BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1
Hakekat Motivasi Belajar
2.1.1 Pengertian Motivasi Belajar Motivasi belajar merupakan kekuatan (power motivation), daya pendorong (driving force), atau alat pembangun kesediaan dan keinginan yang kuat dalam diri peserta didik untuk belajar secara aktif, kreatif, efektif, inovatif, dan menyenangkan dalam rangka perubahan perilaku, baik dalam aspek kognitif, afektif, maupun psikomotor (Hanafiah dan Suhana, 2009:26). Motivasi berpangkal dari kata “motif” yang diartikan sebagai daya penggerak yang ada dalam diri seseorang untuk melakukan aktivitas –aktivitas tertentu demi tercapainya suatu tujuan. Adapun menurut (Mc Donald, dalam bukunya Fathurrohman dan Sutikno, 2007:19) motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya feeling dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Motivasi juga dapat diartikan sebagai kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Dalam kegiatan belajar, motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan, menjamin kelangsungan dan memberikan arah kegiatan belajar, sehingga diharapkan tujuan yang ada dapat dicapai.Selain itu, motivasi dalam kegitan belajar sangat diperlukan. Sebab seseorang yang tidak mempunyai motivasi dalam belajar, tidak akan mungkin melakukan aktivitas belajar.
Dengan demikian motivasi belajar merupakan daya pendorong atau penggerak yang berasal dari dalam diri siswa yang mendorongnya untukmelakukan aktivitas belajar, sehingga siswa dapat mencpai sebuah tujuan pembelajaran yang diinginkan oleh seorang guru. Dalam proses pembelajaran, motivasi dapat dikatakan sebagai salah satu aspek dinamis yang sangat penting. Sering terjadi siswa yang kurang berprestasi bukan disebabkan oleh kemampuannya yang kurang, akan tetapi dikarenakan tidak adanya motivasi untuk belajar sehingga ia tidak berusaha untuk mengerahkan segala kemampuannya. Nah, disini guru harus mampu menjalankan perannya sebagai seorang pendidik. Guru harus mampu membangkitkan motivasi belajar siswa, agar siswa dapat berupaya mengerahkan segala kemampuannya untuk belajar. 2.1.2 Jenis-jenis Motivasi Belajar Ada dua jenis motivasi belajar menurut Hanafiah dan Suhana (2009: 26-27) yaitu; motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik, adapun penjelasannya sebagai berikut; a. Motivasi Intrinsik. Motivasi intrinsik, yaitu motivasi yang datangnya secara alamiah atau murni dari diri peserta didik itu sendiri sebagai wujud adanya kesadaran diri (self awareness) dari lubuk hati yang paling dalam. b. Motivasi Ekstrinsik.
Motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang datangnya disebabkan oleh faktorfaktor di luar diri peserta didik, seperti adanya pemberian nasihat dari gurunya, hadiah, kompetisi sehat antarpeserta didik, hukuman dan sebagainya. Dalam proses pembelajaran, motivasi intrinsik sulit untuk diciptakan oleh karena motivasi ini datangnya dari dalam diri siswa. Kita tidak akan tahu seberapa besar motivasi intinsik yang menyertai perbuatan siswa. Yang mungkin dapat dilakukan adalah dengan mengembangkan motivasi ekstrinsik untuk menambah dorongan kepada siswa agar lebih giat belajar. Namun demikian, menurut Oemar Hamalik, 1995 (dalam bukunya Sanjaya Wina, 2009: 256-257) munculnya motivasi baik intrinsik maupun ekstrinsik dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu: 1. Tingkat kesadaran diri siswa atas kebutuhan yang mendorong tingkah laku/perbuatannya dan kesadaran atas tujuan belajar yang hendak dicapainya. 2. Sikap guru terhadap kelas, artinya guru yang selalu merangsang siswa berbuat kearah tujuan yang jelas dan bermakna, akan menumbuhkan sifat intrinsik; tetapi bila guru lebih menitikberatkan pada rangsangan-rangsangan sepihak maka sifat ekstrinsik akan lebih dominan. 3. Pengaruh kelompok siswa. Bila pengaruh kelompok terlalu kuat maka motivasinya cenderung kearah ekstrinsik. 4. Suasana kelas juga berpengaruh terhadap munculnya sifat tertentu pada motivasi belajar siswa. Suasana kebebasan yang bertanggungjawab akan lebih merangsang munculnya motivasi intrinsik dibandingkan dengan suasana penuh tekanan dan paksaan.
Dalam proses belajar mengajar motivasi belajar sangatlah dibutuhkan, baik itu motivasi intrinsik maupun motivasi ekstrinsik. Sebab siswa yang tidak memiliki motivasi dalam belajar tidak akan mungkin melakuakan aktivitas belajar, sehingga akan sangat berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa di sekolah. 2.1.3 Fungsi Motivasi Belajar Pembelajaran akan berhasil manakala siswa memiliki motivasi dalam belajar. Oleh sebab itu, menumbuhkan motivasi belajar siswa, merupakan salah satu tugas dan tanggungjawab guru. Guru yang baik dalam mengajar selamanya akan berusaha mendorong siswa untuk beraktivitas mencapai tujuan pembelajaran. Ada tiga fungsi motivasi belajar menurut (Oemar Hamalik, 2002. Dalam bukunya Fathurrohman Pupuh, 2007: 20), antara lain; a. Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang melepaskan energy. Motivasi dalam hal ini merupakan langkah penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan. b. Menentukan arah perbuatan yakni kearah tujuan yang hendak dicapai. Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya. c. Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatanperbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut. Di samping itu, ada juga fungsi-fungsi lain. Motivasi dapat berfungsi sebagai pendorong usaha dan pencapaian prestasi. Seseorang melakukan suatu usaha karena
adanya motivasi. Adanya motivasi yang baik dalam belajar akan menunjukkan hasil yang baik. Dengan kata lain, dengan adanya usaha yang tekun dan terutama didasari adanya motivasi, maka seseorang yang belajar itu akandapat melahirkan prestasi yang baik. Intensitas motivasi seorang siswa akan sangat menentukan tingkat pencapaian prestasi belajarnya. 2.1.4 Prinsip-prinsip Motivasi belajar Dalam penerapan motivasi belajar untuk memperoleh hasil pembelajaran yang optimal, perlu diperhatikan prinsip-prinsip penerapan motivasi. Dari hasil penelitiannya Kenneth H. Hoover (Oemar Hamalik, 1995. Dalam bukunya Sanjaya Wina, 2009: 258-261) mengemukakan sejumlah prinsip sebagai berikut; a. Pujian lebih efektif daripada hukuman. Hukuman bersifat menghentikan suatu perbuatan, sedangkan pujian bersifat menghargai hasil kerja yang dilakukan. Oleh karena itu, memberikan pujian akan lebih efektif untuk membangkitkan motivasi belajar. b. Para siswa membutuhkan psikologis yang bersifat dasar yang perlu mendapat kepuasan. Siswa berbeda-beda dalam upaya memenuhi kebutuhan tersebut bagi siswa yang dapat memenuhi kebutuhannya secara efektif melalui kegiatankegiatan belajar lebih sedikit memerlukan bantuan dibandingkan dengan siswa yang tidak dapat memenuhi kebutuhannya itu. c. Dorongan yang muncul dari dalam (Intrinsik), lebih efektif dibandingkan dengan dorongan yang muncul dari luar (Ekstrinsik), dalam menggerakkan motivasi belajar siswa.
d. Tindakan-tindakan atau respons siswa yang sesuai dengan tujuan, perlu diberikan penguatan untuk memantapkan hasil belajar. Penguatan itu sangat penting artinya untuk membangkitkan motivasi belajar siswa melalaui penguatan siswa akan merespons ulang setiap kali muncul stimulus. e. Motivasi mudah menular kepada orang lain. Guru yang mengajar penuh antusias dapat membangkitkan motivasi belajar siswa, sehingga dapat mendorong kepada temannya yang lain untuk meningkatkan motivasi belajarnya. f. Pemahaman siswa yang jelas terhadap tujuan dapat membangkitkan motivasi belajar siswa. Oleh karena itu, siswa perlu tahu arah dan tujuan pembelajaran. g. Minat siswa untuk menyelesaikan tugas-tugas yang dibebankan oleh diri sendiri, akan lebih besar dibandingkan dengan tugas yang dibebankan oleh orang lain. Guru perlu mempertimbangkan pemberian tugas yang sesuai dengan minat siswa sehingga siswa tidak merasa terpaksa untuk mengerjakannya. h. Berbagai macam penghargaan seperti ganjaran yang diberikan dari luar kadangkadang diperlukan untuk merangsang minat belajar siswa. Guru perlu memberikan penghargaan yang wajar sebagai upaya meningkatkan motivasi belajar siswa. i.
Penerapan strategi pembelajaran yang bervariasi dapat meningkatkan motivasi belajar siswa. Guru perlu memahami dan mampu menerapkan berbagai strategi pembelajaran sesuai dengan tujuan yang dicapai.
j.
Minat khusus yang dimiliki siswa akan sangat bermanfaat dalam meningkatkan motivasi belajar siswa manakala dihubungkan dengan materi pelajaran yang akan disampaikan.
k. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan untuk merangsang minat siswa yang tergolong lamban, ternyata kurang bermanfaat untuk siswa yang tergolong cepat belajar. Dalam mengembangkan berbagai teknik untuk merangsang minat belajar siswa, guru perlu memperhatikan kondisi siswa. l.
Tidak semua kecemasan berdampak negativ terhadap motivasi belajat siswa. Kecemasan dan prustasi yang berkadar lemah justru dapat membangkitkkan motivasi belajar siswa. Keadaan emosi yang lemah dapat membuat siswa lebih energik dalam meneyelesaikan tugas. Guru hendaknya memerhatikan keadaan semacam ini supaya dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan efektifitas pembelajaran.
m. Keadaan psikologis yang serius seperti kecemasan dan emosi yang berat dapat menyebabkan kesulitan siswa dalam belajar. n. Tugas-tugas yang terlalu sulit untuk dikerjakan akan menyebabkan frustasi kepada siswa, bahkan dapat mengakibatkan munculnya efek-efek negativ, seperti munculnya perbuatan-perbuatan
menyimpang
(misalnya
menyontek atau
mencontoh). Oleh sebab itu, guru perlu mempertimbangkan setiap tugas yang diberikan kepada siswa o. Setiap siswa memiliki kadar emosi yang berbeda. Ada siswa yang bertambah giat belajar setelah mengalami kegagalan, dan sebaliknya ada siswa yang justru
semakin tenggelam disebabkan kegagalan. Oleh sebab itu, dalam upaya mengembangkan motivasi siswa, guru perlu membina stabilitas emosi setiiap siswa. p. Pengaruh kelompok sebaya pada umumnya lebih efektif dibandingkan pengaruh orang dewasa dalam membangkitkan motivasi belajar siswa bagi para remaja. Oleh sebab itu, dalam membimbing belajar, guru perlu mengarahkan pada nilainilai kelompok. q. Motivasi berhubungan dengan peningkatan kreativitas. Oleh karena itu, setiap motivasi belajar yang dimiliki siswa dapat diarahkan untuk membangkitkan kreativitas siswa. Dari beberapa penjelasan diatas mengenai prinsip-prinsip motivasi belajar, dapat disimpulkan bahwa peran guru sangatlah dibutuhkan dalam menerapakan prinsip-prinsip motivasi belajar pada setiap peserta didik. Seperti halnya menerapkan berbagai strategi pembelajaran yang bervariasi dalam proses pembelajaran, memberikan pujian-pujian yang dapat menumbuhkan semangat belajar peserta didik, dan juga memberikan ganjaran-ganjaran yang bersifat mendidikdapat meningkatkan motivasi belajar siswa. 2.1.5 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar Dalam aktivitas belajar, seorang individu membutuhkan suatu dorongan atau motivasi sehingga sesuatu yang diinginkan dapat tercapai. Terkait dengan hal tersebut, maka Mudjiono dan Dimyati (2009: 109-112) mengemukakan bahwa faktorfaktor yang mempengaruhi motivasi belajar antara lain:
1. Cita-cita atau Aspirasi siswa Cita-cita merupakan satu kata tertanam dalam jiwa seorang individu. Cita-cita merupakan angan-angan yang ada di imajinasi seorang individu, dimana cita-cita tersebut dapat dicapai akan memberikan suatu kemungkinan tersendiri pada individu tersebut. Adanya cita-cita juga diiringi oleh perkembangan akal, moral, kemauan, bahasa, dan nilai-nilai kehidupan. Timbulnya cita-cita juga dibarengi oleh perkembangan kepribadian individu yang akan menimbulkan motivasi yang besar untuk meraih cita-cita atau kegiatan yang diinginkan. Cita-cita akan memperkuat motivasi
intrinsik
maupun
ekstrinsik.
Sebab
suatu
cita-cita
akan
mewujudkanaktualisasi diri. 2. Kemampuan Siswa Kemampuan dan kecakapan setiap individu akan memperkuat adanya motivasi. Kemampuan yang dimaksud adalah kemampuan membaca, memahami sehingga dorongan yang ada pada diri individu akan makin tinggi, bahkan kemampuan akan memperkuat motivasi anak untuk melaksanakan tugas-tugas perkembangan. 3. Kondisi Siswa Kondisi siswa yang meliputi kondisi rohani dan jasmani mempengaruhi motivasi belajar. Seorang siswa yang sedang sakit, lapar, atau marah-marah akan mengganggu perhatian belajar. Sebaliknya, seorang siswa yang sehat, kenyang, dan gembira akan mudah memusatkan perhatian. Dengan kata lain, kondisi jasmani dan rohani siswa berpengaruh pada motivasi belajar siswa.
4. Kondisi Lingkungan Siswa Lingkungan siswa dapat berupa keadaan alam, lingkungan tempat tinggal, pergaulan sebaya, dan kehidupan kemasyarakatan. Sebagai anggota masyarakat maka siswa dapat terpengaruh oleh lingkungan sekitar. Bencana alam, tempat tinggal yang kumuh, ancaman rekan yang nakal, perkelahaian antarsiswa, akan mengganggu kesungguhan belajar. Sebaliknya, kampus sekolah yang indah, pergaulan siswa yang rukun, akan memperkuat motivasi belajar. Oleh karena itu, kondisi lingkungan sekolah yang sehat, kerukunan hidup, ketertiban pergaulan perlu dipertinggi mutunya. Dengan lingkungan yang aman, tentram, tertib, dan indah, maka semangat dan motivasi belajar mudah diperkuat. 5. Unsur-unsur Dinamis dalam Belajar dan Pembelajaran Siswa memiliki perasaan, perhatian, kemauan, ingatan, dan pikiran yang mengalami perubahan berkat pengalaman hidup. Pengalaman dengan teman sebayanya berpengaruh pada motivasi dan perilaku belajar. Lingkungan siswa yang berupa lingkungan alam, lingkungan tempat tinggal, dan pergaulan juga mengalami perubahan. Lingkungan budaya siswa yang berupa surat kabar, majalah, radio, televisi, dan film semakin menjangkau siswa. Kesemua lingkungan tersebut mendinamiskan motivasi belajar. Misalnya dengan melihat tayangan televisi tentang pembangunan bidang perikanan di Indonesia Timur, maka seorang siswa tertarik minatnya untuk belajar dan bekerja dibidang perikanan. Oleh karena itu, guru profesional diharapkan mampu memanfaatkan surat kabar, majalah, siaran radio, televisi, dan sumber belajar disekitar sekolah untuk memotivasi belajar.
6. Upaya Guru dalam Membelajarkan Siswa Guru adalah seorang sosok yang dikagumi dan insan yang mempunyai peranan penting dalam dunia pendidikan. Seorang guru dituntut untuk profesional dan memiliki keterampilan dalam mengajar. Misalnya dengan menggunakan katakata yang arif pada siswa kelas I SD, seperti “suaramu membaca sangat merdu” maka pujian guru tersebut dapat menimbulkan kegemaran membaca, sehingga motivasi yang dimiliki oleh siswa untuk membaca semakin tinggi. 1.1.6 Strategi Meningkatkan Motivasi Belajar Ada beberapa strategi untuk meningkatkan motivasi belajar siswa dalam kegiatan belajar di sekolah, seperti yang oleh diungkapkan oleh Fathurrohman dan Sutikno (2007:20-21), motivasi belajar siswa dapat ditumbuhkan melalui beberapa cara yaitu; 1. Menjelaskan tujuan belajar kepada peserta didik. Pada permulaan belajar mengajar seharusnya terlebih dahulu seorang guru menjelaskan mengenai Tujuan Intrksional Khusus yang akan dicapainya kepada siswa. Makin jelas tujuan maka makin besar pula motivasi dalam belajar. 2. Hadiah. Hadiah akan memacu semangat mereka untuk bisa belajar lebih giat lagi. Berikan hadiah untuk siswa yang berprestasi. Disamping itu, siswa yang belum berprestasi akan termotivasi untuk bisa mengejar siswa yang berprestasi. 3. Saingan/Kompetisi
Guru
berusaha
mengadakan
persaingan
di
antara
siswanya
untuk
meningkatkan prestasi belajarnya, berusaha memperbaiki hasil prestasi yang telah dicapai sebelumnya. 4. Pujian. Siswa yang berprestasi sudah sewajarnya untuk diberikan penghargaan atau pujian. Pujian yang diberikan bersifat membangun. Dengan pujian siswa akan lebih termotivasi untuk mendapatkan prestasi yang lebih baik lagi.
5. Hukuman Cara meningkatkan motivasi belajar dengan memberikan hukuman. Hukuman akan di berikan kepada siswa yang berbuat kesalahan saat proses belajar mengajar. Hukuman ini diberikan dengan harapan agar siswa tersebut mau merubah diri dan berusaha memacu motivasi belajarnya. Bentuk hukuman yang diberikan kepada siswa adalah hukuman yang bersifat mendidik seperti mencari artikel, megarang dan lain sebagainya. 6. Membangkitkan dorongan kepada peserta didik untuk belajar. Strateginya adalah dengan memberikan perhatian maksimal ke peserta didik. Selain itu, guru juga dapat membuat siswa tertarik dengan materi yang disampaikan dengan cara menggunakan metode yang menarik dan mudah dimengerti siswa. 7. Membentuk kebiasaan belajar yang baik.
Kebiasaan belajar yang baik dapat di bentuk dengan cara adanya jadwal belajar. 8. Membantu kesulitan belajar peserta didik, baik secara individual maupun kelompok. Membantu kesulitan peserta didik dengan cara memperhatikan proses dan hasil belajarnya. Dalam proses belajar terdapat beberapa unsur antara lainpenggunaan metode untuk menyampaikan materi kepada para siswa. Metode yang menarik yaitu dengan menggunakan gambar atau tulisan warna-warni akan menarik siswa untuk mencatat dan mempelajari materi yang telah disampaikan.
9. Menggunakan metode yang bervariasi. Meningkatkan motivasi belajar dengan mengguanakan metode pembelajaran yang variasi. Metode yang bervariasi akan sangat membantu dalam proses belajar dan mengajar. Dengan adanya metode yang baru akan mempermudah guru untuk menyampaikan materi pada siswa. 10. Menggunakan media pembelajaran yang baik, serta harus sesuai dengan tujuan pembelajaran. Tiap peserta didik memiliki kemampuan indera yang tidak sama, baik pendengaran maupun penglihatannya, demikian juga kemampuan berbicara. Ada yag lebih senang membaca dan sebaliknya. Dengan variasi penggunaan media, kelemahan indera yang dimiliki tiap peserta didik dapat dikurangi.Untuk menarik perhatian anak misalnya, guru dapat memulai dengan berbicara lebih dulu, kemudian menulis
dipapan tulis, dilanjutkan dengan melihat contoh konkrit. Dengan variasi seperti itu, maka diharapkan dapat memberi stimulus terhadap indera peserta didik. Hal senada juga diungkapkan oleh Sanjaya Wina (2009:261-263) mengenai upaya yang harus dilakukan guru untuk meningkatkan motivasi belajar siswa, diantaranya; 1. Memperjelas tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. 2. Membangkitkan minat belajar siswa dengan cara menghubungkan bahan pelajaran yang akan dipelajari dengan kebutuhan siswa, menyesuaikan materi pelajaran dengan tingkat pengalaman dan kemampuan siswa, serta menggunakan berbagai model dan strategi pembelajaran secara bervariasi. 3. Menciptakan
suasana
yang
menyenangkan
dalam
belajar,
misalnya
mengusahakan agar kelas selamanya dalam suasana hidup dan segar, terbebas dari rasa tegang, dengan cara guru harus sekali-kali dapat melakukan hal-hal yang lucu. 4. Memberikan pujian yang wajar terhadap setiap keberhasilan siswa. Misalnya, senyuman dan anggukan yang wajar, atau mungkin dengan tatapan mata yang meyakinkan. 5. Memberikan penilaian terhadap setiap hasil pekerjaan siswa. Penilaian harus dilakukan secara objektif sesuai dengan kemampuan siswa masing-masing. 6. Berilah komentar terhadap hasil pekerjaan siswa.
7. Menciptakan persaingan dan kerjasama. Persaingan atau kompetisi yang sehat dapat memberikan pengaruh yang baik untuk keberhasilan proses pembelajaran siswa. Pendapat lain juga mengungkapkan ada beberapa cara yang harus dilakukan oleh guru dalam meningkatkan motivasi belajar siswa di sekolah, seperti yang diungkapkan oleh Sardiman (2011: 92-95), yaitu dengan cara memberi angka, hadiah, saingan/kompetisi, Ego-involvement, memberi ulangan, mengetahui hasil, pujian, hukuman, hasrat untuk belajar, minat, serta tujuan yang diakui. Lain halnya dengan yang diungkapkan oleh Hanafiah dan Suhana (2009: 28) mengenai beberapa cara untuk membangkitkan motvasi belajar, diantaranya: (a.)
Peserta didik memperoleh pemahaman yang jelas mengenai proses
pembelajaran. (b.) Peserta didik memperoleh kesadaran diri terhadap pembelajaran. (c) Menyesuaikan tujuan pembelajaran dengan kebutuhan peserta didik. (d) Memberi sentuhan lembut. (e) Memberikan hadiah. (f) Memberikan pujian dan penghormatan. (g) Peserta didik mengetahui prestasi belajarnya. (h) Adanya iklim belajar yang kompetitif secara sehat. (i) Belajar menggunakan multi media dan multi metode. (j) Guru yang kompeten dan humoris. (k) Suasana lingkungan sekolah yang sehat. Dari beberapa penjelasan diatas mengenai strategi untuk meningkatkan motivasi belajar siswa di kelas, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa untuk dapat meningkatkan motivasi belajar siswa di kelas peran guru sangatlah penting. Guru dituntut untuk kreatif dalam mengarahkan segala kemampuannya untuk
menciptakan pembelajaran yang kondusif, sehingga para siswa termotivasi untuk melakukan aktivitas belajar. 2.2
Hakekat Peran Guru
2.2.1 Pengertian Guru Kata guru berasal dari bahasa Sansekerta, guru yang juga berarti secara harfiahnya didefinisikan sebagai “berat” adalah pengajar suatu ilmu. Dalam bahasa Indonesia, guru umumnya merujuk pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik. Dalam definisi yang lebih luas juga, setiap orang yang mengajarkan suatu hal yang baru dapat juga dianggap seorang guru (dalam bukunya Rahmat Abdul, 2010: 19) Menurut UU RI NO 14 TAHUN 2005, Guru adalah pendidik yang professional dengan tugas utama memndidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Menurut Zakiyah Daradjat, guru adalah pendidik profesional karena secara implisit ia telah merelakan dirinya menerima dan memikul sebagian tanggung jawab pendidikan yang terpikul di pundak para orang tua. Selain itu, menurut William, Guru adalah pemegang kendali dalam “kendraan” pendidikan. Sedangkan menurut Supriyadi (1999), Guru adalah orang yang berilmu, berakhlak, jujur dan baik hati, disegani,
serta
menjadi
teladan
bagi
(dalamhttp://carapedia.com/pengertian_definisi_guru_info2159.html).
masyarakat.
Dari beberapa penjelasan diatas maka penulis dapat mengambil kesimpulan, bahwa guru adalah figur seorang pemimpin profesional, yang memiliki tugas dan tanggung jawab sebagai seorang pengajar, pendidik dan pembimbing siswa, serta rela menerima dan memikul tanggung jawab sebagai orang tua kedua dari setiap peserta didik. Guru adalah salah satu faktor yang menentukan kunci keberhasilan sebuah lembaga pendidikan, khususnya di sekolah dasar. Guru pula yang memberi dorongan agar peserta didik berani berbuat benar, dan membiasakan mereka untuk bertanggung jawab terhadap setiap perbuatannya. 2.2.2 Ciri-ciri Guru Profesional Profesionalisme bukan sekedar menguasai teknologi dan manajemen tetapi lebih merupakan sikap, pengembangan profesionalisme lebih dari seorang teknisi, bukan hanya memiliki keterampilanyang tinggi tetapi memiliki suatu ttingkah laku yang sesuai dengan yang dipersyaratkan. Adapun ciri-ciri guru profesional yang dikutip
(dalam
http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2259670-ciri-ciri-
guru-profesional.html), antara lain; 1. Para guru dituntut mampu bercakap-cakap sesuai keahlian serta tugas-tugas khusus keguruannya. Kecakapan atau keahlian seorang pekerja professional bukan sekedar hasil pembiasaan atau latihann. Tetapi perlu disadari oleh wawasan keilmuan yang matang. 2. Memiliki otonomi dan rasa tanggung jawab. Seorang guru yang professional selain ahli dalam bidang mengajar dan mendidik, ia juga harus memiliki otonomi dalam artian sebagai suatu sikap yang professional yang disebut dengan
kemandirian. Sedangkan pengertian pertanggung jawaban menurut ilmu mendidik mengandung arti bahwa seseorang memberi pertanggung jawaban dan ketersediaan untuk dimintai pertanggung jawaban. Tanggung jawab mengandung makna multidimensional, ini berarti bertanggung jawab terhadap diri sendiri, terhadap siswa, orang tua, lingkungan sesama, serta tuhan Yang Maha Esa. 3. Para guru yang profesional juga dituntut untuk berwawasan sosial yang luas, sehingga pilihan jabatan serta kerjanya didasari oleh kerangka nilai, serta bersikap positif terhadap profesi dan perannya sebagai guru dan bermotivasi untuk lebih berkarya dengan sebaik-baiknya. 4. Guru yang mempunyai kepribadian yang baik, diantarnya yaitu guru yang mempunyai akhlakul karimah. 5. Jabatan tersebut mendapat pengakuan dari masyarakat dan atau Negara. Seorang guru yang profesional juga memiliki kemampuan atau kompetensi yaitu seperangkat kemampuan sehingga dapat mewujudkan kinerja profesionalnya. Vembrianto, el al, (dalam bukunya Alma Buchari, 2008: 141-142), mengemukakan bahwa kemampuan yang perlu dimiliki guru dalam melaksanakan tugas pokoknya ialah; a. Kemampuan Paedagogik Kemampuan
pedagogik
adalah
kemampuan
mengelola
pembelajaran.Ini
mencakup konsep kesiapan mengajar yang ditunjukan oleh penguasaan pengetahuan dan keterampilan mengajar.Mengajar merupakan pekerjaan yang kompleks dan sifatnya multidimensional.
b. Kemampuan kepribadian Kemampuan kepribadian adalah kemampuan yang stabil, dewasa, arif, berwibawa, menjadi teladan, dan berakhlak mulia. Guru sebagai teladan akan mengubah perilaku siswa, guru adalah panutan. Guru yang baik akan dihormati dan disegani oleh siswa. Jadi guru harus bertekad mendidik dirinya sendiri dulu sebelum mendidik orang lain. Pendidikan melalui keteladananadalah pendidikan yang paling efektif. Guru yang disenang, otomatis mata pelajaran yang ia ajarkan akan disenangi oleh siswa, dan siswa akan bergairah dan termotivasi sendiri mendalami mata pelajaran tersebut. Sebaliknya guru yang dibenci oleh murid, akan tidak senang dengan mata pelajaran yang dipegang oleh guru, dan membentuk sikap antipati terhadap mata pelajaran yang dipelajari tersebut.
c. Kemampuan professional Kemampuan profesional adalah kemampuan penguasaan materi pelajaran secara luas dan mendalam, serta metode dan teknik mengajar yang sesuai yang dipahami oleh murid, mudah ditangkap, tidak menimbulkan kesulitan dan keraguan. d. Kemampuan sosial Kemampuan social adalah kemampuan guru untuk berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sekolah dan di luar lingkungan sekolah. Guru profesional berusaha mengembangkan komunikasi dua arah yang berkelanjutan antara sekolah dan orang tua, serta masyarakat pada umumnya.
Seorang guru juga diharapkan memiliki jiwa entre-preneurship, yang berarti ia seorang yang kreatif, inovatif selalu bisa mencari solusi dari setiap permasalahan, menciptakan sesuatu yang baru, dan memiliki motivasi tinggi. 2.2.3 Tugas dan Peranan Guru dalam Proses Belajar Mengajar Bila ditelusuri secara mendalam, proses belajar mengajar yang merupakan inti dari proses pendidikan formal disekolah di dalamnya terjadi interaksi antara berbagai komponen pengajaran. Komponen-komponen itu menurut Ali Muhammad (2008: 4) dapat dikelompokkan ke dalam tiga kategori utama, yaitu: a. Guru, b. Isi atau materi pelajaran, c. Siswa. Interaksi ketiga komponen utama melibatkan sarana dan prasarana, seperti metode, media, dan penataan lingkungan tempat belajar, sehingga tercipta situasi belajar-mengajar yang memungkinkan tercapainya tujuan yang telah direncanakan sebelumnya. Dengan demikian, guru yang memegang peranan yang sangat penting dalam menentukan kuantitas dan kualitas pengajaran yang dilaksanakannya. Oleh sebab itu, guru harus memikirkan dan membuat perencanaan secara saksama dalam meningkatkan kesempatan belajar bagi siswanya dan memperbaiki kualitas mengajarnya. Guru juga berperan sebagai pengelola proses belajar-mengajar, bertindak selaku fasilitator yang berusaha menciptakan kondisi belajar-mengajar yang efektif sehingga memungkinkan proses beajar-mengajar, mengembangkan bahan pelajaran
dengan baik, dan meningkatkan kemampuan siswa untuk menyimak pelajaran dan menguasai tujuan-tujuan pendidikan yang harus mereka capai. Jika guru dianalogikan dengan sebuah tombak, maka dia adalah tombak bermata dua. Satu mata harus memiliki ketajaman dalam penguasaan materi dan hakekat ilmu yang akan diajarkan, sedangkan satu mata tajam lainnya adalah karena memiliki kemampuan/keteraampilan dalam meramu dan menyajikan materi sehinnga siswa dapat belajar dengan bermakna, serta memberikan kegunaan yang dapat dirasakan dari proses pembelajaran yang diikutinya. Guru adalah figur seorang pemimpin. Guru juga adalah sosok arsitektur yang dapat membentuk jiwa dan watak anak didik. Guru mempunyai kekuasaan untuk membentuk dan membangun kepribadian anak didik menjadi seorang yang berguna bagi agama, nusa, dan bangsa. Mendidik, mengajar, dan melatih anak didik adalah tugas guru sebagai suatu profesi.Tugas guru sebagai pendidik berarti meneruskan dan mengembangkan nilainilai hidup kepada anak didik. Tugas guru sebagai pengajar berarti meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi kepada anak didik. Tugas guru sebagai pelatih bararti mengembangkan keterampilan dan menerapkannya dalam kehidupan demi masa depan anak didik. Sebagai pendidik guru
harus berlaku membimbing dalam arti menuntun
sesuai dengan kaidah yang baik dan mengarahkan perkembangan anak didik sesuai dengan tujuan yang dicita-citakan, termasuk dalam hal ini yang terpenting ikut memecahkan persoalan-persoalan dan kesulitan-kesulitan yang dihapi anak didik.
Dengan demikian, diharapkan menciptakan perkembangan yang lebih baik dari pada diri siswa, baik perkembangan fisik maupun mental. Dari uraian di atas secara lebih terperinci, Naim Ngainun (2009: 28-29) mengemukakan bahwa peran guru dalam proses pembelajaran diantaranya: 1. Guru sebagai Demonstrator. Dengan perannya sebagai demonstrator atau pengajar, guru hendaknya senantiasa menguasai bahan atau materi pelajaran yang akan diajarkannya
serta senantiasa
mengembangkan dan meningkatkan
kemampuannya. Selain itu, guru juga harus mampu membantu perkembangan anak didik untuk dapat menerima, memahami serta menguasai ilmu pengetahuan. Untuk mencapai hal tersebut, guru harus selalu memotivasi siswanya agar senantiasa belajar dalam berbagai kesempatan. 2. Guru sebagai pengelola kelas. Dalam perannya sebagai pengelola kelas, guru hendaknya mampu mengelola kelas sebagai lingkungan belajar serta merupakan aspek dari lingkungan sekolah yang perlu diorganisasi. Lingkungan ini diatur dan diawasi agar kegiatan-kegiatan belajar terarah kepada tujuan-tujuan pendidikan. 3. Guru sebagai mediator dan fasilitator. Sebagai mediator, guru hendaknya memiliki pengetahuan dan pemahaman yang cukup tentang media pendidikan, karena media merupakan alat komunikasi untuk lebih mengefektifkan proses belajar mengajar. Selain memiliki pengetahuan tentang media, guru juga harus memiliki keterampilan memilih dan menggunakan serta mengusahakan media yang dipilih dengan baik. Sebab, memilih dan menggunakan media haruslah sesuai dengan tujuan, materi, metode, evaluasi dan kemampuan guru serta minat
dan kemampuan siswa. Pemilihan mediayang tidak tepat akan berakibat kurang maksimalnya hasil pembelajaran. 4. Guru sebagai evaluator. Dalam hubungannya dengan evaluasi yang dilakukan oleh guru, evaluasi yang dilakukan memiliki dua kepentingan yakni untuk mengetahui apakah tujuan pendidikan sudah tercapai dengan baik, dan kedua untuk memperbaiki serta mengarahkan pelaksanaan proses belajar-mengajar. 5. Peran guru sebagai pengadministrasian. Dalam hubungannya dengan kegiatan pengadministrasian, seorang guru dapat berperan sebagai pengambil inisiatif, pengarah, wakil masyarakat, orang yang ahli dalam mata pelajaran, penegak disiplin, dan penilai kegiatan pendidikan. Hal senada juga diungkapkan oleh Djamarah (dalam bukunya Darmadi Hamid,
2010:
40)
bahwa
peran
gurusebagai
pendidik
diantarany;
(1)
Fasilitator.Sebagai fasilitator, guru hendaknya dapat memberikan fasilitas yang memungkinkan kemudahan kegiatan belajar. (2) Motivator. Sebagai motivator, guru mampu mendorong peserta didik agar bergairah dan aktif belajar. (3) Informator. Sebagai informator, guru harus dapat memberikan informasi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi selain sejumlah bahan pelajaran untuk setiap mata pelajaran yang diprogramkan dalam kurikulum. (4) Pembimbing. Sebagai pembimbing,guru mampu membimbing peserta didik menjadi manusia dewasa susila yang cakap. (5) Korektor. Sebagai korektor, guru bisa membedakan mana nilai yang baik dan mana nilai yang buruk.Koreksi yang dilakukan bersifat menyeluruh dari afektif sampai ke psikomotor. (6) Inspirator. Sebagai inspirator, guru menjadi
inspirator/ilham bagi kemajuan belajar peserta didik, petunjuk bagaimana belajar yang baik dan mengatasi permasalahan lainnya. (7) Organisator. Sebagai organisator, guru mampu mengelola kegiatan akademik (belajar). (8) Inisiator. Sebagai inisiator, guru dapat menjadi pencetus ide-ide kemajuan dalam pendidikan dan pengajaran. (9) Demonstrator. Sebagai demonstrator, guru dituntut untuk mampu mendemonstrasikan bahan pelajaran yang susah dipahami oleh setiap peserta didik.(10) Pengelolaan kelas. Guru hendaknya dapat mengelola kelas dengan baik karena kelas adalah tempat terhimpun semua anak didik dan guru dalam rangka menerima bahan pelajaran dari guru. (11) Mediator. Guru menjadi media yang berfungsi sebagai alat komunikasi guna mengefektifkan proses interaktif edukatif. (12) Supervisor. Guru hendaknya dapat memperbaiki, dan menilai secara kritis terhadap proses pengajaran. (13) Evaluator. Guru dituntut untuk menjadi evaluator yang baik dan jujur dengan memberikan penilaian yang menyentuh aspek intrinsik dan ekstrinsik. Dari beberapa penjelasan di atas mengenai peran guru sebagai pendidik dalam proses belajar-mengajar, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa jika seorang guru ingin melaksanakan kegiatan pembelajaran yang kondusif hendaknya guru harus menjalankan semua peran yang seharusnya dilaksanakan oleh setiap pendidik. Sebab keberhasilan suatu proses kegiatan pembelajaran tergantung pada guru itu sendiri, bagaimana cara guru itu mengaktifkan siswa dalam proses KBM, sehingga peserta didik akan temotivasi dalam belajarnya dan dapat melakukan aktivitas belajar sebagaimana yang diharapkan oleh guru.