BAB II KAJIAN TEORITIS
2.1
Komunikasi Visual Komunikasi
ini
mempergunakan
mata
sebagai
alat
pengelihatan. Komunikasi visual adalah komunikasi menggunakan bahasa visual, dimana unsur dasar bahasa visual (yang menjadi kekuatan utama dalam penyampaian pesan) adalah segala sesuatu yang dapat dilihat dan dapat dipakai untuk menyampaikan arti, makna, atau pesan. Sedangkan desain komunikasi visual adalah suatu disiplin ilmu yang bertujuan mempelajari konsep - konsep komunikasi serta ungkapan kreatif melalui berbagai media untuk menyampaikan pesan dan gagasan secara visual dengan mengelola elemen - elemen grafis yang berupa bentuk dan gambar, tatanan huruf, serta komposisi warna serta layout (tata letak atau perwajahan). Dengan demikian gagasan bisa diterima oleh orang atau kelompok yang menjadi sasaran penerima pesan.7
7
Kusrianto, Adi. Pengantar Desain Komunikasi Visual, Yogyakarta : Penerbit Andi. 2007. Hal 2
12
13
2.2
Kebudayaan Populer dan Kebudayaan Massa John Storey dalam bukunya An Introduction To Cultural Theory and Popular Culture mengutip tiga pengertian kebudayaan yang dikemukakan oleh Raymond Williams : “First of all, culture can be used to refer to ‘a general process of intellectual, spiritual, and aesthetic development.’ A second used of the word culture might be to suggest ‘a particular way of life,’ whether of a people, a period, or a group’. Finally culture could be used to refer to ‘the works and practices of intellectual and especially artistic activity.”8 Terjemahan : Pertama, pengertian budaya mengacu pada suatu proses umum perkembangan intelektual, spiritual dan estesis. Kedua, kebudayaan bisa berarti pandangan hidup tertentu dari masyarakat, periode atau kelompok tertentu. Terakhir kebudayaan diartikan untuk merujuk terhadap karya dan praktek – praktek intelektual dan terutama aktivitas artistik.
Kebudayaan populer sering diartikan kedalam pengertian yang kedua dan ketiga dari pengertian diatas. Pengertian kedua kebudayaan sebagai pandangan hidup tertentu - memberikan contoh kegiatan kebudayaan seperti liburan, perayaan natal, dan kegiatan kebudayaan generasi muda (youth subculture). Pengertian ini sering diartikan sebagai kebudayaan hidup (lived culture) atau kegiatan kebudayaan (culture practice). Pengertian ketiga - kebudayaan 8
John Storey ,” An Introduction To Cultural Theory and Popular Culture”, 2003. Hal 2
14
sebagai kegiatan yang berarti - memberikan contoh seperti kegiatan opera sabun, musik pop, dan komik. Pengertian ini sering kali diartikan sebagai kebudayaan naskah (cultural text). John Storey mengungkapkan beberapa penjelasan mengenai kebudayaan populer, namun penulis hanya akan menggunakan beberapa pengertian yang mendukung penulisan skripsi ini, yaitu yang berkaitan dengan kebudayaan massa. Kebudayaan populer juga merupakan kebudayaan massa (mass culture), yang berarti diproduksi secara besar - besaran untuk konsumsi massa dan juga dikategorikan sebagai kebudayan komersial (commercial culture). Dari berbagai penjelasan tersebut, kebudayaan populer dimaksudkan sebagai kebudayaan yang timbul mengikuti industrialisasi dan urbanisasi. Maksud dari mengikuti industrialisasi dan urbanisasi adalah bahwa kebudayaan populer merupakan sesuatu yang dibuat untuk
kepentingan
industri
dan
keberadaannya
mengikuti
perkembangan populasi penduduk karena unsur paling penting dalam kebudayaan populer adalah konsumen itu sendiri.9
2.3 9
Film
John Storey, op.cit., Hal 17
15
Film adalah media komunikasi massa pandang dengar dimana film mengirimkan pesan atau isyarat yang disebut simbol, komunikasi simbol dapat berupa gambar yang ada di film. Gambar dalam film menunjukkan kekuatan gambar dalam menyampaikan maksud dan pengertian kepada
orang lain, gambar dapat
menyampaikan lebih banyak pengertian dalam situasi - situasi tertentu dibandingkan apa yang disampaikan oleh banyak kata. Secara umum film dipandang sebagai suatu media tersendiri. Film merupakan sarana pengungkapan daya cipta dan beberapa cabang seni sekaligus dan produmnya bisa diterima dan diminati layaknya karya seni karena merupakan suatu kombinasi antara usaha penyampaian pesan melalui gambar yang bergerak, pemanfaatan teknologi kamera, warna dan suara. Unsur - unsur tersebut di latarbelakangi oleh suatu cerita yang mengandung pesan yang ingin disampaikan oleh sutradara kepada khalayak film, sehingga film dianggap cukup penting dalam penyampaian pesan membangun karakter seseorang10.
10
Moekijat, “Teori Komunikasi”, Mandar Maju, Bandung. 1997. Hal 150
yang dapat
16
Selain itu film juga mempunyai jenis yang beragam, ada tiga jenis yang dikategorikan yaitu11 : 1. Film Dokumenter (Documentary Films) Dokumenter adalah sebutan yang diberikan untuk film pertama karya Lumiere bersaudara yang berkisah tentang perjalanan (travelogues) yang dibuat sekitar tahun 1890-an. Film dokumenter menyajikan realita melalui berbagai macam tujuan. Namun harus diakui, film dokumenter tak pernah lepas dari tujuan penyebaran informasi, pendidikan dan propaganda bagi orang atau kelompok tertentu. 2. Film Cerita Pendek (Short Films) Film cerita pendek hanya mempunyai durasi dibawah 60 menit. Dibanyak negara Jerman, Australia, Kanada, dan Amerika Serikat, film cerita pendek dijadikan laboratorium eksperimen dan batu loncatan bagi seseorang atau kelompok orang untuk kemudian memproduksi film cerita panjang. 3. Film Cerita Panjang (Feature-Length Films) Film cerita panjang mempunyai durasi lebih dari 60 menit lazimnya berdurasi 90 – 100 menit, film – film yang
11
Heru Effendy, “Mari Membuat Film”, Yogyakarta : Paduan. 2002. Hal 11-13
17
diputar di bioskop umunya termasuk dalam kelompok film cerita panjang. 2.3.1
Karakteristik Film Karakteristik film dibagi menjadi tiga tema besar
yang ada dalam setiap program drama yang disukai audiens. Alan Lansburg salah seorang produser 12 acara televisi paling sukses di Amerika menyatakan hanya ada tiga tema dalam setiap program drama yang disukai audiens, yaitu : Tema seks, uang dan kekuasaan (seks, money and power). Tiga tema tersebut merupakan daya tarik yang dapat mendorong audiens mengikuti program drama atau komedi. 2.3.2
Fungsi Film Film adalah salah satu komunikasi yang sangat
mudah disampaikannya mudah diterima dan dicerna oleh manusia. Dalm film mengandung tiga unsure, yaitu 13 : 1. Sebagai alat penerangan Dalam film segala informasi dapat disampaikan secara audio visual sehingga dapat mudah dimengerti.
12
Morrisan, “Media Penyiaran Strategi Dan Mengelola Radio Dan Televisi”, Jakarta :
Ramdina Prakasa. 2005. Hal 103 13
Buku Sejarah PPHUI, “Audio Visual” . Jakarta. 2008. Hal 56
18
2. Sebagai alat pendidikan Dapat memberikan contoh suatu peragaan yang bersifat mendidik, tauladan didalam masyarakat dan mempertontonkan perbuatan – perbuatan yang baik. 3. Sebagai alat hiburan Dalam mensejahterakan rohani manusia karena disini kepuasan batin untuk melihat secara visual serta pembinaan kebudayaan.
2.4
Korean Pop atau K - Pop 2.4.1
Perkembangan K - Pop di Indonesia Beberapa tahun belakangan ini sering bermunculan budaya Korea yang sangat populer di Indonesia, salah satunya yang paling populer adalah K - Pop. K - Pop kepanjangan dari Korean Pop (Musik Pop Korea). Jenis musik populer yang berasal dari Korea Selatan. Banyak artis dan kelompok musik pop Korea sudah menembus batas ketenaran dalam negeri dan populer di mancanegara. Kegandrungan akan musik K – Pop merupakan bagian yang tak terpisahkan dari Demam Korea (Korean Wave) di berbagai Negara.
19
Sejarah dari musik pop di Korea pra - modern pertama kali muncul pada tahun 1930 akibat masuknya musik pop Jepang yang juga turut mempengaruhi unsur - unsur awal musik pop di Korea. Penjajahan Jepang atas Korea juga membuat genre musik Korea tidak bisa berkembang dan hanya mengikuti perkembangan budaya pop Jepang pada saat itu. Pada tahun 1950 dan 1960, pengaruh musik pop Barat mulai masuk dengan banyaknya pertunjukkan musik yang diadakan oleh pangkalan militer Amerika Serikat di Korea Selatan. Musik Pop Korea awalnya terbagi menjadi genre yang berbeda - beda, pertama adalah genre “oldies” yang dipengaruhi musik barat dan popular di era 60 - an. Pada tahun 1970, musik rock diperkenalkan dengan pionirnya adalah Cho Yong – Pil. Genre lain yang cukup digemari adalah musik Trot yang dipengaruhi gaya musik Enka dari Jepang. Pada tahun 2000 pendatang - pendatang baru berbakat mulai bermunculan. Aliran musik R&B serta Hip - Hop yang berkiblat ke Amerika mencetak artis – artis semacam MC Mong, ITYM, Rain, Big Bang, Super Junior, SNSD, dan Jay Park yang cukup sukses di Korea dan luar Negeri. Beberapa artis underground seperti Drunken Tiger, Tasha (Yoon Mi – rae) juga mempopulerkan warna musik kulit hitam tersebut.
20
Berbagai artis Korea menangguk kesuksesan di dunia Internasional seperti BOA yang menembus Jepang dan digemari di banyak Negara14. Kehadiran artis - artis dan bintang K - Pop ini memberikan banyak pengaruh dalam industri hiburan di Indonesia mulai dari film, drama seri, musik, dan belakangan gaya busana remaja dijadikan sebagai trend senter. Bintang Korea selatan kini , menjadi magnet bagi sejumlah kalangan khususnya para remaja di Tanah Air. Tidak hanya akting, suara maupun tampangnya yang memukau, penampilan dan gaya mereka juga banyak “membius” remaja di Indonesia. Tidak sedikit pula artis maupun penyanyi Indonesia yang mengikuti jejak bintang K - Pop dengan membentuk boyband maupun girlband ala Korea. Gaya, penampilan dan trend berbusana mereka pun banyak yang menyerupai artis Korea. Apalagi, busana atau pakaian ala Korea memiliki model yang unik dan keren. Terbukti, makin menjamurnya outlet - outlet pakaian yang memiliki pagelaran busana Korea yang sangat menarik perhatian para remaja di tanah air. Sehingga, K - Pop sangat memberi pengaruh besar terhadap penampilan dikalangan
14
Silvia, Undergraduate-213-1, http://www.google.co.id. Diunduh 27 November 2013
21
remaja bahkan pemain industri hiburan juga turut mengikuti style K - Pop yang menarik dan patut untuk ditiru. Penampilan bintang K - Pop menjadi sumber inspirasi dalam fashion atau berpenampilan. Dari ujung rambut hingga ujung kaki, dibiarkan tampak dramatik dengan gabungan berbagai warna yang berani. Pemilihan rekaan tanpa batasan, daripada klasik hingga ke modern malah terkadang mampu merentasi alam futuristik. Sadar maupun tidak, bintang K Pop khususnya para remaja perempuan gemar memilih gaya berpenampilan yang minimal di bagian atas dengan gambar menarik. Mainan warna adalah sangat penting misalnya kelompok ‘pastel’ cerah untuk melahirkan kecomelan manakala warna – warna terang yang berani melambangkan ‘attitude’ si pemakainya. Jika diperhatikan bintang K – Pop gemar memakai baju berlapis – lapis. Pendek di atas perut dipadu dengan dalaman ‘tanktop’ longgar. Sedangkan untuk penampilan sehari – hari , kardigan serta jaket unik menjadi lapisan terakhir kombinasi atasan. Bintang K – Pop lelaki maupun perempuan ada kelebihan karena rata – ratanya mereka miliki tubuh yang langsing dan ramping. Mereka juga memiliki kulit putih
22
mulus yang membuat mereka dalam memakai busana apa saja terlihat sangat pantas. Bahkan skirt mini dan celana pendek bagi artis perempuan Korea bukanlah satu masalah bagi gaya berpenampilan mereka. Sementara legging, stoking atau sarung kaki paras lutut berwarna – warni digunakan untuk melengkapi bagian atas yang longgar. Fenomena – fenomena berpenampilan seperti inilah yang memicu timbulnya perubahan gaya sikap dan perilaku bagi para pecinta K – Pop khusunya di Indonesia. 2.4.2
Pengertian K Pop K - Pop kepanjangan dari Korean Pop (Musik Pop Korea) merupakan jenis musik popular yang berasal dari Korea Selatan. Jenis musik ini adalah jenis pop. Banyak artis dan kelompok musik popular yang berasal dari Korea Selatan dalam negeri dan popular di mancanegara. Kegandungan akan musik K - Pop merupakan bagian yang tak terpisahkan dari pada Demam Korea (Korean Wave) diberbagai Negara, termasuk Indonesia.15
15
Enieni, Pengaruh K Pop yang Semakin Mengglobalisasi di Kalangan Remaja.
http//www.google.co.id. Diunduh 27 November 2013.
23
2.5
Pengertian dan Tipe Sutradara Di proses pementasan teater, penanggung jawab proses transformasi naskah lakon ke bentuk pemanggungan adalah sutradara yang merupakan pimpinan utama kerja kolektif sebuah teater. Baik buruknya pementasan teater sangat ditentukan oleh kerja sutradara, meskipun unsur–unsur lainnya juga berperan tetapi masih berada di bawah kewenangan sutradara. Pada mulanya pementasan teater tidak mengenal sutradara. Pementasan teater muncul dari sekumpulan pemain yang memiliki gagasan untuk mementaskan sebuah cerita. Kemudian mereka berlatih dan memainkkannya di hadapan penonton. Sejalan dengan kebutuhan akan pementasan teater yang semakin meningkat, maka para aktor memerlukan peremajaan pemain. Para aktor yang telah memiliki banyak pengalaman mengajarkan pengetahuannya kepada aktor muda. Proses mengajar dijadikan tonggak awal lahirnya “sutradara”. Dalam terminologi Yunani sutradara (director) disebut didaskalos yang berarti guru dan pada abad pertengahan di seluruh Eropa istilah yang digunakan untuk seorang sutradara dapat diartikan sebagai master.16
16
sanggarsastra.unirow.ac.id, Diunduh 27 November 2013(10:32) Hal.263
24
Istilah sutradara seperti yang dipahami dewasa ini baru muncul pada jaman Geroge II. Seorang bangsawan (duke) dari SaxeMeiningen
yang
memimpin
sebuah
grup
teater
dan
menyelenggarakan pementasan keliling Eropa pada akhir tahun 1870-1880. Dengan banyaknya jumlah pentas yang harus dilakukan, maka kehadiran seorang sutradara yang mampu mengatur dan mengharmonisasikan
keseluruhan
unsur
artistik
pementasan
dibutuhkan. Meskipun demikian, produksi pementasan teater SaxeMeiningen masih mengutamakan kerja bersama antarpemain yang dengan giat berlatih untuk meningkatkan kemampuan berakting mereka (Robert Cohen, 1994). Model penyutradaraan seperti yang dilakukan oleh George II diteruskan pada masa lahir dan berkembangnya gaya realisme. Andre Antoine di Tokohcis dengan Teater Libre serta Stansilavsky di Rusia adalah dua sutradara berbakat yang mulai menekankan idealisme dalam setiap produksinya. Max Reinhart mengembangkan penyutradaraan dengan mengorganisasi proses latihan para aktor dalam waktu yang panjang. Gordon Craig merupakan seorang sutradara yang menanamkan gagasannya untuk para aktor sehingga ia menjadikan sutradara sebagai pemegang kendali penuh sebuah pertunjukan teater (Herman J. Waluyo, 2001). Berhasil tidaknya sebuah pertunjukan teater mencapai takaran artistik yang diinginkan
25
sangat tergantung kepiawaian sutradara. Dengan demikian sutradara menjadi salah satu elemen pokok dalam teater modern. Oleh karena kedudukannya yang tinggi, maka seorang sutradara harus mengerti dengan baik hal-hal yang berhubungan dengan pementasan. Oleh karena itu, kerja sutradara dimulai sejak merencanakan sebuah pementasan, yaitu menentukan lakon. Setelah itu tugas berikutnya adalah menganalisis lakon, menentukan pemain, menentukan bentuk dan gaya pementasan, memahami dan mengatur blocking serta melakukan serangkaian latihan dengan para pemain dan seluruh pekerja artistik hingga karya teater benar-benar siap untuk dipentaskan. Sebagai pimpinan, sutradara selain bertanggung jawab terhadap kelangsungan proses terciptanya pementasan juga harus bertanggung jawab terhadap masyarakat atau penonton. Meskipun dalam tugasnya seorang sutradara dibantu oleh stafnya dalam menyelesaikan tugas–tugasnya tetapi sutradara tetap merupakan penanggung jawab utama. Untuk itu sutradara dituntut mempunyai pengetahuan yang luas agar mampu mengarahkan pemain untuk mencapai kreativitas maksimal dan dapat mengatasi kendala teknis yang timbul dalam proses penciptaan. Sebagai seorang pemimpin, sutradara harus mempunyai pedoman yang pasti sehingga bisa mengatasi kesulitan yang timbul.
26
Menurut Harymawan (1993) Ada beberapa tipe sutradara dalam menjalankan penyutradaraanya 17, yaitu: 1.
Sutradara konseptor. Ia menentukan pokok penafsiran dan
menyarankan konsep penafsiranya kepada pemain. Pemain dibiarkan mengembangkan konsep itu secara kreatif. Tetapi juga terikat kepada pokok penafsiran tsb. 2.
Sutradara diktator. Ia mengharapkan pemain dicetak seperti
dirinya sendiri, tidak ada konsep penafsiran dua arah ia mendambakan seni sebagai dirinya, sementara pemain dibentuk menjadi robot – robot yang tetap buta tuli. 3.
Sutradara koordinator. Ia menempatkan diri sebagai pengarah
atau polisi lalulintas yang mengkoordinasikan pemain dengan konsep pokok penafsirannya. 4.
Sutradara paternalis. Ia bertindak sebagai guru atau suhu
yang mengamalkan ilmu bersamaan dengan mengasuh batin para anggotanya. Film disamakan dengan padepokan, sehingga pemain adalah cantrik yang harus setia kepada sutradara.
17
Ibid.Hlm.263
27
2.6
Bekal Awal Sutradara Sutradara merupakan sebuah profesi dan komitmen sekaligus. Disebut profesi karena kerja seorang sutradara didasarkan atas keahlian, keterampilan, dan kreativitas di bidang film. Disebut komitmen karenaprofesi sutradara bukanlah karena penunjukan atau SK sebagaimana sebuah jabatan di organisasi atau intitusi pemerintah. Seorang sutradara merupakan niatan, janji, sikap, dan tanggung jawab untuk berproses kreatif dalam dunia film sebagai seorang sutradara. Oleh karena itu, seseorang menjadi sutradara bukan karena ditunjuk oleh orang lain, tetapi dia sendiri yang menunjuk dirinya untuk menjadi seorang sutradara. Sutradara adalah seorang seniman, sebagaimana seniman yang lain, yang berkarya di dunia film. Dia dinilai, diberi gelar dan status, dan mengaku sebagai sutradara karena karya yang diciptakannya. Apakah dia seorang sutradara yang berkualitas, cerdas, dan kreatif akan dinilai dari karya film yang disutradarai. Karena itu, sutradara lahir dari sebuah proses pembuatan film dan seberapa jauh dia berkomitmen sebagai seorang sutradara. Karena ia lahir dari sebuah proses lakon dalam film, maka sutradara mesti membekali dirinya dengan pengetahuan dan kemampuan di bidangnya itu. Ada beberapa bekal awal yang harus dimiliki seorang sutradara, yaitu :
28
1. Seorang sutradara haruslah memiliki pengetahuan dalam film. Pengetahuan itu diperoleh dari pengalaman menjadi seorang pekerja film sebelumnya, pendidikan, dan membaca. Bisa saja seorang sutradara ketika masih menjadi seorang aktor, bukanlah aktor yang baik. Tetapi karena pengalamannya itu ia memiliki pengetahuan bagaimana berteater yang baik. Atau mungkin ia seorang alumni pendidikan teater lantas menjadi seorang sutradara. 2. Seorang sutradara haruslah memiliki kemampuan bersastra. Naskah drama yang akan diproses dalam pertunjukan teater merupakan genre sastra. Seorang sutradara mesti menganalisis dan menginterpretasi naskah drama yang akan digarapnya. Penafsiran dan analisis naskah drama merupakan kerja awal sebelum proses penyutradaraan berlangsung lebih lanjut. Untuk itu ia haruslah memiliki kemampuan bersastra untuk itu. 3. Seorang sutradara haruslah mempunyai konsep. Konsep dalam konteks ini adalah pandangan, keyakinan, dan sikap tentang profesi itu. Konsep itulah yang akan menuntun seorang sutradara untuk menentukan, memikirkan, dan memutuskan apa yang terbaik bagi proses kerja penyutradaraannya. Konsep seorang sutradara adalah sebuah pilihan yang diyakini dan dipandang sebagai sesuatu yang baik dan bermanfaat bagi semua pihak; khususnya bagi dirinya sendiri dalam setiap
29
prosesnya. Tidak hanya seorang sutradara, semua seniman sesungguhnya memiliki konsep kesenimanannya. 4. Seorang sutradara haruslah memiliki kemampuan manajerial. Sebagai seorang pemimpin, sutradara pada dasarnya adalah seorang manajer. Dialah yang merencanakan, mengkoordinasi, mengevaluasi, mensolusi semua problema, dan mengontrol proses penggarapan pertunjukan teater. Tanpa manajemen yang baik, akan banyak hambatan dan persoalan yang muncul. Untuk itu, ia haruslah memiliki pengetahuan manajemen yang memadai sesuai kebutuhan proses kerjanya. 5. Seorang
sutradara
haruslah
memiliki
pengetahuan
sosiopsikologi. Pertunjukan teater di atas panggung merupakan refleksi
dari
sosial
dan
psikologis
manusia.
Akting,
karakterisasi, dan sarana panggung merupakan simbol-simbol bermakna
kontekstual.
Oleh
karena
itu,
pengetahuan
sosiopsikologis akan memperkaya wawasan sutradara dalam mempersiapkan sebuah pertunjukan film/teater.18 Banyak cara dan pendekatan yang dapat dilakukan seorang dalam membekali dan mempersiapkan dirinya untuk berproses kreatif sebagai sutradara. Itu semua bagian dari profesi dan komitmennya.
18
Tentangfilm.blogspot.com.Paduan untuk Sekedar Mencintai Dunia Film.29 November 2013. (13:05).
30
2.7
Tugas Utama Sutradara Menurut Ifa Isfansyah menilai ada dua tugas utama sutradara, pertama memvisualisasikan sekenario ke dalam bentu audio visual, yang kedua adalah menjadi pemimpin.19 Ide atau gagasan merupakan hal utama dari sebuh karya kreatif. Dan jika ide di beli, maka tidak ada harga yang pas dan cocok untuk sebuah harga ide atau gagasan. Untuk itu secara umum ada tiga tugas utama sutradara yaitu : I.
Tahap Pra Produksi
1. Interpretasi Skenario (Script Conference) a. Analisa skenario yang menyangkut isi cerita , struktur dramatik,
penyajian
informasi
dan
semua
hal
yng
berhubungan dengan estetika dan tujuan artistik film HYEO NO. b. Hasil analisa didiskusikan dengan kepala departemen (Sinematografi, artristik, suara, editing) dan produser untuk merumuskan konsep penyutradaraan film. 2. Pemilihan Kru Sutradara dan Produser memilih dan mementukan kru yang akan terlibat di dalam produksi.
19
My Life as Film Director. Achmad,Haqi. PlotPoint Publishing. PT.Bentang Pustaka.2012. Jakarta. Hal 32
31
3. Casting Sutradara mementukan dan melakukan casting terhadap para pemain utama dan pendukung yang dibantu oleh Asisten Sutradara dan Casting Director. 4. Latihan / Rehearsal a. Kepada pemain utama sutradara menyampaikan visi dan misinya terhadap penokohan yang ada di dalam skenario, lalu mendiskusikannya
dengan
tujuan
untuk
membangun
kesamaan persepsi karakter tokoh antara sutradara dan pemain utama. b. Sutradara melakukan pembacaan skenario (reading) bersama seluruh
pemain untuk membaca bagian dari dialog dan
action pemain msing – masing. c. Sutradara melakukan latihan pemeranan dengan pemain utama. d. Sutradara
melakukan
evaluasi
terhadap
hasil
latihan
pemeranan yang telah direkam sebelumnya. 5. Hunting a. Hunting lokasi bersama Penata Fotografi, Penata Artristik, Asisten Sutradara, dan Manajer Produksi. b. Menentukan
lokasi
yang
akan
digunakan
shooting
berdasarkan diskusi dengan Penata Fotografi, Penata Artristik, Asisten Sutradara, dan Penata Suara.
32
c. Sutradara memastikan lokasi berdasarkan semua aspek teknis. 6. Perencanaan shoot dan blocking / planning coverage dan staging a. Sutradara merumuskan dan menyusun director shot pada setiap scene yang ada di skenario. b. Sutradara membuat ilustrasi staging pemain dan peletakan kamera ke dalam bentuk floorplan. c. Sutradara membuat storyboard dibantu oleh storyboard artist. 7. Praproduksi Final (Final preproduction) Sutradara melakukan diskusi/evaluasi bersama-sama dengan crew dan pemain utama untuk persiapan shooting yang terkait dengan teknis penyutradaraan dan artistik. II.
Tahap Produksi
1. Berdasarkan
Breakdown
shooting
sutradara
menjelaskan
adegannya kepada astrada (Asisten Sutradara) dan Kru utama lainnya tentang urutan shoot yang akan diambil (take). 2. Mengkoordinasikan kepad Asisten Sutradara untuk melakukan latihan blocking pemain yang disesuaikan dengan blocking kamera. 3. Sutradara memberikan pengarahan kepada pemain apabila dirasa kurang dalm akting.
33
4. Sutradara mengambil keputusan yang cepat dan tepat dalam hal kreatif apabila ada persoalan di lapangan. 5. III.
Melihat hasil shooting. Tahap Pasca Produksi
1. Bila ada catatan khusus dari Editor. Sutradara melihat dan mengevaluasi hasil shooting atau materi editing. 2. Melihat dan mendiskusikan dengan Editor hasil rough cut dan fine cut. 3. Melakukan evaluasi tahap akhir dan diskusi dengan penata musik tentang ilustrasi musik yang telah dikonsepkan terlebih dulu pada saat pra produksi. 4. Melakukan evaluasi dan diskusi jalannya mixing berdasarkan konsep suara yang telah ditentukan pada saat praproduksi. 5. Berdasarkn konsep warna yang telah ditentukan pada saat praproduksi, sutradara melakukan koreksi warna di studio, setelah berdiskusi dengan produser dan Penata Fotografi. Karena disini penulis memegang jobdesk sebagai seorang sutradara di film pendek “Hyeo No”, penulis mengambil gaya penyutradaraan dari seorang sutradara yang mahir dan terkenal dengan karya - karya film pendek yang telah dibuatnya yaitu Ifa Ifansyah. Pria lulusan Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta Fakultas Seni Media Rekam tahun 2007 ini lebih dikenal sebagai seorang sutradara film pendek dan aktif di komunitas film
34
“Independen” Indonesia. Bersama beberapa temannya slaah satunya sutradara Eddie Cahyono, Ifa mendirikan Fourcolours Film pada tahun 2001 (kelompok komunitas film Yogyakarta) yang kemudian berkembang menjadi rumah produksi dan telah menghasilkan beberapa film pendek, videoklip, iklan, dan sinetron. Pada tahun 2006 Ifa terpilih dalam Asian Film Academy (Pusan International Film Festival) dan mendapatkan program beasiswa pendidikan di Im Kwon Taek College of Film and Performing Arts. Film pendeknya Harap Tenang, Ada Ujian! (2006) memperoleh penghargaan film fiksi terbaik di Festival Film Pendek Konfiden (2006), film pendek terbaik di Festival Film Indonesia (2006), dan film pendek favorit di Jogja – NETPAC Asian Film Festival 2006. Setelah menyelesaikan pendidikannya Ifa memulai debutnya sebagai sutradara film cerita panjang lewat “Garuda di Dadaku” 2009. Dan Inilah beberapa karya film pendek Ifa Ifansyah : 1. Harap Tenang, Ada Ujian! Format
: DV / Color
Durasi
: 15 menit
Sutradara
: Ifa Isfansyah
Penulis Naskah
: Ifa Isfansyah
Produser
: Damiana Widowati, Chandra Endroputro, Ary Juwono
35
Cast
: Fendy Riyadi, Takahiro Saito, Hiroaki Kato
Co-Produksi
: Freemovie Media
Tahun Produksi : 2006 Sinopsis: 27 Mei 2006, pukul 05:55 pagi, gempa berkekuatan 5.9 Skala Richter menimpa Yogyakarta dan memakan korban jiwa lebih dari 6000 orang. Bencana ini terjadi tepat 10 hari sebelum ujian akhir Sekolah Dasar dan 14 hari sebelum Piala Dunia 2006.
2. Setengah Sendok Teh Format
: DV / Color
Durasi
: 18 menit
Sutradara
: Ifa Isfansyah
Penulis Naskah
: Ifa Isfansyah
Produser
: Damiana Widowati, Chandra Endroputro, Ary Juwono, Narga
Cast
: Titi Dibyo, Suparwoto, Suhartono
Co-produksi
: Freemovie Media
Tahun Produksi : 2007 Sinopsis: Kisah tentang seorang istri yang sangat mencintai suaminya. Setiap hari sang istri membuatkan secangkir kopi dengan takaran tiga sendok teh bubuk kopi dan setengah sendok teh
36
gula. Sang suami tidak pernah menyukai kopi tersebut,. Namun perempuan itu tidak pernah berhenti membuatkannya.
3. Huan Chen Guang Format
: HD / Color / 16 : 9
Durasi
: 15 minutes
Sutradara
: Ifa Isfansyah
Penulis Naskah
: Ifa Isfansyah
Produser
: Eddie Cahyono
Co-produser
: Prima Rusdi
Cast
: Wei Lu, Luan Nan
Tahun Produksi
: 2008
Sinopsis: Chen Guang adalah perempuan China berusia 21 tahun dan tinggal di Beijing. Ibunya yang orang Indonesia meninggal pada saat terjadi kerusuhan Mei 1998 di Jakarta. Lalu Chen Guang pergi ke Korea, tujuannya adalah ingin menutup kenangan buruk yang selalu ada di dirinya dengan sebuah kenangan yang indah.
Film – film yang dihasilkan Ifa Ifansyah rata - rata berbau nasionalisme, dikemas semenarik mungkin agar penonton dapat mengetahui maksud dari pesan film yang dibuatnya tanpa menggurui. Disajikan seringan mungkin guna bertujuan agar semua
37
kalangan tidak bosan dengan film hasil karyanya. Sehingga penonton mengerti dengan isi pesan yang disampaikan dari sebuah film.
2.8
Konsep Penyutradaran Ifa Ifansyah Menurut Ifa Ifansyah penyutradaraan itu terbagi dua: screen directing dan actor
directing.
Yang
pertama
mengatur
gambar, frame, ruang untuk para pemain. Lalu yang kedua mengatur para pemain (aktor / aktris). Proses belajar mengatur konsep sebagai seorang sutradara tidak saja soal mengembangkan gagasan, tetapi juga menguatkan landasan, yaitu landasan teknis. Agar eksekusi gagasannya pun maksimal. Emosi film munculnya bukan hanya dari pengambilan gambar memalui kamera. Ifa Ifansyah percaya kamera adalah alat untuk menciptakan emosi. Namun pemahaman directing bukan hanya itu saja. Bukan hanya soal “mengagungkan” kamera Akan tetapi Ifa Ifansyah melakukan push terhadap energi-energi di depan kamera, energi para pemain jadi kamera hanya tinggal merekam saja. Ifa Ifansyah menerapkan konsep Mise en Scene, yaitu konsep “ruang” dalam film. Ternyata ruang dalam film itu seru terutama karena jika kita mengerti elemen-elemen mise-en-scene ini kita bisa
38
memperkaya film yang akan kita produksi. Walaupun dunia yang kita tonton itu dibatasi oleh camera framing, ternyata sebagai filmmaker bisa melampaui batas ini. Salah satu tekniknya adalah penggunaan warna dan cahaya untuk menciptakan mood .Ifa memberikan contoh dipresentasinya lewat satu shoot dalam film “Poetry” dimana pemilihan warna dan pengaturan cahaya berhasil membentuk mood adegan tersebut. Jadi, komposisi warna dan cahaya dapat menciptakan ruang bermain untuk emosi penonton. Selain elemen-elemen yang tampak dilayar, ruang juga hadir dalam elemen-elemen yang tidak tampak dilayar. Seperti misalnya pada suara dan dialog dalam film. Dialog bisa berasal dari adegan dalam layar, dari mulut aktor misalnya, atau dialog juga bisa muncul dari luar layar. Entah itu narasi dari seorang narator yang tidak terlihat, dialog atau suara terpendam dari balik pintu yang tertutup, atau yang paling lazim ditemui di sinetron kita, yaitu sebagai “suara hati”. Narasi seorang narator dan suara hati inilah yang disisipkan pada film HYEONO pada saat pengambilan scene Introduction dan Ending ketika Yono mengingat kejadian pada saat semua orang yang ada di hidupnya mengunakan bahasa Korea yang sama sekali tidak dimengerti olehnya. “Ruang” lain yang Ifa buka adalah “ruang” improvisasi bagi aktor ketika kamera mulai merekam. Menurut Ifa, komunikasi antara sutradara dan aktor harus terbuka dan saling percaya. Aktor
39
bukanlah mesin yang harus di program oleh sutradara. Tetapi berilah ruang untuk aktor masuk ke dalam “ruang” cerita dimana karakter mereka bisa berkembang. Sehingga adegan yang ditampilkan oleh aktor ataupun aktris bisa lebih jujur dan mengena. Ifa menyutradarai film-filmnya tanpa bayangan akhir, “Saya bekerja dengan konsep organik.” Ia meminta para pemain untuk ikut memberi pendapat. Meski persiapan sudah matang, tapi dalam proses pembuatan film apa saja bisa terjadi. Cuaca, kondisi alam atau kendala-kendala tak terduga ikut mempengaruhi hasil. Karena itu, menurut Ifa, kekurangan dalam film pun sering tak terhindarkan. tetapi di saat editing, kita kadang menemukan lagi kejutan. Konsep inilah yang digunakan oleh peneliti dalam menyutradarai film HYEONO.