BAB II KERANGKA TEORITIS
2.1 Pengertian Bank Berdasarkan UU No. 14 tahun 1967, Bank adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya adalah memberikan kredit dan jasa-jasa dalam lalu lintas pembayaran dan peredaran uang. Selanjutnya, perbaikan pengertian Bank pada UU RI No. 10 Tahun 1998 tanggal 10 November 1998, Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kembali kepada masyarakat dalam bentuk kredit atau bentuk-bentuk lainya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Bank memiliki fungsi sebagai perantara keuangan antara pihak yang memiliki dana lebih atau surplus kepada pihak yang membutuhkan dana atau defisit. Bank juga sering digunakan untuk mengaktualisasikan beberapa kebijakan moneter diseluruh dunia seperti; menaikan suku bunga guna menarik uang yang terlalu banyak beredar atau menurunkan suku bunga guna mempercepat pertumbuhan ekonomi.
2.2 Jenis Bank 2.2.1 Menurut Fungsinya Bank 1. Bank Sentral Bank sentral ialah Bank Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar 1945 dan selanjutnya diatur dengan Undang-undang sendiri UU No. 14 tahun 1967. Bank Indonesia bukan Bank. Bank Indonesia tidak menerima simpanan
Universitas Sumatera Utara
masyarakat dan tidak menyalurkan kredit seperti bank umun dan bank perkreditan rakyar (BPR). Tujuan Bank Indonesia yang tercantum dalam UU No. 23 Tahun 1999, yaitu Mencapai dan memelihara kestabilan nilai tukar Rupiah. Tugas pokok Bank Indonesia: 1. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter. 2. Mengatur dan menjaaga kelancaran system pembayaran. 3. Mengatur dan mengawasi Bank. Pengawasan terhadap bank yang dilakukan oleh Bank Indonesia dengan memeriksa laporan keuangan bank. 2. Bank Umum Bank Umum ialah bank yang dalam pengumpulan dananya terutama menerima simpanan dalam bentuk giro dan deposito dan dalam usahanya terutama memberikan kredit jangka pendek. Edward W. Reed dan Edward K. Gill (1995 : 1) juga menyatakan bank umum lembaga yang paling penting dalam suatu negara dilihat dalam jumlah asetnya (total asetnya sekitar $3 triliun pada tahun 1800-an). Selain kredit jangka pendek, bank juga memiliki usaha selain non-bunga seperti: 1. Keuntungan penjualan surat berharga: surat tanah. 2. Dividen, keuntungan dari penyertaan dengan komisi/provisi/fee dan administrasi. Usaha non-bunga oleh bank sangat wajar. Karena bank umum juga merupakan suatu lembaga yang hasil akhir usahanya adalah keuntungan, sehingga bank mencari pendapatan lain sebagai pengganti pendapatan dari bunga untuk memperoleh keuntungan tambahan. Namun, segala kegiatan usaha bank umum tetap mengacu
Universitas Sumatera Utara
kepada tujuan pokok didirikannya sebuah bank yang alasan ijinnya diberikan oleh pemerintah adalah untuk menggairahkan perekonomian dengan pemberian kredit yang diawasi pelaksanaannya oleh bank sentral. Fungsi bank umum menurut Edward W. Reed dan Edward K. Gill (1995 : 1): 1. Menciptakan uang: dilakukan dengan kegiatan memberikan pinjaman uang, investasi dan kerjasama dengan bank sentral. 2. Mekanisme pembayaran (pemindahbukuan): karena penggunaan cek dan kartu kredit yag semakin besar 3. Pengumpulan tabungan 4. Pemberian kredit 5. fasilitas untuk mempelancar perdagangan luar negeri 6. Penyimpan barang berharga/sefe deposite box Dalam fungsi bank yang diberikan oleh Edward W. Reed dan Edward K. Gill terdapat nyata bahwa bank adalah perantara keuangan, dalam kegiatannya pengumpul tabungan dan pemberian kredit yang terdapat pada butir 3 dan 4. Selain itu peran bank umum dalam kebijakan moneter seperti penarikan dan pengedaran uang berada pada butir 1. sedangkan butir 5, bank umum juga aktif berperan dalam penyedian data keuangan ekspor dan impor yang nantinya dipakai dalam menyusun neraca perdagangan Indonesia.
Universitas Sumatera Utara
3. Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Menurut Komaruddin Sastradipoera (2004 : 130) BPR adalah bank yang menerima simpanan hanya dalam bentuk deposito berjangka, tabungan dan/atau bentuk lain yang sejenis dengan itu; memberikan kredit; menyediakan biaya bagi nasabah berdasarkan prinsip bagi hasil; dan menempatkan dananya dalam deposito, dan/atau tabungan pada bank lainnya.
2.2.2 Menurut Kepemilikannya Bank 1. Bank Milik Pemerintah Kasmir (2008 : 36) menyatakan baik akte pendirian maupun modalnya dimiliki oleh pemerintah sehingga seluruh keuntungan bank ini dimiliki oleh pemerintah. Bank Pemerintah ada Bank Mandiri, Bank Negara Indonesia 46 (BNI 46), Bank Rakyat Indonesia (BRI), Bank Tabungan Negara (BTN), Bank Ekspor Inonesia. 2. Bank Milik Swasta Bank jenis ini seluruh atau sebagian besar dimiliki oleh swasta serta akte pendiriannya didirikan oleh swasta dan keuntungan untuk swasta. Bank Swasta ada Bank Central Asia (BCA), Bank Danamon, Bank Mega, Bank Bukopin, Bank Panin, Bank Permata. 3. Bank Milik Koperasi Bank yang modalnya berasal dari perkumpulan koperasi Indonesia dalam bentuk bank umum koperasi, bank tabungan koperasi dan bank pembangunan koperasi, Komaruddin Sastradipoera (2004 : 132). 4. Bank Milik Asing
Universitas Sumatera Utara
Bank jenis ini merupakan cabang dari bank yang ada di luar negeri, baik bank milik swasta asing atau pemerintah asing dan kepemilikan bank oleh pihak luar negeri. Bank milik asing ada American Express Bank LTD, Bank of America, N.A., Bank of China Limited, City Bank N.A., Deutsche Bank AG., JP. Morgan Chase Bank, N.A., Standard Chatered Bank, The Bangkok Bank Comp. LTD, The Bank of Tokyo Mitshubishi UFJ LTD, The Hongkong & Shanghai B.C, The Royal Bank of Scotland N.V.
2.2.3 Menurut Cara Menentukan Harga 1. Bank Konvensional Kasmir (2008 : 40) dalam mencari keuntungan dan menentukan harga kepada para nasabahnya, bank yang berdasarkan prinsip konvensional menggunakan dua metode: 1. Menetapkan bunga sebagai harga, baik untuk produk simpanan seperti giro,tabungan maupun deposito. Demikian juga harga untuk pijamannya (kredit) juga ditentukan berdasarkan tingkat suku bunga tertentu. 2. Untuk jasa-jasa bank lainya pihak perbankan barat menggunakan atau menerapkan berbagai biaya-biaya dalam bentuk nominal atau persentase tertentu. Sistem pengenaan biaya-biaya ini dikenal dengan istilah fee based.
2. Bank Syariah Bagi bank yang memakai prinsip syariah dalam penentuan harga produknya sangat berbeda dengan bank konvensional. Bank syariah memakai perjanjian berdasarkan
Universitas Sumatera Utara
hukum islam antara bank dan pihak lain untuk menyimpan dana atau pembiayaan usaha atau kegiatan perbankan. Dalam menentukan harga atau mencari keuntungan bagi bank yang berdasarkan syariah memakai metode: 1. Pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil (mudharabah). 2. Pembiayaan berdasarkan prinsip penyertaan modal (musyarakah). 3. Prinsip jual beli barang dengan memperoleh keuntungan (mudharabah). 4. Pembiayaan barang modal berdasarkan sewa murni tanpa pilihan (ijarah). 5. Pemindahan kepemilikan atas barang yang disewa dari pihal bank oleh pihak lain (ijarah wa iqtina).
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.1 Perbedaan Bank Konvensional dengan Bank Syariah Jenis perbedaan
Bank syariah
Bank konvensional
Landasan hokum
Al Qur`an & as Sunnah + Hukum positif
Hukum positif
Basis operasional
Bagi hasil
Bunga
Skema produk
Berdasarkan syariah, semisal mudharabah, wadiah, murabahah, Bunga musyarakah dsb
Perlakuan terhadap Dana Masyarakat Dana
masyarakat
merupakan
titipan/investasi
yang
baru Dana masyarakat merupakan simpanan yang
mendapatkan hasil bila diputar/di’usahakan’ terlebih dahulu
harus dibayar bunganya saat jatuh tempo
Sektor penyaluran dana
Harus yang halal
Tidak memperhatikan halal/haram
Organisasi
Harus ada DPS (Dewan Pengawas Syariah)
Tidak ada DPS
Perlakuan Akuntansi
Accrual dan cash basis (untuk bagi hasil)
Accrual basis
Terdapat perbedaan pula antara bagi hasil dan bunga bank, yaitu:
Bunga
Bagi hasil
Suku bunga ditentukan di muka
Nisbah bagi hasil ditentukan di muka
Universitas Sumatera Utara
Bunga diaplikasikan pada pokok pinjaman (untuk kredit)
Nisbah bagi hasil diaplikasikan pada pendapatan yang diperoleh nasabah pembiayaan
Suku bunga dapat berubah sewaktu-waktu secara sepihak oleh bank
Nisbah bagi hasil dapat berubah bila disepakati kedua belah pihak
Sumber:BankSyariahMandiri
Universitas Sumatera Utara
2.3 Laporan Keuangan Munawir (2007 : 2) memberikan pengertian laporan keuangan pada dasarnya hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi antara data keuangan dan aktivitas suatu perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan dengan data dan aktivitas perusahaan tersebut. Sedangkan Teguh Pudjo Muljono (1992 : 3) menyatakan laporan keuangan adalah produk dari akuntansi, begitu juga interpretasi laporan keuangan juga merupakan salah satu fungsi pokok dari akuntansi. Erich A. Helfert (1996 : 13) laporan keuangan merupakan dasar bagi upaya analitis atas suatu perusahaan. Sehingga dapat disimpulkan, dengan adanya laporan keuangan dapat diketahui seluruh aktivitas yang dilakukan oleh perusahaan sebelumnya dan peristiwa apa saja yang sudah terjadi pada perusahaan yang semuanya terangkum dalam angka-angka yang ada dalam laporan keuangan. Hasil evaluasi dari angka-angka tersebut dapat dijadikan sebagai dasar pengambilan strategi keuangan dan operasional perusahaan kedepan.
2.4 Komponen Laporan Keuangan Laporan keuangan terbagi kedalam beberapa bagian yaitu: 1. Neraca Neraca dapat dipandang sebagai daftar kumulatif dari dampak keputusan investasi dan pembiayaan yaitu adanya catatan historis dari seluruh transaksi bisnis yang mempengaruhi bisnis saat itu. Neraca memiliki sifat statis dan kumulatif, statis seperti foto yang mencerminkan tanggal pembuatan tertentu, kumulatif dalam menyajikan
Universitas Sumatera Utara
pengaruh
semua
keputusan
serta
transakasi
yang
telah
terjadi
dan
telah
dipertanggungjawabkan sampai dengan tanggal pembuatan neraca, Erich A. Helfert (1996 : 15). Neraca pada perbankan sekurang-kurangnya terdapat pos-pos Teguh Pudjo Muljono (1992 : 16): 1. Aktiva a. Kas b. Penempatan pada Bank Indonesia c. Surat berharga: Sertifikat Bank Indonesia, Surat Berharga Pasar Uang, Saham, Obligasi d. Tagihan pada bank lain: Giro, Call Money (simpanan pada bank lain), Deposito berjangka, Kredit yang diberikan kepada bank lain e. Kredit f. Penyertaan g. Cadangan yang diklasifikasikan h. Aktiva tetap dan invetaris i.
Rupa-rupa aktiva (saldo rekening aktiva lainnya baik dalam rupiah maupun valas yang tidak dapat dimasukkan atau digolongkan kedalam salah satu pos aktiva dari a sampai h).
2. Pasiva a. Giro yag dimaksud dari dana pihak ketiga b. Call Money (penempatan oleh bank lain)
Universitas Sumatera Utara
c. Tabungan d. Deposito Berjangka e. Kewajiban lainnya f. Surat berharga g. Pinjaman diterima baik dari bank lain dan Bank Indonesia h. Rupa-rupa pasiva (saldo rekening pasiva lainnya baik dalam rupiah maupun valas yang tidak dapat dimasukkan atau digolongkan kedalam salah satu pos pasiva dari a sampai g) i.
Modal
j.
Laba/rugi
2. Laporan Laba Rugi Laporan laba rugi merupakan suatu laporan yang sistematis tentang penghasilan, biaya, rugi laba yang diperoleh oleh suatu perusahaan selama periode tertentu Munawir (2007 : 26). Tujuan laporan laba rugi mencerminkan pengaruh keputusan operasional manajemen terhadap kinerja perusahaan dan laba atau rugi operasional bagi pemilik perusahaan selama suatu periode waktu tertentu Erich A. Helfert (1996 : 17). Pada laporan laba rugi bank kepada Bank Indonesia sekurang-kurangnya terdapat pos-pos: a. Pendapatan dan beban bunga b. Pendapatan dan beban operasional selain bunga c. Pendapatan (beban) non operasional d. Laba/rugi bersih
Universitas Sumatera Utara
3. Laporan Perubahan Ekuitas Erich A. Helfert (1996 : 20) laporan perubahan ekuitas adalah suatu analisis tentang perubahan utama perkiraan modal pemilik atau kekayaan bersih selama suatu periode tertentu. Tujuan laporan perubahan ekuitas untuk melihat kemampuan sebuah perusahaan dalam megembalikan kekayaan pemilik, apakah mengalami pertambahan atau berkurang selama tahun berjalan. Laporan perubahan ekuitas sekurang-kurangnya menyajikan pos-pos, Standar Akuntasi Pemerintah (SAP) No. 1 tahun 2005: a. Sisa lebih/kurang pembiayaan anggaran b. Setiap pos pendapatan dan belanja berserta totalnya seperti diisyaratkan dalam standar-standar lainya yang diakui secara langsung dalam ekuitas c. Efek kumulatif atas perubahan kebijakan akuntansi dan koreksi kesalahan yang mendasar diatur dalam suatu standar terspisah. 4. Laporan Arus Kas Erich A. Helfert (1996 : 19) menyatakan laporan arus kas adalah laporan yang memuat perubahan dalam pergerakan dana. Dalam SAP No. 3 tahun 2005 laporan arus kas menyajikan informasi penerimaan dan pengeluran kas selama periode tertentu yang diklasifikasikan berdasarkan aktivitas operasi, investasi aset keuangan, pembiayaan dan nonanggaran. 5. Catatan Atas Laporan Keuangan
Universitas Sumatera Utara
Catatan atas laporan keuangan harus disajikan secara sistematis. Setiap pos dalam neraca, laporan laba rugi dan laporan arus kas harus berkaitan dengan informasi yang terdapat catatan atas laporan keuangan SAP No. 4 2005. Catatan atas laporan keuangan berbentuk pendapat atau opini dari seorang auditor tentang kelayakan laporan keuangan yang disajikan. Catatan atas laporan keuangan mengungkapkan IAI (2004): a. Informasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan dan kebijakan akuntansi yang dipilih dan diterapkan terhadap peristiwa dan transaksi yang penting b. Informasi yang diwajibkan dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan tetapi tidak disajikan di neraca, laporan laba rugi, laporan arus kas, dan laporan perubahan ekuitas c. Informasi tambahan yang tidak disajikan dalam laporan keuangan tetapi diperlukan dalam rangka penyajian secar wajar.
2.5 Teknik-Teknik Analisa Laporan Keuangan Dalam bukunya Teguh Pudjo Muljono (1992 : 34) mengklasifikasikan beberapa teknik analisa laporan keuangan bank secara intern yang meliputi: A. Analisa Komparatif Analisa yang meliputi analisa Ttrend/analisa Horizontal dan analisa Vertikal (Analisa Common Size) dari suatu laporan keuangan. 1. Analisa Trend/Analisa Horizontal
Universitas Sumatera Utara
Adalah analisa yang membandingkan kegiatan usaha suatu bank secara konstan maupun dalam bentuk relatif atas bagian kegiatan yang ada dengan kegiatan yang telah dicapai pada periode sebelumnya. Dari analisa ini akan diperoleh suatu kesimpulan apakah telah terjadi kemajuan atau kemunduran usaha dari masingmasing bank yang bersangkutan. 2. Analisa Vertikal Agar para menagemen dapat mengetahui dan memanfaatkan pos-pos mana yang dominan untuk mencapai tujuan bank dengan menberikan perhatian yang khusus maka analisa komparatif horizontal harus dilengkapi dengan analisa vertikal untuk mengetahui seberapa besar peran dari suatu pos terhadap kegiatan bank secara keseluruhan. B. Analisa Break Even Point Analysis untuk Bank Pada perusahaan-perusahaan industri terdapat analisa Break Even Point (BEP) maka dalam perbankan juga dipakai analisa BEP yang memiliki manfaat: 1. Untuk profit planning and control baik dalam long run maupun short run period. 2. Untuk menetapkan mininmal target baik bagi unit bank secara keseluruhan maupun bagian-bagian yang ada. 3. Sebagai bahan pegukuran efisiensi dan efektivitas kerja bank cabang maupu bagianbagian yang ada. C. Analisis Rasio Munawir (2007 : 64) rasio menggambarkan suatu hubungan atau perimbangan (Mathematical Relationship) antara suatu jumlah tertentu atau dengan jumlah yang lain
Universitas Sumatera Utara
dengan menggunakan alat analisis berupa rasio ini akan dapat menjelaskan atau memberikan gambaran kepada penganalisis tentang baik atau buruknya keadaan atau posisi keuangan suatu perusahaan terutama apabila angka-angka tersebut dibadingkan dengan angka rasio pembanding yang digunakan sebagai standard.
2.6 Analisis Rasio Kinerja Bank Analisis ratio kinerja bank diklasifikasikan kedalam beberapa jenis: 1. Rasio Likuiditas Likuiditas adalah mutu suatu aset yang dengan mudah diuangkan dengan sedikit atau tanpa resiko Edward W. Reed dan Edward K. Gill (1995 : 109). Rasio likuiditas digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam membayar kewajiban yang segera harus dibayarkan. •
Cash Rasio (CR) Rasio yang menunjukkan kemampuan bank untuk melunasi kewajiban-kewajiban yang harus segera dibayarkan dengan alat likuid yang dipunyainya Teguh Pudjo Muljono (1992 :
69). Dalam hal ini kewajiban yang dimaksud merupakan
kewajiban yang memiliki sifat jangka pendek. Rasio ini sangat penting karena sumber utama dana yang dimiliki oleh bank merupakan sumber yang perputarannya sangat cepat seperti: tabungan dan giro berasal dari masyarakat yang penarikannya sangat sulit diperkirakan. Biasanya hanya pada musim panen, membayar karyawan, natal bank harus menaikkan kasnya karena kas adalah asset yang paling likuid yang
Universitas Sumatera Utara
dimiliki oleh bank.Rumus CR Sesuai dengan SE No. 6/23/DPNP tanggal 31 mei 2004: CR =
Alat Likuid
x 100%
Hutang Lancar
2. Rasio Solvabilitas Mengukur kemampuan bank dalam memenuhi kewajiban jangka panjangnya bila terjadi likuidasi pada bank tersebut. •
Capital Adequency Ratio (CAR) CAR menunjukkan kemampuan permodalan untuk menutup kemungkinan kerugian atas kredit yang diberikan berserta kerugian pada investasi surat-surat berharga Teguh Pudjo Muljono (1992 : 87). Jumlah dana yang dibutuhkan sebuah bank berkaitan degan resiko yang dipikulnya. Misalnya, jika sebuah bank memikul resiko yang lebih besar pada portofolio pinjamanya maka bank tersebut harus memiliki dana modal yang lebih besar dibandingkan jika bank tersebut lebih konservatif (berhati-hati) dalam kebijaksanaan kreditnya. Rumus CAR: CAR =
Modal Bank (inti + pelengkap)
x 100%
Total ATMR •
Modal inti: modal disetor, agio, modal sumbangan, cadangan umum modal, cadangan tujuan modal, laba tahun-tahun berjalan setelah diperhitungkan pajak, laba tahun berjalan setelah diperhitungkan taksiran pajak, selisih lebih penjabaran laporan keuangan cabang luar negeri. Modal pelengkap: cadangan
Universitas Sumatera Utara
revaluasi aktiva tetap, cadangan umum Pembentukan Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (max 1,25 dari ATMR ), modal pinjaman. •
Total aktiva tertimbang menurut resiko (ATMR) yang dimaksud mencakup aktiva yang tercanum dalam neraca maupun neraca yang bersifat administratif dan terhadap masing-masing jenis aktiva tersebut diterapkan bobot resiko yang besarnya didasarkan pada kdat tesiko yang terkandung dalam aktiva itu sendiri (berdasarkan pada golongan nasabah, peminjam, atau sifat barang jaminan) Teguh Pudjo Muljono (1992 : 88). Peraturan Bank Indonesia saat ini CAR minimum sebesar 8% dengan bobot 25% (Sesuai dengan SE No. 6/23/DPNP tanggal 31 mei 2004).
3. Rasio Rentabilitas Untuk mengukur tingkat efisiensi usaha dan kemampuan memperoleh laba. •
Return on Asset (ROA) ROA sering digunakan dalam perbankan utuk mengetahui seberapa besar kemampuan aset bank dalam memperoleh laba bersih. Aset bank terbagi atas uang tunai, investasi surat berharga, pinjaman yang diberikan dan aset tetap Edward W. Reed dan Edward K. Gill (1995 : 96). Dengan adanya kenaikan atau penurunan atas ROA dapat memberikan informasi seberapa tepat aset yang dialokasikan oleh bank dan kemampuan menajemen asetnya. Rumus ROA Sesuai dengan SE No. 6/23/DPNP tanggal 31 mei 2004: ROA = Laba Bersih x 100%
Universitas Sumatera Utara
Total aktiva
•
Operation Cost Ratio (OCR) Tujuan OCR guna mengukur tingkat efisiensi dan menilai kemampuan bank dalam melakukan aktivitasnya. Dalam jangka pajang semua biaya adalah variable. Biaya terbagi dalam: upah, gaji dan tunjagan karyawan, bunga atas deposito berjangka, cadangan kerugian pinjaman dan biaya operasional lainnya. Semakin besar OCR maka semakin tidak efisien bank tersebut. Rumus OCR: OCR =
Biaya Operasional
x 100%
Pendapatan Operasional
2.7 Standar Rasio-Rasio Kesehatan Kinerja Bank Konvensional dan Bank Syariah Berdasarkan SK DIR BI No. 30/11/KEP/DIR TGL 30 April 1997 dan SK DIR BI No. 30/277/KEP/DIR 19 Maret 1998 menetapkan standar rasio kesehatan bank umum sebagai tolak ukur bagi manajemen untuk menilai apakah pengolahan bank telah dilakukan dengan ketentuan yang berlaku. Dan bagi bank yang tidak sehat dapat segera dilakukan pembinaan. Standar rasio ini juga dapat digunakan untuk membantu calon nasabah dalam mengambil keputusan untuk menyimpan uangnya di bank yang memiliki kinerja yang sehat. Dengan membandingkan dan menilai sendiri rasio-rasio yang terdapat dalam penelitian ini. Standar rasio tingkat kesehatan bank syariah di Indonesia
Universitas Sumatera Utara
juga mengacu pada standar rasio-rasio bank konvensional. Berikut standar rasio kesehatan kinerja bank: 1. Hasil penilaian CR dengan bobot 5% -
Sehat
: > 4,05%
-
Cukup sehat
: > 3,30% - < 4,05%
-
Kurang sehat
: >2,55% - < 3,30%
-
Tidak sehat
: < 2,55%
2. Hasil penilaian CAR dengan bobot 25% -
Sehat
: > 9%
-
Cukup sehat
: > 8% - < 9%
-
Kurang sehat
: > 6% - < 8%
-
Tidak sehat
: ≤ 6%
3. Hasil penilian ROA dengan bobot 10% -
Sehat
: > 1,215%
-
Cukup sehat
: > 0,999% - < 1,215%
-
Kurang sehat
: > 0,765% - < 0,999%
-
Tidak sehat
: < 0,76%
4. Hasil penilaian OCR dengan bobot 5 % -
Sehat
: < 93,52%
Universitas Sumatera Utara
-
Cukup sehat
: > 93,53% - < 94,72%
-
Kurang sehat
: > 94,72% - < 95,92%
-
Tidak sehat
: > 95,92%
2.8 Kerangka Pemikiran Komposisi setiap alokasi dana bank selalu berujung kepada memperbesar laba. Laba yang tinggi tentu memiliki resiko gagal yang tinggi pula ini sesuai dengan teori Robert Levy dan Mashal Blume (Wahyu Ariopratomo, Pengajaran Mata Kuliah Pasar Uang Dan Modal). Bila bank memiliki portofolio dalam surat berharga dengan suku bunga yang tinggi, tentu juga memiliki resiko yang juga ditanggung bersama oleh pemegang saham jika ternyata bank tidak dapat membayar sesuai bunga yang dijanjikan. Karena pemegang saham memilih untuk investasi dalam bentuk surat berharga dengan adanya harapan deviden. Bagi masyarakat umum yang hanya memiliki motif untuk menabung dengan alasan keamanan, tidak boleh sampai menanggung kerugian atas investasi bank tersebut. Laporan Keuangan
Analisis Rasio Rasio Kinerja Bank
PBI Tingkat Kesehatan Bank
Kondisi Kesehatan Bank
Sehat
Cukup Sehat
Kurang Sehat
Uji Beda Kesehatan Kinerja Bank
Tidak Sehat
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Memeriksa laporan keuangan bank umum dan bank syariah dengan menggunakan metode analisis rasio yang bertujuan untuk mendapatkan kondisi rasio kinerja bank diharapkan sesuai dengan standar rasio pada SK DIR BI No. 30/11/KEP/DIR TGL 30 April 1997 dan SK DIR BI No. 30/277/KEP/DIR 19 Maret 1998. Hasil perbandingan memberikan informasi kondisi nyata yang terjadi pada bank dan dapat dinilai apakah bank itu sehat atau tidak.
2.9 Hipotesis Penelitian Hipotesis penelitian ini adalah: a. Terdapat perbedaan tingkat kesehatan Cash Ratio (CR) antara Bank Konvensional dengan Bank Syariah. b. Terdapat perbedaan tingkat kesehatan Capital Adequency Ratio (CAR) antara Bank Konvensional dengan Bank Syariah. c. Terdapat perbedaan tingkat kesehatan Return on Asset (ROA) antara Bank Konvensional dengan Bank Syariah. d. Terdapat perbedaan tingkat kesehatan Operational Cost Ratio (OCR) antara Bank Konvensional dengan Bank Syariah.
Universitas Sumatera Utara