BAB II KAJIAN TEORITIS A. Diskripsi Teori 1. Hasil Belajar Matematika a. Pengertian Hasil BelajarMatematika Schoenfeld (Uno, 2008:14) mendefinisikan bahwa belajar matematika berkaitan dengan apa dan bagaimana menggunakannya dalam membuat keputusan untuk memecahkan masalah matematika. Keberhasilan pengajaran matematika ditentukan oleh seberapa baik hasil belajar yang dicapai siswa setelah mengikuti pelajaran. Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh siswa setelah mengalami kegiatan belajar (Rifa’i, 2009:85).Gambaran keberhasilan perubahan tingkah laku yang dialami oleh individu dari hasil pengalaman/pembelajaran yang membuat siswa dari tidak tahu menjadi tahu, belum bisa menjadi bisa dan hasil tersebut dapat berupa kemajuan untuk diri siswa maupun sesuatu hal yang buruk yangdimilikinya (Anitah, 2003:5). Sedangkan hasil belajar menurut Sudjana (2010:22) adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki peserta didik setelah menerima pengalaman Dimyati dan Mudjiono (2009:3) mengungkapkan bahwa hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Hasil belajar merupakan berakhirnya proses belajar dan diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Haris dan Jihad (2008:14) mengemukakan hasil belajar merupakan pencapaian bentuk perubahan perilaku yang cenderung menetap dari ranah kognitif, afektif, dan psikomotoris dari proses belajar yang dilakukan dalam kurun waktu tertentu. Menurut Hudojo (1980:3), matematika pada hakekatnya merupakan suatu ilmu yang cara bernalarnya deduktif. Bernalar deduktif adalah proses pengambilan kesimpulan yang didasarkan pada premis-premis yang kebenarannya telah ditentukan. Secara deduktif, matematika menemukan pengetahuan yang baru berdasarkan premis-premis yang tertentu. Berdasarkan pandangan konstruktivisme, belajar matematika bukan hanya menerima secara pasif dari guru, tetapi siswa harus berperan aktif membentuk pengetahuan (Uno, 2008:128). Hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika merupakan hasil kegiatan dari belajar matematika dalam bentuk pengetahuan sebab akibat dari perlakuan atau pembelajaran yang dilakukan siswa (Uno, 2008:139).Hasil belajar matematika dapat diukur dari suatu usaha untuk mengetahui sejauh apa keberhasilan belajar dalam
5
6 penguasaan kompetensi dibidang matematika (Hiiling, dalam Ahira, 2009) Hasil belajar matematika dalam penelitian mengacu kepada Uno, yaitu hasil kegiatan dari belajar matematika dalam bentuk pengetahuan sebab akibat dari perlakuan atau pembelajaran yang dilakukan siswa. b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar Secara garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar adalah faktor dalam dan faktor luar (Tim Pengembangan MKDK, 1989:148-155) . 1) Faktor dalam adalah faktor-faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan belajar yang berasal dari siswa yang sedang belajar, antara lain adalah : - Kondisi fisiologis (kesegaran jasmani, kekurangan gizi, panca indera, tidak cacat). - Kondisi Psikologis (Kecerdasan, bakat, minat, motivasi, emosi, kemampuan kognitif). 2) Faktor luar adalah faktor-faktor yang berasal dari luar diri siswa yang dapat mempengaruhi hasil belajar, antara lain adalah : - Faktor Lingkungan baik dalam lingkungan alami (suhu, udara, kelembapan, cuaca, musim yang sedang berlangsun) maupun lingkungan sosial (hubungan antara anak dan orang tua yang harmonis, suara mesin pabrik, hiruk pikuk lalu lintas) - Faktor Instrumental Faktor instrumental adalah faktor yang adanya dan penggunaannya di rancangkan sesuai dengan hasil belajar yang diharapkan. Faktor tersebut meliputi (kurikulum, program,sarana dan fasilitas, guru) Telah disebutkan diatas bahwa guru merupakan salah satu faktor penentu hasil belajar siswa. Oleh karena itu agar pelajaran efektif, model pembelajaran harus dipilih berdasarkan tujuan yang ingin dicapai. Salah satu yang dapat dilakukan guru adalah menentukan model pembelajaran yang sesuai dengan materi dan mendorong siswa untuk saling bekerja sama dan ikut andil dalam proses pembelajaran. 2. Model Pembelajaran Keberhasilan proses pembelajaran tidak terlepas dari kemampuan guru mengembangkan model-model pembelajaran yang berorientasi pada peningkatan intensitas keterlibatan siswa secara efektif di dalam proses pembelajaran (Anunurahman, 2009:140). Model pembelajaran adalah pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelompok maupun tutorial (Suprijono, 2012:46). Sejalan dengan pendapat diatas, model pembelajaranadalah suatu perencanaan atau suatu pola yang
7 digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran dikelas atau pembelajaran tutorial. Fungsi model pembelajaran adalah sebagai pedoman bagi perancang pengajar dan para guru dalam melaksanakan pembelajaran (Trianto, 2010:5). Model pembelejaran dimaksudkan sebagai interaksi siswa dengan guru di kelas yang menangkut strategi, pendekatan, metode danteknik pembelajaran yang diterapkan dalam pelaksanaan kegiatan belajar dikelas (Suherman, 2003:7). Berdasarkan beberapa pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran merupakan pedoman perencanaan pembelajaran yangdigunakan para guru dalam pelaksanaan pembelajaran untuk mencapai tujuan tertentu. 3. Model Pembelajaran Ekspositori Kata ekspositori berasal dari kata eksposisi yang berarti memberi penjelasan. Dalam proses belajar mengajar berarti guru memberikan penjelasan tentang fakta, data atau informasi yang penting. Menurut Dimyati (2002:172) perilaku mengajar dengan strategi ekspositori juga dinamakan model ekspositori. Model pembelajaran ekspositori merupakan kegiatan yang berpusat kepada guru. Guru aktif memberikan penjelasan atau informasi terperinci tentang bahan pengajaran (Dimyati, 2009:172).Model ini menjadikan guru sebagai pemberi informasi atau bahan pekajaran. Model pembelajaran Ekspositori hampir sama dengan ceramah dalam hal pusat kegiatan belajar guru bertindak sebagai pemberi informasi (bahan pelajaran). Guru berbicara pada awal pelajaran, menerangkan materi dan contoh soal. Disini siswa tidak hanya mendengarkan dan membuat catatan tetapi juga membuat soal latihan dan bertanya jika ia tidak mengerti. Guru memeriksa pekerjaan siswa secara individual atau klasikal. Siswa mengerjakan latihan soal sendiri atau saling bertanya dan mengerjakan bersama dengan temannya atau disuruh membuat di papan tulis (Suherman, 2003). Dalam model pembelajaran ekspositori guru menyajikan materi dalam bentuk yang telah dipersiapkan secara rapi, sistematis, dan lengkap, sehingga anak didik tinggal menyimak dan mencernanya saja secara tertib dan teratur. Secara garis besar prosedur ini adalah : a. Persiapan Guru mempersiapkan (preparasi) bahan selengkapnya secara sistematis dan rapi b. Apersepsi Guru bertanya atau memberikan uraian singkat untuk mengarahkan perhatian anak didik kepada materi yang diajarkan
8 c. Presentasi Guru menyajikan bahan dengan cara memberikan ceramah atau menyuruh anak didik membaca bahan yang telah disiapkan dari buku teks tertentu atau yang ditulis guru d. Resitasi Guru bertanya dan anak didik menjawab sesuai dengan bahan yang dipelajari, atau anak didik disuruh menyatakan kembali dengan katakata sendiri (resitasi) tentang pokok-pokok masalah yang telah dipelajari, baik yang dipelajari secara lisan maupun tertulis.(Djamarah, 2002:23-24) Adapun kelebihan dan kelemahan dari model pembelajaran ekspositori. 1) Keunggulan a) Guru bisa mengontrol urutan dan keluasan materi pembelajaran, dengan demikian ia dapat mengetahui sejauh mana siswa menguasai bahan pelajaran yang disampaikan. b) Sangat efektif apabila materi pelajaran yang harus dikuasai siswa cukup luas, sementara itu waktu yang dimiliki untuk belajar terbatas. c) Melalui strategi pembelajaran ekspositori selain siswa dapat mendengar melalui penuturan (kuliah) tentang suatu materi pelajaran juga sekaligus siswa bisa melihat atau mengobservasi (melalui pelaksanaan demonstrasi). d) Keuntungan lain adalah strategi pembelajaran ini bisa digunakan untuk jumlah siswa dan ukuran kelas yang besar. 2) Kelemahan Disamping memiliki keunggulan, model ekspositori ini juga memiliki beberapa kelemahan, antara lain: a) Hanya mungkin dapat dilakukan terhadap siswa yang memiliki kemampuan mendengar dan menyimak secara baik, untuk siswa yang tidak memiliki kemampuan seperti itu perlu digunakan strategi yang lain. b) Tidak mungkin dapat melayani perbedaan setiap individu baik perbedaan kemampuan, pengetahuan, minat, dan bakat, serta perbedaan gaya belajar. c) Karena model pembelajaran ekspositori lebih banyak diberikan melalui ceramah, maka akan sulit mengembangkan kemampuan siswa dalam hal kemampuan sosialisasi, hubungan interpersonal, serta kemampuan berpikir kritis. d) Keberhasilan modelpembelajaran ekspositori sangat tergantung kepada apa yang dimiliki guru seperti persiapan, pengetahuan, rasa percaya diri, semangat, antusiasme, motivasi dan berbagai kemampuan seperti kemampuan bertutur (berkomunikasi) dan
9 kemampuan mengelola kelas, tanpa itu sudah pasti proses pembelajaran tidak mungkin berhasil. e) Lebih banyak terjadi satu arah, maka kesempatan untuk mengontrol pemahaman siswa sangat terbatas pula. Di samping itu, komunikasi satu arah bisa mengakibatkan pengetahuan yang dimiliki siswa akan terbatas pada apa yang diberikan guRU 4. Model Pembelajaran Kooperatif Model Pembelajaran kooperatif adalah konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang lebih dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru Panitz (Supridjono, 2012:54). Pembelajaran ini muncul dari konsep bahwa peserta didik akan lebih mudah menemukan dan memahamikonsep yang sulit jika mereka saling berdiskusi dengan temannya. Peserta didik secara rutin bekerja kelompok untuk saling membantu memecahkan masalah-masalah yang komplek (Trianto,2010:56). Masing-masing anggota kelompok bertanggung jawab mempelajari apa yang disajikan dan membantu teman-teman satu anggota untuk mempelajarinya juga (Huda, 2012:32). Selain itu pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk untuk mencapai hasil belajar berupa prestasi akademik, toleransi, menerima keragaman, dan pengembangan ketrampilan sosial. Pengertian pembelajaran koopertaif menurut beberapa ahli adalah : a. Johnnson dan Johnson (Huda, 2011:31) menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif berarti working together to accomplish shared goals (bekerja sama untuk tujuan bersama). b. Lie (2002:12) menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif adalah sistem pembelajaran yang memberii kesempatan kepada peserta didik untuk bekerjabersama dengan sesama peserta didik dalam tugas-tugas yang terstruktur, dan dalam sistem ini guru bertindak sebagaifasilitator. c. Artz dan Newman (Huda, 2011:32) mendefinisikan pembelajaran kooperatif sebagai small group of learnes working together as a team to solve a problem, complete a task, or accomplish a common goal (kelompok kecil pembelajar/siswa yang bekerja sama dalam satu tim untuk mengatasi suatu masalah, menyelesaikan sebuah tugas, atau mencapai satu tujuan bersama). d. Sunal dan Hans (Baidhah, 2011) menyatakan pembelajaran kooperatif merupakan suatu cara pendekatan atau serangkaian strategi yang khusus dirancang untuk memberi dorongan kepada peserta didik agar bekerja sama selama proses pembelajaran. e. Wina (2011:189-190) pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran secara sadar menciptakan interaksi yang silih asah sehingga sumber belajar bagi siswa bukan hanya guru dan buku ajar, tetapi juga sesama siswa.
10 Dari beberapa pengertian diatas, pembelajaran kooperatif mengacu kepada Artz dan Newman (Huda, 2011:32) yaitu kelompok kecil pembelajar/siswa yang bekerja sama dalam satu tim untuk mengatasi suatu masalah, menyelesaikan sebuah tugas, atau mencapai satu tujuan yangsama.Johnson & Johnson (dalam Trianto, 2010: 57) menyatakan bahwa tujuan pokok belajar kooperatif adalah memaksimalkan belajar siswa untuk peningkatan prestasi akademik dan pemahaman baik secara individu maupun secara kelompok. Oleh karena itu model pembelajaran kooperatif dapat diterapkan untuk memotivasi peserta didik dalam keberanian mengungkapkan pendapatnya, menghargai pendapat orang lain, dan saling bertukar pendapat. Pembelajaran kooperatif baik untuk dilaksanakan karena peserta didik dapat bekerja sama dan daling tolong menolong mengatasi tugas yang dihadapi. Model pembelajaran kooperatif dibagi menjadi beberapa tipe antara lain adalah NHT (Number Heads Together), Jigsaw, TPS (Think-Pair-Share), dan masih banyak lagi. Dalam penelitian ini tipe model pembelajaran kooperatif yang digunakan adalah tipe NHT (Number Heads Together). 5. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT (Number Heads Together) a. Pengertian NHT (Number Heads Together) Selama ini, kekhawatiran mengenai penggunaan model kooperatif yaitu adanya kecenderungan siswa berkemampuan atas untuk mengambil alih dalam diskusi kelompok.Penerapan model NHTdiharapkan mampu mengurangi kecenderungan tersebut.Model pembelajaran NHT (Numbered Heads Together), siswa berkemampuan atas akan bersedia membantu siswa berkemampuan bawah, bantuan ini didasari oleh motivasi tanggun jawab atau nama baik kelompok. Siswa berkemampuan rendah diharapkan dapat lebih antusias dalam memahami permasalahan dan jawaban karena mereka merasa merekalah yang akan ditunjuk guru untuk menjawab (Krismanto, 2003). NHT (Number Head Together) atau penomoran berpikir bersama adalah merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi peserta didik dan sebagai alternatif terhadapap struktur kelas tradisional. NHT pertama kali dikembangkan oleh Spencer Kagan (1993) untuk melibatkan lebih banyak peserta didik dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahan mereka terhadap isi pelajaran tersebut (Trianto, 2007:82) Lie (2002:58) menambahkan bahwa NHT memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling membagikan ide-ide serta dapat mendorong siswa meningkatkan semangat kerjasama mereka. Pada dasarnya, NHT merupakan varian dari diskusi kelompok.Adapun
11 ciri khas dari NHT adalah guru hanya menunjuk seorang peserta didik, yang mewakili kelompoknya. Dalam menunjuk peserta didik tersebut, guru tanpa memberitahu terlebih dahulu siapa yang akan mewakili kelompok tersebut. Pemanggilan secara acak tersebut akan memastikan semua siswa benar-benar terlibat dalam diskusi tersebut (Huda, 2009:130). NHT (Number Head Together) adalah suatu model pembelajaran yang lebih mengedepankan kepada aktivitas peserta didik dalam mencari, mengolah, dan melaporkan informasi dari berbagai sumber yang akhirnya dipresentasikan di depan kelas. Model NHT adalah bagian dari model pembelajaran koopertaif struktural, yang menekankan pada struktur-struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi peserta didik Nurhadi (Thobroni dan Mustofa, 2012:293-294). Struktur Spencer Kagan menghendaki agar para peserta didik bekerja saling bergantung pada kelompok-kelompok kecil secara kooperatif (Antin, 2008) Berdasarkan beberapa pengertian diatas, NHT dalam penelitian ini adalah mengacu kepada Spencer Kagan(Trianto,2007) yaitu untuk melibatkan lebih banyak peserta didik dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahan mereka terhadap isi pelajaran tersebut. b. Langkah-Langkah NHT (Number Heads Together) Tahapan pembelajaran NHT (Number Heads Together) menurut Trianto (2007:62-63) adalah : 1) Penomoran Dalam tahap ini guru memabgi siswa menjadi beberapa kelompok atau tim yang beranggotakan tiga sampai lima orang dan memberi siswa nomor sehingga setiap siswa dalam tim mempunyai nomor berbeda-beda, sesuai dengan jumlah siswa di dalam kelompoknya. 2) Pengajuan Pertanyaan Pada tahap ini guru mengajukan pertanyaan kepada siswa. Pertanyaan yang diberikan dapat diambil dari materi pelajaran tertentu yang memang sedang di pelajari, dalam membuat pertanyaan usahakan dapat bervariasi dari yang spesifik hingga bersifat umum ddan dengan tingkat kesulitan yang bervariasi. 3) Berpikir Bersama Setelah mendapatkan pertanyaan-pertanyaan dari guru, siswa berpikir bersama untuk menemukan jawaban dan menjelaskan jawaban kepada anggota dalam timnya sehingga semua anggota mengetahui jawaban dari masing-masing pertanyaan. 4) Pemberian Jawaban
12 Ini merupakan langkah terakhir, pada langkah ini guru menyebut salah satu nomor dan setiap siswa dari tiap kelompok yang bernomor sama mengangkat tangan dan mneyiapkan jawaban untuk seluruh kelas, kemudian guru secara random memilih kelompok yang harus menjawab pertanyaan tersebut, selanjutnya siswa yang nomornya disebut guru dari kelompok tersebut mengangkat tangan dan berdiri untuk menjawab pertanyaan. Kelompok lain yang bernomor sama menanggapi jawaban tersebut. c. Kelebihan dan kekurangan NHT (Number Heads Together) Setiap model pembelajaran pasti memiliki kelebihan dan kelamahan. Begitu juga dengan model pembelajaran NHT (Number Heads Together). Oleh karena itu guru harus cermat dalam memilih model pembelajaran. Kelebihan model pembelajaran kooperatif tipe NHT adalah : (1) memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling sharing ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat, (2) Meningkatkan semangat kerja sama siswa, dan (3) dapat digunakan untuk semua mata pelajara dan tingkatan kelas. Sedangkan kekurangannya adalah (1) tidak terlalu cocok untuk jumlah peserta didik yang banyak karena membutuhkan waktu yang lama, (2) Tidak semua anggota kelompok dipanggil semua, (3) Kemungkikan nomor yang dipanggil, dipanggil lagi oleh guru. Selanjutnya untuk lebih menghidupkan suasana belajar, guru dapat melakukan kolaborasi dengan memberikan strategi yang dapat membuat siswa bergerak secara aktif, yaitu mengkolaborasikan dengan strategi bertukar tempat dalam model pembelajaran NHT (Number Head Together). Untuk lebih memahami akan strategi bertukar tempat, akan dijabarkan dalam bab di bawah ini. 6. Strategi Bertukar Tempat Dalam dunia pendidikan, strategi diartikan sebagai “a plan, method,or series of activities designed to achieves a particular educational goal (J.R David (Sanjaya, 2006:124). Sedangkan menurut (Gulo, 2004:3) strategi dapat diartikan sebagai ”a plan of operation achieving something” (Rencana kegiatan untuk mencapai sesuatu). Dalam penelitian ini strategi yang dimaksud adalah rencana kegiatan yang dilakukan guru untuk mencapai hasil belajar yang lebih baik (Gulo, 2004:3). Strategi yang digunakan adaah strategi pembentukan tim, salah satu strategi tersebut adalah bertukar tempat. Strategi ini memungkinkan siswa untuk lebih mengenal, berbagi pendapat dan membahas gagasan, nilai-nilai atau pemecahan masalah
13 baru. Ini merupakan cara yang luar biasa bagus untuk meningkatkan keterbukaan diri atau bertukar pendapat secara aktif Silberman (2009:64). 7. Langkah-Langkah NHT dengan strategi Bertukar Tempat Strategi bertukar tempat ini akan dipadukan dengan model pembelajaran NHT, adapun langkah-lamgkahnya sebagai berikut : a. Penomoran Dalam tahap ini guru memabgi siswa menjadi beberapa kelompok atau tim yang beranggotakan tiga sampai lima orang dan memberi siswa nomor sehingga setiap siswa dalam tim mempunyai nomor berbeda-beda, sesuai dengan jumlah siswa di dalam kelompoknya. Menurut Huda (2012:170) untuk pembagian kelompok bagi siswa SMP dapat menggunakan 3-4 anggota dalam setiap kelompok b. Pengajuan Pertanyaan Pada tahap ini guru mengajukan pertanyaan kepada siswa. Pertanyaan yang diberikan dapat diambil dari materi pelajaran tertentu yang memang sedang dipelajari, dalam membuat pertanyaan usahakan dapat bervariasi dari yang spesifik hingga bersifat umum dan dengan tingkat kesulitan yang bervariasi. c. Berpikir Bersama Setelah mendapatkan pertanyaan-pertanyaan dari guru, siswa berpikir bersama untuk menemukan jawaban dan menjelaskan jawaban kepada anggota dalam timnya sehingga semua anggota mengetahui jawaban dari masing-masing pertanyaan. d. Bertukar Tempat Setelah siswa berpikir bersama dengan kelompok masing-masing. Pada langkah ini guru meminta siswa untuk bertukar tempat. Siswa yang bernomor satu berkumpul dengan siswa nomor satu untuk bertukar catatan. e. Pemberian Jawaban Ini merupakan langkah terakhir, pada langkah ini guru menyebut salah satu nomor dan setiap siswa dari tiap kelompok yang bernomor sama mengangkat tangan dan mneyiapkan jawaban untuk seluruh kelas, kemudian guru secara random memilih kelompok yang harus menjawab pertanyaan tersebut, selanjutnya siswa yang nomornya disebut guru dari kelompok tersebut mengangkat tangan dan berdiri untuk menjawab pertanyaan. Kelompok lain yang bernomor sama menanggapi jawaban tersebut.
14 8. Keefektifan Menurut KBBI (2007), kata efektif mempunyai arti ada efek, pengaruh atau akibat,selain itu efektif juga dapat diartikan dapat membawa hasil, atau berhasil guna. Sedangkan menurut Arikunto (2004:41) keefektifan merupakan taraf tercapainya suatu tujuan dengan rencana yang telah ditetapkan sebelumnya. Suatu model dikatakan efektif jika terdapat perbedaan antara nilai preteske postes.Menurut Sadiman (Trianto, 2009:20) keefektifan pembelajaran adalah hasil guna yang diperoleh setelah pelaksanaan pembelajaran. Untuk mengetahui keefektifan pembelajaran dapat dilakukan dengan memberikan tes. Keefektifan bisa diartikan tingkat keberhasilan yang dapat dicapai dari suatu cara atau usaha tertentu sesuai dengan tujuan yang akan dicapai.Penelitian ini mengacu padapendapat Arikunto, dimana keefektifan merupakan taraf tercapainya suatu tujuan dengan rencana yang telah ditetapkan sebelumnya. Suatu model dikatakan efektif jika terdapat perbedaan antara nilai preteske postes. B. Penelitian yang Relevan 1. Sulistyorini (2011) dengan judul “Keefektifan Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT) dan Think Pair Share (TPS) Terhadap Hasil Belajar dan Kemampuan Pemecahan Masalah Peserta Didik SMP dalam Pokok Bahasan Segiempat” menyimpulkan bahwa dengan menggunakan uji keefektifan pembelajaran (uji proporsi) dan uji perbedaan rata-rata (uji anava) serta uji LSD diperoleh hasil bahwa model pembelajaran NHT lebih baik dari model pembelajaran ekspositori. Sehingga disimpulkan bahwa model pembelajaran NHT lebih efektif daripada model pembelajaran ekspositori dengan perolehan uji sebesar thitung = 5,69 > 1,911=ttabel. 2. Nurulita (2010) dengan judul “Keefektivan Model Pembelajaran Bernuansa Numbered- Heads-together (nht) Dan Problem Based Instruction (pbi) Pada Hasil Belajar Dan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematik Siswa Kelas Vii Semester 2 Smp Negeri 29 Semarang Tahun Pelajaran 2008/2009 Pada Materi Segiempat”dansetelah dilakukan perhitungan dengan uji t diperoleh thitung = 1,73 dan ttabel = 1,667. Karena thitung = 1,73 > ttabel = 1,667.Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa model pembelajaran bernuansa NHT lebih efektif daripada model pembelajaran ekspositori. C. Kerangka Berpikir Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan memajukan daya pikir manusia. Oleh karena itu seorang guru dituntut untuk dapat menyampaikan pembelajaran agar mudah dipahami dan menyenangkan. Untuk menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dan aktif, guru dapat menggunakan model pembelajaran yang bervariasi.
15 Salah satu model pembelajaran yang dapat mengaktifkan siswa selama pembelajaran berlangsung adalah pembelajaran kooperatif dan model pembelajaran ekspositori. Pembelajaran kooperatif merupakan kelompok kecil pembelajar/siswa yang bekerja sama dalam satu tim untuk mengatasi suatu masalah, menyelesaikan sebuah tugas, atau mencapai satu tujuan bersama. Model pembelajaran kooperatif tipe NHT merupakan salahsatu model pembelajaran yangdikembangkan oleh Spencer Kagan. Model pembelajaran tipe NHT berfungsi mendorong siswa untuk meningkatkan semangat kerjasama mereka, memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling membagikan ide, sehingga akan diperoleh penyelesaian yang paling dalam menghadapi masalah. Untuk menunjang kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT ini maka akan dipadukan dengan strategi bertukar tempat. Strategi ini memungkinkan siswa untuk lebih mengenal, berbagi pendapat dan membahas gagasan, nilai-nilai atau pemecahan masalah baru. Sedangkan model pembelajaran eskpositori sama halnya dengan metode ceramah dalam hal terpusatnya kegiatan kepada guru sebagai pemberi informasi. Sehingga kemungkinan hanya siswa yang memiliki kemampuan mendengar saja yang dapat memahami materi. Oleh karena itu diharapkan dengan menggunakan model pembelajaran NHT dengan strategi bertukar tempat dapat mencapai hasil belajar yang lebih baik dibandingkan dengan menggunakan model pembelajaran ekspositori. Siswa masih sulit mempelajari matematika
Hasil Belajar siswa rendah
Menerapkan model pembelajaran yang dapat mengaktifkan siswa
Model pembelajaran kooperatif tipe NHT dengan strategi bertukar tempat
Rata-rata hasil belajar siswa lebih tinggi
Model pembelajaran ekspositori
Rata-rata hasil belajar siswa lebih tinggi
Model pembelajaran kooperatif tipe NHT dengan strategi bertukar tempat lebih efektif
Gambar 1 Skema Kerangka Berpikir
16 D. Hipotesis Penelitian 1. Terdapat perbedaan hasil belajar antara siswa yang diajar menggunakan pembelajaran kooperatif tipe NHT dengan strategi bertukar tempat dengan siswa yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran ekspositor 2. Model pembelajaran kooperatif tipe NHT dengan strategi bertukar tempat lebih efektif daripada model pembelajaran ekspositori.