8
BAB II KOMUNIKASI INTERPERSONAL SISWA DAN PROGRAM BIMBINGAN KONSELING PRIBADI-SOSIAL
A. Komunikasi Interpersonal 1. Definisi Komunikasi Istilah komunikasi atau dalam Bahasa Inggris communication berasal dari Bahasa Latin “communication”, dan bersumber dari kata communis yang berarti sama atau sama makna (Effendy, 1985: 9). Menurut Sugiyo (2005: 1), komunikasi merupakan kegiatan manusia menjalin hubungan satu sama lain yang demikian otomatis keadaannya, sehingga sering tidak disadari keterampilan berkomunikasi merupakan hasil belajar. Definisi komunikasi secara umum adalah suatu proses pembentukkan, penyampaian, penerimaan dan pengolahan pesan yang terjadi di dalam diri seseorang dan atau di antara dua atau lebih dengan tujuan tertentu. Dengan demikian Setiap pelaku komunikasi akan melakukan empat tindakan. Membentuk pesan artinya menciptakan sesuatu ide atau gagasan. Ini terjadi dalam benak kepala seseorang melalui proses kerja sistem syaraf. Pesan yang telah terbentuk ini kemudian disampaikan kepada orang lain baik secara langsung ataupun tidak langsung. Bentuk dan mengirim pesan, seseorang akan menerima pesan yang disampaikan oleh orang lain. Pesan yang diterimanya ini kemudian akan diolah melalui sistem syaraf dan diinterpretasikan. Setelah diinterpretasikan, pesan tersebut dapat menimbulkan tanggapan atau reaksi dari orang tersebut. Apabila ini terjadi, maka penerima pesan tersebut akan membentuk dan menyampaikan pesan baru. Komunikasi merupakan bidang yang luas terbagi dalam 7 bentuk (Devito 2011: 8) yaitu : (a) Komunikasi Intrapersonal, (b) Komunikasi Interpersonal, (c) Komunikasi Kelompok Kecil, (d) Komuniaksi Publik, (e) Komunikasi Organisasi, (f) Komunikkasi Antar Budaya, dan (g) Komunikasi Massa. Komunikasi interpersonal merupakan salah satu bentuk dari komunikasi, komunikasi interpersonal merupakan Ingrit Nanisrinuria,2013
Program Bimbingan dan Konseling Pribadi Sosial untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Interpersonal Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
9
komunikasi yang dilakukan secara langsung antara seseorang dengan orang lainnya. Untuk berkomunikasi dengan individu lain, banyak ragam komunikasi yang dapat digunakan. Salah satunya dan yang dianggap paling efektif ialah dengan menggunakan komunikasi interpersonal, karena dengan komunikasi interpersonal akan meningkatkan kedekatan dan intensitas interaksi antara individu yang satu dengan yang lain dalam masyarakat.
2. Definisi Komunikasi Interpersonal Menurut Armi Muhammad (Budiamin, 2011:2) komunikasi interpersonal didefinisikan sebagai proses pertukaran informasi diantara seseorang dengan paling kurang seorang lainnya atau biasanya diantara dua orang yang dapat langsung diketahui feedback. Komunikasi interpersonal merupakan format komunikasi yang paling sering dilakukan oleh semua orang dalam hidupnya. Mulyana (Andreas,2009:1) mengemukakan komunikasi interpersonal sebagai komunikasi antara orang-orang secara tatap muka yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik secara verbal atau nonverbal. Devito (2011: 252) mendefinisikan komunikasi interpersonal sebagai komunikasi yang berlangsung diantara dua orang atau lebih yang mempunyai hubungan yang mantap dan jelas. Definisi-definisi tersebut memiliki kesamaan persepsi bahwa komunikasi antarpribadi (interpersonal communication) yaitu kegiatan komunikasi yang dilakukan seseorang dengan orang lain dengan corak komunikasinya lebih bersifat pribadi dan sampai pada tataran prediksi hasil komunikasinya pada tingkatan psikologis yang mengkomunikasikan pribadi sebagai unik. Komunikasi interpersonal dikaitkan dengan pertukaran pesan atau informasi yang bermakna di antara komunikator dan komunikan. Pada komunikasi interpersonal pesan yang diterima dapat dipahami oleh kedua belah pihak. Pengiriman informasi atau pesan merupakan unsur yang paling penting dalam komunikasi interpersonal, karena dapat memberikan umpan balik kepada pengirim informasi atau pesan. Umpan Ingrit Nanisrinuria,2013
Program Bimbingan dan Konseling Pribadi Sosial untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Interpersonal Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
10
balik sangat penting, karena keefektifan komunikasi interpersonal sangat tergantung pada umpan balik yang terjadi.
3. Proses Terjadinya Komunikasi Interpersonal Rakhmat (2011:48) menjelaskan mengenai proses orang menerima informasi, mengolah, menyimpan, dan menghasilkan kembali. Proses pengolahan informasi dikemukakan sebagai berikut: a. Sensasi Sensasi merupakan tahap paling awal dalam penerimaan informasi. Sensasi merupakan proses menangkap stimulus (pesan/informasi verbal maupun non verbal) oleh alat indera. Dalam psikologi, disebutkan ada sembilan alat indera yang dapat dikelompokkan ke dalam tiga macam indera sesuai dengan sumber informasi. Yaitu sumber informasi yang berasal dari luar yang diinderai oleh eksteroseptor (misalnya telinga atau mata), berasal dari dalam yang diinderai oleh interseptor (misalnya peredaran darah), dan yang ketiga adalah gerakan tubuh dari diri sendiri yang diinderai oleh proprioseptor (misalnya organ vestibular). Apa saja yang menyentuh alat indera baik dari dalam maupun luar diri disebut stimulus. b. Persepsi Yang kedua adalah persepsi. Persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Persepsi memberikan makna pada stimulus inderawi. Faktorfaktor yang mempengaruhi persepsi seseorang antara lain: 1) Perhatian Keneth E. Andersen (Rakhmat, 2011:51) mendefinisikan perhatian adalah proses mental ketika stimulus atau rangkaian stimulus menjadi menonjol dalam kesadaran pada saat stimulus lainnya melemah.
Ingrit Nanisrinuria,2013
Program Bimbingan dan Konseling Pribadi Sosial untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Interpersonal Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
11
2) Faktor-faktor fungsional yang menentukan persepsi Faktor fungsional berasal dari kebutuhan, pengalaman masa lalu, dan halhal lain yang termasuk apa yang disebut sebagai faktor-faktor personal. Dari hal tersebut, Krech dan Critchfield merumuskan empat dalil. Dalil pertama ditarik berdasakan faktor fungsional yang menyatakan bahwa persepsi bersifat selektif secara fungsional. Dalil ini berarti bahwa objek-objek yang mendapat tekanan dalam persepsi bahwa objek-objek yang memenuhi tujuan individu yang melakukan pesepsi. 3) Faktor-faktor struktural yang menentukan persepsi Faktor-faktor struktural berasal semata-mata dari sifat stimulus fisik dan efek-efek saraf yang ditimbulkannya pada sistem saraf individu. Dari prinsip ini, lahirlah dalil yang kedua yaitu medan perseptual dan kognitif selalu diorganisasikan dan diberi arti. Dalil persepsi yang ketiga menyatakan sifat-sifat perseptual dan kognitif dari substruktur ditentukan pada umumnya oleh sifat-sifat struktural secara keseluruhan. Jika individu dianggap sebagai anggota kelompok, semua sifat individu yang berkaitan dnegan sifat kelompok akan dipengaruhi oleh keanggotaan kelompoknya dengan efek yang berupa asimilasi atau kontras. Dalil persepsi yang keempat muncul dari prinsip bahwa manusia selalu mengkomunikasikan stimulus dalam konteksnya. Dalam strukturnya individu akan mencoba mencari struktur pada rangkaian stimuli. Struktur ini diperoleh dengan jalan mengelompokkan berdasarkan kedekatan atau persamaan. Prinsip kedekatan menyatakan bahwa stimulus yang berdekatan satu sama lain akan dianggap satu kelompok. c. Memori Memori akan menyimpan dan memanggil kembali informasi yang telah diterima untuk diproses selanjutnya dalam tahap berfikir. Secara singkat, menurut Mussen dan Rosenzweig ( Rakhmat, 2011:62) memori melewati tiga proses yaitu:
Ingrit Nanisrinuria,2013
Program Bimbingan dan Konseling Pribadi Sosial untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Interpersonal Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
12
1) Perekaman (Encoding). 2) Penyimpanan (Storage). 3) Pemanggilan (Retrieval). Individu tidak menyadari proses berlangsungnya pekerjaan memori pada dua tahap yang pertama. Individu hanya akan mengetahui memori pada tahap ketiga yaitu pemanggilan kembali. Proses pemanggilan kembali ini diketahui dengan empat cara, yaitu: (1) Pengingatan (Recall), (2) Pengenalan (Recognition), (3) Belajar Lagi (Relearning), dan (4) Redintegrasi (Redintegration.) d. Berfikir Proses mengolah dan memanipulasi informasi untuk memenuhi kebutuhan atau menyelesaikan masalah disebut sebagai berfikir. Proses ini meliputi pengambilan keputusan, pemecahan masalah dan berfikir kreatif. Berfikir merupakan manipulasi lingkungan dengan menggunakan lambang-lambang sehingga tidak perlu langsung melakukan kegiatan yang tampak.berfikir. Berfikir dilakukan individu untuk memahami realitas dalam rangka mengambil keputusan, memecahkan masalah, dan menghasilkan yang baru. Proses terjadinya komunikasi interpersonal dapat digambarkan seperti bagan 2.1 dibawah ini:
Bagan 2.1 Proses Terjadinya Komunikasi Interpersonal Ingrit Nanisrinuria,2013
Program Bimbingan dan Konseling Pribadi Sosial untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Interpersonal Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
13
4. Tujuan Komunikasi Interpersonal Komunikasi interpersonal mempunyai beberapa tujuan. DeVito (2011:30) mengungkapkan beberapa tujuan komunikasi interpersonal, yaitu : a. Menemukan Diri Sendiri Komunikasi interpersonal memberikan kesempatan kepada individu untuk berbicara tentang hobi atau mengenai diri individu. Hanya komunikasi interpersonal menjadikan individu dapat memahami lebih banyak tentang diri individu dan orang lain yang berkomunikasi dengan individu. Banyak informasi yang individu ketahui datang dari komunikasi interpersonal. b. Untuk Berhubungan Individu menghabiskan banyak waktu untuk melakukan persuasi antarpribadi, baik sebagai sumber maupun sebagai penerima. Dalam pertemuan antarpribadi sehari-hari indrividu berusaha mengubah sikap dan prilaku orang lain. c. Untuk Meyakinkan Banyak waktu yang individu pergunakan untuk mengubah sikap dan tingkah laku orang lain dengan pertemuan interpersonal. Individu banyak menggunakan waktu waktu terlibat dalam posisi interpersonal. d.
Untuk Bermain Bermain mencakup semua aktivitas yang mempunyai tujuan utama adalah
mencari kesenangan. Dengan melakukan komunikasi interpersonal semacam itu dapat memberikan keseimbangan yang penting dalam pikiran yang memerlukan rileks dari semua waktu keseriusan di lingkungan individu.
5. Fungsi Komunikasi Interpersonal Liliweri (1994:27) mengemukakan komunikasi interpersonal (komunikasi antar pribadi) memiliki beberapa fungsi, yaitu: a. Fungsi sosial, yaitu sebagai pemenuhan kebutuhan biologis dan psikologis, memenuhi kewajiban sosial, mengembangkan hubungan timbal balik, meningkatkan dan mempertahankan mutu diri sendiri, dan menangani konflik. Ingrit Nanisrinuria,2013
Program Bimbingan dan Konseling Pribadi Sosial untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Interpersonal Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
14
b. Fungsi pengambilan keputusan, individu berkomunikasi untuk membagi informasi selain itu individu juga berkomunikasi untuk mempengaruhi orang lain. c. Untuk mendapatkan respon/umpan balik. Hal ini sebagai salah satu efektivitas proses komunikasi. d. Untuk melakukan antisipasi setelah mengevaluasi respon/ umpan balik. e. Untuk melakukan kontrol terhadap lingkungan sosial, yaitu individu dapat melakukan modifikasi perilaku orang lain dengan cara persuasi.
6. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Komunikasi Interpersonal Banyak hal yang dapat mempengaruhi komunikasi individu baik faktor internal, ekstrenal maupun faktor-faktor penghambat (Lusa, 2009:1-2), diantaranya : a. Latar belakang budaya. Interpretasi suatu pesan akan terbentuk dari pola pikir
seseorang melalui kebiasaannya, sehingga semakin sama latar belakang budaya antara komunikator dengan komunikan maka komunikasi semakin efektif. b. Ikatan kelompok atau group.
Nilai-nilai yang dianut oleh suatu kelompok
sangat mempengaruhi cara mengamati pesan. c. Harapan. Harapan mempengaruhi penerimaan pesan sehingga dapat menerima
pesan sesuai dengan yang diharapkan. d. Pendidikan. Semakin tinggi pendidikan akan semakin kompleks sudut pandang
dalam menyikapi isi pesan yang disampaikan. e. Situasi. Perilaku manusia dipengaruhi oleh lingkungan/situasi. Faktor situasi
ini adalah: (1) Faktor ekologis (iklim atau kondisi alam), (2) Faktor rancangan dan arsitektural (penaataan ruang), (3) Faktor temporal, misal keadaan emosi, (4) Suasana perilaku, misal cara berpakaian dan cara berbicara, (5) Teknologi, (6) Faktor sosial, mencakup sistem peran, struktur sosial dan karakteristik sosial individu, (7) Lingkungan psikososial yaitu persepsi seseorang terhadap lingkungannya, dan (8) Stimuli yang mendorong dan memperteguh perilaku.
Ingrit Nanisrinuria,2013
Program Bimbingan dan Konseling Pribadi Sosial untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Interpersonal Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
15
Faktor penghambat komunikasi interpersonal antara lain: a. Komunikator, hambatan yang terjadi antara lain hambatan biologis, misalnya komunikator gagap, hambatan psikologis, atau hambatan gender. b. Media, hambatan melalui media yang terjadi antara lain hambatan teknis, misalnya masalah pada teknologi komunikasi, hambatan geografis, hambatan simbol/ perbedaan bahasa. c.
Komunikate. Hambatan tersebut antara lain berupa hambatan biologis, misalnya komunikate yang tuli, hambatan psikologis, misalnya komunikate yang tidak berkonsentrasi dengan pembicaraan, dan hambatan gender.
7. Efektivitas Komunikasi Interpersonal Efektivitas Komunikasi Interpersonal menurut DeVito (2011,285-291) yaitu: a. Keterbukaan (Openness) Aspek keterbukaan ialah kesediaan komunikator untuk bereaksi secara jujur terhadap stimulus yang datang. Orang yang diam, tidak kritis, dan tidak tanggap pada umumnya merupakan peserta percakapan yang menjemukan. Terbuka dalam pengertian ini adalah mengakui bahwa perasaan dan pikiran yang komunikator lontarkan adalah memang milik komunikator dan komunikator bertanggungjawab atasnya. Cara terbaik untuk menyatakan tanggung jawab ini adalah dengan pesan yang menggunakan kata Saya (kata ganti orang pertama tunggal). Individu memperlihatkan keterbukaan dengan cara bereaksi secara spontan terhadap orang. b. Empati (Empathy) Berempati adalah merasakan sesuatu seperti orang yang mengalaminya. Orang yang empatik mampu memahami motivasi dan pengalaman orang lain, perasaan dan sikap mereka, serta harapan dan keinginan mereka untuk masa mendatang. Individu dapat mengkomunikasikan empati baik secara verbal maupun non verbal.
Ingrit Nanisrinuria,2013
Program Bimbingan dan Konseling Pribadi Sosial untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Interpersonal Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
16
c. Sikap mendukung (Supportiveness) Hubungan interpersonal yang efektif adalah hubungan dimana terdapat sikap mendukung (supportiveness). Individu memperlihatkan sikap mendukung dengan bersikap (1) deskriptif bukan evaluatif, (2) spontan bukan strategi, (3) provisional bukan sangat yakin. d. Sikap positif (Positiveness) Individu mengkomunikasikan sikap positif dalam komunikasi interpersonal dengan sedikitnya dua cara: (1) menyatakan sikap positif dan (2) secara positif mendorong orang yang menjadi teman individu berinteraksi. Sikap positif mengacu dua aspek dari komunikasi interpersonal. Pertama, komunikasi interpersonal terbina jika seseorang memiliki sikap positif terhadap diri mereka sendiri. Kedua, perasaan positif untuk situasi komunikasi pada umumnya sangat penting untuk interaksi yang efektif. e. Kesetaraan (Equality) Tidak pernah ada dua orang yang benar-benar setara dalam segala hal. Terlepas dari ketidaksetaraan ini, komunikasi interpersonal akan lebih efektif bila suasananya setara. Artinya, harus ada pengakuan secara diam-diam bahwa kedua pihak sama-sama bernilai dan berharga, dan bahwa masing-masing pihak mempunyai sesuatu yang penting untuk disumbangkan.
B. Karakteristik Perkembangan Remaja Awal 1. Definisi Fase Remaja Awal Fase remaja merupakan segmen perkembangan individu yang sangat penting, yang diawali dengan matangnya organ-organ fisik (seksual) sehingga mampu bereproduksi (Yusuf,2007:184). Fase remaja merupakan segmen perkembangan individu yang sangat penting, yang diawali dengan matangnya organ-organ fisik (seksual) sehingga mampu bereproduksi. Menurut Konopka (Yusuf, 2007: 10) masa remaja meliputi:
Ingrit Nanisrinuria,2013
Program Bimbingan dan Konseling Pribadi Sosial untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Interpersonal Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
17
a. Remaja awal
: 12-15 tahun
b. Remaja madya
: 15-18 tahun, dan
c. Remaja akhir
: 19-22 tahun.
Siswa sekolah menengah pertama dilihat dari rentang usia pada umumnya berada antara usia 12-15 tahun tahun. Siswa SMP berada pada tahap remaja awal, karena siswa sekolah menengah pertama memiliki sebagian karakteristik remaja awal dan sebagian karakteristik masa kanak-kanak akhir. Siswa menengah pertama adalah remaja yang memiliki karakteristik yang mulai berbeda dengan karakteristik pada saat anak-anak. Masa awal remaja (12-15 tahun), tema awal masa remaja adalah perubahan. Pada masa ini anak mulai berubah-ubah, terpusat pada diri sendiri, seks dan tubuhnya.Ia terus berminat pada tugas penguasaan yang sudah dimulai pada akhir masa kanak-kanak, sekaligus mulai membuang jauh-jauh kegiatan masa kanakkanaknya. Tanggapan orang tua yang paling bijaksana pada tahap ini adalah mendukung, ini bukan saatnya menunjukkan kesalahan dalam pemikiran, sikap dan pakaian mereka. Pada akhirnya sikap berubah-ubah dan keterpusatan pada diri sendiri akan hilang dengan sendirinya. Pada remaja awal juga terjadi fase penting dalam diri remaja yaitu fase pubertas ini berkisar dari usia 11 atau 12 tahun sampai dengan 16 tahun dan setiap individu memiliki variasi tersendiri. Masa pubertas sendiri berada tumpang tindih antara masa anak dan masa remaja, sehingga kesulitan pada masa tersebut dapat menyebabkan remaja mengalami kesulitan menghadapi fase-fase perkembangan selanjutnya. Pada fase itu remaja mengalami perubahan dalam sistem kerja hormon dalam tubuhnya dan hal ini memberi dampak baik pada bentuk fisik (terutama organorgan seksual) dan psikis terutama emosi. Remaja awal merupakan awal dalam pelaksanaan tugas-tugas perkembangan masa remaja secara keseluruhan. Jika fase remaja awal ini dapat dilewati dengan baik maka akan berpengaruh positif pada pemenuhan tugas-tugas perkembangan berikutnya. Baik pada fase remaja tengah dan akhir maupun fase-fase berikutnya.
Ingrit Nanisrinuria,2013
Program Bimbingan dan Konseling Pribadi Sosial untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Interpersonal Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
18
Sebagaimana yang telah disebutkan sebelumnya bahwa komunikasi ialah proses penyampaian pesan dari satu individu kepada individu lain yang. Keefektifan komunikasi akan tercapai apabila masing-masing individu memiliki kemampuan komunikasi yang baik. Kemampuan yang baik tentu saja didapat tidak dalam seketika tetapi melalui proses belajar. Remaja sebagai individu yang terus menerus belajar tentu saja memiliki tugas untuk mampu meningkatkan dan mengembangkan kemampuannya dalam berkomunikasi dengan lingkungannya.
2. Tugas-tugas Perkembangan Remaja Havighurst (Yusuf, 2007:65) mengartikan tugas-tugas perkembangan sebagai: A developmental task is a task which arises at or about a certain period in the life of the individual, successful achievement of which leads to his happiness and to success with later task, while failure leads to unhappiness in the individual, disapproval by society, and difficulty with later task. Maksudnya, bahwa tugas perkembangan merupakan suatu tugas yang muncul pada tiap fase atau periode tertentu dalam rentang kehidupan individu. Apabila tugas perkembangan tersebut tercapai atau berhasil dituntaskan akan membawa kebahagiaan
dan
kesuksesan
dalam
mencapai
dan
menyelesaikan
tugas
perkembangan berikutnya. Namun apabila gagal, maka akan menyebabkan ketidakbahagiaan pada diri individu tersebut, menimbulkan penolakan dari masyarakat, dan kesulitan dalam menyelesaikan tugas-tugas pada fase atau periode perkembangan berikutnya. Salah satu periode dalam rentang kehidupan individu ialah masa remaja. Masa remaja sering diidentikkan dengan masa mencari identitas (identity). William Kay ( Yusuf, 2007 :72) mengemukakan tugas-tugas perkembangan yang harus dicapai remaja, salah satu dari tugas perkembangan yang dikemukakan oleh William ialah mengembangkan keterampilan komunikasi interpersonal dan belajar bergaul dengan teman sebaya atau orang lain baik secara individual maupun berkelompok. Remaja
Ingrit Nanisrinuria,2013
Program Bimbingan dan Konseling Pribadi Sosial untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Interpersonal Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
19
dituntut untuk mampu memiliki keterampilan komunikasi interpersonal yang baik sebagai salah satu penunjang penemuan jati diri remaja.
3. Perkembangan Komunikasi Merupakan Salah Satu Aspek Perkembangan Remaja Awal Menurut Yusuf (2007:118) bahasa merupakan kemampuan untuk berkomunikasi dengan orang lain. Bahasa merupakan faktor hakiki yang membedakan manusia dengan hewan. Bahasa sangat erat kaitannya dengan perkembangan
berfikir
individu.
Perkembangan
individu
tampak
dalam
perkembangan bahasanya yaitu kemampuan membentuk pengertian, menyusun pendapat, dan menarik kesimpulan. Bahasa merupakan jembatan untuk meningkatkan kemampuan intelektual, serta kematangan emosional dan sosial. Penggunaan aspek kebahasaan dalam proses pembelajaran sering berhubungan satu sama lainnya. Menyimak dan membaca erat hubungan dalam hal bahwa keduanya merupakan alat untuk menerima komunikasi. Pengaruh pergaulan dalam masyarakat (teman sebaya) terkadang cukup menonjol, sehingga bahasa anak (remaja) menjadi lebih diwarnai pola bahasa pergaulan yang berkembang di dalam kelompok sebaya. Dari kelompok itu berkembang bahasa sandi, bahasa kelompok tertentu yang bentuknya amat khusus (bahasa prokem). Awalnya, kata prokem merupakan bahasa pergaulan dari preman. Bahasa ini awalnya digunakan oleh kalangan preman untuk berkomunikasi satu sama lain secara rahasia. Agar kalimat mereka tidak diketahui oleh banyak orang, mereka merancang kata-kata baru dengan cara antara lain mengganti kata ke lawan kata, mencari kata sepadan, menentukan angka-angka, penggantian fonem, distribusi fonem, penambahan awalan, sisipan, atau akhiran. Masing-masing komunitas (daerah) memiliki rumusan sendiri-sendiri. Pada dasarnya bahasa ini untuk memberkan kode kepada lawan bicara (kalangan militer dan kepolisian juga menggunakan). Seiring berjalannya waktu, terjadi asimilasi dari bahasa pokem sehingga kini bahasa pokem menjadi bagian tak terlepaskan dari perkembangan Ingrit Nanisrinuria,2013
Program Bimbingan dan Konseling Pribadi Sosial untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Interpersonal Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
20
bahasa remaja. Bahasa prokem ini digunakan sebagai sarana komunikasi diantara remaja selama kurun tertentu. Sarana komunikasi ini diperlukan oleh kalangan remaja untuk menyampaikan informasi yang tidak boleh diketahui oleh kelompok usia lain terutama oleh kalangan orang tua. Ragam ini mereka gunakan agar orang dari kelompok lain tidak mengetahui tentang apa yang sedang dibicarakanya. Bahasa prokem ini timbul dan berkembang sesuai dengan latar belakang sosial budaya pemakainya, hal ini merupakan perilaku kebahasaan yang bersifat universal. Perkembangan bahasa anak dilengkapi dan diperkaya oleh lingkungan masyarakat dimana mereka tinggal. Hal ini berarti bahwa proses pembentukkan kepribadian yang dihasilkan dari pergaulan dengan masyarakat akan memberi ciri khusus dalam perilaku berbahasa. Bersamaan dengan kehidupannya dalam masyarakat luas, anak (remaja) mengikuti proses belajar di sekolah. Masa remaja, terutama remaja awal merupakan masa terbaik untuk mengenal dan mendalami bahasa asing. Namun dikarenakan keterbatasan kesempatan dan sarana dan pra sarana, menyebabkan remaja kesulitan untuk menguasai bahasa asing. Tidak bisa dipungkiri, dalam era globalisasi sekarang ini, penguasaan bahasa asing merupakan hal yang penting untuk menunjang kesuksesan hidup dan karier seseorang. Namun dengan adanya hambatan dalam pengembangan ketidakmampuan berbahasa asing tentunya akan sedikit-banyak berpengaruh terhadap kesuksesan hidup dan kariernya. Terhambatnya perkembangan kognitif dan bahasa dapat berakibat pula pada aspek emosional, sosial, dan aspek-aspek perilaku dan kepribadian lainnya. Selain aspek bahasa, aspek-aspek lainnya juga yaitu aspek fisik, intelegensi, emosi, sosial, kepribadian, moral, dan kesadaran beragama juga memliki peran yang penting dalam proses perkembangan remaja, karena dalam perkembangan remaja semua aspek akan saling berkaitan satu dengan yang lain dan jika semua berkembang dengan baik maka tugas perkembangan pada masa remaja dapat diselesaikan secara optimal oleh remaja.
Ingrit Nanisrinuria,2013
Program Bimbingan dan Konseling Pribadi Sosial untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Interpersonal Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
21
C. Program Bimbingan dan Konseling Pribadi-Sosial 1. Konsep Dasar Bimbingan Pribadi-Sosial Bimbingan dan konseling merupakan salah satu upaya proaktif dan sistematik yang dilakukan di lingkungan sekolah yang terintegrasi dalam memfasilitasi individu mencapai tingkat perkembangan yang optimal, pengembangan perilaku yang efektif, pengembangan lingkungan, dan peningkatan fungsi atau manfaat individu dalam lingkungannya. Perubahan perilaku tersebut merupakan proses perkembangan individu, yaitu proses interaksi antara individu dengan lingkungan melalui interaksi yang sehat dan produktif. Bimbingan dan konseling memegang tugas dan tanggung jawab yang penting untuk mengembangkan lingkungan, membangun interaksi dinamis antara individu dengan lingkungan, membelajarkan individu untuk mengembangkan, merubah dan memperbaiki perilaku baik di lingkungan sekolah maupun lingkungan secara luas individu. Bimbingan dan konseling adalah pelayanan bantuan untuk peserta didik, baik secara perorangan maupun kelompok agar mandiri dan bisa berkembang secara optimal, dalam bimbingan pribadi, sosial, belajar maupun karier melalui berbagai jenis layanan dan kegiatan pendukung berdasarkan norma-norma yang berlaku (SK Mendikbud No. 025/D/1995). Bimbingan merupakan upaya untuk membantu individu berkembang sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya secara bertahap dalam proses yang matang. Bimbingan pribadi merupakan upaya untuk membantu individu dalam menemukan dan mengembangkan pribadi yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, mantap dam mandiri serta sehat jasmani dan rohani. Sementara bimbingan sosial merupakan upaya untuk membantu individu dalam mengenal dan berhubungan dengan lingkungan sosial yang dilandasi budi pekerti luhur dan tanggung jawab. Bimbingan pribadi-sosial berarti upaya untuk membantu individu dalam menghadapi keadaan batinnya sendiri dan mengatasi konflik-konflik dalam diri dalam upaya mengatur dirinya sendiri di bidang kerohanian, perawatan jasmani, pengisian waktu luang, penyaluran nafsu seksual dan sebagainya, serta upaya membantu individu dalam membina hubungan sosial di berbagai lingkungan (pergaulan sosial) (Yusuf, Ingrit Nanisrinuria,2013
Program Bimbingan dan Konseling Pribadi Sosial untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Interpersonal Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
22
2007).
Bimbingan tidak hanya berfungsi untuk mengatasi permasalahan yang
dihadapi individu (kuratif), melainkan memiliki fungsi lain yaitu sebagai upaya pencegahan (preventif) dan pengembangan (developmental). Yusuf dan Juntika Nurihsan (2005 : 11) mengemukakan: Bimbingan pribadi-sosial sebagai suatu upaya membantu individu dalam memecahkan masalah yang berhubungan dengan keadaan psikologis dan sosial klien, sehingga individu memantapkan kepribadian dan mengembangkan kemampuan individu dalam menangani masalah-masalah dirinnya. Pengertian yang dikemukakan oleh beberapa ahli dapat disimpulkan bahwa bimbingan pribadi-sosial yang baik diberikan dengan cara menciptakan lingkungan yang kondusif, interaksi pendidikan yang akrab, mengembangkan sistem pemahaman diri, dan sikap-sikap yang positif, serta keterampilan-keterampilan pribadi sosial yang tepat dengan tujuan agar siswa mampu mengatasi permasalahan-permasalahan yang dialaminya dalam tugas perkembangan baik itu masalah pribadi maupun sosialnya sehingga siswa mampu beradaptasi dan berbaur dengan lingkungannya.
2. Program Bimbingan dan Konseling Pribadi-Sosial Proses penyusunan program kerja yang dilakukan akan sangat menentukan pada keberhasilan suatu program. Dalam pelaksanaan kegiatan bimbingan dan konseling, perencanaan dan perancangan program kegiatan bimbingan dan konseling memberi pengaruh yang cukup signifikan terhadap keberhasilan pelaksanaan sebuah rangkaian kegiatan bimbingan dan konseling. Program bimbingan dan konseling yang efektif dan efisien adalah program bimbingan dan konseling yang terencana secara kontinu dan sesuai dengan tujuan serta visi dan misi bimbingan dan konseling sehingga diharapkan dapat meningkatkan kualitas dan mutu dari layanan bimbingan dan konseling (Suherman, 2007:45). Layanan bimbingan sebagai suatu bagian yang integral dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, tidak mungkin dapat mencapai sasarannya apabila tidak Ingrit Nanisrinuria,2013
Program Bimbingan dan Konseling Pribadi Sosial untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Interpersonal Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
23
adanya suatu program yang baik, program yang baik yaitu program tersusun secara jelas, sistematis dan terarah. Tanpa adanya suatu program yang baik, maka kegiatan yang dilakukan tidak akan mengalami keberhasilan. Dalam pembuatan program yang baik, harus tercantum faktor-faktor dan aspek yang menggambarkan bagaimana kondisi dan gambaran layanan yang akan diberikan. Faktor-faktor dan aspek yang tercangkup dalam program bukan sematamata hasil mengarang, melainkan hasil dari need assessment yang dilakukan sebelum membuat program. Dengan melakukan need assessment, program yang dibuat merupakan jabaran layanan yang akan diberikan kepada siswa sesuai dengan kebutuhan dan tingkat urgensi dari pemberian layanan tersebut. 3. Komponen Program Yang termasuk ke dalam komponen program (Depdiknas, 2008 : 224) dipaparkan sebagai berikut: a. Layanan dasar, layanan ini memiliki tujuan untuk membantu seluruh siswa tanpa terkecuali. Yang termasuk dalam layanan dasar adalah: 1) Bimbingan Klasikal 2) Pelayanan Orientasi 3) Pelayanan Informasi 4) Bimbingan Kelompok 5) Pelayanan Pengumpulan Data b. Layanan responsif, diasumsikan untuk membantu siswa yang memiliki kebutuhan atau masalah yang memerlukan bantuan dengan segera. Layanan responsif dapat membantu siswa dalam memenuhi kebutuhannya. Yang termasuk dalam layanan responsif adalah : 1) Konseling individual dan kelompok 2) Referal (rujukan atau alih tangan) 3) Kolaborasi dengan guru mata pelajaran dan wali kelas 4) Kolaborasi dengan orang tua 5) Kolaborasi dengan pihak-pihak terkait di luar sekolah Ingrit Nanisrinuria,2013
Program Bimbingan dan Konseling Pribadi Sosial untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Interpersonal Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
24
6) Konferensi kasus 7) Kunjungan rumah c. Perencanaan Individual dilakukan untuk membantu siswa menganalisis kekuatan dan kelemahan dirinya berdasarkan data atau informasi yang diperoleh. d. Dukungan Sistem adalah kegiatan-kegiatan manajemen yang bertujuan memantapkan, memelihara, dan meningkatkan program layanan melalui pengembangan
sumber
daya
dengan
penyediaan
lingkungan
dan
memperlancar proses layanan bimbingan dan konseling yang akan dilaksanakan.
4. Evaluasi Evaluasi kegiatan bimbingan di sekolah adalah segala upaya untuk menentukan derajat kualitas kemajuan kegiatan yang berkaitan dengan pelaksanaan program yang mengacu pada criteria atau patokan tertentu.
5. Langkah-langkah Penyusunan Program Penyusunan program bimbingan dan konseling di sekolah (Depdiknas, 2008 : 220) dipaparkan sebagai berikut: a. Kegiatan Assesment yang meliputi assesmen lingkungan dan assesmen kebutuhan. b. Pengembangan program yang meliputi rasional, visi dan misi, deskripsi kebutuhan, tujuan, komponen program, rencana operasional, pengembangan tema/topik, pengembangan satuan layanan, evaluasi, dan anggaran.
Ingrit Nanisrinuria,2013
Program Bimbingan dan Konseling Pribadi Sosial untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Interpersonal Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
25
D. Program Bimbingan dan Konseling Pribadi Sosial untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Interpersonal Siswa Salah satu upaya yang dapat dilakukan oleh konselor untuk membantu meningkatkan
kemampuan
komunikasi
interpersonal
siswa
adalah
dengan
mengembangkan program bimbingan pribadi sosial yang sesuai dengan kebutuhan siswa. Program dirancang untuk memfasilitasi siswa dalam membentuk dan mengembangkan kemampuannya dalam komunikasi interpersonal sesuai dengan karakteristik yang diharapkan dalam tugas perkembangan. Pengembangan program bimbingan pribadi sosial dalam mengembangkan kemampuan komunikasi interpersonal siswa di sekolah merujuk pada yang diungkapkan oleh DeVito (2011, 285-291) yaitu (1) keterbukaan (Openness) ialah kesediaan individu untuk bereaksi dengan orang lain dan mau menerima masukanmasukan dari orang lain, (2) empati (Empathy) adalah merasakan sesuatu seperti orang yang mengalaminya tanpa harus terlibat secara nyata di dalamnya, (3) sikap mendukung (Supportiveness) ialah kemampuan individu untuk tidak bersikap defensifi dalam suatu masalah. Sikap mendukung ini dapat ditunjukkan baik secara verbal maupun non verbal, (4) sikap positif (Positiveness) dicermikan melalui sikap individu dalam menghargai perasaan dan pendapat orang lain, (5) Kesetaraan (Equality) ialah menghargai ide, gagasan, maupun pendapat orang lain dan tidak selalu menganggap dirinya yang paling benar atau berhak atas sebuah pendapat. Pengumpulan data melalui need assessment (analisis kebutuhan), perumusan tujuan, pengembangan komponen kerja, rencana kerja, pelaksanaan dan evaluasi dari kinerja konselor beserta dukungan sistem lainnya dalam rangka mengembangkan kemampuan komunikasi interpersonal siswa di sekolah merupakan langkah penyusunan program untuk mengembangkan kemampuan komunikasi interpersonal untuk siswa. Program bimbingan pribadi sosial untuk mengembangkan kemampuan komunikasi interpersonal siswa mengacu kepada struktur pengembangan program berbasis tugas perkembangan. Isi ruang lingkup program hipotetik bimbingan pribadi sosial untuk mengembangkan kemampuan komunikasi interpersonal siswa merujuk Ingrit Nanisrinuria,2013
Program Bimbingan dan Konseling Pribadi Sosial untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Interpersonal Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
26
pada Rambu-Rambu Penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling dalam Jalur Pendidikan (Depdiknas, 2008: 220 ) secara lengkap dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Rasional Rumusan dasar pemikiran tentang urgensi bimbingan pribadi sosial untuk mengembangkan kemampuan komunikasi interpersonal siswa dalam keseluruhan program sekolah. 2. Visi dan Misi Secara mendasar visi dan misi bimbingan dan konseling perlu dirumuskan ulang ke dalam fokus isi : Visi : Visi bimbingan dan konseling dirumuskan dengan tujuan lebih kepada membangun iklim sekolah bagi kesuksesan siswa. Misi :
Bimbingan dan konseling memfasilitasi siswa memperoleh dan menguasai kompetensi di bidang pribadi sosial.
3. Deskripsi Kebutuhan berdasarkan hasil need asessment Rumusan berdasarkan hasil need asessment (penilaian kebutuhan) siswa untuk mengembangkan kemampuan komunikasi interpersonal ke dalam rumusan perilaku-perilaku yang diharapkan dikuasai oleh siswa. 4. Tujuan program Rumusan tujuan yang akan dicapai dalam bentuk perilaku yang harus dikuasai siswa setelah memperoleh layanan bimbingan pribadi sosial. Tujuan dirumuskan ke dalam tataran tujuan; a)
Penyadaran,
b)
Akomodasi, dan
c)
Tindakan.
5. Komponen program Komponen program (Depdiknas, 2008 : 224) dipaparkan sebagai berikut:
Ingrit Nanisrinuria,2013
Program Bimbingan dan Konseling Pribadi Sosial untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Interpersonal Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
27
a.
Layanan dasar 1) Bimbingan Klasikal. Program yang dirancang menuntut konselor untuk melakukan kontak langsung dengan siswa di kelas. Secara terjadwal, konselor memberikan pelayanan bimbingan kepada siswa. 2) Pelayanan Orientasi. Pelayanan orientasi merupakan kegiatan yang memungkinkan siswa dapat memahami dan menyesuaikan diri dengan lingkungan baru,terutama dengan lingkungan sekolah. Pelayanan orientasi di sekolah biasanya dilaksanakan pada awal program pelajaran baru. Materi pelayanan orientasi di sekolah biasanya mencakup organisasi sekolah, staf dan guru-guru, kurikulum, program bimbingan dan konseling, program ekstrakurikuler, fasilitas atau sarana dan prasarana, dan tata tertib sekolah. 3) Pelayanan Informasi. Layanan pemberian informasi tentang berbagai hal yang bermanfaat bagi siswa melalui komunikasi langsung maupun komunikasi tidak langsung. 4) Bimbingan Kelompok. Bimbingan kelompok ditujukan untuk merespon kebutuhan dan minat siswa. Topik yang didiskusikan dalam bimbingan kelompok adalah masalah-masalah yang bersifat umum (common problem) dan tidak rahasia. 5) Pelayanan Pengumpulan Data. Pengumpulan data dapat dilakukan dengan berbagai instrumen, baik tes maupun non-tes untuk mengumpulkan data siswa.
b. Layanan responsif 1) Konseling individual dan kelompok. Pemberian layanan konseling ditujukan untuk membantu siswa yang mengalami kesulitan, mengalami hambatan dalam mencapai tugas-tugas perkembangannya. Melalui konseling, siswa (konseli) dibantu untuk mengidentifikasi masalah, penyebab masalah, penemuan alternatif pemecahan masalah, dan pengambilan keputusan secara lebih tepat. Konseling dapat dilakukan secara individual maupun kelompok. Ingrit Nanisrinuria,2013
Program Bimbingan dan Konseling Pribadi Sosial untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Interpersonal Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
28
2) Referal (rujukan atau alih tangan). Konselor yang kurang memiliki kemampuan untuk menangani masalah konseli, maka sebaiknya mereferal atau mengalihtangankan konseli kepada pihak yang lebih berwenang, seperti psikolog, psikiater, dokter, kepolisian dan banyak lainnya. 3) Kolaborasi dengan guru mata pelajaran dan wali kelas. Konselor berkolaborasi dengan guru mata pelajaran dan wali kelas dalam rangka memperoleh informasi tentang peserta didik, memecahkan masalah peserta didik, dan mengidentifikasi aspek-aspek bimbingan yang perlu dilakukan. 4) Kolaborasi dengan orang tua. Melalui kerjasama dengan orang tua memungkinkan terjadinya saling memberikan informasi, pengertian, dan tukar pikiran antara konselor dengan orang tua siswa dalam upaya mengembangkan potensi siswa atau memecahkan masalah yang mungkin dihadapi siswa. 5) Kolaborasi dengan pihak-pihak terkait di luar sekolah. Konselor perlu menjalin
kerjasama
dengan
unsur-unsur
masyarakat
yang
dipkomunikatorng relevan dengan mutu pelayanan bimbingan. 6) Konferensi kasus. Konfrensi kasus merupakan kegiatan untuk membahas permasalahan peserta didik dalam suatu pertemuan yang dihadiri oleh pihak-pihak yang dapat memberikan kemudahan dalam memecahkan masalah peserta didik. 7) Kunjungan rumah. Kegiatan untuk memperoleh data atau keterangan tentang peserta didik tertentu yang sedang ditangani, dalam upaya mengentaskan masalahnya. c.
Perencanaan Individual Melalui perencanaan individual, siswa memiliki pemahaman, penerimaan,
dan pengarahan dirinya secara positif dan konstruktif. Fungsi konselor dalam perencanaan individual meliputi pemberian pertimbangan, penempatan dan penilaian individual. Konselor membantu siswa menganalisis kekuatan dan kelemahan dirinya. Ingrit Nanisrinuria,2013
Program Bimbingan dan Konseling Pribadi Sosial untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Interpersonal Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
29
d. Dukungan Sistem Dukungan memantapkan,
sistem
memelihara,
kegiatan-kegiatan dan
meningkatkan
manajemen program
yang
bertujuan
bimbingan
secara
menyeluruh melalui pengembangan profesional (hubungan masyarakat dan staf, konsultasi dengan guru, staf ahli/penasehat), manajemen program, penelitian dan pengembangan. 6. Rencana operasional Rencana kegiatan (Action Plan) diperlukan untuk menjamin peluncuran program bimbingan pribadi sosial dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien. Rencana kegiatan adalah uraian detail dari program yang menggambarkan struktur isi program, baik kegiatan di sekolah maupun luar sekolah, untuk memfasilitasi siswa dalam mengembangkan kemampuan komunikasi interpersonalnya. 7. Pengembangan Tema/topik Pengembangan tema merupakan rincian lanjut dari kegiatan yang sudah diidentifikasi terkait dengan kemampuan komunikasi interpersonal siswa. Tema secara spesifik dirumuskan dalam bentuk materi untuk setiap komponen program. 8. Pengembangan Satuan Layanan Dikembangkan secara bertahap sesuai dengan tema/topik. 9. Evaluasi program Evaluasi program bimbingan pribadi sosial untuk mengembangkan kemampuan komunikasi interpersonal siswa dirumuskan atas dasar tujuan yang ingin dicapai/indikator keberhasilan. Evaluasi juga berfokus kepada keterlaksanaan program, sebagai bentuk akuntabilitas pelayanan bimbingan pribadi sosial untuk mengembangkan kemampuan komunikasi interpersonal siswa.
E. Penelitian Terdahulu Aelani (2011) : Kemampuan komunikasi interpersonal siswa kelas X SMA Negeri 15 Bandung Tahun Ajaran 2011/2012 berada pada kategori sedang. Pada pencapaian aspek kemampuan komunikasi interpersonal siswa, hasil penelitian Ingrit Nanisrinuria,2013
Program Bimbingan dan Konseling Pribadi Sosial untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Interpersonal Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
30
menunjukkan sebagian besar siswa memiliki kemampuan dalam pengungkapan reaksi atau tanggapan terhadap situasi yang sedang dihadapi, mampu untuk menempatkan diri pada posisi atau peranan orang lain, mampu memberikan dorongan atau pengobaran semangat kepada orang lain, dan siswa memiliki perasaan sama dengan perasaan orang lain. Sebagian besar siswa belum memiliki sikap positif terhadap dirinya sendiri maupun terhadap orang lain. Secara keseluruhan setiap aspek dan indikator komunikasi interpersonal siswa dijadikan landasan pengembangan program yang diberikan melalui layanan dasar bimbingan, layanan responsif, layanan perencanaan individual dan dukungan sistem, dengan materi relevan yang telah disesuaikan dengan hasil analisis kebutuhan siswa kelas X SMA Negeri 15 Bandung tahun ajaran 2011/2012. Nuramalia (2007) : Komunikasi antar pribadi dalam proses konseling yang dilakukan oleh konselor sekolah bahwa hasil penelitian menunjukkan konselor di SMAN 1 Tarogong Kidul Garut memiliki pemahaman yang memadai terhadap konsep-konsep komunikasi antar pribadi. Secara umum penerapan komunikasi antar pribadi oleh konselor menunjukkan hasil penerapan pada kategori tingkat tinggi yang ditunjukkan sebanyak 73,3% konseli merasakan penerapan komunikasi antar pribadi dalam kategori sedang dan tidak terdapat konseli yang masuk dalam kategori rendah. Noviyanti (2010) :
Program Bimbingan dan Konseling Pribadi-Sosial
menitikberatkan pada penjelasan dan pengembangan tentang bagaimana komunikasi interpersonal yang seharusnya dimiliki siswa agar mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru dan berdampak positif bagi diri siswa sendiri dan orang lain.
Ingrit Nanisrinuria,2013
Program Bimbingan dan Konseling Pribadi Sosial untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Interpersonal Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu