BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Kepemimpinan 2.1.1 Pengertian Kepemimpinan Kepemimpinan merupakan suatu ilmu yang mengkaji secara komprehensif tentang bagaimana mengarahkan,memperngaruhi,dan mengawasi orang lain untuk mengerjakan tugas sesuai dengan perintah ang direncanakan. Ilmu kepemimpinan telah semakin berkembang seiring dengan dinamika perkembangan hidup manusia. Untuk memahami definisi kepemimpinan secara lebih dalam, ada beberapa definisi kepemimpinan yang di kemukakan oleh para ahli, yaitu: a. Stephen P. Robbins mengatakan,kepemimpinan adalah kemampuan untuk memperngaruhi suatu kelompok ke arah tercapainya tujuan. b. Richard L. Daft mengatakan, kepemimpinan adalah kemampuan memperngaruhi orang yang mengarah kepada pencapaian tujuan. c. G. R. Terry memberikan definisi: leadership is the activity of influencing people to stive willingly for mutual objectives d. Ricky W.Griffin mengatakan, pemimpin adalah individu yang mampu memperngaruhi perilaku orang lain tanpa harus mengandalkan kekerasan; pemimpin adalah individu yang di terima oleh orang lain sebagai pemimpin.
Pemimpin dan kepemimpinan adalah ibarat sekeping mata uang logam yang tidak bisa di pisahkan, dalam artian bisa dikaji secara terpisah namun harus dilihat sebagai satu kesatuan. Seorang pemimpin harus memiliki jiwa kepemimpinan, dan jiwa kepemimpinan yang dimiliki seorang pemimpin tidak bisa diperoleh dengan cepat dan segera namun sebuah proses yang terbentuk dari waktu kewaktu hingga akhirnya mengkristal dalam sebuah karakteristik dalam artian ada sebahagian orang yang memiliki sifat kepemimpinan namun dengan usahanya yang gigih mampu membantu lahirnya penegasan sikap kepemimpinan pada dirinya tersebut. Para ahli dengan berbagai latar belakang keilmuan ( science ) dan pengalaman (experience) yang dimiliki berusaha untuk memberikan penafsiran perbedaan antara pemimpin dan kepemimpinan. Gary Yulk (1998) dalam brantas (2009) membantu kita dengan melakukan klasifikasi definisi pemimpin dan kepemimpinan, yaitu. a. Pendekatan berdasarkan ciri. Pendekatan ini menekankan kepada atribut-atribut pribadi para pemimpin. Dasar dari pendekatan ini adalah asumsi bahwa beberapa orang merupakan pemimpin dengan beberapa ciri yang tidak dimiliki oleh orang lain. b. Pendekatan berdasarkan perilaku. Pendekatan ini merupakan kritisi terhadap generasi pertama pendekatan berdasarkan ciri. Sebagai namanya, pendekatan ini sangat diwarnai oleh psikologi dengan focus menemukan dan mengklasifikasikan perilakuperilaku yang membantu pengertian kita tentang kepemimpinan.
2.1.2 Ciri-Ciri Pemimpin Untuk mewujudkan seseorang menjadi seorang pemimpin yang ideal di butuhkan syaratsyarat yang tergambarkan dalam bentuk ciri-ciri yang dimiliki. Adapun ciri-ciri untuk menjadi seorang pemimpin adalah: a. Memilik kompetensi yang sesuai dengan zamannya. Artinya kompetensi yang dimilikinya sangat berguna untuk diterapkan pada saat itu, dan kompetensi tersebut diakui oleh banyak pihak serta pakar khususnya.misalnya pada saat situasi ekonomi sedang mengalami fluktuasi dan inflasi yang tidak diharapkan, maka pemimpin perusahaan masih mampu mempertahankan perusahaan dengan segala karyawan yang dimiliki. Artinya pemimpin perusahaan tetap tidak ingin memberhentikan sebahagian karyawan (PHK), menurunkan gaji karyawan, pemutusan kerja karyawan kontrak dan sejenisnya karena factor penjualan perusahaan mengalami penurunan, jikapun penghematan atau efisiensi ingin dilakukan maka itu cukup dengan pembatasan penggunaan AC, penggunaan telpon kantor, pembatasan penggunaan kenderaan dinas yang hanya boleh dipakai pada saat-saat sangat penting saja, dan lainnya. Sehingga kebersamaan dan loyalitas antara karyawan dengan pimpinan tetap tinggi. b. Memahami setiap permasalahan secara lebih dalam dibandingkan dengan orang lain, serta mampu memberikan keputusan terhadap permasalahan tersebut c. Mampu menerapkan konsep secara tepat dan baik. Artinya menempatkan orang sesuai dengan tempatnya dan kemampuan atau kompetensi yang dimlikinya. Artinya pemimpin adalah yang bisa melihat setiap potensi yang dimiliki oleh seseorang dan menempatkan potensi tersebut sesuai pada tempatnya.
2.1.3 Nilai-nilai kepemimpinan Menurut brantas, kepemimpinan tidak dapat terlepas dari nilai-nilai yang dimiliki oleh pemimpin seperti yang diungkapkan oleh Guth dan Taguiri ( dalam salusu, 2000 ), yaitu : 1. Teoritik, yaitu nilai-nilai yang berhubungan dengan usaha mencari kebenaran dan mencari pembenaran secara rasional. 2. Ekonomis, yaitu yang tertarik pada aspek-aspek kehidupan yang penuh keindahan, menikmati setiap peristiwa untuk kepentingan sendiri. 3. Sosial, menaruh belas kasihan pada orang lain, simpati, tidak mementingkan diri sendiri. 4. Politisi, berorientasi pada kekuasaan dan melihat kompetisi sebagai factor yang sangat vital dalam kehidupannya. 5. Religius, selalu menghubungkan setiap aktivitas dengan kekuasaan sang pencipta. Nilai-nilai yang dimiliki oleh pemimpin dari kelima tersebut pada prinsipnya bisa bertambah lebih banyak lagi dari pada itu, namun secara umum dapat disebut hanya lima saja. 2.1.4 Kepemimpinan dan Perilaku Perilaku adalah segenap manifestasi hayati individu dalam berinteraksi dengan lingkungan, mulai dari perilaku yang paling nampak sampai yang tidak nampak, dari yang dirasakan sampai yang tidak dirasakan. Perilaku organisasi adalah suatu teori yang memandang organisasi dari segi perilaku anggota organisasi. Setiap anggota mempunyai watak, temperamen, cita-cita, keinginan yang berbeda-beda.
Seperti yang di kemukakan Kelly (dalam Miftah, 2007 : 9), perilaku organisasi dapat dirumuskan sebagai suatu sistem studi dari sifat organisasi misalnya: bagaimana organisasi dimulai, tumbuh dan berkembang, dan bagaimana pengaruhnya terhadap anggota-anggota sebagai individu, organisasi –organisasi lainnya dan institusi-institusi yang lebih besar. Menurut Cummings (dalam Miftah, 2007 : 8) perilaku organiasi adalah suatu cara berpikir, suatu cara untuk memahami persoalan-persoalan dan menjelaskan secara nyata hasilhasil penemuan berikut tindakan-tindakan pemecahan. Sedangkan menurut Duncan (dalam Pandji, 1981 : 8) perilaku organisasi adalah suatu studi yang menyangkut aspek-aspek tingkah laku manusia dalam suatu organisasi atau suatu kelompok tertentu. Selanjutnya menurut Gibson (dalam Pandji, 1985 : 7) perilaku organisasi adalah perubahan tentang individu dan kelompok dalam lingkungan organisasi. Untuk memahami pengertian perilaku organisasi yang menyeluruh bahwa perilaku organisasi adalah secara langsung berhubungan dengan pengertian, ramalan, dan pengendalian terhadap tingkah laku orang-orang didalam suatu organisasi dan bagaimana perilaku orang-orang tersebut mempengaruhi usaha-usaha pencapaian tujuan organisasi. Dalam mengembangkan dan memajukan suatu organisasi manajer dengan pengaruh kepemimpinan yang di miliki berkexwajiban untuk memahami perilaku setiap karyawan yang berada di lingkungan kerjanya. Karena itu dalam mewujudkan suatu perilaku yang di inginkan oleh konasep manajemen maka seorang menejer harus mempergunakan kekuatannya.
2.2 Motivasi 2.2.1 Pengertian Motivasi Dalam ilmu manajemen pembahasan tentang motivasi memiliki kedudukan penting. Ini di sebabkan karena konsep motivasi mampu memberi pengaruh besar bagi kemajuan serta pergerakan suatu perusahaan di masa depan. Motivasi adalah aktivitas perilaku yang bekerja dalam usaha memenuhi kebutuhankebutuhan yang di inginkan. Untuk memahami lebih dalam devinisi motivasi ada baiknya kita melihat beberapa para ahli berikut: Chung & Meggison menyatakan bahwa”motivation is devined as/goal-directed behavior.it is concerns the level of effort one exerts inpursuinga goal …it is closely performance (motivasi dirumuskan sebagai perilaku yang ditunjukan pada sasaran. Motivasi berkaitan dengan tinggkat usaha yang dilakukan oleh seseorang dalam manajersuatu tujuan….motivasi berkaitan erat dengan kepuasan dan performansi pekerjaan). Di sisi lain menurut Santoso Sandoro Motivasi Adalah suatu set atau kumpulan perilaku yang memberikan landasan bagi seseorang untuk bertindak dalam suatu cara yang diarahkan kepada tujuan spesifik tertentu. 2.2.2 Bentuk-Bentuk Motivasi Bagi Setiap Individu sebenarnya memiliki Motivasi yang Mampu menjadi spirit dalam memacu dan menumbuhkan semangat kerja dalam bekerja.
Motivasi Muncul dalam dua bentuk dasar yaitu: a. Motivasi ekstrinsik(dari luar)dan b. Motivasi intrinsik(dari dalam diri seseorang/kelompok) Motivasi ekstrinsik muncul dari luar diri seseorang,kemudian selanjutnya mendorong orang tersebut untuk membangun dan menumbuhkan semangat motivasi pada diri orang tersebut untuk merubah seluruh sikap yang di miliki olehnya saat ini kearah yang lebih baik. Sedangkan Motivasi Inrinsik adalah motivasi yang muncul dan tumbuh serta berkembang dalam diri orang tersebut,yang selanjutnya kemudian memperngaruhi dia dalam melakukan sesuatu secara bernilai dan berarti. 2.3 Pengaruh Kepemimpinan Terhadap Karyawan Peran dan fungsi pimpinan dalam mendukung pengambilan keputusan yang terbaik bagi organisasi dan berbagai stakeholders’lainnya menjadi penting. Seorang pemimpin diajarkan untuk melihat suatu keputusan dalam konteks jangka pendek namun keputusan yang diambil memiliki dampak jangka panjang. Karena itu seorang pemimpin yang baik adalah yang memiliki visi dan misi yang jelas. Dimana dengan keputusan yang dibuat tersebut ia mampu mendorong pembentukan kenerja yang di cita-citakan,termasuk tentunya dengan mengarahkan para karyawan agar bekerja dalam mewujudkan cita-cita tersebut. Bahwa mengarahkan para karyawan bekerja dengan maksud yang di inginkan oleh pimpinan haruslah melaluiberbagai macam tehnik dan seni. Karena salah satu faktor kegagalan pekerjaan disebabkan tidak ada semangat penyatuan dari para karyawan untuk mau bekerja
sesuai arahan dari pimpinan,sebaliknya ini juga terjadi disebabkan oleh sikap dari keputusan pimpinan yang tidak memahami kondisi para karyawan. 2.4 Pengaruh Kepemimpinan Terhadap kualitas Kinerja terhadap Karyawan Dalam suatu organisasi fungsi dan peran pemimpin dalam mendorong pembentukan organisasi yang diharapkan menjadi dominan. Pada era globalisasi kepemimpinan yang di butuhkan adalah yang memiliki nilai kompetensi yang tinggi,dan kompetensi itu bisa di peroleh jika pemimpin tersebut telah memiliki experience ( pengalaman ) dan science ( ilmu pengetahuan) yang maksimal. Karyawan adalah salah satu bentuk asset internal yang paling berharga dimiliki oleh perusahaan. Artinya dengan kebijakan dan usaha kuat untuk menjaga Dan mempertahankann karyawan maka diharapkan akan mampu menghindari faktor-faktor yang mengakibatkan tidak tercapainya tujuan organisasi. Ini sebagaimana dikemukakan oleh Moeller & Witt bahwa, Faktor-faktor yang mengakibatkan tidak tercapainya tujuan organisasi . Seorang pemimpin harus mampu mengarahkan bawahannya untuk memiliki kompotensi dalam bekerja. Karena dengan kepemilikan kompotensi karyawan tersebut akan mampu mendorong peningkatan kualitas kinerja perusahaan. Kita bisa melihat perbedaan antara karyawan yang memiliki kompotensi dan yang rendah nilai kompotensinya,pada hasil kinerja yang mereka hasilkan.untuk itu setiap pemimpin bukan hanya dituntut untuk mampu bekerja secara maksimal namun juga mengerti dimana permasalahan yang dimiliki oleh setiap karyawan selama ini. Termasuk permasalahan dalam mengembangkan bakat yang dimiliki oleh seorang karyawan. Memahami bakat dan keahlian dengan kesesuaiannya,adalah menempatkan karyawan tersebut sesuai dengan tempatnya.
2.5 Kepemimpinan Dan Manajemen Kinerja Salah satu tugas seorang pemimpin di organisasi adalah memberikan peningkatan pada manajemen kinerja organisasi yang bersangkutan. Pada saat suatu organisasi mengalami kemunduran maka banyak analisis yang menyimpulkan bahwa pengelolaan manajemen kinerja organisasi tersebut rendah. Sehingga untuk mengembalikan dan membangun kinerja organisasi tersebut kembali keposisi yang seharusnya maka diperlukan pemimpin yang memiliki kecakapan yang tinggi. 2.5.1 Pengertian Kinerja Kinerja adalah hasil yang diperoleh oleh suatu organisasi baik organisasi tersebut bersifat profit orientet dan non profit orientet yang dihasilkan selama satu periode waktu. Secara lebih tegas Amstron dan Baron mengatakan kinerja merupakan hasil pekerjaan yang mempunyai hubungan kuat dengan tujuan strategis organisasi, kepuasan konsumen dan memberikan konstribusi ekonomi. Lebih jauh Indra Bastian menyatakan bahwa kinerja adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan/program/kebijaksanaan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan visi organisasi yang tertuang dalam perumusan skema strategis suatu organisasi. Mangkunegara (2001:67) mendifinisikan kinerja (prestasi kerja) sebagai berikut: “Kinerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya”. Sedangkan Bernardin dan Russel (1993:397), mengatakan pengertian bahwa: “kinerja pegawai tergantung pada kemampuan, usaha kerja dan kesempatan kerja yang dapat dinilai dari out put”. Timpe (1993:ix), mengemukakan bahwa kinerja (prestasi kerja) adalah: “Tingkat kinerja individu, yaitu hasil yang diinginkan dari perilaku individu. Kinerja merupakan
penampilan hasil karya seseorang dalam bentuk kualitas ataupun kuantitas dalam suatu organisasi. Kinerja dapat merupakan penampilan individu maupun kelompok kerja pegawai. Simamora (2004) berpendapat bahwa kinerja ata performance dapat diartikan sebagai hasil kerja yang dicapai seseorang sesuai dengan ketentuan yang berlaku dalam suatu kelompok atau organisasi kerja tertentu. Kinerja merupakan suatu pencapaian persyaratan-persyaratan pekerjaan tertentu yang akhirnya secara langsung dapat tercermin dari output yang dihasilkan baik jumlah maupun kualitasnya. Gomes dalam mangkunegara (2006) mengemukakan definisi kenerja karyawan sebagai ungkapan seperti output, efisiensi serta efektifitas yang sering dihubungkan dengan produktivitas. Selanjutnya definisi kinerja karyawan menurut Mangkunegara (2006) adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang karyawan dlam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Dimensi kinerja mencakup semua unsure yang akan dievaluasi dalam pekerjaan masingmasing karyawan dalam suatu organisasi. Dimensi ini mencakup berbagai criteria yang sesuai untuk digunakan dalam mengukur hasil pekerjaan yang telah diselesaikan Dharma
(2003)
menyatakan
bahwa
hamper
seluruh
cara
pengukuran
kinerja
mempertimbangkan hal-hal berikut 1.
Kuantitas, yaitu jumlah yang harus diselesaikan.
2.
Kualitas, yaitu mutu yang dihasilkan
3.
Ketepatan waktu, yaitu kesesuaian dengan waktu yang telah direncanakan. Kriteria dalam kinerja mencakup aspek pengukuran yang bersifat kuantitatif dan kualitatif.
Aspek kuantitatif bersifat empiris yang dpat diamati atau ditransformasikan dalam bentuk
bilangan atau jumlah dan dianalisis. Aspek kualitatif bersifat konseptual, diinterprestasikan dari gejala yang dapat diamati bukan dari data dalam bentuk bilangan yang cenderung merupakan proses mental dalam bekerja. Dimensi-dimensi yang dijadikan ukuran kinerja, menurut Nawawi (2000:97) adalah : 1. Tingkat kemampuan kerja (kompetensi) dalam melaksanakan pekerjaan baik yang diperoleh dari hasil pendidikan dan pelatihan maupun yang bersumber dari pengalaman kerja 2. Tingkat kemampuan eksekutif dalam memberikan motivasi kerja, agar pekerja sebagai individu bekerja dengan usaha maksimum, yang memungkinkan tercapainya hasil sesuai dengan keinginan dan kebutuhan masyarakat. 2.5.2 Hubungan Manajemen Kinerja Dan Prestasi Kerja. Ada hubungan kuat antara kinerja dan prestasi kerja, ini sebagaimana dikemukakan oleh Erwin, bahwa kinerja adalah prestasi kerja. Dan lebih jauh menurut Peter dan Yeni Salim “prestasi kerja merupakan hasil kerja yang diperoleh dari melaksanakan tugas yang dibebankan kepada seseorang.” Ada beberapa factor yang mendasari karyawan bekeinginan terlibat secara serius dalam usaha meningkatkan prestasi kerja perusahaan, yaitu: a. Karyawan tersebut merasa perusahaan telah menjalankan peraturan dan ketentuan yang sesuai dengan mereka harapkan. b. Karyawan merasa dirinya bukan hanya sekedar pekerja namun lebih dari itu, yaitu ia juga merasa dirinya sebagai bahagian penting dari manajemen perusahaan. c. Tindakan dan prestasi karyawan selalu dihargai baik secara materil dan non materil.
d. Pihak manajemen perusahaan dalam memposisikan karyawan tidak dalam konteks hubungan antara atasan dan bawahan, namun bersifat kekeluargaan. e. Pihak manajemen perusahaan selalu menjelaskan kepada para karyawan bahwa prestasi yang mereka peroleh itu juga semata-mata bukan hanya karena kerja keras dari para karyawan namun juga di peroleh karena factor dukungan dan doa dari istri dan anak-anak dirumah, atau dengan kata lain rizki yang diperoleh oleh seorang karyawan adalah rizkinya keluarga juga. f. Karyawan merasa perusahaan tempat ia berkerja bisa dijadikan sebagai tempat untuk menggantungkan hidupnya hingga akhir tua.