5
BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Pengertian Perilaku Perilaku adalah respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus dari luar oleh karena perilaku ini terjadi melalui proses adanya interaksi antara individu dengan lingkungannya sebagai keadaan jiwa untuk berpendapat, berfikir, dan bersikap yang merupakan refleksi dari berbagai aspek baik fisik maupun non fisik. Perilaku juga dapat diartikan sebagai suatu reaksi psikis seseorang yang digolongkan dalam dua golongan yaitu bentuk pasif (tanpa tindakan nyata) dan bentuk aktif (tindakan konkrit) sedangkan dalam pengertian umum perilaku adalah segala perbuatan yang dilakukan oleh mahkluk hidup menurut Scheneider (dalam Syamsu Yusuf 2003: 14) mengartikan penyesuaian diri sebagai “suatu proses respons individu baik yang bersifat behavioral maupun mental dalam upaya mengatasi kebutuhan-kebutuhan dari dalam diri, ketegangan emosional, frustrasi dan konflik, serta memelihara keseimbangan antara pemenuhan kebutuhan tersebut dengan tuntutan (norma) lingkungan. Dan dapat dilihat bahwa hampir semua para ahli meninjau perkembangan jiwa dari berbagai sudut, beranggapan bahwa masa remaja merupakan masa penyempurnaan dari tahap-tahap perkembangan sebelumnya. Walaupun demikian beberapa penulis Indonesia tetap berpendapat bahwa remaja adalah masa transisi dari masa anak-anak ke dewasa, yang ditandai dengan perkembangan biologis, psikologis, moral, dan agama. Perilaku nakal siswa adalah tingkah laku individu yang
6
bertentangan dengan pendapat umum yang dianggap sebagai akseptual yang baik oleh suatu lingkungan atau hukum yang berlaku di suatu masyarakat. Menurut Terapi Behavioral yang dikembankan oleh Wolpe (dalam Willis 2011: 69) perilaku nakal bersumber dari hasil belajar dari lingkungan yang dipandang sebagai respon terhadap stimulasi atau rangsangan eksternal maupun internal. Dengan demikian pada dasarnya dari teori behavioral adalah bahwa perilaku dapat dipahami sebagai hasil kombinasi antara belajar waktu lalu dalam hubungannya dengan keadaan yang serupa, keadaan motivasional sekarang dan efeknya terhadap lingkungan, dan perbedaan-perbedaan biologik baik secara genetik
atau karena
gangguan fisiologik. Sedangkan menurut Oudum (dalam Sulwati, 2007 : 15) mengemukakan bahwa perilaku merupakan tindakan yang tegas dari suatu organisme segala macam pengalaman dan interaksi manusia dengan lingkungannya yang terwujud dalam pengetahuan, sikap, dan tindakan. 2.1.1 Perilaku Yang Tidak Biasa Siswa terkadang tetap saja berperilaku dalam cara-cara yang tidak diinginkan. Menurut W. Doyle (dalam Ormrod, 2002 :229). Guru yang efektif bukan hanya merencanakan dan menstruktur siswa di kelas untuk meminimalkan masalah perilaku yang potensial, tetapi juga secara aktif menyekapi dan juga harus bisa menyekapi perilaku yang tidak biasa yang sering di tunjukan oleh siswa. Untuk itu dapat dikatakan sebagai tindakan yang mengganggu teman di kelas dalam aktivitas belajar yang telah direncanakan, membahayakan keselamatan fisik atau kenyamanan
7
psikologis siswa. Perilaku nakal adalah hal yang cukup sulit dilakukan karena problemnya yaitu nakal terhadap peraturan orang tua, seperti pulang terlalu malam, merokok yang dapat di katakan perilaku nakal. Dan tentu saja tingkah laku yang melanggar peraturan dengan membawa rokok di lingkungan sekolah. 2.1.2 Ciri-Ciri Khusus Perilaku Belajar Perubahan perilaku sebagai hasil belajar dengan perkataan lain setiap perilaku selalu ditandai perubahan yang spesifik diantaranya adalah perubahan intensional, perubahan positif, perubahan efektif dan fungsional. a. Perubahan Intensional Perubahan intensional merupakan suatu perubahan yang terjadi dalam proses belajar berdasarkan pengalaman atau praktek yang di lakukan dengan sengaja dan disadari, dengan kata lain bukan perubahan karena kebutulan akan tetapi siswa menyadari adanya perubahan dalam dirinya. b. Perubahan Positif Perubahan positif merupakan perubahan yang terjadi melalui proses belajar yang bersifat aktif yang bermakna baik dan bermanfaat serta sesuai dengan harapan. c. Perubahan Efektif dan Fungsional Perubahan efektif dan fungsional merupakan perubahan yang timbul karena dengan proses belajar yang bersifat efektif yakni berdaya guna dan bermanfaat bagi siswa itu sendiri. Sedangkan perubahan fungsional yaitu bermakna relatif menetap dan apabila dibutuhkan perubahan tersebut dapat dimanfaatkan.
8
2.2 Pengertian Perilaku Nakal Siswa Perilaku nakal merupakan perilaku yang di lakukan siswa yang menyebabkan siswa lain merasa terganggu atau merasa kurang enak. Di sisi lain perilaku nakal dapat mempengaruhi proses pembelajaran, di mana hal ini berdampak pada konsentrasi belajar siswa itu sendiri maupun siswa lain. Perilaku nakal siswa pada dasarnya melanggar tata tertib sekolah, seperti berkelahi, bolos, mengganggu orang lain tanpa menghiraukan objek yang diganggu saat pelajaran berlangsung, pada umumnya adalah anak normal yang berasal dari keluarga baik-baik. Hanya oleh satu bentuk pengabaian psikis tertentu mereka kemudian melakukan mekanisme kompensatoris guna menuntut perhatian lebih. Menurut Kelly (2005: 9) menjelaskan bahwa kenakalan siswa merupakan perilaku buruk yang sulit dihentikan. Berdasarkan pengertian ini, maka siswa perlu di bimbing mengingat usia SMP merupakan tahapan perkembangan yang penting dan bahkan fungsi mental bagi kesuksesan perkembangan selanjutnya. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1999: 681) dikemukakan bahwa nakal adalah tingkah laku yang agak menyimpang dari norma yang berlaku di suatu masyarakat. Menurut Rational Emotive Therapy yang dikembangkan oleh Albert (dalam Willis, 2011 :77-78) manusia adalah subjek yang sadari akan dirinya dan sadar akan objek-objek yang dihadapinya. Manusia pada dasarnya unik yang memiliki kecenderungan untuk berpikir rasional dan irasional, ketika berpikir dan bertingkah laku rasional manusia akan efektif. Reaksi emosional seseorang sebagian besar disebabkan oleh evaluasi, interpretasi, dan fisiologis yang disadari maupun tidak
9
disadari. Hambatan fisiologis atau emosional tersebut merupakan akibat dari cara berpikir yang tidak logis dan irasional yang mana emosi yang menyertai individu dalam
berpikir
penuh dengan prasangka,
sangat
personal,
dan rasional.
Kecenderungan perilaku nakal akibat adanya keyakinan irasional dalam diri siswa. Sebagaimana telah diuraikan, bahwa ide atau pemikiran irasional siswa yang mengakibatkan kegagalan dalam dirinya sendiri. Pemikiran irasional seperti berikut: (1) saya lebih senang datang di sekolah setelah apel pagi, (2) saya tidak peduli dengan nasehat guru karena tidak ada manfaatnya, (3) saya senang merokok dengan temanteman agar terlihat lebih hebat dari pada mengikuti pelajaran di kelas yang tidak ada manfaatnya. Pemikiran yang tidak rasional ini sangat berpengaruh terhadap proses berpikir siswa yang meliputi semua penyimpangan pemikirani irasional yang selanjutnya berpengaruh juga pada perilakunya yakni terbentuknya perilaku nakal. Perilaku nakal perlu mendapat perhatian penuh dari guru di sekolah maupun dari orang tua ketika di rumah, mengingat kelas dua SMP merupakan masa peralihan dari masa remaja menuju ke masa dewasa. Apabila hal ini diabaikan, maka perilaku tersebut berpengaruh pada kelas-kelas selanjutnya. Menurut Siti Muchati (dalam Djamarah, 2000: 109) guru perlu memberikan perhatian dan kesenangan kepada peserta didik untuk belajar dan mendorong mereka untuk berpikir, punya rasa simpati, jujur, adil, sedia menyesuaikan diri dan memperhatikan orang lain. Pendapat ini memberikan makna bahwa dalam proses pembelajaran, bukan saja aspek kognitif yang diperhatikan tetapi sikap dan perilaku perlu dipahami dan diterapkan pada siswa dalam kehidupan sehari-hari yang bisa bermanfaat bagi dirinya
10
sendiri maupun orang lain. Dari pengertian ini dapat ditarik kesimpulan, perilaku nakal merupakan tingkuh laku yang tidak sewajarnya untuk di lakukan oleh siswa. 2.2.1 Bentuk-Bentuk Perilaku Nakal Siswa Bentuk-bentuk gangguan perilaku dapat ditinjau dari berbagai segi. Menurut Prayitno dan Amti (2009:46-48), bentuk-bentuk gangguan perilaku tersebut digolongkan ke dalam tiga dimensi kemanusiaan, yaitu: dimensi sosialitas, seperti bentrok dengan guru,
dimensi moralitas, seperti melanggar tata tertib sekolah,
membolos, tidak senonoh, minggat, nakal, kasar, dimensi religius, seperti tidak melakukan salat atau perbuatan-perbuatan lain yang menyimpang dari agama yang dianutnya. Maka dapat disimpulkan bahwa perilaku nakal siswa adalah penyimpangan perilaku siswa yang berakibat siswa malanggar aturan tata tertib sekolah, norma kehidupan di sekolah dan masyarakat adalah sebagai berikut: a.
Perilaku kurang disiplin, terhadap waktu , peraturan dan menggunakan model baju yang tidak sesuai ketentuan sekolah seperti: sering terlambat masuk kelas dan bolos sekolah.
b. Kurang hormat pada guru perilaku ini tampak dalam hubungan siswa dengan guru dimana siswa sering acuh tak acuh terhadap keberadaan guru di sekokah, seperti acuh tarhadap guru c. Berkelahi dengan teman di kelas perilaku yang ditunjukan oleh siswa yang sering terjadi antar siswa di kelas seperti: perkelahian antar siswa dan mengganggu teman
11
d. Merokok di sekolah saat jam istirahat yang dilakukan bersama teman-teman agar bisa terlihat lebih dewasa seperti kebiasaan merokok Menurut teori psikoanalisis dipelopori oleh seorang dokter psikiatri yaitu Sigmund Freud (dalam Willis, 2011: 57). Ia mengemukakan bahwa struktur kejiwaan manusia sebagian besar terdiri dari alam kesadarannya yang mencakup tiga aspek: (1) sebagai metode penelitian proses-proses psikis; (2) sebagai suatu teknik untuk mengobati gangguan-gangguan psikis; (3) sebagai teori kepribadian. Di dalam gerakannya, Psikoanalisis mempunyai beberapa prinsip yakni: a. Prinsip konstansi, artinya bahwa kehidupan psikis manusia cenderung untuk mempertahankan kuantitatif konflik psikis pada taraf yang serendah mungkin, atau setidak-tidaknya taraf yang stabil. Dengan pendekatan lain bahwa kondisi psikis manusia cenderung dalam keadaan konflik yang permanen (tetap). b. Prinsip
kesenangan,
artinya
kehidupan
psikis
manusia
cenderung
menghindarkan ketidaksenangan dan sebanyak mungkin memperoleh kesenagan. c. Prinsip realitas, yaitu prinsip kesenangan yang disesuaikan dengan keadaan nyata. Dari penjelasan tersebut apabila dikaitkan dengan bentuk-bentuk perilaku nakal siswa, pada dasarnya siswa cenderung mencari kesenangan dari pada ketidaksenangan tetapi tidak disesuaikan dengan keadaan sebagai seorang siswa. seperti yang diungkapkan oleh Sigmund Freud (dalam Willis, 2011: 57) bahwa struktur kejiwaan sebagian besar tediri dari alam kesadarannya, dan semua berproses
12
melalui pergaulan seperti siswa yang disiplin terhadap peraturan sekolah kemudian bergaul dengan dengan siswa yang siring melanggar tata tertib sekolah, dengan ketidaksadarannya telah dipengaruhi oleh temannya yang berperilaku nakal. 2.2.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Nakal Ada beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku nakal siswa baik faktor yang berasal berasal dari dalam diri sisawa itu sendiri maupun dari lingkungan keluarga itu sendiri antara lain sebagai berikut: a. Orang Tua Mengapa orang tua sulit mengajarkan perilaku yang positif dan bertanggung jawab terhadap apa yang dilakukan oleh anak. Keluarga merupakan lingkungan terkecil dalam masyarakat tempat seseorang dilahirkan dan dibesarkan. Menurut Kartini (2005: 17) mengemukakan bahwa “kondisi lingkungan keluarga sangat menentukan keberhasilan masa perkembangan seseorang diantaranya adalah adanya hubungan yang harmonis di antara sesama anggota keluarga, tempat terjadinya peralatan belajar dalam pergaulan. Adanya perhatian besar dari orang tua terhadap perkembangan proses belajar dan pendidikan anank-anaknya.” Oleh karena itu orang hendaknya menyadari bahwa pendidikan dimulai dari keluarga. Sedangkan sekolah merupakan pendidikan lanjutan. Peralihan pendidikan informal ke lembagalembaga formal memerlukan kerjasama yang baik antara orang tua dan guru sebagai pendidik dalam usaha meningkatkan nilai dan norma yang berlaku di lingkungan sekolah maupun lingkungan masyarakat.
13
b. Lingkungan Kondisi lingkungan yang sangat berpengaruh terhadap tingkah laku anak. Karena mengatur atau mengubah situasi dan kondisi yang akan dilakukan. Keluarga merupakan ligkungan pendidikan yang pertama siswa dalam membentuk kepribadian daripada mendidik pengetahuan. Dan lingkungan ke-dua adalah sekolah merupakan lingkungan yang sangat berperan dalam membina dan memberikan kemampuan dan bekal dikemudian hari. c. Teman Sebaya Teman sebaya juga sangat berpengaruh penting terhadap perilaku siswa, karena teman merupakan pemberian sumber informasi dunia diluar selain orang tua atau keluarga. Dari penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa orang tua sebagai pendidik utama, yang setiap hari bergaul dengan anak perlu mengetahui sifat dan karakter anak masing-masing. Maka orang tua sangat berperan penting dalam pembentukan perilaku baik. Samping itu lingkungan dan teman juga berperang penting dalam membentuk karakter dan tingkah laku siswa, maka ketiga faktor ini saling membutuhkan dan melengkapi dalam mendidik siswa untuk berperilaku lebih baik. 2.2.2 Penyebab Siswa Berperilaku Nakal Kenakalan siswa yang sering terjadi di sekolah bukanlah suatu keadaan yang terjadi dengan sendirinya. Menurut Sudarsono, (2009: 125-130) kenakalan siswa tersebut timbul kerena adanya beberapa sebab antara lain:
14
a. Keadaan Keluarga Keadaan keluarga yang dapat menjadikan sebab timbulnya perilaku nakal siswa berupa keluarga yang tidak normal (broken home) maupun jumlah anggota keluarga yang kurang menguntungkan. Terutama percarian orang tua dapat mempengaruhi perkembangan siswa, dalam keadaan ini siswa mengalami konflik psikologis sehingga keadaan ini dapat mendorong siswa menjadi nakal. b. Lingkungan Sekolah Sekolah merupakan tempat pendidikan kedua setelah rumah tangga, karena itu sekolah cukup bertanggung jawab dalam kepribadian siswa, dalam hal ini guru sangat diperlukan sekali dalam menidik anak. Menurut Bernard (dalam Willis 2012 : 114) bahwa perilaku guru yang buruk seperti tegang, marah, mudah tersinggung, dan menguasai siswa. maka, siswa juga akan mengikuti perilaku tersebut. 2.3 Upaya Guru BK Dalam Menangani Perilaku Nakal siswa Kenakalan siswa merupakan suatu bentuk perilaku siswa yang menyimpang dari aturan sekolah, menurut Willis (2012: 127-130) kenakalan siswa yang bermacam-macam bentuk salah satunya adalah bolos sekolah atau masuk kelas tidak teratur. Membolos disebut kenakalan siswa karena sudah merupakan perilaku yang mencerminkan pelanggaran terhadap aturan sekolah. Upaya guru di sekolah terhadap timbulnya kenakalan siswa tidak kalah pentingnya dengan upaya di keluarga. Hal ini disebabkan karena sekolah merupakan tempat pendidikan yang kedua setelah keluarga, yang membedakan bahwa sekolah
15
adalah pendidikan formal dimana kegiatan belajar siswa diatur sedemikian rupa tetapi jangka waktu yang singkat jika dibandingkan dengan pendidikan yang ada dalam lingkungan keluarga. Tetapi waktu yang pendek itu cukup menentukan pembinaan sikap dan kecerdasan siswa, jika proses belajar mengajar tidak berjalan dengan baik maka akan timbul tingkah laku yang tidak wajar pada siswa. Perkembangan seorang individu tidak lepas dari pengaruh lingkungan, baik fisik, psikis maupun sosial. Sifat yang melekat pada lingkungan adalah perubahan. Perubahan yang terjadi dalam lingkungan dapat mempengaruhi gaya hidup (life style) warga masyarakat. Apabila perubahan yang terjadi itu sulit diprediksi, atau di luar jangkauan kemampuan, maka akan melahirkan kesenjangan perkembangan perilaku konseli, seperti terjadinya perkembangan yang tidak sesuai dengan apa yang telah diharapkan, masalah-masalah pribadi atau penyimpangan perilaku. Menurut Willis, (2012:135-137) jika guru bimbingan dan konseling berperan dengan baik di sekolah, tugas utamanya adalah membuat program-program preventif antara lain: (1) konsultasi dengan orang tua siswa, terutama yang cenderung bermasalah. (2) bimbingan terhadap para siswa di kelas, dan/atau secara individual maupun kelompok. Dalam kelas, diharapkan guru BK dan guru lainnya mampu memberi layanan 15-20 menit mengenai berbagai hal yang mungkin akan membahayakan para siswa. (3) konsultasi dengan guru dan wali kelas. Peran guru pembimbing ataupun konselor penting untuk menyelenggarakan pendidikan yang utuh. Pentingnya peran bimbingan dan konseling disebabkan
16
pendidikan masih dimaknai secara sempit. Pendidikan yang utuh adalah pendidikan yang tidak hanya bertujuan meningkatkan kemampuan akademis, tetapi juga mengembangkan karakter dan kepribadian siswa. Di sinilah peran guru bimbingan dan konseling, yaitu membantu siswa mengenali potensi dan mengembangkan kepribadiannya. Menuru Atur (dalam Willis, 2011:11) bahwa dalam proses bimbingan ada dua orang yakni pembimbing dan yang dibimbing, artinya bahwa kegiatan bimbingan bukan sekali jadi melainkan sebagai suatu proses berkelanjutan sesuai dengan dinamika perkembangan individu. Selanjutnya Haditono menyatakan bahwa “bimbingan adalah bantuan dari seseorang kepada orang lain baik anak-anak, orang muda maupun orang tua untuk mengembangkan pandangannya sendiri, membuat keputusan sendiri, dan unsur cara pengatasannya sendiri”. Berdasarkan definisi di atas maka dapat disimpulkan bahwa bimbingan adalah suatu proses bantuan dari seseorang kepada orang lain secara berkelanjutan untuk mengembangkan pandangannya sendiri, membuat keputusan sendiri dan unsur pengatasannya sendiri. Menurut Walgito, (2004,6-9) konseling adalah bantuan yang diberikan kepada individu dalam memecahkan masalah kehidupannya dengan wawancara, dengan caracara yang sesuai dengan keadaan individu yang dihadapinya untuk mencapai kesejahteraan hidupnya.