BAB II
KONSEP NYADRAN, BIRRU AL-WALIDAIN DAN ZIARAH KUBUR DALAM PERSPEKTIF HADIS
Agar penelitian ini nanti memiliki landasan metodologis yang jelas dan kuat, maka disini akan dijelaskan apa itu birru al-walidain dan beberapa alasan yang berkaitan erat dengan obyek pembahasan sebagai landasan dalam penulisan selanjutnya. Juga agar mempermudah dalam penelitian ini kedepan. Sebagaimana telah dikemukakan dalam latar belakang masalah penelitian didepan, bahwa tradisi nyadran yang dilakukan oleh masyarakat Jawa (sidodadi) sering disebut juga dengan istilah birru al-walidain.1 Alasannya kita melakukan bakti kepada kedua orang tua baik semasa masih hidup ataupun setelah meninggal dunia, baik dilakukan secara individu maupun secara berjama’ah. Didalam kamus bahasa arab birrun asal katanya ً◌ ﺑَ ﱠﺮ ﯾَﺒِﺮﱡ ﺑِﺮﱟ ا ﺑِﺮﱠةyang artinya taat berbakti, bersikap baik, sopan. Sedangkan walidain dalam kamus bahasa arab berasal dari kata اﻟﻮاﻟﺪdi-tas\niyah-kan اﻟﻮاﻟﺪﯾﻦyang artinya ayah dan ibu. Yang dimaksudkan dengan birru al-walidain adalah berbakti kepada kedua orang tua. Birru al-walidain terbentuk dari kata ﺑِﺮﱞdan اﻟﻮاﻟﺪﯾﻦ. apabila ﺑﺮdengan fathah بdan dhommah رberarti daratan, kemudian ﺑﺮdengan dhommah ب
1
Wawancara dengan Bapak Wahyu dalam acara Nyadaran
18
19
maka artinya tepung (gandum), lalu ﺑﺮdengan kasroh بdan dhommah رmaka berarti berbuat baik (kebajikan), seperti dalam QS. Al-An’am 6:22 Penggalan ayat di atas di awali dengan kata “hai orang yang beriman” artinya yaitu setiap orang yang beriman wajib hukumnya saling tolong menolong dan berbuat baik, tidak ada batasan bagi siapapun untuk saling tolong menolong dan berbuat baik. Agar pembahasan ini tidak terlalu meluas maka pembahasan hanya akan dititikberatkan pada bagaimana sikap seorang anak yang berbuat baik terhadap orang tua yaitu birru al-walidain dan merupakan bentuk kebaktian yang dilakukan oleh seorang anak kepada kedua orang tuanya. A. Dasar hukum birru al-walidain Birrrul walidain memiliki kedudukan yang istimewa dalam islam. Dalil yang membuktikan hal tersebut antara lain : a. Hadis yang diriwayatyatkan oleh Imam Bukhari :
ُ ﺎل َﺳ ِﻤﻌ ْﺖ أَﺑَﺎ َﻋ ْﻤ ٍﺮو َ َار أَ ْﺧﺒَ َﺮﻧِﻰ ﻗ َ ََﺣ ﱠﺪﺛَﻨَﺎ أَﺑُﻮ ْاﻟ َﻮﻟِﯿ ِﺪ َﺣ ﱠﺪﺛَﻨَﺎ ُﺷ ْﻌﺒَﺔُ ﻗ ٍ َﺎل ْاﻟ َﻮﻟِﯿ ُﺪ ﺑ ُْﻦ َﻋﯿْﺰ َار َﻋ ْﺒ ِﺪ ﱠ ُ ﺎل َﺳﺄ َ ْﻟ ﻰ َ َ ﻗ- ِﷲ َ ﻰ ﯾَﻘُﻮ ُل أَ ْﺧﺒَ َﺮﻧَﺎ ﺖ اﻟﻨﱠﺒِ ﱠ اﻟ ﱠﺸ ْﯿﺒَﺎﻧِ ﱠ ِ َوأَوْ َﻣﺄ َ ﺑِﯿَ ِﺪ ِه إِﻟَﻰ د- ار ِ ﺻﺎ ِﺣﺐُ ھَ ِﺬ ِه اﻟ ﱠﺪ أَىﱡ ْاﻟ َﻌ َﻤ ِﻞ أَ َﺣﺐﱡ إِﻟَﻰ ﱠ- ﺻﻠﻰ ﷲ ﻋﻠﯿﮫ وﺳﻠﻢﺎل ﺛُ ﱠﻢ أَىﱡ ﺎل اﻟ ﱠ َ َ ﻗ. ﺼﻼَةُ َﻋﻠَﻰ َو ْﻗﺘِﮭَﺎ َ َﷲِ ﻗ ﯿﻞ ﱠ ّ َﺎل ﺛُ ﱠﻢ أ َ َى ﻗ َ َ ﻗ.ﺎل ﺛُ ﱠﻢ ﺑِﺮﱡ ْاﻟ َﻮاﻟِ َﺪ ْﯾ ِﻦ َ َﻗ ِﷲ ِ ِﺎل ْاﻟ ِﺠﮭَﺎ ُد ﻓِﻰ َﺳﺒ Artinya : ....... dari Abdullah ibn Mas’ud dia berkata aku bertanya kepada Nabi saw apa amalan yang paling ddisukai oleh Allah swt? Beliau menjawab “sholat tepat pada waktunya”. Aku bertanya lagi : kemudian
2
QS. Al-An’am 6:2 terjemhannya ayat al-Qur’an merujuk pada al-Qur’an word 2003,
untuk terjemahan ayat lainnya juga merujuk pada sumber yang sama.
20
apa? Beliau menjawab: “Birru al-walidain” kemudian aku bertanya lagi seterusnya apa? Beliau menjawab “jihad fi salillah”3 b. Seorang laki-laki dari Bani Salamah datang kepada rasulullah saw.
ُﻮل ﱠ ﺻﻠﻰ ﷲ ﻋﻠﯿﮫ- ِﷲ َ َﻋ َْﻦ أَﺑِﻰ أُ َﺳ ْﯿ ٍﺪ َﻣﺎﻟِ ِﻚ ﺑ ِْﻦ َرﺑِﯿ َﻌﺔَ اﻟﺴﱠﺎ ِﻋ ِﺪىﱢ ﻗ ِ ﺎل ﺑَ ْﯿﻨَﺎ ﻧَﺤْ ُﻦ ِﻋ ْﻨ َﺪ َرﺳ ُﻮل ﱠ ى َﺷ ْﻰ ٌء ﷲِ ھَﻞْ ﺑَﻘِ َﻰ ِﻣ ْﻦ ﺑِﺮﱢ أَﺑَ َﻮ ﱠ َ ﺎل ﯾَﺎ َرﺳ َ َ إِ َذا َﺟﺎ َءهُ َر ُﺟ ٌﻞ ِﻣ ْﻦ َﺑﻨِﻰ َﺳﻠِ َﻤﺔَ ﻓَﻘ-وﺳﻠﻢ اﻻ ْﺳﺘِ ْﻐﻔَﺎ ُر ﻟَﮭُ َﻤﺎ َوإِ ْﻧﻔَﺎ ُذ َﻋ ْﮭ ِﺪ ِھ َﻤﺎ ِﻣ ْﻦ ﺎل ﻧَ َﻌ ِﻢ اﻟ ﱠ َ َأَﺑَﺮﱡ ھُ َﻤﺎ ﺑِ ِﮫ ﺑَ ْﻌ َﺪ َﻣﻮْ ﺗِ ِﮭ َﻤﺎ ﻗ ِ ﺼﻼَةُ َﻋﻠَ ْﯿ ِﮭ َﻤﺎ َو ﺻ ِﺪﯾﻘِ ِﮭ َﻤﺎ َ ﻮﺻ ُﻞ إِﻻﱠ ﺑِ ِﮭ َﻤﺎ َوإِ ْﻛ َﺮا ُم َ ُﱠﺣ ِﻢ اﻟﱠﺘِﻰ ﻻَ ﺗ ِ ﺻﻠَﺔُ اﻟﺮ ِ ﺑَ ْﻌ ِﺪ ِھ َﻤﺎ َو Artinya : ...... ya Rasullaah adakah sesuatu kebaikan yang masih dapat saya kerjakan untuk ibu bapak saya sesudah keduanya meninggal dunia? Rasulullah menjawab : “ ada, yaitu : mensholatkan jenzahnya, memintakan ampun baginya, menunaikan janjinyya, meneruskan silturahimnya dan memuliakan shahabatnya. (HR. Abu Daud)4 c. Hadis Abu Hurairah ra. tentang seorang anak tidak akan mampu membalas kebaikan orang tuanya :
ُ َﯿﺮ أَ ْﺧﺒَ َﺮﻧَﺎ ُﺳ ْﻔﯿ ﺢ ﻋ َْﻦ أَﺑِﯿ ِﮫ َ ﺎل َﺣ ﱠﺪﺛَﻨِﻰ ُﺳﮭَ ْﯿ ُﻞ ﺑ ُْﻦ أَﺑِﻰ َ َﺎن ﻗ ٍ َِﺣ ﱠﺪﺛَﻨَﺎ ُﻣ َﺤ ﱠﻤ ُﺪ ﺑ ُْﻦ َﻛﺜ ٍ ِﺻﺎﻟ ﺎل َرﺳُﻮ ُل ﱠ َ َﺎل ﻗ َ َﻋ َْﻦ أَﺑِﻰ ھُ َﺮﯾ َْﺮةَ ﻗ ُﺻﻠﻰ ﷲ ﻋﻠﯿﮫ وﺳﻠﻢ ﻻَ ﯾَﺠْ ِﺰى َوﻟَ ٌﺪ َواﻟِ َﺪه- ِﷲ 5
ُإِﻻﱠ أَ ْن ﯾَ ِﺠ َﺪهُ َﻣ ْﻤﻠُﻮ ًﻛﺎ ﻓَﯿَ ْﺸﺘ َِﺮﯾَﮫُ ﻓَﯿُ ْﻌﺘِﻘَﮫ
Artinya : ...... tidak dapat seorang anak membalas budi kebaikan ayahnya, kecuali jika mendapatkan ayahnya tertawan menjadi hamba sahaya kemudian ditebus dan dimerdekakannya (HR. Imam Muslim). d. Hadis Abu Hurairah ra. tentang orang yang paling berhak dibantu :
3
Maktabah syamilah, shohih al-Bukhari, juz 1, no.504, hlm 197 Maktabah syamilah, sunan Abu Daud, juz 15, no. 5114, hlm 19 5 Maktabah Syamilah, Shahih Muslim, Juz 4 no. 2548 4
21
ُﻮل ﱠ ﺎل َﻣ ْﻦ َ َ ﻓَﻘ-ﺻﻠﻰ ﷲ ﻋﻠﯿﮫ وﺳﻠﻢ- ِﷲ َ َﻋ َْﻦ أَﺑِﻰ ھُ َﺮﯾ َْﺮةَ ﻗ ِ ﺎل َﺟﺎ َء َر ُﺟ ٌﻞ إِﻟَﻰ َرﺳ أَ َﺣ ﱡ ﺎل ﺛُ ﱠﻢ َ َ ﻗ.« َﺎل » ﺛُ ﱠﻢ أُ ﱡﻣﻚ َ َﺎل ﺛُ ﱠﻢ َﻣ ْﻦ ﻗ َ َ ﻗ.« َﺎل » أُ ﱡﻣﻚ َ َﺻ َﺤﺎﺑَﺘِﻰ ﻗ َ ْﻦ ِ ﺎس ﺑِ ُﺤﺴ ِ ﻖ اﻟﻨﱠ 6
« َﺎل » ﺛُ ﱠﻢ أَﺑُﻮك َ َﺎل ﺛُ ﱠﻢ َﻣ ْﻦ ﻗ َ َ ﻗ.« َﺎل » ﺛُ ﱠﻢ أُ ﱡﻣﻚ َ ََﻣ ْﻦ ﻗ
Artinya : ........ siapakah yang paling berhak aku bantu dengan sebaikbaiknya? Jawab Nabi : Ibumu. Kemudian siapa? Jawab Nabi : Ibumu. Kemudian siapa? Jawab Nabi : Ibumu. Lalu siapa lagi Bapakmu. e. Allah SWT berfirman dalam QS. al-Baqarah 2:83
ﷲ َوﺑِ ْﺎﻟ َﻮاﻟِ َﺪ ْﯾ ِﻦ إِﺣْ َﺴﺎﻧًﺎ َو ِذي َ َوإِ ْذ أَ َﺧ ْﺬﻧَﺎ ِﻣﯿﺜَﺎ َ ق َﺑﻨِﻲ إِ ْﺳ َﺮاﺋِﯿ َﻞ َﻻ ﺗَ ْﻌﺒُ ُﺪونَ إِ ﱠﻻ ﱠ ﺎس ُﺣ ْﺴﻨًﺎ َوأَﻗِﯿ ُﻤﻮا اﻟﺼ َﱠﻼةَ َوآَﺗُﻮا ِ ْاﻟﻘُﺮْ ﺑَﻰ َو ْاﻟ َﯿﺘَﺎ َﻣﻰ َو ْاﻟ َﻤ َﺴﺎ ِﻛﯿ ِﻦ َوﻗُﻮﻟُﻮا ﻟِﻠﻨﱠ ً ِاﻟ ﱠﺰ َﻛﺎةَ ﺛُ ﱠﻢ ﺗَ َﻮﻟﱠ ْﯿﺘُ ْﻢ إِ ﱠﻻ ﻗَﻠ [83/ْﺮﺿُﻮنَ ]اﻟﺒﻘﺮة ِ ﯿﻼ ِﻣ ْﻨ ُﻜ ْﻢ َوأَ ْﻧﺘُ ْﻢ ُﻣﻌ Artinya : Dan
(ingatlah), ketika Kami mengambil janji dari Bani Israil (yaitu): janganlah kamu menyembah selain Allah, dan berbuat kebaikanlah kepada ibu bapa, kaum kerabat, anak-anak yatim, dan orang-orang miskin, serta ucapkanlah kata-kata yang baik kepada manusia, dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat. kemudian kamu tidak memenuhi janji itu, kecuali sebahagian kecil daripada kamu, dan kamu selalu berpaling.
Ayat ini menceritakan tentang bani Israil yang selalu berpaling dari perintah Allah SWT. Bani Israil mendhalimi diri mereka sendiri. Mereka mengira bahwa mereka bangsa pilihan Allah, sehingga mereka berhak untuk melakukan apa saja yang sesuai dengan keinginan mereka. Banyak sekali kesalahan dan dosa yang dilakukannya bahkan kejahatan yang mereka lakukan adalah menyembunyikan kebenaran dari kitab-kitab suci kemudian menjalar kepada Nabi yang mereka bunuh juga. Karena kita sebagai umat Rasulullah SAW jangan mengikuti jalan bani Isra’il dan ayat
6
Maktabah Syamilah, Shahih Bukhari, Juz 5 no. 5626
22
ini dapat diambil beberapa hal pokok, pertama hak dan kedudukan yang mulia, langsung berada dibawah hak-hak Allah SWT. Al-Qur’an berulangkali memerintahkan berperilaku menyenangkan, patuh berbakti kepada kedua orang tua. B. Cara Birru al-walidain a. Cara Birru al-walidain ketika masih hidup Karena besar jasa orang tua anak diperintahkan bersyukur, hormat dan patuh kepada kedua orang tua. Anak sekalipun menjadi pejabat teratas tetap harus hormat kepada orang tua. Anak sekalipun menjadi orang pandai dan lebih pandai dari kedua orang tuanya tetap harus taat kepada orang tua. Orang tua ibarat seperti Al-Qur’an sekalipun sudah rusak tetap harus dihormati tidak boleh dihina, diremehkan dan diinjak-ijak dan apalagi Al-qur’an yang masih bagus.7 Hormat kepada kedua orang tua tidak hanya menundukkan kepala ketika berhadapan dan tidak hanya mencium kedua tangannya ketika berjabatan tangan, tetapi juga berarti menghargai perintah dan laranganlarangannya, mengindahkan pembicaraan dan tidak memotong pembicaraan orang tua. Berbuat baik kepada kedua orang tua sepanjang masa baik ketika masih hidup maupun telah meninggal. Dalam kitab Tambih al-Ghofilin yang ditulis oleh Muhaddis As-Samarqandi Muhammad ibn Ibrahim menjelaskan ada sepuluh hak orang tua yang masih hidup yang wajib dilaksanakan oleh anak, yaitu sebaai berikut : 7
Abdul Haris, M.A., Al-Hadis Program Peningkatan kualifikasi Guru Madrasah dan Guru
Pendidikan Agama Islam Pada Sekolah, (Dirjen. Pendidikan Islam Depag RI, 2009). Hlm 105
23
1. Memberi makan jika salah satunya membutuhkan 2. Memberi pakaian jika diperlukan dan anak ada kemampuan. Kedua hal di atas merupakan penafsiran ayat QS. Luqman/31:15
ﺻﺎ ِﺣ ْﺒﮭُ َﻤﺎ ﻓِﻲ اﻟ ﱡﺪ ْﻧﯿَﺎ َﻣ ْﻌﺮُوﻓًﺎ َ َو “dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik” Maka pergaulan yang baik adalah memberi makan ketika orang tua lapar dan memberi pakaian ketika orang tua tidak mampu membeli pakaian. 3. Berkhidmah atau melayani ketika perlu dilayani 4. Menjawab dan hadir ketika dipanggil 5. Taat ketika diperintah selagi tidak maksiat. Dalam ayat QS. Luqman /31:15 Allah berfirman :
ْﺲ ﻟَﻚَ ﺑِ ِﮫ ِﻋ ْﻠ ٌﻢ ﻓَ َﻼ ﺗُ ِﻄ ْﻌﮭُ َﻤﺎ َ ك َﻋﻠَﻰ أَ ْن ﺗُ ْﺸ ِﺮ َ َوإِ ْن َﺟﺎھَﺪَا َ ك ﺑِﻲ َﻣﺎ ﻟَﯿ “dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janagnlah kamu mengikuti keduanya. Sesuai dengan hadis yang diriwayatkan Imam Ahmad disebutkan Nabi bersabda : 8
ﷲ َﻋ ﱠﺰ َو َﺟ ﱠﻞ ِ ﺼﯿَ ِﺔ ﱠ ِ ق ِﻓﻰ َﻣ ْﻌ ٍ ﻻَ طَﺎ َﻋﺔَ ِﻟ َﻤ ْﺨﻠُﻮ
“tidak ada taat kepada makhluk itu wajib dalam maksiat kepada Allah” 6. Berbicara di hadapannya dengan lemah lembut tidak boleh dengan suara kasar dan keras 7. Tidak memanggilnya dengan namanya akan tetapi dengan jabatannya yang terhormat 8
Maktabah Syamilah, Musnad Ahmad, Juz 3 No. 1107
24
8. Berjalan di belakangnya tidak boleh dihadapan atau di sampingnya kecuali dengan izin dari padanya 9. Berbuat sesuatu yang menyenangkan orang tuanya sebagaimana menyenangkan
untuk
dirinya
dan
menghindarkaan
yang
membencikannya sebagaimana membecikan dirinya. 10. Memohonkan pengampunan kepadanya setiap memohon pengampunan untuk dirinya baik orang tua masih hidup atau meninggal.9 Memohonkan pengampunan kepada orang tua ini paling tidak sehari semalam 5 kali setiap selesai shalat wajib. Sebagaiman syukur kepda Allah yang diperintahkan dalam QS. Luqman/ 31:14 di atas kita melaksanakan shalat 5 kali sehari semalam maka kita juga berdoa memohonkan pengampunan dan rahmat kepada orang tua 5 kali dalam sehari semalam. Sebagian Tabi’in berkata barang siapa yang mendoakan kepada kedua orang tua sebanyak 5 kali dalam sehari semalam berarti telah melaksanakan kewajiban kepada orang tua. Sebagian shahabat berkata “meninggalkan mendoakan kedua orang tua menyebabkan sempit kehidupan anak”. Doa yang dibaca minimal seperti yang diajarkan oleh para ulama :
َربﱢ ا ْﻏﻔِﺮْ ﻟِﻲ َوﻟِ َﻮاﻟِ َﺪ ﱠ ﺻ ِﻐﯿﺮًا َ ى وارْ َﺣ ْﻤﮭُ َﻤﺎ َﻛ َﻤﺎ َرﺑﱠﯿَﺎﻧِﻲ “wahai Tuhan, ampunilah dosaku dan dosa-dosa kedua orang tua ku dan sayangilah mereka sebagaimana mereka menyayangiku ketika aku kecil”.10 9
Dr. Majid Khon, M.A., Al-Hadis Program Peningkatan kualifikasi Guru Madrasah dan
Guru Pendidikan Agama Islam Pada Sekolah, (Dirjen. Pendidikan Islam Depag RI, 2009). Hlm 106
25
b. Cara Birru al-walidain ketika sudah meninggal Ada 3 kewajiban anak kepada orang tua yang sudah meninggal, sebagaimana dijelaskan dalam kitab Tambih al-Ghofilin yang ditulis oleh Muhaddis As-Samarqandi Muhammad ibn Ibrahim : 1. Anak tetap menjadi orang shalih karena tidak ada sesuatu yang lebih dicintai kepada kedua orang tua dari kesalihan anak 2. Bersilaturahim kepada kerabat kedua orangg tua dan teman-temannya ketika masih hidup 3. Memohonkan pengampunan, mendoakan bersedekan untuk kedua orang tua. Sebagaimana hadis yang diriwayatkan oleh Abu Daud dari Abi Usayid Malik ibn Rabi’ah Al-Saidy berkata : etika kita di hadapan Nabi ada seorang laki-laki dari Bani Salamah bertanya : Ya Rasulallah apakah aku masih bisa berbuat baik kepada kedua orang tuaku yang telah meninggal beliau menjawab :
ﺻﻠَﺔُ اﻟ ﱠﺮ ِﺣ ِﻢ اﻟﱠﺘِﻰ ﻧَ َﻌ ِﻢ اﻟ ﱠ ِ اﻻ ْﺳﺘِ ْﻐﻔَﺎ ُر ﻟَﮭُ َﻤﺎ َوإِ ْﻧﻔَﺎ ُذ َﻋ ْﮭ ِﺪ ِھ َﻤﺎ ِﻣ ْﻦ ﺑَ ْﻌ ِﺪ ِھ َﻤﺎ َو ِ ﺼﻼَةُ َﻋﻠَ ْﯿ ِﮭ َﻤﺎ َو 11
ﺻ ِﺪﯾﻘِ ِﮭ َﻤﺎ َ ﻮﺻ ُﻞ إِﻻﱠ ﺑِ ِﮭ َﻤﺎ َوإِ ْﻛ َﺮا ُم َ ُ ﻻَ ﺗ
“mensholatkan jenazahnya, memintakan ampun baginya, menunaikan janjinyya, meneruskan silturahimnya dan memuliakan shahabatnya.” Imam Muslim meriwayatkan bahwa Ibnu Umar ketika bertemu seorang laki-laki badui di jalan menuju Makkah memberi salam padanya dan diajak naik di atas kendaraan keledainya kemudian diberi hadiah serban yang ada di kepalanya, Ibnu Dinar berkata : “semoga Allah 10
Drs. H. Yunahar Ilyas, Lc , M.A. Kuliyah Akhlaq (Pustaka Pelajar Offset 2014)hlm: 159 11
Maktabah Syamilah, Sunan Abu Daud, No. 5144
26
membuat damai hatimu, dia orang badui kok menerima yang sedikit”. Abdullah menjawab : “sesungguhnya bapaknya orang ini dulunya kekasih Umar ibn Al-Khattab (bapak saya)”. Aku mendengar Rasulullah saw bersabda : 12
(ﺻﻠَﺔُ ْاﻟ َﻮﻟَ ِﺪ أَ ْھ َﻞ ُو ﱢد أَ ِﺑﯿ ِﮫ )رواه ﻣﺴﻠﻢ ِ إِ ﱠن أَﺑَ ﱠﺮ ْاﻟﺒِ ﱢﺮ
“Sesungguhnya kebaikan yang paling baik adalah sillah anak terhadap keluarga kekasih bapaknya” (HR Muslim) c. Akibat dan Ancaman Uququ al-walidain Seperti yang sudah dijelaskan di atas bahwa Allah swt menempatkan perintah untuk birru al-walidain langsung sesudah perintah untuk beribadah kepada-Nya, maka sebaliknya Allah swt pun menempatkan uququ al-walidain sebagai dosa besar yang menempati rangking kedua setelah syirik. Uququ al-walidain artinya mendurhakai kedua orang tua. Istilah ini pun berasal langsung dari Rasulullah saw sebagaimana disebutkan dalam hadis
ُ َو ْاﻟ َﯿ ِﻤ، ﺲ ُ َو ُﻋﻘُﻮ، ِ ك ﺑِﺎ ﱠ ُ ْاﻟ َﻜﺒَﺎﺋِ ُﺮ ا ِﻹ ْﺷ َﺮا ُﯿﻦ ْاﻟ َﻐ ُﻤﻮس ِ َوﻗَ ْﺘ ُﻞ اﻟﻨﱠ ْﻔ، ق ْاﻟ َﻮاﻟِ َﺪ ْﯾ ِﻦ Artinya : dosa-dosa besar adalah : mempersekutukan Allah, durhaka kepada kedua orang tua, membunuh orang dan sumpah palsu. (HR. Bukhari)13 Durhaka kepada kedua orang tua adalah dosa besar yang dibenci oleh Allah swt sehingga adzabnya disegerakan oleh Allah di dunia ini. Hal ini dinyatakan oleh Rasulallah saw :
ُق ْاﻟ َﻮاﻟِ َﺪ ْﯾ ِﻦ ﻓَﺈِ ﱠن ﷲَ ﺗَ َﻌﺎﻟَﻰ ﯾُ َﻌ ﱢﺠﻠُﮫ َ ْب ﯾُ َﺆ ﱢﺧ ُﺮ ﷲُ ﺗَ َﻌﺎﻟﻰ َﻣﺎ َﺷﺎ َء ِﻣ ْﻨﮭَﺎ إِﻻﱠ ُﻋﻘُﻮ ِ ُْﻛﻞﱡ اﻟ ﱡﺬﻧُﻮ (ت ِ◌ )رواه اﻟﻄﺒﺮاﻧﻰ َ ِﻟ ِ ﺼﺎ ِﺣﺒِ ِﮫ ﻓِﻰ ْاﻟ َﺤﯿَﺎ ِة اﻟ ﱡﺪ ْﻧ َﻲ◌َ ا ﻗَ ْﺒ َﻞ ْاﻟ َﻤ َﻤﺎ 12 13
Maktabah Syamilah, Shahih Muslim, No. 85 Maktabah Syamilah, Shahih Bukhari, Juz 6 no.6298
27
Semua dosa-dosa diundurkan oleh Allah (adzabnya) sampai waktu yang dikehendaki-Nya kecuali durhaka kepada kedua orang tua, maka sesungguhnya Allah menyegerakan (adzabnya) untuk pelakunya di waktu hidup di dunia ini sebelum dia meninggal. (HR. Thabrani) Dalam hadis lain Rasulullah saw mnjelaskan bahwa Allah swt tidak akan meridhai seseorang sebelum dia mendapatkan keridhaan dari kedua orang tuanya
ﺿﻰ ْاﻟ َﻮاﻟِ ِﺪ َو ُﺳ ْﺨﻂُ اﻟ ﱠﺮبﱢ ﻓِﻲ ُﺳ ْﺨﻂُ ْاﻟ َﻮاﻟِ ِﺪ َ ﺿﻲ اﻟ ﱠﺮبﱢ ﻓِﻲ ِر َ ِر “keridhaan Rabb (Allah) ada pada keridhaan orang tua, dan kemarahan Rabb (Allah) ada pada kemarahan orang tua”14. Kita tentu dapat memahami kenapa Rasulullah saw mengkaitkan keridhaan Allah dengan keridhaan orang tua dan memasukkannya kedalam kelompok dosadosa besar, bahkan adzbnya disegerakan di dunia, hal itu meningat betapa istimewanya kedudukan orang tua dalam ajaran Islam sebagaimana yang telah diuraikan di atas. Dan juga mengingat betapa besarnya jasa kedua orang tua terhadap anaknya. Jasa itu tidak bisa diganti dengan apapun. Kita perlu membaca dan merenungkan kembali kisah anak-anak yang durhaka kepada kedua orang tuanya, betapun ringannya bentuk penndurhakaan itu dan betapapun rajinnya dia beribadah seperti kisah al-Juraij dan al-Qamah, Juraij yang menjadi korban fitnah orang-orang yang iri hati kepadanya karena dia tidak mengindahkan panggilan ibunya, dan al-Qomah yang tidak bisa menirukan Talqin kalimat suci Laa ilaa ha illallah menjelang ajalnya karena dosanya mengutamakan istri dari pada ibu kandungnya sendiri.15
14 15
Program Jawami al-Kalim, al-Birru wa al-Shillah li Ibn al-Jauzi Abdul Haris, M.A dan Dr. Majid Khon, M.A.,Al-Hadits Program peningkatan kualifikasi
guru madrasah dan guru pendidikan agama islam pada sekolah (Dirjend Pendidikan Islam Depag RI, 2009) hlm : 112
28
Adapun bentuk-bentuk pendurhakaan terhadap orang tua bermacam-macam dan bertinga-tingkat, mulai dari mendurhaka di dalam hati, mengomel mengatakan ah (uffin), berkata kasar, menghardik, tidak menghiraukan panggilannya, tidak pamit, tidak patuh dan bermacam-macam tindakan lain yang mengecewakan atau bahkan menyakitkan hati orang tua. Di dalam surat Al-Isra’ ayat 23 diungkapkan oleh Allah dua contoh pendurhakaan kepada orang tua yaitu mengucapkan kata uffin (semacam keluhan atau ungkapan kekesalan yang tidak mengandung arti bahasa apapun) dan menghardik (lebih-lebih lagi bila kedua orang tua sudah lanjut usia):
ْك ْاﻟ ِﻜﺒَ َﺮ أَ َﺣ ُﺪھُ َﻤﺎ أَو َ ﻚ أَ ﱠﻻ ﺗَ ْﻌﺒُ ُﺪوا إِ ﱠﻻ إِﯾﱠﺎهُ َوﺑِ ْﺎﻟ َﻮاﻟِ َﺪ ْﯾ ِﻦ إِﺣْ َﺴﺎﻧًﺎ إِ ﱠﻣﺎ ﯾَ ْﺒﻠُ َﻐ ﱠﻦ ِﻋ ْﻨ َﺪ َ ﻀﻰ َرﺑﱡ َ ََوﻗ ْ َو. ف َو َﻻ ﺗَ ْﻨﮭَﺮْ ھُ َﻤﺎ َوﻗُﻞْ ﻟَﮭُ َﻤﺎ ﻗَﻮْ ًﻻ َﻛ ِﺮﯾ ًﻤﺎ ِﻛ َﻼھُ َﻤﺎ ﻓَ َﻼ ﺗَﻘُﻞْ ﻟَﮭُ َﻤﺎ أ ُ ﱟ اﺧﻔِﺾْ ﻟَﮭُ َﻤﺎ َﺟﻨَﺎ َح ﺻ ِﻐﯿﺮًا َ اﻟ ﱡﺬ ﱢل ِﻣﻦَ اﻟﺮﱠﺣْ َﻤ ِﺔ َوﻗُﻞْ َربﱢ ارْ َﺣ ْﻤﮭُ َﻤﺎ َﻛ َﻤﺎ َرﺑﱠﯿَﺎﻧِﻲ Artinya : Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua - duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanm, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya “ah” janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka denngan ucapan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kasih sayang dan ucapkanlah : Wahai Tuhanku kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil. (Q S. Al-Isra/17 : 23-24) Demikianlah sebagai penutup bahasan tentang birru al-walidain dan pelajaran yang bisa dipetik adalah :
29
a. Dosa itu mempunyai tingkatan, ada yang besar, ada yang lebih besar dan ada yang kecil tergantung pada mafsadah yang ditimbulkannya b. Menakkutkan dosanya durhaka kepada orang tua c. Dosa besar yang paling besar adalah menyekutukan Allah, durhaka kepada kedua orang tua dan perkataan dusta Marilah kita berdoa kepada Allah swt
َربﱢ ا ْﻏﻔِﺮْ ﻟِﻰ َوﻟِ َﻮاﻟِ َﺪ ﱠ ﺻ ِﻐ ْﯿ ًﺮا َ ى َوارْ َﺣ ْﻤﮭُ َﻤﺎ َﻛ َﻤﺎ َربّ ّ◌◌َ ﯾَﺎﻧِﻰ Artinya : “ya Tuhanku ampunilah dosa-dosaku dan dosa-dosa ibu bapakku, dan kasihilah keduanya sebaimana mereka mengasihiku di waktu masih kecil”
C. Konsep Ziarah kubur Ziarah kubur, apapun motifasinya , adalah sesuatu yang telah sangat kita kenal. banyak orang yang melakukannya karena tradisi sehingga tidak mengetahui atau tidak menyadari tujuan dan khikmahnya. ada juaga yang melakukannya karena suatu alasan duniawi. Tetapi tidak sedikit orang yang berziarah berdasarkan pemahamannya tentang ajaran agama. Sesungguhnya ziarah kubur adalah sesuatu yang sangat penting dan merupakan bagian dari ajaran agama. karenanya menjadi kepentingan kita untuk mengetahui
masalah
inin
dengan
sebenarnya,
termasuk
tata
cara
melaksanakannya dan agar kita dapat lebih memahami masalah ziarah ini serta untuk memantapkan hati ketika untuk melaksanakannya. Berikut ini akan kami uraikan beberapa hal yang berhubungan dengannya. Para Ulama menjelaskan ziarah kekuburunan itu termasuk hal yang biasa dilakukan oleh nabi Muhammad saw juga mengajarkan kepada para shahabatnya tata cara berziarah kubur. Umat
30
Islam bersepakat atas kesunahan ziarah kubur untuk mengingat dan mengambil pelajaran. Sampai saat ini ziarah kubur tetap berlaku di berbagai daerah baik kota maupun pedesaan.16 a. Dasar Ziarah Kubur Tidak sedikit hadis Nabi SAW yang menunjukkan sunnahnya melakukan ziarah kubur. Diantaranya dalam sebuah hadis riwayat Imam Turmudzi dari Shahabat Buraidah
ﺎر َو َﻣﺤْ ُﻤﻮ ُد ﺑ ُْﻦ َﻏ ْﯿﻼَنَ َو ْاﻟ َﺤ َﺴ ُﻦ ﺑ ُْﻦ َﻋﻠِ ﱟﻰ ْاﻟ َﺨﻼﱠ ُل ﻗَﺎﻟُﻮا َﺣ ﱠﺪﺛَﻨَﺎ ٍ َﺣ ﱠﺪﺛَﻨَﺎ ُﻣ َﺤ ﱠﻤ ُﺪ ﺑ ُْﻦ ﺑَ ﱠﺸ ُ َﺻ ٍﻢ اﻟﻨﱠﺒِﯿ ُﻞ َﺣ ﱠﺪﺛَﻨَﺎ ُﺳ ْﻔﯿ ﺎن ﻋ َْﻦ ﻋ َْﻠﻘَ َﻤ َﺔ ْﺑ ِﻦ َﻣﺮْ ﺛَ ٍﺪ ﻋ َْﻦ ُﺳﻠَ ْﯿ َﻤﺎنَ ْﺑ ِﻦ ﺑ َُﺮ ْﯾ َﺪةَ ﻋ َْﻦ ِ أَﺑُﻮ ﻋَﺎ أَﺑِﯿ ِﮫ ﻗَﺎ َل ﻗَﺎ َل َرﺳُﻮ ُل ﱠ ُ » ﻗَ ْﺪ ُﻛ ْﻨ-ﺻﻠﻰ ﷲ ﻋﻠﯿﮫ وﺳﻠﻢ- ِﷲ ﺖ ﻧَﮭَ ْﯿﺘُ ُﻜ ْﻢ ﻋ َْﻦ ِزﯾَﺎ َر ِة »َُﻮر ﻓَﻘَ ْﺪ أ ُ ِذنَ ﻟِ ُﻤ َﺤ ﱠﻤ ٍﺪ ﻓِﻰ ِزﯾَﺎ َر ِة ﻗَﺒ ِْﺮ أ ُ ﱢﻣ ِﮫ ﻓَ ُﺰورُوھَﺎ ﻓَﺈِﻧﱠﮭَﺎ ﺗُ َﺬ ﱢﻛ ُﺮ اﻵ ِﺧ َﺮة ِ ْاﻟﻘُﺒ Artinya : “Sesungguhnya dahulu aku pernah melarang kalian menziarahi kubur,sesungguhnya telah diizinkan bagi Muhammad dalam ziarah kubur Ibunya, karena itu berziarah kuburlah kalian, karena swsungguhnya ziarah kubur itu dapat memngingatkan tentang akhirat.”17
16
Al-Habib Zainal Abidin bin Ibrahim bin Semith Al-Alawi Al-Husaini, tanya jawab
Aqidah Ahlussunnah wal jama’ah, (Surabaya:Khalista, 2009). Cet. 1 hlm 109 17
Maktabah Syamilah, Sunan al-Tirmidzi, Juz 4 no. 1074
31
b. Tata Cara Ziarah Kubur 1. Ketika akan masuk kuburan memberikan salam kepada para ahli kubur dengan membaca lafadz yang diajarkan Rasulullah saw :
اﻟ ﱠﺴﻼَ ُم َﻋﻠَ ْﯿ ُﻜ ْﻢ دَا َر ﻗَﻮْ ٍم ُﻣ ْﺆ ِﻣﻨِﯿﻦَ َوإِﻧﱠﺎ إِ ْن َﺷﺎ َء ﱠ َﷲُ ﺑِ ُﻜ ْﻢ ﻻَ ِﺣﻘُﻮن yang artinya: “Kesejahteraan semoga terlimpah kepada kalian penghuni negeri mukminin dan kami insya’ Allah akan menyusul kalian.”18
2. Baca Al-Qur’aan Menghadiahkan pahala bacaan Al-Qur’an dan dzikir kepada orangorang yang telah meninggal dunia, daan mereka dapat menerimanya mungkin berupa penghapusan dosa (ampunan), terangkat derajadnya, cahaya kesenangan dan pahala-pahala lain menurut anugrah Allah berdasarkan hadis Nabi :
إﻗﺮؤا ﯾﺲ ﻋﻠﻰ ﻣﻮﺗﺎﻛﻢ
bacakanlah yasin
orang yang mati kalian semua, dan hadis.
َك َوﺗَ َﻌﺎﻟَﻰ َواﻟ ﱠﺪا َر اﻵ ِﺧ َﺮة َ ﷲ ﺗَﺒَﺎ َر َ ﯾﺲ ﻗَ ْﻠﺐُ ْاﻟﻘُﺮْ آ ِن ﻻَ ﯾَ ْﻘ َﺮأُھَﺎ َر ُﺟ ٌﻞ ﯾ ُِﺮﯾ ُﺪ ﱠ إِﻻﱠ ُﻏﻔِ َﺮ ﻟَﮫُ َوا ْﻗ َﺮ ُءوھَﺎ َﻋﻠَﻰ َﻣﻮْ ﺗَﺎ ُﻛﻢ Yasin adalah hati Al-Qur’an, tidak membacanya seseorang yang mencari ridho Allah dan pahala akhirat melainkan Allah mengampuninya, daan bacakanlah yasin orang yang mati kalian semua (HR, Imam Ahmad)19. Ulama ahli tahqiq menjelaskan sesungguhnya hadis ini adalah “Am (umum), meliputi bacaan orang yang sedang sekarat dan bacaan
18 19
Maktabah Syamilah, Shahih Muslim, Juz 1 no.249 Maktabah Syamilah, Musnad Ahmad, no. 20836
32
untuk orang yang telah meninggal dunia. Dan mereka mendapatkan manfaat bacaan tersebut menurut kesepakatan ulama.20 3. Tawasul dalam berdo’a Dalam berdo’a, kita terkadang melakukan tawasul , tawasul artinya mengambil wasilah, sedangkan wasilah itu sendiri artinya perantara atau penghubung. Adanya wasilah dalam suatu kehidupan sudah merupakan sunnatullah.
Dengan apa kita menulis? Dengan apa kita membaca?
Dengan apa kita menyebrangi sungai? Dengan apa kita mengambil ilmu pengetahuan? Dengan apa kita berwudlu dan mandi? Untuk melakukan itu semua kita memerlukan perantara. Dalam kebiasaan manusia jika seseorang berhajad kepada seseorang yang kurang atau tidak dikenalnya, ia berwasilah dengan menyebut nama atau kedudukan orang yang dicintai oleh orang itu. Dalam bertaqarrub kepada Allah kita pun dapat menyebut nama atau kedudukan orangorang yang dicintaiNya dengan harapan do’a kita dapat dikabulkan, inilah yang dinamia tawasul dalam berdo’a. Jadi bukan berarti kita berd’a kepada orang itu, dalam arti meminta kepadanya agar ia memenuhi kebutuhan kita. Kita hanya berdo’a kepada Allah, hanya saja kita bertawasul dengan menyebutkan nama atau orang yang dicintaiNya. Berdo’a dan mendekatkan diri kepada Allah dengan wasilah kepada kekasihNya, seperti Rasulullah SAW , adalah dibolehkan. Demikian pula berwasilah dengan amal shalih kita attu berwasilah menyebutkan
20
Al-Habib Zainal Abidin bin Ibrahim bin Semith Al-Alawi Al-Husaini, tanya jawab Aqidah Ahlussunnah wal jama’ah, (Surabaya:Khalista, 2009). Cet. 1 hlm 118
33
kedudukan seorang wali, ulama’ Amilin (ulama’ yang mengamalkan ilmunya) dan orang sholih atau menyebut nama mereka. Dalam sebuah hadis disebutkan :
ب رﺿﻲ ﷲ ﻋﻨﮫ ٍ ِﺲ ا ْﺑ ِﻦ َﻣﺎﻟ ِ ﺿ َﻰ ﷲُ َﻋ ْﻨﮫُ أَ ﱠن ُﻋ َﻤ َﺮ ْﺑﻦَ ْاﻟ َﺨﻄﱠﺎ ِ ﻚ َر ٍ َﻋ َْﻦ أَﻧ ﻓَﻘﺎَ َل اﻟﻠّﮭُ ﱠﻢ إِﻧﱠﺎ ُﻛﻨﱠﺎ. ﺐ ِ ﱠﺎس ْﺑ ِﻦ َﻋ ْﺒ ِﺪ ْاﻟ ُﻤﻄﱠ ِﻠ ِ َﻛﺎنَ إِ َذا ﻗُ ِﺤﻄُﻮا اِ ْﺳﺘَ ْﺴﻘَﻰ ﺑِ ْﺎﻟ َﻌﺒ . َﻚ ﺑِ َﻌ ﱢﻢ ﻧَﺒِﯿﱢﻨَﺎ ﻓَﺎَ ْﺳﻘِﻨَﺎ ﻗَﺎ َل ﻓَﯿَ ْﺴﻘَﻮْ ن َ ﻚ ﺑِﻨَﺒِﯿﱢﻨَﺎ ﻓَﺘَ ْﺴﻘِ ْﯿﻨَﺎ َوإِﻧﱠﺎ ﻧَﺘَ َﻮ ﱠﺳ ُﻞ إِﻟَ ْﯿ َ ﻧَﺘَ َﻮ ﱠﺳ ُﻞ إِﻟَ ْﯿ رواه اﻟﺒﺨﺎرى Artinya : “Dari Anas bin Malik ra. berkata Sesungguhnya Shahabat Umar bin Khattab ra. Berkata adalah, apabila terjadi kemarau belia berdo’a bertawasul dengan Shahabat Abbas bin Abdul Muthalib (paman Nabi) Umar bin Kattab berdo’a : Ya Allah ! bahwa kami pernah berdo’a dengan bertawasul kepada engkau dengan Nabi maka Engkau turunkan hujan, dan sekarang kami bertawasul dengan paman Nabi kami, maka ya Allah turunkanlah hujan. Berkata Anas bin Malik ; maka turunlah hujan.21 4. Menabur Bunga Rasanya tidak lengkap jika seseorang yang berziarah tidak membaawa air bunga kekuburan. Ini kebiasaan yang sudah merata di seluruh masyarakat, orang-orang yang melakukan ziarah kubur membwa air bunga yang akan diletakkan pada pusara, pendapat ini berdasarkan hadis Nabi saw :
ﺎن ِ َ ﺑِ َﺤﺎﺋِ ٍﻂ ِﻣ ْﻦ ِﺣﯿﻄ- ﺻﻠﻰ ﷲ ﻋﻠﯿﮫ وﺳﻠﻢ- س ﻗَﺎ َل َﻣ ﱠﺮ اﻟﻨﱠﺒِ ﱡﻰ ٍ َﻋ ِﻦ ا ْﺑ ِﻦ َﻋﺒﱠﺎ َ ْﺻﻮ - ﻓَﻘَﺎ َل اﻟﻨﱠﺒِ ﱡﻰ، ُﻮر ِھ َﻤﺎ َ ﻓَ َﺴ ِﻤ َﻊ، َْاﻟ َﻤ ِﺪﯾﻨَ ِﺔ أَوْ َﻣ ﱠﻜﺔ ِ ت إِ ْﻧ َﺴﺎﻧَ ْﯿ ِﻦ ﯾُ َﻌ ﱠﺬﺑَﺎ ِن ﻓِﻰ ﻗُﺒ ، ﺛُ ﱠﻢ ﻗَﺎ َل » ﺑَﻠَﻰ، « ﯿﺮ ٍ ِ َو َﻣﺎ ﯾُ َﻌ ﱠﺬﺑَﺎ ِن ﻓِﻰ َﻛﺒ، » ﯾُ َﻌ ﱠﺬﺑَﺎ ِن- ﺻﻠﻰ ﷲ ﻋﻠﯿﮫ وﺳﻠﻢ 21
Maktabah Syamilah, Shahih Bukhari, no. 964
34
ﺛُ ﱠﻢ َدﻋَﺎ. « َو َﻛﺎنَ اﻵ َﺧ ُﺮ َﯾ ْﻤ ِﺸﻰ ﺑِﺎﻟﻨﱠ ِﻤﯿ َﻤ ِﺔ، َﻛﺎنَ أَ َﺣ ُﺪھُ َﻤﺎ ﻻَ ﯾَ ْﺴﺘَ ِﺘ ُﺮ ِﻣ ْﻦ ﺑَﻮْ ﻟِ ِﮫ ﻓَﻘِﯿ َﻞ ﻟَﮫُ ﯾَﺎ. ًﺿ َﻊ َﻋﻠَﻰ ُﻛﻞﱢ ﻗَﺒ ٍْﺮ ِﻣ ْﻨﮭُ َﻤﺎ ِﻛ ْﺴ َﺮة َ ﻓَ َﻮ، ﺑِ َﺠ ِﺮﯾ َﺪ ٍة ﻓَ َﻜ َﺴ َﺮھَﺎ ِﻛ ْﺴ َﺮﺗَﯿ ِْﻦ َ ﷲ ﻟِ َﻢ ﻓَ َﻌ ْﻠ ﺖ ھَ َﺬا ﻗَﺎ َل » ﻟَ َﻌﻠﱠﮫُ أَ ْن ﯾُ َﺨﻔﱠﻒَ َﻋ ْﻨﮭُ َﻤﺎ َﻣﺎ ﻟَ ْﻢ ﺗَ ْﯿﺒَ َﺴﺎ أَوْ إِﻟَﻰ أَ ْن َ َرﺳ ِ ُﻮل ﱠ ﯾَ ْﯿﺒَ َﺴﺎ Artinya : Dari Ibnu Abbas beliau berkata suatu ketika Nabi saw melewati sebuah kebun di Madinah atau di Makkah. Lalu Nabi saw mendengar suara dua orang yang sedang disiksa di kuburnya. Nabi saw bersabda kepada para shahabat, kedua orang (yang ada di kubur ini) sedang disiksa. Keduanya disiksa bukan karna telah melakukan dosa besar. Yang satu disiksa karena tidak memakai tutup ketika kencing.sedang yang lainnya lagi disiksa karena sering mengadu domba Rasul saw kemudian menyuruh shahabat untuk mengambil pelapah kurma, kemudian membelahnya menjadi dua bagian dan meletakkannya pada masing-masing kuburan tersebut. Para shahabat lalu bertanya kenapa engkau melakukan hal ini ya Rasul? Rasul saw menjawab : semoga Allah swt meringankan siksa kedua orang tersebut selama kedua pelapah kurma ini belum kering.(HR. alBukhari)22 Hadis di atas diperkuat oleh hadis lain :
ﻋﻦ ﺟﻌﻔﺮ ﺑﻦ ﻣﺤﻤﺪ ﻋﻦ أﺑﯿﮫ أن اﻟﻨﺒ ّﻲ ﺻﻠﻰ ﱠ ﷲ ﻋﻠﯿﮫ وﺳﻠﻢ َرشﱠ َﻋﻠَﻰ ﻗَﺒ ِْﺮ ﺿﻊ ﻋﻠﯿﮫ َﺣﺼْ ﺒَﺎ َء َ اﺑﻨﮫ إﺑﺮاھﯿ َﻢ َو َو Artinya : diriwayatkan dari Ja’far bin Muhammad dari ayahnya bahwa Rasulullah saw menyiram kuburan putra beliau Ibrahim dan beliau meletakkan krikil di atas kuburan tersebut (Nailul Authar juz 4 hlm 4) Para ulama mengatakan bahwa hukumnya menyiram air bunga
atau
harum-haruman
di
atas
kuburan
adalah
sunnah.
sebagaimana yang dikatakan oleh Imam Nawawi al-Bantani dalam karangan beliau Nihayah az-Zain :
22
Maktabah Syamilah, Shahih Bukhari, no. 213
35
ُ ﺎر ٍد ﺗَﻔَﺎ ُؤﻻً ِﺑﺒُﺮ س ﺑِﻘَﻠِﯿ ٍﻞ ِﻣ ْﻦ َ ْﻀ ِﺠ ِﻊ َوﻻَ ﺑَﺄ َ ُ◌و َد ِة ْاﻟ َﻤ ِ ََوﯾُ ْﻨ َﺪبُ َرشﱡ ْاﻟﻘَ ْﺒ ِﺮ ِﺑ َﻤﺎ ٍء ﺑ ََﻣﺎ ِء ْاﻟ َﻮ ِر ِد ﻷَ ﱠن ْاﻟ َﻤﻼَﺋِ َﻜﺔَ ﺗُ ِﺤﺐﱡ اﻟ ﱠﺮاﺋِ َﺤﺔَ اﻟﻄﱠﯿﱢﺒَﺔ “Disunnahkan untuk menyirami kuburan dengan air yang dingin, perbuatan ini dilakukan sebagai tafa’ulan (pengharapan) dengan dinginnya tempat tidur. Dan juga tidak apa-apa menyiram air bunga dengan sedikit air mawar. Karena malaikat senang pada aroma yang harum dan semerbak.”(Nihayah al-Zain hlm 145)23
d. Tujuan Ziarah Kubur Sebagaimana telah dimaklumi setiap orang yang melakukan ziarah kubur pasti memiliki maksud dan tujuan. Terkadang ziarah kubur dilakukan agar ingat akan akhirat, maka disunnahkan, ada pula
orang yang berziarah
dengan tujuan untuk mendo’akan penghuni kubur. Ini juga disunnah karena ada hadis yang diriwayatkan oleh Abu Daud dari Abu Hurairah ra. yang artinya :“sesungguhnya Nabi SAW datang ke kubur lalu beliau mengucapkan :
اﻟ ﱠﺴﻼَ ُم َﻋﻠَ ْﯿ ُﻜ ْﻢ دَا َر ﻗَﻮْ ٍم ُﻣ ْﺆ ِﻣ ِﻨﯿﻦَ َوإِﻧﱠﺎ إِ ْن َﺷﺎ َء ﱠ ﷲُ ِﺑ ُﻜ ْﻢ ﻻَ ِﺣﻘُﻮن yang artinya: “Kesejahteraan semoga terlimpah kepada kalian penghuni negeri mukminin dan kami insya’ Allah akan menyusul kalian.” Para ulama’ menjelaskan : ziarah kekuburan itu termasuk hal yang biasa dilakukan oleh Nabi SAW, dan sahabat-sahabat beliau juga melakukannya. Semasa beliau belum wafat, nabi SAW juga menganjurkan
23
KH. Muhyiddin Abdusshomad, Fikih Tradisisonalis, (Pustaka BAYAN Malang dan
Khalista Surabaya 2010) hlm 218. dikutip dari Imam Nawawi al-Bantani, Nihayatu al-Zain hlm 145
36
kepada para sahabatnya tata cara ziarah kubur, untuk mengingat dan mengambil pelajaran sampai saat ini ziarah kubur tetap berlaku diberbagai daerah, kota dan pedesaan.24 Terkadang orang melakukan ziarah kubur karena ingin mengambil berkah dari ahli kubur, seperti pada kubur para nabi, wali, ulama’ dan orang-orang shalih. Itu juga dibolehkan, bahkan sesuatu yang baik. Imam al- Ghazali ra. mengatakan tiap-tiap orang yang diambil barokahnya pada masa hidupnya, boleh pula diambil keberkahannya sesudah matinya dengan menziarahinya dan boleh pula melakukan perjalanan yang sulit untuk tujuan ini.25 Ada pula ziarah kubur yang dilakukan karena ingin menunaikan hak ahli kubur, ini pun boleh dilakukan. Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam al-Hakim dan al-Baihaqi dari Abu Hurairah dikatakan :
ﺐ ﺑِ ًّﺮا َ َِﻣ ْﻦ َزا َر ﻗَ ْﺒ َﺮ اَﺑَ َﻮ ْﯾ ِﮫ اَوْ أَ َﺣ ِﺪ ِھ َﻤﺎ ﻓِﻰ ُﻛ ﱢﻞ ُﺟ ُﻤ َﻌ ِﺔ ُﻏﻔِ َﺮ ﻟَﮫُ َو ُﻛﺘ Artinya : barang siapa menziarahi kubur kedua orang tuanya atau salah satunya pada hari jum’at satu kali, niscaya Allah ampuni ia atas dosanya dan ia tergolong orang yang berbakti kepada kedua orang tuanya26 e. Hikmah Ziarah Kubur Ziarah Kubur mengandung keuntungan bagi kedua belah pihak bagi yang mati dan orang yang menziarahinya. Keuntungan bagi yang mati ialah
24
Al-Habib Zainal Abidin bin Ibrahim bin Semith Al-Alawi Al-Husaini, tanya jawab
Aqidah Ahlussunnah wal jama’ah, (Surabaya:Khalista, 2009). Cet. 1 hlm 109 25
“Do’a dan Dzikir Ziarah di Tanah Suci dan di Mana Saja” al-Kisah Edisi 25/2007 hal 1
26
Syeh Zainuddin bin Abdul Aziz Al-Malibari. Irsyadul Ibad, bab Ziarah Kubur (semarang
: Thoha putra), hlm 33
37
mendapatkan kesenangan dengan diziarahi, dapun keuntungan bagi yang berziarah adalah ia akan ingat mati, yakni ingat hal ihwal saat kematian datang dan sesudahnya. Dengan ingat mati itu, ia akan bertambah zuhud di dunia dan bertambah senang untuk beramal shalih, serta meraih ketakwaan. Amal shalih dan taqwa itulah yang merupakan bekal utama di akhirat/ dan Allah berfirman Q.S al-Baqarah : 197
َوﺗَ َﺰ ﱠو ُدوا ﻓَﺈِ ﱠن َﺧ ْﯿ َﺮ اﻟ ﱠﺰا ِد اﻟﺘﱠ ْﻘ َﻮى
Artinya : dan berbekallah kalian maka sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah taqwa. Dalam ayat lain QS al-Nahl : 97 dikatakan :
ًﺻﺎﻟِﺤًﺎ ِﻣ ْﻦ َذ َﻛ ٍﺮ أَوْ أ ُ ْﻧﺜَﻰ َوھُ َﻮ ُﻣ ْﺆ ِﻣ ٌﻦ ﻓَﻠَﻨُﺤْ ﯿِﯿَﻨﱠﮫُ َﺣﯿَﺎةً طَﯿﱢﺒَﺔ َ َﻣ ْﻦ َﻋ ِﻤ َﻞ ََوﻟَﻨَﺠْ ِﺰ َﯾﻨﱠﮭُ ْﻢ أَﺟْ َﺮھُ ْﻢ ﺑِﺄَﺣْ َﺴ ِﻦ َﻣﺎ َﻛﺎﻧُﻮا ﯾَ ْﻌ َﻤﻠُﻮن Artinya : barang siapa beramal shalih, baik laki-laki maupun permpuan, dan ia seorang mukmin, sesungguhnya kmi akan memberikan kepadanya suatu kehidupan yang baik di dunia dan sesungguhnya kami akan memberikan pembalasan kepadanya di akhirat dengan balsan yang lebih baik dari pada amal-amal yang dahulu ia kerjakan. D. Landasan Teori
Secara sederhana, “living hadis” dapat dimaknai sebagai gejala yang Nampak di masyarakat berupa pola - pola prilaku yang bersumber dari hadis Nabi Muhammad saw. Pola-pola prilaku di sini merupakan bagian dari respons umat Islam dalam interaksi mereka dengan hadis - hadis Nabi.27
27
Muhammad Alfatih Suryadilaga, “Model - model Living Hadis” dalam
Sahiron
Syamsuddin (ed), Metodologi Penelitian Living Qur’an dan Hadis, ( Yogyakarta : TH. Press, 2005), hal.107-114.
38
Sudah barang tentu, masyarakat Islam semestinya berprilaku sesuai dengan ajaran-ajaran al-Quran dan hadis. Namun fenomena yang muncul tidak berbanding lurus dengan apa yang semestinya dipraktikkan dan diamalkan. Ada juga tradisi atau kebiasaan masyarakat Islam yang dianggap menyimpang, tetapi masih dapat dilacak landasan normatifnya. Ambil contoh misalnya pengungkapan masalah jampi-jampi yang terkait erat dengan daerah tertentu di Indonesia yang mendasarkan diri dengan hadis dilakukan oleh Samsul Kurniawan.28 Fokus kajian yang dilakukan akhirnya memotret dua kitab mujarobbat yang digunakan masyarakat setempat dalam merangkai jampijampi. Kedua kitab tersebut masing-masing ditulis oleh oleh Syaikh Ahmad alDairabi al-Syafi’i dan Ahmad Saad Ali. Kajian living hadis
semakin menarik seiring dengan semakin
meningkatnya kesadaran masyarakat Islam terhadap ajaran agamanya. kita banyak menjumpai kegiatan-kegiatan keagamaa, baik di tempat-tempat tertentu seperti masjid maupun di media cetak dan elektronik. Hal yang menarik, misalnya praktik pengobatan Nabi (al-Tibb al-Nabawi), yaitu ruqiyah (jampi) dan hijamah (bekam). Bila kita memakai prespektif teori sejarah (continuity and change) , kita akan menemukan persoalan apakah praktik ruqyah itu dan hijamah ini sama persis sama dengan yang dilakukan Nabi dulu? Kita ketahui ruqyah dan hijamah sudah ada sebelum Islam datang. Tentu ada penyesuaian dan interpretasi dalam praktiknya. 28
Syamsul Kurniawan, Hadis Jampi-jampi dalam Kitab Mujarabat Melayu dan Taj al-
Muluk Menurut Pandangan Masyarakat Kampung Seberang Kota Pontianak Propinsi Kalbar, Skripsi Fak. Ushuluddin UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Tahun 2005
39
Karena living hadis didefinisikan sebagai gejala yang Nampak atau sebagai fenomena dari masyarakat Islam, maka kajian atau studi living hadis masuk dalam kategori fenomena sosial keagamaan. Bila demikian halnya, pendekatan atau paradigma yang dapat digunakan untuk mengamati dan menjelaskan bagaimana living hadis dalam suatu masyarakat Islam adalam ilmu-ilmu sosial. Pendekatan yang dinilai sesuai dalam hal ini adalah pendekatan fenomenologi. Adapun alasannya menurut, G. Van der Leew, bertugas untuk mencari atau mengamati fenomena sebagaimana yang tampak. Dalam hal ini ada tiga prinsip yang tercakup di dalamnya : (1) sesuatu itu berwujud, (2) sesuatu itu tampak, (3) karena sesuatu itu tampak dengan tepat maka ia merupakan fenomena. Penampakan itu menunjukkan kesamaan antara yang tampak dengan yang diterima oleh si pengama, tanpa melakukan modifikasi.29 Skripsi ini akan menjelaskan seputar salah satu living hadis yang terkait dengan praktik keagamaan yaitu ziarah kubur yang biasa disebut dengan nyadran. Kegiatan living hadis yang dilakukan di Dusun Sidodadi kecamatan Kedungwuni Kabupaten Pekalongan. Yang menjadi persoalan adalah bagaimana praktik ziarah yang dilakukan masyarakat di makam dan kaitannya dengan ajaran yang dicontohkan oleh Nabi saw.
29
Jacque waardenburg, Classical Approaces to the study of Religion (Paris : Mounton the
Hague, 1973), hlm. 412. Dikutip dari Moh. Natsir Mahmud, Studi Al-Qur’an dengan Pendekatan Historisme dan Fenomenologi, Evaluasi Terhadap Pandangan Barat tantang Al-Qur’an, Disertai Program Pasca Sarjana IAIN Sunan Kalijaga, 1992, tidak diterbitkan, hlm. 90