1 BAB II KAJIAN TEORITIS
A. Prestasi Belajar Matematika 1. Pengertian Prestasi Belajar Istilah prestasi belajar sering kali digunakan untuk menunjukkan suatu proses pencapaian tingkat keberhasilan terhadap usaha belajar yang telah dilakukan. Winkel (1996) prestasi belajar merupakan bukti keberhasilan yang telah dicapai oleh seseorang. Berdasarkan definisi tersebut dapat dikatakan, prestasi belajar merupakan hasil maksimum yang dicapai oleh seseorang setelah melaksanakan usaha-usaha belajar. Berbeda dengan Winkel, Muhibbin (2006) menyatakan bahwa prestasi belajar merupakan taraf keberhasilan siswa dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah dinyatakan dalam bentuk skor yang diperoleh dari hasil tes mengenai sejumlah materi pelajaran tertentu. Prestasi belajar siswa dapat diketahui setelah diadakan evaluasi. Hasil dari evaluasi dapat memperlihatkan tinggi-rendahnya prestasi belajar siswa (Hamdani, 2010). Menurut Riadi (2012) prestasi belajar merupakan hasil usaha belajar yang dicapai seorang siswa berupa suatu kecakapan dari kegiatan belajar bidang akademik di sekolah pada jangka waktu tertentu dan ditulis dalam bentuk laporan prestasi siswa. Sedangkan menurut Suroso (2001) bahwa prestasi belajar merupakan hasil yang diperoleh siswa setelah siswa tersebut mengalami proses belajar yang dibuktikan dengan perubahan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungan yang dinilai dengan aspek kognitifnya yang ditunjukkan dengan nilai atau angka. Prestasi belajar merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan belajar, karena kegiatan belajar merupakan proses sedangkan prestasi merupakan hasil dari proses belajar. Prestasi belajar yang dicapai antara siswa yang satu dengan siswa yang lainnya tentu tidak sama karena kemampuan dan kesempatan setiap orang berbeda. Berdasarkan pendapat dari para ahli, penelitian ini mengacu pada Suroso (2001) bahwa prestasi belajar merupakan hasil yang diperoleh siswa setelah siswa tersebut mengalami proses belajar yang dibuktikan dengan perubahan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungan yang dinilai dengan aspek kognitifnya yang ditunjukkan dengan nilai atau angka.
2 2. Pengertian Prestasi Belajar Matematika Menurut Abidin dalam Rucha (2013) prestasi belajar matematika adalah hasil yang telah dicapai siswa dalam proses belajar matematika yang menghasilkan perubahan pada diri seseorang berupa penguasaan, ketrampilan, dan kecakapan baru yang dinyatakan dengan symbol, angka, atau, huruf. Berbeda dengan Dien dalam Rucha (2013) yang menyatakan bahwa prestasi belajar matematika adalah penguasaan pengetahuan dan keterampilan yang dikembangkan dalam bidang studi matematika yang diperoleh melalui proses usaha siswa dalam interaksi aktif subjek dengan lingkungannya. Sedangkan menurut Anne (2013) prestasi belajar matematika adalah hasil belajar maksimal yang dicapai oleh seseorang melalui proses aktif dalam memahami dan menguasai matematika serta aplikasinya dalam penyelesaian masalah dan untuk mengetahui besarnya penguasaannya diperlukan suatu tes. Berdasarkan pendapat di atas maka penelitian ini mengacu pada teori Anne (2013) prestasi belajar matematika adalah hasil belajar maksimal yang dicapai oleh seseorang melalui proses aktif dalam memahami dan menguasai matematika serta aplikasinya dalam penyelesaian masalah dan untuk mengetahui besarnya penguasaannya diperlukan suatu tes. 3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Berhasil atau tidaknya seseorang dalam belajar disebabkan beberapa faktor yang mempengaruhi pencapaian hasil belajar yaitu berasal dari dalam diri orang yang belajar dan ada pula dari luar dirinya. Menurut Hamdani (2010) faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa terdiri dari faktor internal (yang berasal dari dalam diri) dan faktor eksternal (yang berasal dari luar diri). Berikut faktor-faktor yang menentukan pencapaian prestasi belajar siswa. a. Faktor Internal (yang berasal dari dalam diri) terdiri dari kecerdasan, jasmaniah, sikap, minat, bakat, dan motivasi. Adapun penjelasannya sebagai berikut: 1) Kecerdasan (inteligensi) Kecerdasan adalah kemampuan belajar disertai kecakapan untuk menyesuaikan diri dengan keadaan yang dihadapinya. Adakalanya perkembangan ini ditandai oleh kemajuan-kemajuan yang berbeda antara anak satu dengan anak lainnya sehingga anaka pada usia tertentu sudah memiliki tingkat kecerdasan lebih tinggi dibandingkan dengan kawan sebayanya. Oleh karena itu, tingkat inteligensi sangat menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa.
3
2)
3)
4)
5)
6)
Semakin tinggi inteligensi seorang siswa, semakin tinggi pula peluang untuk meraih prestasi. Jasmaniah Kesehatan jasmani dan rohani sangat besar pengaruhnya terhadap kemampuan belajar. Bila seseorang selalu tidak sehat maka dapat mengakibatkan tidak bergairah untuk belajar. Oleh karena itu, pemeliharaan kesehatan sangat penting bagi setiap orang baik fisik maupun mental, agar badan tetap kuat, pikiran selalu segar dan bersemangat dalam melaksanakan kegiatan belajar. Sikap Sikap yaitu suatu kecenderungan untuk mereaksi terhadap suatu hal, orang, atau benda dengan suka, tidak suka, atau acuh tak acuh. Sikap seseorang dapat dipengaruhi oleh faktor pengetahuan, kebiasaan, dan keyakinan. Minat Minat dapat timbul karena daya tarik dari luar dan juga datang dari hati sanubari. Minat erat kaitannya dengan perasaan, terutama perasaan senang. Dapat dikatakan minat itu terjadi karena perasaan senang pada sesuatu. Minat memiliki pengaruh yang besar terhadap pembelajaran. Apabila seseorang mempunyai minat yang tinggi terhadap sesuatu, akan terus berusaha untuk melakukan sehingga apa yang diinginkannya dapat tercapai. Bakat Bakat adalah kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang. Setiap orang memiliki bakat dalam arti berpotensi untuk mencapai prestasi sampai tingkat tertentu sesuai dengan kapasitas masing-masing. Tumbuh kembang sesorang sangat ditentukan oleh bakat yang dimilikinya. Bakat mempengaruhi tinggi-rendahnya prestasi belajar bidang-bidang studi tertentu. Motivasi Motivasi adalah segala sesuatu yang mendorong sesorang untuk melakukan sesuatu. Motivasi dapat menentukan baik-tidaknya dalam mencapai tujuan sehingga semakin besar kesuksesan belajarnya. Kuat lemahnya motivasi belajar turut mempengaruhi keberhasilan belajar. Oleh karena itu, motivasi belajar perlu diusahakan, terutama yang berasal dari dalam diri dengan cara memikirkan masa
4 depan yang penuh tantangan dan harus dihadapi untuk mencapai cita-cita. b. Faktor Eksternal (yang berasal dari luar diri) terdiri dari keluarga, sekolah, dan masyarakat. Adapun penjelasannya sebagai berikut: 1) Keluarga Keluarga adalah ayah, ibu, dan anak-anak serta famili yang menjadi penghuni rumah. Faktor orangtua sangat besar pengaruhnya terhadap keberhasilan anak dalam belajar. Tinggi rendahnya pendidikan orangtua, besar kecilnya penghasilan, keadaan rumah juga mempengaruhi keberhasilan belajar anak. Oleh karena itu, orangtua hendaknya menyadari bahwa pendidikan dimulai dari keluarga. Jalan kerja sama yang perlu ditingkatkan, ketika orangtua harus menaruh perhatian yang serius tentang cara belajar anak dirumah. Perhatian orangtua dapat memberikan motivasi sehingga anak dapat belajar dengan tekun. Hal ini karena anak memerlukan waktu, tempat, dan keadaan yang baik untuk belajar. 2) Sekolah Keadaan sekolah tempat belajar turut mempengaruhi tingkat keberhasilan belajar. Keadaan sekolah ini meliputi kualitas guru, cara penyajian pelajaran, metode mengajarnya, hubungan guru dengan siswa, alat-alat pelajaran, pelaksanaan tata tertib sekolah dan kurikulum. Bila suatu sekolah kurang memperhatikan tata tertib, akibatnya siswa menjadi tidak disiplin sehingga siswa-siswa tidak mau belajar sungguh-sungguh. Hal ini mengakibatkan prestasi belajar siswa menjadi rendah. 3) Masyarakat Bila di sekitar tempat tinggal keadaan masyarakatnya terdiri dari orang-orang yang berpendidikan, terutama anakanaknya rata-rata bersekolah tinggi dan moralnya baik, hal ini akan mendorong anak lebih giat belajar. Sebaliknya, apabila tinggal dilingkungan anak-anak yang nakal, tidak bersekolah dan pengangguran, hal ini akan mengurangi semangat belajar sehingga motivasi belajar berkurang. Begitu juga apabila seorang anak bertempat tinggal di suatu lingkungan temannya yang rajin belajar, kemungkinan besar hal tersebut akan membawa pengaruh pada dirinya sehingga ia akan turut belajar sebagaimana temannya. Dapat dikatakan lingkungan masyarakat dapat membentuk kepribadian anak.
5
Berbeda dengan Hamdani, menurut Sukmadianata (2004) bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar itu terdiri dari dua faktor yaitu: a. Faktor-faktor dari dalam individu 1) Aspek jasmaniah, mencakup kondisi dan kesehatan jasmani seperti kelengkapan dan kesehatan penglihatan, pendengaran, perabaan, penciuman dan pengecapan. 2) Aspek psikis atau rohanian yaitu mencangkup kesehatan psikis, kemampuan-kemampuan intelektual, sosial, psikomotor serata kondisi afektif dan kognitif dari individu. b. Faktor-faktor dari luar individu 1) Lingkungan keluarga mencangkup keadaan rumah dan ruangan tempat belajar, sarana dan prasarana belajar yang ada, suasana dalam rumah dan suasana di lingkungan sekitar rumah, keutuhan keluarga, iklim psikologis, iklim belajar, dan hubungan antar anggota keluarga. 2) Lingkungan sekolah mencangkup sarana dan prasarana belajar, sumber-sumber belajar, media belajar, suasana sekolah dan pelaksanaan belajar mengajar, hubungan siswa dengan teman-temannya, guru-gurunya, serta staf sekolah yang lain. 3) Lingkungan masyarkat mencangkup dimana siswa atau individu berada juga berpengaruh terhadap semangat dan aktivitas belajarnya. Hal serupa dinyatakan pula oleh Slameto (2010) yang mengemukakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar yang terdiri dari dua faktor, yaitu: a. Faktor internal, yang meliputi tiga faktor yaitu: 1) Faktor jasmaniah, seperti faktor kesehatan dan cacat tubuh. 2) Faktor psikologi, seperti intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan dan kesiapan. 3) Faktor kelelahan, baik kelelahan jasmani maupun kelelahan rohani. b. Faktor eksternal, dikelompokkan menjadi tiga faktor yaitu: 1) Faktor keluarga, berupa cara orangtua mendidik, relasi antara anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orangtua, dan latar belakang kebudayaan. 2) Faktor sekolah mencakup metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siwa dengan siswa, disiplin
6 sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran, keadaan gedung, metode belajar, dan tugas-tugas. 3) Faktor masyarakat meliputi siswa dalam masyarakat, media massa, teman bergaul dan bentuk kehidupan masyarakat. Pengaruh lingkungan ini pada umumnya bersifat positif dan tidak memberikan paksaan kepada individu. Menurut Slameto (1995) faktor ekstern yang dapat mempengaruhi belajar adalah keadaan keluarga dan keadaan sekolah. a. Keadaan Keluarga Keluarga merupakan lingkungan terkecil dalam masyarakat tepat seseorang dilahirkan dan dibesarkan. Sebagaimana yang telah dijelaskan oleh Slameto bahwa “Keluarga adalah lembaga pendidikan pertama dan utama, keluarga yang sehat besar artinya untuk pendidikan kecil, tetapi bersifat menentukan dalam ukuran besar yaitu pendidikan bangsa, negara dan dunia”. Rasa aman dalam keluarga sangat penting dalam keberhasilan seseorang dalam belajar. Rasa aman itu membuat seseorang akan terdorong untuk belajar secara aktif, karena rasa aman merupakan salah satu kekuatan pendorong dari luar yang menambah motivasi untuk belajar. Hasbullah (1994) mengatakan “Keluarga merupakan lingkungan pendidikan yang pertama dan utama, karena dalam keluarga inilah anak pertama-tama mendapatkan pendidikan dan bimbingan, sedangkan tugas utama dalam keluarga bagi pendidikan anak adalah sebagai peletak dasar bagi pendidikan akhlak dan pandangan hidup keagamaan”. Hendaknya orangtua menyadari bahwa pendidikan dimulai dari keluarga, sedangkan sekolah merupakan pendidikan lanjutan. Peralihan pendidikan informal ke lembaga-lembaga formal memerlukan kerjasama yang baik antara orangtua dan guru sebagai pendidik dalam usaha meningkatkan hasil belajar anak. Jalan kerjasama yang perlu ditingkatkan, dimana orangtua harus menaruh perhatian yang serius tentang cara belajar anak di rumah. Perhatian orangtua dapat memberikan dorongan dan motivasi sehingga anak dapat belajar dengan tekun, karena anak memerlukan waktu, tempat dan keadaan yang baik untuk belajar.
7
b. Keadaan Sekolah Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal pertama yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan belajar siswa, karena itu lingkungan sekolah yang baik dapat mendorong untuk belajar yang lebih giat. Keadaan sekolah ini dapat meliputi cara penyajian pelajaran, hubungan guru dengan siswa, alat-alat pelajaran dan kurikulum. Hubungan antara guru dengan siswa yang kurang baik akan mempengaruhi hasil dan prestasi belajar. Kartono (1995) mengemukakan “Guru dituntut untuk menguasai bahan pelajaran yang akan diajarkan, dan memiliki tingkah laku yang tepat dalam mengajar”. Oleh sebab itu guru dituntut untuk menguasai bahan pelajaran yang disajikan, dan memiliki metode yang tepat dalam mengajar. Berdasarkan penjelasan teori di atas, penelitian ini mengacu kepada teori Hamdani (2010) bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa dibagi menjadi dua yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal terdiri dari kecerdasan, jasmaniah, sikap, minat, bakat, dan motivasi. Faktor eksernal terdiri dari keluarga, sekolah, dan masyarakat.
B. Pengertian Lingkungan Sepanjang hidupnya, manusia tidak dapat terlepas dari yang namanya lingkungan. Ketika proses belajar mengajar, lingkungan merupakan sumber belajar yang banyak berpengaruh terhadap proses pembelajaran yang berlangsung didalamnya. Selain itu, lingkungan merupakan salah satu dari banyak faktor yang mempengaruhi belajar dan berdampak pada prestasi belajar siswa, F. Patty menyatakan bahwa ”Lingkungan merupakan sesuatu yang mengelilingi individu di dalam hidupnya, baik dalam bentuk lingkungan fisik seperti orangtua, rumah, kawan bermain, dan masyarakat sekitar, maupun dalam bentuk lingkungan psikologis seperti perasaan-perasaan yang dialami, cita-cita, persoalan-persoalan yang dihadapi dan sebagainya”. Berbeda dengan F. Patty, Sartain (2010) menyatakan bahwa lingkungan belajar meliputi semua kondisi dalam dunia ini yang dengan cara-cara tertentu mempengaruhi tingkah laku kita, pertumbuhan, perkembangan atau life prosesses. Meskipun lingkungan tidak bertanggung jawab terhadap kedewasaan anak, namun lingkungan merupakan faktor yang sangat menentukan yaitu terhadap pengaruhnya yang sangat besar terhadap siswa. Berdasarkan definisi diatas, penelitian ini mengacu kepada definisi F. Patty yang menyatakan bahwa lingkungan merupakan sesuatu yang
8 mengelilingi individu di dalam hidupnya, baik dalam bentuk lingkungan fisik seperti orangtua, rumah, kawan bermain, dan masyarakat sekitar, maupun dalam bentuk lingkungan psikologis seperti perasaan-perasaan yang dialami, cita-cita, persoalan-persoalan yang dihadapi dan sebagainya.
C.
Lingkungan Sekolah 1. Pengertian Lingkungan Sekolah Lingkungan meliputi semua kondisi dalam dunia ini yang dengan cara-cara tertentu mempengaruhi tingkah laku kita, pertumbuhan, dan perkembangan. Menurut Chaplin (2005) lingkungan adalah totalitas atau seluruh aspek gejala-gejala fisikdan sosial yang melingkupi atau mempengaruhi satu organism individual, atau bagian dari satu organisme. Sekolah adalah lingkungan kedua yang berperan besar memberi pengaruh pada prestasi belajar siswa. Menurut Hamalik (2011) sekolah adalah suatu lembaga yang memberikan kepada murid-muridnya yang memberikan pengajaran secara formal. Oleh karena itu, sekolah merupakan lingkungan pendidikan yang sudah terstruktur, memiliki system dan organisasi yang baik bagi penanaman nilai-nilai etik, moral, mental, spiritual, disiplin dan ilmu pengetahuan. Berbeda dengan Hamalik, menurut Suwarno (2008) mendefinisikan bahwa sekolah adalah lembaga pendidikan yang secara resmi menyelenggarakan kegiatan pembelajaran secara sistematis, berncana, sengaja, dan terarah, yang dilakukan oleh pendidik yang professional dengan program yang dituangkan ke dalam kurikulum tertentu mulai dari taman kanak-kanak sampai perguruan tinggi. Dapat dikatakan bahwa lingkungan sekolah merupakan tempat seorang siswa dalam menjalankan kegiatankegiatan pendidikan untuk memperoleh ilmu pengetahuan, perubahan sikap, dan keterampilan hidup baik di dalam kelas maupun diluar kelas dengan mengikuti dan menaati peraturan dalam sistematika pendidikan yang telah ditetapkan. Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal yang pertama sangat penting dalam menentukan keberhasilan belajar siswa, karena itu lingkungan sekolah yang baik dapat mendorong untuk belajar yang lebih giat. Keadaan sekolah ini meliputi cara penyajian pelajaran, hubungan guru dengan siswa, alat-alat pelajaran dan kurikulum. Hubungan antara guru dan siswa yang kurang baik akan mempengaruhi hasil dan prestasi belajar. Apalagi bila sekolah berhasil menciptakan suasana kondusif bagi pembelajaran, hubungan dan komunikasi perorang di sekolah berjalan baik, metode pembelajaran inovatif, sarana penunjang
9 cukup memadai, dan siswa tertib disiplin. Kondisi kondusif tersebut mendorong siswa saling berkompetisi dalam pembelajaran. Keadaan ini diharapkan membuat prestasi belajar siswa akan meningkat. 2. Fungsi dan Tujuan Pendidikan Sekolah Sebagai bagian yang tak terpisahkan dari sistem pendidikan nasional pembelajaran di sekolah hendaknya memiliki fungsi dan tujuan yang mengacu pada pendidikan nasional dalam kaitan ini sekolah hendaknya berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, dan bertujuan untuk berkembangnya potensi anak didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (BAB II pasal 3 UU RI No.20 tahun 2003). Sekolah sebagai lembaga sosial melaksanakan fungsi sosial sebagaimana lembaga-lembaga pendidikan lainnya. Uyoh Sadulloh (2010) mengemukakan fungsi-fungsi sekolah sebagai lembaga sosial, yaitu : a) Sekolah berfungsi sebagai lembaga sosialisasi, membantu anakanak dalam mempelajari cara-cara hidup ditempat mereka dilahirkan. b) Sekolah berfungsi untuk mentransmisi dan mentransformasi kebudayaan. c) Sekolah berfungsi menyeleksi siswa untuk melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi. 3. Lingkungan Sekolah yang Nyaman Bagi Proses Belajar Mengajar Bagi para siswa, tentunya kegiatan belajar mengajar memerlukan lingkungan sekolah yang nyaman, bersih, dan cukup pepohonan. Menurut Alexander (2010) syarat-syarat lingkungan sekolah yang nyaman bagi proses belajar mengajar sebagai berikut: a) Lapangan Bermain Fasilitas lapangan bermain adalah sesuatu hal yang sangat penting bagi kegiatan belajar mengajar di sekolah, khususnya yang berhubungan dengan ketangkasan dan pendidikan jasmani. Selain itu lapangan bermain juga dapat digunakan untuk kegiatan bermain siswa, kegiatan upacara/apel pagi, dan kegiatan perayaan/pentas seni yang memerlukan tempat yang luas.
10 b)
c)
d)
e)
f)
Pepohonan Rindang Oksigen adalah salah satu pendukung kecerdasan anak. Kadar oksigen yang sedikit pada manusia akan menyebabkan suplai darah ke otak menjadi lambat, padahal nutrisi yang kita makan sehari-hari disampaikan oleh darah ke seluruh tubuh kita. Karena itulah dibutuhkan banyaknya pohon rindang di lingkungan pekarangan sekolah dan lingkungan sekitar sekolah. Sistem Sanitasi dan Sumur Resapan Air Sistem sanitasi yang baik adalah syarat terpenting sebuah lingkungan layak untuk ditinggali. Apabila sistem sanitasi bersih, maka seluruh warga sekolah akan dapat lebih tenang dalam mengadakan proses belajar mengajar. Selain itu diperlukan juga sistem sumur resapan air untuk mengaliri air hujan agar tidak menjadi genangan air yang dapat menjadikan kotor lingkungan sekolah, atau bahkan membahayakan apabila didiami oleh jentik-jentik nyamuk. Tempat Pembuangan Sampah Perlunya ditumbuhkan kesadaran bagi seluruh warga sekolah untuk turut menjaga lingkungan. Caranya adalah dengan menyediakan tempat pembuangan sampah berupa tong-tong sampah dan tempat pengumpulan sampah akhir di sekolah, dan memberikan contoh kepada siswa untuk selalu membuang sampah pada tempatnya. Lingkungan Sekitar Sekolah yang Mendukung Lingkungan sekolah yang dekat dengan pabrik yang bising dan berpolusi udara, atau lingkungan sekolah yang berada di pinggir jalan raya yang selalu padat, atau bahkan lingkungan sekolah yang letaknya berdekatan dengan tempat pembuangan sampah atau sungai yang tercemar sampah sehingga menimbulkan ketidaknyamanan akibat bau-bau tak sedap. Lingkungan sekitar sekolah yang seperti itu akan dapat menyebabkan siswa cenderung tidak nyaman belajar, atau bahkan penurunan kualitas kecerdasan akibat polusi tersebut. Bangunan Sekolah yang Kokoh dan Sehat Bangunan sekolah sudah semestinya dibangun dengan kokoh dan memiliki syarat-syarat bangunan yang sehat, seperti ventilasi yang cukup dan luas masing-masing ruang kelas yang ideal.
11 Berbeda dengan yang dikemukakan oleh Alexander (2010), lingkungan sekolah yang nyaman bagi proses belajar mengajar menurut Mufidah (2012) adalah sebagai berikut: a)
b)
c)
d)
Halaman Luas Sekolah yang sehat adalah sekolah yang memiliki halaman luas. Halaman sekolah dapat dimanfaatkan sebagai sarana pengembangan prestasi siswa dalam bidang olah raga atau pun ekstrakurikuler. Selain itu, halaman sekolah dapat dijadikan sebagai sarana belajar out door dan tempat refresing siswa untuk menghilangkan rasa penat setelah mengikuiti pelajaran. Oksigen Oksigen adalah salah satu pendukung kecerdasan anak. Kadar oksigen yang sedikit pada manusia akan menyebabkan suplai darah ke otak menjadi lambat, padahal nutrisi yang kita makan sehari-hari diedarkan darah ke seluruh tubuh kita. Karena itulah dibutuhkan banyaknya pohon rindang di lingkungan sekolah sebagai paru-paru lingkungan. Sistem Sanitasi Sistem sanitasi yang baik adalah syarat terpenting sebuah lingkungan layak huni. Apabila sistem sanitasi bersih, maka seluruh warga sekolah akan dapat lebih tenang dalam mengadakan proses belajar mengajar. Bangunan Sekolah yang Kokoh Bangunan sekolah yang kokoh akan membuat siswa merasa tenang dalam belajar. Bangunan sekolah yang tidak kuat atau mudah roboh tentunya akan membawa dampak negatif bagi siswa. Siswa tidak akan tenang dalam belajar dan merasa terganggu dalam belajar.
Lingkungan sekolah yang nyaman dan bersih dapat mendukung tumbuh kembang anak secara optimal, anak-anak menjadi lebih sehat dan dapat berpikir secara jernih, sehingga dapat menjadi anak-anak yang cerdas dan kelak menjadi sumber daya manusia yang berkualitas. Berdasarkan penjelasan dari teori-teori diatas, penelitian ini mengacu kepada teori Alexander (2010) yang menyebutkan syaratsyarat lingkungan sekolah yang nyaman bagi proses belajar mengajar adalah tersedianya lapangan bermain, pepohonan rindang, system sanitasi dan sumur resapan air, tempat pembuangan sampah, lingkungan sekitar sekolah yang mendukung, dan bangunan sekolah yang kokoh dan sehat.
12 4. Faktor Lingkungan Sekolah yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Sekolah merupakan lingkungan pendidikan formal. Dikatakan formal karena disekolah terlaksana serangkaian kegiatanterencana dan terorganisasi, termasuk kegiatan dalam rangka proses belajarmengajar di kelas (Winkel, 2009). Sekolah dapat mengembangkan dan meningkatkan pola pikir anak karena di sekolah mereka belajar bermacam-macam ilmu pengetahuan. Menurut Sukmadinata (2012) faktor-faktor lingkungan sekolah yang turut mempengaruhi prestasi belajar siswa meliputi: a. Lingkungan fisik sekolah seperti sarana dan prasarana belajar, sumber-sumber belajardan media belajar. b. Lingkungan sosial menyangkut hubungan siswa dengan temantemanya, guru-gurunya dan staf sekolah yang lain. c. Lingkungan akademis yaitu suasana sekolah dan pelaksanaan kegiatan belajar mengajar dan berbagai kegiatan kokurikuler. Sementara itu menurut Slameto (2003) faktor-faktor lingkungan sekolah meliputi metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, dan fasilitas sekolah. Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut: a. Metode mengajar Metode mengajar ini erat hubungannya dengan metode pembelajaran yang dipakai oleh guru dalam mengajar. Kesesuaian metode pembelajaran dengan materi yang akan diajarkan, kesesuaian metode yang dipakai dengan kondisi kelas yang kecil atau besar, dan kesesuaian metode yang dipakai guru dengan media pembelajaran juga turut mempengaruhi pencapaian prestasi belajar siswa. b. Kurikulum Guru dalam menuntut penguasaan materi harus sesuai dengan kemampuan siswa masing-masing sesuai dengan kurikulum yang ada. Jangan memberi pelajaran di atas ukuran standar. c. Relasi guru dengan siswa Proses belajar mengajar terjadi antara guru dengan siswa. Proses tersebut juga dipengaruhi oleh relasi yang ada dalam proses itu sendiri. Cara belajar siswa juga dipengaruhi oleh relasi dengan gurunya. Apabila relasi guru dengan siswa baik, siswa akan menyukai gurunya dan juga akan menyukai mata pelajaran yang diberikannya sehingga siswa berusaha mempelajari sebaikbaiknya. Hal tersebut juga terjadi sebaliknya, jika siswa membenci gurunya maka ia segan mempelajari mata pelajaran yang diberikannya, akibatnya pelajarannya tidak maju.
13 d. Relasi siswa dengan siswa Siswa yang mempunyai sifat-sifat atau tingkah laku yang kurang menyenangkan teman lain, mempunyai rasa rendah diri atau sedang mengalami tekanan-tekanan batin, akan diasingkan dari kelompok. Akibatnya makin parah masalahnya dan akan mengganggu belajarnya. Lebih-lebih lagi ia menjadi malas untuk masuk sekolah dengan alasan-alasan yang tidak-tidak karena di sekolah mengalami perlakuan yang kurang menyenangkan dari teman-temannya. Oleh karena itu, relasi yang terjalin dengan baik antar siswa akan membawa dampak yang baik pula terhadap proses belajarnya. e. Disiplin sekolah Kedisiplinan sekolah erat hubungannya dengan kerajinan siswa dalam sekolah dan juga dalam belajar. Kedisiplinan sekolah mencakup kedisiplinan guru dalam mengajar, kedisiplinan karyawan administrasi dan kebersihan, keteraturan kelas, gedung sekolah, halaman, dan kedisiplinan kepala sekolah dalam mengelola seluruh staf beserta siswa-siswanya. Agar siswa belajar lebih maju, siswa harus disiplin di dalam belajar baik di sekolah maupun di rumah. f. Fasilitas sekolah Alat pelajaran erat hubungannya dengan cara belajar siswa, karena alat pelajaran yang dipakai oleh guru pada waktu mengajar dipakai pula oleh siswa untuk menerima bahan yang diajarkan itu. Alat pelajaran yang lengkap dan tepat akan memperlancar penerimaan bahan pelajaran yang diberikan kepada siswa. Apabila siswa mudah menerima pelajaran dan menguasainya, maka belajarnya akan menjadi lebih giat dan lebih maju. Fasilitas yang dimaksud disini misalnya perpustakaan, laboratorium, ruang UKS, koperasi, WC, mushola, dll. Lingkungan sekolah juga memegang peranan penting bagi perkembangan belajar para siswanya. Berdasarkan penjelasan teori diatas, penelitian ini mengacu kepada teori Slameto (2003) dimana faktor lingkungan sekolah yang mempengaruhi prestasi belajar siswa diantaranya adalah metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, dan fasilitas sekolah.
14
D. Lingkungan Keluarga 1. Pengertian Lingkungan Keluarga Lingkungan adalah meliputi semua kondisi-kondisi dalam dunia ini yang dalam cara-cara tertentu mempengaruhi tingkah laku, pertumbuhan, perkembangan kecuali gen-gen (Setani dalam Purwanto, 2011). Sedangkan menurut Supardi (2003) menyatakan lingkungan adalah jumlah semua benda hidup dan mati serta seluruh kondisi yang ada di dalam ruang yang kita tempati. Menurut para ahli psikolog, lingkungan yang memberikan sumbangan dan besar pengaruhnya terhadap proses belajar maupun perkembangan anak adalah lingkungan keluarga. Ahmadi dan Uhbiyati (2011) menyatakan bahwa “Keluarga terdiri dari ayah, ibu dan anak yang masing-masing saling mempengaruhi, saling membutuhkan, melayani seseorang dan seseorang melayani semua”. Sedangkan menurut Ahmadi (1991) keluarga adalah kelompok sosial kecil yang umumnya terdiri atas ayah, ibu, dan anak yang mempunyai hubungan sosial relatif tetap dan didasarkan atas ikatan darah, perkawinan dan atau adopsi. Dapat dikatakan bahwa lingkungan keluarga adalah jumlah semua benda hidup dan mati serta seluruh kondisi yang ada di dalam kelompok sosial kecil tersebut, yang terdiri atas ayah, ibu dan anak yang mempunyai hubungan sosial karena adanya ikatan darah, perkawinan dan atau adopsi. Selama anak belum dewasa, orangtua mempunyai peran utama dan paling utama bagi anak-anaknya. Agar anak dapat berkembang dengan baik, maka peran orangtua dalam mendidik anak sangat menentukan. Orangtua akan memberikan contoh yang baik kepada anaknya agar dapat berkembang dengan baik. Adanya pergaulan antara orangtua dan anaknya dalam usaha mendewasakan menunjukkan bahwa interaksi dalam keluarga mengandung kegiatan belajar atau pendidikan. Lingkungan keluarga merupakan lingkungan primer yang kuat pengaruhnya kepada individu dibandingkan dengan lingkungan sekunder yang ikatannya agak longgar. Selain itu keluarga juga merupakan lingkungan pendidikan pertama pra sekolah yang dikenal anak pertama kali dalam pertumbuhan dan perkembangannya. Keluarga sebagai lingkungan belajar pertama sebelum lingkungan sekolah dan masyarakat, Purwanto (2011) menyatakan lingkungan itu dapat dibagi menjadi tiga bagian yaitu: a) Lingkungan Keluarga, yang disebut juga lingkungan pertama. b) Lingkungan Sekolah, yang disebut juga lingkungan kedua. c) Lingkungan Masyarakat, yang disebut juga lingkungan ketiga.
15
Berdasarkan pendapat diatas dapat diketahui bahwa anak menerima pendidikan pertama kali dalam lingkungan keluarga kemudian dilanjutkan dalam lingkungan sekolah dan masyarakat. Tanggung jawab pendidikan anak terletak pada kerjasama antara keluarga, sekolah dan masyarakat. 2. Macam-macam Lingkungan Keluarga yang Berpengaruh Terhadap Proses Belajar Keluarga pada dasarnya adalah lingkungan utama yang berpengaruh terhadap prestasi belajar anak. Anshari (2009) mengelompokkan macam-macam lingkungan keluarga yang berpengaruh terhadap proses belajar anak, yaitu: a) Lingkungan tempat dimana anak itu tinggal, ini menyangkut daerah dimana anak bertempat tinggal, misalnya di kota, desa, pesisir, pedalaman, daerah yang maju atau tidak dan sebagainya. b) Lingkungan tempat dimana pendidikan berlangsung (Tri Pusat Pendidikan), yaitu keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat. c) Teman bermain dan orang-orang ada di sekitarnya, misalnya tetangga, teman bermain dan sebagainya. d) Buku-buku bacaan seperti majalah, koran, komik dan lainlainnya. e) Macam-macam kesenian, seperti bioskop, wayang, dan bermacam-macam pertunjukkan yang lain. 3. Faktor Lingkungan Keluarga yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Faktor lingkungan sangat berpengaruh pada kondisi dan perilaku seseorang. Slameto (2011) menyatakan “Anak akan menerima pengaruh dari keluarga berupa cara orangtua mendidik anak, relasi antara anggota keluarga, suasana rumah tangga dan keadaan ekonomi keluarga”. Faktor-faktor tersebut apabila dapat menjalankan sesuai dengan fungsi dan peranannya masing-masing dengan baik, maka dapat menciptakan situasi dan kondisi yang dapat mendorong anak untuk lebih giat belajar. Slameto (2011) juga berpendapat bahwasanya orangtua yang kurang memperhatikan pendidikan anaknya, misalnya mereka acuh tak acuh terhadap belajar anaknya, tidak memperhatikan sama sekali kepentingan-kepentingan dan kebutuhan-kebutuhan anak dalam belajar, tidak mengatur waktu belajarnya, tidak menyediakan alat belajarnya, tidak memperhatikan apakah anak belajar atau tidak, tidak mau tahu bagaimanakah kemajuan belajar anaknya, kesulitan-
16 kesulitan yang dialami dalam belajar dan lain-lain, dapat menyebabkan anak kurang berhasil dalam belajarnya. Orangtua harus berperan aktif dalam mendukung keberhasilan siswa. Orangtua disamping menyediakan alat-alat yang dibutuhkan anak untuk belajar, yang lebih penting lagi adalah bagaimana memberikan bimbingan, pengarahan agar anak lebih bersemangat untuk berprestasi. Berdasarkan penjelasan diatas mengenai faktor-faktor keluarga yang berpengaruh terhadap belajar anak dapat diuraikan sebagai berikut (Slameto, 2011): a) Cara orangtua dalam mendidik anak Cara orangtua dalam mendidik anak kemungkinan akan berpengaruh terhadap belajar anak. Hal ini berkaitan dengan peran orangtua dalam memikul tugas dan tanggung jawab sebagai pendidik, guru dan pemimpin bagi anak-anaknya. Peran dan tugas orangtua salah satunya dapat dilihat dari bagaimana orangtua tersebut dalam mendidik anaknya, kebiasaan-kebiasaan baik yang ditanamkan agar mendorong semangat anak untuk belajar. b) Relasi antara anggota keluarga Relasi antara anggota keluarga yang terpenting adalah relasi antara anak dengan seluruh anggota keluarga terutama orangtua dengan ananknya atau anak dengan anggota keluarga yang lain. Wujud relasi bisa berupa cara hubungan penuh kasih sayang, pengertian, dan perhatian ataukah diliputi oleh rasa kebencian, sikap terlalu keras, atau sikap acuh tak acuh. Relasi antara anggota keluarga ini erat hubungannya dengan bagaimana orangtua dalam mendidik anaknya. c) Suasana rumah Agar rumah menjadi tempat belajar yang baik maka perlu dicipatakan suasana rumah yang tenang dan tentram. Suasana tersebut dapat tercipta apabila dalam keluarga tercipta hubungan yang harmonis antar orangtua dengan anak atau anak dengan anggota keluarga yang lain. Keadaan rumah juga perlu ditata dengan rapi dan bersih sehingga dapat menimbulkan rasa nyaman dan sejuk yang memungkinkan anak lebih suka tinggal dirumah untuk belajar. Suasana rumah yang tenang dan tentram dapat membantu konsentrasi anak belajar di rumah. Harapan dan tujuan anak untuk meraih prestasi belajar yang maksimal di sekolah kemungkinan juga akan terbantu.
17
d) Keadaan ekonomi keluarga Keadaan ekonomi keluarga erat hubungannya dengan belajar anak. Anak yang sedang belajar selain harus terpenuhi kebutuhan pokoknya, misalnya makanan, perlindungan, kesehatan, juga membutuhkan fasilitas belajar seperti alat-alat tulis, ruang belajar serta sarana pelengkap belajar yang lain. Fasilitas tersebut dapat terpenuhi jika keluarga mempunyai penghasilan yang cukup. Kondisi yang demikian kemungkinan dapat memotivasi anak untuk maju. e) Fasilitas belajar Tempat belajar yang baik hendaknya terletak di tempat tenang dan terbebas dari hal-hal yang dapat mengganggu. Apabila tempat belajar baik maka setiap siswa akan memasuki tempat belajar akan tumbuh niatnya untuk belajar. Umumnya siswa lebih banyak menggunakan waktu untuk belajarnya di malam hari. Penerangan yang baik untuk membaca di waktu malam hari adalah penerangan tak langsung, karena cahaya yang dihasilkan mamantul dan tersebar ke semua arah sehingga sifat cahaya merata dan tidak menimbulkan bayangan. Syarat yang harus diperhatikan untuk menciptakan tempat belajar yang baik adalah peredaran udara. Tempat belajar hendaknya mempunyai peredaran udara yang lancar. Alat untuk belajar yang lengkap dan cukup memadai untuk belajar akan mendorong siswa belajar dengan baik, sehingga mendukung pula pencapaian prestasi belajar. Berbeda dengan Slameto, Indrakusuma (2009) mengemukakan ada beberapa faktor dar lingkungan keluarga yang mempengaruhi prestasi belajar, yaitu: a) Perhatian orangtua Kegiatan pendidikan anak perlu diberikan perhatian dari orangtua. Ketika anak sedang belajar janganlah orangtua mengganggu. Sebaiknya orangtua memberikan dorongan kepada anaknya untuk belajar. Memberikan dorongan dan perhatian kepada anak merupakan kewajiban orangtua, karena dengan memberikan dorongan dan perhatian anak akan termotivasi untuk belajar dengan maksimal. b) Keadaan ekonomi keluarga Ada dua argumentasi bagaimana faktor status sosial ekonomi orangtua berpengaruh terhadap prestasi akademik siswa. Pertama, orangtua dengan status sosial tinggi dan berpendapatan tinggi akan memperhatikan pendidikan anak
18
c)
d)
lebih tinggi. Kedua, oleh karena itu mereka akan berupaya untuk menyediakan berbagai kebutuhan belajar anak dirumah dan berusaha mencari sekolah yang terbaik untuk anaknya. Orangtua dengan status sosial ekonomi tinggi cenderung mempunyai kesadaran yang lebih tinggi dalam menciptakan keadaan belajar anaknya dari pada orangtua dengan status sosial ekonomi yang lebih rendah. Pendidikan orangtua Secara psikologis orangtua yang pendidikan tinggi, pada umumnya akan berusaha sekuat tenaga agar anaknya nanti minimal harus sama dengan pendidkan orangtuanya. Oleh sebab itu timbul dorongan dan motivasi dari orangtua agar anaknya mau mencontoh pendidikan yang dialaminya. Motivasi eksternal tersebut sangat berpengaruh terhadap keberhasilan anak dalam belajar baik di sekolah maupun dirumah dan masyarakat. Suasana lingkungan keluarga Pencapaian keberhasilan dalam belajar siswa memerlukan suasana yang tenang dan nyaman sehingga siswa tidak akan merasa terganggu dalam konsentrasi belajarnya. Suasana keluarga yang harmonis, tenang dan bahasia sangatlah baik bagi perkembangan keberhasilan anak dalam belajar dan begitu juga sebaliknya, jika suasana belajar dirumah tidak menyenangkan maka anak akan malas belajar dan akan mempengaruhi prestasi belajarnya.
Keluarga mempunyai pengaruh besar dalam proses pendidikan pada umumnya. Fungsi dan peranan orang tua tidak sebatas menyediakan dana pendidikan saja, tetapi ikut serta di dalam merencanakan program pendidikan, dan mengolah program pendidikan demi tercapainya mutu pendidikan. Sugihartomo (2001) juga menyatakan, bahwa lingkungan keluarga yang baik dapat dilihat dari kemampuan menyediakan fasilitas belajar, pengawasan kegiatan belajar, mengenal kesulitan belajar siswa, dan menolongnya dari kesulitan belajar tersebut. Fasilitas belajar dapat berupa alat tulis, buku tulis, buku pelajaran dan tempat untuk belajar. Kemudian orang tua perlu mengawasi kegiatan belajar anaknya di rumah. Karena dengan mengawasi kegiatan belajarnya anaknya, dia dapat mengetahui apakah anaknya belajar dengan sebaik-baiknya. Selanjutnya orang tua harus mengenal kesulitan kesulitan anaknya dalam belajar dengan cara menanyakan kepada anaknya apakah ada pelajaran yang sukar untuk diikuti, atau orang tua menanyakan kapada guru mengenai pelajaran
19 yang sukar didikuti oleh anak-anaknya. Selanjutnya orang tua harus membantu anak untuk mengatasi kesulitan-kesulitan dalam belajar, berarti orang tua berusaha menolong anak agar berhasil dalam proses belajarnya. Melalui upaya-upaya tersebut, maka proses belajar siswa akan lebih berkualitas. Berdasarkan penjelasan teori-teori diatas, penelitian ini mengacu pada teori Slameto (2011) yang menyebutkan faktor-faktor keluarga yang berpengaruh terhadap prestasi belajar anak adalah cara orangtua mendidik anak, relasi antara anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, dan fasilitas belajar.
E. Hubungan Lingkungan Keluarga dan Sekolah dengan Prestasi Belajar Matematika Umumnya setiap orang ingin meraih prestasi yang setinggi mungkin pada tiap kegiatan. Seseorang dikatakan berprestasi jika mereka telah mencapai keberhasilan pada tingkat tertentu dari usaha yang telah dilakukannya. Lingkungan keluarga dalam upaya meningkatkan prestasi belajar terutama pada pelajaran matematika juga turut menunjang, karena sebagian waktu seorang siswa berada dirumah. Oleh karena itu, keluarga merupakan salah satu potensi yang besar dan positif dalam memberi pengaruh pada prestasi belajar siswa. Hal ini ditunjukkan dengan hubungan yang terjalin dengan baik antara orangtua dengan anak. Semakin baik terjalinnya hubungan orangtua dan anak, maka semakin besar pula dorongan dan semangat yang akan berdampak pada prestasi belajar. Maka orangtua sudah sepatutnya mendorong, memberi semangat, membimbing, dan memberi teladan yang baik kepada anaknya. Faktor sekolah juga turut ikut serta dalam keberhasilan belajar siswa disekolah. Apabila terjalin hubungan dan komunikasi yang lancar antar guru dengan siswa, metode pembelajaran yang digunakan guru inovatif, siswa tertib disiplin, dan saran penunjang memadai, maka suasana kondusif tersebut akan mendorong siswa untuk saling berkompetisi dalam proses pembelajaran. Dampaknya, siswa akan merasa senang dan tertarik untuk mengikuti setiap pelajaran. Kondisi seperti inilah yang diharapkan agar terwujudnya lingkungan sekolah yang memberikan pengaruh dan hal-hal positif bagi para siswanya sehingga akan berdampak pada peningkatan prestasi belajar siswa terutama pada pelajaran matematika. Hal ini sejalan dengan penelitian Sukawati (2008) yang menyatakan bahwa lingkungan sekolah dan keluarga berhubungan dengan prestasi belajar khususnya dalam pelajaran matematika. Hal senada juga dikemukakan oleh Ima (2012) bahwa lingkungan keluarga
20 dan lingkungan berhubungan erat dengan prestasi belajar matematika siswa. Berdasarkan pendapat dari para ahli dan hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa lingkungan keluarga dan sekolah memiliki hubungan dengan prestasi belajar matematika. Pemenuhan lingkungan belajar di rumah dan di sekolah membutuhkan perhatian yang khusus agar tercipta suasana lingkungan belajar yang kondusif dan menyenangkan bagi siswa selama proses pembelajaran.
F.
Hasil-hasil Belajar Lain yang Relevan Penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Sukawati (2008) yang berjudul Hubungan Lingkungan Sekolah, Keluarga, dan Masyarakat dengan Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas XI SMK Muhammadiyah Cawas Tahun Ajaran 2011/2012, yang menunjukkan terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara lingkungan sekolah, keluarga, dan masyarakat dengan prestasi belajar matematika. Nilai rxy = 0,262 dengan p = 0,011 (p<0,05) menunjukkan ada hubungan positif yang signifikan antara lingkungan sekolah dengan prestasi belajar matematika. Nilai rxy = -0,316 dengan p = 0,003 menunjukkan ada hubungan negatif yang signifikan antara lingkungan keluarga dengan prestasi belajar matematika. Nilai rxy = 0,273 dengan p = 0,020. Nilai rxy = 0,224 dengan p = 0,018 (p<0,05) menunjukkan ada hubungan yang positif dan signifikan antara lingkungan masyarakat dengan prestasi belajar matematika. Sejalan dengan Sukawati, Ima (2012) dalam penelitiannya yang berjudul Hubungan Antara Lingkungan Sekolah dan Lingkungan Keluarga dengan Prestasi Belajar Matematika Siswa SMKN 48 Jakarta Timur menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara lingkungan sekolah dengan prestasi belajar matematika siswa SMKN 48 Jakarta Timur (p<0,05), terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara lingkungan keluarga dengan prestasi belajar matematika siswa SMKN 48 Jakarta Timur (p<0,05) dan terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara lingkungan sekolah dan lingkungan keluarga dengan prestasi belajar matematika siswa SMKN 48 Jakarta Timur (p<0,05). Berbeda dengan Sukawati dan Ima, Nurmalia (2010) yang berjudul Hubungan Lingkungan Keluarga dan Lingkungan Sekolah dengan Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas XI IPS MAN Malang 1, yang menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan positif yang signifikan antara lingkungan keluarga dengan prestasi belajar matematika dengan nilai rxy = 0,141 dengan p = 0,112 dan untuk lingkungan sekolah dengan prestasi belajar matematika dengan nilai rxy = 0,217 dengan p = 0,201.
21
G. Kerangka Berpikir Prestasi belajar merupakan hasil usaha belajar yang dicapai seorang siswa berupa suatu kecakapan dari kegiatan belajar bidang akademik di sekolah pada jangka waktu tertentu dan ditulis dalam bentuk laporan prestasi siswa. Proses belajar mengajar memegang peranan penting dalam pencapaian prestasi belajar siswa. Kegiatan pembelajaran dikatakan berhasil apabila dapat menghasilkan kegiatan belajar yang lebih baik kepada siswa. Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa diantaranya adalah lingkungan keluarga dan lingkungan sekolah. Kedua faktor tersebut memegang peranan penting dalam pencapaian prestasi belajar siswa. Lingkungan keluarga merupakan lingkungan pendidikan pertama pra sekolah yang dikenal anak pertama kali dalam pertumbuhan dan perkembangannya. Anak akan menerima pengaruh dari keluarga berupa cara orangtua mendidik, relasi antara anggota keluarga, suasana rumah tangga dan keadaan ekonomi keluarga. Apabila faktorfaktor tersebut dijalankan sesuai dengan fungsi dan peranannya dengan baik, maka dapat menciptakan situasi dan kondisi yang dapat mendorong anak untuk lebih giat belajar sehingga akan berpengaruh terhadap pencapaian prestasi belajarnya. Begitu juga dengan lingkungan sekolah. Sekolah merupakan lingkungan kedua yang berperan besar memberi pengaruh pada prestasi belajar siswa. Lingkungan sekolah yang baik dapat mendorong siswa untuk belajar lebih giat. Hubungan antara guru dengan siswa, cara penyajian pelajaran, alat-alat pelajaran, dan kurikulum akan mempengaruhi hasil dan prestasi belajar. Semakin baik terjalinnya hubungan orangtua dan anak, maka semakin besar pula dorongan dan semangat yang akan berdampak pada prestasi belajar. Maka sudah sepatutnya orangtua mendorong, memberi semangat, membimbing, dan memberi teladan yang baik kepada anaknya. Begitu pula sebaliknya dengan sekolah, apabila terjalin hubungan dan komunikasi yang lancar antara guru dengan siswa, metode pembelajaran yang digunakan inovatif, siswa tertib disiplin, dan sarana penunjang memadai, maka suasana kondusif tersebut akan mendorong siswa untuk saling berkompetensi dalam proses pembelajaran. Berdasarkan penjelasan diatas, maka dapat digambarkan kerangka berpikir sebagai berikut.
22
Prestasi Belajar Matematika Siswa
Faktor Internal
Faktor Eksternal
Lingkungan Keluarga
Lingkungan Sekolah
Hubungan Lingkungan Keluarga dan Sekolah dengan Prestasi Belajar Matematika
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir Penelitian
H. Hipotesis Penelitian Hipotesis penelitian dalam penelitian ini adalah “Ada hubungan yang positif signifikan antara lingkungan keluarga dan sekolah dengan prestasi belajar matematika siswa kelas VIII SMP Kristen Satya Wacana Salatiga Tahun Ajaran 2012/2013.”