25
BAB II KAJIAN TEORITIS
A. KAJIAN PUSTAKA 1. Perkembangan Televisi di Indonesia Globalisasi media massa berawal pada kemajuan teknologi komunikasi dan informasi sejak 1970-an. Pada masa itulah, muncul istilah seperti banjir komunikasi, era informasi. Arus informasi meluas ke seluruh dunia, globalisasi informasi dan media massa menciptakan keseragaman pemberitaan maupun liputan. Pada akhirnya, sistem media masing – masing negara cenderung sama dalam menentukan kejadian yang dianggap penting untuk diliput. Peristiwa yang terjadi di suatu negara, akan segera mempengaruhi perkembangan masyarakat di negara lain. Dengan kata lain, dunia kini telah menjadi global village. Globalisasi informasi dan komunikasi setiap media massa, melahirkan efek sosial yaitu perubahan nilai – nilai sosial dan budaya manusia. Pada hakikatnya, media televisi lahir karena perkembangan teknologi. Bermula dari ditemukannya electrische teleskop sebagai perwujudan gagasan seorang mahasiswa dari Berlin ( Jerman Timur ) bernama Paul Nipkov pada tahun 1883 - 1884, untuk mengirim gambar melalui udara dari satu tempat ke tempat lain. Akhirnya Nipkov diakui sebagai “bapak” televisi. Sebagai media massa yang muncul setelah
26
media cetak, televisi sendiri lahir setelah adanya beberapa penemuan teknologi, seperti telepon, telegraf, fotografi ( yang bergerak dan tidak bergerak ) serta rekaman suara. Televisi lahir dengan memanfaatkan semua media yang sudah ada sebelumnya. Televisi mempunyai sifat yang istimewa 13 karena merupakan gabungan dari media dengar dan gambar yang bisa bersifat politis, informatif, hiburan, dan pendidikan, atau bahkan gabungan dari ketiga unsur tersebut. Televisi menciptakan suasana tertentu, yaitu para pemirsanya dapat melihat sambil duduk santai tanpa kesengajaan untuk menyaksikannya. Penyampaian isi pesan seolah – olah langsung antara komunikator dan komunikan. Informasi yang disampaikan oleh televisi akan mudah dimengerti karena terdengar secara audio dan terlihat secara visual. Hal terpenting dalam sejarah perkembangan televisi ialah ketatnya peraturan, pengendalian, atau pemberian izin yang dilakukan pihak penguasa. Semula keadaan tersebut didasari oleh pertimbangan yang menyangkut kepentingan negara. Di wilayah mana pun, terlepas dari sangat eratnya hubungan antara televisi dan pihak penguasa ( atau bahkan justru karena adanya kenyataan itu ), televisi boleh dikatakan tidak dapat menikmati kebebasan atau hak – hak untuk menyatakan pendapat dan bertindak tanpa ketergantungan politis.
14
Dengan
teknologi televisi yang ada sekarang ini, batas – batas negara pun tidak 13
Skomis 1965 dalam Wawan Kuswandi, Komunikasi Massa Sebuah Analisis Media Televisi ( Jakarta: Rineka Cipta, 1996 ), hlm. 8. 14 Ibid, hlm. 7.
27
lagi merupakan hal yang sulit untuk diterjang, melainkan begitu mudah untuk diterobos. Karena itu, bila informasi media televisi dari berbagai belahan dunia tidak terkontrol maka akan menimbulkan efek yang cukup besar. Media televisi bersifat “ transitory “ ( hanya meneruskan ). Oleh karena itu pesan – pesan yang disampaikan melalui televisi, hanya dapat didengar dan dilihat secara sekilas. Pesan – pesan di televisi bukan hanya didengar, tetapi juga dapat dilihat dalam gambar yang bergerak ( audiovisual ). Paradigma Lasswell yang berbunyi “ Who, says what, to whom, in which channel, and with what effect”, secara tegas memperlihatkan bahwa dalam setiap pesan yang disampaikan televisi mempunyai tujuan khalayak sasaran serta mengakibatkan umpan balik, baik secara langsung maupun tidak langsung. Masuknya televisi di Indonesia ( Jakarta ) pada tahun 1962. Peresmian penyiaran televisi oleh Presiden Soekarno pada tanggal 24 Agustus 1962, dan televisi yang pertama muncul adalah TVRI. Semakin lama, jumlah pesawat televisi yang ada di Jakarta meningkat pesat. Dengan budaya tontonan di Indonesia semakin meluas serta banyaknya media televisi, maka tak dapat dihindari, globalisasi sudah masuk sampai ke tingkat masyarakat terkecil ( RT / RW ). Tidak ada negara di dunia ini yang sanggup menahan arus globalisasi. Dunia pertelevisian di Indonesia berkembang pesat, terbukti dengan
28
bermunculannya televisi swasta, seperti RCTI, SCTV, TPI, ANTV serta deregulasi pertelevisian Indonesia oleh pemerintah, sejak tanggal 24 Agustus 1990. Dengan demikian, semakin marak persaingan media televisi di Indonesia. Hal ini akan membawa pengaruh pada pemasangan iklan di media televisi. Media televisi sebagaimana media massa lainnya, berperan sebagai alat informasi, hiburan, kontrol sosial, dan penghubung wilayah secara geografis. Bersamaan dengan jalannya proses penyampaian isi pesan media televisi kepada pemirsa, maka isi pesan itu juga akan diinterpretasikan secara berbeda – beda menurut visi pemirsa. Serta dampak yang ditimbulkan juga beraneka macam. Hal ini terjadi karena tingkat pemahaman dan kebutuhan pemirsa terhadap isi pesan acara televisi berkaitan erat dengan status sosial ekonomi serta situasi dan kondisi pemirsa pada saat menonton televisi. Jadi efektif tidaknya isi pesan, tergantung dari situasi dan kondisi pemirsa dan lingkungan sosialnya.
2. Perkembangan Sinetron di Indonesia a. Definisi Sinetron Televisi sebagai sebuah “supermarket“ yang menyajikan tontonan bervariasi dan yang selalu haus terhadap audience rating setinggi – tingginya, memaksanya untuk bertindak, memproduksi, dan menayangkan tayangan yang dapat dinikmati semua kalangan,
29
mulai kalangan kelas atas sampai kelas bawah, baik laki – laki maupun perempuan, dari segala usia, serta dari berbagai ras dan suku bangsa. Pemirsa televisi dihadapkan pada banyaknya alternatif tontonan, seperti tayangan film – film asing, acara musik, berita, sinetron. Dan dari sekian banyak acara yang ada di televisi, paket acara yang paling terkenal, menjadi andalan dan selalu mendapat sambutan hangat pemirsa dari semua kalangan, yaitu sinetron. Sinetron merupakan istilah populer dari sinema elektronik. Sinetron adalah sandiwara bersambung yang disiarkan oleh stasiun televisi. Dalam bahasa Inggris, sinetron disebut soap opera ( opera sabun ). Dan dalam bahasa Spanyol, sinetron biasa disebut telenovela. Sebelum tayangan sinetron menjamur seperti saat ini, telenovela terlebih dahulu ditayangkan di stasiun televisi di Indonesia. Namun kini, telenovela tidak lagi ditayangkan dan Indonesia mempunyai tayangan sendiri yang merupakan hasil produksi dalam negeri, yaitu sinetron.15 Sinetron merupakan wacana atau tiruan dari realitas sosial nyata. Sinetron menyajikan versi persepsi – persepsi dan hubungan – hubungan sosial terkini, mengandung pesan – pesan respon terhadap perubahan persepsi – persepsi dan hubungan – hubungan sehingga audience menjadi sadar atas adanya pilihan – pilihan
15
Abdul Aziz Saefudin, Republik Sinetron ( Yogyakarta: Leutika, 2010 ), hlm. 22-23.
30
ganda yang kontradiktif. Sinetron disajikan secara sekilas, bertutur dalam bingkai episodik, konkret, dan dengan cara yang dramatis. Makna – makna hadir secara kontras dan menyamaratakan makna tanda – tanda ( sign ) yang saling bertentangan dengan menggunakan logika ucapan dan visual.16 b. Kehadiran Sinetron di Indonesia Awal munculnya sinetron di Indonesia yaitu semenjak bergulirnya regulasi pemerintah tentang pertelevisian, yang menjadikan televisi swasta di Indonesia banyak sekali berdiri. Pemodal swasta berlomba – lomba untuk mengembangkan bisnis ke media televisi. Pertumbuhan televisi swasta juga dipengaruhi oleh perilaku pemirsa di Indonesia yang merasa jenuh dengan program acara yang dimonopoli oleh televisi milik pemerintah ( TVRI ), karena acara – acara yang ditayangkan banyak mengedepankan propaganda politik pemerintah saja, dan kurang memenuhi porsi acara hiburan yang diinginkan pemirsa. Akhirnya, pada masa 90-an stasiun – stasiun televisi swasta bersaing untuk menyajikan tayangan yang digemari oleh pemirsa dengan menayangkan acara yang dapat menyedot iklan besar. Biaya yang dikeluarkan untuk memproduksi acara atau sebuah film secara mandiri sangat mahal, maka stasiun televisi swasta mengambil kebijakan dengan mengimpor film – film luar 16
Muh. Labib, Potret Sinetron Indonesia Antara Realitas Virtual dan Realitas Sosial ( Jakarta: MU:3 Books, 2002 ), hlm. 23 – 24.
31
negeri yang biaya sewanya lebih murah dibanding dengan memproduksi sendiri. Hal itu mengakibatkan masyarakat Indonesia menggemari film luar negeri yang diimpor tersebut. Secara tidak langsung, muatan film – film yang sangat berbeda dengan budaya bangsa Indonesia itu memberikan pengaruh kurang positif bagi perilaku masyarakat Indonesia. Hal ini membuat pemerintah mengeluarkan regulasi tentang pembatasan jumlah produk impor yang ditayangkan televisi swasta. Regulasi itu ternyata belum bisa membuat televisi swasta mudah menampilkan produk lokal dalam acaranya, karena produk lokal misalnya sinetron belum menjadi industri seperti sekarang ini. Berbeda dengan kondisi sekarang, semua stasiun televisi swasta dapat menampilkan sinetron sebagai acara andalannya. Televisi swasta banyak menjalin kerja sama dengan rumah produksi ( PH ) yang sekarang banyak didirikan. Dengan demikian produksi sinetron di Indonesia sangat besar dan hanya tinggal memilih sinetron – sinetron yang ingin ditayangkan di hadapan pemirsanya. Kehadiran sinetron merupakan satu bentuk aktualisasi komunikasi dan interaksi manusia yang diolah berdasarkan alur cerita, untuk mengangkat permasalahan hidup manusia sehari – hari, dengan kata lain pesan sinetron dapat mewakili aktualitas kehidupan masyarakat dalam realitas sosialnya. Banyaknya
32
sinetron yang menggambarkan sisi – sisi sosial dan moral dalam kehidupan masyarakat, tentu sangat bermanfaat bagi pemirsa dalam menentukan sikap. Pesan – pesan sinetron terkadang terungkap secara simbolis dalam alur ceritanya. Ada beberapa faktor yang membuat sinetron disukai, yaitu :17 1. Isi pesannya sesuai dengan realitas sosial pemirsa 2. Isi pesannya mengandung cerminan tradisi nilai luhur dan budaya masyarakat ( pemirsa ) 3. Isi pesannya lebih banyak mengangkat permasalahan atau persoalan yang terjadi dalam kehidupan masyarakat. Untuk membuat sinetron, ada dua hal yang cukup penting dan perlu diperhatikan, yaitu : 1. Terdapat permasalahan sosial dalam cerita sinetron yang mewakili realitas sosial dalam masyarakat. 2. Menyelesaikan permasalahan yang terjadi dalam sinetron secara positif dan responsif ( ending cerita ). Ciri – Ciri Sinetron :18 1.
Karena tak pernah langsung memilih ( dari jenis sinema, judul, hingga jadwal waktu ), jenis penonton tayangan sinetron lebih beragam : macam tingkat ekonominya, intelektualitasnya, dan kategorisasi lainnya.
17
Wawan, Komunikasi Massa..., hlm. 130. Veven Sp Wardhana, Kapitalisme Televisi dan Strategi Budaya Massa ( Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1997 ), hlm. 279-280. 18
33
2.
Sinetron harus memancing pemirsanya pada menit – menit awal atau dalam menit – menit tertentu irama kisah tidak dibiarkan berlama – lama untuk sampai pada jeda, agar pemirsa tetap terpaku untuk tidak lari ke paket acara lain.
3.
Tetap mengacu pada layar kaca televisi itu, termasuk ukuran incinya,
terlalu
riskan
bagi
sinema
televisi
untuk
mempergunakan teknik long shot. 4.
Batasan sinetron lebih ditentukan oleh idiom dan dinamika medium televisi dan elektronik itu sendiri dari pada oleh jenis pita perekamnya.
c. Tujuan Sinetron Sinetron juga pada intinya mempunyai tujuan tertentu yakni bertujuan memberikan pendidikan dan hiburan : 1. Tujuan pendidikan Sebagai media komunikasi massa, sinetron juga merupakan
sarana
menyampaikan
yang
pendidikan.
dapat Nilai
dimanfaatkan
untuk
pendidikan
sebuah
sinetron bermakna semacam pesan – pesan moral yang ditampilkan dalam adegannya. Hampir semua sinetron mengajari atau memberi tahu tentang sesuatu, misalnya
34
seseorang dapat belajar cara bergaul dengan orang lain, bertingkah laku, melalui sinetron yang disaksikan.19 Paket sinetron yang tampil di televisi adalah salah satu bentuk untuk mendidik masyarakat dalam bersikap dan berperilaku yang sesuai dengan tatanan norma dan nilai budaya masyarakat setempat. Secara otomatis isi pesan yang terungkap secara simbolis dalam paket sinetron, berwujud
kritik
sosial
terhadap
penyimpangan
–
penyimpangan yang terjadi dalam masyarakat. Berakibat fatal apabila isi pesan sinetron berlawanan dengan kondisi sosial, yakni pemirsa tidak mendapatkan manfaat secara khusus bagi kehidupannya, menyangkut aspek hubungan dan pergaulan sosial. 2. Tujuan hiburan Pada kenyataannya tayangan sinetron merupakan salah satu hiburan yang murah meriah dan mudah untuk seluruh kalangan. Nilai hiburan dalam sebuah sinetron sangat penting, jika sebuah sinetron tidak dapat menarik perhatian pemirsanya dan bosan dengan jalan ceritanya dari awal sampai akhir, sinetron tersebut terancam gagal. Sinetron di sisi lain juga banyak menginspirasi seseorang yang menonton, namun keberadaan sinetron yang
19
Wawan, Komunikasi Massa..., hlm. 133.
35
ada saat ini sepertinya lebih banyak menginspirasi seseorang untuk berbuat kurang baik. Adegan perkelahian dalam menyelesaikan masalah, percintaan yang terlalu vulgar, dan perilaku buruk lainnya terkadang tanpa disadari banyak terdapat dalam sinetron. 20 Bila dicermati, akibat yang muncul dari sinetron tersebut sangat mengerikan. Seseorang menjalani kehidupannya, tidak seluruhnya seperti yang terdapat pada sinetron. Ada beberapa yang benar, namun tidak sedikit yang tidak rasional.
d. Proses Penayangan Sinetron Terkait dengan proses penayangannya, sinetron biasanya ditayangkan per episode. Satu episode berdurasi sekitar satu hingga dua jam. Tentunya durasi tersebut diselingi dengan iklan. Dan terkait dengan episode nya, sebuah sinetron dapat hadir di hadapan pemirsa dengan berpuluh – puluh atau beratus – ratus episode. Durasi sinetron yang sangat panjang bergantung pada rating nya. Semakin tinggi rating yang diperoleh sebuah sinetron, maka jam tayangnya juga semakin bertambah. Dengan kata lain, semakin banyak episode yang dihadirkan dan masa tayangnya menjadi semakin panjang.21
20 21
Abdul Aziz, Republik Sinetron..., hlm. 5. Ibid, hlm. 24-25.
36
Sinetron juga ditayangkan berdasarkan jam tayang tertentu. Jam tayang ( prime time ) menunjukkan waktu yang cukup menguntungkan bagi sisi bisnis iklan sebab pada jam – jam tertentu, televisi menjadi tontonan yang sangat menyenangkan pemirsanya. Jam tayang ( prime time ) terbagi dalam tiga kelompok : 1. Prime time A antara pukul 19.30 – 21.30 2. Prime time B antara pukul 18.00 – 19.00 3. Prime time C antara pukul 21.30 – 23.30 Prime time A merupakan jam tayang yang biasanya digunakan stasiun televisi untuk menayangkan acara andalannya, seperti sinetron. Sinetron mempunyai banyak penggemar karena pada saat prime time A tersebut relatif masyarakat sedang bersantai menonton televisi. Hampir sebagian besar program acara yang dihadirkan televisi swasta lebih banyak tayangan sinetronnya dibandingkan acara lainnya. Karena memang televisi banyak mendapat keuntungan
dari
tayangan
sinetron.
Pemasukannya
cukup
menggiurkan dari banyaknya iklan yang mensponsori penayangan sinetron tersebut, apalagi jika sinetron yang ditampilkan banyak penggemarnya atau ratingnya tinggi.
37
e. Jenis – Jenis Sinetron Berdasarkan penayangannya, terdapat empat kategori jenis sinetron, yaitu : 1. Sinetron seri, yaitu sinetron yang memiliki banyak episode tetapi masing – masing episode tidak memiliki hubungan sebab akibat. 2. Sinetron serial, kebalikan dengan sinetron seri, sinetron serial memiliki sebab akibat dalam tiap episodenya. 3. Sinetron mini seri, yaitu sinetron yang memiliki durasi lebih pendek dan langsung selesai. 4. Sinetron lepas, yaitu sinetron yang terdiri dari satu episode yang jalan ceritanya sudah langsung selesai. Berdasarkan tema cerita, sinetron dibagi dalam dua kategori : 1. Sinetron drama Yaitu komposisi atau kisah, syair lagu – lagu yang diharapkan dapat menggambarkan kehidupan dan watak melalui tingkah laku (akting) atau dialog yang melibatkan konflik atau emosi yang dikemas secara khusus untuk ditayangkan di televisi. Sinetron drama ini dibagi menjadi :
38
1. Sinetron drama komedi merupakan sinetron drama yag berisi kelucuan – kelucuan yang mengajak pemirsa tertawa. 2. Sinetron drama rumah tangga merupakan sinetron drama yang mengangkat masalah – masalah dalam rumah tangga. 3. Sinetron drama misteri merupakan sinetron drama yang mengkisahkan masalah misteri atau menceritakan situasi yang mencekam. 4. Sinetron drama religi merupakan sinetron drama yang mengangkat nilai – nilai keagamaan.
2. Sinetron laga Sinetron yang banyak menceritakan dan mengisahkan perkelahian sebagai menu utamanya. Cerita hanya semacam alur pengatur dari satu arena perkelahian ke arena perkelahian yang lain. Untuk menurunkan irama ketegangan selalu diselingi komedi. Umumnya yang digunakan adalah jenis komedi slapstik ( komedi yang bersifat fisikal ) atau jenis komedi kekonyolan. Sinetron laga dibagi menjadi :22
22
Muh. Labib, Potret Sinetron..., hlm. 85.
39
1. Sinetron laga misteri kolosal yaitu sinetron yang mengangkat pertarungan – pertarungan dengan tema misteri dengan pemeran dalam jumlah yang besar. 2. Sinetron laga drama yaitu drama yang mengangkat pertarungan – pertarungan dengan setting masa kini. Berdasarkan usia pemirsanya, sinetron dibedakan menjadi : 1. Sinetron anak Sinetron yang ditujukan untuk pemirsa anak – anak. 2. Sinetron remaja Sinetron yang bercerita tentang kehidupan remaja dan ditujukan untuk usia remaja. 3. Sinetron dewasa Sinetron yang mengandung cerita dan adegan yang hanya ditujukan bagi pemirsa dewasa. 4. Sinetron keluarga Sinetron dengan pemeran seluruh anggota keluarga ( anak – anak, remaja, ayah, ibu, kakek, nenek ) dan boleh ditonton oleh segala usia
Adapun sinetron yang sedang bermunculan di televisi saat ini adalah sinetron mengenai Tuhan, yang biasa disebut dengan sinetron bertema religius. Sinetron ini menceritakan mengenai pertentangan antara sifat buruk melawan kebaikan atau sifat jahat
40
melawan kebenaran melalui ajaran agama tertentu. Tujuan dari cerita ini, di samping karena faktor bisnis, yaitu untuk meningkatkan moral religius masyarakat dalam kehidupan sehari – hari sehingga pada proses penayangannya di layar kaca, nuansa dakwah tentang kebenaran, kebaikan, dan ketuhanan terwujud dalam setiap jalan ceritanya. Ciri utama sinetron religi tercermin pada pemilihan judul dan nama programnya. Sinetron – sinetron tersebut menggunakan judul atau nama program yang menggunakan istilah agama tertentu, terutama istilah dalam agama Islam. Selain itu, karakter atau penokohan yang diperankan oleh para aktor dan aktris adalah seorang yang mempunyai karakter religius, seperti ustadz, kiai, santri, atau seorang tokoh yang berpenampilan sangat religius baik dalam berpakaian, bertutur, maupun dalam beraktivitas ( ibadah ).23
3. Pondok Pesantren Pondok pesantren disebut sebagai lembaga pendidikan Islam, karena merupakan lembaga yang berupaya menanamkan nilai – nilai Islam di dalam diri para santri. Sebagai lembaga pendidikan Islam, pesantren memiliki karakteristik yang berbeda dibandingkan dengan lembaga – lembaga pendidikan yang lain.
23
Ibid, hlm. 37.
41
a. Sejarah Pertumbuhan Pesantren Pesantren pertama kali dirintis oleh Syaikh Maulana Malik Ibrahim pada 1399 M yang berfokus pada penyebaran Islam di Jawa. Selanjutnya mulai dikembangkan oleh Raden Rahmat atau Sunan Ampel dengan mendirikan pesantren pertama kali dan diteruskan oleh putra dan santri Sunan Ampel yang mendirikan beberapa pesantren baru. Pada awal kemunculan pondok pesantren, para santri ditampung dan difasilitasi di rumah kiai. Rumah kiai, selain sebagai tempat tinggal, di masa – masa awal dijadikan pula sebagai pusat kegiatan ibadah dan pendidikan. Karena semakin banyaknya masyarakat yang datang ke rumah kiai tersebut, maka tidak memadai lagi rumah kiai untuk menampung para santri. Maka dari itu muncul inisiatif untuk mendirikan langgar atau masjid yang akan dijadikan pusat kegiatan ibadah dan belajar sehari – hari, serta terdapat pondok untuk tempat tinggal para santri. Untuk selanjutnya, kiai dan santri membuat beberapa kesepakatan terkait pendidikan, pengajaran, dan tata cara kehidupan sehari – hari di dalam pesantren. Berdasarkan hasil penelitian LP3ES, bahwa awal mula pesantren berawal dari pengakuan suatu kalangan di suatu lingkungan masyarakat tertentu akan kesalehan seorang ulama sekaligus penguasaannya di bidang agama. Pengakuan itulah yang
42
menjadi
alasan
banyak
penduduk
di
lingkungan
tersebut
mendatanginya. Masyarakat itu menyebut ulama sebagai “kiai” dan yang berguru pada ulama tersebut bernama “santri”.24 b. Tujuan dan Fungsi Pesantren Fungsi pesantren pada awalnya hanyalah sebagai media Islamisasi yang memadukan tiga unsur yaitu ibadah untuk menanamkan iman, tabligh untuk menyebarkan Islam, dan ilmu serta amal untuk mewujudkan kegiatan sehari – hari dalam kehidupan bermasyarakat.25 Tujuan pendidikan pesantren tidak semata – mata untuk memperkaya pikiran murid dengan penjelasan – penjelasan, tetapi untuk meninggikan moral, melatih, dan mempertinggi semangat, menghargai nilai – nilai spiritual dan kemanusiaan, mengajarkan sikap dan tingkah laku yang jujur dan bermoral, dan menyiapkan para murid untuk hidup sederhana dan bersih hati. Setiap murid diajar agar menerima etik agama di atas etik – etik yang lain. Tujuan pendidikan pesantren bukanlah untuk mengejar kepentingan kekuasaan, uang, dan keagungan duniawi tetapi ditanamkan kepada mereka bahwa belajar adalah semata – mata kewajiban dan pengabdian kepada Tuhan. Di antara cita – cita pendidikan pesantren adalah latihan untuk dapat berdiri sendiri dan membina diri agar tidak 24
Sudjoko Prasodjo, Profil Pesantren ( Jakarta: LP3ES, 1974 ), hlm. 11. Abdul Halim Soebahar, Modernisasi Pesantren ; Studi Transformasi Kepemimpinan Kiai dan Sistem Pendidikan Pesantren ( Yogyakarta: LkiS, 2013 ), hlm. 33-34. 25
43
menggantungkan sesuatu kepada orang lain kecuali kepada Tuhan. Para kyai selalu menaruh perhatian dan mengembangkan watak pendidikan individual. Murid dididik sesuai dengan kemampuan dan keterbatasan dirinya. Anak – anak yang cerdas dan memiliki kelebihan kemampuan daripada yang lain diberi perhatian istimewa dan selalu didorong untuk terus mengembangkan diri dan menerima kuliah pribadi secukupnya. Murid – murid juga diperhatikan tingkah laku moralnya secara teliti. Murid ditanamkan kewajiban
dan
tanggungjawab
untuk
melestarikan
dan
menyebarkan pengetahuan mereka tentang Islam kepada orang lain, mencurahkan waktu dan tenaga untuk belajar terus menerus sepanjang hidup.26
c. Komponen Pesantren Setiap pesantren berproses dan berkembang dengan cara yang berbeda – beda di berbagai tempat, baik dalam bentuk maupun kegiatan – kegiatannya. Namun di antara perbedaan tersebut, masih ada kesamaan pola. Persamaan pola itu dibedakan dalam dua segi yaitu segi fisik dan segi non fisik. Segi fisik terdiri dari empat komponen pokok yang selalu ada pada setiap pondok pesantren : (a) kyai sebagai pemimpin, pendidik, guru, dan panutan, (b) santri sebagai peserta didik atau
26
Zamakhsyari, Tradisi Pesantren..., hlm. 21-22.
44
siswa, (c) masjid sebagai tempat penyelenggaraan pendidikan, pengajaran, dan peribadatan, (d) pondok sebagai asrama untuk mukim santri. Adapun yang non fisik adalah pengajian ( pengajaran agama ). Pengajian ini disampaikan dengan berbagai metode yang secara umum nyaris seragam, yaitu standarisasi kerangka sistem nilai baik dan buruk yang menjadi standar kehidupan dan perkembangan pondok pesantren.27 Adapula yang menitikberatkan komponen non fisik pada pengajaran kitab – kitab Islam klasik, pasalnya tanpa pengajaran kitab – kitab Islam klasik tersebut, pesantren dapat dianggap tidak asli lagi. Jadi lima elemen dasar pesantren, yaitu kyai, santri, pondok, masjid, dan pengajaran kitab – kitab Islam klasik.28
d. Tipologi Pesantren Secara garis besar, tipologi pesanren bisa dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu salafiyah ( tradisonal ) dan khalafiyah ( modern ).29 1. Salafiyah adalah tipe pesantren yang hanya mengajarkan ilmu – ilmu agama Islam atau kitab klasik yang ditulis para ulama terdahulu. Metode pengajaran yang digunakan hanyalah metode
27
A. Mukti Ali, Beberapa Persoalan Agama Dewasa Ini ( Jakarta: Rajawali, 1987 ), hlm. 73-
28
Zamakhsyari, Tradisi Pesantren..., hal. 43-44. Ibid, hlm. 41-42.
74 29
45
bandongan, sorogan, hafalan, dan musyawarah. Pesantren salafiyah adalah model pesantren yang muncul pertama kali. Pesantren ini biasanya berada di pedesaan, sehingga warna yang muncul adalah kesederhanaan, kebersahajaan, dan keikhlasan yang murni. 2. Khalafiyah adalah tipe pesantren modern, yang di dalamnya mengajarkan ilmu – ilmu agama Islam dan ilmu – ilmu pengetahuan umum, tetapi masih tetap mengajarkan kitab – kitab klasik seperti pesantren salafiyah. Pola kepemimpinan pesantren tipe ini biasanya kolektif – demokratis, sehingga tugas dan wewenang telah dideskripsikan secara jelas, sehingga tidak ada pemusatan keputusan pada figur seorang kiai. Seiring perkembangan zaman, pesantren juga harus mau beradaptasi dan mengadopsi pemikiran – pemikiran baru yang berkaitan dengan sistem pendidikan yang meliputi banyak hal, misalnya tentang kurikulum, pola kepemimpinan yang demokratis – kolektif. Walaupun perubahan tersebut kadang tidak dikehendaki karena akan berpengaruh terhadap eksistensi kiai sendiri, misalnya pergeseran kehormatan dan pengaruh kepemimpinan.30
30
M. Syaifuddien Zuhriy, Budaya Pesantren dan Pendidikan Karakter Pada Pondok Pesantren Salaf ( Walisongo, Volume 19, Nomor 2, November 2011 ), hlm. 291-292.
46
e. Pola Kehidupan di Pesantren Pola kehidupan pesantren termanifestasikan dalam istilah “ pancajiwa “ yang di dalamnya memuat “ lima jiwa “ yang harus diwujudkan dalam proses pendidikan dan pembinaan karakter santri. Kelima jiwa tersebut adalah : 1. Jiwa Keikhlasan Perasaan semata – mata untuk beribadah yang sama sekali tidak dimotivasi oleh keinginan memperoleh keuntungan – keuntungan tertentu. Jiwa ini tampak pada kiai, ustadz dan ustadzah, juga para santri. Dari sini kemudian tercipta suasana harmonis antara kiai yang disegani dan santri yang menaati. Oleh karena belajar dianggap sebagai ibadah, maka dapat menimbulkan :31 (a). Berlama – lama di pesantren tidak pernah dianggap sebagai suatu masalah, (b). Keberadaan ijazah sebagai tanda tamat belajar tidak terlalu dipedulikan, dan (c). Lahirnya budaya restu kiai yang terus bertahan hingga saat ini. 2. Jiwa Kesederhanaan Kehidupan di pesantren diliputi suasana kesederhanaan yang bersahaja, mengandung unsur kekuatan hati, ketabahan, dan pengendalian diri di dalam menghadapi berbagai macam rintangan hidup sehingga diharapkan akan terbit jiwa besar, berani, bergerak maju, dan pantang mundur dalam segala
31
Abdul Halim, Modernisasi Pesantren..., hlm. 45.
47
keadaan. Di sinilah awal tumbuhnya kekuatan mental dan karakter yang menjadi syarat bagi suksesnya suatu perjuangan dalam segala bidang kehidupan. 3. Jiwa Kemandirian Seorang santri harus belajar mengurus keperluannya sendiri, melainkan telah menjadi semacam prinsip bahwa sedari awal pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam tidak pernah menyandarkan kelangsungan hidup dan perkembangannya pada bantuan dan belas kasihan pihak lain. Dilihat dari sejarah pertumbuhannya, pesantren kebanyakan dirintis oleh kiai dengan hanya mengandalkan dukungan dari santri dan masyarakat sekitar. Jiwa kemandirian adalah sebuah pondasi utama bagi perintisan pesantren. 3. Jiwa Ukhuwah Islamiyah Suasana kehidupan pesantren selalu diliputi semangat persaudaraan yang sangat akrab sehingga susah dan senang tampak dirasakan bersama, tentunya banyak nilai – nilai keagamaan yang melegitimasinya. 4. Jiwa Kebebasan Para santri bebas menentukan masa depannya, dengan berbekal jiwa yang besar dan optimisme yang didapatkan selama hal itu masih dianggap sejalan dengan nilai – nilai pendidikan dari pesantren.
48
Dalam rumusan yang lain, tetapi secara substantif tidak berbeda dengan konsep “ pancajiwa “ pesantren adalah :32 1. Hubungan yang akrab antara santri dan kiai. 2. Ketundukan santri pada kiai. 3. Gaya hidup hemat dan sederhana. 4. Semangat kemandirian, kedisiplinan, keikhlasan menderita ( salah satunya dengan jalan tirakat ) untuk mencapai tujuan. 5. Jiwa tolong menolong dan suasana persaudaraan.
4. Perilaku Menyimpang a. Definisi Perilaku Menyimpang Dalam kehidupan sehari – hari, masyarakat selalu berusaha agar setiap anggotanya berperilaku sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat. Namun, pada kenyataannya selalu dijumpai ada anggota masyarakat yang berperilaku menyimpang. Berikut ini beberapa pendapat para sosiolog mengenai definisi perilaku menyimpang : 1. James W. Van der Zanden Penyimpangan merupakan perilaku yang oleh sejumlah besar orang dianggap sebagai hal yang tercela dan di luar batas toleransi.33
32
A. Mukti, Beberapa Persoalan..., hlm. 19-20. Kamanto Sunarto, Pengantar Sosiologi ( Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2004 ), hlm.182. 33
49
2. Bruce J Cohen Perilaku menyimpang adalah setiap perilaku yang tidak berhasil menyesuaikan diri dengan kehendak masyarakat atau kelompok tertentu dalam masyarakat. 3. Robert M.Z. Lawang Perilaku menyimpang adalah semua tindakan yang menyimpang dari norma-norma yang berlaku dalam suatu sistem sosial dan menimbulkan usaha dari mereka yang berwenang dalam sistem itu untuk memperbaiki perilaku tersebut.34 4. Howard Saul Becker Penyimpangan
bukanlah
kualitas
dari
suatu
tindakan yang dilakukan orang, melainkan konsekuensi dari adanya peraturan dan penerapan sanksi yang dilakukan oleh orang lain terhadap perilaku tindakan tersebut.35 Para sosiolog menggunakan istilah perilaku menyimpang untuk menunjuk perilaku pelanggaran norma. Definisi perilaku menyimpang
bersifat
relatif
tergantung
masyarakat
yang
mendefinisikan, nilai budaya masyarakat, serta masa, zaman, dan kurun waktu tertentu. Wajar apabila berbagai kelompok masyarakat
34
Kun Maryati,dkk, Sosiologi dan Antropologi untuk SMA /MA Kelas X Jilid 1 ( Jakarta: Esis, 2013 ), hlm. 162. 35 Ibid.,
50
mempunyai anggapan berbeda mengenai tindakan yang dianggap menyimpang.36 b. Penyebab Terjadinya Penyimpangan 1. Ketidakseimbangan antara nilai – nilai sosial budaya dan kaedah – kaedah sosial dengan harapan – harapan yang diinginkan.37 2. Tidak ada keselarasan antara aspirasi – aspirasi dengan saluran – saluran untuk mencapai suatu tujuan.38 3. Ketidaksanggupan menyerap norma - norma kebudayaan ke dalam
kepribadiannya,
seorang
individu
tidak
mampu
membedakan perilaku yang pantas dan yang tidak pantas. Ini terjadi karena seseorang menjalani proses sosialisasi yang tidak sempurna di mana agen - agen sosialisasi, seperti keluarga, sekolah, teman, dan media massa tidak mampu menjalankan peran dan fungsinya dengan baik. 4. Hasil
proses
Subkebudayaan
sosialisasi adalah
subkebudayaan
suatu
kebudayaan
menyimpang. khusus
yang
normanya bertentangan dengan norma-norma budaya yang dominan. Unsur budaya menyimpang meliputi perilaku dan nilai-nilai yang dimiliki oleh anggota - anggota kelompok yang bertentangan dengan tata tertib masyarakat.
36 37
Syahrial, Dasar – Dasar..., hlm. 83-84. Abdulsyani, Sosiologi Kelompok dan Masalah Sosial ( Jakarta: Fajar Agung, 1987 ), hlm.
90. 38
Ibid, hal.91.
51
5. Hasil proses belajar yang menyimpang atau meniru perilaku yang salah. Proses belajar ini melalui interaksi sosial dengan orang lain, khususnya dengan orang - orang berperilaku menyimpang yang sudah berpengalaman. Penyimpangan ini pun dapat belajar dari proses belajar seseorang melalui media, baik buku, majalah, koran, televisi, dan sebagainya.
c. Jenis – Jenis Perilaku Menyimpang -
Berdasarkan tujuannya : 1. Penyimpangan yang bersifat positif, yaitu penyimpangan yang mempunyai dampak positif terhadap sistem sosial karena mengandung unsur – unsur inovatif, kreatif, dan memperkaya alternatif. Penyimpangan demikian umumnya dapat diterima masyarakat karena sesuai dengan perubahan zaman. 2. Penyimpangan
yang bersifat negatif,
yaitu perilaku
bertindak ke arah nilai – nilai sosial yang dipandang rendah dan berakibat buruk serta mengganggu sistem sosial. -
Berdasarkan Pelakunya 1. Penyimpangan Individual adalah penyimpangan yang dilakukan oleh seseorang atau individu tertentu terhadap norma-norma yang berlaku dalam masyarakat.
52
2. Penyimpangan Kelompok adalah penyimpangan yang dilakukan oleh sekelompok orang terhadap norma-norma masyarakat. -
Berdasarkan Sifatnya 1. Penyimpangan primer yaitu penyimpangan yang dilakukan seseorang yang bersifat temporer dan tidak berulang – ulang. 2. Penyimpangan sekunder yaitu penyimpangan yang terjadi jika seseorang mengulangi perilaku menyimpang yang pernah dilakukan, dengan kata lain penyimpangan yang tidak lagi diterima atau dimaafkan oleh masyarakat. Perilaku menyimpang dalam kehidupan masyarakat bermacam – macam, dibedakan sebagai berikut :39 a. Tindakan
kriminal
atau
kejahatan.
Kejahatan
yang
dimaksud adalah jenis kejahatan yang tercantum dalam Kitab Undang – Undang Hukum Pidana ( KUHP ) seperti pembunuhan, perampokan, dan sebagainya yang disebut kejahatan kekerasan dan kejahatan hak milik. b. Penyimpangan seksual adalah perilaku seksual tidak lazim dilakukan, seperti perzinahan, lesbi, homo, sodomi, dan sebagainya. c. Pemakai dan pengedaran obat terlarang merupakan bentuk penyimpangan dari nilai dan norma sosial dan agama.
39
Syahrial, Dasar – Dasar..., hlm. 85-86.
53
d. Penyimpangan gaya hidup adalah gaya hidup yang lain dari biasanya antara lain sikap arogansi dan eksentrik. Sikap arogansi adalah kesombongan terhadap sesuatu yang dimilikinya, seperti kekayaan, kepandaian. Sikap eksentrik adalah perbuatan yang aneh, seperti anak laki – laki memakai anting – anting. Perilaku menyimpang dapat digolongkan ke dalam beberapa kelompok, antara lain :40 a. Tindakan yang nonconform, yaitu perilaku yang tidak sesuai dengan nilai atau norma – norma yang ada. Contoh : memakai sandal saat kuliah. b. Tindakan
antisosial,
yaitu
tindakan
yang
melawan
kebiasaan masyarakat atau kepentingan umum. Contoh : tidak mau berteman. c. Tindakan kriminal, yaitu tindakan yang nyata telah melanggar aturan hukum tertulis dan mengancam jiwa dan keselamatan orang lain. Contoh : perampokan, pembunuhan, korupsi.
d. Perilaku Menyimpang di Lingkungan Pesantren Setelah membahas tentang perilaku menyimpang secara umum, dapat diketahui bersama bahwa penyimpangan terjadi di
40
Ibid, hlm. 87.
54
manapun, kapanpun, dan oleh siapapun. Tidak terlewatkan sebuah pesantren, perilaku menyimpang juga bisa saja terjadi di lingkungan yang bertujuan meningkatkan moral dan membentuk tingkah laku santrinya sesuai ajaran Islam, serta dituntut dapat menyebarkan pengetahuan Islam ini. Terdapat beberapa peraturan dalam sebuah pondok pesantren yang dibuat agar santriwan dan santriwati mentaatinya dan selalu menjunjung tinggi ajaran Islam yang diterima serta dipelajari setiap harinya. Namun, jika terdapat santriwan atau santriwati yang berperilaku tidak sesuai dengan peraturan pondok pesantren sebagaimana mestinya, maka dapat dikatakan bahwa santri tersebut telah melanggar norma yang berlaku atau berperilaku menyimpang. Peneliti membuat kesimpulan peraturan pondok pesantren secara umum berdasarkan peraturan beberapa pondok pesantren yang berada di Jawa Timur, yaitu ponpes An-Nihayah Tuban, Langitan Tuban, Walisongo Nganjuk, Persis Bangil, Pesantren Putri Salafiyah Bangil, Al-Multazam Mojokerto, dan An-Nuriyah Surabaya. Peraturan – peraturan tersebut di antaranya : 1. Pengurus, termasuk ustadz, ustadzah, dan kyai, bertanggung jawab atas perizinan santri : -
Semua santri dilarang keluar tanpa izin ( loncat pagar atau kabur )
55
-
Terdapat batasan wilayah antara santri putra dengan santri putri ( pagar pemisah ). Semua santri dilarang berada melebihi batasan wilayah tersebut.
2. Memberlakukan jam malam ( batas keluar pondok maksimal pukul 21.00 WIB ). 3. Dilarang membawa barang elektronik, seperti handphone, MP3 Player, radio, laptop. 4. Mengadakan operasi kamar : -
Santri wajib tidur di kamar masing – masing.
-
Santri dilarang masuk kamar lain selain kamarnya.
5. Santri dilarang menggunakan barang – barang yang bukan haknya tanpa izin dari orang yang berhak ( mencuri, memaksa ). 6. Memberlakukan zona berpakaian santri : -
Santri putri harus memakai jilbab yang menutupi dada serta memakai rok dan baju panjang di bawah pantat. Termasuk tidak boleh berpakaian seperti santri putra, yang bertujuan untuk menyamar agar dapat memasuki kawasan santri putra.
-
Santri putra dilarang menggunakan aksesoris yang tidak sewajarnya, seperti anting atau tindik dan kalung.
7. Memberlakukan zona bergaul semua santri ( baik santri putra maupun putri ) :
56
-
Dilarang menemui orang lain atau dijenguk, kecuali muhrim. Termasuk santri putri dilarang menemui santri putra begitu juga sebaliknya.
-
Dilarang berpacaran.
-
Tidak boleh dibonceng dengan lawan jenis.
-
Tidak boleh surat menyurat dengan lawan jenis.
-
Dilarang saling pandang ( terlalu lama memandang ) dengan lawan jenis. Dalam dunia dakwah Islam, termasuk di lingkungan
pesantren, terlihat aneh jika terdapat perilaku menyimpang yang dilakukan di dalamnya. Perilaku menyimpang tersebut berupa pelanggaran – pelanggaran atas peraturan yang telah ditetapkan pesantren seperti yang disebutkan di atas. Adapun dalil – dalil yang berasal dari Alqur’an dan Hadits yang sesuai dengan beberapa jenis perilaku menyimpang di lingkungan pesantren di antaranya : Diketahui bersama, bahwa Islam adalah agama yang mengharamkan
perbuatan
zina,
termasuk
perbuatan
yang
mendekati zina. Allah berfirman : “Dan janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk.“ ( QS. Al Isra’ 17:32 ) Perbuatan – perbuatan yang tergolong mendekati zina, di antaranya adalah :
57
1. Memandang lawan jenis yang tidak halal baginya. Pandangan adalah sebab menuju perbuatan zina. Atas dasar ini, Allah SWT memerintahkan dalam firmanNya : “ Katakanlah ( wahai nabi ), kepada laki – laki yang beriman : „Hendaklah mereka menahan sebagian pandangan mata mereka dan memelihara kemaluan mereka......Dan katakanlah kepada wanita – wanita beriman : „Hendaklah mereka menahan sebagian pandangan mata mereka dan memelihara kemaluan mereka.‟ “ ( QS. An Nur, 30-31 ) 2. Menyentuh wanita bukan mahramnya. Secara disadari atau tidak, perbuatan tersebut merupakan pintu setan untuk menjerumuskan anak Adam kepada perbuatan keji, seperti zina. Oleh karena itu, Islam melarang yang demikian itu, bahkan mengancamnya dengan ancaman yang keras. Rasulullah bersabda : “ Seorang ditusuk kepalanya dengan jarum dari besi adalah lebih baik ketimbang menyentuh wanita yang tidak halal baginya. “ ( HR. Ath-Thabarani ) 3. Berduaan di tempat sepi. Rasulullah memperingatkan dalam haditsnya : “ Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir, maka janganlah seorang laki – laki sendirian dengan seorang wanita yang tidak disertai mahramnya. Karena sesungguhnya yang ketiganya adalah syaitan. “ ( HR. Imam Ahmad ) 4. Berpacaran Suatu perbuatan yang merupakan perangkap setan untuk menjerumuskan anak cucu Adam ke dalam perbuatan zina.
58
Dalam perbuatan pacaran tersebut sudah mengandung banyak kemaksiatan, seperti saling memandang, merajuk atau manja, bersentuhan ( berpegangan tangan, berpelukan, berciuman, berdua – duaan dan sebagainya ) dengan lawan jenis yang bukan mahramnya. Allah berfirman : “ Janganlah kau terlalu lembut bicara supaya ( lawan jenis ) yang lemah hatinya tidak bangkit nafsu ( syahwat ) nya.” ( QS. Al Ahzab 33:32 ) Dalam hadits Nabi SAW juga disebutkan : “ Janganlah seorang laki – laki berdua –duaan dengan wanita kecuali bersama mahramnya. “ ( HR. Al Bukhari dan Imam Muslim ) Dari Jarir bin Abdullah R.A. dikatakan : “ Aku bertanya kepada Rasulullah SAW tentang memandang ( lawan jenis ) yang ( membangkitkan syahwat ) tanpa disengaja. Lalu beliau memerintahkan
aku
mengalihkan
(
menundukkan
)
pandanganku. “ ( HR. Imam Muslim ) -
Perintah Allah kepada muslimah yang beriman agar wajib menutup aurat bagi yang sudah baligh. Hadits riwayat Aisyah R.A, bahwasanya Asma binti Abu Bakar masuk menjumpai Rasulullah dengan pakaian yang tipis, lantas Rasulullah berpaling darinya dan berkata “ Hai Asma, sesungguhnya jika seorang wanita sudah mencapai usia haid ( baligh ), maka tidak ada yang layak terlihat kecuali ini “, sambil beliau menunjuk wajah dan telapak tangan. ( HR. Abu Daud dan Baihaqi ).
59
Allah juga berfirman : “Wahai Nabi, katakanlah kepada istri – istrimu, anak – anak perempuanmu, dan istri – istri orang mukmin, “ Hendaklah mereka menutupkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka. Yang demikian itu agar mereka lebih mudah dikenali..." ( Al Ahzab, 59 ) “...Dan hendaklah mereka menutupkan kain kerudung ke dadanya dan janganlah menampakkan perhiasannya ( auratnya ) kecuali kepada suami mereka atau ayah mereka,...” ( QS. An Nur, 31 ) Berdasarkan dalil tersebut, dijelaskan bahwa dalam berpakaian ada syarat – syarat pakaian penutup aurat wanita, di antaranya : 1. Menutup seluruh tubuh kecuali wajah dan telapak tangan 2. Tidak tipis dan transparan 3. Longgar dan tidak memperlihatkan lekuk – lekuk dan bentuk tubuh ( tidak ketat ) 4. Bukan pakaian laki – laki atau menyerupai pakaian laki – laki. -
Adapun dalil – dalil tentang memakai perhiasan bagi laki – laki, sebagai berikut : Nabi SAW bersabda, “ Siapa yang menyerupai satu kaum, maka dia termasuk bagian dari mereka. “ ( HR. Abu Daud )
60
Demikian pula diharamkan bagi seorang laki – laki melakukan tindik untuk memakai perhiasan di bagian tubuh mana saja, karena perbuatan ini menyerupai wanita. Dari Ibnu Abbas R.A, dia berkata : “ Sesungguhnya Nabi SAW melaknat laki – laki yang menyerupai wanita dan wanita yang menyerupai laki – laki...” ( HR. Bukhari ) Ibnu Abidin Rahimahullah berkata : “ Menindik telinga untuk memakai anting merupakan perhiasan wanita , maka tidak dihalalkan bagi laki – laki.”
B. KAJIAN TEORI a. Teori Mengenai Penyimpangan Dalam sosiologi dikenal berbagai teori sosiologi untuk menjelaskan mengapa penyimpangan terjadi. Ada teori yang menjelaskan penyimpangan dari segi mikrososiologi dengan mencari akar penyimpangan pada interaksi sosial dan ada yang menjelaskannya dari segi makrososiologi dengan mencari sumber penyimpangan pada struktur sosial.41 Dalam mikrososiologi dikenal beberapa teori interaksi untuk menjelaskan penyimpangan. Salah satu di antaranya yang sesuai dengan penelitian perilaku menyimpang dalam pesantren di sinetron Pesantren dan Rock n Roll 3 adalah Teori Differential
41
Kamanto, Pengantar Sosiologi..., hlm. 184.
61
Association atau asosiasi deferensial atau sosialisasi atau pembelajaran yang diciptakan oleh Edwin H. Sutherland. Menurut pandangan Sutherland, penyimpangan bersumber pada pergaulan yang berbeda,42 untuk mengindikasikan bahwa sebagian besar dari individu, belajar untuk menyimpang dari norma masyarakat melalui kelompok – kelompok yang berbeda tempat individu bergaul.
Menurutnya,
penyimpangan
adalah
konsekuensi
kemahiran dan penguasaan atas suatu sikap atau tindakan yang dipelajari dari norma – norma yang menyimpang, terutama dari subkultur
atau
di
antara
teman
–
teman
sebaya
yang
menyimpang.43 Terdapat delapan proposisi dalam teori asosiasi diferensial ini :44 1. Perilaku menyimpang adalah hasil dari proses belajar atau yang dipelajari. 2. Perilaku
menyimpang
interaksinya
dengan
dipelajari
oleh
seseorang
dalam
orang lain dan melibatkan proses
komunikasi yang intens. 3. Perilaku menyimpang terjadi dalam kelompok – kelompok personal yang intim dan akrab. 4. Hal – hal yang dipelajari dalam proses terbentuknya perilaku menyimpang adalah : (a) teknis – teknis penyimpangan, yang 42
Ibid., Syahrial, Dasar – Dasar..., hlm. 90. 44 Ibid., 43
62
kadang – kadang sangat rumit, tetapi kadangkala sederhana, (b) petunjuk khusus tentang motivasi, dorongan, rasionalisasi. 5. Menyimpang dianggap lebih menguntungkan dari pada tidak. 6. Terbentuknya asosiasi deferensial tergantung pada frekuensi, durasi, prioritas, dan intensitas. 7. Tidak ada proses belajar yang unik untuk memperoleh cara – cara menyimpang. 8. Perilaku menyimpang sebagai ekspresi kebutuhan dan nilai masyarakat yang umum.
b. Teori Mengenai Perilaku45 Perilaku individu tidak timbul dengan sendirinya, tetapi akibat adanya rangsangan ( stimulus ), baik dari dalam diri maupun dari luar diri individu. Kaitannya dengan respon atau perilaku individu ( organisme ) terhadap stimulus, baik internal maupun eksternal, dapat diformulasikan secara sederhana sebagai berikut : S ( stimulus ) – O ( Organisme ) – R ( Respon ). Artinya, organisme turut ambil bagian dalam menentukan respon. Jadi, perilaku individu timbul sebagai akibat adanya interaksi antara rangsangan dan organisme ( individu ).
45
Sunaryo, Psikologi Untuk Keperawatan ( Jakarta: EGC, 2004 ), hlm. 2.
63
Menurut Bandura, formulasi perilaku dan peran perilaku terhadap lingkungan maupun organisme atau individu, dapat digambarkan sebagai berikut : Bagan 2.1 Interaksi Behavior-Person-Environment
B
E
Keterangan :
P
B = Perilaku ( Behavior ) E = Lingkungan ( Environment ) P = Person ( Organisme atau individu )
Pada gambar tersebut, dapat dipahami bahwa perilaku ( B ), lingkungan ( E ), dan individu ( P ) saling mempengaruhi satu sama lain. Yang dikatakan perilaku manusia adalah aktivitas yang timbul karena adanya stimulus dan respon serta dapat diamati secara langsung maupun tidak langsung.46 Perilaku manusia terbentuk karena adanya kebutuhan. Lima kebutuhan dasar yang dimiliki manusia, menurut Abraham Harold Maslow yaitu :
46
Ibid, hlm. 3.
64
1. Kebutuhan biologis atau fisiologis, merupakan kebutuhan utama yaitu O2, H2O, cairan elektrolit, makanan, dan seks. 2. Kebutuhan rasa aman, misalnya rasa aman terhindar dari sakit atau penyakit. 3. Kebutuhan mencintai dan dicintai, misalnya mendambakan kasih sayang orang lain, baik teman, kekasih, orang tua. 4. Kebutuhan harga diri, misalnya ingin dihargai dan menghargai orang lain. 5. Kebutuhan aktualisasi diri, misalnya ingin disanjung orang lain. Dalam memenuhi kebutuhan, tidak dapat dipisah – pisahkan antara satu dan yang lain karena merupakan satu kesatuan walaupun pada hakekatnya kebutuhan fisiologis merupakan faktor yang dominan untuk kelangsungan hidup manusia. Perilaku manusia dalam memenuhi kebutuhan adalah secara simultan. Menurut RK. Brown, kebutuhan merupakan suatu jenjang yang menarik, dari kebutuhan yang paling sederhana, makan dan minum, sampai kebutuhan yang paling tinggi. 47 Seseorang akan berperilaku menyimpang, seiring atau akan selalu hadir menurut perkembangan kebutuhan seseorang itu sendiri.
47
Abdulsyani, Sosiologi Kelompok ..., hlm. 91.
65
Bagan 2.2 Hierarki Kebutuhan Manusia Menurut Abraham Maslow
Aktualisasi
Harga Diri
Mencintai dan Dicintai
Rasa aman
Kebutuhan Fisiologis atau Biologis
O2
H20
Elektrolit
Makan/Minum
Seks
66
Bagan 2.3 Kerangka Teori Penelitian Pesan Perilaku Menyimpang di Pesantren
Televisi
Sinetron
Teori Differential Association dan Teori Perilaku
Analisis Isi Deskriptif
Kandungan Pesan Perilaku Menyimpang di Lingkungan Pesantren dalam Sinetron Pesantren dan Rock n Roll 3
