BAB II KAJIAN TEORITIS
2.1 Bibliometrika 2.1.1 Sejarah Bibliometrika Bibliometrika merupakan salah satu topik penelitian informasi dalam bidang ilmu perpustakaan. Kajian topik ini dilakukan pada literatur atau dokumen dengan menerapkan metode matematika dan statistika. Putu (2008:1) menyatakan bahwa: Bibliometrika adalah salah satu cabang ilmu paling tua dari ilmu perpustakaan. Sebagai kajian ilmiah, cabang ini berkembang karena segelintir illmuwan pada awal abad 20 yang tertarik tentang dinamika ilmu pengetahuan sebagaimana tercermin dalam produksi literatur ilmiahnya Berhubungan dengan pendapat di atas yaitu mengenai sejarah munculnya istilah bibliometrika pada awal abad ke 20, Sulistyo-Basuki (2002:1) menyatakan bahwa: Pada saat itu, bibliometrics dapat ditelusur melalui terbitan karya Cole dan Eales yaitu: biliografi statistik atau lebih dikenal dengan istilah Statistical Bibliography. Karya tersebut merupakan pendekatan statistik untuk mengkaji bibliografi atau daftar kepustakaan yang pertama kali dilakukan terhadap karya tulis bidang anatomi Egghe dan Rousseau (1990) dalam Hjorland (2008:1) menyatakan sejarah singkat munculnya bibliometrika yaitu, before the term bibliometrics was proposed by Pritchard (1969), the term statistical bibliography was in some use. According to Pritchard (1969), it was Hulme (1923)who initiated the term statistical bibliography. Hulme used the term to describe the process of illuminating the history of science and technology by counting documents. Pritchard’s timely proposal caught on immediately but the content of the term remained somewhat of a problem (Broadus, 1987). According to Pritchard, bibliometrics means the application of mathematics and statistical methods to books and other communication media Dari pernyataan di atas, dapat diketahui bahwa orang yang pertama kali yang mengusulkan istilah bibliometrics atau bibliometrika menggantikan istilah statistical bibliography adalah Pritchard (1969), dan bibliometrika berarti aplikasi
Universitas Sumatera Utara
dengan metode statistika dan matematika terhadap buku dan media komunikasi lainnya. Sudjana dalam Mustikasari (2008:29) menyatakan bahwa: Bibliometrik merupakan salah satu bidang studi yang belum banyak dikenal oleh masyarakat Indonesia. Bibliografi dikenal hanya sebatas sebagai daftar rujukan. Bila ditelaah secara serius, bibliografi bisa menjadi kaca untuk sebuah disiplin ilmu atau peta dari sebuah profesi. Merujuk pada pendapat di atas, dapat dikemukakan bahwa bibliometrik sebagai ilmu yang menerapkan penelitiannya pada bibliografi bukan hanya sebatas penelitian terhadap daftar rujukan, akan tetapi bibliografi tersebut dapat dijadikan cermin untuk melihat perkembangan suatu disiplin ilmu. Hertzel
dalam
Putu
(2008:1)
menyediakan
sebuah
tabel
yang
memperlihatkan kronologi mengenai perubahan ketertarikan menggunakan statistik untuk mengkaji perkembangan literatur ilmiah, dari istilah “statistical bibliography” menjadi “bibliometrics”. Tabel-1 : Perkembangan Istilah Bibliometrika Tahun 1917
1922
1938
1943
1944
1948
1949
Pengarang dan judul Terbitan Cole, F.J dan Eales, N.B. “The history of Science Progress, vol. 11, comparative anatomy. Part 1. A statistical April 1917, hal. 578 - 596 analysis of literature. Hulme, E. W. Statistical Bibliography in London : Butler and Tanner Relation to the Growth of Modern Grafton, 1923 Civilization. Henkle, H.H. “The periodical literature of Bulletin of the Medical biochemistry” Library Association, vol. 27, 1938, hal. 139 - 147 Gosnell, C.F. The Rate Of Obsolescence In Disertasi, New York College Library Book Collections As University, 1943 Determined By An Analysis Of Three Select Lists Of Books For College Libraries Gosnell, C.F. “Obsolence of books in College and Research college libraries” Libraries, vol. 5, March 1944, hal. 115 - 125 Fussler, H.H. Characteristics Of The Disertasi, University of Research Literature Used By Chemists And Chicago. Physicists In The United States Fussler, H.H. “characteristics of the Library Quarterly, vol. 19, research literature used by chemists and 1949, hal. 19 - 35 physicists in the United States”
Universitas Sumatera Utara
1962
1966
1968 1969
1969
1969
1970
Raisig, L.M. “Statistical bibliography in Bulletin of the Medical the health sciences” Library Association, vol. 50 July 1962, hal. 450 - 461 Barker, D. L. Characteristics of the Disertasi, University of Scientific Literature Cited by Chemists of Illinois. the Soviet Union Pritchard, A. “Computers, Statistical Tidak diterbitkan. Bibliography and Abstracting Services” Pritchard, A. Statistical Bibliography: an North-Western Polytechnic Interim Bibliography School of Librarianship, May 1969 Pritchard, A. “Statistical bibliography of Journal of Documentation, bibliometrics” vol 25 Desember 1969, hal. 348 - 349 Fairthrone, R.A. “Empirical hyperbolic Journal of Documentation, distribution for bibliometric description” vol 25 Desember 1969, hal. 319 - 343 Pritchard, A. “Computers, bibliometrics Research in Librarianship, and abstracting services” September 1970, hal. 94 99. Apabila periode dari perkembangan istilah bibliometrika pada tabel di atas
dibagi dua, yaitu masa sebelum dan sesudah Perang Dunia II (sebagaimana diketahui Perang Dunia II terjadi pada tahun 1939), maka dapat diketahui bahwa masa sebelum Perang Dunia II adalah masa kelahiran kajian tentang komunikasi ilmiah. Sedangkan periode setelah Perang Dunia II adalah masa konsolidasi (pengukuhan) dari istilah bibliometrika. Istilah bibliometrika mulai menjadi populer setelah tahun 1970-an. Pada tahun 1969, Pritchard membatasi bibliometrika sebagai application of mathematical and statistical methods to books and other media of communication” (Putu,2008:2). Dari defenisi tersebut, Pritchard sekaligus memperluas cakupan bibliometrika ke berbagai bentuk media selain buku dan artikel di jurnal ilmiah. Selain itu, Pritchard juga memperluas wilayah kajian dalam bidang bibliometrika. Maka berdasarkan sejarah ringkas bibliometrika, dapat dinyatakan bahwa pada awalnya kajian bibliometrika ini hanya memperhatikan hal-hal yang berhubungan dengan ilmuwan di bidang tertentu, sebelum akhirnya diperluas menjadi kajian interdisipliner.
Universitas Sumatera Utara
Beberapa bidang yang awalnya muncul dari ketertarikan para peneliti untuk mengkaji data sitiran pada dokumen mulai dapat dikelompokkan menjadi bidang yang lebih jelas. Adapun yang menjadi bidang kelompok dari bidang tersebut adalah sebagai berikut: •
Pertumbuhan produk ilmu pengetahuan sejalan dengan waktu dan menurut negaranya (dilakukan oleh Cole dan Eagles)
•
Persoalan perpustakaan dalam mengendalikan produksi dan luapan karya ilmiah (dipelopori oleh Bradford).
•
Produktivitas ilmuwan dalam menghasilkan karya tulis (dilakukan pertama kali oleh Lotka)
Berdasarkan pada pengelompokkan di atas, pada awal abad 1980 bibliometrika telah berkembang menjadi sebuah disiplin yang khas dan memiliki berbagai cabang ilmu. Jurnal internasional scientometrics adalah salah satu jurnal internasional yang dikhususkan pada bidang bibliometrika ini, dan mulai terbit tahun 1979. selain itu, berbagai konferensi internasional yang khusus membahas mengenai bibliometrika mulai banyak diselenggarakan sejak tahun 1983. Objek utama kajian analisis bibliometrika adalah jurnal ilmiah, karena merupakan literatur yang memuat hasil penelitian asli atau penerapan sebuah toeri ataupun penjelasan teori dan ide sehingga merupakan informasi yang bersifat lengsung dari karya penelitian. Hal ini juga yang pada akhirnya membuat jurnal ilniah menjadi pengetahuan publik, serta arsip umum yang dapat dibaca oleh siapa saja setiap saat. Pada tahun 1922, Hulme adalah orang yang pertama kali menggunakan istilah statistical bibliography dalam karyanya yang berjudul “statistical bibliography in relation to the growth of modern civilization”. Lotka (1926) memperkenalkan konsep Inverse square law yaitu hubungan antara produktivitas pengarang dengan jumlah makalah yang dihasilkan, yang kemudian dalam ilmu bibliometrika lebih dikenal dengan penerapan hukum Lotka. Pritchard (1969) menciptakan istilah bibliometrics dalam karyanya yang berjudul “statistical bibliography or bibliometrics”. Seiring dengan perkembangan zaman, ilmu bibliometrika mulai diperkaya dengan istilah-istilah baru yang masih memiliki hubungan dengan bibliometrika.
Universitas Sumatera Utara
Istilah tersebut yaitu: “scientometrics” (diperkenalkan oleh T. Braun pada tahun 1977), istilah “informetrics” (diperkenalkan oleh Otto Nacke pada tahun 1979), dan istilah “discometrics” (diperkenalkan oleh W. C. Rorick pada tahun 1987). Akhirnya pada tahun 1990 hingga sekarang, bermula dalam dunia maya atau biasa disebut internet muncul istilah “webometrics” dan “cybermetrics”. Seluruh istilah tersebut semakin memperkaya perbendaharaan istilah dalam bidang studi bibliometrika hingga saat ini.
2.1.2 Pengertian Bibliometrika Bibliometrika berasal dari kata biblio dan metrics, biblio berarti buku dan metrics berarti mengukur. Jadi, bibliometrika dapat diartikan sebagai kegiatan mengukur atau menganalisis buku/ literatur dengan menggunakan pendekatan matematika dan statistika (Diodato dalam Hartinah,2008:2). Menurut Esshra (2007:7) pengertian biblimetrics adalah “bibliometrics is a study or measurement of formal aspects of texts, documents, books and information”, artinya bibliometrik adalah sebuah studi atau ukuran dari aspekaspek yang formal pada teks, dokumen, buku dan informasi. Pendapat lain dari Archambaut (2004:1) yaitu “bibliometrics and sciencetometrics are a set of methods for measuring the production and dissemination of sciencetific knowledge”, yang berarti bibliometrik dan scientometrik adalah sekumpulan metode untuk mengukur produksi dan penyebarluasan dari ilmu pengetahuan yang bersifat ilmiah. Berbeda dengan pernyataan di atas, Karolinska Institute Bibliometrics Project Group (2008:2) menguraikan “bibliometrics is the application of mathematical and statistical methods to publications (from biblos: book and metron: measurement)”. Artinya, bibliometrik adalah aplikasi metode matematika dan statistik terhadap publikasi. Pao
(1989:13)
mengemukakan
defenisi
bibliometrika
adalah:
“bibliometrics studies seek to quantify, describe, and predict the processes of written communication”. Hal ini berarti studi bibliometrik adalah untuk menjadikan kuantitatif, menjabarkan, dan memberikan prediksi dari proses komunikasi tertulis.
Universitas Sumatera Utara
Lasa (2005:323) menuliskan “bibliometrika adalah suatu pengawasan koleksi perpustakaan dengan cara penerapan metode statistika dan matematika terhadap buku dan media rekam lain” bahwa bibliometrika merupakan sebuah kegiatan pengawasan terhadap koleksi perpustakaan, seperti buku dan media rekam; dengan cara menerapkan metode matematika dan statistika. Patra, dkk (2007:3) berpendapat bahwa “bibliometrics as the application of mathematical and statistical methods to books and other communication medium”. Pendapat ini menyatakan bahwa bibliometrik sebagai aplikasi dari metode matematika dan statistik terhadap buku dan media komunikasi. Pendapat yang lebih kompleks dinyatakan oleh Boyce, dkk dalam Mustikasari (2008:30) yaitu “bibliometrika merupakan studi mengenai produksi dan penyebaran informasi yang secara operasional dikaji melalui produksi dan penyebaran media yang merekam informasi untuk disimpan dan disebarluaskan”. Artinya, bibliometrika adalah studi yang mempelajari tentang produksi dan penyebaran informasi, yang secara operasional mengkaji produksi dan penyebaran media perekam informasi. Menurut White dan Mc.Cain yang dikutip Mustikasari (2008:31), “bibliometrika adalah suatu kajian kuantitatif dari literatur yang digambarkan dalam bibliografi”. Hal ini dapat diartikan bahwa bibliometrika adalah suatu kajian terhadap literatur yang digambarkan dalam bibliografi dan bersifat kuantitatif. The British Standards Institution yang dikutip Sulistyo-Basuki (2002:4) menegaskan “bibliometrika adalah kajian penggunaan dokumen dan pola publikasi dengan menerapkan metode matematika dan statistika”, yang berarti bibliometrika adalah kajian terhadap penggunaan dan pola publikasi dokumen dengan penerapan metode matematika dan statistika. Pendapat serupa telah lebih dulu dinyatakan oleh Pritchard dalam Mustikasari (2008:1) yaitu: “bibliometrika adalah aplikasi metode statistika dan matematika terhadap buku dan media lainnya dari komunikasi terekam”. Pendapat tersebut menegaskan bahwa bibliometrika merupakan aplikasi dengan metode statistik dan matematika pada buku dan media-media dari komunikasi terekam.
Universitas Sumatera Utara
Pada dasarnya, semua pendapat di atas memiliki konsep yang sama mengenai definisi bibliometrika. Maka berdasarkan pada semua pendapat tersebut, dapat diuraikan bahwa bibliometrika adalah suatu kajian terhadap dokumen dan atau publikasi lainnya yang berupa media komunikasi ilmiah, dengan cara menerapkan metode matematika atau statistika.
2.1.3 Tujuan Bibliometrika Bibliometrika merupakan analisis kuantitatif terhadap dokumen dan atau publikasi ilmiah lainnya dengan menerapkan metode matematika dan statistika. Menurut Sulistyo-Basuki (2002:3), tujuan bibliometrika ialah menjelaskan proses komunikasi tertulis dan sifat serta arah pengembangan secara deskriptif penghitungan dan analisis berbagai faset komunikasi. Dengan kata lain, Bibliometrika dapat memberikan penjelasan tentang proses komunikasi tertulis dari segi sifat dan perkembangannya dalam sebuah disiplin ilmu (sepanjang masih menyangkut komunikasi tertulis). Brookes dalam Sulistyo-Basuki (2002:7) menguraikan bahwa tujuan umum analisis kuantitatif terhadap bibliografi adalah: a. merancangbangun system dan jaringan informasi yang lebih ekonomis b. penyempurnaan tingkat efisiensi proses pengolahan informasi c. identifikasi dan pengukuran efisiensi pada jasa bibliografi yang ada dewasa ini d. meramalkan kecendrungan penerbitan e. penemuan dan elusidasi hokum empiris yang dapat menyediakan basis bagi pengembangan sebuah teori dalam ilmu informasi Berdasarkan pendapat di atas, dapat dikemukakan bahwa analisis bibliometrika bertujuan untuk kegiatan rancang bangun sistem dan jaringan informasi, peningkatan efisiensi proses pengolahan informasi, identifikasi terhadap jasa bibliografi, meramalkan kecendrungan dari kegiatan penerbitan dan penetapan hukum empiris yang menjadi dasar bagi pengembangan teori dalam ilmu informasi. Van Raan dalam Patra (2006:23) berpendapat: “bibliometric methods are very useful for measuring the dissemination of knowledge in the natural sciences, but they are less effective in some applied fields, such as engineering”. Pendapat tersebut menyatakan bahwa metode bibliometrika sangat berguna untuk mengukur
Universitas Sumatera Utara
penyebarluasan pengetahuan bidang ilmu alam, dan beberapa metode tersebut sedikit efektif pada beberapa bidang, seperti bidang ilmu mesin. Archambault (2004:5) mengemukakan: “bibliometrics is made up of methods for conducting quantitative analysis of science”. Dari pernyataan tersebut, dapat diketahui bahwa bibliometrika disusun atau dibentuk dari metodemetode yang bertujuan untuk mengadakan proses kuantitatif terhadap suatu ilmu pengetahuan. Berbeda dengan pendapat di atas, Purnomowati (2008:2) menegaskan bahwa ”bibliometrika dapat digunakan sebagai metode kajian yang bersifat deskriptif, misalnya yang berkaitan dengan kepengarangan, dan bersifat evaluatif misalnya untuk mengkaji penggunaan literatur melalui analisis sitiran”. Mengacu pada pendapat di atas, maka dapat diuraikan bahwa bibliometrika bertujuan untuk mengkaji dokumen secara deskriptif yang berkaitan dengan ciri-ciri kepengarangannya, dan mengkaji secara evaluatif yang menyangkut sitirtan atau kutipan dari dokumen yang bersangkutan.
2.1.4 Manfaat Bibliometrika Bibliometrika sebagai salah satu cabang ilmu perpustakaan dan informasi, dimana objek penelitiannya adalah jurnal / majalah ilmiah yang merupakan koleksi wajib perpustakaan. Oleh karena itu, penelitian yang menyangkut topik bibliometrika terhadap koleksi sebuah perpustakaan sudah pasti memiliki manfaat bagi perpustakaan yang bersangkutan. Manfaat Aplikasi
kuantitatif dari bibliometrika bagi perpustakaan
menurut Sulistyo-Basuki (2002:8), adalah sebagai berikut: a) identifikasi literature inti b) mengidentifikasi arah gejala penelitian dan pertumbuhan pengetahuan pada berbagai disiplin ilmu yang berlainan c) menduga keluasan (comprehensiveness) literature sekunder d) mengenali pemakai berbagai subjek e) mengenali kepengarangan dan arah gejalanya pada dokumen berbagai subjek f) mengukur manfaat jasa SDI ad hoc dan retrospectif g) meramalkan arah gejala perkembangan masa lalu, sekarang dan mendatang h) mengidentifikasi majalah inti dalam berbagai ilmu
Universitas Sumatera Utara
i) merumuskan garis haluan pengadaan berbasis kebutuhan yang tepat dalam batas anggaran belanja j) mengembangkan model eksperimental yang berkorelasi atau melewati model yang ada k) menyusun garis haluan penyiangan dan penempatan dokumen di rak secara tepat l) memprakarsai sistem jaringan aras ganda yang efektif m) mengatu arus masuk informasi dan komunikasi n) mengkaji keusangan dan penyebaran literatur ilmiah (melalui penggugugusan dan pasangan literatur ilmiah) o) meramalkan produktivitas penerbit, pengarang, organisasi, negara atau seluruh disiplin p) mendisain pengolahan bahasa automatis untuk auto-indexing, autoabstracting, dan autoclassification q) mengembangkan norma pembakuan Ishak dalam Jurnal Pustaha (2005)1(2):18 menjabarkan manfaat analisis bibliometrika bagi perpustakaan antara lain; 1) mengidentifikasi majalah inti dalam berbagai disiplin ilmu 2) identifikasi arah dan gejala penelitian dan pertumbuhan pengetahuan pada berbagai disiplin ilmu 3) menduga keluasan literatur sekunder 4) mengenali pemakai berbagai subjek 5) mengenali kepengarangan dan arah gejalanya pada dokumen berbagai subjek 6) mengukur manfaat jasa SDI ad-hoc dan retrospectif 7) meramalkan arah gejala perkembangan masa lalu, sekarang dan mendatang 8) mengatur arus masuk informasi dan komunikasi 9) mengkaji keusangan dan penyebaran literatur ilmiah 10) meramalkan produktivitas penerbit, pengarang, organisasi, negara atau seluruh disiplin Dari kedua pendapat di atas, dapat dikemukakan bahwa manfaat analisis bibliometrika bagi perpustakaan adalah sebagai berikut: 1. mengidentifikasi majalah inti pada setiap bidang ilmu yang ada 2. mengidentifikasi pertumbuhan ilmu pengetahuan dan arah penelitian dari berbagai disiplin ilmu 3. memberikan dugaan mengenai keluasan literatur sekunder 4. mengenali pengguna pada berbagai subjek yang berbeda 5. mengenali tipe atau bentuk kepengarangan pada dokumen dari berbagai subjek
Universitas Sumatera Utara
6. mengukur manfaat dari jasa SDI ad-hoc dan retrospektif 7. memberikan ramalan mengenai arah gejala perkembangan bidang ilmu pada masa lalu, masa sekarang dan masa mendatang 8. mengatur arus masuk dari informasi dan komunikasi ilmiah 9. mengkaji keusangan literatur dan penyebaran produksi literatur ilmiah 10. memberikan ramalan mengenai produktivitas penerbit, pengarang, organisasi, negara atau seluruh disiplin ilmu 11. menyusun peraturan untuk kegiatan penyiangan dan penempatan dokumen di rak koleksi secara tepat 12. memprakarsai sistem jaringan informasi arus ganda yang bersifat efektif 13. mengatur arus masuk informasi dan komunikasi 14. mengkaji keusangan dan penyebaran literatur ilmiah (melalui penggugusan dan pasangan literatur ilmiah) 15. meramalkan produktivitas dari penerbit, pengarang, organisasi, negara atau berbagai disiplin ilmu 16. merancang
pengolahan
bahasa
automatis
untuk
auto-indexing
(pengindeksan terautomasi), auto-abstracting, (membuat abstrak secara terautomasi) dan autoclassification (pengklasifikasian terautomasi) 17. mengembangkan norma pembakuan
2.2 Keusangan Literatur Kajian mengenai keusangan (obsolescence) literatur termasuk dalam objek kajian ilmu bibliometrika. Kajian literatur ini menjelaskan tentang penggunaan dokumen atau literatur yang berhubungan dengan umur atau usia dari literatur tersebut. Para peminat ilmu informetrika (bibliometrika) banyak menaruh perhatian pada fenomena keusangan literatur ini. Oleh karena itu, kajian keusangan literatur merupakan salah satu objek kajian yang banyak menarik perhatian para peminat bidang ilmu informetrika. Vickery dalam Mustafa (2008:6) menyatakan bahwa: “obsolescence is in fact a function of two factors, growth and obsolescence”. Hal ini berarti
Universitas Sumatera Utara
keusangan literatur adalah fenomena fakta dari dua faktor fungsi yaitu pertumbuhan dan keusangan. Sehubungan dengan hal tersebut, Mustafa (2008:7) berpendapat bahwa: fenomena lahir, hidup dan mati bagi mahluk hidup dapat pula diterapkan pada dokumen. suatu dokumen dikatakan “lahir” pada saat dokumen itu diterbitkan. Kemudian dokumen dikatakan “hidup” selama dokumen itu dimanfaatkan. Pada akhirnya dokumen dikatakan “mati” pada saat tidak ada lagi yang menggunakan dokumen itu. Death of paper adalah konsep dalam ilmu informetrika/ bibliometrika yang berarti suatu karya tidak pernah lagi dikutip. Selanjutnya, mengenai fenomena keusangan literatur Mustafa (2008:7) mengemukakan bahwa : Adanya perkembangan dari ilmu pengetahuan mengakibatkan munculnya fenomena keusangan literatur. Fenomena tersebut adalah hanya hiteratur yang mutakhir dan yang menarik saja bagi ilmuwan yang digunakan. Sedangkan litaratur yang lebih tua digunakan hanya bila mengandung informasi yang cenderung menggabungkan karya yang terakhir kali terbit. Merujuk pada kedua pendapat di atas, dapat diuraikan bahwa istilah death of paper adalah konsep dalam ilmu informetrika/ bibliometrika yang menyatakan suatu karya tidak pernah lagi dikutip. Selain itu, fenomena keusangan literatur muncul karena adanya perkembangan ilmu pengetahuan yang membuat hanya literatur yang mutakhir yang banyak dimanfaatkan oleh para ilmuwan. Perkembangan yang pesat dari ilmu pengetahuan dan komunikasi pada saat ini, memberikan dampak terhadap penerbitan dokumen serta literatur baru yang semakin meningkat, baik yang berbentuk cetak maupun elektronik khususnya pada bidang ilmiah. Penerbitan dokumen dan literatur ini baru ini akan menjadikan terbitan sebelumnya dianggap usang. Selain itu, Andriaty (2002:1) mengemukakan bahwa: Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) yang semakin berkembang tersebut akan memberi pengaruh pada berbagai bidang, diantaranya peningkatan terhadap jumlah majalah ilmiah yang merupakan salah satu koleksi perpustakaan yang sangat dibutuhkan pengguna karena kemutakhiran informasinya Pendapat di atas jelas menyatakan bahwa fenomena perkembangan IPTEK yang selalu dinamis akan mempengaruhi berbagai bidang ilmu pengetahuan lainnya. Salah satu pengaruh yang diakibatkan oleh fenomena tersebut adalah
Universitas Sumatera Utara
perubahan kemutakhiran informasi dari majalah ilmiah yang jumlahnya akan semakin meningkat. Menurut Hjorland (2008:1): “obsolescence of literature and information is, of course a relative concept”, artinya keusangan literatur dan informasi sudah pasti adalah konsep yang relatif. Hal serupa juga dinyatakan oleh Mustafa (2008:8) bahwa “Obsolescence adalah konsep yang relatif, karena ada literatur yang baru terbit sekitar lima tahun sudah jarang digunakan lagi, tapi sebaliknya ada literatur yang sudah terbit puluhan bahkan ratusan tahun, tetapi masih tetap digunakan oleh banyak orang. Berapa kali sebuah dokumen dikutip dalam satu rentang waktu tertentu menunjukkan berapa banyak informasi di dalam dokumen tersebut berguna untuk sebuah riset. Jika frekwensinya menurun, maka dokumen tersebut semakin jarang digunakan, dan dengan demikian menjadi usang atau obsolete. Penelitian
mengenai
keusangan
literatur
menurut
Sulistyo-Basuki
(2002:2), Pertama kali dilakukan oleh Charles F. Gosnell tahun 1994, ia mempelajari keusangan literatur dari tingkat keterpakaian koleksi di perpustakaan namun ternyata semakin berkembang hingga tidak hanya dari tingkat keterpakaian koleksi di perpustakaan tapi sampai pada tingkat keusangan satu literatur yang dihitung dari sitirannya. Menurut Line dan Sandison yang dikutip Mustikasari (2008:27), “keusangan literatur dikaitkan dengan keusangan sebuah dokumen diartikan bahwa dokumen sudah usang, bila dokumen tersebut jarang digunakan”. Dengan kata lain, konsep obsolescence atau keusangan literatur adalah penurunan penggunaan satu atau sekelompok literatur seiring dengan makin tuanya umur dari dokumen atau literatur yang bersangkutan. Line
dalam
Hjorland
(2007:3)
menyatakan
bahwa
kemunduran
penggunaan dari dokumen terjadi karena beberapa alasan sebagai berikut: 1) 2) 3) 4)
the information is valid, but incorporated in later work the information is valid, but superseded by later work the information is valid, but is in a field of declining interest the information is no longer valid
Universitas Sumatera Utara
Penjelasan dari pernyataan tersebut dapat diuraikan melalui pendapat Mustikasari (2008:27) yang menyatakan bahwa penurunan penggunaan suatu dokumen disebabkan karena:
informasi sahih, namun sudah terserat dalam dokumen berikutnya informasi sahih, namun informasi tersebut berada dalam bidang yang kurang diminati informasi masih sahih namun sudah digantikan karya berikutnya informasi tidak lagi dianggap sahih Dalam hal ini, yang penting diperhatikan adalah bahwa penurunan
penggunaan literatur bisa terjadi walaupun informasi yang terkandung dalam literatur masih sahih. Sehingga, tidak dapat dikatakan jika informasi yang terkandung dalam sebuah literatur menjadi usang karena faktor penurunan penggunaan dari literatur tersebut. Jadi, penurunan penggunaan literatur berarti literatur yang bersangkutan sudah jarang digunakan dan itu terlepas dari sahih atau tidaknya informasi yang terkandung di dalamnya. Sedangkan penurunan nilai literatur berarti informasi yang terkandung di dalamnya memang sudah usang. Suatu literatur dikatakan usang adalah apabila literatur tersebut memberikan informasi yang tidak mutakhir, dalam arti usia dari referensi yang digunakan tidak sesuai dengan perkembangan informasi saat ini. Dalam kondisi seperti itu, suatu literatur dapat diukur tingkat keusangannya. Konsep keusangan informasi dapat memberikan manfaat bagi para teoritis dan praktisi. Bagi para teoritis, masalah keusangan menyangkut pengembangan, pemanfaatan, dan kematian atau peleburan informasi tersebut. Sedangkan bagi para praktisi, masalah keusangan yang menyangkut bahan pustaka yang perlu diasingkan dari jajaran koleksi untuk dimasukkan ke gudang. Beberapa faktor di atas tersebut menyebabkan terjadinya fluktuasi terhadap minat suatu bidang ilmu pengetahuan. Bidang pengetahuan umumnya direkam dalam dokumen. Kajian terhadap perubahan dan manfaat dan kesahihan informasi biasanya dinyatakan dalam bentuk kajian yang terjadi terhadap dokumen yang merekam pengetahuan tersebut, walaupun pada kenyataannya hubungan antara pengguna dokumen dan kesahihan informasi masih samar-samar. Penurunan penggunaan dokumen ada kemungkinan terjadi walaupun informasi yang direkam dalam dokumen tersebut masih sahih dan potensial atau berdaya
Universitas Sumatera Utara
guna. Oleh karena itu, tidak mungkin menyatakan bahwa jenis pengetahuan tersebut menjadi usang hanya berdasarkan penurunan penggunaan dokumen. Kajian terhadap dokumen hanya merupakan sebahagian indikator tentang keusangan pengetahuan. Dasar dari kajian keusangan literatur adalah sitirannya. Mengukur keusangan literatur dari sebuah dokumen berarti melihat sitiran dari dokumen yang bersangkutan. Hasugian dalam Jurnal Pustaha (2005)1(2):1 menyatakan bahwa: analisis sitiran adalah kajian bibliometrika yang secara khusus mengkaji tentang sitiran yaitu melakukan analisis terhadap daftar pustaka atau bibliografi yang tercantum dalam sebuah dokumen”. Kajian analisis sitiran dilatarbelakangi oleh tingkat pertumbuhan jurnal ilmiah yang sangat cepat dan mendorong para ahli informasi untuk mengembangkan metode analisis sitiran untuk mengkaji sebuah jurnal. Dalam bibliometrika, yang dikaji adalah informasi terekam, khususnya informasi dalam bentuk grafis. Dengan demikian, objek kajiannya adalah buku, pengarang (hasil karyanya), majalah, laporan penelitian, disertasi, dan sebagainya. Analisis sitiran merupakan salah satu jenis evaluasi perpustakaan yang digunakan oleh pustakawan di luar negeri untuk membantu pemeliharaan koleksi. Martyn dalam Mustikasari (2008:4) menyatakan “analisis sitiran adalah analisis atas sejumlah sitiran atau sejumlah rujukan yang terdapat dalam berbagai tulisan ilmiah atau literatur primer.” Analisis sitiran umumnya dilakukan terhadap artikel yang terdapat pada majalah karena sifat dari majalah yang terbit secara teratur, mutakhir, dan dipublikasikan secara umum. Hal yang diselidiki dalam analisis sitiran mencakup subjek, pengarang, sumber-sumber dokumen, dan tahun terbit dokumen. Menurut Wang dan Soegel dalam Andriani (2003:1), beberapa kriteria penulisan sebuah dokumen yang akan disitir adalah “Recency/ kemutakhiran, membandingkan corak baru dengan topik yang sedang diteliti. Kemutakhiran berkaitan dengan waktu penerbitan”. Hal ini menunjukkan bahwa ada saatnya dokumen yang terbit 15 tahun yang lalu masih dinilai baru, namun ada juga dokumen yang yang terbit 2 tahun lalu sudah dianggap terlalu tua. Hal tersebut
Universitas Sumatera Utara
tergantung pada topik yang diteliti dan faktor lainnya yang berpengaruh. Bagian yang tidak dapat dipisahkan dalam penilaian suatu dokumen yang akan disitir diantaranya adalah kepengarangan, nama atau judul jurnal, tipe dokumen serta kemutakhiran dokumen. Seorang peneliti membutuhkan informasi dan data yang akurat. Informasi dan data yang akurat tersebut dapat diperoleh pada berbagai literatur primer. Dengan demikian, perlu dilakukan studi pada literatur primer maupun literatur sekunder. Sulistyo-Basuki (1993:161) menyatakan bahwa: “literatur primer adalah literatur yang memuat hasil penelitian asli baik penelitian dasar maupun penelitian terapan” Analisis sitiran dapat diterapkan dalam berbagai bidang, salah satunya bidang kajian literatur. Dalam hubungannya dengan kajian literatur, Smith dalam Mustikasari (2008:17) menyatakan: “sitiran dilihat dalam bidang subjek tertentu untuk menggambarkan pola sitiran. Karakteristik bahan yang disitir meliputi bentuk, usia jurnal, pengarang yang sering disitir, bahasa, negara asal dan penyebaran subyek”. Pendapat ini sekaligus menerangkan bahwa pola analisis sitiran memiliki hubungan dengan kajian keusangan literatur. Hal tersebut dikarenakan dalam kajian keusangan literatur atau dokumen, yang menjadi objek penelitian untuk diukur adalah data sitirannya. Diodarto dalam Purnomowati (2008:10), menyatakan bahwa ada 2 cara untuk mengkaji keusangan literatur yaitu: 1) Keusangan synchronous (synchronous obsolescence) yaitu salah satu jenis keusangan yang mengukur usia kelompok dokumen dengan cara menguji tahun terbit referensi dalam dokumen tersebut. Jenis ini biasa diukur melalui median usia sitiran yang dapat diperoleh dengan cara mengurangi tahun terbit dokumen sumber dengan median tahun terbit dokumen yang terdapat dalam referensi. 2) Keusangan diaahrolous (diachronous obsolescence) yaitu salah satu jenis keusangan yang mengukur usia kelompok dokumen melalui suatu pengujian terhadap tahun terbit sitiran yang diterima oleh dokumen. Jenis ini biasa diukur melalui Paro Hidup (Half Life) yang dapat diperoleh dengan cara mengurangi median tahun terbit dokumen sumber.
Universitas Sumatera Utara
Purnomowati (2008:10) menegaskan, Kedua cara tersebut memang mirip tetapi dengan cara penanganan yang berbeda. Jika synchronous menentukan literatur yang menyitir kemudian mengkaji distribusi usia referensi yang ada di dalamnya, maka diachronous menentukan literatur yang disitir kemudian mengkaji penggunaan literatur tersebut pada terbitan selanjutnya (LIPI: 2008). Dari kedua pendapat di atas, dapat diuraikan bahwa: keusangan synchronous diukur dengan cara mengurangi tahun terbit dokumen sumber dengan median tahun terbit dokumen yang terdapat dalam referensi. Median Citation Age (median umur sitiran) termasuk dalam jenis keusangan synchronous. Sedangkan; keusangan diachronous diukur dengan cara mengurangi median tahun terbit dikumen sumber. Half Life (paro hidup) termasuk dalam jenis keusangan diachronous. Mengukur secara kuantitatif terhadap literatur harus dilakukan secara terukur dan lebih tepat, sehingga hasil pengukuran tersebut dapat dipercaya kebenarannya secara ilmiah. Setiap subjek sudah pasti berbeda tingkat kecepatan keusangannya. Hal tersebut dipengaruhi juga oleh faktor lokasi. Misalnya, keusangan literatur berbeda antara negara maju dengan negara berkembang. Selain itu, Mustafa (2008:6) mengemukakan bahwa “berdasarkan kelompok subjeknya, yaitu ilmu-ilmu humaniora dan sosial yang dikenal soft sciences cenderung lebih lama tingkat keusangannya dibandingkan dengan ilmu-ilmu alam dan teknologi (hard-sciences)”. Kajian mengenai keusangan literatur harus dapat dijadikan sebagai salah satu objek kajian yang menarik untuk dilakukan. Meskipun kajian ini masih belum mendapat banyak perhatian di kalangan pustakawan Indonesia. Kajian ini penting dalam rangka menciptakan sistem layanan dan pengelolaan koleksi yang efisien. Dengan menggunakan kajian ini, pustakawan dan pihak perpustakaan yang bersangkutan dapat melakkan pengukuran secara tepat dalam menentukan dokumen yang tidak diperlukan lagi dengan menerapkan metodologi yang sudah biasa dilakukan di negara-negara maju. Selain itu, walaupun konsep keusangan literatur merupakan konsep yang relatif, namun perlu mulai dikaji secara lebih ilmiah agar dapat menghasilkan pengetahuan yang terukur dengan jelas.
Universitas Sumatera Utara
Mustafa (2008:2) menguraikan: Kajian mengenai keusangan literatur kiranya perlu diperkenalkan sebagai salah satu objek kajian yang menarik. Sehingga pustakawan dalam melakukan kegiatan di perpustakaan menyangkut efisiensi pelayanan atau pengembangan koleksi, termasuk kegiatan penyiangan (weeding), koleksi yang tidak diperlukan lagi, dapat dilakukan secara ilmiah dan terukur berdasarkan metodologi yang sudah ada dalam ilmu informetrika/ bibliometrika. Berdasarkan pada pendapat di atas, dapat diketahui bahwa kajian mengenai keusangan literatur adalah objek kajian yang menarik dan penting bagi pihak perpustakaan. Hal ini berkaitan dengan efisiensi kegiatan penyiangan (weeding) terhadap koleksi perpustakaan yang tidak dipergunakan lagi. Fenomena dari keusangan literatur belum banyak dikaji di Indonesia. Hal ini dikarenakan tingkat pertumbuhan literatur maupun perkembangan koleksi perpustakaan di Indonesia pada umumnya belum tinggi. Rata-rata perpustakaan di Indonesia belum menganggap keusangan literatur sebagai suatu hal yang penting. Namun, beberapa perpustakaan juga secara berkala telah mencoba melakukan evaluasi terhadap koleksinya, untuk kemudian melakukan suatu kegiatan yang disebut penyiangan (weeding), yaitu menyingkirkan dokumen yang tidak diperlukan lagi dari jajaran koleksi perpustakaan berdasarkan kriteria tertentu. 2.3 Paro Hidup Literatur 2.3.1 Pengertian Paro Hidup Literatur Menurut Miranda Lee Pao (1989:18): “The term half-life has been borrowed from physics. It is defined as the time required for half of the atoms of a radioactive substance present to become disintegrated”. Hal tersebut berarti istilah paro hidup atau half-life mengacu pada konsep bidang fisika yaitu waktu yang diperlukan oleh suatu atom untuk meluruh menjadi setengahnya secara terus menerus hingga atom itu hancur/ habis. I Gede Surata dikutip yang dikutip oleh Mustikasari (2008:30) menyatakan bahwa “Paro hidup literatur merupakan ukuran waktu pada saat mana setengah dari semua literatur suatu disiplin ilmu secara terus-menerus digunakan sejak diterbitkan”. Paro hidup adalah bagian dari kajian keusangan literatur. Dalam konsep bibliometrika, paro hidup merupakan tingkat keusangan literatur yang didasarkan
Universitas Sumatera Utara
pada sitirannya dan menitikberatkan pada tahun terbit. Oleh karena itu, semakin baru terbitan suatu literatur khususnya literatur ilmiah seperti jurnal dan yang lainnya, maka literatur tersebut akan sering disitir oleh karya tulis lainnya. Menurut Sulistyo-Basuki (2002:6) “R.E.Burton dan R.W.Kebler adalah orang pertama yang membuat penelitian tentang paro hidup literatur (half life) yang berarti waktu saat setengah dari seluruh literatur dari satu disiplin ilmu yang digunakan secara terus menerus”. Semakin baru terbitan suatu literatur khususnya literatur ilmiah, maka literatur tersebut akan sering disitir oleh karya tulis lainnya. Hal ini bisa dilihat dari kurva sebagai berikut: Gambar-1: Curve of obsolescense N u m b e r o f u s e
r Age of time of use Sumber: Saracevic (2002) dalam Napitupulu (2006:10)
Keterangan mengenai kurva di atas yaitu: 1. Garis kurva tersebut menggambarkan suatu literatur 2. Number of user adalah pengguna yang menggunakan literatur tersebut 3. Age of time of use adalah penggunaan literatur tersebut Pada gambar kurva dan keterangan di atas, dapat dilihat bahwa semakin baru terbitan suatu literatur, maka semakin sering literatur tersebut digunakan.
Universitas Sumatera Utara
Sedangkan jika tahun terbit literatur tersebut semakin jauh dari waktu sekarang maka akan semakin sedikit pengguna yang menggunakan literatur tersebut. Hartinah (2002:2) menyatakan bahwa: setiap bidang ilmu mempunyai usia paro hidup yang berbeda-beda. Menurut penelitian di luar negeri paro hidup literatur untuk ilmu kimia adalah 8,1 tahun, botani 10, 0 tahun, matematika 10,5 tahun, geologi 11,8 tahun, kedokteran 6,8 tahun, dan ilmu-ilmu sosial kurang dari 2 tahun. Jika melebihi usia paro hidup di atas maka bisa dikatakan bahwa literatur tersebut sudah usang. Pendapat di atas dikembangkan berdasarkan penelitian yang telah lebih dulu dilakukan di luar negeri. Penjelasan mengenai paro hidup yang berbeda-beda pada setiap bidang ilmu dinyatakan oleh Andersen dalam Hjorland (2007:3) yaitu: • • • • • •
4,6 years in physics 7,2 years in physiology 8,1 years in chemistry 10,0 years in botany 10,5 years in mathematics 11,8 years in geology Berdasarkan kedua pendapat di atas, dapat diketahui bahwa setiap bidang
ilmu memiliki perbedaan dalam hal usia paro hidup dokumen. Usia paro hidup tersebut nantinya akan menunjukkan batasan tahun keusangan literatur atau dokumen dari berbagai bidang ilmu. Mengacu pada pernyataan di atas, dapat dikemukakan bahwa paro hidup untuk berbagai bidang ilmu adalah sebagai berikut:
ilmu fisika adalah 4,6 tahun
ilmu fisiologi adalah 7,2 tahun
ilmu kimia adalah 8,1 tahun
ilmu botani adalah 10 tahun
ilmu matematika adalah 10,5 tahun
ilmu geologi adalah 11,8 tahun
ilmu kedokteran adalah 6,8 tahun
ilmu-ilmu sosial adalah kurang dari 2 tahun.
Faktor lain yang mempengaruhi keusangan literatur adalah jumlah penggunaan literatur, jumlah publikasi, dan jumlah penulis.
Universitas Sumatera Utara
2.3.2 Manfaat Paro Hidup Paro hidup merupakan salah satu kajian dalam bidang bibliometrika yang menentukan tingkat keusangan dari sebuah literatur perpustakaan. “Half-life mengindikasikan kekayaan atau kemiskinan informasi yang digunakan dalam sebuah dokumen” (Hartinah, 2002:1). Artinya bagi perpustakaan khususnya perpustakaan perguruan tinggi, paro hidup dapat dijadikan sebagai pertimbangan dalam menyediakan koleksi bagi penggunanya, serta ukuran untuk pengawasan kualitas koleksinya dalam kaitannya dengan kemutakhiran informasi yang terdapat di dalamnya. “Usia paro hidup suatu literatur ditentukan oleh tahun terbit referensinya maka dapat diketahui publikasi yang terbit dalam jangka waktu tertentu dan bisa diprediksi pertumbuhan dan publikasi selanjutnya di masa yang akan datang” (Egghe: 2002: 3). Hal ini menunjukkan bahwa paro hidup literatur dapat digunakan sebagai salah satu tolok ukur kekayaan atau kemiskinan informasi dari suatu disiplin ilmu. Dengan mengetahui paro hidup suatu disiplin ilmu, maka dapat dilihat perkembangan dari bidang ilmu yang bersangkutan. Hal ini dikarenakan semakin banyak terbitan-terbitan baru dari suatu bidang ilmu, maka dapat diprediksi bahwa bidang ilmu tersebut akan terus berkembang. Jika sedikit terbitan-terbitan baru dari suatu bidang ilmu maka ada kemungkinan bidang ilmu tersebut mengalami stagnasi atau perkembangan ilmu tersebut berjalan lambat. Manfaat lain dari kajian usia paro hidup dokumen bagi pihak perpustakaan adalah sebagai berikut: 1. untuk mengetahui tingkat keusangan literatur dari kolesi perpustakaan 2. untuk mengetahui kemuktahiran informasi dalam sebuah literatur perpustakaan 3. efektifitas kegiatan penyiangan terhadap koleksi yang tidak digunakan lagi 4. pemisahan koleksi yang digunakan dengan frekwensi tertinggi dan terendah 5. efektifitas pelayanan perpustakaan
Universitas Sumatera Utara
Merujuk pada berbagai pendapat di atas, dapat diuraikan secara jelas bahwa manfaat kajian paro hidup dokumen secara umum adalah: 1. Dapat
digunakan sebagai salah satu pertimbangan untuk melakukan
pemabatasan penggunaan literatur untuk kepentingan penulisan karya ilmiah 2. Bermanfaat
untuk
mengetahui
pertumbuhan
suatu
bidang
ilmu
pengetahuan, dapat menjadi indikator kekayaan/ kemiskinan informasi bagi perpustakaan (khususnya dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam menyediakan koleksi bagi pengguna) 3. Peningkatan efisiensi dalam bidang pengelolaan (pelayanan) serta kegiatan pengembangan koleksi
Universitas Sumatera Utara