BAB II KONSEP DASAR
A. Konsep Keluarga 1
Definisi Keluarga a. Menurut Bussard dan Ball (1966) dalam Setiadi (2008) Keluarga merupakan lingkungan sosial yang sangat dekat hubunganya dengan seseorang. Di keluarga itu seseorang dibesarkan, bertempat tinggal, berinteraksi satu dengan yang lain, dibentuknya nilai-nilai, pola pemikiran dan kebiasaanya dan berfungsi sebagai saksi segenap budaya luar dan mediasi hubungan anak dengan lingkunganya. b. Menurut Duval (1972) dalam Friedman (1998) Keluarga adalah sekumpulan orang yang dihubungkan oleh ikatan perkawinan,
adopsi,
kelahiran
yang
bertujuan
menciptakan
dan
mempertahankan budaya yang umum, meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional dan sosial dari tiap anggota keluarga . Dari beberapa pengertian diatas maka dapat disimpulkan secara umum bahwa keluarga itu terjadi jikalau ada : 1)
Ikatan atau persekutuan ( perkawinan / kesepakatan ).
2)
Hubungan ( darah / adopsi / kesepakatan ).
3)
Tinggal bersama dalam satu atap ( serumah ).
4)
Ada peran masing-masing anggota keluarga.
5
5)
2
Ikatan emosional.
Tipe Keluarga Menurut Setiadi (2008) tipe keluarga adalah sebagai berikut : a. Secara Tradisional Secara tradisional keluarga dikelompokan menjadi 2 yaitu : 1) Keluarga Inti ( Nuclear Family ) adalah keluarga yang hanya terdiri dari ayah, ibu dan anak yang diperoleh dari keturunan atau adopsi atau keduanya. 2) Keluarga Besar ( Extended Family ) adalah keluarga inti ditambah anggota keluarga lain yang masih mempunyai hubungan darah ( kakek-nenek, paman-bibi ). b. Secara Modern ( berkembangnya peran individu dan meningkatnya rasa individualisme maka pengelompokan tipe keluarga selain di atas adalah : 1) Tradisional Nuclear Keluarga inti ( ayah, ibu dan anak ) tinggal dalam satu rumah ditetapkan oleh sanksi-sanksi legal dalam suatu ikatan perkawinan, satu atau keduanya dapat bekerja di luar rumah. 2) Reconstituted Nuclear Pembentukan baru dari keluarga inti melalui perkawinan kembali suami/istri, tinggal dalam pembentukan satu rumah dengan anak-
6
anaknya, baik itu bawaan dari perkawinan lama maupum hasil dari perkawinan baru, satu/keduanya dapat bekerja diluar rumah. 3) Niddle Age / Aging Couple Suami sebagai pencari uang, istri dirumah/kedua-duanya bekerja dirumah,
anak-anak
sudah
meninggalkan
rumah
karena
sekolah/perkawinan/meniti karier. 4) Dyadic Nuclear Suami istri yang sudah berumur dan tidak mempunyai anak yang keduanya atau salah satu bekerja diluar rumah. 5) Single Parent Satu orang tua sebagai akibat perceraian atau kematian pasanganya dan anak-anaknya dapat tinggal dirumah atau diluar rumah. 6) Dual Carrier, yaitu suami istri atau keduanya orang karier dan tanpa anak. 7) Commuter Married, suami istri atau keduanya orang karier dan tinggal terpisah pada jarak tertentu. Keduanya saling mencari pada waktu tertentu. 8) Single Adult, wanita atau pria dewasa yang tinggal sendiri dengan tidak adanya keinginan untuk kawin. 9) Three Generation, yaitu tega generasi atau lebih tinggal dalam satu rumah.
7
10) Institusional, yaitu anak-anak atau orang-orang dewasa tinggal dalam satu panti-panti. 11) Comunal, yaitu satu rumah terdiri dari dua atau lebih pasangan yang monogami
dengan
anak-anaknya
dan
bersama-sama
dalam
penyediaan fasilitas. 12) Group Marriage, yaitu satu perumahan terdiri dari orang tua dan keturunanya di dalam satu kesatuan keluarga dan tiap individu adalah kawin dengan yang lain dan semua adalah orang tua dari anak-anak. 13) Unmaried Parent and Child, yaitu ibu dan anak dimana perkawinan tidak dikehendaki, anaknya diadopsi. 14) Cohibing Couple, yaitu dua orang atau satu pasangan yang tinggal bersama tanpa kawin. 15) Gay and lesbian family, yaitu keluarga yang dibentuk oleh pasangan yang berjenis kelamin sama.
3
Struktur Keluarga Menurut Setiadi (2008) struktur keluarga menggambarkan bagaimana keluarga melaksanakan fungsi keluarga dimasyarakat. Struktur keluarga terdiri dari bermacam-macam, diantaranya : a. Patrilineal Adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ayah.
8
b. Matrilineal Adalah sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ibu. c. Matrilokal Adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah istri. d. Patrilokal Adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah suami. e. Keluarga Kawin Adalah hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembinaan keluarga, dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian keluarga karena adanya hubungan dengan suami atau istri.
4
Fungsi Pokok Keluarga Menurut Friedman (1998) secara umum fungsi keluarga adalah sebagai berikut: a. Fungsi Afektif, adalah fungsi keluarga yang utama untuk mengajarkan segala sesuatu untuk mempersiapkan anggota keluarga berhubungan dengan orang lain. b. Fungsi Sosialisasi, adalah fungsi mengembangkan dan tempat melati anak untuk berkehidupan sosial sebelum meninggalkan rumah untuk berhubungan dengan orang lain di luar rumah.
9
c. Fungsi Reproduksi, adalah fungsi untuk mempertahankan generasi dan menjaga kelangsungan keluarga. d. Fungsi Ekonomi, adalah fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan keluarga secara ekonomi dan tempat untuk mengembangkan kemampuan individu dalam meningkatkan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga. e. Fungsi Perawatan / Pemeliharaan Kesehatan, adalah fungsi keluarga untuk mempertahankan keadaan kesehatan anggota keluarga agar tetap memiliki produktivitas tinggi.
5
Tahap Perkembangan Keluarga Menurut Duval (1985) dalam Friedman (1998). a. Keluarga dengan anak dewasa ( anak I meninggalkan rumah ). Tugas perkembangan keluarga mempersiapkan anak untuk hidup mandiri dan menerima kepergian anaknya, menata kembali fasilitas dan sumber yang ada dalam keluarga, berperan sebagai suami istri, kakek dan nenek. Tugas perkembangan keluarga saat ini antara lain : 1). Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar. 2). Mempertahankan keintiman. 3). Membantu anak untuk mandiri sesuai keluarga baru dimasyarakat. 4). Mempersiapkan anak untuk hidup mandiri dan menerima kepergian anaknya.
10
5). Menata kembali fasilitas dan sumber yang ada pada keluarga. 6). Berperan suami-istri kakek dan nenek. 7). Menciptakan lingkungan rumah yang dapat menjadi contoh bagi anak-anaknya.
B. Konsep TB Paru 1
Pengertian Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TBC ( Mycobakterium tuberkulosis ), sebagian besar kuman TBC menyerang paru tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainya. (Depkes, 2002). TBC adalah penyakit menular yang disebabkan oleh kuman TBC ( Mycobakterium tuberkulosis ) yang hanya dapat dilihat dengan mikroskop dengan pewarna dan metode khusus. (Misnadiarly, 2006). Tuberkulosis adalah penyakit infeksi menular menyebar melalui batuk dan dahak yang disebabkan oleh Mycobakterium tuberculosis yang hanya dapat dilihat dengan mikroskop dengan pewarna dan metode khusus sebagian besar menyerang paru-paru tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainya.
11
2
Anatomi Fisiologi Gambar 1.1
Saluran Pernafasan Atas
Gambar 1.2
Saluran Pernafasan Bawah
(http://prestasiherfen.blogspot.com/2009/02/sistem-pernapasan-manusia.html )
12
3
Etiologi & Predisposisi Menurut Misnadiarly (2006), penyebab dari TB Paru adalah Mycobakterium
tuberkulosis
berbentuk
batang,
berwarna
merah,
berukuran 0,3 x 2 sampai 4 µm, ukuran yang lebih kecil dari satu sel darah merah mempunyai sifat khusus yaitu tahan terhadap asam pada pewarnaan. Oleh karena itu disebut pula sebagai Basil Tahan Asam ( BTA ). Kuman TBC cepat mati dengan sinar matahari langsung tetapi dapat bertahan hidup beberapa jam ditempat yang gelap dan lembab. Dalam jaringan tubuh kuman ini dapat bersifat dormant, tertidur lama selama beberapa tahun.
4
Pathofisiologi Menurut Depkes (2002), Sumber penularan adalah penderita TB BTA positif. Pada waktu batuk / bersin penderita menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk droplet (percikan dahak). Droplet yang mengandung kuman bertahan di udara pada suhu kamar selama beberapa jam. Orang dapat terinfeksi kalau droplet tersebut terhirup kesaluran pernafasan. Droplet yang terhirup sangat kecil ukuranya sehingga dapat melewati sistem pertahanan mukosiler bronkus dan terus berjalan sehingga sampai di alveolar dan menetap disana. Crofton (1999), Mengatakan infeksi dimulai pada saat kuman TB berhasil berkembangbiak dengan cara pembelahan diri di paru yang
13
mengakibatkan peradangan di dalam paru bersamaan dengan itu saluran limfe akan membawa sebagian kuman TB ke kelenjar limfe disekitar hilus paru. Dikedua tempat tersebut kuman akan menimbulkan reaksi tubuh dan sel-sel kekebalan tubuh akan berkumpul. Dalam waktu 4 – 8 minggu akan muncul daerah kecil ditengah proses tersebut dimana terdapat jaringan tubuh yang mati (Perkijuan) yang di kelilingi sel-sel kekebalan tubuh yang makin membesar (Fokus Primer). Apa yang terjadi kemudian tergantung dari sistem imun penderita. Bila daya tahan tubuh penderita rendah fokus primer dapat berkembang menjadi besar dan dapat memecah kearah permukaan paru sehingga bahan perkijuan dan kuman dapat memasuki rongga pleura. Cairan efusi umumnya diserap kembali dengan mudah. Namun bila terdapat banyak kuman didalamnya, cairan akan menjadi purulen sehingga membentuk empiema tuberkulosis. Selain ke rongga pleura fokus primer dapat pecah memasuki bronkus-bronkus kecil dan bahan perkijuan keluar jika batuk. Didalam kelenjar getah bening, kuman menyebabkan perubahanperubahan yang serupa dengan apa yang terjadi di dalam paru. Sehingga kelenjar getah bening menjadi lebih besar memecah dan menembus dinding bronkus. Isi kelenjar getah bening yang lunak mengalir kesaluran napas bila penderita bernapas sehingga penyakit tersebut menyebar.
14
Terkadang isi kelenjar getah bening menjadi lebih padat dan melekat didalam bronkus, pada saat penderita menghirup napas udara dapat melalui rongga yang menyempit tetapi pada saat menghembuskan napas rongga tersebut menutup dan udara terperangkap di dalam (Emfisema Obstruktif).
Hal
ini
menyebabkan
bagian
paru
setelah
daerah
penyempitan mengembang. Sumbatan akan menjadi total dan bagian paru terkait akan mengalami kolaps dan menimbulkan bronkiektasis. Selain itu karena kumpulan getah bening tersebut terletak dekat punggung perikardium, bila kelenjar limfe membesar dan pecah dapat memasuki perikardium dan menimbulkan efusi perikard. Misnadiarly (2006), mengatakan pada saat pembentukan fokus primer serta beberapa saat sesudahnya kuman lolos kedalam aliran darah melalui terkikisnya pembuluh darah dalm lesi maupun saluran limfe. Kuman TB terbawa oleh aliran darah kebagian tubuh yang lebih jauh seperti hati, limpa, tulang, otak dan ginjal.
15
5
Pathways Keperawatan Droplet ( percikan dahak) yang mengandung Mycobakterium tuberkulosis
Terhirup saluran nafas
Menetap di Paru
Keluarga mampu mengenal masalah TB Paru
Tidak mampu
Mycobakterium membelah diri
TB Paru
Keluarga mampu merawat anggota keluarga dengan TB Paru
Keluarga mampu memodifikasi lingkungan
Mampu
Mampu
Mampu
Kurang pengetahuan
Tidak mampu
Tidak mampu
Keluarga mampu mengambil keputusan yang tepat
Tidak mampu
Keluarga mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada
Mampu Mampu
Tidak mampu
Ketidakefektifan bersihan jalan nafas
Resiko tinggi penularan penyakit TB Paru
16
6
Manifestasi Klinik Depkes, (2002) menyebutkan : a. Gejala Utama Batuk terus menerus dan berdahak selama 3 minggu / lebih. b. Gejala tambahan yang sering dijumpai 1) Dahak bercampur darah 2) Batuk darah 3) Sesak nafas dan rasa nyeri dada 4) Badan lemah, nafsu makan menurun, berat badan menurun, rasa kurang enak badan ( malaise ), berkeringat malam walaupun tanpa kegiatan, demam meriang lebih dari sebulan.
7
Penatalaksanaan a. Pengobatan Menurut Croftoon (1999), Pengobatan dengan menggunakan Obat Anti TB ( OAT ) yang biasa diberikan selama 6 – 8 bulan. Obat-obatan yang digunakan adalah : Isoniazid
:H
Etambutol
Rifampisin
:R
Streptomisin : S
Pirazinamid : Z
Tiasetazon
:E
:T
Apabila obat perlu diberikan setiap hari, sebuah angka dicantumkan sebelum kombinasi obat yang menandakan jumlah bulan pemberikan
17
kombinasi tersebut. Misal 2 HRZE berarti keempat jenis obat diberikan dalam dosis tunggal setiap hari selama 2 bulan. Demikian juga 4 HR berarti bahwa kedua jenis obat ini diberikan dalam dosis tunggal setiap hari selama 4 bulan. Salah satu paduan obat adalah : 2 HRZE / 4 HR. Paduan ini berarti bahwa ke empat jenis obat diberikan selama 2 bulan pertama ( di kenal sebagai “fase awal” atau “fase intensif” ). Dilanjutkan dengan 2 jenis obat selama 4 bulan ( dikenal sebagai “fase lanjutan” ) seluruhnya menjadi 6 bulan. Pada beberapa paduan obat diberikan bersamaan dalam dosis tunggal 3 x seminggu ( pengobatan intermiten ). Untuk hal ini ditulis dengan angka 3 sesudah setiap obat misalnya, apabila paduan diatas diberikan 3 x seminggu. Penulisanya menjadi sebagai berikut : 2 H3R3Z3E3 / 4 H3R b. Program Penanggulangan TB Nasional Sumber Depkes (2002), Dengan menggunakan strategi DOTS, rekomendasi dari WHO dengan 5 komponen : 1) Komitmen politisi dari para pengambil keputusan termasuk dukungan dana ( Puskesmas, Paramedis, dll ). 2) Diagnosis TBC dengan pemeriksaan dahak secara mikroskopis
18
3) Pengobatan dengan paduan Obat anti tuberkulosis ( OAT ) jangka pendek dengan pengawasan langsung oleh Pengawas Menelan Obat ( PMO ). 4) Kesinambungan persediaan OAT jangka pendek dengan mutu terjamin 5) Pencatatan dan pelaporan secara baku untuk memudahkan pemantauan dan evaluasi program penanggulangan TBC. c. Pencegahan Penularan 1) Memastikan penderita menyelesaikan pengobatan yang efektif 6 8 bulan. (Croftoon, 1999). 2) Membuang dahak dalam larutan sodium hipokrit 1 % atau lisol. (Croftoon, 1999). 3) Menutup mulut pada waktu batuk dan bersin atau menggunakan tisue kemudian dibakar. (Minnadiarly, 2006). 4) Menjemur di udara dan di bawah sinar matahari semua bahan seperti selimut, bantal dan kasur. (Depkes, 2002). 5) Sedapat mungkin menghindari kerumunan orang banyak yang terlalu padat. (warnadiri.blogspot.com/2008/04/sumbangan-warn). 6) Ventilasi rumah yang baik agar udara dan sinar matahari masuk dalam ruangan. (Minnadiarly, 2006). 7) Tidak meludah sembarang tempat. (Depkes, 2002). 8) Berolahraga teratur. (Doengoes, 1999).
19
9) Meningkatkan
daya
tahan
tubuh
dengan
gizi
seimbang.
(Minnadiarly, 2006). 10) Imunisasi BCG pada balita. (Prince, 1995).
8
Komplikasi Menurut (Depkes, 2002) Komplikasi berikut sering terjadi pada pada penderita tahap lanjut : a. Hemoptisis berat ( perdarahan dari saluran nafas bawah ) yang dapat mangakibatkan kematian karena Syok hipovolemik atau tersumbatnya jalan nafas. b. Kolabs dari lobus akibat retraksi bronkial. c. Bronkiektasis ( Pelebaran bronkus setempat ) dan fibrosis ( pembentukan jaringan ikat pada proses pemulihan atau reaktif pada paru ). d. Pneumothorax ( adanya udara di dalam rongga pleura ) spontan kolabs karena kerusakan jaringan paru. e. Penyebaran infeksi ke organ lain seperti otak, tulang, persendian, ginjal dan sebagainya. f. Efusi perikard.
20
C. Proses Keperawatan Keluarga 1
Pengkajian Keluarga Friedman (1998) membagi proses pengkajian keperawatan keluarga ke dalam tahap-tahap meliputi identifikasi data, tahap dan riwayat perkembangan, data lingkungan, struktur keluarga, fungsi keluarga dan koping keluarga. a. Mengidentifikasi data 1) Data keluarga Daftar nama anggota keluarga yang tinggal dalam satu rumah serta alamat tinggal keluarga. Apabila ada yang tinggal dalam satu rumah dengan penderita TB Paru maka orang tersebut beresiko tertular 2 kali lebih besar daripada orang yang tidak tinggal serumah dengan penderita TB Paru. 2) Komposisi keluarga Dilakukan pengidentifikasian penyakit TB Paru dimulai dari anggota keluarga yang sudah dewasa kemudian diikuti anak sesuai dengan urutan usia dari yang tertua dikarenakan penyakit TB Paru mudah menular pada anggota keluarga. a) Umur penderita TB Paru, seringkali berasal dari usia produktif (15-50 tahun). Angka tertinggi pada wanita ditemukan pada usia 40 – 50 tahun. (Doengoes, 1999)
21
b) Jenis kelamin, Insiden lebih tinggi pada laki-laki dan bukan kulit putih (Doengoes,1999), pada wanita angka prevalensinya masih lebih rendah dan meningkat juga lebih sedikit dibandingkan laki-laki. (Crofton, 1999). 3) Tipe keluarga Garis keturunan atau silsilah keluarga dari tiga generasi apakah ada yang menderita TB Paru, mengingat TB Paru merupakan penyakit menular. 4) Latar belakang budaya Status kesehatan yang buruk (alkoholisme, perokok). Tinggal dilingkungan yang padat penduduk dan kumuh, kebiasaan makan sepiring berdua, penggunaan tempat pelayanan kesehatan swecara berkala. (Depkes, 2002) 5) Pola spiritual Agama yang dianut dalam keluarga dan kegiatan agama yang aktif diikuti. 6) Status kelas sosial a) Penghasilan keluarga Keluarga yang berpenghasilan kurang atau kepala keluarga yang tidak mampu bekerja lagi, pendapatanya menurun dan akan mempengaruhi dalam pemenuhan gizi keluarga. Akibatnya daya tahan tubuh anggota keluarga rendah
22
sehingga kemungkinanan terserang TB paru sangat besar. Faktor yang mempengaruhi kemungkinan seseorang menjadi penderita TB paru adalah daya tahan tubuh yang rendah, diantaranya karna gizi buruk atau HIV / AIDS. (Crofton, 1999) b) Pendidikan Keadaan ekonomi yang rendah sangat berkaitan dengan masalah
pendidikan,
ketidakmampuan
keluarga
dalam
mengatasi masalah yang mereka hadapi dan kurangnya pengetahuan tentang masalah TB Paru membuat keluarga tidak
mampu
merawat
penderita
dengan
baik
yang
mengakibatkan kondisi penyakit bertambah buruk dan timbul komplikasi. 7) Aktifitas rekreasi keluarga Aktivitas yang dilakukan secara bersama-sama dengan keluarga, frekuensi aktivitas anggota keluarga dan penggunaan waktu senggang secara bersama-sama. b. Tahap dan riwayat perkembangan 1) Tahap perkembangan setiap anggota keluarga dari yang usia bayi sampai lanjut usia. 2) Riwayat keluarga sebelumnya.
23
Riwayat kesehatan dalam keluarga adakah anggota keluarga yang pernah menderita penyakit kronis, penyakit menular atau penyakit yang sifatnya herediter, misalnya DM, hipertensi, jantung, hepatitis serta bagaimana perawatan dari keluarga, pengobatan dan tindakan medis yang telah diberikan. c. Data lingkungan 1) Karakteristik rumah Lingkungan perumahan yang kumuh, berdebu, kurang ventilasi, penerangan yang tidak adekuat, keadaan kamar tidur yang pengap karena sinar matahari tidak dapat masuk, kasur yang tidak
pernah
dijemur
merupakan
faktor-faktor
yang
menyebabkan kuman-kuman tuberkulosis mudah menyebar dan menular. 2) Macam lingkungan tempat tinggal Tinggal dilingkungan yang padat penduduk dan kumuh. (Depkes 2002). 3) Karakteristik hubungan dengan tetangga dan masyarakat penderita. Penderita TB Paru cenderung merasa rendah diri dalam pergaulan. 4) Mobilitas geografis keluarga
24
Status rumah yang dihuni keluarga apakah rumah sendiri atua menyewa, sudah berapa lama tinggal didaerah tersebut dan pindah dari daerah mana. 5) Intraksi keluarga dengan masyarakat a) Fasilitas sosial dan kesehatan Fasilitas kesehatan yang tidak memadai dan tidak terjangkau menjadi kendala dalam kelangsungan pengobatan penderita TB Paru. b) Fasilitas transportasi Transportasi merupakan sarana yang penting dan sangat diperlukan agar penderita mendapatkan pelayanan kesehatan dengan segera. Ketiadaan sarana transportasi menjadikan penderita enggan untuk datang ke pusat pelayanaan kesehatan sehingga memperburuk keadaan. 6) Sistem pendukung dalam keluarga Dalam keberhasilan pengobatan TB Paru
diharapkan dari
keluarga ada yang menjadi PMO. (Misnadiarly, 2008) d. Struktur keluarga 1) Pola komunikasi Menjelaskan cara berkomunikasi antar anggota keluarga, system komunikasi yang digunakan, efektif tidaknya ( keberhasilan) komunikasi dalam keluarga.
25
2) Struktur peran Apakah anggota keluarga sudah menjalankan perannya dalam keluarga dengan baik sesuai dengan fungsinya. Seorang penderita TB Paru akan mengalami perubahan kapasitas fisik dalam melaksanakan peran. 3) Struktur kekuatan keluarga Sejauh mana keluarga mampu mangambil keputusan dengan tepat dalam mengatasi masalah TB Paru yang ada dikeluarga. 4) Nilai dan norma keluarga Persepsi keluarga terhadap masalah kesehatan yang terjadi di keluarga dalam hal ini TB Paru. e. Fungsi keluarga 1) Fungsi afektif Tugas keluarga dalam hal ini adalah menjaga secara instuitif, merasakan perasaan dan suasana anak dan anggota yang lain dalam berkomunikasi dan berinteraksi antar sesama anggota keluarga sehingga saling pengertian satu sama lain dalam menumbuhkan keharmonisan dalam keluarga terutama anggota keluarga yang menderita TB paru. 2) Fungsi sosialisasi Tugas keluarga dalam menjalankan fungsi ini adalah bagaimana keluarga mempersiapkan anggota keluarganya menjadi anggota
26
masyarakat yang baik, mampu menyesuaikan diri dan dapat berinteraksi dengan lingkungan. 3) Fungsi perawatan kesehatan a) Keluarga mengenal masalah kesehatan b) Keluarga mampu mengambil keputusan yang tepat c) Keluarga mampu melakukan perawatan pada anggota keluarga yang sakit d) Keluarga mampu memodifikasi dan memelihara lingkungan untuk menunjang kesehatan. e) Keluarga mampu memanfaatkan fasilitas layanan kesehatan yang ada. f. Koping keluarga 1) Stresor yang sering muncul dalam keluarga 2) Respon keluarga terhadap stresor 3) Koping yang digunakan dalam mengatasi stresor
2
Diagnosa Keperawatan Keluarga Diagnosa yang dapat ditegakan adalah : a. Bersihan
jalan
nafas
tidak
efektif
berhubungan
dengan
ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang mengalami TB paru.
27
b.
Nutrisi
kurang
dari
kebutuhan
tubuh
berhubungan
dengan
ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga dengan masalah kekurangan nutrisi.
28