BAB II KAJIAN TEORITIS
2.1 Perpustakaan Umum 2.1.1 Pengertian Perpustakaan Umum Perpustakaan umum sering diibaratkan Universitas Rakyat atau Universitas masyarakat karena, merupakan lembaga pendidikan bagi masyarakat umum dengan menyediakan berbagai informasi, ilmu pengetahuan, teknologi dan budaya, sebagai sumber belajar untuk meningkatkan pengetahuan seluruh lapisan masyarakat. Perpustakaan umum memberi kesempatan kepada seluruh lapisan masyarakat untuk mencari tambahan ilmu pengetahuan, mengikuti apa yang terjadi di dunia, menumbuhkan daya berpikir secara kritis, memupuk kebebasan berbicara dan menambah kepandaian, sehingga mendapat kemajuan dalam keadaan sosial ekonominya. Menurut Sjarial-Pamuntjak (2000: 3) menyatakan bahwa : Perpustakaan umum ialah perpustakaan yang menghimpun koleksi buku, bahan tercetak serta rekaman lain untuk kepentingan masyarakat umum. Perpustakaan umum berdiri sebagai lembaga yang diadakan untuk dan oleh masyarakat. Setiap warga dapat menggunakan perpustakaan tanpa dibedakan pekerjaan, kedudukan, kebudayaan dan agama. Meminjam buku dan bahan lain dari koleksi perpustakaan dapat dengan cuma-cuma atau dengan membayar iuran sekedarnya sebagai tanda keanggotaan dari perpustakaan tersebut. Sedangkan dalam Buku Pedoman Umum Penyelenggaraan Perpustakaan Umum (2000: 4) dinyatakan bahwa: “Perpustakaan Umum adalah Perpustakaan yang diselenggarakan di pemukiman penduduk (kota atau desa) diperuntukkan bagi semua lapisan dan golongan masyarakat penduduk pemukiman tersebut untuk melayani kebutuhannya akan informasi dan bahan bacaan.” Selanjutnya menurut Sulistyo-Basuki (1991: 46) “Perpustakaan umum adalah perpustakaan yang diselenggarakan oleh dana umum dengan tujuan melayani umum”. Dari penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa, perpustakaan umum adalah lembaga yang menyediakan layanan informasi dan bahan pustaka untuk seluruh lapisan dan golongan masyarakat tanpa dibedakan jenis kelamin, pekerjaan, kedudukan, kebudayaan, dan agama. Perpustakaan ini diselenggarakan dengan dana umum serta memberikan layanan jasa perpustakaan dan memanfaatkan bahan pustaka dengan secara cuma-cuma.
Universitas Sumatera Utara
2.1.2 Tujuan Perpustakaan Umum Pentingnya peranan perpustakaan umu bagi kecerdasan bangsa sehingga UNESCO mengeluarkan Manifesto Perpustakaan Umum pada tahun 1972. menyatakan bahwa perpustakaan umum mempunyai 4 tujuan utama yaitu: 1. Memberikan kesempatan bagi umum untuk membaca bahan pustaka yang dapat membantu meningkatkan mereka ke arah kehidupan yang lebih baik. 2. Menyediakan sumber informasi yang cepat tepat dan murah bagi mereka dan murah bagi masyarakat, terutama informasi mengenai topik yang berguna bagi mereka dan sedang hangat dalam kalangan masyarakat. 3. Membantu warga untuk mengembangkan kemampuan yang dimilikinya, sehingga yang bersangkutan akan bermanfaat bagi masyarakat sekitarnya sejauh kemampuan tersebut dapat dikembangkan dengan bantuan bahan pustaka. Fungsi ini sering disebut fungsi pendidikan perpustakaan umum, lebih tepat disebut sebagai pendidikan perpustakaan umum, lebih tepat disebut sebagai pendidikan berkesinambungan ataupun pendidikan seumur hidup. Pendidikan sejenis ini hanya dapat dilakukan oleh perpustakaan umum karena perpustakaan umum merupakan satu-satunya pranata kepustakawanan yang terbuka bagi umum. Perpustakaan Nasional juga terbuka bagi umum namun untuk memanfaatkannya tidak selalu terbuka langsung bagi perorangan, adakalanya harus melalui perpustakaan lain. 4. Bertindak selaku agen kultural artinya perustakaan umum merupakan pusat utama kehidupan budaya bagi masyarakat sekitarnya. Perpustakaan umum bertugas menumbuhkan apresiasi budaya masyarakat sekitarnya dengan cara menyelenggarakan pameran budaya, ceramah, pemutaran film dan menyediakan informasi yang dapat meningkatkan keikutsertaan, kegemaran dan apresiasi masyarakat terhadap segala bentuk seni budaya (SulistyoBasuki, 1991:46). Sedangkan dalam Buku Panduan Penyelenggaraan Perpustakaan Umum (1992: 2) tujuan perpustakaan umum adalah 1. Untuk pendidikan masyarakat (sebagai sarana pendidikan non formal) dan membudidayakan kreasi, prakasa dan swadaya masyarakat guna meningkatkan kemajuan kehidupan dan kesejahteraannya. 2. Menyediakan berbagai kebutuhan untuk penerangan, informasi dan data sekunder serta pengetahuan ilmiah. 3. Memberi semangat dan hiburan yang sehat dan pemanfaatan hal-hal yang bersifat membangun dalam waktu senggang. 4. Mendorong, menggairahkan, memelihara dan membina semangat membangun dan semangat belajar masyrakat. 5. Membekali berbagai pengetahuan dan ilmu serta pedoman-pedoman kepada masyarakat di berbagai bidang Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan tujuan perpustakaan umum adalah membina,
meningkatkan
serta
mengembangkan
kemampuan
yang
dimiliki
masyarakat menjadi bermanfaat untuk meningkatkan kehidupan mereka yang lebih
Universitas Sumatera Utara
baik. Dengan menyediakan bahan pustaka yang sesuai dan bermanfaat dengan kebutuhan informasi masyarakat, serta menjadi pusat kehidupan sumber informasi kebudayaan masyarakat sekitar.
2.1.3 Jenis Perpustakaan Umum Perpustakaan Umum dapat satu-satunya perpustakaan yang dapat dibedakan menjadi beberapa jenis. Menurut Sutarno (2003: 33) dinyatakan yang termasuk di dalam kategori perpustakaan umum adalah : 1. 2. 3. 4. 5.
Perpustakaan Umum Kabupaten / Kota Perpustakaan Umum Kecamatan, Perpustakaan Umum Desa / Kelurahan Perpsutakaan Cabang Perpustakaan Taman Bacaan Rakyat / Perpustakaan Umum Taman Bacaan Masyarakat 6. Perpustakaan Keliling.
2.2 Jenis Koleksi Perpustakaan Menurut Yulia (1993: 3) berikut ini akan dijelaskan secara garis besar jenis bahan pustaka yang tercakup dalam koleksi perpustakaan. 1. Karya tercetak Kaya tercetak adalah hasil pikiran manusia yang dituangkan dalam bentuk cetak seperti: a. Buku b. Terbitan berseri 2. Karya noncetak Yang termasuk jenis bahan pustaka karya noncetak ini adalah: a. Rekaman suara b. Gambar hidup dan rekaman video c. Bahan grafika d. Bahan kartografi 3. Bentuk mikro Ada 3 macam bentuk mikro yang sering menjadi koleksi perpustakaan yaitu : a. Mikrofilm b. Mikrofis c. Microopaque 4. Karya dalam bentuk elektronik media elektronik seperti pita magnetis dan cakram atau disc. Untuk membaca diperlukan perangkat keras seperti komputer, CD-ROM player, dan sebagainya.
Universitas Sumatera Utara
2.3 Pengadaan Bahan Perpustakaan 2.3.1 Pengertian Pengadaan Bahan Perpustakaan Pengadaan bahan perpustakaan merupakan salah satu pelayanan teknis suatu perpustakaan yang menyediakan dan mengupayakan penambahan bahan perpustakaan terbaru sesuai dengan kebutuhan pengguna. Koleksi perpustakaan merupakan sumber informasi yang tidak saja menggambarkan hasil karya manusia masa lampau dan masa sekarang, namun juga masa yang akan datang. Bila koleksi perpustakaan dikembangkan tidak mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, perpustakaan akan ditinggalkan penggunanya. Oleh sebab itu kegiatan pengadaan bahan perpustakaan sangat penting bagi perpustakaan. Dengan adanya pengadaan bahan perpustakaan, koleksi perpustakaan dapat berkembang sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dan memenuhi kebutuhan informasi pengguna perpustakaan. Menurut Yulia (1993: 41) “Pengadaan bahan perpustakaan mencakup perolehan bahan/buku melalui pembelian, hadiah atau pertukaran, pembayaran atau tanda terima pembayaran, dan memelihara catatan-catatan yang berkaitan dengan pengadaan”. Dari pernyataan di atas kita dapat melihat bahwa pengadaan bahan perpustakaan tidak hanya dilakukan dengan pembelian tetapi dapat juga dengan hadiah atau pertukaran.
2.3.2 Pemilihan Bahan Perpustakaan Perpustakaan umum memiliki jenis pengguna yang beraneka-ragam, sehingga banyak sekali kebutuhan pengguna yang harus dipenuhi. Akan tetapi tidak semua kebutuhan tersebut dapat dipenuhi karena berbagai alasan seperti anggaran terbatas, banyaknya publikasi yang telah diterbitkan dan berkembangnya ilmu pengetahuan. Untuk itulah diadakan pemilihan bahan perpustakaan. Menurut Sulistyo-Basuki (1993: 426) menyatakan bahwa “Pemilihan bahan perpustakaan adalah proses kerja memilih atau menentukan koleksi yang mana yang cocok dijadikan koleksi perpustakaan. Dalam dunia kepustakawan proses pemilihan bahan pustaka merupakan aspek kegiatan yang intelek”. Dengan adanya pemilihan bahan perpustakaan maka bahan perpustakaan memiliki keseimbangan dengan cabang ilmu yang yang lain.
Universitas Sumatera Utara
2.3.2.1 Pihak yang berwenang dalam pemilihan bahan perpustakaan Pemilihan bahan perpustakaan dilakukan oleh pihak-pihak yang berwenang yang harus menguasai subjek dan mengetahui kebutuhan pengguna akan koleksi yang ada di perpustakaan. Hal ini bertujuan agar pengadaan bahan perpustakaan dilakukan dengan cermat tepat sasaran dan sesuai dengan kebutuhan pengguna. Pihak-pihak yang berwenang dalam pemilihan koleksi di perpustakaan umum adalah sebagai berikut ini: 1. Dewan penasehat/penyantun perpustakaan. 2. Tokoh masyarakat dimana perpustakaan umum itu berada. 3. Pustakawan Sulistyo-Basuki (1993: 429) menyatakan bahwa kriteria untuk menjadi seorang selektor bahan perpustakaan yang baik harus memenuhi persyaratan sebagai berikut: 1. Menguasai sarana bibliogarfi yang tersedia, paham akan dunia penerbitan khususnya mengenai penerbit, spesialis para penerbit, kelemahan mereka, standar hasil terbitan yang ada selama ini dan sebagainya. 2. Mengetahui latar belakang para pemakai perpustakaan misalnya siapa saja yang menjadi anggota, kebiasaan membaca anggota, minat dan penelitian yang sedang dan telah dilakukan, berapa banyak mereka menggunakan perpustakaan, dan mengapa ada kelompok yang menggunakan koleksi perpustakaan lebih banyak daripada kelompok lainnya. 3. Memahami kebutuhan para pemakai. 4. Hendaknya personil pemilihan buku bersikap netral, tidak bersikap mendua, menguasai informasi, memiliki akal sehat dalam pemilihan buku. Biasanya pustakawan berpengalaman memiliki naluri tajam mengenai buku, apakah perlu dibeli dan tidak walaupun dia tidak dapat menjelaskan alasan logis pembelian atau penolakan sebuah buku. Sering kali keputusan pustakawan tersebut benar. 5. Pengetahuan mendalam mengenai koleksi perpustakaan. 6. Mengetahui buku melalui proses membuka-buka ataupun melalui proses membaca. Selain dari persyaratan di atas, seorang selektor juga harus memiliki kemampuan menggunakan alat bantu pemilihan bahan pustaka, yang mana alat bantu tersebut berfungsi untuk mempermudah dan mengetahui informasi buku secara lengkap.
2.3.2.2 Pedoman Pemilihan Bahan Perpustakaan Menurut Milburga (1992: 75) Pedoman berikut ini dapat membimbing pustakawan atau selektor untuk selektif di dalam pemilihan bahan perpustakaan antara lain :
Universitas Sumatera Utara
1. Pilihan disesuaikan dengan kebutuhan dan permintaan pemakai perpustakaan dan tidak bertentangan dengan tujuan dan fungsi perpustakaan. 2. Dipilih untuk para pemakai. Dihindari jangan sampai pemilihan terlalu dipengaruhi oleh selera pribadi pustakawan atau sekelompok orang saja. 3. Membawa manfaat bagi kemajuan pengetahuan dan kekayaan jika yang bersifat informatif, inspiratif maupun rekreatif. 4. Bahan yang dipilih memenuhi syarat/kualitas bahan pustaka yang baik antara lain orientasi pengarang, reputasi, pengarang, penerbit, daftar isi, penyajian, susunan karangan, edisi fisik buku, dan lai-lain. Dengan pedoman ini pemilihan bahan perpustakaan dapat memenuhi kebutuhan pengguna dan sesuai dengan kemampuan perpustakaan. Serta menyediakan koleksi yang berkualitas, bermanfaat dengan kebutuhan pengguna perpustakaan. Pustakawan juga harus mempunyai prinsi-prinsip untuk mengevaluasi atau menilai buku yang baik dan sesuai dengan Perpustakaan Nasional RI (2007: 2) seperti berikut ini: 1. Otoritas Yang dimaksud dengan otoritas adalah kepercayaan terhadap pembuat buku tersebut seperti : • Pengarang • Penerbit 2. Isi Buku Pustakwan harus melihat bagaimana penyajian informasi dalam isi buku tersebut seperti • Susunan/sistematika • Isi (materi) • Tahun Penerbitan 3. Penyajian • Ketepatan • Bahasa 4. Hal Khusus • Indeks • Bibliografi • Peta, Diagram, Daftar Ilustrasi 5. Format • Penjilidan • Kertas • Tipografi 6. Edisi • Terbitan revisi • Terbitan terbaru • Harga
Universitas Sumatera Utara
2.3.2.3 Alat Bantu Pemilihan Bahan Perpustakaan Menurut Soeatminah (1992: 76) alat bantu seleksi bahan perpustakaan yang digunakan oleh perpustakaan antara lain: 1. 2. 3. 4. 5.
Katalog penerbit dalam dan luar negeri Bibliografi Nasional dan International Bibliografi khusus berbagai bidang ilmu Daftar tambahan koleksi perpustakaan Timbangan buku, iklan dan lain-lain. Berdasarkan uraian di atas, pihak-pihak yang melakukan pemilihan bahan
perpustakaan dapat menentukan koleksi mana yang cocok dan sesuai dengan kebutuhan perpustakaan. Menurut Perpustakaan Nasional RI (2007: 5) alat bantu pemilihan bahan perpustakaan telah tersedia baik dalam ruang lingkup dalam negeri maupun luar negeri, baik dalam bentuk cetak maupun akses online melalui internet yaitu: a. Dalam negeri a. Katalog penerbit b. Daftar buku IKAPI c. Berita bibliografi d. Bibliografi Nasional Indonesia e. Bibliografi Daerah f. Daftar buku beranotasi dari penerbit, instansi atau lembaga pemerintah maupun swasta b. Luar negeri a. Books in print b. British books in print c. Katalog (daftar terbitan) dari penerbit luar negeri d. Daftar terbitan dari kedutaan asing e. Ulrich's International Periodical's Directory f. Daftar buku asing lainnya. 2.3.3 Sistem Pengadaan Bahan Perpustakaan Pengadaan bahan perpustakaan tidak mudah karena banyak pertimbangan yang harus diperhatikan salah satunya wawasan pustakawan yang luas dalam memilih bahan perpustakaan yang sesuai dengan perpustakaan dan juga melibatkan pihak luar yang bukan dari perpustakaan untuk menjalankan sistem pengadaan bahan perpustakaan tersebut. Menurut Perpustakaan Nasional RI (2007: 5) sistem yang digunakan dalam hal pengadaan bahan perpustakaan dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu:
Universitas Sumatera Utara
1. 2. 3. 4. 5.
Pengadaan Bahan Perpustakaan melalui Pembelian Pengadaan Bahan Perpustakaan melalui Pertukaran Pengadaan Bahan Perpustakaan melalui Hibah / Hadiah Pengadaan Bahan Perpustakaan melalui Titipan Pengadaan Bahan Perpustakaan melalui Penerbitan Sendiri
2.3.3.1 Pembelian Pengadaan bahan perpustakaan dengan pembelian merupakan sistem pengadaan yang sering dilakukan oleh semua jenis perpustakaan. Menurut Soetminah (1992: 75), “untuk mengadakan koleksi lewat pembelian, perpustakaan perlu menyediakan anggaran. Di samping anggaran perpustakaan harus menentukan macam dan jenis bahan pustaka yang akan dijadikan koleksi perpustakaan.” Pembelian dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu: 1. Toko buku 2. Penerbit, baik di dalam negeri maupun luar negeri 3. Agen buku, baik di dalam negeri maupun luar negeri Ada pun keuntungan dan kelemahan dari 3 tempat menurut Perpustakaan Nasional RI (2007: 6) tersebut yaitu : 1. Toko Buku Keuntungannya • Lebih efesien dari segi waktu dan biaya Kelemahannya • Tidak semua subjek atau judul buku yang dibutuhkan perpustakaan tersedia di toko buku • Tidak semua toko buku menyediakan buku-buku luar negeri 2. Penerbit Keuntungannya • Potongan harga yang besar, dibandingkan jika langsung membeli toko buku Kelemahannya • Untuk memperoleh buku – buku luar negeri, harus melalui penerbit luar negeri (dikirim). 3. Agen Keuntungannya • Memiliki buku-buku terbitan luar negeri • Tidak hanya melayani pemesanan buku saja, tetapi melayani permasalahan yang mungkin akan timbul dari pemesanan Kelemahannya • Harga lebih mahal dari toko buku
Universitas Sumatera Utara
2.3.3.2 Hadiah/Sumbangan Pengadaan bahan perpustakaan dapat dilakukan melalui hadiah/sumbangan baik itu dari lembaga pemerintah maupun swasta, organisasi perorangan serta organisasi/lembaga dari luar negeri. Akan tetapi tidak semua bahan perpustakaan yang berasal dari sumbangan/hadiah dapat diterima karena hal tersebut tidak sesuai dengan kebutuhan pengguna atau dengan perpustakaan. Untuk itu pustakawan harus teliti dalam menyeleksi koleksi bahan perpustakaan yang disesuaikan oleh kebutuhan pengguna. Berbagai instansi pemerintah, yayasan, maupun LSM umumnya memiliki publikasi yang dapat diberikan cuma-cuma kepada perpustakaan. Pustakawan sebaiknya pro aktif dalam mencari unit kerja, instansi, LSM yang mana dapat menghadiahkan buku-buku bagi keperluan perpustakaan. Pendekatan antar unit kerja/instansi mutlak diperlukan, sebab dengan adanya surat resmi dari pejabat perpustakaan akan melancarkan tugas pustakawan dalam memperoleh koleksi yang disumbangkan dari instansi tersebut. Hadiah juga dapat diberikan bila perpustakaan yang bersangkutan memiliki banyak duplikasi terbitan. Melalui berita acara yang jelas, koleksi-koleksi duplikat tersebut dapat diberikan kepada perpustakaan lain yang dibutuhkan. Demikian pula dengan koleksi yang tidak sesuai dengan subyek yang sesuai dengan perpustakaan. Pada umumnya mereka akan menyeleksi dan menawarkannya pada perpustakaan lain. Bahan perpustakaan yang diperoleh dari sumbangan/hadiah dapat dilakukan dengan 2 cara: 1. Hadiah atas pemintaan Hadiah atas permintaan dilakukan dengan mengajukan permintaan langsung kepada lembaga penyumbang. Perpustakaan mengajukan permintaan secara tertulis dengan surat yang sah sebagai bukti autentik. Berikut ini akan dijelaskan langkah perolehan bahan perpustakaan melalui hadiah atas permintaan antara lain: a. Menyusun daftar bahan pustaka yang akan diminta b. Mengirimkan daftar ke alamat yang dituju c. Mengirimkan surat ucapan terima kasih kepada pengirim atau sumbangan atau hadiah yang telah diberikan. 2. Hadiah tak langsung Hadiah tak langsung dapat diperoleh melalui hadiah dari instansi,lembaga atau organisasi tanpa diminta. Bila suatu perpustakaan memiliki bahan perpustakaan yang jumlah eksemplarnya banyak maka bahan perpustakaan tersebut dapat diberikan kepada perpustakaan yang lain yang lebih membutuhkan diberikan sebagai hadiah.
Universitas Sumatera Utara
Tujuan dalam permintaan dari pemberian hadiah adalah untuk mengembangkan dan membangun koleksi perpustakaan dan akan menguntungkan perpustakaan karena dapat menambah atau memperbesar koleksi. Perpustakaan yang menerima dan memberikan hadiah bahan pustaka karena mempertimbangkan : • Apakah koleksi sesuai dengan subjek dan tujuan perpustakaan. • Dapatkah perpustakaan menanggung pengolahan penempatan, penyimpanan dan penggunaan koleksi. • Dapatkah perpustakaan mengalokasikan dana untuk pengolahan dan perantaraan bahan perpustakaan tersebut. Soetminah , (1992: 72). 2.3.3.3 Tukar-Menukar Pengadaan buku melalui tukar menukar dan hadiah (gift and exchange) merupakan potensi yang besar dalam pengadaan koleksi bahan perpustakaan di suatu perpustakaan karena dapat diperoleh secara cuma-cuma apabila bahan perpustakaan tersebut tidak menyimpang dari tujuan perpustakaan. Dalam tukar menukar bahan perpustakaan untuk koleksi perpustakaan perlu memperhatikan tujuan pertukaran, tugas unit pertukaran, pelaksanaan kegiatan pertukaran dan sumber pertukaran. Menurut Sulistyo-Basuki (1993: 56) pertukaran bahan perpustakaan antara perpustakaan mempunyai beberapa tujuan yaitu: 1. Untuk memperoleh buku-buku tertentu yang tidak dapat dibeli di toko buku, atau tidak tersedia karena alasan lain. Sebagai contoh terutama buku-buku terbitan pemerintah, majalah-majalah dan lain-lain yang dikirim perpustakaan hanya pertukaran. 2. Sistem pertukaran memberi jalan bagi perpustakaan untuk buku-buku duplikat dan hadiah yang tidak sesuai 3. Pertukaran mengembangkan kerjasama yang baik antara perpustakaan khususnya pada tingkat internasional. Untuk dapat melakukan pertukaran, perpustakaan perlu memperhatikan prosedur tukar-menukar. Menurut Yulia (1993: 43), ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan tukar-menukar bahan perpustakaan antara lain: 1. Perpustakaan yang menawarkan, langkah pertama adalah menyusun daftar bahan perpustakaan yang akan ditukarkan. Penawaran dapat dilakukan melalui judul maupun pengarang. 2. Perpustakaan mengirimkan penawaran kepada sejumlah perpustakaan lain yang diperkirakan memiliki bahan yang sesuai dengan bahan yang ditawarkan, serta menjalin kerjasama dengan perpustakaan yang menawarkan. Dalam penawaran tersebut disebutkan syarat-syarat tukar menukar, misalnya bahan perpustakaan apa yang diinginkan, ongkos kirim, dan sebagainya. 3. Perpustakaan yang menerima penawaran harus mempelajari tawaran dan persyaratan dari pihak yang menawarkan. 4. Perpustakaan yang menerima memilih daftar yang diinginkan dan menyusun daftar bacaan yang ditawarkan sebagai bahan penukaran. 5. Apabila kedua perpustakaan telah sepakat dalam melakukan tukar-menukar, maka penukaran dapat dilaksanakan.
Universitas Sumatera Utara
6. Kemudian diolah sesuai dengan prosedur inventarisasi setelah kedua belah pihak menerima hasil pertukaran. Selain prosedur diatas, ada beberapa sumber pertukaran bahan perpustakaan seperti yang dikemukakan oleh Yulia, (1993: 57), antara lain : 1. Universitas/akademik yang berupa terbitan resmi, disertai atau abstrak bahan pustaka duplikat, terbitan univeristy press, terbitan perustakaan, reprint, terbitan unit penelitian. 2. Pemerintah, berupa undang-undang, peraturan-peraturan, lembaran negara, dan terbitan resmi lainnya. 3. Organisasi ilmiah dan profesi 4. Perusahaan-perusahaan industri. Dari penjelasan di atas maka pustakawan harus mempedomani prosedur tersebut, agar tidak merugikan perpustakaan dan pustakawan juga harus mengetahui beberapa sumber pertukaran bahan perpustakaan sehingga tidak mengalami kesulitan untuk mengadakan pertukaran.
2.3.3.4 Titipan Pengadaan bahan perpustakaan melalui titipan biasanya dilaksanakan oleh pecinta buku yang menitipkan koleksinya di perpustakaan agar dibaca oleh pemakai perpustakaan. Pustaka yang dititip boleh dipinjamkan tetapi statusnya tetap milik penitip. Soetminah (1992: 74), memberi langkah-langkah pengelolaannya sebagai berikut: 1. Pustaka beserta daftarnya diterima, kemudian dicocokan dan apabila sudah cocok pustaka dapat langsung diinventaris dan diproses sampai dapat dipinjamkan. 2. Perpustakaan dan penitip menandatangani surat serah terima yang dilengkapi dengan keterangan seperti : a. Pustaka sesuai daftar terlampir dititipkan pada perpustakaan selama jangka waktu ......x....... tahun. b. Pustaka boleh dipinjamkan kepada masyarakat pemakai, maka boleh diperlakukan sama dengan koleksi lain. c. Perpustakaan akan memelihara dan merawat pustaka sebaik-baiknya seperti koleksi yang lain. d. Apabila ada pustaka yang rusak, perpustakaan akan memperbaiki, tetapi apabila hilang perpustakaan tidak menggantinya. e. Setelah ketentuan berikut disepakati bersama, maka kedua belah pihak menandatanganin dan masing-masing menyimpan satu dokumen serah terima. Kegiatan penitipan bahan perpustakaan ini sering terjadi di perpustakaan khusus.
Universitas Sumatera Utara
2.3.3.5 Penerbitan Sendiri Pengadaan bahan perpustakaan juga bisa dilakukan dengan membuat penerbitan sendiri. Hal tersebut dapat dilakukan dengan cara menerbitkan indeks, bibliogarfi dan terbitan berkala (buletin) perpustakaan. Penerbitan sendiri biasanya berasal dari lembaga induk dimana perpustakaan tersebut bernaung ataupun dari perpustakaan itu sendiri. Menurut Buku Pedoman Pembinaan Koleksi Perpustakaan Perguruan Tinggi (1982: 19), penerbitan sendiri mencakup pengertian a). Penerbitan dari lembaga induk tempat perpustakaan berada. 1. Perpustakaan hendaknya dijadikan pusat penyimpanan (depository) semua penerbitan lembaga itu 2. Perpustakaan dapat ditunjuk sebagai penyalur dari semua penerbitan lembaga yang bersangkutan. b). Penerbitan oleh perpustakaan sendiri seperti daftar tambahan koleksi, bulletin, manual bibliografi, dan sebagainya. Penerbitan sendiri yang dilakukan oleh perpustakaan umum biasanya bahan perpustakaan
yang
berisikan
tentang
penelitian-penelitian
tentang
daerah
perpustakaan umum tersebut, daftar katalog buku dan sebagainya.
2.4 Anggaran Setiap perpustakaan harus dapat tumbuh dan berkembang baik, dalam arti koleksi jasa maupun sumber daya manusianya dan hal ini tidak lepas dengan anggaran rutin. Perpustakaan harus mempunyai anggaran rutin, hal ini bertujuan untuk mebiayai keperluan operasional serta penambahan koleksi perpustakaan. Anggaran merupakan salah satu modal utama dalam pengadaan bahan pustaka perpustakaan. Menurut Sulistyo-Basuki sumber keuangan untuk perpustakaan diperoleh dari berbagai sumber, antara lain : a. Anggaran dari badan induk, biasanya pada perpustakaan pemerintah sudah termasuk gaji pegawai. b. Daftar isian proyek, terutama untuk perpustakaan pemerintah di Indonesia. Bagi perpustakaan swasta, daftar ini biasanya diganti dengan daftar usulan kegiatan yang diajukan pada pimpinan badan induk. c. Bagi perpustakaan perguruan tinggi, dana tambahan diperoleh dari sumbangan wajib mahasiswa. d. Uang iuran anggota, biasanya untuk perpustakaan khusus, umum maupun perguruan tinggi. e. Penjualan terbitan perpustakaan maupun bahan induk. Pada berbagai lembaga ada kebiasaan bahwa penerbitan dilakukan oleh perpustakaan dengan ketentuan sampai keuntungan diperuntukkan perpustakaan. f. Pajak setempat, biasanya untuk perpustakaan umum.
Universitas Sumatera Utara
g. Penghasilan dari jasa reprografi, terjemahan, penyusunan bibliografi, penelusuran informasi, pembuatan tinjauan literatur. h. Denda atas buku yang terlambat dikembalikan. i. Sumbangan pemerintah. j. Sumbangan swasta dan yayasan asing, biasanya digunakan untuk membeli perlengakapan khusus (seperti microreader) atau untuk berlangganan majalah terbitan luar negeri. Dari uraian di atas dapat perpustakaan memiliki beberapa sumber anggaran baik dari anggaran rutin maupun dari sumbangan dari pemerintah maupun swasta. Dari semua sumber anggaran perpustakaan mempunyai tujuan yang sama agar perpustakaan dapat tumbuh dan berkembang serta mampu membiayai kegiatan operasional perpustakaan umum. Dan diharapkan perpustakaan menjalani fungsi dan tugas dengan sebaik-baiknya.
2.5 Inventarisasi Bahan Perpustakaan Inventarisasi bahan perpustakaan merupakan kegiatan pencatatan bahan perpustakaan ke buku inventaris atau buku induk. Kegiatan inventarisasi bertujuan untuk mengontrol kepemilikan koleksi dan jumlah koleksi yang dimiliki perpustakaan. Dalam kegiatan inventarisasi, perpustakaan dapat membuat laporan, menyusun statistik bahan perpustakaan yang dimiliki atau mengetahui bahan pustaka yang belum /sudah dimiliki, serta untuk mengetahui bahan perpustakaan yang hilang. Kegiatan tersebut mengunakan perlengkapan seperti buku inventaris, stempel inventaris, stempel milik perpustakaan. Menurut Yulia (1993 :151) fungsi inventarisasi bahan perpustakaan sebagai berikut: 1. Sebagai daftar inventaris koleksi perpustakaan 2. Mengetahui jumlah koleksi perpustakaan dengan cepat 3. Mengetahui jumlah koleksi buku yang dimiliki perpustakaan pada saat/tahun tertentu. 4. Untuk membantu mengetahui judul-judul buku yang hilang 5. Mengetahui jumlah koleksi buku, menurut jenis, bahasa, pembelian, hadiah maupun berdasarkan tukar-menukar Sjahrial-Pamuntjak (2000: 36) menyatakan bahwa “Keterangan yang diperlukan dalam pembuatan buku inventaris adalah tanggal penerimaan – nomor urut buku induk – nama penulis – judul buku (boleh disingkat) – tahun – cetakan – penerbit – pengirim – harga – keterangan”.
Universitas Sumatera Utara
2.6 Dampak Bencana Tsunami Terhadap Perpustakaan Minggu tanggal 26 Desember 2004 jam 07.58 WIB bencana gempa bumi yang berkekuatan 8,9 Skala Richter yang diikuti gelombang tsunami yang melanda sebagian besar kawasan pesisir NAD telah menelan korban jiwa maupun harta dalam jumlah yang sangat besar. Akibat dari bencana tersebut, Provinsi NAD mengalami kelumpuhan hampir di seluruh sektor kehidupan. Badan Arsip dan Perpustakaan Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam sendiri tidak lepas dari terjangan becana tsunami. Gedung perpustakaan milik pemerintah memang terletak ditengah-tengah daerah, yang diporak-poranda oleh bencana Tsunami. Gedung-gedung tersebut memang tetap bertahan akibat guncangan gempa bumi beberapa menit, yang kemudian berakibat terjadinya gelombang Tsunami. Tetapi gelombang air yang dahsyat menghanyutkan seluruh koleksi buku yang merupakan jiwa sebuah perpustakaan. Saat ini gedung Badan Arsip dan Perpustakaan Provinsi NAD telah selesai direnovasi, tetapi koleksi buku yang tersedia baru sekitar 30 % dari jumlah 200.000 eksemplar. Ratusan ribu eksemplar buku yang dimiliki Badan Arsip dan Perpustakaan Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam hancur dihantam tsunami, sehingga tak bisa dimanfaatkan lagi untuk bacaan warga Banda Aceh terutama mahasiswa dan pelajar yang berada di Banda Aceh. Dua ratus ribu eksemplar buku yang dimiliki perpustakaan NAD ini, sekitar 95 persen di antaranya telah lenyap hilang dibawa arus tsunami yang menghantam ruang bacaan utama perpustakaan. Ratusan ribu eksemplar buku yang hilang dibawa tsunami ini, adalah buku-buku yang bernilai sejarah tinggi, seperti sejarah Indonesia dan buku-buku adat dan budaya Aceh yang selama ini dijadikan referensi para mahasiswa dan peneliti. Buku yang sekitar 5 % tersisa itu merupakan buku deposit yang belum diedarkan untuk dikirim ke semua perpustakaan di Aceh. Buku-buku tersebut merupakan buku sejarah aceh yang dicetak oleh Badan Arsip dan Perpustakaan Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam dan juga buku tersebut merupakan buku yang bernilai yang masih tersisa, (Yusnidar, 2007) Badan Arsip dan Perpustakaan Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam juga kehilangan beberapa karyawannya, baik yang berstatus Pegawai Negeri Sipil (PNS) maupun tenaga honorer. Salah satunya adalah Kepala Badan Perpustakaan NAD Bachtiar Azis.
Universitas Sumatera Utara