuaikan dengn karakteristik data. Uji reliabilitas II-16
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB II Landasan Teori dan Tinjauan Pustaka
dilakukan dengan program SPSS 20.00. Setelah diuji validitasnya, maka item-item yang dibuang dan item yang tidak gugur dimasukkan ke dalam uji reliabilitas (mengambil yang hasil uji validitas dengan metode korelasi Pearson). Metode uji reliabilitas yang digunakan adalah Cronbach’s Alpha. Metode ini sangat cocok digunakan pada skor berbentuk skala (misal 1-4, 1-5) atau skor rentangan (misal 0-10, 0-30). Menurut Uma Sekaran, pengambilan keputusan untuk uji reliabilitas sebagai berikut : (Sekaran, 2003) a. Cronbach’s alpha < 0,6 = reliabilitas buruk b. Cronbach’s alpha 0,6-0,79 = reliabilitas diterima c. Cronbach’s alpha 0,8 = reliabilitas baik Menurut Nunnally seperti yang dikutip oleh Imam Ghazali (2005), alat ukur dapat dikatakan reliabel jika nilai reliabilitas > 0,600, dimana 0,600 adalah standarisasi nilai reliabilitas menurut pernyataan dari Nunnally. 2.8.3 Uji Chi – Square Dalam teori probabilitas dan statistika, distribusi khi-kuadrat (bahasa Inggris: Chi-square distribution) atau distribusi χ² dengan k derajat bebas adalah distribusi jumlah kuadrat k peubah acak normal baku yang saling bebas. Distribusi ini seringkali digunakan dalam statistika inferensial, seperti dalam uji hipotesis, atau dalam
II-17
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB II Landasan Teori dan Tinjauan Pustaka
penyusunan selang kepercayaan. Apabila dibandingkan dengan distribusi khi-kuadrat nonsentral, distribusi ini dapat juga disebut distribusi khi-kuadrat sentral. Salah satu penggunaan distribusi ini adalah uji khi-kuadrat untuk kebersesuaian (goodness of fit) suatu distribusi pengamatan dengan distribusi teoretis, kriteria klasifikasi analisis data yang saling bebas, serta pendugaan selang kepercayaan untuk simpangan baku populasi berdistribusi normal dari simpangan baku sampel. Sejumlah pengujian statistika juga menggunakan distribusi ini, seperti Uji Friedman. Distribusi khi-kuadrat merupakan kasus khusus distribusi gamma. 2.9
Bus Trans Jakarta Bus merupakan alat transportasi yang dapat mengangkut jumlah penumpang
lebih besar dibandingkan mobil atau motor. Dengan daya angkut yang besar, bus menjadi salah satu solusi sarana transportasi di daerah yang banyak penumpangnya. Pentingnya
sarana
transportasi
dalam
perkembangan
dunia
bersifat
multidimensi. Sebagai contoh, salah satu fungsi dasar transportasi adalah menghubungkan tempat kediaman dengan tempat bekerja atau para pembuat barang dengan para pelanggannya. Dari sudut pandang yang lebih luas, fasilitas transportasi memberikan aneka pilihan untuk menuju tempat kerja, pasar, dan sarana rekreasi, serta menyediakan akses ke sarana-sarana kesehatan, pendidikan, dan sarana lainnya. Keinginan manusia untuk senantiasa bergerak dan kebutuhan mereka akan barang telah menciptakan kebutuhan akan transportasi. Preferensi manusia dalam hal waktu, uang, kenyamanan, dan kemudahan mempengaruhi moda (cara) transportasi II-18
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB II Landasan Teori dan Tinjauan Pustaka
apa yang akan dipakai, tentu saja sejauh moda transportasi tersedia bagi pengguna angkutan. Suatu kota dapat dipandang sebagai suatu tempat dimana terjadi aktivitasaktivitas atau sebagai suatu pola tata guna lahan. Lokasi dimana aktivitas dilakukan akan mempengaruhi manusia, dan aktivitas manusia akan mempengaruhi lokasi tempat aktivitas berlangsung. Interaksi antar aktivitas terungkap dalam wujud pergerakan manusia, barang dan informasi. Di tengah kemacetan dan padatnya kota Jakarta, bus bernama Trans Jakarta ini merupakan suatu terobosan dalam angkutan perkotaan. Warna orange merah yang membalutnya memberikan tampilan yang mencolok di antara mobil-mobil lain di jalanan kota Jakarta. Sosialisasi Trans Jakarta 15 januari 2004, mendapat sambutan dan respon yang sangat baik dari masyarakat. 56 - 140 unit bus (BP Trans Jakarta, 2004) unit bus Trans Jakarta yang merupakan bantuan dari Kemenhub akan melayani 15 jalur trayek. Bus sendiri mempunyai kapasitas 30 tempat duduk. Bus dilengkapi dengan fasilitas AC, Free Wi-Fi, GPS dan lain-lain. Sejalan dengan peningkatan pendapatan masyarakat, banyak orang yang mampu membeli kendaraan pribadi. Banyak alasan untuk memiliki kendaraan pribadi, antara lain karena masalah privasi dan kenyamanan. Lain halnya jika banyak orang menggunakan kendaraan umum. Satu kendaraan umum mampu mengangkut lebih dari satu penumpang, yang berarti mengurangi polusi. II-19
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB II Landasan Teori dan Tinjauan Pustaka
2.9.1 Karakteristik Bus Trans Jakarta Dari karakteristik Bus Trans Jakarta dapat dilihat spesifikasi pelayanan yang diberikan sangat berbeda dengan sistem angkutan umum massal lainnya yang sekarang sudah ada. Berikut adalah karakteristik bus Trans Jakarta : a. Bus Trans Jakarta mempunyai kapasitas 30 tempat duduk; b. Bus Trans Jakarta dilengkapi fasilitas seperti AC, GPS, Free Wi-Fi dan lain-lain; c. Bagi penumpang yang ingin naik Bus Trans Jakarta bisa menunggu di haltehalte pemberhentian bus Trans Jakarta. Karakteristik pelayanan bagi penumpangnya : a. Kemudahan akses untuk angkutan umum; b. Keamanan ; c. Waktu tunggu yang relatif singkat; d. Kualitas pelayanan yang cukup tinggi selama perjalanan; e. Stasiun atau halte pemberhentian dan pemberangkatan yang aman; f. Ketersediaan informasi. 2.9.2 Rute dan Pengoperasian serta Tarif Perjalanan Bus Trans Jakarta Adapun waktu beroperasinya Bus Trans Jakarta adalah 00.00 - 24.00 WIB dengan tarif Rp. 3.500. Sedangkan rute perjalanan dan halte pemberhentian bus Trans Jakarta, sebagai berikut :
II-20
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB II Landasan Teori dan Tinjauan Pustaka
Lebak Bulus – Pondok Pinang – Pondok Indah 1 – Pondok Indah 2 – Tanah Kusir Kodim – Kebayoran Lama Bungur – Pasar Kebayoran Lama – Simprug – Permata Hijau – RS Medika – Pos Pengumben – Kelapa Dua Sasak – Kebon Jeruk – Duri Kepa – Kedoya Assidiqiyah – Kedoya Green Garden – Indosiar –Jelambar – Grogol- Sumber Waras – Harmoni Sentral. 2.10 Teknik Pengukuran dan Skala Pada dasarnya, proses pengukuran adalah merupakan rangkaian dari empat aktivitas pokok (Singarimbun dan Effendi, 1985) yaitu : a. Menentukan dimensi variabel penelitian b. Merumuskan ukuran untuk masing – masing dimensi c. Menentukan tingkat ukuran yang akan digunakan dalam pengukuran d. Menguji validasi dan reliabilitas alat ukur Pada teknik penskalaan
banyak sekali jenis skala pengukuran yang telah
dikembangkan, terutama dalam ilmu – ilmu sosial. Namun dalam penelitian ini skala pengukuran yang digunakan adalah skala Likert. Skala ini dikembangkan oleh Rensis Likert (1932) untuk mengukur sikap masyarakat dan skalanya terkenal dengan nama technique of summated rating atau skala likert. Beberapa faktor yang menyebabkan skala Likert banyak digunakan sebagai berikut : a. Skala ini relatif mudah dibuat. b. Adanya kebebasan dalam memasukan item – item
pernyataan asal masih
relevan dengan masalah. II-21
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB II Landasan Teori dan Tinjauan Pustaka
c. Jawaban atas item dapat berupa beberapa alternatif, sehingga dapat memberikan informasi yang lebih jelas dan nyata terhadap item tersebut. d. Dengan jumlah item yang cukup besar, tingkat reliabilitas yang tinggi dapat dicapai. e. Mudah untuk diterapkan pada berbagai situasi. 2.11 Peta Penelitian dan Studi yang pernah dilakukan Beberapa analisa tingkat pelayanan yang pernah dilakukan dapat digunakan sebagai pendekatan sejenis pada studi ini. Analisa tingkat pelayanan menggunakan persepsi pengguna jasa dalam menilai tingkat pelayanan perusahaan. Tabel 2.1. Peta Penelitian dan Studi yang pernah dilakukan Judul Penelitian Analisis faktor – faktor yang mempengaruhi perilaku pengguna jasa terhadap pelayanan angkutanbarang pelabuhan cirebon jawa barat, 1999
Peneliti
Variabel
Metode
Bangun swastanto, S2 Transportasi ITB
Pendekatan persepsitingkat kepuasan
CVM dan analisa Faktor
Analisis tingkat pelayanan jasa angkutan penumpang kereta api eksekutif argo gede dilintas bandung - jakarta, 2002
Eddy Bakhry, S2 Transportasi ITB
Pendekatan persepsitingkat kepuasan
CVM dan analisa Faktor
Analisis persepsi penumpang terhadap tingkat pelayanan busway studi kasus : Busway transjakarta koridor I
Indri Nurvia Puspita Rini, S2 Diponegoro
Pendekatan persepsitingkat kepuasan
Analisa faktor dan SCM
Sumber : Jurnal Master Tesis FSTPT ( 2002 )
II-22
http://digilib.mercubuana.ac.id/