BAB II LANDASAN TEORI
A. Kualitas Pelayanan Kualitas atau mutu merupakan keseluruhan ciri serta sifat barang dan jasa yang dinyatakan maupun yang tersirat.57 Atau bisa diartikan kualitas adalah suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa, manusia, proses dan lingkungan yang
memenuhi atau
melebih
harapan. Pelayanan merupakan suatu aktivitas atau serangkaian aktivitas yang bersifat tidak kasat mata (tidak dapat diraba) yang terjadi sebagai akibat adanya interaksi antara konsumen dengan karyawan atau hal-hal lain yang disediakan oleh perusahaan yang pemberi pelayanan yang dimaksud untuk memecahkan permasalahan konsumen.58 Pelayanan merupakan suatu cara untuk membandingkan persepsi layanan yang diterima pelanggan dengan layanan yang sesungguhnya. Apabila layanan yang diharapkan pelanggan lebih besar dari layanan yang nyata-nyata diterima pelanggan, maka dapat dikatakan bahwa layanan tidak bermutu, sedangkan jika layanan yang diharapkan pelanggan lebih rendah dari layanan yang nyata-nyata diterima pelanggan, maka dapat dikatakan bahwa layanan bermutu, dan apabila layanan yang diterima
57
Danang Sunyoto, Teori, Kuesioner & Analisis Data untuk Pemasaran dan Perilaku Konsumen, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013), Hlm. 45 58 Asih Fitri Cahyani, Pengaruh Persepsi Bunga Bank dan Kualitas Pelayanan terhadap Minat Menabung pada Bank BNI Syariah di Kota Semarang, Skripsi tidak diterbitkan.
53
54
sama dengan layanan yang diharapkan maka layanan tersebut dapat dikatakan memuaskan.59 Parasuraman dan Tjiptono, kualitas pelayanan (service quality) merupakan konsepsi yang abstrak dan sukar dipahami, karena kualitas pelayanan
memiliki
karakteristik
tidak
berwujud
(intangiability),
bervariasi (variability), tidak tahan lama (perishability), serta produksi dan konsumsi jasa terjadi secara bersamaan (inseparitibility). Persepsi terhadap kualitas pelayanan didefinisikan sebagai penilaian menyeluruh atas keunggulan jasa. Lima dimensi pokok yang berkaitan dengan kualitas pelayanan menurut Parasuraman, Zeithaml, dan Berry adalah:60 1.
Keandalan, kepercayaan (reliability) Kemampuan perusahaan untuk memberikan pelayanan sesuai dengan yang yang dijanjikan secara akurat dan terpercaya. Kinerja harus sesuai dengan harapan pelanggan yang berarti ketepatan waktu, pelayanan yang sama untuk semua pelanggan tanpa kesalahan, sikap yang simpatik, dan dengan akurasi yang tinggi.
59
Ahmad Ulinuha, Pengaruh Pelayanan dan Citra Pegadaian Syari’ah terhadap Keputusan Nasabah dalam Menggunakan Jasa Layanan Gadai pada Pegadaian Syari’ah Cabang Majapahit Semarang, ( Semarang: Institut Agama Islam Negeri Walisongo, 2010), Skripsi tidak diterbitkan. 60 Fandy Tjiptono, Service Management Mewujudkan Layanan Prima, Yogyakarta: Andi Offset, 2008), hlm. 95
55
2.
Daya tanggap (responsiveness) Berkenaan dengan kesediaaan dan kemampuan penyedia layanan untuk membantu para pelanggan dan merespon permintaan dengan segera.
3.
Jaminan Pengetahuan,
kesopansantunan,
dan
kemampuan
para
pegawai perusahaan untuk menumbuhkan rasa percaya pada pelanggan kepada perusahaan. Hal ini meliputi beberapa komponen antara lain komunikasi (communication), kredibilitas (credibility), keamanan
(security), kompetensi (competence), dan sopan santun
(courtesy). 4.
Empati (emphaty) Memberikan perhatian yang tulus dan bersifat individual atau pribadi yang diberikan kepada para pelanggan dengan berupaya memahami
keinginan
konsumen.
Dimana
suatu
perusahaan
diharapkan memiliki pengertian dan pengetahuan tentang pelanggan. 5.
Bukti langsung (tangibles). Kemampuan
suatu
perusahaan
dalam
menunjukkan
eksistensinya kepada pihak eksternal. Penampilan atau kemampuan sarana dan prasarana fisik perusahaan yang dapat diandalkan keadaan lingkungan sekitarnya merupakan bukti nyata dari pelayanan yang diberikan oleh pemberi jasa. Hal ini meliputi fasilitas fisik (contoh:
56
gedung, gudang, dan lain-lain), perlengkapan dan peralatan yang digunakan (tehnologi), serta penampilan pegawainya. Adapun prinsip-prinsip pelayanan, menurut Tasmara adalah:61 1.
Melayani itu ibadah dan karenanya harus ada rasa cinta dan semangat yang membara di dalam hati pada setiap tindakan pelayanan.
2.
Memberi dahulu dan anda akan menerima ROSE (Return on Service Excellent).
3.
Mengerti orang lain terlebih dahulu sebelum ingin dimengerti.
4.
Bahagiakanlah orang lain terlebih dahulu kelak anda akan menerima kebahagiaan melebihi dari apa yang anda harapkan.
5.
Menghargai orang lain sebagaimana diri anda ingin dihargai.
B. Nisbah Bagi Hasil Setiap pembelian produk jasa maupun barang, konsumen dipengaruhi oleh tingkat keuntungan atau manfaat yang akan diperolehnya dari produk tersebut. Adapun tingkat keuntungan yang akan diperoleh konsumen pada jasa koperasi terutama koperasi syariah adalah bagi hasil.62 1.
Pengertian Bagi Hasil Bagi hasil menurut terminologi asing dikenal dengan profit sharing. Profit sharing dalam kamus ekonomi diartikan pembagian
61
Ahmad Ulinuha, Pengaruh Pelayanan Dan Citra Pegadaian Syari’ah Terhadap Keputusan Nasabah Dalam Menggunakan Jasa Layanan Gadai Pada Pegadaian Syari’ah Cabang Majapahit Semarang, ( Semarang: Institut Agama Islam Negeri Walisongo, 2010), Skripsi tidak diterbitkan. 62 Raihanah Daulay, Pengaruh Kualitas Pelayanan dan Bagi hasil terhadap Keputusan Menabung Nasabah pada Bank Mandiri Syariah di Kota Medan, Jurnal tanpa tahun.
57
laba, secara istilah profit sharing merupakan distribusi beberapa bagian laba pada para pegawai dari suatu perusahaan. Bentuk-bentuk distribusi ini dapat berupa pembagian laba akhir, bonus prestasi, dan lain-lain.63 Bagi Hasil adalah bentuk return (perolehan kembaliannya) dari kontrak investasi, dari waktu ke waktu, tidak pasti dan tidak tetap. Besar kecilnya perolehan kembali itu bergantung pada hasil usaha yang benar-benar terjadi. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa sistem bagi hasil merupakan salah satu praktek perbankan syariah. Keuntungan yang dibagi hasilkan harus dibagi secara proporsional antara shahibul maal dengan mudharib.64 Kerja sama para pihak dengan sistem bagi hasil harus dilaksanakan dengan transparan dan adil. Hal ini disebabkan untuk mengetahui tingkat bagi hasil pada periode tertentu. Pada tahap perjanjian kerja sama ini disetujui oleh para pihak, maka semua aspek yang berkaitan dengan usaha harus disepakati dalam kontrak, agar antar pihak dapat saling mengingatkan. Dalam sistem bagi hasil perlu diperhatikan konsep-konsep sebagai berikut:65
63
Muhammad Ridwan, Manajemen Baitul Maal wa Tamwil, hlm. 120 Adiwarman Karim, Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan, (Jakarta: PT. Grafindo Persada, 2004), hlm. 203. 65 Muhammad Ridwan, Manajemen Baitul Maal wa Tamwil, hlm. 120 64
58
a.
Pemilik dana akan menginvestasikan dananya melalui lembaga keuangan syariah yang bertindak sebagai pengelola.
b.
Pengelola atau lembaga keuangan syariah akan mengelola dana tersebut
dalam
sistem
pool
of
fund
selanjutnya
akan
mengivestasikan dana tersebut ke dalam proyek atau usaha yang layak dan menguntungkan serta memenuhi aspek syariah. c.
Kedua belah pihak menandatangani akad yang berisi ruang lingkup kerja sama, nominal dan jangka waktu berlakunya kesepakatan tersebut. Sistem bagi hasil merupakan sistem dimana dilakukannya
perjanjian atau ikatan bersama di dalam melakukan kegiatan usaha. Di dalam
usaha
tersebut
diperjanjikan
adanya
pembagian
atas
keuntungan yang akan di dapat diantara kedua belah pihak. 2.
Dasar Hukum Bagi Hasil Konsep syirkah dikembangkan dalam islam kedalam bentukbentuk kerjasama. Konsep ini dikembangkan berdasarkan pada prinsip bagi hasil. Landasan tentang konsep syari’ah ini telah dijelaskan dalam QS.Ash-Shad ayat 24 berikut ini:66 “Dan sesungguhnya kebanyakan dari orang-orang yang berserikat itu sebagian mereka berbuat zalim kepada sebagian yang lain, kecuali orangorang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh dan amat sedikitlah mereka ini". Dan Daud mengetahui bahwa Kami mengujinya; Maka ia meminta ampun kepada Tuhannya lalu menyungkur sujud dan bertaubat. (QS. Ash-Shad 24).
66
Ibid., hlm. 27
59
Telah disebutkan pula dalam sebuah hadist Nabi SAW yang diriwayatkan oleh Abu Hurairoh :
ن ْ ُّش ِر َيكَيْنِ مَاَل ْم ُيخ َ لً اَنَاثَا ِلثُ ال ُ هلل يَقُ ْو َ ّن ا َ ِ ا: ل َ ن اَبِى ُهرَ ْي َر َة رَفعه قَا ْ َع ُن بَيْ ِن ِهم ْ ِجتُ م ْ خ َر ُ ُ فَِاذَا نَه.َُاحَد ُهمَاصَاحِبَه Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah SAW telah bersabda ”Allah SWT telah berkata saya menyertai dua pihak sedang berkongsi selama salah satu dari keduany tidak menghianati yang lain, seandainya berkhianat maka saya keluar dari penyertaan tersebut”. (HR.Abu Daud,Baihaqi dan Al-Hakam).
3.
Mekanisme Bagi Hasil Mekanisme perhitungan bagi hasil yang diterapkan di dalam perbankan syariah terdiri dari dua sistem, yaitu :67 a.
Profit Sharing (Bagi Untung). Profit Sharing menurut etimologi Indonesia adalah bagi keuntungan. Dalam kamus ekonomi diartikan pembagian laba. Profit Sharing adalah bagi hasil yang dihitung dari pendapatan setelah dikurangi biaya pengelolaan dana. Dalam sistem syariah pola ini dapat digunakan untuk keperluan distribusi hasil usaha lembaga keuangan syariah.
b.
Revenue Sharing (Bagi hasil). Revenue Sharing berasal dari bahasa inggris yang terdiri dari dua kata yaitu, revenue yang
67
Ibid., hlm. 101
60
berarti; hasil, penghasilan, pendapatan. Sharing adalah bentuk kata kerja dari share yang berarti bagi atau bagian. Revenue Sharing berarti pembagian hasil, penghasilan atau pendapatan. Revenue Sharing adalah bagi hasil yang dihitung dari total pendapatan pengelolaan dana. Dalam sistem syariah pola ini dapat digunakan untuk keperluan distribusi hasil usaha lembaga keuangan syariah. Aplikasi
perbankan
syariah
pada
umumnya,
dapat
menggunakan sistem profit sharing maupun revenue sharing tergantung kepada kebijakan masing-masing bank untuk memilih salah satu dari sistem yang ada. Lembaga keuangan syariah yang ada di Indonesia saat ini semuanya menggunakan perhitungan bagi hasil atas dasar revenue sharing untuk mendistribusikan bagi hasil kepada para pemilik dana (deposan).68 Suatu berdasarkan
koperasi revenue
yang menggunakan sistem sharing
yaitu
bagi
hasil
bagi
hasil
yang
akan
didistribusikan dihitung dari total pendapatan sebelum dikurangi dengan biaya, maka kemungkinan yang akan terjadi adalah tingkat bagi hasil yang diterima oleh pemilik dana akan lebih besar dibandingkan dengan tingkat suku bunga pasar yang berlaku. Kondisi ini akan mempengaruhi para pemilik dana untuk mengarahkan investasinya kepada koperasi syariah. 68
Ahmad Roziq,dkk. Variabel Penentu dalam Keputusan Memilih Tabungan Mudharabah pada Bank Syariah Mandiri Cabang Jember, Jurnal Ekonomi Akuntansi dan Manajemen, Volume XII No. 1 April 2013
61
4.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Bagi Hasil Kotrak bagi hasil (mudharabah) sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor baik langsung maupun tidak langsung. hal ini perlu dipahami oleh semua pihak supaya penerimaan hasil investasi diharapkan tidak mengecewakan. Faktor-faktor yang mempengaruhi bagi hasi ada dua, yaitu:69 a.
Faktor langsung Di antara faktor langsung (direct factor) yang dapat mempengaruhi tingkat bagi hasil meliputi: 1) Investmen rate, merupakan prosentase aktual dana yang dapat diinvestasikan dari total dana yang terhimpun. Jika 80% dana yang terhimpun diinvestasikan, bearti 20% nya dicadangkan untuk memenuhi kebutuhan likuiditas. 2) Jumlah dana yang tersedia untuk diinvestasikan merupakan jumlah dana dari berbagai sumber dana yang tersedia untuk diinvestasikan.
Dana
tersebut
dapat
dihitung
dengan
menggunakan salah satu metode yaitu rata-rata saldo minimum bulanan dan rata-rata total saldo harian. Invesment rate dikalikan dengan jumlah dana yang tersedia untuk diinvestasikan, akan menghasilkan jumlah dana aktual yang digunakan.
69
Muhammad Ridwan, Manajemen Baitul Maal wa Tamwil, hlm. 106
62
3) Nisbah (Profit Sharing Ratio) Salah satu hal terpenting dalam sistem bagi hasil adalah menentukan nisbah dan itu disetujui pada saat awal perjanjian. Nisbah antara satu BMT dan BMT lainnya dapat berbeda. Nisbah juga dapat berbeda dari waktu ke waktu dalam satu BMT, misalnya pembiayaan mudharabah 5 bulan, 6 bulan, 10 bulan dan 12 bulan. Nisbah juga dapat berbeda antara satu account dan account lainnya sesuai dengan besarnya dana dan jatuh temponya. b.
Faktor tidak langsung Faktor-faktor
tidak
langsung
yang
mempengaruhi
perhitungan bagi hasil adalah sebagai berikut: 1) Penentuan butir-butir pendapatan dan biaya mudharabah. a) Shahibul Maal dan Mudharib akan melakukan share baik dalam pendapatan maupun biaya. Pendapatan yang dibagihasilkan merupakan pendapatan yang diterima setelah dikurangi biaya biaya. b) Jika semua biaya ditanggung koperasi, hal ini disebut revenuesharing. 2) Kebijakan akunting (prinsip dan metode akunting) Bagi hasil secara tidak langsung dipengaruhi oleh berjalannya aktivitas yang diterapkan, terutama sehubungan dengan pengakuan pendapatan dan biaya.
63
5.
Nisbah Bagi Hasil a.
Pengertitan Nisbah Para ulama fiqh memahami bahwa nisbah bagi hasil adalah berbagi keuntungan dimana hal tersebut didasari dari akad mudharabah yang bearti berbagi keuntungan maupun kerugian. Dimana akad mudharabah tersebut merupakan akad yang sangat melekat unsur bagi hasil di dalamnya. Nisbah merupakan proporsi pembagian hasil.70
b.
Nisbah Keuntungan Berdasarkan Prinsip Bagi Hasil Nisbah bagi hasil merupakan faktor penting dalam menentukan bagi hasil di lembaga keuangan syariah. Sebab aspek nisbah merupakan aspek yang disepakati bersama antara kedua belah pihak yang melakukan transaksi. Untuk menentukan nisbah bagi hasil, perlu diperhatikan antara lain: data usaha, kemampuan angsuran, hasil usaha yang dijalankan, nisbah pembiayaan dan distribusi pembagian hasil usaha.71 Sedangkan hal-hal yang berkaitan dengan nisbah bagi hasil sebagai berikut:72 1) Prosentase Nisbah keuntungan harus didasarkan dalam bentuk prosentase antara kedua belah pihak, bukan dinyatakan dalam nilai nominal rupiah tertentu.
70
Rizqa Rizqiana, Pengaruh Bagi hasil terhadap Jumlah Deposito Syariah Mudharabah yang ada pada Bank Syariah Mandiri, (Jakarta: Universitas Syarif Hidayatullah, 2010), Skripsi tidak diterbitkan. 71 Muhammad Ridwan, Manajemen Baitul Maal wa Tamwil, hlm. 119 72 Adiwarman Karim, Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan, hlm. 206-209.
64
2) Bagi untung Dalam kontrak ini, return dan timing cash flow kita tergantung kepada kinerja riilnya. Bila laba bisnisnya besar, kedua belah pihak mendapat bagian yang besar pula. Bila laba bisnisnya kecil, mereka mendapat bagian yang kecil juga. Filosofi ini hanya dapat berjalan jika nisbah laba ditentukan dalam bentuk prosentase, bukan dalam bentuk nominal rupiah tertentu. 3) Menentukan besarnya nisbah keuntungan Besarnya nisbah ditentukan berdasarkan kesepakatan masing-masing pihak yang berkontrak. Jadi, angka besaran nisbah ini muncul sebagai hasil tawar-menawar antara shahib maal dengan mudharib. Dengan demikian, angka nisbah ini bervariasi, bisa 50:50, 60:40, 70:30, 80:20, bahkan 99:1. Namun para ahli fiqih sepakat bahwa nisbah 100:0 tidak diperbolehkan.
C. Lokasi Lokasi merupakan saluran distribusi dimana produk disediakan untuk terjadinya penjualan.73 Lokasi berhubungan dengan keputusan yang dibuat oleh perusahaan mengenai di mana operasi dan stafnya akan ditempatkan, yang paling penting dari lokasi adalah tipe dan tingkat
73
Sentot Imam Wahjono, Manajemen Pemasaran Bank, hlm. 126
65
interaksi yang terlibat. Terdapat tiga macam tipe interaksi antara penyedia jasa dan pelanggan yang berhubungan dengan pemilihan lokasi, yaitu sebagai berikut:74 1.
Pelanggan mendatangi penyedia jasa
2.
Penyedia jasa mendatangi pelanggan atau
3.
Penyedia jasa dan pelanggan melakukan interaksi melalui perantara. Lokasi diartikan sebagai tempat pelayanan jasa. Keputusan
mengenai lokasi pelayanan yang akan digunakan melibatkan pertimbangan bagaimana penyerahan jasa kepada pelanggan dan dimana itu akan berlangsung. Tempat juga penting sebagai lingkungan dimana dan begaimana jasa akan diserahkan, sebagai bagian dari nilai dan manfaat dari jasa. Pemilihan tempat atau lokasi memerlukan pertimbangan yang cermat terhadap beberapa faktor, yaitu:75 1.
Akses, misalnya lokasi yang mudah dilalui atau mudah dijangkau sarana transportasi umum.
2.
Visibilitas, misalnya lokasi dapat dilihat dengan jelas dari tepi jalan.
3.
Lingkungan, yaitu daerah
sekitar yang mendukung jasa yang
ditawarkan. Ada beberapa tujuan dalam penentuan lokasi, yaitu:76 1.
Memudahkan pelayanan nasabah dengan mendekati dan memudahkan pencapaiannya (aksesbilitas). Termasuk dalam pengertian aksesbilitas
74
Ratih Hurriyati, Buaran Pemasaran & Loyalitas Konsumen, hlm.55 Ratih Hurriyati, Bauran Pemasaran & Loyalitas Konsumen, (Bandung : ALFABET, 2010), hlm. 55 76 Sentot Imam Wahjono, Manajemen Pemasaran Bank, hlm. 128. 75
66
ini adalah bukan hanya dekatnya jarak, tetapi juga kemudahan menjangkaunya dari angkutan umu, terletak di jalan yang mudah dijangkau dari arah mana saja, terletak di tengah kota, dan banyak dilewati angkutan kota sepanjang jam kerja kantor. Termasuk kemudahan dalam hal parkir kendaraan. 2.
Kemudahan pemasangan dan ketersambungan dengan jejaring teknologi.
3.
Lokasi memungkinkan untuk menata kantor dan tata letak in/out door dengan leluasa sehingga mendukung ketersediaan parkir, ruang layanan, ruang tunggu dan sarana layanan lainnya sehingga mampu membuat kenyamanan dan kepuasan nasabah dalam memanfaatkan produk dan jasa.
4.
Tata letak di dalam kantor memungkinkan sistem antrian yang efektif tapi sekaligus efisien. Dukungan penataan udara ruangan, kelapagan lokasi antrian, dukungan hiburan di tempat antrian, dukungan hiburan di tempat antrian (audio-video) adalah hal yang perlu diperhatikan.
5.
Memudahkan tenaga kerja penggerak kantor dalam pencapaiaanya. Hal ini diharpkan dapat mempermudah karyawan dalam melayani nasabah dengan baik tanpa diganggu dengan keterlambatan masuk kantor dengan alasan jalanan selalu ramai dan padat.
67
D. Promosi Promosi adalah suatu bentuk komunikasi pemasaran, yang merupakan aktivitas
pemasaran
yang
berusaha
menyebarkan
informasi,
mempengaruhi atau membujuk, dan/atau mengingatkan pasar sasaran atas perusahaan dan produknya agar bersedia menerima, membeli, dan loyal pada produk yang ditawarkan perusahaan yang bersangkutan. Tujuan utama dari promosi adalah menginformasikan, mempengaruhi dan membujuk serta mengingatkan pelanggan sasaran tentang perusahaannya. Secara rinci ketiga tujuan promosi tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut:77 1.
Menginformasikan (informing), dapat berupa: menginformasikan pasar mengenai keberadaan suatu produk baru, memperkenalkan cara pemakaian yang baru dari suatu produk, menyampaikan perubahan harga
kepada
pasar,
menjelaskan
cara
kerja
suatu
produk,
menginformasikan jasa-jasa yang disediakan oleh perusahaan, meluruskan
kesan
yang
keliru,
mengurangi
ketakutan
atau
kekhawatiran pembeli, dan membangun citra perusahaan. 2.
Membujuk pelanggan sasaran (persuading) untuk: membentuk pilihan merek, mengalihkan ke merek tertentu mengubah persepsi pelanggan terhadap atribut produk, mendorong pembeli untuk membeli saat itu juga, dan mendorong pembeli untuk menerima kunjungan wiraniaga.
77
Ratih Hurriyati, Bauran Pemasaran & Loyalitas Konsumen, hlm. 58
68
3.
Mengingatkan (reminding), dapat terdiri atas: mengingatkan pembeli bahwa produk yang bersangkutan dibutuhkan dalam waktu dekat, mengingatkan pembeli akan tempat-tempat yang menjual produk perusahaan, membuat pembeli tetap ingat walaupun tidak ada kampanye iklan dan menjaga agar ingatan pertama pembeli jatuh pada produk perusahaan. Meskipun secara umum bentuk-bentuk promosi memiliki fungsi
yang sama, tetapi bentuk-bentuk tersebut dapat dibedakan berdasarkan tugas-tugas khususnya, yaitu:78 1.
Personal Selling Personal selling mempunyai peranan penting dalam pemasaran jasa, disebabkan hal berikut: a.
Interaksi secara personal antara penyedia jasa dan pelanggan sangat penting
b.
Jasa tersebut disediakan oleh orang, bukan oleh mesin
c.
Orang merupakan bagian dari produk jasa Sifat personal selling dikatakan lebih luwes, karena tenaga
penjual dapat secara langsung menyesuaikan penawaran dengan kebutuhan perilaku masing-masing calon pembeli. Selain itu, tenaga penjual juga dapat segera mengetahui reaksi calon pembeli terhadap penwaran penjualan, sehingga dapat mengadakan penyesuaianpenyesuaian di tempat saat itu juga.
78
Ririn Tri Ratnasari, dkk, Teori dan Kasus Manajemen Pemasaran Jasa, hlm. 79-87
69
Pada periklanan melalui media, pesan yang disampaikan ditujukan kepada orang-orang yang sebenarnya buka prospek (calon pembeli atau pengguna), sebaliknya melalui personal selling, perusahaan sudah berhadapan dengan calon pembeli potensial. 2.
Periklanan (Advertising) Periklanan merupakan komunikasi impersonal. Terdapat beberapa tujuan periklanan, yaitu sebagai berikut: a.
Iklan
yang
bersifat
memberikan
informasi
(informative
advertising) adalah iklan yang secara panjang lebar menerangkan produk jasa dalam tahap perkenalan untuk menciptakan permintaan atas produk tersebut. b.
Iklan membujuk (persuasive advertising) adalah iklan yang digunakan
dalam
situasi
persaingan
untuk
menciptakan
permintaan produknya melawan merek yang lain. c.
Iklan pengingat (reminder advertising) adalah iklan yang diluncurkan saat produk mencapai tahap kedewasaan, tujuannya agar pelanggan selalu ingat akan produk tersebut.
d.
Iklan pemantapan (reinforcenenr advertising) adalah iklan yang berusaha menyakinknan pembeli bahwa mereka telah mengambil pilihan yang tepat.
3.
Publisitas (Publicity) Publisitas merupakan kiat pemasaran penting lainnya, dimana perusahaan tidak harus berhubungan dengan pelanggan, pemasok, dan
70
penyalur, tetapi ia juga harus berhubungan dengan kumpulan kepentingan publik yang lebih besar. Publisitas sangat peduli dengan terhadap beberapa tugas pemasaran, yaitu: a.
Membangun image (citra).
b.
Mendukung aktivitas komunikasi lainnya
c.
Mengatasi persoalan dan isu yang ada
d.
Memperkuat positioning perusahaan
e.
Mempengaruhi publik yang spesifik
f.
Mengadakan launching, untuk produk/jasa baru
Progam publisitas, antara lain sebagai berikut:
4.
a.
Publikasi
b.
Events
c.
Hubungan dengan investor
d.
Exhibition/pameran
e.
Mensponsori beberapa acara
Promosi penjualan (sales promotion) Sales promotion merupakan bentuk persuasi langsung melalui penggunaan berbagai insentif yang dapat diatur untuk merangsang pembelian produk dengan segera dan atau meningkatkan jumlah barang yang dibeli pelanggan. Sales promotion dapat diberikan kepada berikut ini:79
79
Ririn Tri Ratnasari, Manajemen Pemasaran Jasa, hlm. 81
71
a.
Customer, berupa free offers, samples, demonstration, coupoun, cash refund, prized, contest (lomba), dan warranties (garansi).
b.
Intermediaries
(penyalur),
berupa
free
goods,
discount,
advertising alowances, cooperative advertising, dostribution contest, dan awards. c.
Sales force (salesman), berupa bonus, penghargaan, contest dan hadiah buat tenaga penjual terbaik.
E. Minat Nasabah Minat sebagai aspek kejiwaan bukan hanya mewarnai perilaku seseorang untuk melakukan aktifitas yang menyebabkan seseorang merasa tertarik kepada sesuatu. Sedangkan nasabah merupakan konsumenkonsumen sebagai penyedia dana dalam proses transaksi barang ataupun jasa.80 1.
Pengertian minat nasabah Minat merupakan kesukaan (kecenderungan hati) kepada sesuatu. Menurut Bima Walgito, minat yaitu suatu keadaan di mana seseorang mempunyai perhatian sesuatu dan disertai dengan keinginan untuk mengetahui dan mempelajari maupun membuktikan lebih lanjut.81
80
Erni Damayanti Alla, Pengaruh Bauran Pemasaran terhadap Minat Nasabah untuk Menabung di Tabungan Masa Depan (Tampan) pada PT. Bank Sulselbar, Tbk Unit Kantor Utama Makassar, (Makasar: Universitas Hasanuddin, 2012), skripsi tidak dipublikasikan. 81 Ramayulis, Ilmu pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2002), hlm. 38
72
Menurut Irawan mengemukakan bahwa, nasabah adalah orang yang paling penting dalam perusahaan. Jadi, nasabah adalah orang yang mengkonsumsi atau menggunakan produk atau jasa dan seseorang bisa disebut nasabah tanpa perlu membeli produk.82 2.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Minat Nasabah Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen Kotler dan Amstrong adalah:83 a.
Faktor Pribadi, meliputi: 1) Usia Individu mengalami beberapa tahapan dalam siklus hidupnya. Berbagai tahapan dalam pribadi seseorang membutuhkan
produk
dan
jasa
yang
berbeda
dan
pemasar harus jeli memperhatikannya. 2) Pekerjaan Setiap orang memiliki cita-cita tertentu tententu tentang pekerjaannya namun banyak yang tidak dapat merealisasikan cita-citai itu. Orang bisa bekerja sesuai dengan cita-citanya atau tidak, namun yang jelas dia memerlukan
barang-barang
yang
sesuai
dengan
pekerjaannya.
82
Muhamad Chusni Mubarok, Pengaruh Strategi Pemasaran Produk Koperasi Jasa Syariah Insan Sejahtera Cepiring terhadap Minat Minat Nasabah, (Semarang: Institut Agama Islam Negeri Walisongo, 2013), Skripsi tidak diterbitkan. 83 Ratih Hurriyati, Bauran Pemasaran & Loyalitas Konsumen, hlm. 96
73
3) Gaya Hidup Gaya hidup adalah bagaimana orang menghabiskan waktu dan uangnya. Artinya, pemasar bisa menganalisis gaya hidup seseorang dari bagaimana orang itu beraktivitas, yaitu menjalankan tuntutan pekerjaannya, memenuhi hasratnya untuk melakukan hobinya, berbelanja, maupun melakukan olahraga kegemarannya. b.
Faktor sosial, meliputi: 1) Kelompok Rujukan Kelompok adalah orang-orang di sekeliling kita, baik secara langsung maupun tidak langsung, mempengaruhi sikap dan perilaku kita. Para pemasar mencoba mencari tahu siapa dari kelompok-kelompok ini yang punya pengaruh dalam pembelian. 2) Keluarga Anggota keluarga, sebagai
lingkungan terdekat
seseorang, dapat mendorong atau menghalangi pembelian kita. c.
Faktor Psikologis, meliputi : 1) Motivasi Seseorang mempunyai banyak kebutuhan pada suatu saat. Kebutuhan psikologis, yang muncul dari kebutuhan akan pengakuan, penghargaan atau rasa memiliki.
74
2) Persepsi Seseorang yang termotivasi siap untuk bertindak. Bagaimana orang bertindak dipengaruhi oleh persepsinya mengenai situasi. Persepsi adalah proses yang dilalui orang dalam memilih, mengorganisasikan dan menginterpretasikan informasi guna membentuk gambaran hati.