BAB II KAJIAN TEORITIS
2.1 Sistem Temu Balik Informasi 2.1.1 Pengertian Sistem Temu Balik Informasi Sejak diperkenalkan pertama kali pada tahun 1952 dan mulai diteliti tahun 1961, banyak para ahli memaparkan pengertian sistem temu balik informasi. Seperti yang dikutip oleh Hardi (2006: 22) bahwa “Lancaster mendefinisikan temu kembali informasi sebagai suatu proses pencarian dokumen dengan menggunakan istilah luas untuk mengidentifikasi dokumen yang berhubungan dengan subjek tertentu”. Hal ini berarti bahwa sistem temu balik informasi merupakan jalan menuju perolehan informasi yang sesuai dengan kebutuhan pengguna. Sistem temu balik informasi merupakan kegiatan yang bertujuan untuk menyediakan dan memasok informasi bagi pemakai sebagai jawaban atas permintaan
atau
berdasarkan
kebutuhan
pemakai.
Hasugian
(2006:
2)
mengemukakan bahwa “pada dasarnya sistem temu balik informasi adalah suatu proses untuk mengidentifikasi, kemudian memanggil (retrieve) suatu dokumen dari suatu simpanan (file), sebagai jawaban atas permintaan informasi”. Sedangkan menurut Gerald Kowalski (1945: 2) “sistem temu balik informasi adalah suatu sistem yang mampu melakukan penyimpanan, pencarian, dan pemeliharaan informasi. Informasi dalam konteks ini dapat terdiri dari teks (termasuk data numerik dan tanggal), gambar, audio, video, dan objek multimedia lainnya”. Menurut Lancaster yang dikutip oleh Hardi (2006: 1) menyatakan bahwa “temu kembali informasi sebagai suatu proses pencarian dokumen dengan menggunakan istilah luas untuk mengidentifikasi dokumen yang berhubungan dengan subjek tertentu”. Artinya dalam proses penemuan informasi perlu digunakan istilah-istilah tertentu. Sedangkan menurut pendapat Tague-Sutcliffe yang dikutip oleh Hasugian (2006: 3) menyatakan bahwa, “tujuan utama sistem temu kembali informasi adalah untuk menemukan dokumen yang sesuai dengan kebutuhan informasi
pengguna secara efektif dan efisien, sehingga dapat memberikan kepuasan baginya”. Menurut uraian – uraian di atas dapat disimpulkan bahwa proses mencari dan menemu kembalikan dokumen secara efektif dan efisien berhubungan dengan subjek - subjek tertentu. Sistem temu balik informasi merupakan sistem yang mampu melakukan pencarian informasi pada kumpulan dokumen, pencarian dokumen itu sendiri, pencarian metadata untuk dokumen tersebut, atau pencarian teks, suara, gambar, atau data dalam basis data dan pengambilan dokumen yang relevan dari sebuah koleksi dokumen sesuai dengan query pengguna sistem. Input dari suatu sistem temu balik informasi adalah query dari pengguna dan koleksi dokumen atau artikel, dan output-nya adalah dokumen atau artikel yang dianggap relevan oleh sistem. Sistem temu balik informasi ini digunakan untuk mengurangi informasi yang terlalu banyak sehingga sulit untuk dikelola. Tujuan dari sistem temu balik informasi adalah memenuhi kebutuhan informasi pengguna dengan me-retrieve semua dokumen yang mungkin relevan, pada waktu yang sama me-retrieve sedikit mungkin dokumen yang tak relevan. Sistem temu balik informasi yang baik memungkinkan pengguna menentukan secara cepat dan akurat apakah isi dari dokumen yang diterima memenuhi kebutuhannya (Trunojoyo, 2010). Beberapa fungsi utama dari sistem temu balik informasi seperti yang dikemukakan Chowdhury (1999: 3) bahwa ada tujuh fungsi utama sistem temu balik informasi yang antara lain : 1. To identify the information (sources) relevant to the areas of interest of the target users community; 2. To analyse the contents of the sources (documents); 3. To represent the contens of the analysed sources in a way that will be suitable for matching users queries; 4. To analyse users queries and to represent them in aform that will be suitable for matching with the database; 5. To match the search statement with the stored database; 6. To retrieve the information that is relevant, and 7. To make necessary adjustments in the system based on feedback from the users.
Pernyataan di atas diartikan sebagai berikut: 1. Untuk mengidentifikasi informasi (sumber informasi) yang relevan dengan bidang-bidang yang sesuai dengan minat dan tujuan komunitas pemakai; 2. Untuk menganalisis isi dari sumber informasi (dokumen); 3. Untuk merepresentasikan isi dan sumber informasi yang telah dianalisis dengan cara yang sesuai untuk kemudian menyesuaikannya dengan permintaan pemakai; 4. Untuk menganalisis permintaan-permintaan pemakai dan merepresentasikannya ke dalam bentuk yang disesuaikan, untuk disesuaikan dengan database; 5. Untuk menyesuaikan pernyataan penelusuran dengan database; 6. Untuk menemukan informasi yang relevan; 7. Untuk membuat penyesuaian kebutuhan pada dasar sistem arus balik dari pemakai. Menurut uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa sistem temu balik informasi merupakan proses pencarian kembali informasi sesuai dengan kebutuhan pencari informasi secara cepat dan tepat sehingga memudahkan pengguna dalam mengambil keputusan atas informasi mana yang dibutuhkannya. Dalam proses perolehan informasi pencari merumuskan pertanyaan (query) atau menggunakan istilah-istilah berkaitan dengan informasi yang dibutuhkan. 2.1.2 Komponen Sistem Temu Balik Informasi Menurut Chowdury yang dikutip oleh Zaenab (2002: 41) “pada intinya dalam sistem temu balik informasi terdapat tiga komponen utama yang saling mempengaruhi, yaitu (1) kumpulan dokumen; (2) kebutuhan informasi pengguna, dan (3) proses pencocokan (matching) antara keduanya” Sedangkan komponen - komponen sistem temu balik informasi menurut Hasugian (2006: 14) antara lain, (1) pengguna; (2) query; (3) dokumen; (4) indeks dokumen dan (5) pencocokan/ matcher function. 1. Pengguna Pengguna STBI adalah orang yang menggunakan atau memanfaatkan STBI dalam rangka kegiatan pengelolaan dan pencarian informasi. Berdasarkan perannya, pengguna STBI dibedakakan atas 2 (dua) kelompok yaitu pengguna (user) dan pengguna akhir (end user).
2. Query Query adalah format bahasa permintaan yang di input (dimasukan) oleh pengguna ke dalam STBI. Dalam interface (antar muka) STBI selalu disediakan kolom/ruas sebagai tempat bagi pengguna untuk mengetikkan (menuliskan) query nya. 3. Dokumen Dokumen adalah istilah yang digunakan untuk seluruh bahan pustaka, apakah itu artikel, buku, laporan penelitian dan sebagainya. Seluruh bahan pustaka dapat disebut sebagai dokumen. 4. Indeks Dokumen Indeks adalah daftar istilah atau kata (list of terms). Dokumen yang dimasukkan/disimpan dalam database diwakili oleh indeks, Indeks itu disebut indeks dokumen. 5. Pencocokkan (Matcher Function) Pencocokan istilah (query) yang dimasukkan oleh pengguna dengan indeks dokumen yang tersimpan dalam database dilakukan oleh mesin komputer. Komputer yang melakukan proses pencocokan itu dalam waktu yang sangat singkat sesuai dengan kecepatan memory dan processing yang dimiliki oleh komputer itu. Dari beberapa uraian di atas dapat disimpulkan bahwa sistem temu balik informasi memiliki komponen-komponen penyusun yang paling sedikit terdiri dari tiga bagian yaitu dokumen, pencari informasi dan proses pencocokan atau penghubung antara dokumen dan pencari informasi. Lebih rincinya sistem temu balik informasi terdiri atas lima komponen yaitu pengguna, query, dokumen, indeks dokumen dan pencocokan. 2.1.3 Efektivitas Temu Balik Informasi Efektif merupakan kata dasar efektivitas dalam bahasa Inggris effective didefinisikan producing the result that is wanted or intended dan definisi sederhananya coming into use maksudnya yaitu menciptakan hasil yang diinginkan atau dimaksudkan (Oxford Learner’s Pocket Dictionary, 2008: 143). Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002: 584) mendefinisikan efektif dengan “ada efeknya (akibatnya, pengaruhnya, kesannya) atau dapat membawa hasil, berhasil
guna (usaha, tindakan) dan efektivitas diartikan keadaan berpengaruh hal berkesan atau keberhasilan (usaha, tindakan)”. The Liang Gie dalam Ensiklopedi Administrasi (1989: 108) mendefinisikan, Efektivitas sebagai suatu keadaan yang mengandung pengertian mengenai terjadinya efek atau akibat yang dikehendaki. Jika seseorang melakukan suatu perbuatan dengan maksud tertentu yang memang dikehendaki, maka orang itu dikatakan efektif kalau memang menimbulkan akibat dari yang dikehendakinya. Sederhananya, efektivitas merujuk pada kemampuan untuk memiliki tujuan yang tepat atau mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Efektivitas juga berhubungan dengan masalah bagaimana pencapaian tujuan atau hasil yang diperoleh, kegunaan atau manfaat dari hasil yang diperoleh, tingkat daya fungsi unsur atau komponen, serta masalah tingkat kepuasaan pengguna/client. Berkaitan dengan temu balik informasi, efektivitas temu balik informasi merupakan kemampuan dari sistem untuk menemukan kembali berbagai dokumen dari suatu basis data sesuai atau relevan dengan permintaan pengguna. Untuk mengetahui tingkat relevansi penelusuran informasi, Sulistyo Basuki (1992: 148) menyatakan bahwa: “rasio perolehan (recall) adalah perbandingan dokumen ditemukan dengan jumlah total dokumen relevan dalam sistem. Sedangkan Rasio ketepatan (precision) adalah perbandingan antara dokumen relevan dengan jumlah dokumen yang ditemu balik dalam penelusuran”. Menurut Hasugian (2006: 5), “Perolehan (recall) berhubungan dengan kemampuan sistem untuk memanggil dokumen yang relevan. Sedangkan ketepatan (precision) berkaitan dengan kemampuan sistem untuk tidak memanggil dokumen yang tidak relevan”. Rumus untuk menghitung nilai perolehan (recall) dan ketepatan (precision) adalah sebagai berikut : Number of relevant document retrived Recall = -------------------------------------------------------------------Total number of relevant document in the file Number of relevant document retrived Precision = ------------------------------------------------------------------Total number of document retrived from the file
Rumus-rumus tersebut dapat diterjemahkan sebagai berikut : Jumlah Dokumen yang Terambil Recall (Perolehan) = ---------------------------------------------------------------Jumlah Dokumen Relevan yang Ada dalam Database Jumlah Dokumen Relevan yang Terambil Precision (Ketepatan) = -----------------------------------------------------------Jumlah Dokumen yang terambil dalam Pencarian Menurut pendapat Rowley yang dikutip oleh Hasugian (2003: 5) menyatakan bahwa “suatu sistem temu kembali informasi dinyatakan efektif apabila hasil penelusuran mampu menunjukkan ketepatan (precision) yang tinggi sekalipun perolehannya rendah”. Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa bagian terpenting dalam proses temu balik informasi adalah ketika kebutuhan informasi pengguna tercapai sesuai dengan kebutuhan penggunannya dikarenakan precision (ketepatan) yang dihasilkan dalam penelusuran lebih tinggi daripada recall (perolehan). 2.2 Portal Berita Online Perkembangan media masa saat ini merupakan kebutuhan dalam mendukung berbagai aktifitas masyarakat urban. Media massa, seperti halnya pesan lisan dan isyarat sudah menjadi bagian tak terpisahkan dari komunikasi manusia. “Pada hakikatnya media adalah perpanjangan lidah dan tangan yang berjasa meningkatkan kapasitas manusia untuk mengembangkan struktur sosialnya”. (Rivers, 2004: 27). Kebutuhan masyarakat akan informasi yang cepat saat ini dimanfaatkan oleh berbagai media massa dalam perannya menyampaikan informasi, edukasi, opini, dan ilmu pengetahuan kepada para pembacanya. Dalam memenuhi kebutuhan masyarakat tersebut, media massa umumnya selalu aktif dalam memproduksi informasi yang cepat, hangat dan orisinil. Penyebaran informasi kepada khalayak masyarakat, telah terbantu oleh perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang semakin canggih, sehingga informasi dapat berpindah dengan cepat, karena munculnya media komunikasi yang baru yaitu internet. Internet yang kini mulai menjadi bagian primer dalam kehidupan manusia sudah tidak dapat dipisahkan lagi dalam
kegiatan sehari-hari. Portal berita online atau media online sangat erat kaitannya dengan internet, karena internet merupakan induk utama dari tersebarnya informasi-informasi berbasis online tersebut. Denis McQuail (2009: 28 - 29) dalam Mass Communication Theory mendefinisikan internet sebagai berikut : Internet merupakan sebuah media dengan segala karakteristiknya. Internet memiliki teknologi, cara penggunaan, lingkup layanan, dan isi dan image tersendiri. Internet tidak dimiliki, dikendalikan, atau dikelola oleh sebuah badan tunggal tetapi merupakan sebuah jaringan komputer yang terhubung secara internasional dan beroperasi berdasarkan protokol yang disepakati bersama. Sejumlah organisasi khususnya provider dan badan telekomunikasi berperan dalam operasi internet. Portal berita online merupakan media yang menggunakan internet. Sepintas orang akan menilai portal berita online merupakan media elektronik, tetapi para pakar memisahkannya dalam kelompok tersendiri. Alasannya, portal berita online menggunakan gabungan proses media cetak dengan menulis informasi yang di salurkan melalui sarana elektronik. Bedasarkan definisi oleh “The Federal Networking Council” di Amerika Serikat, portal berita online atau media online lebih mengacu pada sistem informasi global yang secara logis terhubung oleh suatu area (Lister, 2003: 28). Definisi lain menyatakan bahwa, “Portal berita online atau media online didefinisikan sebagai jaringan luas komputer, yang dengan perizinan, dapat saling berkoneksi antara satu dengan yang lainnya untuk menyebarluaskan dan membagikan digital files serta memperpendek jarak antar negara” (Perebinissoff, 2005: 63). Dari beberapa pengertian portal berita online peneliti menarik kesimpulan mengenai portal berita online yaitu suatu jaringan global yang mengacu pada sistem informasi yang memiliki hubungan antar komputer sehingga dapat melakukan komunikasi data dalam membagikan informasi dari satu Negara ke negara lainnya dengan mudah dan cepat. 2.2.1 Karakteristik Portal Berita Online Menurut Yayan Sopian yang dikutip dari Nurudin, 2009: 18, portal berita online dapat diklasifikasikan karakteristik portal berita online antara lain: a. Kemudahan bagi pengakses untuk mengalihkan waktu pengaksesan. Artinya, penerbit portal berita online misalnya bisa menentukan bahwa akses medianya bisa dimulai dari jam 1 dini hari seperti yang tersaji
dari media cetak yang juga mempunyai portal berita online. Meskipun ada juga yang baru beberapa jam kemudian, bahkan 1 hari kemudian . Ini sangat tergantung pada kemampuan media. b. Real time, Langsung bisa disajikan. Pengelola website dapat menulis setiap saat. Sehingga (user) pembaca dapat menerima berita setiap waktu. c. Unsur multimedia. Bentuk dan publikasi yang lebih kaya. Sajiannya tidak klasik seperti media cetak (e-paper dalam versi online-nya). Ada banyak fitur, serta ilustrasi tampilan yang amat menarik pembaca. d. Interaktif. Hyperlink memungkinkan user terhubung dengan situs yang lain, seperti Wordpress, RSS, Twitter, dan Facebook. Dengan demikian dapat diartikan bahwa, portal berita online merupakan pemberi informasi yang cepat dan mudah karena dapat diakses secara langsung oleh penggunanya dimanapun berada dan dapat memberikan tanggapan/komentar atas isi dari berita yang tersedia pada portal berita online tersebut. 2.2.2 Konten/Isi Portal Berita Online Media Online merupakan salah satu produk dari jurnalistik online. Ada beberapa jenis konten dari portal berita online antara lain : 1. Media online (online media) adalah media massa yang tersaji secara online di situs web (website) internet. 2. Media online adalah media massa generasi ketiga setelah media cetak (printed media) –koran, tabloid, majalah, buku-- dan media elektronik (electronic media) –radio, televisi, dan film/video. 3. Media Online merupakan produk jurnalistik online. Jurnalistik online – disebut juga cyber journalisme didefinisikan sebagai “pelaporan fakta atau peristiwa yang diproduksi dan didistribusikan melalui internet” 4. Secara
teknis
atau
fisik,
media
online
adalah
media
berbasis
telekomunikasi dan multimedia (komputer dan internet). Termasuk kategori media online adalah portal, website (situs web, termasuk blog), radio online, TV online, dan email. 5. Isi media online terdiri dari : Teks, Visual/Gambar, Audio, dan AudioVisual (Video). Content (isi) portal berita online merupakan perpaduan layanan interaktif yang terkait informasi secara langsung, misalnya tanggapan langsung, pencarian
artikel, forum diskusi, dan lain lain; dan atau yang tidak berhubungan sama sekali dengannya, misalnya games, chat, kuis, dll. (Supriadi, Fedi: 2012). Dari penjelasan di atas, konten media online merupakan teknologi multimedia yang memberikan kemudahan pengguna dalam memahami, mengakses sumber informasi dan dapat memberikan tanggapan atau komentar terhadap konten yang tersedia pada media online. 2.3 Dasar Kemampuan Penelusuran Informasi 2.3.1 Konsep Penelusuran Informasi Penelusuran informasi adalah salah satu komponen dari sistem temu kembali informasi yang mempunyai peranan penting dalam melakukan akses terhadap informasi. Sehingga apabila pengguna ingin menghasilkan tingkat presisi informasi yang tinggi, penelusuran informasi harus tepat dengan kebutuhan pengguna. Menurut Yusuf (1988: ), Penelusuran informasi merupakan bagian dari proses temu kembali informasi yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan pemakai akan informasi yang dibutuhkan, dengan bantuan berbagai alat penelusuran dan temu kembali informasi yang dimiliki unit informasi. Dari kutipan di atas, dapat disimpulkan bahwa penelusuran informasi dapat berjalan dengan adanya bantuan alat/tools yang mendukung penelusuran informasi. Alat penelusuran misalnya seperti search engine (mesin pencari). Penelusuran informasi dijelaskan Marchioni yang dikutip oleh Large (2001: 27) bahwa “kebutuhan hidup yang digunakan untuk merencanakan, mengambil tindakan dan melakukan apa yang dibutuhkan untuk mendapatkan pemahaman yang dapat diterima oleh akal”. Sedangkan menurut Djatin (1996: 3) “Penelusuran informasi adalah mencari kembali informasi yang pernah ditulis orang mengenai topik tertentu, informasi tersebut terdapat dalam publikasi yang diterbitkan baik dalam maupun luar negeri”. Proses penelusuran informasi sangat penting dalam menghasilkan temuan informasi yang relevan, akurat dan tepat. Proses dan penggunaan alat bantu penelusuran yang tepat akan menghasilkan informasi yang sesuai dengan kebutuhan pengguna. Dari beberapa pendapat para ahli di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa, penelusuran informasi merupakan proses STBI yang berfungsi untuk menemukan publikasi informasi yang beredar dengan bantuan peralatan/tools penelusuran
sebagai penghubung dengan sumber daya informasi dalam memanggil informasi tersebut 2.3.2.Tujuan Penelusuran Informasi Tujuan penelusuran informasi adalah mencapai kebutuhan informasi melalui pemanfaatan layanan ataupun fasilitas yang tersedia di internet. Penelusuran informasi yang efektif akan menghasilkan informasi yang relevan dan akurat sesuai dengan kebutuhan pengguna. Menurut Yusuf (1988) tujuan dari kegiatan penelusuran informasi adalah mendapatkan informasi literatur yang dibutuhkan oleh peneliti, pengambil kebijaksanaan dan pengguna lainnya dari dalam suatu kumpulan bahan pustaka atau dari suatu sistem penyimpanan informasi tertentu. Pencarian informasi secara global merupakan dampak dari perkembangan teknologi informasi, terutama dengan adanya perkembangan internet. Internet memungkinkan semua data dapat digabungkan dan diakses dari satu tempat. Alat bantu penelusuran informasi dapat membantu proses pencarian informasi dapat dilakukan dengan lebih cepat dan spesifik. Sehingga dengan proses temu kembali informasi yang lebih cepat, pengguna dapat menghemat waktu dalam mencari informasi. Selama proses pembuatan alat temu kembali informasi, dibutuhkan keterampilan dan pengetahuan yang luas, terutama pemahaman mengenai subyek – subyek tertentu sesuai dengan kebutuhan pencari informasi. Dengan adanya subyek yang tepat maka ketepatan informasi yang diperoleh pengguna akan lebih akurat. 2.3.2 Kemampuan penelusuran informasi Menurut Chowdhury (2001: ) dalam mengatasi permasalahan dalam penelusuran, pengguna harus memiliki 6 kemampuan untuk melakukan penelusuran informasi, antara lain sebagai berikut: a. Penentuan perintah Mengatasi permasalahan informasi dimulai dengan memahami dengan jelas masalah yang ada dari sudut pandang informasi yang dibutuhkan. (Eisenberg and Berkowitz yang dikutip oleh Chowdhury, 2004). Jadi, ketika akan mencari informasi kita harus terlebih dahulu menentukan topik yang tepat. b. Strategi pencarian informasi Strategi pencarian adalah suatu proses untuk bisa mendapatkan dokumen yang benar-benar relevan sesuai dengan kebutuhan pengguna.
Dalam proses pencarian dilakukan dengan menggunakan strategi tertentu yang disesuaikan dengan fasilitas yang disediakan oleh sistem tersebut. Menurut Rowley (1995: 328) menyatakan bahwa strategi pencarian merupakan himpunan keputusan dan tindakan yang dilakukan dalam proses pencarian, dengan tujuan untuk menemukan sejumlah cantuman yang relevan, menghindari ditemukannya dokumen yang tidak relevan, menghindari cantuman yang terlalu banyak dan juga menghindari tidak ditemukannya cantuman sama sekali. c. Lokasi dan aksesnya Tahapan ini penerapan strategi penelusuran informasi digunakan. Setelah sumber informasi yang akan dicari telah diketahui, pengguna harus menggunakan strategi pencarían untuk menemukan kembali informasi yang dibutuhkan. Pada saat kemampuan penelusuran mencari informasi yang dibutuhkan pengguna harus mengerti bagian dari strategi penelusuran yaitu penggunaan sarana pencarían seperti mesin pencari pada website, CD-ROMs, basis data online atau jurnal online, indeks, abstrak, dan berbagai macam sumber informasi online. Dari berbagai sarana tersebut pengguna harus dapat memutuskan sarana apa yang kira-kira digunakan untuk menelusur informasi yang dibutuhkan, akses dan lokasi untuk mendapatkan bagaimana menemukan informasi dan apakah sesuai dengan kebutuhan pengguna. d. Penggunaan informasi Setelah lokasi informasi telah ditentukan, pengguna membutuhkan informasi tersebut untuk digunakan. Informasi memiliki berbagai macam bentuk dan formatnya. Akan tetapi, setiap bentuk atau format membutuhkan kemampuan dalam penggunaanya, sedangkan sebagian pengguna yang belum pernah atau belum terbiasa menggunakan atau memahami sehingga bisa menjadi hambatan dalam penggunaannya. Jadi pengguna harus mampu menentukan kira-kira bentuk atau format informasi yang seperti apa yang dibutuhkan agar dalam penggunaan informasi tersebut tidak mengalami kesulitan. e. Perpaduan informasi Konteks yang dimaksud perpaduannya adalah semua aplikasi sistem temu kembali informasi disesuaikan dengan perintah yang dicari. Misalkan informasi yang dicari melalui mesin pencari, maka disesuaikan juga kebutuhan informasinya contoh menurut formatnya. Pada mesin pencari ada sarana dan teknik yang digunakan untuk memadukan informasi yang diinginkan agar keluaran yang didapat sesuai. f. Evaluasi Pada tahap evaluasi melibatkan pemeriksaan terhadap hasil dari informasi yang telah dicari. Pada proses penelusuran diperbaiki jika tidak menemukan informasi yang diinginkan. Dapat membuat pertanyaan seperti dibawah ini: 1. Apakah cara yang digunakan sesuai ? 2. Apakah informasi yang diinginkan berhasil ditemukan ? 3. Apakah ada pemecahan masalah ketika informasi tidak ditemukan ?
Dari uraian di atas, ada beberapa tahapan yang dilakukan dalam melakukan proses penelusuran informasi antara lain : 1. Memahami query 2. Menganalisis dan menggambarkan query yang dapat digunakan untuk menerangkan tipe sumbernya 3. Menyeleksi sumber informasi yang tepat 4. Menyeleksi dan menggunakan sarana (indeks/kamus, thesaurus, daftar tajuk subyek, dan lain lain) 5. Temu kembali informasi 6. Memeriksa temu kembali informasi 7. Memodifikasi query, mengganti basis data, dll. Dengan melakukan proses – proses tersebut di atas, penelusuran informasi yang diinginkan oleh pengguna akan lebih mudah dan sesuai dengan kebutuhan informasi dari penggunanya. 2.4 Formulasi Query Menurut W. B. Croft (2010: 114) dalam query representation and understanding workshop report, mengemukakan bahwa : The process of query formulation (also referred to as query rewriting or query transformation modifies the original keyword query submitted by the user to the search engine in order to better represent the underlying intent of the query. The formulated query is then used as an input to the search engine’s ranking algorithm. Thus, the primary goal of query formulation is to improve the overall quality of the ranking presented to the user in response to her query. Pendapat di atas apabila diartikan bahwa proses perumusan query (juga disebut sebagai permintaan menulis ulang atau transformasi permintaan) memodifikasi asli permintaan kata kunci yang diajukan oleh pengguna ke mesin pencari rangka untuk lebih mewakili maksud yang mendasari query. Permintaan dirumuskan kemudian digunakan sebagai masukan untuk pencarian peringkat algoritma mesin. Dengan demikian, tujuan utama dari permintaan formulasi adalah untuk meningkatkan kualitas keseluruhan dari peringkat disajikan kepada pengguna dalam menanggapi pertanyaannya. Ada dua tahapan dalam memformulasikan query seperti menurut. Guo (2008: 379) :
Query formulation is usually divided into two main processing stages. The first processing stage, which is usually referred to as query refinement, alters the query on the morphological level (e.g., tokenization, spelling corrections, stemming, etc.). After the query refinement stage is completed, the sec ond processing stage alters the query on the structural level. Such structural alterations may include, among other actions, segmenting the query into atomic concepts (i.e., combinations of terms), assigning weights to these concepts, or expanding the query with related weighted concepts. Pernyataan di atas dapat diartikan bahwa formulasi query biasanya dibagi menjadi dua tahapan proses utama. Tahapan pertama, yang biasanya disebut sebagai perbaikan query, mengubah query pada tingkat morfologi (misalnya, tokenization, koreksi ejaan, stemming, dan lain lain). Setelah tahap perbaikan permintaan selesai, tahap kedua, mengubah query pada tingkat struktural. Perubahan struktural tersebut dapat mencakup, antara lain tindakan, segmentasi query ke dalam konsep atom (yaitu, pengkombinasian istilah), pemberian bobot konsep-konsep, atau memperluas query dengan konsep tertimbang terkait. Dari uraian di atas, Chowdhury (1999: ) menyatakan ada beberapa teknik, strategi dan sarana dalam menelusur antara lain yaitu: a. Pencarian menggunakan kata kunci (keyword) dan frasa penentuan kata kunci adalah suatu hal sangat menentukan hasil penelusuran, oleh sebab itu dalam memasukkan kata kunci harus diketik dengan benar, kesalahan dalam penulisan walaupun hanya satu huruf dapat menyebabkan hasil pencarian yang berbeda dari apa yang kita inginkan, setiap patah kata yang dimasukkan ke dalam kotak pencarian akan dicari sesuai dengan apa yang kita ketikkan. Selain cara pengetikkan kata kunci dengan benar, juga harus memilih kata kunci yang sesuai dengan konteks dari subyek yang diinginkan, caranya adalah dengan menggali kata kunci apa saja yang bisa dipakai, dengan melihat cakupan
subyek
tersebut.
Untuk
mengetahui/menggali
kata
Kemampuan penelusuran kunci yang tepat ada beberapa cara, yaitu antara lain dengan melihat kamus, ensiklopedi, thesaurus, membaca buku, atau menanyakan kepada pakar. Hal lain yang perlu diperhatikan untuk menentukan kata kunci adalah dengan memperhatikan sinonim, singkatan, perubahan kata dasar, istilah ilmiah dan sebagainya.
Pemilihan kata kunci ini sebaiknya dipersiapkan terlebih dahulu sebelum kita melakukan penelusuran, apabila kita menentukan pada saat melakukan penelusuran akan berakibat selain kemungkinan kesalahan pemilihan kata kunci juga akan memerlukan waktu lama. pencarian frasa (Phrase search), yaitu penggabungan beberapa kata agar tidak tidak ditelusur secara terpisah oleh mesin pencari. b. Pencarian menggunakan operator boole, Pemenggalan kata, case sensitive operator boole merupakan suatu cara dalam mengekspresikan keinginan pemakai ke sebuah query dengan mamakai operator-operator Boole (Houghton dan Houghton, 1999: ) yaitu : “and”, “or”, dan “not”. Adapun maksud dari operator “and” adalah untuk menggabungkan istilah-istilah ke dalam sebuah ungkapan, dan operator “or” adalah untuk memperlakukan istilah-istilah sebagai sinonim, sedangkan operator “not” merupakan sebuah pembatasan. Menurut Chowdhury (2004: ) sistem temu kembali membiarkan pengguna mengekspresikan query yang diinginkan ketika menggunakan operator boole. Sebagai contoh, ketika ingin mencari informasi “computer” dan “information retrieval” pengguna dapat memformulasikan pernyataan pencariaannya sebagai berikut: 1). Dengan menggunakan operator “AND” yang berguna untuk menggabungkan istilah-istilah tersebut dalam satu ungkapan. (COMPUTER) AND (INFORMATION RETRIEVAL) 2). Dengan menggunakan operator “OR” untuk memperlakukan istilahistilah sebagai sinonim. (COMPUTER) OR (INFORMATION RETRIEVAL) 3). Dengan menggunakan operator “NOT” yang merupakan sebuah pembatasan. (COMPUTER) NOT (INFORMATION RETRIEVAL). Pada operator boole sederhana, query diproses sesuai dengan operator yang digunakan dan menampilkan dokumen berdasarkan urutan dokumen ditemukan. Sedangkan pada operator boole berperingkat, dokumen diperingkat berdasarkan bobot dari dokumen. Pemenggalan (Truncation),
yaitu fasilitas untuk memenggal kata. Contoh dari pemenggalan kata, ketika kita menulis kata COMPUT*, maka dalam temu kembali keluarannya
dapat
berupa
kata
COMPUTER,
COMPUTING,
COMPUTATION, COMPUTE, dan lain-lain. Ada banyak lagi teknik pemenggalan kata mulai dari di depan kata dan di tengah kata tersebut. case sensitive, yaitu pencarian dengan huruf besar dan huruf kecil yang akan menghasilkan temuan berbeda. c. Proximity operators 1). Digunakan untuk meningkatkan jumlah kata yang relevan dengan cara member kode (W) atau ADJ untuk menemukan kedekatan antara kata yang satu dengan yang lainnya. Contoh: AIR (W) POLLUTION atau AIR ADJ POLLUTION 2). Digunakan untuk menghubungkan dua istilah yang sama atau lebih, dan mencari istilah dalam kalimat yang sama. Contoh: STATE (2W) ART for STATE OF THE ART. (Online, 1991 : 15) d. Pembatasan pencarian Pembatasan field, fasilitas ini digunakan untuk penelusur yang ingin membatasi format tertentu yang diinginkan, misalnya format pdf., ppt., doc dan sebagainya. Fasilitas pencarian tersebut bisa digabung pada saat memformulasikan permintaan informasi (query). Beberapa contoh bagaimana penggunaan fasilitas pencarian tersebut dalam mesin pencari : o ”hubungan antara pustakawan dan arsiparis”+Indonesia o ”Adnan Buyung” + Ahmadiyah site:kompas.com Universitas Indonesia o allintitle:”perpustakaan digital”site:ui.edu o (korupsi OR KKN) + ”Departemen Agama”filetype:pdf o ”Undang-Undang Republik Indonesia nomor 25 tahun 2007” o “Keputusan Menteri Agama”+”biaya perjalanan ibadah haji” Penggunaan fasilitas pencarian dalam kotak tempat menuliskan kata kunci sebagai permintaan informasi (query), sangat tergantung dari masingmasing mesin pencari. Hampir semua pada mesin pencari menyediakan fasilitas pencarian yang bertujuan untuk membantu penelusur menemukan
informasi yang diinginkan secara tepat dan cepat, seperti mesin pencari google. e. Penyusunan pencarian Pendit (2005 : 75-76) membuat judul sub-bab yang sangat menarik “ Mencari Informasi di Ruang Cyber – Awas Tersesat!”, selanjutnya mengutip tulisan Chowdhury tentang pencarian terpasang (online) mempunyai tahap-tahap sebagai berikut : 1. Pelajari topik yang akan dicari sampai paham, apa sebenarnya yang diperlukan oleh pencari informasi 2. Dapatkan akses ke sebuah jasa informasi terpasang 3. Mendaftar (login) ke penyedia jasa yang dilanggan 4. Memilih pangkalan data yang sesuai dengan kebutuhan pencari informasi 5. Merumuskan pertanyaan untuk memulai pencarian informasi 6. Memilih format tampilan 7. Merumuskan kembali pertanyaan, jika diperlukan 8. Menetapkan modus pengiriman hasil pencarian. Dari penjelasan di atas tersebut, ada beberapa teknik penelusuran informasi yang dapat membantu pengguna dalam menelusur informasi yang tepat dan cepat.