BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Sitiran Kata sitiran merupakan terjemahan langsung dari kata citation dalam bahasa Inggris. Menurut Harrod’s Librarian Glossary and Reference Book (1990 : 20) “citation adalah suatu rujukan pada suatu teks atau bagian dari suatu teks yang menunjuk pada suatu dokumen dimana teks itu dimuat”. Beberapa pakar juga memberikan definisi dari kata sitiran. Tomson dalam Herlina Elita (2008 : 3) menyatakan bahwa “sitiran adalah suatu catatan yang menunjuk pada suatu karya atau sebagian karyanya yang dikutip, dan suatu penyitiran dari atau acuan untuk suatu keputusan dan keahlian lainnya”. Sedangkan menurut ALA Glossary of Library and Information Science dalam Hasugian (2005 : 5) “sitiran adalah suatu catatan yang merujuk pada suatu karya yang dikutip atau pada beberapa sumber yang memiliki otoritas”. Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan sitiran adalah daftar pustaka dari sejumlah dokumen yang dirujuk atau dikutip oleh sebuah dokumen dan setiap daftar pustaka dokumen tersebut dimuat dalam bibliografi dokumen yang mengutip. Sitiran bisa muncul dalam catatan kaki, catatan akhir, bibliografi ataupun daftar pustaka. Kadang-kadang citation dianggap sinonim dengan reference, tetapi bila kedua istilah tersebut diteliti dalam kamus bahasa ternyata makna istilah tersebut memiliki makna yang berbeda. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005 : 1078) menyatakan bahwa “sitiran adalah menyebut atau menulis kembali kata-kata yang telah disebut (ditulis) orang lain”. Referensi berarti rujukan atau petunjuk, sedangkan citation (sitiran) berarti kutipan. Purnomowati (2005 : 3) menyatakan bahwa “sitasi, sitiran atau citation adalah informasi ringkas tentang dokumen yang disitir dan disisipkan dalam teks, sementara informasi selengkapnya dimuat pada daftar referensi”. Referensi yang dimaksud dalam pendapat tersebut adalah deskripsi bibliografi dari dokumen yang disitir, umumnya disusun berupa daftar yang disajikan pada akhir bab, artikel atau buku.
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa daftar rujukan yang terdapat dalam suatu dokumen berarti daftar pustaka yang dijadikan acuan oleh penulis dalam menyusun karya tulisnya, sedangkan sitiran adalah karya yang digunakan sebagai bibliografi pada sebuah artikel atau buku. Price dalam Elita (2008 : 4) memberikan pandangan yang membedakan pengertian antara rujukan (reference) dengan sitiran (citation) dilihat dari bagaimana cara menghitungnya bahwa “jumlah rujukan dari sebuah karya tulis dihitung dari bibliografi, baik itu berupa catatan kaki maupun catatan akhir, sedangkan jumlah sitiran dari sebuah karya tulis didapat dengan menghitung dalam indeks sitiran (citation index) untuk mendapatkan jumlah karya tulis-karya tulis lain yang terdaftar di dalamnya. Lebih lanjut, Guha dalam Elita (2008 : 5) menyebutkan beberapa penggunaan sekunder sitiran: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Dipergunakan sebagai bibliografi Mempersiapkan daftar peringkat majalah Dipergunakan sebagai daftar peringkat Mengetahui hubungan penggunaan berbagai bentuk dokumen Mengetahui umur penggunaan dokumen Mengetahui keterhubungan dan keterkaitan subjek-subjek Mengetahui asal-usul atau akar dari subjek ilmu Kajian sitiran dari abstrak/indeks majalah dan kegunaannya.
Selanjutnya, Juniani (2008 : 2) menyatakan bahwa referensi digunakan untuk : 1. Membantu pembaca untuk membedakan antara ide penulis, pemikiran, dan kesimpulan dari literatur 2. Memungkinkan pembaca untuk mengetahui sumber literatur yang asli yang digunakan oleh peneliti 3. Membantu argumen peneliti melalui teori dan studi empiris yang terkait dengan literatur, serta menunjukkan pemahaman peneliti mengakar pada sumber yang tepat. Berdasarkan pendapat di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa sitiran maupun referensi benar-benar dibutuhkan dalam menghasilkan suatu karya tulis karena dapat membantu argumen peneliti melalui teori dan studi empiris yang terkait dengan literatur, dan membantu pembaca untuk membedakan antara ide penulis dengan kesimpulan dari literatur. Selanjutnya Sophia (2002 : 3) menyatakan bahwa arti sitasi atau citation adalah : 1. Action of citing any word or written passage, quotation 2. A reference to a passage in a book
Universitas Sumatera Utara
3. To cie (a book, auto etc) for a particular statement or passage 4. To copy or repeat (a passage, statement, etc) from book, document, speech, etc with some indication that one is giving a words of another. Dengan kata lain sitasi adalah : Sitasi adalah menunjukkan asal-usul atau sumber suatu kutipan, mengutip pernyataan atau menyalin/mengulang pernyataan seseorang dan mencantumkannya di dalam suatu karya tulis yang dibuat, namun tetap mengindikasikan bahwa kutipan tersebut itu adalah pernyataan orang lain. Pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa sitasi adalah mengutip pernyataan seseorang atau hasil sebuah karya tulis dan mencantumkannya di dalam karya tulis yang dibuat. Selain pendapat sebelumnya, ada juga pendapat lain yang membedakan antara sitiran dengan rujukan. Prawira (2005 : 9) menyatakan bahwa “sitiran adalah pernyataan yang diterima suatu dokumen dari dokumen lain sedangkan rujukan adalah pernyataan yang diberikan sebuah dokumen kepada dokumen lain”. Pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa sitiran adalah pernyataan yang diterima suatu dokumen sedangkan rujukan adalah pernyataan yang diberikan oleh sebuah dokumen. Sitiran selalu berhubungan dengan dua jenis data, yaitu data yang disitir (cited document) dan data yang menyitir (citing document). Data yang dikaji dalam analisis sitiran adalah data yang disitir yang terdapat dalam data dokumen yang menyitir. Menurut Andriani (2002 : 29) “sitiran adalah pernyataan yang diterima suatu dokumen dari dokumen lain”. Dengan demikian, sitiran mengarah pada karya yang diacu dan dilakukan oleh penulis sesudah karya yang diacu diterbitkan. Berdasarkan pengertian tersebut, penulis dapat menyimpulkan bahwa sitiran adalah pernyataan dari dokumen lain yang dikutip oleh sebuah dokumen. Sitiran atau citation di dalam penulisan ilmiah sangat penting. Dalam penulisan ilmiah, peneliti memerlukan bahan pustaka pendukung bagi tulisannya. Seorang peneliti atau penulis ilmiah wajib mencantumkan nama pengarang yang pernyataannya dikutip atau disitir di dalam artikel, makalah, laporan hasil atau penelitian yang ditulisnya. Kewajiban tersebut untuk memperlihatkan bahwa sesungguhnya peneliti tersebut telah menelaah terlebih dahulu bidang yang pernah
Universitas Sumatera Utara
dilakukan oleh orang lain. Dengan demikian, sitiran dilatarbelakangi oleh hubungan antara dokumen yang menyitir dengan dokumen yang disitir. Pengertian sitiran digunakan apabila seseorang atau lebih menggunakan sebagian atau seluruh pendapat yang dibuat oleh penulis lain dari dokumen yang disitir. Sebagai contoh adalah karya Sulistyo-Basuki berjudul Mengenal Metode, Sumber, dan Hasil Penelitian Analisis Sitiran di Indonesia yang diterbitkan tahun 1983 ternyata tercantum pada daftar pustaka dalam artikel Jurnal Studi Perpustakaan dan Informasi tahun 2005 yang berjudul Analisis Sitiran terhadap Disertasi Program Doktor (S-3) Ilmu Kedokteran Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara karya Jonner Hasugian. Hal ini berarti bahwa karya Sulistyo-Basuki telah mendapat satu sitiran. Selanjutnya karya Sulistyo-Basuki juga tercantum pada daftar pustaka skripsi Donni Yudha Prawira tahun 2005 yang berjudul Analisis Sitiran terhadap Disertasi Program Doktor (S-3) Ilmu Hukum Program Pascasarjana Universitas Sumatera Utara. Hal ini dapat disimpulkan bahwa karya Jonner Hasugian dan karya Doni Yudha Prawira merujuk pada karya Sulistyo-Basuki karena adanya subjek atau topik yang saling berhubungan diantara karya-karya mereka. Dalam hal ini, karya Sulistyo-Basuki telah mendapat dua sitiran dan begitu seterusnya. Berdasarkan uraian di atas, maka karya Sulistyo-Basuki diistilahkan dengan dokumen satu dan disingkat dengan X1 sedangkan karya Jonner Hasugian dan karya Donni Yudha Prawira diistilahkan dengan dokumen a dan dokumen b disingkat dengan Xa dan Xb. Dengan demikian, X1 disebut dengan cited document (dokumen yang disitir) sedangkan Xa dan Xb disebut sebagai citing document (dokumen yang menyitir). Hal tersebut merupakan istilah yang digunakan dalam bibliometrika. Aspek yang dikaji dalam bibliometrika cukup banyak dan salah satunya adalah analisis sitiran. Berdasarkan keterangan di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa sitiran adalah mencantumkan atau menyebutkan suatu dokumen atau karya tulis (cited document) dalam daftar pustaka dokumen yang menyitir karya tersebut (citing document).
Universitas Sumatera Utara
2.2 Analisis Sitiran Kajian informasi memiliki daftar pustaka, salah satunya dikenal dengan analisis sitiran (citation analysis). Metode analisis sitiran merupakan salah satu teknik bibliometrika dalam Ilmu Perpustakaan dan Informasi yang mengkaji hubungan antara dokumen yang menyitir dengan dokumen yang disitir. Menurut Busha dan Harter dalam Elita (2008 : 3) “analisis sitiran adalah untuk mempertanggung jawabkan karya-karya ilmiah, peringkat majalah penting, penambahan literatur yang relevan dengan pernyataan penelusuran dan untuk mengevaluasi kebutuhan ilmuan”. Dengan demikian, analisis sitiran digunakan untuk mengevaluasi karya-karya yang digunakan oleh sebuah dokumen. Menurut Kamus Lengkap Bahasa Indonesia (2005 : 55) analisis adalah : Penyelidikan terhadap suatu peristiwa (karangan, dan sebagainya) untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya, penguraian suatu pokok atau berbagai bagiannya, dan penelahaan baik itu sendiri maupun hubungan antar bagian untuk memperoleh pengertian yang tepat dan pemahaman arti keseluruhan. Sedangkan sitiran dalam Harrod’s Librarian Glossary and Reference Book (1990 : 77) adalah “suatu rujukan pada suatu teks atau bagian dari suatu teks yang menunjuk pada suatu dokumen dimana teks itu dimuat”. Dengan demikian, analisis sitiran adalah penyelidikan terhadap suatu rujukan pada suatu teks atau bagian dari suatu teks untuk mengetahui keadaan rujukan tersebut apakah benarbenar dirujuk atau tidak. Dalam kajian informasi terdapat daftar kepustakaan, salah satunya dikenal dengan analisis sitiran (citation analysis). Elita (2008 : 4) menyatakan bahwa : Analisis sitiran digunakan untuk mengukur pengaruh intelektual keilmuan dari pengarang yang disitir, karena beberapa studi sitiran literatur digunakan untuk mengetahui karakteristik komunikasi ilmu pengetahuan dan banyak aspek kualitatif dari peneliti dan publikasi. Selanjutnya, “analisis sitiran adalah cara perhitungan yang dilakukan atas karya tulis yang disitir oleh para pengarang” (Lasa, 1990 : 26). Dengan demikian, penulis dapat menyimpulkan bahwa analisis sitiran adalah suatu cara untuk mengukur atau menghitung karya tulis yang dikutip oleh sebuah dokumen serta untuk mengetahui karakteristik komunikasi ilmu pengetahuan.
Universitas Sumatera Utara
Kajian analisis sitiran dilatarbelakangi oleh tingkat pertumbuhan jurnal ilmiah yang sangat cepat dan mendorong para ahli informasi untuk mengembangkan metode analisis sitiran untuk mengkaji sebuah jurnal. Dalam bibliometrika, yang dikaji adalah informasi terekam, khususnya informasi dalam bentuk grafis. Dengan demikian, objek kajiannya adalah buku, pengarang (hasil karyanya), majalah, laporan penelitian, disertasi, dan sebagainya. Analisis sitiran dalam kajian bibliometrika memiliki cara dalam menentukan beberapa kebijakan. Hartinah (2002 : 2) menyatakan bahwa pada kajian bibliometrika banyak digunakan analisis sitiran sebagai cara untuk menentukan berbagai kepentingan atau kebijakan seperti: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Evaluasi program riset Penentuan ilmu pengetahuan Visualisasi suatu disiplin ilmu Indikator iptek Faktor dampak dari suatu majalah (journal impact factor) Kualitas suatu majalah Pengembangan koleksi majalah, dan lain-lain.
Dengan demikian, analisis sitiran digunakan dalam berbagai kepentingan dan kebijakan. Beberapa cara di atas dapat disimpulkan bahwa analisis sitiran sangat berguna untuk menganalisis setiap bidang ilmu untuk mengevaluasi majalah/jurnal maupun penulis yang paling banyak disitir oleh jurnal lain atau penulis lain. Analisis sitiran merupakan penyelidikan terhadap data sitiran. Menurut Hartinah (2002 : 1) “analisis sitiran adalah penyelidikan melalui data sitiran dari suatu dokumen, baik dokumen yang disitir maupun dokumen yang menyitir”. Lebih jauh Strohls dalam Hasugian (2005 : 3) merumuskan definisi dari analisis sitiran, yaitu “sebagai suatu studi terhadap kutipan yang berupa daftar pustaka dari sebuah buku teks, artikel jurnal, disertasi mahasiswa, atau sumber lainnya dengan melakukan pemeriksaan terhadap bagian tersebut”. Mengacu kepada kedua pendapat di atas dapat dinyatakan bahwa analisis sitiran adalah suatu kajian yang digunakan untuk menyelidiki atau memeriksa sejumlah data sitiran dari suatu literatur atau dokumen yang menyitir maupun yang disitir.
Universitas Sumatera Utara
Kajian analisis sitiran telah berkembang pesat di luar negeri. Penelitian pertama kali dilakukan oleh Gros and Gros pada tahun 1927 yang menganalisis sitiran terhadap majalah bidang kimia untuk pengembangan koleksi di bidangnya. Selanjutnya diikuti penelitian-penelitian lainnya yaitu Eugene Garfield yang selalu menganalisis setiap bidang untuk mengevaluasi majalah/jurnal maupun penulis yang paling banyak disitir oleh jurnal lain atau penulis lain. Analisis sitiran merupakan salah satu jenis evaluasi perpustakaan yang digunakan oleh pustakawan di luar negeri untuk membantu pemeliharaan koleksi. Teknik analisis sitiran ini memberikan pengertian yang mendalam pada kemunculan kekuatan baru dan area penelitian tentang keusangan literatur atau koleksi. Smith dalam Elita (2008 : 9) menyatakan bahwa “kajian sitiran adalah bagian dari bibliometrika berkaitan dengan studi mengenai hubungan tersebut”. Analisis sitiran merupakan bagian dari bibliometrika. Bibliometrika dapat digunakan sebagai metode kajian yang bersifat deskriptif, misalnya yang berkaitan dengan kepengarangan, dan bersifat evaluatif, misalnya untuk mengkaji penggunaan literatur melalui analisis sitiran. Menurut Martyn dalam Elita (2008 : 9) “analisis sitiran adalah analisis atas sejumlah sitiran atau sejumlah rujukan yang terdapat dalam tulisan ilmiah atau literatur primer”. Analisis sitiran umumnya dilakukan terhadap artikel majalah karena sifatnya yang tertib secara teratur, mutakhir, dan dipublikasikan secara umum. Hal yang diselidiki dalam analisis sitiran mencakup subjek, pengarang, sumber-sumber dokumen dan tahun dokumen. Sulistyo-Basuki (1998 : 6) menyatakan bahwa: Analisis sitiran digunakan untuk mengukur pengaruh intelektual ilmuwan dari pengarang yang disitir, karena beberapa studi sitiran literatur digunakan untuk mengetahui karakteristik komunikasi ilmu pengetahuan dan banyak aspek kualitatif dari penelitian dan publikasi. Dengan demikian, penulis dapat merumuskan bahwa analisis sitiran adalah bagian dari kajian bibliometrika dan yang dikaji adalah dokumen yang disitir dengan dokumen yang menyitir pada sebuah karya ilmiah. Aspek yang dikaji dalam analisis sitiran disesuaikan dengan kebutuhan peneliti atau penulis yang bersangkutan.
Universitas Sumatera Utara
Ditegaskan juga oleh Garfield dalam Hartinah (2002 : 3) bahwa “analisis sitiran banyak digunakan dalam kajian bibliometrika karena jelas mewakili subjek yang diperlukan, tidak memerlukan interpretasi, valid dan reliable”. Dalam menggunakan kajian analisis sitiran, masalah yang perlu dipertimbangkan adalah: 1. Hanya penulis utama yang menjadi perhatian 2. Penulis yang mempunyai nama sama, bidang sama dibutuhkan informasi tambahan nama institusi 3. Jenis sumber dokumen (artikel, makalah, dan lain-lain) 4. Tidak dibatasi oleh waktu 5. Untuk bidang yang multidisiplin, kesulitan untuk analisis subjek. Berdasarkan beberapa penegasan di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa kajian analisis sitiran digunakan karena adanya beberapa masalah yang perlu dipertimbangkan di dalam menganalisis sitiran suatu dokumen. Kegiatan sitir-menyitir merupakan hal yang tidak terpisahkan dalam penulisan sebuah karya tulis dan merupakan hal yang umum dilakukan oleh seorang peneliti atau penulis, karena untuk menghasilkan karya atau dokumen baru sangat membutuhkan bahan rujukan yang telah terbit sebelumnya serta mempunyai kaitan dengan dokumen yang menyitirnya.
2.3 Kriteria dalam Menyitir Dokumen Seorang peneliti harus memahami kriteria dalam menyitir dokumen yang akan dijadikan rujukan. Oleh karena itu, sebuah dokumen akan disitir oleh pengarang atau peneliti bila dokumen tersebut relevan dengan kegiatan penulisan karya ilmiah yang dilakukan. Dengan demikian, tidak semua dokumen yang berkaitan dapat langsung dikutip atau disitir tetapi harus benar-benar relevan dengan topik yang diteliti. Kegunaan dokumen bagi peneliti tidak hanya menyangkut topik yang relevan tetapi juga kebaruan, kualitas, kepentingan dan kredibilitas. Dengan kata lain, dokumen yang mempunyai kegunaan (utility) akan diberi nilai oleh peneliti dan menentukan apakah dokumen itu layak disitir atau tidak. Pendapat Wang dan Soergel dalam Andriani (2003 : 9) menyatakan bahwa nilai kegunaan suatu dokumen dapat dilihat dari beberapa hal, yaitu :
Universitas Sumatera Utara
1. Epistemic values : kegunaan suatu dokumen dalam memenuhi keinginan atas pengetahuan atau informasi yang tidak/belum diketahui. Melihat definisi tersebut dapat diambil asumsi bahwa nilai epistemic merupakan persyaratan bagi semua dokumen. Dokumen yang tidak memiliki nilai epistemic kemungkinan tidak akan disitir. 2. Functional values : kegunaan suatu dokumen karena memberi kontribusi pada tugas atau penelitian yang dilakukan. Dokumen akan berguna karena berisi teori, data pendukung empiris, atau metodologi. 3. Conditional values : kegunaan dokumen akan muncul bila beberapa kondisi atau syarat terpenuhi, atau terdapat dokumen lain yang bisa memperkuat isi dokumen tersebut. 4. Social values : kegunaan suatu dokumen dalam hubungannya dengan kelompok atau individu. Dokumen akan diberi nilai sosial tinggi bila dokumen tersebut berhubungan dengan suatu badan atau individu berpengaruh terhadap peneliti, seperti dosen pembimbing atau figur yang terkenal dibidangnya. Dari poin nomor dua terlihat bahwa kontribusi dari suatu dokumen sangat mempengaruhi dalam sitir-menyitir, yaitu dalam hal teori, data pendukung empiris, atau metodologi. Demikian juga dengan poin nomor empat terlihat bahwa status kepengarangan dari suatu dokumen juga mempengaruhi dalam sitirmenyitir. Oleh karena itu, alasan penulis atau peneliti untuk meyitir sebuah dokumen memiliki variasi yang berbeda-beda. Peneliti atau penulis mengambil keputusan untuk menyitir suatu dokumen tidak hanya mengandalkan informasi yang sudah ada dalam pikirannya, tetapi juga mempertimbangkan informasi lain. Margono dalam Silaen (2005 : 26) menyatakan bahwa : Acuan yang dipakai oleh seorang pengarang untuk menulis karya ilmiahnya sangat beragam dan tergantung dari permasalahan yang akan dipecahkannya. Oleh sebab itu, bahan rujukan yang dipakainya sangat bervariasi, namun tetap berhubungan dengan permasalahan yang sedang dihadapinya. Berdasarkan pendapat di atas, penulis merumuskan bahwa seorang penulis akan menyitir dokumen yang bervariasi dengan ketentuan bahwa dokumen yang disitir harus berhubungan dengan topik atau permasalahan yang dikaji oleh penulis. Pengambilan keputusan untuk menyitir suatu dokumen dilakukan dengan menerapkan beberapa kriteria. Menurut Wang dan Soegel dalam Andriani (2003 : 11) “kriteria merupakan suatu filter yang diaplikasikan oleh penulis dalam
Universitas Sumatera Utara
membuat suatu keputusan”. Beberapa kriteria penilaian suatu dokumen yang akan disitir adalah : 1. Topik, dalam hal ini isi dokumen berhubungan dengan penelitian yang dilakukan penulis. Topik permasalahan harus diketahui oleh penulis yang akan menilai dokumen. Pengetahuan mengenai topik mencakup who (siapa yang menulis), when (kapan topik tersebut didiskusikan), where (di mana topik itu menjadi berarti), dan how (bagaimana hubungan topik itu dengan topik lain) 2. Orientasi, menyangkut apa isi dokumen dan kepada siapa dokumen tersebut ditunjuk 3. Disiplin ilmu atau subject area. Penulis kemungkinan akan mengambil dokumen yang mempunyai disiplin ilmu yang sama dengan penelitian yang sedang dikerjakan 4. Keklasikan/kepeloporan, suatu dokumen yang berisi informasi yang sangat substansial di bidangnya, karena memuat teknik, metode atau teori yang dipakai sepanjang waktu 5. Nama jurnal dan tipe dokumen. Pemahaman pengarang terhadap suatu jurnal akan mempengaruhi proses seleksi dokumen 6. Pengarang. Dokumen yang ditulis oleh orang yang menjadi figur dalam bidangnya akan dipersepsi tinggi oleh penyitir, sehingga berpeluang besar pula untuk disitir 7. Novelty/kebaruan, dokumen disitir karena memuat informasi yang belum diketahui sebelumnya atau sesuatu yang baru 8. Penerbit. Reputasi institusi penerbit dapat pula menjamin mutu terbitan 9. Recency/kemutakhiran, membandingkan corak baru suatu dokumen dengan topik yang sedang diteliti. Kemutakhiran berkaitan dengan waktu penerbitan. Berdasarkan kriteria di atas dapat ditemukan bahwa pada poin nomor lima, enam, dan sembilan jelas bahwa nama jurnal atau tipe dokumen, figur kepengarangan, dan tingkat kemutakhiran dokumen juga mempengaruhi dalam menyitir sebuah dokumen. Selain kriteria yang telah disebutkan di atas, terdapat beberapa kriteria di luar dokumen yang juga harus dipertimbangkan. Dengan demikian, tidak hanya kriteria dari dalam dokumen saja yang perlu menjadi penilaian terhadap dokumen yang akan disitir. Menurut White and Wang dalam Andriani (2003 : 12) ada beberapa kriteria di luar dokumen yang juga harus dipertimbangkan, yaitu : 1. Kemudahan dalam mendapatkan dokumen. Liu (1993 : 13) menunjukkan bahwa rujukan dokumen yang tertera pada daftar pustaka secara positif berhubungan dengan ketersediaan dokumen tersebut di perpustakaan institusi penulis. Artinya, jumlah rujukan yang disitir tergantung pada kelengkapan atau jumlah koleksi perpustakaan institusi penulis
Universitas Sumatera Utara
2. Syarat khusus. Keahlian atau alat yang diperlukan untuk menggunakan suatu dokumen menjadi salah satu faktor yang dipertimbangkan penulis dalam menyitir dokumen. Diantaranya adalah penguasaan bahasa, penguasaan alat yang dipakai untuk membaca dokumen, misalnya dokumen yang tersimpan dalam mikrofilm 3. Kendala waktu. Dokumen yang dianggap relevan sebagai rujukan terkadang tidak dapat digunakan karena waktu yang terbatas, seperti halaman terlampau tebal sehinga tidak sempat terbaca. Berdasarkan kriteria di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa di dalam menyitir sebuah dokumen, ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan oleh penyitir, diantaranya adalah kemampuan penyitir dalam hal bahasa, kemampuan dalam menggunakan alat yang dipakai untuk membaca dokumen, misalnya dokumen yang tersimpan dalam mikrofilm, kemudahan dalam mendapat dokumen serta kendala waktu. Dari ketiga kriteria di atas, selanjutnya penulis atau pengarang membuat penilaian dan mengambil keputusan untuk menyitir suatu dokumen. Dalam membuat penilaian, penulis/pengarang mengacu pada decision rule yang dikemukakan oleh Soergel dalam Andriani (2003 : 12-13), yaitu strategi pengambilan keputusan untuk menyitir atau tidak suatu dokumen. Decision rule tersebut adalah sebagai berikut : 1. Elimination rule. Keputusan untuk menolak suatu dokumen karena dokumen tersebut memuat suatu aspek yang tidak bisa dipakai sebagai bahan rujukan 2. Multiple-criteria rule. Beberapa kriteria diterapkan untuk menerima atau menolak suatu dokumen 3. Dominance rule. Suatu dokumen memiliki kesamaan dengan dokumen lain sehingga perlu diseleksi yang paling dominan 4. Scarcity rule. Banyak dokumen yang diperlukan namun hanya sedikit yang bisa diperoleh sehingga kriteria dalam penilaian dokumen diperingan 5. Satisfy rule. Dokumen yang didapat sudah sesuai dengan topik yang diinginkan sehingga diputuskan untuk tidak mencari dokumen lain 6. Chain rule. Mengidentifikasi dokumen yang mempunyai hubungan dengan dokumen lain, misalnya artikel asli dengan dokumen yang memuat kritik terhadap artikel tersebut. Contoh lainnya adalah artikel yang terkumpul dalam satu volume atau topik yang dimuat pada suatu jurnal. Berdasarkan beberapa pendapat di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa
dalam
menyitir
dokumen,
seorang
penulis/peneliti
harus
mempertimbangkan beberapa kriteria dalam menentukan dokumen yang akan
Universitas Sumatera Utara
dijadikan sebagai rujukan. Kriteria tersebut dapat berasal dari dalam dokumen maupun faktor luar dokumen. Bagian yang tidak dapat dipisahkan dalam penilaian suatu dokumen yang akan disitir diantaranya adalah kepengarangan, nama atau judul jurnal, tipe dokumen serta kemutakhiran dokumen. Disamping kriteria dari dalam dokumen tersebut, faktor luar dokumen juga mempengaruhi, salah satunya diantaranya adalah kemampuan penulis/peneliti dalam hal bahasa. Semua kriteria yang telah dibahas di atas dapat dijadikan sebagai sebuah pertimbangan dalam menyitir sebuah dokumen. Dengan demikian, banyak faktor yang menentukan kualitas suatu literatur yang akan dijadikan rujukan dalam menghasilkan sebuah karya tulis ilmiah.
2.4 Sumber-sumber Sitiran Seorang peneliti membutuhkan informasi dan data yang akurat. Dengan demikian, perlu dilakukan studi pada literatur primer dan sekunder. Mengacu pada pendapat yang dikemukakan oleh Sulistyo-Basuki (1993 : 161) bahwa “literatur primer adalah literatur yang memuat hasil penelitian asli, baik penelitian dasar maupun penelitian terapan”. Selanjutnya, literatur primer didefinisikan secara rinci oleh Sulistyo-Basuki (1993 : 161) : Literatur primer adalah literatur yang memuat hasil penelitian asli atau penerapan sebuah teori, atau pun penjelasan teori, ide sehingga merupakan informasi langsung dari karya penelitian. Yang termasuk literatur primer adalah majalah ilmiah (selanjutnya disebut majalah), laporan penelitian, jurnal, disertasi, tesis, paten, kertas kerja lokakarya, dan kartu informasi. Berdasarkan definisi di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa literatur primer merupakan literatur yang memuat hasil penelitian asli yang dibutuhkan oleh peneliti dalam memperoleh data dan informasi yang akurat. Literatur primer memiliki perkembangan yang semakin pesat. Namun perkembangan tersebut tidak berarti bahwa literatur primer selalu dipublikasikan. Dengan kata lain bahwa selain dipublikasikan, literatur primer juga ada yang tidak dipublikasikan. Perkembangan yang semakin pesat tersebut disebabkan oleh kebutuhan dan besarnya rasa ingin tahu manusia dalam meneliti suatu bidang ilmu pengetahuan. Kebutuhan seseorang akan suatu bidang ilmu pengetahuan dikarenakan oleh tuntutan perkembangan zaman. Disamping menambah
Universitas Sumatera Utara
pengetahuannya, juga termotivasi untuk mencari bagaimana cara memecahkan masalah dalam bidang ilmu pengetahuan yang dia kaji. Hal ini juga berdampak pada hasil penelitian, baik dalam bentuk tercetak maupun dalam bentuk elektronik yang dipublikasikan melalui media internet. Di samping literatur primer, literatur sekunder juga merupakan data dan informasi yang diperlukan oleh peneliti dalam melakukan penelitiannya. Peneliti memperoleh informasi dan petunjuk tentang literatur primer pada literatur sekunder. Dengan demikian, literatur sekunder digunakan sebagai alat untuk menelusur dan memperoleh informasi lebih lanjut tentang keberadaan informasi primer. Lebih jelasnya dikemukakan oleh Sulistyo-Basuki (1993 : 161) bahwa “literatur sekunder umumnya berupa karya referensi yang berisi penjelasan dan pembahasan tentang literatur primer secara lebih rinci. Literatur sekunder termasuk bibliografi, indeks, abstrak, ensiklopedia, kamus, dan tabel”.
2.5 Ruang Lingkup dan Parameter Analisis Sitiran Pada
dasarnya
bibliometrika
mengkaji
penggunaan
literatur
dan
perhitungan rujukan dan dokumen yang disitir. Dengan demikian, ruang lingkup analisis sitiran dalam bibliometrika mencakup tiga jenis kajian literatur. Menurut Sulistyo-Basuki (1988 : 60) ketiga jenis literatur tersebut adalah : 1. Literatur primer adalah literatur yang memuat hasil penelitian asli atau penerapan sebuah teori atau pun penjelasan teori, ide sehingga merupakan informasi langsung dari karya penelitian. Yang termasuk dalam literatur primer ialah majalah ilmiah (selanjutnya disebut sebagai majalah), disertasi, paten, kartu informasi (kartu yang berisi laporan kemajuan sebuah penelitian, lazimnya dikirim oleh lembaga penelitian kepada ilmuwan dalam bidang yang sama) 2. Literatur sekunder adalah literatur yang memberikan informasi tentang literatur primer, yang termasuk di dalamnya adalah bibliografi, majalah, indeks, majalah abstrak, katalog 3. Literatur tersier adalah literatur yang memberikan informasi tentang literatur sekunder. Contohnya ialah bibliografi dari bibliografi, direktori, dan biografi. Meskipun bibliometrika mengkaji ketiga jenis literatur di atas, namun kenyataannya yang menjadi objek utama adalah majalah atau jurnal ilmiah. Hal ini karena bibliometrika menganggap bahwa majalah/jurnal ilmiah sebagai : 1. “Media paling penting dalam komunikasi ilmiah
Universitas Sumatera Utara
2. Merupakan pengetahuan publik, serta 3. Arsip umum yang dapat dibaca oleh siapa saja setiap saat” (SulistyoBasuki, 2002 : 2). Dari
ketiga
hal
tersebut,
penulis
dapat
menyimpulkan
bahwa
majalah/jurnal ilmiah merupakan media yang diperlukan oleh peneliti dalam hal komunikasi ilmiah serta merupakan pengetahuan publik sekaligus sebagai arsip umum. Majalah sebagai objek kajian memiliki parameter yang tidak dapat dilepaskan dari ciri majalah. Parameter majalah ini juga digunakan untuk mengkaji sitiran karya ilmiah lainnya, misalnya skripsi, tesis maupun disertasi. Menurut Sulistyo-Basuki (2002 : 4) ada beberapa parameter majalah, yaitu : 1. 2. 3. 4. 5.
Pengarang Judul artikel Judul majalah Tahun terbit Referensi ialah acuan atau daftar kepustakaan, lazimnya tercetak pada bagian bawah setiap halaman dan sering disebut sebagai catatan kaki atau pun pada bagian akhir sebuah artikel 6. Sitiran adalah informasi literatur yang dimuat dalam referens 7. Deskriptor yaitu istilah yang digunakan untuk memberi isi artikel majalah. Semakin tinggi jumlah sitiran terhadap suatu majalah atau jurnal,
dipastikan bahwa majalah/jurnal tersebut semakin bermutu dan dianggap relevan dengan penelitian yang dilakukan. Pada umumnya, para ilmuwan menganggap bahwa majalah atau jurnal ilmiah menjadi bahan rujukan yang standar menulis suatu karya ilmiah sesuai dengan bidangnya. Menurut Korfhage dalam Prawira (2005 : 17) dalam sitiran bibliografi memiliki beberapa bagian. Materi atau bagian tersebut mungkin atau tidak mungkin yang termasuk dalam sitiran bibliografi, yaitu : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Satu atau lebih pengarang Judul Nama jurnal (jika sebuah jurnal) Volume jurnal Nama proseding (jika sebuah proseding) Tahun proseding Sponsor organisasi Tanggal konferensi Judul buku (jika itu merupakan bagian dari buku)
Universitas Sumatera Utara
10. 11. 12. 13. 14.
Nomor, halaman buku atau jurnal Editor buku Penerbitan buku atau jurnal Tahun penerbitan Badan koorporasi (jika pengarangnya adalah lembaga).
Objek kajian yang paling sering dalam analisis sitiran adalah daftar pustaka atau daftar bibliografi yang tercantum pada akhir bab dari sebuah dokumen. Adapun syarat sebuah sitiran untuk dapat dianalisis adalah kelengkapan data sitiran yang mencakup pengarang, tahun, judul, tempat terbit, dan penerbit. Sedangkan menurut Beni (1999 : 20) : Topik-topik yang dikaji dalam analisis sitiran adalah peringkat majalah yang disitir, pengarang yang disitir, tahun sitiran, asal geografis dan bahasa sitiran, lembaga yang ikut dalam penelitian, gugus (kelompok menurut subjek) majalah yang disitir, dan subjek yang disitir. Sedangkan pendapat Sutardji (2003 : 4) menyatakan bahwa aspek-aspek yang dapat dikaji dalam analisis sitiran adalah sebagai berikut : 1. Pola sitiran yang mencakup jumlah sitiran, jumlah otositiran (selfcitation). Otositiran adalah artikel yang pengarangnya menyitir tulisan sendiri 2. Karakteristik literatur atau sifat yang berkaitan dengan literatur yang disitir oleh penulis dalam sebuah jurnal atau buku mencakup jenis, tahun terbit, usia, dan bahasa pengantar literatur yang disitir, dan peringkat majalah yang disitir 3. Pola kepengarangan yang mencakup jumlah penulis, penulis yang paling sering disitir dan pengarang tunggal atau ganda. Kajian sitiran didasarkan pada hubungan antara dokumen yang disitir dengan dokumen yang menyitir. Menurut Mustikasari dalam Elita (2008 : 5) “hubungan antara dokumen yang disitir dengan dokumen yang menyitir dapat ditelusuri melalui motivasi, tujuan, dan fungsi sitiran” . Sedangkan, Hodges dalam Elita (2008 : 5) mengidentifikasi bahwa : Indikator hubungan antara dokumen yang disitir dengan dokumen yang menyitir yaitu sebagai penjelasan, memberikan informasi umum, hubungan historis, hubungan “saudara kandung”, hubungan operasional, hubungan kolaboratif, memberikan informasi spesifik, dokumentasi, hubungan metodologis, dan hubungan korektif. Berdasarkan kedua pendapat di atas, penulis menyimpulkan bahwa indikator hubungan antara dokumen yang disitir dengan dokumen yang menyitir
Universitas Sumatera Utara
diantaranya adalah sebagai hubungan kolaboratif, hubungan operasioal, dan hubungan yang tidak dapat dipisahkan karena saling berkaitan antara satu dengan yang lain, dan hubungan ini dapat ditelusuri melalui tujuan, motivasi, dan fungsi sitiran. Data sitiran merupakan unsur yang diteliti dalam bibliometrika. Menurut Budd dalam Elita (2008 : 3) “data sitiran dapat diteliti menurut kelompok dokumen dan subjek dokumen”. Selanjutnya Broadus dalam Elita (2008 : 3) juga mengemukakan bahwa “dari data sitiran dapat dianalisis bidang subjek, bahasa, bentuk, serta usia dokumen yang dapat dituangkan dalam bentuk persentase”. Akan tetapi, pemilihan kriteria yang akan diteliti tergantung dari keperluan tujuan suatu penelitian. Berdasarkan beberapa uraian di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa ruang lingkup analisis sitiran adalah termasuk dalam area bibliometrika yaitu mengkaji berbagai literatur, seperti literatur primer, literatur sekunder, dan literatur tersier, namun yang lebih sering dijadikan objek kajian adalah majalah atau jurnal, sedangkan karya ilmiah lainnya seperti tesis, disertasi, dan lainnya masih sedikit yang menelitinya. Karena majalah/jurnal ilmiah yang paling
banyak dikaji dalam
bibliometrika dan dianggap media paling penting dalam komunikasi ilmiah yang terus berkembang, maka aspek-aspek yang dapat dikaji dalam analisis sitiran adalah pola sitiran, kepengarangan, karakteristik literatur yang mencakup jenis, tahun terbit, usia, subjek relevansi sitiran dengan dokumen yang menyitir, bahasa pengantar literatur yang disitir, dan peringkat majalah yang disitir.
2.6 Karakteristik Literatur Informasi ilmiah dibutuhkan peneliti untuk menunjang kegiatan penelitian dan penulisan karya ilmiah. Informasi ilmiah tersebut dapat diperoleh dari berbagai sumber. Sumber informasi yang digunakan sebagai referensi dalam penulisan artikel primer antara lain adalah buku teks, jurnal, dan laporan penelitian. “Karakteristik literatur atau sifat yang berkaitan dengan literatur yang disitir oleh penulis dalam Jurnal Penelitian Pertanian Tanaman Pangan mencakup
Universitas Sumatera Utara
jenis, tahun terbit, usia, dan bahasa pengantar literatur yang disitir, dan peringkat majalah yang disitir” (Sutardji, 2003 : 3). Penggunaan literatur dalam sebuah penelitian perlu dilihat karakteristik maupun ciri-cirinya. Purnomowati (2008 : 4) menyatakan bahwa : Ciri penggunaan literatur dalam sebuah penelitian dapat dilihat melalui analisis sitiran, mencakup jumlah sitiran, jenis dokumen yang disitir, asal dokumen, usia sitiran, majalah dan jurnal yang disitir, dan pengarang yang sering disitir. Sedangkan Elita (2008 : 5) menyatakan bahwa : Analisis sitiran dapat diterapkan untuk keperluan praktis seperti untuk menentukan pengembangan koleksi, menentukan kebijakan penyiangan, menentukan anggaran perpustakaan maupun untuk keperluan teoritis seperti sejarah pengetahuan. Berdasarkan pendapat di atas, penulis dapat melihat bahwa analisis sitiran merupakan kajian yang diterapkan dalam berbagai bidang, antara lain untuk mengetahui karakteristik literatur yang disitir oleh para ilmuwan dan peneliti lainnya, misalnya untuk mengetahui majalah terpenting dalam bidang tertentu. Disamping itu, salah satu objek kajiannya adalah karakteristik dokumen, yaitu jenis, tahun terbit, usia, dan bahasa pengantar literatur yang disitir, dan peringkat majalah yang disitir. Selanjutnya, analisis sitiran dapat digunakan untuk melihat ciri penggunaan literatur dalam sebuah penelitian yang mencakup jumlah sitiran, jenis dokumen yang disitir, asal dokumen, usia sitiran, majalah dan jurnal yang disitir, dan pengarang yang sering disitir.
2.7 Keusangan Literatur Pertumbuhan dan keusangan literatur merupakan konsep penting dalam komunikasi ilmiah. Sehubungan dengan hal tersebut, Hartinah (2002 : 1) menyatakan bahwa “Obsolescence atau literature aging atau keusangan literatur adalah penurunan dalam menggunakan suatu literatur atau kelompok literatur (pada suatu topik tertentu, pada suatu periode waktu karena literatur-literatur tersebut menjadi lebih tua)”. Jika suatu literatur jarang atau bahkan tidak pernah lagi disitir, maka literatur tersebut dikatakan telah usang. Menurut Line dan Sandison dalam Sulistyo-Basuki (1988 : 90) “keusangan literatur adalah penurunan atas waktu dalam hal kesahihan atau pemanfaatan
Universitas Sumatera Utara
informasi”. Konsep keusangan informasi memiliki manfaat baik bagi teoritis maupun praktis ilmu informasi. Bagi teoritis, masalah keusangan menyangkut pengembangan, pemanfaatan, dan kematian atau peleburan informasi pada bidang tertentu. Sedangkan bagi praktisi, terutama pustakawan, masalah keusangan menyangkut bahan pustaka yang perlu dimasukkan ke gudang atau pun yang perlu dibuang. Keusangan didasarkan pada asumsi bahwa suatu ketika suatu publikasi tidak berguna pada masa tertentu bahkan akan hilang. Semakin tidak digunakan dokumen maka dokumen tersebut semakin usang. Keusangan literatur dikaitkan dengan sebuah dokumen dan keusangan informasi yang terkandung dalam sebuah dokumen. Keusangan sebuah dokumen lebih bersifat praktis dari pada informatif. Keusangan bersifat praktis, dalam arti bila sebuah dokumen sudah usang maka ada kemungkinan dokumen tersebut dapat ditempatkan pada tempat tertentu (misalnya gudang) ataupun dibuang. Sedangkan keusangan informatif berarti bahwa informasi mengenai pengetahuan yang terdapat dalam sebuah dokumen semakin jarang digunakan, dengan kata lain penggunaan informasinya semakin menurun dan pada suatu saat tidak digunakan lagi. Menurut Sulistyo-Basuki (1988 : 90) sebab penurunan pengunaan informasi terjadi karena : 1. Informasi yang dimuat sahih, namun sudah terserap dalam karya berikutnya 2. Informasi yang dimuat masih sahih, namun sudah diganti oleh karya berikutnya 3. Informasi yang dimuat sahih, namun informasi tersebut berada dalam bidang yang makin kurang diminati ilmuwan 4. Informasi tersebut tidak dianggap sahih. Namun tidak boleh dilupakan bahwa ada faktor yang menyebabkan kebalikan dari keusangan. Adapun faktor tersebut adalah : 1. Informasi yang dimuat semula dianggap tidak sahih, namun kini diakui sahih 2. Informasi yang dimuat bersifat sahih, namun tidaknya teori atau teknologi yang cukup memadai menghambat pengembangannya 3. Informasi yang dimuat sahih dan kini berada dalam bidang yang makin berkembang atau menarik minat baru. Kedua faktor yang berlawanan tersebut menyebabkan terjadinya fluktuasi terhadap minat suatu bidang ilmu pengetahuan. Bidang pengetahuan umumnya direkam dalam dokumen. Kajian terhadap perubahan dalam manfaat dan kesahihan pengetahuan biasanya dituangkan dalam bentuk kajian yang terjadi
Universitas Sumatera Utara
terhadap dokumen yang merekam pengetahuan tersebut, walaupun hubungan antara penggunaan dokumen dengan kesahihan informasi masih samar-samar. Penurunan penggunaan dokumen mungkin terjadi walaupun informasi yang direkam dalam dokumen tersebut masih sahih dan secara potensial berguna. Dengan demikian, adalah tidak mungkin mengatakan bahwa jenis pengetahuan tertentu menjadi usang hanya berdasarkan penurunan penggunaan dokumen. Dasar dari kajian keusangan adalah sitiran. Kajian keusangan merupakan interpretasi perubahan penggunaan dokumen dalam waktu tertentu. Perlu dibedakan pengertian penurunan penggunaan dengan penurunan nilai dokumen dengan maksud untuk menghindari kerancuan. Penurunan penggunaan dokumen mengacu pada pengertian bahwa dokumen tersebut jarang digunakan, sedangkan penurunan nilai dokumen mengacu pada kemutakhiran isi dokumen. Namun, dalam masalah penggunaan dokumen, berbagai perpustakaan menunjukkan bahwa penggunaan dokumen yang banyak dilakukan terhadap dokumen mutakhir, sedangkan penggunaan dokumen yang rendah dilakukan terhadap dokumen yang berusia tiga tahun atau lebih. Hartinah (2002 : 1) mengemukakan bahwa ada dua tipe dari keusangan (obsolescence) literatur, yaitu : 1. Obsolescence diachronous merupakan ukuran keusangan literatur dari sekelompok literatur dengan cara memeriksa tahun terbit dari sitiran yang diterima literatur tersebut. Half life atau paro hidup literatur adalah ukuran dari Obsolescence diachronous. 2. Obsolescence synchronous merupakan ukuran keusangan literatur dari sekelompok literatur dengan cara memeriksa tahun terbitan referensi literatur. Median citation age (median umur sitiran) termasuk dalam Obsolescence synchronous. Untuk menghitung paro hidup yaitu mengurutkan semua referensi yang dipergunakan oleh semua dokumen pada masing-masing bidang mulai yang tertua (tahun terkecil) sampai yang terbaru (tahun terbesar) atau sebaliknya. Kemudian dicari median yang membagi daftar referensi yang sudah terurut tersebut menjadi 2 (dua) masing- masing 50 %. Median ini menunjukkan paro hidup literatur pada bidang yang bersangkutan. Antara disiplin ilmu yang satu dengan disiplin ilmu yang lain berbeda waktu paro hidupnya. Hartinah (2002 : 2) menyatakan bahwa paro hidup literatur berdasarkan hasil penelitian di luar negeri adalah :
Universitas Sumatera Utara
Paro hidup untuk ilmu fisika adalah 4,6 tahun ; fisiologi 7,2 tahun ; kimia 8,1 tahun ; botani 10,0 tahun ; matematika 10,5 tahun ; geologi 11,8 tahun ; kedokteran 6,8 tahun ; hukum 12,9 tahun ; dan untuk bidang sosial kurang dari 2 tahun. Sebagai contoh, paro hidup ilmu fisika adalah 4,6 tahun. Apabila suatu dokumen penelitian fisika menggunakan rujukan berusia lebih dari 4,6 tahun dapat dikatakan bahwa referensi yang digunakan telah usang dan hal ini menunjukkan adanya kemiskinan informasi. Faktor yang mempengaruhi paro hidup atau keusangan literatur pada suatu bidang adalah : jumlah penggunaan literatur, jumlah publikasi dalam bidang tersebut, dan jumlah penulis pada bidangnya. Berdasarkan beberapa uraian di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa keusangan literatur dapat digunakan sebagai salah satu indikator untuk mengetahui kemutakhiran dan kecepatan pertumbuhan literatur. Dengan kata lain, dapat dinyatakan bahwa semakin muda usia keusangan literatur suatu bidang ilmu, maka semakin cepat perkembangan ilmu tersebut. Disamping itu, mengkaji tentang pertumbuhan maupun keusangan literatur adalah sangat penting untuk memperkirakan perkembangan literatur yang akan datang.
2.8 Manfaat Analisis Sitiran Dengan menganalisis data rujukan, peneliti dapat mengukur dampak suatu artikel, penulis, publikasi (majalah), dan penerbit. “Semakin tinggi frekuensi suatu artikel dirujuk, makin besar dampaknya bagi perkembangan ilmu dan teknologi” (Elita, 2008 : 10). Analisa data rujukan dapat mambantu peneliti mengetahui jenis dan cakupan topik-topik yang pernah diteliti, sehingga memudahkan pemilihan topik-topik yang akan diteliti. Menurut pendapat Hurt dalam Elita (2008 : 9) “analisis sitiran biasanya dilakukan untuk mengetahui pertumbuhan dan perkembangan literatur pada subjek tertentu yang juga berkolerasi dengan perkembangan subjek tersebut”. Sehingga dari tiap kelompok subjek dapat diketahui kelas subjek yang dominan. Pendapat Suharjan (1995 : 41) dalam Sutardji (2002 : 2) bahwa “daftar pustaka yang terhimpun dalam kelompok-kelompok spesifik dapat pula membantu proses penelitian”.
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan pendapat di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa manfaat analisis sitiran adalah untuk mengetahui pertumbuhan maupun keusangan literatur dengan memeriksa daftar pustakanya yang terhimpun secara spesifik sehingga membantu proses penelitian. Dalam rangka menyediakan sumber informasi berkualitas terutama layanan jurnal tercetak, banyak pustakawan menggunakan kajian analisis sitiran untuk mengevaluasi koleksi yang dimiliki perpustakaan. Penilaian tersebut digunakan untuk mengevaluasi efektivitas program perpustakaan, tingkat kemampuan jasa layanan, mengidentifikasi kelemahan dan kekuatan koleksi. Menurut Richards dalam Marraro (1995 : 5) dari studi frekuensi sitiran yang dikombinasikan dengan kebutuhan program, maka hasilnya dapat dijadikan fungsi dasar pengembangan koleksi yang meliputi : 1. 2. 3. 4.
Identifikasi literatur mengenai kebutuhan akan terbitan baru Pemilihan literatur dan evaluasi koleksi Penarikan literatur yang telah usang Pemeliharaan literatur dan menetapkan prioritas untuk pemeliharaan.
Selain itu, “analisis sitiran dapat diterapkan untuk keperluan praktis seperti untuk menentukan
pengembangan
koleksi,
menentukan
kebijakan
penyiangan,
menentukan anggaran perpustakaan maupun untuk keperluan teoritis seperti sejarah pengetahuan” (Elita, 2008 : 8). Berdasarkan pendapat di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa analisis sitiran merupakan dasar pengembangan koleksi perpustakaan. Menurut Brittain dan Line dalam Beni (1999 : 23) analisis sitiran merupakan jenis penelitian yang dimaksudkan untuk : 1. Mengidentifikasi literatur-literatur inti 2. Mengelompokkan literatur-literatur yang memiliki kesamaan 3. Mengetahui struktur literatur menurut bahasa, usia, negara asal, subjek atau gabungan dari parameter ini 4. Mengetahui pemakaian jenis literatur oleh para penulis 5. Mengetahui rata-rata pertumbuhan literatur 6. Mengetahui rata-rata keusangan literatur 7. Melihat kepengarangan : pengarang tunggal atau pengarang bersama. Menurut Smith dalam Sutardji (2002 : 4) analisis sitiran dapat diterapkan dalam berbagai bidang, yaitu : 1. Kajian literatur, untuk mengetahui pola sitiran dan literatur yang digunakan seperti bentuk literatur, penyebaran subjek literatur, usia
Universitas Sumatera Utara
2.
3.
4. 5. 6.
7.
8.
literatur, bahasa literatur, negara asal penerbit literatur, majalah atau pengarang yang sering disitir Kajian jenis literatur. Analisis sitiran dapat dipakai untuk mengukur penyebaran hasil-hasil penelitian yang dimuat dalam satu jenis literatur tertentu, seperti terbitan pemerintah, disertasi, tesis, dan lain-lain Kajian pemakai. Hal ini dimungkinkan karena analisis sitiran memiliki pendekatan untuk mengetahui informasi yang digunakan oleh pemakai, sehingga dapat diramalkan informasi yang dibutuhkan Kajian sejarah, analisis sitiran dapat digunakan untuk mencari kronologis suatu kejadian Pola komunikasi, analisis sitiran dapat digunakan untuk menggambarkan pola komunikasi ilmiah Evaluasi bibliometrika. Dalam evaluasi bibliometrika, analisis sitiran dapat dipergunakan sebagai alat untuk mengevaluasi dan menginterpretasikan sitiran yang diterima oleh suatu artikel, ilmuwan, negara, dan dipakai sebagai suatu ukuran produktivitas ilmiah Temu kembali informasi. Hubungan-hubungan dalam analisis sitiran sering digunakan dalam pengembangan representasi dokumen dan klasifikasi otomatis dalam sistem temu kembali informasi Pengembangan koleksi. Analisis sitiran dapat digunakan sebagai sarana untuk menentukan kebijakan pengembangan koleksi, khususnya digunakan sebagai dasar atau pedoman dalam melakukan seleksi/pemilihan bahan-bahan koleksi dalam rangka pengadaan serta untuk melakukan penyiangan.
Dari uraian tersebut dapat dilihat bahwa analisis sitiran merupakan kajian yang diterapkan dalam berbagai bidang, antara lain untuk mengetahui karakteristik literatur yang disitir oleh para ilmuwan dan peneliti lain, misalnya untuk mengetahui majalah terpenting dalam bidang tertentu. Pest dalam Elita (2008 : 9) menyatakan bahwa : Analisis sitiran adalah teknik yang dapat diterima untuk mengukur pemanfaatan perpustakaan guna keperluan penelitian, untuk itu analisis sitiran dilakukan bersama dengan kajian sirkulasi. Hasil dari analisis sitiran dapat dijadikan indikator terhadap pemakaian atau penggunaan bahan pustaka, meskipun demikian diperlukan indikator lain seperti data statistik bahan pustaka yang dibaca di tempat, serta statistik sirkulasi peminjaman. Hal ini disebabkan banyak bahan pustaka yang dibaca namun tidak disitir, sebaliknya pengarang kadang hanya menyitir sebagian kecil dari bahan bacaannya. Namun, kajian sitiran tetap layak untuk dijadikan indikator pemakaian literatur di pusat informasi karena sifatnya yang memberikan kenetralan atau tidak menonjol (unobstrusive). Berdasarkan pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa analisis sitiran dapat dijadikan sebagai indikator pemakaian atau penggunaan bahan pustaka. Menurut Weinstock dalam Prawira (2005 : 24) pentingnya studi seperti analisis
Universitas Sumatera Utara
sitiran yang digunakan untuk mengevaluasi koleksi karena sitiran merupakan uraian untuk menemukan keberadaan dokumen tersebut, serta merupakan keterkaitan antara dokumen yang menyitir dengan yang disitir, yang berfungsi sebagai : 1. Memberikan penghormatan kepada pelopor bidang ilmu 2. Mengakui atau memuji hasil karya orang lain 3. Mengidentifikasi metodologi serta peralatan yang digunakan dalam menghasilkan karya tersebut 4. Mengkoreksi pekerjaan sendiri 5. Mengkritik atau mengkoreksi hasil karya orang lain yang telah terbit sebelumnya 6. Memperkuat klaim terhadap suatu penemuan 7. Kesiagaan terhadap penelitian berikutnya 8. Bukti keaslian data 9. Identifikasi penerbitan yang asli dimana suatu gagasan atau konsep telah dibahas 10. Memberikan latar belakang bacaan. Bagi perpustakaan juga dapat menjadi masukan dalam pengembangan koleksi seperti yang dinyatakan oleh Sulistyo-Basuki (2002 : 8) bahwa aplikasi kuantitatif dari bibliometrika yang banyak bermanfaat bagi perpustakaan adalah : 1. Identifikasi literatur inti 2. Mengidentifikasi arah gejala penelitian dan pertumbuhan pengetahuan pada berbagai disiplin ilmu yang berlainan 3. Menduga keluasan literatur sekunder 4. Mengenali kepengarangan dan arah gejalanya pada berbagai subjek 5. Mengukur manfaat SDI dan restropektif 6. Meramalkan arah gejala perkembangan masa lalu, sekarang, dan yang mendatang 7. Mengidentifikasi majalah inti dalam berbagai ilmu 8. Merumuskan garis haluan pengadaan berbasis kebutuhan yang tepat dalam batas anggaran belanja 9. Mengembangkan model eksperimental yang berkolerasi atau melewati model yang ada 10. Menyusun garis haluan penyiangan dan penempatan dokumen di rak secara tepat 11. Memprakarsai sistem jaringan arus ganda yang efektif 12. Mengatur arus masuk informasi dan komunikasi 13. Mengkaji keusangan dan penyebaran literatur ilmiah 14. Meramalkan produktivitas penerbit, pengarang, organisasi, negara atau seluruh disiplin 15. Mendisain pengolahan bahasa automatis untuk auto-indexing 16. Mengembangkan norma pembakuan.
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan
beberapa
penjabaran
teori
di
atas,
penulis
dapat
menyimpulkan bahwa manfaat analisis sitiran adalah mengidentifikasi berbagai literatur, untuk pengembangan koleksi pada perpustakaan, evaluasi bibliometrika, mengkoreksi karya sendiri dan karya orang lain, temu kembali informasi, mengetahui keusangan literatur, kajian sejarah, mengetahui pemakaian bentuk atau jenis literatur, kajian pengarang dan pamakai.
2.9 Cara Penulisan Sitasi Gaya penulisan sitasi berbeda-beda di beberapa tempat, termasuk penulisan urutan informasi tentang referensi. Meskipun penulisan sitasi berbedabeda, namun sitasi tetap merupakan rujukan terhadap suatu buku, artikel halaman web atau publikasi lain dengan rincian yang cukup untuk secara unik mengidentifikasi sumber tersebut. Pencantuman sitasi bibliografis dengan cara yang benar dan konsisten sesuai dengan salah satu standar gaya sitasi (citation style) yang ada merupakan salah satu keharusan yang harus ditaati sebagai suatu tradisi dalam masyarakat akademik. Setiap komunitas disiplin ilmu tertentu menggunakan gaya sitasi yang lazim digunakan dalam komunitas mereka. Namun, ada dua divisi utama yang terdapat pada sebagian besar gaya sitasi, yaitu : Documentary-note style and Parenthetical style. Documentary-note style is the standard form of documenting sources. It involves using either footnotes or endnotes so that information about your sources is readily available to your readers but does not interfere with their reading of your work. In the Parenthetical style, sometimes called the “author-date” style or “in-text” style, references to sources are made in the body of the work itself, through parentheses (Johns, 2004 : 1). Pendapat
di atas mengemukakan bahwa Documentary-note style
merupakan bentuk standar yang mendokumentasikan sumber-sumber informasi, termasuk penggunaan catatan akhir (endnotes) dan catatan kaki (footnotes) sehingga informasi tentang sumber-sumber informasi tersedia bagi pembaca. Sedangkan dalam Parenthetical style kadang-kadang disebut sebagai gaya authordate atau gaya in-text, referensi dari sumber-sumber informasi dibuat pada badan (bagian) dari sitasi tersebut yang ditulis di dalam tanda kurung.
Universitas Sumatera Utara
Dengan demikian, penulis dapat menyimpulkan bahwa pada umumnya ada dua divisi yang terdapat pada sebagian besar gaya sitasi, yang pertama mendokumentasikan sumber-sumber informasi pada catatan akhir (endnotes) dan catatan kaki (footnotes) dan yang kedua adalah mendokumentasikan atau mencantumkan sumber-sumber informasi pada badan (bagian) dari sitasi tersebut yang dibuat dalam tanda kurung. Kedua gaya penulisan sitasi tersebut memang berbeda, namun tetap memberikan tujuan yang sama, yaitu memberikan informasi tentang sumber-sumber sitiran kepada pembaca yang membutuhkannya. Keterangan isi sitasi dari berbagai jenis karya berbeda-beda. Berikut adalah isi sitasi dari beberapa jenis karya, yaitu : 1. Buku : pengarang, judul buku, tempat terbit, penerbit, dan tahun publikasi 2. Jurnal : pengarang, judul artikel, judul jurnal, volume, tahun publikasi dan nomor halaman 3. Karya di internet : URL dan tanggal karya tersebut diakses (Siregar, 1999 : 1). Ada beberapa gaya siatasi yang dibuat dan diterbitkan oleh berbagai asosiasi atau individu yang digunakan oleh para penulis. Namun, lebih baik jika para penulis menggunakan salah satu gaya sitasi tersebut secara konsisten. Menurut Siregar (1999 : 1) beberapa gaya sitasi tersebut dapat diuraikan sebagai berikut : 1. Chicago Style, semua bidang 2. Turabian Style, semua bidang 3. MLA (Modern Language Association), kesusasteraan, seni, dan humaniora 4. APA (American Psychological Association), psikologi, pendiddikan, dan ilmu-ilmu sosial lainnya 5. AMA (American Medical Association ), kedokteran, kesehatan, dan biologi 6. NLM (National Library of Medicine) 7. ACS (American Chemical Society) 8. APSA (American Political Science Association), politik 9. CBE (Council of Biology Editors) 10. IEEE Style 11. ASA (American Sociological Association) 12. Columbia Style 13. MHRA (Modern Humanities Research).
Universitas Sumatera Utara
Selanjutnya, Siregar (1999 : 2) menyebutkan bahwa sebagai perbandingan, ada beberapa contoh cantuman bibliografi yang dibuat berdasarkan beberapa gaya sitasi, yaitu : 1. Buku (Monograf) a. Chicago Okuda, Michael, and Denise Okuda. 1993. Star Trek Chronology : The history of the future. New York : Pocket Books. b. Turabian Okuda, Michael, and Denise Okuda. Star Trek Chronology: The history of the future. New York: Pocket Books. 1993. c. MLA Okuda, Michael, and Denise Okuda. Star Trek Chronology: The history of the future. New York: Pocket Books, 1993. d. APA Okuda, M, & Okuda, D. (1993). Star Trek Chronology: The history of the future. New York: Pocket Books. e. AMA Okuda M, Okuda D. Star Trek Chronology: The history of the future. New York: Pocket Books; 1993. f. NLM Okuda M, Okuda D. Star Trek Chronology: The history of the future. New York: Pocket Books; 1993. 2. Artikel Jurnal a. Chicago Wilcox, Rhonda V. 1991. Shifting roles and synthetic women in Star Trek: The Next Generation. Studies in Popular Culture 13(2): 53-65. b. Turabian Wilcox, Rhonda V. “Shifting Roles and Synthetic Women in Star Trek: The Next Generation”. Studies in Popular Culture 13(April 1991): 53-65. c. MLA Wilcox, Rhonda V. “Shifting Roles and Synthetic Women in Star Trek: The Next Generation”. Studies in Popular Culture 13.2 (1991): 53-65. d. APA Wilcox, Rhonda V (1991). Shifting roles and synthetic women in Star Trek: The Next Generation. Studies in Popular Culture 13(2), 53-65. e. AMA Wilcox, RV. Shifting roles and synthetic women in Star Trek: The Next Generation. Studies in Popular Culture. 1991; 13: 53-65. f. NLM Wilcox, RV. Shifting Roles and Synthetic Women in Star Trek: The Next Generation. Studies in Popular Culture 1991 13(2): 53-65.
Universitas Sumatera Utara
3. Situs Web a. Chicago Lynch, Tim. 1996. Review of DS9 trials and trible-ations. Psi Phi: Bradley’s Science Fiction Club. http://www.bradley.edu/campusorg/psiphi/DS9/ep/503r.ht ml/ (accessed October 8, 1997). b. Turabian Lynch, Tim. DSN Trials and trible-ations review.1996. Available from Psi Phi: Bradley’s Science Fiction Club. http://www.bradley.edu/campusorg/psiphi/DS9/ep/503r.ht ml/. Accessed October 8, 1997. c. MLA Lynch, Tim. “DSN Trials and Trible-ations Review”. Psi Phi: Bradley’s Science Fiction Club. 1996. Bradley University. 8 Oct. 1997. http://www.bradley.edu/campusorg/psiphi/DS9/ep/503r.ht ml/. d. APA Lynch, Tim. (1996). DS9 trials and trible-ations review. Retrieved October 8, 1997, from Psi Phi: Bradley’s Science Fiction Club. Website:http://www.bradley.edu/campusorg/psiphi/ DS9/ep/503r.html/. e. AMA Lynch, Tim. DSN Trials and trible-ations review. Psi Phi: Bradley’s Science Fiction Club. Website 1996. Available at:http://www.bradley.edu/campusorg/psiphi/DS9/ep/503r. html/. Accessed October 8, 1997. Berdasarkan beberapa gaya sitasi di atas, penulis mengemukakan bahwa setiap orang maupun lembaga/instansi haruslah konsisten dalam penulisan gaya sitasi agar memudahkan pembaca di dalam memahami referensi yang digunakan dalam penulisan karya ilmiahnya.
Universitas Sumatera Utara