BAB II KAJIAN TEORITIS
A.
Konsep Pemberdayaan Guru Oleh Kepala Sekolah 1.
Pengertian Pemberdayaan Guru Konsep pemberdayaan berasal dari kata power atau daya sehingga empowerment diartikan sebagai pemberdayaan. Daya mengandung arti kekuatan yang berasal dari dalam, tetapi dapat diperkuat dengan unsurunsur penguatan yang diserap dari luar (Kartasasmita dalam bukunya Sufyarma 2003:63). Menurut Engkoswara (1999:119) mendefinisikan “pemberdayaan merupakan pemanfaatan secara maksimal sumber daya yang ada”. Dalam hal ini berarti pemberdayaan yaitu dapat memanfaatkan segala potensi yang dimiliki agar dapat memiliki nilai guna yang lebih baik. Sedangkan Sufyarma (2003:63) mendefinisikan : “pemberdayaan adalah upaya untuk membangun daya atau potensi manusia dengan upaya mendorong, memotivasi, dan membangkitkan kesadaran akan potensi yang dimilikinya serta berupaya untuk mengembangkannya”. Pemberdayaan dalam hal ini mengandung arti memperkuat potensi atau daya dan berupaya untuk mengembangkannya. Adapun menurut Sedarmayanti (2000:79) konsep pemberdayaan memiliki dua kecenderungan sebagai berikut :
19
Pemberdayaan menekankan pada proses pemberian atau menjalankan sebagian kekuasaan, kekuatan atau kemampuan (power) kepada masyarakat atau individu agar lebih berdaya, proses ini sering disebut sebagai kecenderungan primer dari makna pemberdayaan. Pemberdayaan menekankan pada proses menstimulasi, mendorong, dan memotivasi individu agar mempunyai kemampuan atau keberdayaan untuk menentukan apa yang menjadi pilihan hidupnya. Pemberdayaan merupakan salah satu aspek manajemen dalam
mengoptimalkan sumber daya organisasi sehingga mampu memberikan optimalisasi pada sistem dan kinerjanya. Untuk memperkuat daya atau potensi yang dimiliki diperlukan langkah-langkah nyata, program yang terarah dan menciptakan iklim yang kondusif. Pemberdayaan juga dapat diartikan sebagai upaya yang dilakukan untuk menggerakan kekuatan, tenaga dan pengaruh terhadap orang lain sehingga dapat menjalankan tugas dan tanggung jawabnya dengan baik. Dalam rangka mewujudkan visi dan misi sekolah sesuai dengan paradigma baru
manajemen
pendidikan
diperlukan
pemberdayaan
tenaga
kependidikan secara optimal terutama dalam hal ini adalah seorang guru yang merupakan salah satu sumber daya yang perlu di kelola dan di berdayakan secara profesional oleh kepala sekolah guna meningkatkan mutu pendidikan. Pemberdayaan guru merupakan salah satu langkah yang dilakukan oleh kepala sekolah dalam mengoptimalkan guru sehingga mampu memberikan
kinerjanya
dengan
20
baik
sampai
akhirnya
dapat
mempersembahkan
pelayanan
yang
lebih
efektif
dan
efesien.
Pemberdayaan guru dapat dilakukan melalui penggerakan atau pengaktifan seluruh komponen atau potensi yang dimiliki oleh guru dengan memberikan kekuasaan dan kewenangan yang seluas-luasnya sehingga dapat menunjang produktivitas kerja guru. 2.
Tujuan Pemberdayaan Guru Tujuan pemberdayaan guru pada dasarnya adalah untuk memperbaiki keefektifan kerja organisasi sekolah, dimana melalui proses pemberdayaan ini guru mempunyai kebebasan dalam pelaksanaan tugas, tanggung jawab, serta dalam pengambilan keputusan sehingga guru dapat lebih berkarya dengan inisiatif dan kreatifitasnya dalam mengembangkan mutu organisasi sekolah. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Cook dan Stave (1996) yang dikutip oleh Sedarmayanti (2000:80) yang mengemukakan bahwa : “pemberdayaan merupakan sarana perubahan untuk membantu, memperbaiki baik terhadap kepuasan pelanggan maupun karyawan, dan dengan demikian juga dapat membantu memperbaiki keefektifan organisasi”. Melalui pemberdayaan guru didik untuk mampu menciptakan kondisi profesionalisme dalam menjalankan tugas dan peranannya. Ailen Mitchell Stewart yang diterjemahkan Agus M Harjana (2002:33) mengemukakan tentang tujuan pemberdayaan sebagai berikut : Pemberdayaan memungkinkan organisasi untuk mencapai pelanggan dan tuntutan pasar secara cepat, fleksibel, dan efisien. Hasilnya adalah berkurangnya pemborosan, penundaan, dan kesalahan juga
21
terbagunnya suatu tim kerja dimana staf menjadi sumber daya yang dimamfaatkan secara penuh. Dari beberapa pendapat diatas, maka dapat disimpulkan tujuan pemberdayaan adalah sebagai berikut : a)
Mempercepat produktivitas organisasi Dengan pemberdayaan memungkinkan untuk mengkondisikan segala program organisasi yang telah dibuat dan dapat dijalankan dengan kapasitas yang tepat, hal ini dikarenakan dengan upaya pemberdayaan dapat mengotimalkan seluruh potensi dari setiap sumber daya sehingga masing-masing dapat memberikan mamfaat yang cukup besar terhadap pelaksanaan program yang telah ditetapkan. Potensi dari tiap sumber daya tersebut dioptimalkan melalui kegiatan yang terprogram dan terarah sehingga dapat diaplikasikan dalam kinerjanya.
b)
Fleksibel Pemberdayaan merupakan langkah untuk mengubah sistem kerja yang kaku karena dalam hal ini adanya kebebasan untuk menunjukan daya kreasi dan kreativitas yang dimiliki. Dengan pemberdayaan dapat menciptakan kondisi sistem kerja yang fleksibel sehingga setiap sumber
daya
dapat
memberikan
dan
mempersembahkan
kemampuannya guna meningkatkan produktivitas organisasi.
22
c)
Efisiensi Melalui usaha pengoptimalan potensi dari setiap sumber daya akan mengarahkan setiap organisasi untuk melakukan operasionalnya dengan efisien.
3.
Teknik Pemberdayaan Guru Sondang P Siagian (2002:13) mengemukakan bahwa “pemberdayaan sumber daya manusia merupakan etos kerja yang sangat mendasar yang harus dipegang teguh oleh semua eselon manajemen dalam hierarki pendidikan”. Hal ini menjelaskan bahwa pemberdayaan merupakan tugas manajer yang tidak boleh diabaikan, begitu pula pemberdayaan guru yang harus mendapat perhatian dari kepala sekolah sebagai pimpinan dimana guru merupakan unsur strategik dalam kelangsungan pengembangan organisasi sekolah. Dalam memberdayakan guru terdapat teknik yang dapat dilakukan agar pemberdayaan tersebut berjalan secara efektif dan efisien. Untuk merealisasikan pemberdayaan agar efektif dan efisien berikut ini terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan sebagai upaya kepala sekolah dalam menjalankan pemberdayaan guru, menurut Sallis (1993) yang dikutif oleh Syafaruddin (2002:69) sebagai berikut :
23
a.
b. c.
d. e. f.
g.
Melibatkan guru-guru dan semua staf dalam aktivitas penyelesaian masalah dengan menggunakan metode ilmiah (scientific), dan prinsip pengawasan mutu. Mintalah pendapat dan aspirasi mereka tentang sesuatu dan bagaimana sebuah proyek ditangani, karena itu jangan menggurui mereka. Pahamilah bahwa keinginan untuk perbaikan yang berarti bagi guruguru tidak cocok dengan pendekatan atas-bawah (top down) terhadap manajemen. Pelaksanaan yang sistematis dan komunikasi yang terus menerus dengan melibatkan setiap orang di sekolah. Bangunlah keterampilan-keterampilan dalam mengatasi konflik, penyelesaian masalah dan negosiasi. Berikan pendidikan dan konsep mutu dan pelajaran seperti membangun tim kerja, proses manajemen, pelayanan pelanggan, komunikasi dan kepemimpinan. Berikanlah otonomi dan keberanian mengambil resiko dari para guru dan staf Pemberdayaan guru sebagai sumber daya manusia dalam manjemen
pendidikan mengandung makna seperti yang diungkapkan oleh Sondang P Siagian (2002:13) bahwa “dengan pemberdayaan berarti mengakui harkat dan martabat manusia, mengakui manusia menpunyai hak-hak yang bersifat asasi, penerapan gaya manajemen yang bersifat parsitifatif, perkayaan mutu kekaryaan”. Pada umumnya manusia menginginkan mutu kinerjanya baik, bukan hanya untuk sekedar mencari nafkah namun hal tersebut adalah untuk meningkatkan harkat dan martabatnya. Dalam perkaryaan mutu kekaryaan atau penigkatan mutu kinerja ini terdapat beberapa hal yang harus dilakukan menurut Sondang P Siagian (2002:15) sebagai berikut : a. Penyeliaan atau supevisi yang simpatik b. Pekerjaan yang menantang
24
c. Sistem imbalan yang efektif d. Kondisi fisik tempat bekerja yang menyenangkan e. Sistem umpan balik a.
Penyeliaan atau supervisi yang simpatik Merupakan
cara memimpin bawahan dengan
gaya
yang
situasional. Dalam hal ini kepala sekolah berperan sebagai supervisor atau penyelia yang memberi penugasan, bimbingan, arahan, motivasi dan penghargaan serta teguran terhadap guru dalam pelaksanaan tugasnya sehari-hari. Beberapa aspek yang perlu diperhatikan oleh supervisi antara lain :
Gaya kepemimpinan dalam melaksanakan supervisi
Pemahaman perilaku bawahan
Tanggung jawab
Penggunaan kriteria yang rasional dan objektif dalam pemberian penghargaan dan pemberian sanksi.
b.
Pekerjaan yang menantang Tugas-tugas yang bersifat rutinitas dan mekanistik mungkin akan meninmbulkan kebosanan dan kejenuhan yang akan berakibat pada sering terjadinya kesalahan dan mutu hasil pekerjaan yang rendah. Untuk itu perlu dibina, dengan manajemen yang dapat menghindari pemberian tugas yang sifatnya monoton. Berikut ini menurut Sondang P Siagian (2001:17) terdapat lima cara yang dapat dilakukan agar tidak terjadi kejenuhan antara lain :
25
c.
Pertama, pemamfaatan aneka ragam keterampilan yang dimiliki karyawan. Dalam hal ini karyawan harus didorong untuk memamfaatkan berbagai jenis keterampilan yang dimilikinya. Kedua, kejelasan “identitas” tugas. Artinya para karyawan akan merasa bangga jika mereka dapat menunjukan porsinya dalam keseluruhan suatu tugas pekerjaan, dengan demikian karyawan akan merasa dihargai. Ketiga, signifikan tugas pekerjaan. Maksudnya setiap orang akan merasa bangga jika orang lain mengakui tugas pekerjaannya penting, dalam arti memberikan kontribusi yang signifikan dalam rangka pencapaian tujuan dan sasaran organisasi. Keempat, otonomi dalam melaksanakan pekerjaan. Maksudnya kinerja karyawan akan meningkat apabila diberikan kebebasan untuk menentukan sendiri cara-cara yang paling tepat untuk menyelesaikan tugas dan memecahkan berbagai masalah. Kelima, sistem umpan balik. Maksudnya berfungsi sebagai alat untuk mengetahui hasil penilaian selama ia melaksanakan pekerjaannya, yang nantinya dapat dijadikan sebagai motivasi untuk bekerja lebih baik lagi.
Sistem imbalan yang efektif Sistem imbalan yang efektif tidak hanya dimaksudkan untuk kepentingan pemuasan kebutuhan bersifat fisik, namun juga bersifat sosial, psikologis, mental, dan intelektual.
d.
Kondisi fisik tempat bekerja yang menyenangkan Kondisi fisik yang menyenangkan sangat berperan dalam pemeliharaan kesehatan dan keselamatan kerja dan bahkan juga dalam mencegah terjadinya kejenuhan dan kebosanan.
e.
Sistem umpan balik Sistem umpan balik sangat dibutuhkan oleh karyawan sebagai alat untuk mengetahui hasil penilaian selama ia melaksanakan
26
pekerjaannya, yang nantinya dapat dijadikan sebagai motivasi untuk bekerja lebih baik lagi. Dalam rangka mewujudkan pemberdayaan guru disekolah diperlukan adanya pemberian arahan secara dinamis, pengkoordinasian dalam pelaksanaan tugas, pemberian hadiah (reward) bagi mereka yang berprestasi dan pemberian hukuman bagi mereka yang kurang disiplin dalam melaksanakan tugasnya. 4.
Tahapan Pemberdayaan Guru Berikut ini diungkapkan beberapa tahapan yang dapat dilakukan oleh kepala sekolah dalam pemberdayaan guru sebagaimana dikemukakan oleh Patricia Patton yang dialih bahasakan oleh Anita B Hariyanto (2001:81-84) sebagai berikut : a) b) c) d) e) f) a)
Persiapan pemberdayaan guru Pemberian kepercayaan kepada guru Memberikan petunjuk dan arahan Kejelasan visi organisasi Kesiapan sarana (sumber daya non manusia) Hasil yang diharapkan
Persiapan pemberdayaan Persiapaan pemberdayaan merupakan langkah awal dari tahap pemberdayaan yang harus dilakukan oleh kepala sekolah secara matang, sebab tahap ini akan sangat berpengaruh terhadap hasil akhir yang diperoleh.
27
Beberapa yang harus dipersiapkan yang berkaitan dengan tahap pemberdayaan guru ini antara lain adalah kesiapan komponenkomponen baik material maupun sumber daya manusia yang berhubungan dengan pelaksanaan program atau aktivitas organisasi (sekolah). Dalam hal ini persiapan pemberdayaan guru dapat dilakukan oleh kepala sekolah adalah mempersiapkan guru sebagai komponen utama pelaksana program sekolah beserta sarana dan prasarana sebagai fasilitas
untuk
menunjang
pelaksanaan
program-program
pemberdayaan sehingga dapat terlaksana secara efektif. Terdapat beberapa upaya yang harus diperhatikan oleh kepala sekolah
dalam
tahap
persiapan
pemberdayaan
ini
adalah
mengidentifikasi kesiapan guru untuk menjalankan tugasnya yang harus ditinjau dari beberapa segi seperti: kesiapan dari segi kompetensi yang dimiliki guru, kesiapan dari segi fisik serta psikologis (mental dan emosional), serta komitmen dari guru tersebut. Setelah semuanya teridentifikasi selanjutnya kepala sekolah mengkondisikan kesiapan guru tersebut secara proporsional dan profesional. b) Pemberian kepercayaan kepada guru Ciri utama dari pemberdayaan guru adalah adanya otonomi yang diberikan kepada guru, dimana guru dianggap mampu untuk menjalankan tugas dan tanggug jawabnya dengan baik. Guru seoptimal
28
mungkin harus dapat diikutsertakan dalam setiap aktivitas dan diberikan kesempatan untuk memberikan aspirasinya. Kepala
sekolah
sebagai
pimpinan
harus
memberikan
kepercayaan kepada guru, dan yakin bahwa guru mampu untuk menyelesaikan tugas dan tanggung jawabnya dengan baik karena dengan adanya rasa percaya tersebut akan memudahkan pemberdayaan guru terlaksanakan dan guru-guru pun merasa tidak ragu-ragu dalam mengambil keputusan dan tindakan yang dianggap semestinya harus dilakukan. Dengan pemberian kepercayaan ini guru akan merasa lebih percaya diri dan leluasa untuk mengaktualisasikan kemampuannya dalam pelaksanaan tugas dan tanggung jawabnya. c) Memberikan petunjuk dan arahan Pemberdayaan guru bukan berarti membeiarkan guru-guru menguasai dirinya sendiri atau melakukan apapun sekehendak hatinya, tapi pemberdayaan guru yang sebenarnya adalah kepala sekolah sebagai seorang pemimpin harus mampu memberi petunjuk dan arahan kepada guru dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya. Dalam hal ini kepala sekolah membagikan pengalamannya baik pengetahuan maupun keterampilan yang dimilikinya kepada guru.
29
Dengan demikian kepala sekolah diharapkan dapat memandu guru dalam melaksanakan tugasnya secara optimal. Kepala sekolah senantiasa harus mempersiapkan sistem kerja yang jelas sehingga guru mampu memahami dan dapat menjalankan tugasnya secara optimal, namun sebelumnya guru harus dipersiapkan kemampuan dan keterampilannya sehingga jelas pembinaan dan pengarahannya. Upaya untuk meminimalsir penyimpangan atau kesalahan yang dilakukan guru selama pelaksanaan tugas dan tanggung jawabnya, kepala
sekolah
hendaknya
melakukan
pengawasan
secara
berkesinambungan. d) Kejelasan visi organisasi Adanya kesatuan arah dan tujuan merupakan hal yang penting dalam suatu organisasi guna keselarasan pencapaian tujuan. Dalam pemberdayaan guru diperlukan suatu visi dan misi yang sama antara guru dengan kepala sekolah selaku pimpinan sehingga arah gerak guru memiliki kesamaan. Langkah
yang
perlu
dilaksanakan
adalah
memberikan
pemahaman tentang visi dan misi sekolah kepada guru-guru sehingga perilaku yang ditunjukan adalah perilaku yang sesuai dengan visi dan
30
misi sekolah yaitu perilaku yang menggambarkan program-program sekolah yang telah ditetapkan dan disetujui bersama. Sekolah yang mempunyai visi dan misi yang jelas dan realistis dapat membantu memudahkan tercapainya sasaran yang pasti bagi para guru dalam melakukan aktivitasnya. e) Kesiapan sarana (sumber daya non manusia) Sarana
merupakan
komponen
yang
penting
dalam
pemberdayaan, karena dengan adanya sarana yang memadai akan dapat membantu guru sebagai alat yang dapat mengoptimalkan tugas dan tanggung jawabnya. f)
Hasil yang diharapkan Pemberdayaan akan dirasakan berhasil apabila guru terlebih dahulu mengetahui hasil yang diharapkan dari kegiatan yang dilakukan melalui pemberitahuan tentang tujuan sekolah yang akan dicapai. Dengan mengetahui tujuan tersebut, maka akan memudahkan guru untuk menyelesaikan pekerjaannya sesuai dengan arah dan tujuan yang akan dicapai sekolah.
5.
Tugas dan Peran Guru Moch. Uzer Usman (1995:6) mengemukakan bahwa “Guru memiliki banyak tugas, baik yang terkait oleh dinas maupun luar dinas dalam bentuk pengabdian”. Apabila dikelompokkan terdapat tiga jenis tugas guru yakni :
31
tugas dalam bidang profesi, tugas kemanusiaan, dan tugas dalam bidang kemasyarakatan. Tugas guru sebagai profesi meliputi : mendidik, mengajar, dan melatih. Mengajar berarti meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), mendidik berarti meneruskan dan mengembangkan
nilai-nilai
hidup,
sedangkan
melatih
berarti
mengembangkan keterampilan-keterampilan peserta didik. Tugas dalam bidang kemanusiaan, hendaknya seorang guru disekolah harus bisa menjadikan dirinya orang tua kedua yang mampu menarik simpati sehingga menjadi idola siswanya. Pelajaran apapun yang diberikan hendaknya dapat menjadi motivasi bagi siswanya dalam belajar. Proses pembelajaran khususnya yang berlangsung didalam kelas sebagian besar ditentukan oleh peranan guru, peranan guru yang paling dianggap dominan diungkapkan oleh Moch. Uzer Usman (1995:7) antara lain mencakup : a) b) c) d)
Peran guru dalam proses belajar mengajar Peran guru dalam pengadministrasian Peran guru secara pribadi Peran guru secara psikologis
a) Peran guru dalam proses belajar mengajar
Sebagai demontrator. Guru hendaknya senantiasa menguasai bahan atau materi pelajaran yang akan diajarkan dan senantiasa
32
mengembangkannya, dalam arti meningkatkan kemampuannya dalam hal ilmu yang dimilikinya yang akan menentukan hasil belajar yang akan dicapai peserta didik.
Sebagai pengelola kelas. Guru hendaknya mampu mengelola kelas sebagai lingkungan belajar serta merupakan aspek dari lingkungan sekolah yang perlu diorganisasikan. Sebagai manajer guru bertanggung jawab memelihara lingkungan fisik kelasnya agar senantiasa menyenangkan untuk belajar dan mengarahkan atau membimbing proses-proses intelektual dan sosial didalam kelasnya. Dengan demikian guru tidak hanya memungkinkan peserta didik belajar, tetapi juga mengembangkan kebiasaan bekerja dan belajar secara efektif di kalangan peserta didik.
Sebagai mediator dan fasilitator. Sebagai mediator guru hendaknya memiliki pengetahuan dan pemahaman yang cukup tentang media pendidikan karena media pendidikan merupakan alat komunikasi untuk lebih mengefektifkan proses belajar mengajar. Selain itu guru harus memiliki keterampilan memilih dan menggunakan serta mengusahakan media dengan baik. Sebagai fasilitator guru hendaknya mampu mengusahakan sumber pembelajaran yang berguna serta menunjang pencapaian tujuan
33
dan proses belajar mengajar, baik berupa narasumber, buku tulis, majalah ataupun surat kabar.
Sebagai evaluator. Guru hendaknya mampu dan terampil melaksanakan penilaian, karena dengan penilaian guru dapat mengetahui prestasi siswa setelah melaksanakan proses belajar mengajar.
b)
Peran guru dalam pengadministrasian Dalam hubungan dengan kegiatan pengadministrasian guru dapat berperan antara lain sebagai berikut : 1.
Pengambil inisiatif, pengarah dan penilai kegiatan pendidikan
2.
Wakil masyarakat yang berarti dalam lingkungan sekolah guru menjadi anggota suatu masyarakat.
3.
Orang yang ahli dalam mata pelajaran
4.
Penegak disiplin, guru senantiasa menjaga agar tercapai suatu kedisplinan disekolah.
5.
Pemimpin generasi muda dalam mempersiapkan diri untuk menjadi anggota masyarakat yang dewasa.
6.
Penerjemah kepada masyarakat, artinya berperan menyampaikan segala perkembangan kemajuan dunia sekolah kepada masyarakat, khususnya masalah pendidikan.
34
c)
Peran guru secara pribadi Dilihat dari segi dirinya atau pribadi, peran guru tersebut mencakup hal sebagai berikut : 1.
Sebagai orang tua kedua siswa, yakni berperan mewakili orang tua murid dalam pendidikan anaknya.
2.
Sebagai teladan, dalam artian senantiasa memberikan contoh yang baik dalam cara berbicara dan berperilaku kepada siswa bahkan kepada seluruh masyarakat.
3.
Sebagai keamanan, maksudnya senantiasa mencarikan rasa aman bagi siswa-siswanya.
4.
Sebagai pelajar dan ilmuwan, yakni senantiasa terus menuntut, mengembangkan dan mengamalkan ilmu pengetahuan.
5.
Sebagai petugas sosial, maksudnya seorang guru harus bisa membantu untuk kepentingan masyarakat.
d)
Peran guru secara psikologis Peran guru secara psikologis dapat dibedakan sebagai berikut : 1.
Seniman dalam hubungan antar manusia
2.
Catalytie Agent, artinya sebagai orang yang mempunyai pengaruh dalam menimbulkan pembaharuan atau sering disebut dengan inovator.
35
3.
Ahli psikologis pendidikan, yakni sebagai petugas psikologis pendidikan yang melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya dengan baik.
4.
Petugas kesehatan mental yang bertanggung jawab terhadap pembinaan kesehatan mental khususnya kesehatan mental siswa.
Sementara itu Zainal Aqib (2002:102) mengemukakan sepuluh kemampuan dasar profesional guru yang harus dikuasai, antara lain sebagai berikut : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Menguasai bahan pembelajaran Mengelola program kegiatan belajar mengajar Mengelola kelas Menggunakan media dan sumber pembelajaran Menguasai landasan-landasan kependidikan Mengelola interaksi belajar mengajar Menilai prestasi siswa untuk kepentingan pengajaran Mengenal fungsi-fungsi dan program pelayanan bimbingan dan penyuluhan 9. Mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah 10. Memahami prinsip-prinsip dan menafsirkan hasil-hasil penelitian pendidikan yang berguna bagi kepentingan pengajaran. 6.
Peran Kepala Sekolah dalam Pemberdayaan Guru Menurut Siagian (Tim Dosen MKDK Pengelolaan Pendidikan 2002:102) mengemukakan “kepemimpinan merupakan motor atau daya penggerak daripada semua sumber-sumber dan alat yang tersedia bagi suatu organisasi”. Dalam dunia pendidikan kepemimpinan merupakan kegiatan dan kemampuan yang dimiliki oleh seseorang dalam mempengaruhi orang lain
36
berupa menggerakan, mengajak, menuntun, dan mengarahkan agar melaksanakan tugasnya sesuai dengan tujuan pendidikan secara efektif dan efisien. Kepala sekolah sebagai seorang pemimpin harus memandang bahwa peran kepemimpinannya merupakan suatu komponen kekuasaan untuk menggerakan kekuatan seluruh tenaga pendidikan yang dipimpinnya untuk melaksanakan dan menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya. Kepala sekolah hendaknya memberikan motivasi positif terhadap bawahannya untuk mendedikasikan dirinya dalam pencapaian tujuan sekolah dengan prestasi yang ditorehkan melalui proses pengajarannya pada kegiatan belajar mengajar. Pemberdayaan merupakan salah satu kewajiban yang memerlukan perhatian khusus dari kepala sekolah. Salah satu bentuk pemberdayaan guru adalah penugasan guru dalam mengajar. Pembagian tugas merupakan strategi kepala sekolah yang lebih mengutamakan setiap tugas agar dapat dilaksanakan dengan baik oleh masing-masing guru. Hal ini sejalan dengan pendapat dari Oteng Sutisna (1983:129) mengemukakan : Penugasan guru adalah menyerahkan kewajiban mengajar pada guruguru, dalam menyerahkan kewajiban itu kepala sekolah harus mempertimbangkan secara seksama latar belakang mengajar, kualifikasi profesional dan minat dari mereka. Penugasan itu juga harus mengembangkan kemampuan mengajar dalam tim, pengajaran yang diindividualisasikan, pengajaran pada kelompok besar dan kecil serta inovasi-inovasi eksperimental lain.
37
Dalam rangka melakukan peran dan fungsinya kepala sekolah harus memiliki strategi yang tepat untuk memberdayakan guru E. Mulyasa (2006:103) mengemukakan “strategi pemberdayaan guru bisa dilakukan melalui kerjasama, memberikan kesempatan guru untuk meningkatkan profesinya dan mendorong keterlibatan guru dalam berbagai kegiatan yang menunjang program sekolah”. Kepala sekolah harus mampu bekerja melalui wakil-wakilnya serta berusaha untuk mempertanggung jawabkan setiap tindakannya, kerja sama ini diperlukan dalam rangka mewujudkan visi, misi dan pencapaian tujuan sekolah. Dalam memberikan kesempatan kepada guru untuk meningkatkan profesinya, kepala sekolah harus berusaha mendorong dan membina setiap guru agar dapat berkembang secara optimal dalam melaksanakan tugas yang diembankan kepadanya. Selain itu kepala sekolah harus berusaha untuk mendorong keterlibatan guru untuk berpartisipasi dalam setiap kegiatan di sekolah. Keterlibatan guru dalam pengambilan keputusan akan membangkitkan rasa kepemilikan yang lebih tinggi terhadap sekolah sehingga hal ini mendorong guru untuk didayagunakan bagi pencapaian hasil yang optimal. Keberhasilan
pendidikan
di
sekolah
sangat
ditentukan
oleh
keberhasilan kepala sekolah dalam mengelola tenaga pendidikan yang
38
tersedia disekolah, terutama dalam hal ini adalah produktivitas dan peningkatan prsetasi kerja guru yang dapat dilakukan dengan meningkatkan perilaku guru di sekolah melalui aplikasi berbagai konsep dan teknik manajemen. Pemberdayaan guru merupakan salah satu manajemen tenaga pendidikan di sekolah yang harus dilaksanakan secara efektif dan efisien guna untuk mencapai hasil yang optimal, namun tetap dalam kondisi yang menyenangkan. Kegiatan pemberdayaan tersebut dapat dilakukan oleh kepala sekolah melalui proses pemberdayaan, antara lain sebagai berikut : 1.
Perencanaan Pemberdayaan Guru Perencanaan pemberdayaan guru merupakan langkah awal yang dilakukan oleh kepala sekolah untuk mempersiapkan terselenggaranya kegiatan pemberdayaan guru dalam rangka mengoptimalkan peran guru disekolah. Pada dasarnya perencanaan pemberdayaan guru merupakan upaya untuk mengkondisikan secara fisik maupun non fisik tentang kondisi sekolah sehingga diharapkan mampu mendukung dan merangsang terwujudnya
pengoptimalisasian
kinerja
menghasilkan prestasi kerja yang maksimal.
39
guru
sehingga
dapat
Secara garis besar terdapat beberapa hal yang harus dipersiapkan oleh seorang kepala sekolah dalam perencanaan pemberdayaan guru tersebut antara lain sebagai berikut : a) Merencanakan aspek yang berkaitan dengan kemampuan guru Merencanakan aspek yang berkaitan dengan kemampuan guru merupakan hal yang harus dilakukan oleh kepala sekolah karena apabila kepala sekolah mempersiapkan kemampuan guru secara optimal, maka hal tersebut akan mendukung terhadap efektifitas pemberdayaan guru. Kepala sekolah dalam hal ini dapat mempersiapkan rencana yang berkaitan dengan peningkatan kemampuan guru seperti melalui pemberian kesempatan kepada guru untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya dengan melibatkan guru untuk aktif
dalam
Musyawarah
Guru
Mata
Pelajaran
(MGMP),
memberikan kesempatan pada guru untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, memberikan kesempatan pada guru untuk mengembangkan pengetahuannya melalui seminar atau penataran maupun dengan memberikan keleluasaan kepada guru untuk mengikuti kegiatan produktif di luar tugas mengajar. Dengan demikian diharapkan guru akan memiliki kesiapan untuk diberdayakan secara optimal.
40
b) Merencanakan aspek yang berkaitan dengan kondisi organisasi Dalam pemberdayaan guru diperlukan kesiapan kondisi organisasi secara matang yang dapat memungkinkan terhadap kelancaran pelaksanaannya. Perencanaan yang berkaitan dengan kondisi organisasi sekolah cenderung lebih diarahkan terhadap kesiapan dan kelengkapan fasilitas pendidikan yang merupakan alat yang dapat digunakan oleh para guru dalam mengoptimalkan kemampuannya menjalankan tugas yang diembankan kepadanya. Dalam hal ini sekolah harus mempersiapkan kelengkapan sarana penunjang pelaksanaan tugas guru, karena kemampuan yang sudah dipersiapkan guru untuk menghasilkan optimalisasi kinerja tidak akan efektif jika tidak diimbangi dengan pengkondisian sarana yang lengkap untuk menjalankan program sekolah. Selain itu, yang paling terpenting adalah terciptanya iklim atau suasana kerja yang kondusif sehingga guru dapat melaksanakan tugasnya dengan nayaman dan tenang. c)
Merencanakan aspek yang berkaitan dengan kebijakan organisasi Kebijakan organisasi merupakan aspek yang menentukan terhadap terwujudnya pemberdayaan guru. Hal ini didasari bahwa kebijakan organisasi merupakan landasan yuridis yang dapat dijadikan pegangan atau bahkan dijadikan sebagai dorongan oleh
41
guru dalam mempersembahkan maksimalisasi kinerja yang dimilikinya. Dalam hal ini kepala sekolah harus dapat membuat kebijakan yang sifatnya fleksibel atau kebijakan yang dapat memberikan keleluasaan
kepada
guru
dalam
mengekspresikan
seluruh
kemampuannya di sekolah. 2.
Pelaksanaan Pemberdayaan Guru Pelaksanaan pemberdayaan guru merupakan suatu kegiatan aplikasi dari rencana-rencana yang telah ditetapkan sehingga mampu mencapai tujuan yang diharapkan. Adapun pelaksanaan pemberdayaan guru tersebut antara lain meliputi : a) Pemberdayaan guru sebagai demonstrator Guru sebagai demontrator berarti seorang guru tersebut berperan sebagai orang yang menyampaikan ilmu pengetahuan kepada peserta didik. Dalam hal ini guru hendaknya menguasai materi pembelajaran dan mengembangkan kemampuannya dalam bidang ilmu pengetahuan yang dimilikinya, hal ini karena akan menentukan hasil belajar yang akan dicapai oleh peserta didik. Dalam upaya pemberdayaan guru sebagai demonstrator, kepala sekolah harus dapat memberikan tanggung jawab penuh kepada guru untuk membuat program perencanaan dan pelaksanaan
42
pembelajaran secara optimal dan memberikan tanggung jawab yang penuh untuk melaksanakan proses belajar mengajar secara efektif. Selain itu juga kepala sekolah harus mendukung kemudahan guru dalam pengadaan media, sumber maupun materi pengajaran yang dibutuhkan. b) Pemberdayaan guru sebagai pengelola kelas Guru sebagai pengelola kelas bertanggung jawab dalam mengelola kelas yang merupakan lingkungan belajar yang perlu diorganisasikan. Dalam hal ini guru bertanggung jawab memelihara lingkungan fisik kelasnya agar senantiasa menyenangkan untuk belajar. Dalam upaya pemberdayaan guru sebagai pengelola kelas kepala sekolah harus bisa memberikan kepercayaan kepada guru untuk menjadi wali kelas dalam mengoptimalkan guru agar dapat memamfaatkannya waktu di kelas secara efektif dan efisien untuk kepentingan pembelajaran. c)
Pemberdayaan guru sebagai fasilitator Guru sebagai fasilitator bertanggung jawab untuk membangun kemudahan belajar kepada peserta didik agar dapat membentuk kompetensi dan mencapai tujuan secara optimal.
43
Dalam upaya pemberdayaan guru sebagai fasilitator kepala sekolah harus dapat memberikan keleluasaan kepada guru untuk membina peserta didik yang berkaitan dengan pengembangan potensi yang dimiliki oleh peserta didik seperti : membina dalam kegiatan ekstrakulikuler, olahraga, perlombaan-perlombaan dan sebagainya, serta memberikan keleluasaan kepada guru untuk memamfaatkan fasilitas yang tersedia di sekolah guna menunjang proses belajar mengajar. d) Pemberdayaan guru sebagai konselor Guru sebagai konselor bertanggung jawab untuk memberikan bimbingan kepada peserta didik yang mengalami kesulitan dalam mengikuti pelajaran. Hal ini penting dilakukan oleh guru dalam menciptakan pemahaman peserta didik terhadap materi yang disampaikan. Dalam hal ini guru berupaya untuk membimbing siswa yang menghadapi kesulitan dalam belajar sampai dia mampu mengatasi masalahnya sendiri. Dalam upaya pemberdayaan guru sebagai konselor kepala sekolah harus dapat mengoptimalkan guru untuk memfungsikan dirinya sebagai guru pembimbing atau penyuluh bagi siswa agar dapat berhasil dalam belajar, serta mengoptimalkan guru untuk
44
mengumpulkan informasi mengenai kemampuan peserta didik yang tidak terlihat langsung dari hasil belajar secara tertulis. e)
Pemberdayaan guru sebagai administrator Guru
sebagai
administrator
untuk
menjalankan
fungsi
administrasi yang berkaitan dengan penyelenggaraan proses belajar mengajar. Hal ini penting dilakukan oleh guru dalam menciptakan ketertiban dalam penyelenggaraan proses belajar mengajar. Dalam menjalankan
administrasi
kelas
guru
berkewajiban
untuk
mengabasen murid, mengisi agenda kelas, dan sebagainya. Dalam upaya pemberdayaan guru sebagai administrator, kepala sekolah
harus
menyediakan
format-format
isian
mengenai
kelengkapan administrasi kelas seperti buku absen siswa, agenda kelas dan sebagainya serta mengoptimalkan guru untuk menyusun kelengkapan data administrasi peserta didik dalam format yang telah disediakan. f)
Pemberdayaan guru sebagai evaluator Guru sebagai evaluator bertanggung jawab untuk mampu menilai proses dan hasil belajar yang telah dicapai oleh peserta didik serta harus mampu memberi umpan balik terhadap keefektifan pembelajaran yang telah dilakukan.
45
Dalam upaya pemberdayaan guru sebagai evaluator, kepala sekolah harus dapat mengoptimalkan guru dalam hal memantau kemajuan belajar setiap peserta didik serta mengoptimalkan guru dalam hal pengembangan sistem evaluasi belajar dan pembelajaran guna kemajuan prestasi peserta didik. 3.
Evaluasi Pemberdayaan Guru Evaluasi pemberdayaan guru diarahkan untuk mengukur sejauh mana keberhasilan pemberdayaan yang dilakukan guru sehingga setiap guru mampu memaksimalkan tugas dan kewajibannya dengan baik.
B.
Konsep Prestasi Kerja Guru 1.
Pengertian Prestasi Kerja Guru Manusia pada hakekatnya memiliki kemampuan untuk berprestasi diatas kemampuan orang lain, dengan motivasi yang dapat mendorongnya untuk melakukan sesuatu baik motivasi dari dirinya sendiri maupun motivasi yang berasal dari lingkungan diluar dirinya. Prestasi kerja merupakan hasil yang telah dicapai oleh seseorang menurut ukuran yang berlaku atas dasar kemampuan dan kemauan yang dimilikinya dalam memahami dan melaksanakan pekerjaan yang menjadi kewajibannya. A.A Anwar Prabu Mangkunegara (2001:67) mengemukakan bahwa “prestasi kerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai
46
oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya”. Prestasi kerja sering diterjemahkan artinya sama dengan kinerja, pelaksanaan kerja, atau penampilan kerja. Seperti yang dijelaskan oleh Sedarmayanti (2001:50) bahwa “performance diterjemahkan menjadi kinerja, juga berati prestasi kerja, pelaksanaan kerja, pencapaian kerja, hasil kerja atau penampilan kerja”. Sementara itu Cooper yang dikutip oleh Sadili Samsudin (2005:159) mendefinisikan “prestasi kerja adalah tingkat pelaksanaan tugas yang dapat dicapai oleh seseorang anggota atau divisi dengan menggunakan kemampuan yang ada dan batasan-batasan yang telah ditetapkan untuk mencapai tujuan organisasi atau perusahaan”. Titik berat tugas seorang guru sebagai tenaga pendidik adalah terletak pada kualitas pelayanan dan usaha yang sungguh-sungguh agar tercapai kinerja yang maksimal. kualitas program pendidikan tidak hanya bergantung pada konsep-konsep program yang cerdas tapi juga pada personil pengajar yang mempunyai kesanggupan dan keinginan untuk berprestasi. Kemampuan guru untuk memberikan kontribusi kepada kepala sekolah dan mampu mewujudkan sesuatu yang berguna bagi dirinya, penuh ide yang kreatif, berwawasan jauh ke depan, dan senantiasa berupaya memacu
47
dan meningkatkan keterampilan serta pengetahuan sehimgga ia dapat memperoleh hasil kerja yang diharapapkan yang merupakan perwujudan dari prestasi kerja guru yang tinggi. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Hasibuan (2001:93) “Prestasi kerja adalah suatu hasil kerja yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas yang dibebankan kepadanya dan didasarkan atas kecakapan, pengalaman, kesungguhan serta waktu”. Begitu pula Idochi Anwar (1984:86) mengemukakan “Prestasi kerja merupakan berapa besar dan berapa jauh tugas-tugas yang telah dijabarkan telah terwujudkan yang menggambarkan pola perilaku sebagai aktualisasi dan komptensi yang dimiliki”. Berdasarkan definisi dari beberapa pendapat ahli diatas, maka prestasi kerja guru dapat diartikan sebagai hasil nyata yang ditunjukan oleh guru dalam menjalankan tugas dan kewajibannya dalam suatu proses kerja sebagai perwujudan dari kompetensi yang dimiliki terutama dalam pemberian pelayanan kepada peserta didik sehingga menghasilkan lulusan yang bermutu. Sejalan dengan hal tersebut Moekijat (1989:87) yang mengutip PP Nomor 10 Tahun 1979 Tentang Penilaian Pelaksanaan Pegawai Negeri Sipil, pasal 4 ayat 2 huruf b dinyatakan bahwa “Prestasi kerja yang dicapai
48
seorang pegawai negeri sipil dalam melaksanakan tugas yang dibebankan kepadanya”. Dalam hal ini prestasi kerja guru diibaratkan sebagai prestasi pegawai negeri sipil yang dapat dilihat sampai sejauh mana guru dapat menjalankan tugas dan kewajiban yang dibebankan kepadanya. Tim Dosen Jurusan Administrasi Pendidikan (2002:105) mengemukakan : “Prestasi kerja merupakan hasil kerja yang diwujudkan seseorang dalam pekerjaannya, apakah suatu pekerjaan itu telah dilaksanakan menurut ketentuan yang berlaku dan kriteria yang ditetapkan”. Dalam melaksanakan segenap aktivitasnya guru harus mempunyai pedoman atau pegangan agar semua aktivitasnya terarah sehingga dapat meningkatkan prestasi kerja guru tersebut. 2.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Kerja Guru Dalam upaya meningkatkan prestasi kerja guru terdapat banyak faktor yang mempengaruhinya, dimana semua faktor-faktor tersebut saling menunjang. Oleh karena itu sebagai seorang pemimpin kepala sekolah harus memperhatikan faktor-faktor yang mempunyai potensi untuk meningkatkan prestasi kerja guru tersebut. Pada dasarnya faktor yang mempengaruhi prestasi kerja guru timbul dari faktor eksternal dan faktor internal. Faktor internal muncul dari dalam diri guru itu sendiri seperti bakat, pengetahuan, dan motivasi. Sedangkan
49
faktor eksternal muncul dari luar diri guru tersebut misalnya lingkungan kerja. Menurut Keith Davis (1964:484) yang dikutip oleh A.A Anwar Prabu Mangkunegara (2001:67) faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi kerja adalah sebagai berikut :
Kemampuan (ability) yang terdiri dari kemampuan potensi (IQ) dan kemampuan reality (knowledge skill). Motivasi yang terbentuk dari sikap (attitude) pegawai dalam menghadapi situasi kerja. Sementara itu Gauzali Syadam (1996:55) mengemukakan “Prestasi
kerja
dipengaruhi
oleh
kecakapan,
keterampilan,
pengalaman,
kesungguhan, dan lingkungan kerjanya sendiri”. Disamping itu, George Strauss dan Leonard Stayles (1986:262) yang dikutip oleh NY L Mulyana mengungkapkan faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi kerja adalah sebagai berikut : a) Pengetahuan tentang pekerjaan, meliputi pengetahuan teoritis dan keterampilan praktis sehubungan dengan pekerjaan. b) Pertimbangan, meliputi kemampuan untuk memperoleh dan menganalisa faktor serta mengadakan pertimbangan yang sehat. c) Sikap, meliputi antusiasme terhadap pekerjaan, loyalitas pada perusahaan dan atasan, kemampuan menerima kritik dan perubahan dalam kebijakan perusahaan. d) Dapat diandalkan, dalam artian dapat dipercaya dalam melaksanakan penugasan dengan teliti dan efektif. e) Kreatifitas, meliputi kemampuan untuk menerapkan imajinasi kepada pekerjaan, mengembangkan rencana-rencana baru, mengurangi biaya dan lain-lain. f) Menghadapi orang lain, meliputi kemampuan bergaul dengan orang lain, kemampuan untuk memerintah dan mempengaruhi orang lain.
50
g) Delegasi, meliputi kemampuan dalam penugasan kerja kepada orang lain dan tanggung jawab. h) Kepemimpinan, meliputi kemampuan merangkul bawahan untuk melaksanakan pekerjaan mereka secara efektif. i) Efisiensi pribadi, meliputi kecepatan, dan efektifitas dalam melaksanakan tugas yang diberikan. Siagian (Yosep Yanwar, 2005:69) mengemukakan terdapat lima belas faktor yang berkaitan dengan prestasi kerja seseorang dalam berorganisasi, antara lain : a. b. c. d. e. f. g. h. i. j. k. l. m. n. o. a.
Sikap yang agresif Daya tahan terhadap tekanan Energi fisik Kreativitas Kepercayaan pada diri sendiri Kemampuan menyesuaikan diri Kepemimpinan Integrasi pribadi Keseimbangan emosional Antusiasme Mutu pekerjaan Prakarsa Kemampuan Komunikasi Ketepatan waktu
Sikap yang agresif. Untuk memperoleh apa yang diharapkan, guru harus memiliki dorongan yang kuat dalam dirinya untuk maju dan berkembang serta didasari dengan niat yang kuat agar dapat tercapai segala harapannya.
b.
Daya tahan terhadap tekanan. Guru yang memiliki daya tahan terhadap tekanan artinya guru dapat bertahan diantara tekanan-tekanan
51
yang muncul dan menimpanya serta dapat mengatasi tekanan-tekanan tersebut dengan baik. c.
Energi fisik. Guru memiliki kondisi fisik yang prima akan senantiasa memiliki kekuatan atau energi untuk menyelesaikan tugasnya dengan baik sehingga kinerja yang ditunjukan dapat optimal dan hal ini dapat dijadikan sebagai upaya untuk meningkatkan prestasi kerja guru.
d.
Kreativitas. Kreativitas seorang guru sangat dibutuhkan dalam menjalankan dan tanggung jawabnya terutama dalam tugasnya sebagai pengajar, dimana guru dalam kegiatan belajar mengajarnya harus menggunakan metode yang bervariasi agar siswanya terstimulus dan memiliki motivasi untuk meningkatkan prestasi belajarnya.
e.
Kepercayaan pada diri sendiri. Rasa percaya diri guru akan tumbuh manakala guru diberikan kesempatan untuk mewujudkan kemampuan yang dimilikinya. Salah satu cara yang efektif untuk menumbuhkan rasa percaya diri seorang guru adalah melaui pendelegasian wewenang yang dapat dilakukan kepala sekolah kepada guru sebagai wujud rasa kepercayaan kepala sekolah terhadap kemampuan guru.
f.
Kemampuan menyesuaikan diri. Kemampuan dalam menyesuaikan diri yang dimiliki oleh guru dapat memudahkan guru dalam pelaksanaan segala tugas dan tanggung jawabnya, dimana guru dapat bekerja sama dengan siapapun baik dengan atasan maupun dengan
52
rekan sehingga memudahkan dalam penyelesaian tugasnya dengan baik. g.
Kepemimpinan. Guru harus memiliki jiwa kepemimpinan dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya karena dengan jiwa kepemimpinan yang dimilikinya guru dapat mengarahkan segala kemampuannya
sehingga
menjadi
alat
yag
penting
dalam
meningkatkan prestasi kerjanya. h.
Integrasi pribadi. Segenap aspek yang terdapat dalam diri guru yang bersangkutan baik jasmani maupun rohani yang terjalin dalam suatu keselarasan hidup merupakan integrasi pribadi yang harus dimiliki oleh guru. Dengan adanya integrasi yang kokoh dan selaras, maka akan mendorong terjalinnya loyalitas, dedikasi, dan prestasi kerja guru tersebut.
i.
Keseimbangan emosional. Keseimbangan emosional yang dimiliki guru merupakan pencerminan diri guru selaku orang dewasa karena dengan dimilikinya keseimbangan emosional akan sangat berpengaruh terhadap keselarasan iklim kerja sehingga akan memudahkan guru untuk meningkatkan kinerjanya yang pada akhirnya dan dapat meningkatkan prestasi kerja guru tersebut.
j.
Antusiasme. Guru yang memiliki antusiasme akan senantiasa meningkatkan kinerjanya dalam menjalankan segala tugas dan
53
tanggung jawabnya. Hal ini harus selalu ditumbuhkan dalam jiwa setiap guru sebagai upaya untuk meningkatkan prestasi kerjanya. Sikap antusiasme dapat tumbuh melalui pendekatan sebagai berikut :
Kepemimpinan yang efektif, partisipatif, dan edukatif
Suasana kerja yang demokratis dan kondusif
Penilaian yang rasional dan objektif oleh pimpinan
Proses bimbingan yang tepat dan kontinyu
Penghargaan yang wajar dalam hal keberhasilan melaksanakan tugasnya dengan baik.
Cara menegur dan memberikan nasehat yang tepat, baik dari segi tata bahasa maupun waktunya.
k.
Adanya keseimbangan antara tugas dan tanggung jawab
Adanya kesimbangan antara hak dengan kewajiban
Adanya jaminan masa depan yang lebih cerah
Mutu pekerjaan. dalam setiap aktivitasnya guru harus senantiasa berorientasi pada hasil pekerjaan yang bermutu dengan menjalankan pekerjaan sebaik-baiknya sehingga sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Hal ini merupakan wujud dari pencapaian prestasi kerja yang ditunjukan guru.
l.
Prakarsa. Prakarsa yang dimiliki guru selaku bawahan dari kepala sekolah harus senantiasa dipupuk dan dikembangkan. Tidak hanya
54
terbatas dalam pelaksanaan tugas dan kewajibannya namun mencakup seluruh kegiatan yang menunjang program sekolah. m. Kemampuan. Kepala sekolah harus dapat menggali potensi yang dimiliki guru dan mengoptimalkannya guna kemajuan pengembangan sekolah dan prestasi kerja guru yang bersangkutan. n.
Komunikasi. Dalam kehidupan berorganisasi komunikasi merupakan hal yang sangat penting demi kelancaran aktivitas sehingga komunikasi harus diupayakan dapat berjalan lancar mulai dari kepala sekolah sebagai atasan sampai pada guru-guru sebagai bawahannya.
o.
Ketepatan waktu. Ketepatan waktu atau yang sering disebut dengan kedisiplinan merupakan upaya yang harus pertama kali diusahakan agar dapat meningkatkan kemampuan yang dimiliki atau prestasi kerja yang ingin diraihnya.
3.
Kriteria Penilaian Prestasi Kerja Guru Untuk mengetahui tinggi rendahnya prestasi kerja guru dapat diketahui dari hasil penilaian pelaksanaan pekerjaan yang dilakukan oleh kepala sekolah. Penilaian merupakan usaha untuk membandingkan antara hasil yang nyatanya dicapai dan seharusnya dicapai dengan pedoman yang telah ditetapkan.
55
Menurut Sikula (Hasibuan, 2001:86) mengungkapkan “Penilaian prestasi kerja adalah evaluasi yang sistematis terhadap pekerjaan yang telah dilakukan oleh karyawan dan ditujukan untuk pengembangan”. Sementara itu Tim Dosen Jurusan Adpend (2002:105) mengungkapkan “Penilaian prestasi kerja merupakan usaha yang dilakukan untuk mengetahui seberapa baik performance seorang tenaga kependidikan dalam melaksanakan tugas dan pekerjaannya dan seberapa besar potensinya untuk berkembang”. Karakteristik atau kriteria yang dapat digunakan dalam penilaian prestasi kerja antara lain diungkapkan oleh GR Terry (Winardi, 1971:133) yang mengungkapkan bahwa unsur yang dapat diperhatikan dalam menilai prestasi kerja antara lain : a) Pengetahuan tentang pekerjaan. Pengetahuan merupakan rangkaian informasi yang dimiliki seseorang sehingga ia mampu mengerjakan sesuatu dengan dibekali oleh informasi tersebut. Suatu prestasi kerja guru dapat diidentifikasi dari pengetahuan yang dimiliki dan dikuasai guru, baik secara teoritis maupun secara teknis. Guru yang mengetahui dan menguasai pengetahuan dasar tentang kompetensi dari profesi yang sedang dijalankannya akan menunjukan kriteria yang maksimal, dimana ia dapat menjalankan segala aktivitasnya dengan menerapkan pengetahuan atau intelektual, sikap dan keterampilan yang dimilikinya.
56
b) Kualitas pekerjaan. Yang dimaksud dengan kualitas pekerjaan dalam hal ini adalah kegiatan yang telah dilakukan oleh guru telah memenuhi persyaratan, spesifikasi dan harapan yang telah ditetapkan. Kulitas kerja merupakan mutu hasil pekerjaan atau sebaik apa pekerjaan itu telah diselesaikan. Kualitas kerja guru dapat dilihat dari adanya kemampuan menghasilkan pekerjaan yang memuaskan, tercapainya tujuan secara efektif dan efisien serta kecakapan yang ditunjukan dalam menjalankan pekerjaannya. c) Kerjasama. Kerjasama merupakan kesedian untuk berpartisipasidan bekerja sama dengan yang lain, baik secara vertikal dengan atasannya maupun secara horizontal dengan sesama rekan kerjanya didalam ataupun diluar pekerjaan sehingga akan menghasilkan pekerjaan yang semakin baik. Dengan kata lain kerja sama disini adalah kerjasama yang dilakukan antara guru dengan kepala sekolah maupun dengan rekan kerja sesama guru sehingg pekerjaan dapat terselesaikan dengan baik dan hasilnya pun dapat optimal. d) Tanggung jawab. Tanggung jawab guru merupakan kesanggupan guru dalam menyelesaikan pekerjaan yang diembankan kepadanya dengan tepat waktu dan berani menanggung resiko atas tindakan yang telah dilakukannya. Wujud dari tanggung jawab ini adalah adanya ketaatan
57
terhadap segala peraturan yang berlaku dan mempunyai dedikasi yang tinggi yang ditunjukannya dalam organisasi. e) Insiatif. Inisiatif atau prakarsa merupakan kemampuan guru untuk melahirkan buah pikiran yang kreatif dan orisinil dalam melaksanakan tugasnya, yakni guru yang senantiasa aktif memberikan alternatif solusi, guru yang berinisiatif untuk mencoba sesuatu yang baru, dan guru yang mampu berinovasi. Selain itu juga guru yang memiliki inisiatif adalah guru yang menunjukan kemampuannya untuk mengambil keputusan, lanhkah-langkah atau tindakan yang diperlukan tanpa menunggu perintah atasan. f)
Kuantitas pekerjaan. Kuantitas kerja adalah banyaknya jumlah yang harus diselesaikan atau dikerjakan guru sesuai dengan target waktu yang telah ditetapkan dan dapat menyelesaikan lebih dari satu pekerjaan dalam satu waktu dengan baik.
g) Keterandalan karyawan. Dalam hal ini guru harus memiliki kemampuan untuk memberikan pelayanan yang dijanjikan secara tepat waktu, akurat, dan memuaskan serta dapat dipercaya dalam melaksanakan tugasnya dengan teliti dan efektif. Keterandalan guru dapat dibangun oleh rasa kepercayaan diri guru yang tumbuh manakala guru diberi kesempatan untuk menunjukan kemampuannya dengan cara adanya pendelegasian wewenang yang diberikan oleh kepala
58
sekolah. Wujud dari kerandalan guru dapat dilihat dari tingkat keuletan dan kerajinan serta kesungguhan guru dalam menjalankan tugas dan tanggung jawab yang diembankan kepadanya serta dapat dilihat dari tingkat kehadiran yang tinggi dari guru tersebut. Untuk mengetahui tinggi rendahnya prestasi kerja guru dapat diketahui dari hasil penilaian pelaksanaan pekerjaan yang dilakukan oleh kepala sekolah. Kriteria yang dinilai dari prestasi kerja guru menurut PP Nomor 10 Tahun 1979 (BAKN 31-36) antara lain meliputi: 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Kecakapan guru Keterampilan guru Pengalaman guru Kesungguhan guru Pelaksanaan tugas secara berdaya guna dan berhasil guna Hasil kerja rata-rata yang ditentukan baik dalam arti mutu maupun dari arti jumlah. Sementara itu Sanusi (Mohamad Fauzan, 2004:5) mengungkapkan tiga
aspek kinerja atau prestasi kerja guru yang meliputi : 1.
2. 3.
Kemampuan profesional, mencakup : a). Penguasaan bahan; b). Penguasaan dan penghayatan wawasan kependidikan; dan c). Penguasaan prose-prose kependidikan keguruan dan pembelajaran siswa; serta d). Relevansi latar belakang pendidikan dengan tugas mengajar. Kemampuan sosial, mencakup kemampuan menyesuaikan diri dengan lingkungan kerja dan lingkungan sekitarnya. Kemampuan personal, mencakup : a). Penampilan sikap positif; b). Pemahaman pengahayatan nilai-nilai; c). Kepribadian, nilai dan sikap hidup.
59
Dari uraian diatas kita dapat mengambil kesimpulan bahwa guru yang memiliki prestasi kerja tercermin dari beberapa hal. Namun yang menjadi acuan dalam merumuskan indikator prestasi kerja dalam penelitian ini antara lain adalah : 1) Menguasai pengetahuan tentang kemampuan dasar guru Suatu prestasi kerja guru dapat diidentifikasi dari diri guru dalam menguasai pengetahuan tentang kemampuan dasar guru, yaitu : Pertama a). Guru dapat mengelola pembelajaran peserta didik seperti mampu membuat silabus dan rencana pembelajaran sebelum melaksanakan proses belajar mengajar; b). Menguasai substansi materi yang disampaikan sejalan dengan target kurikulum. Kedua a). Pemahaman guru terhadap peserta didik seperti memahami karakteristik individu setiap peserta didik dan memberikan tugas yang sifatnya merangsang kreativitas peserta didik dan mengembangkan materi yang relevan dengan kebutuhan peserta didik; serta b). Pemahaman mengenai wawasan dan landasan pendidikan baik filosofis, sosiologis maupun psikologis. Ketiga, kemampuan guru dalam merancang pembelajaran seperti: menerapkan kurikulum yang sedang berlaku, menentukan metode dan bahan pelajaran yang bervariasi dalam proses belajar mengajar.
60
Keempat, kemampuan guru dalam memamfaatkan teknologi pembelajaran seperti: memamfaatkan pengetahuan, teknologi dan informasi
dalam
pembelajaran
pembelajaran
yang
tersedia
dan
mamamfaatkan
disekolah
(seperti:
fasilitas
perpustakaan,
laboratorium, sarana olahraga dan lain-lain). Kelima, kemampuan guru dalam merancang evaluasi hasil belajar seperti: menetapkan cara penilaian terhadap hasil belajar peserta didik dan menggunakan prosedur yang bervariasi dalam penilaian hasil belajar peserta didik. Keenam,
kemampuan
guru
dalam
mengoptimalkan
pengembangan peserta didik seperti: membina kegiatan ekstrakulikuler yang dapat mengembangkan potensi yang dimiliki oleh peserta didik dan melaksanakan remedial atau pengayaan sebagai pelengkap atau tindak lanjut pembelajaran yang telah dilaksanakan. 2) Memiliki penampilan sikap positif Guru sebagai pendidik yang tugas utamanya mengajar, memiliki karakteristik
kepribadian
yang
sangat
berpengaruh
terhadap
keberhasilan pengembangan sumber daya manusia. Kepribadian yang mantap dari seorang guru akan memberikan teladan yang baik terhadap anak didiknya maupun masyarakat. Prestasi kerja guru yang ditinjau dari memiliki penampilan sikap positif
61
meliputi kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, disiplin, dan menjadi teladan bagi peserta didik. 3) Memiliki kemampuan menyesuaikan diri dengan lingkungan kerja Prestasi kerja guru yang ditinjau dari memiliki kemampuan menyesuaikan diri dengan lingkungan kerja berarti guru disini sebagai bagian dari masyarakat mampu untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua atau wali murid, dan masyarakat sekitar. Hal ini dapat pula dilihat dari kemampuan guru dalam beradapatasi ketika bekerja sama dalam tim dan dalam hal ini menggunakan teknologi komunikasi dan informasi secara fungsional. Semua kriteria penilaian prestasi kerja guru diatas merupakan kewenangan kepala sekolah sebagai atasan disekolah. Penilaian atas prestasi kerja guru tersebut dilakukan untuk menentukan kenaikan gaji, untuk menentukan kenaikan pangkat, dan untuk menentukan guru dalam memperbaiki hasil kerjanya. Berikut ini terdapat upaya yang dapat dilakukan oleh guru untuk mengembangkan prestasi dalam profesinya yang diungkapkan dalam Surat Keputusan Bersama MENDIKBUD dan Kepala BAKN Nomor 25 Tahun 1993, antara lain sebagai berikut : a.
Melakukan kegiatan karya tulis atau karya ilmiah di bidang pendidikan
62
b. c. d. e.
Membuat alat pekerjaan atau alat peraga atau bimbingan Menciptakan karya seni Menemukan teknologi tepat guna di bidang pendidikan Mengikuti kegiatan pengembangan kurikulum Penilaian prestasi kerja guru merupakan hal yang penting bagi
guru dimana penilaian tersebut berguna sebagai umpan balik terhadap berbagai hal, seperti: kemampuan, keletihan, kekurangan, dan potensi yang pada akhirnya akan bermamfaat bagi penentuan tujuan, jalur, rencana dan pengembangan karir. Selain itu, penilaian ini sanagt penting untuk sekolah dimana hasil dari penilaian tersebut berpengaruh terhadap pengambilan keputusan dalam berbagai hal, seperti: identifikasi kebutuhan program sekolah, penerimaan, pemilihan, pengenalan, penempatan, promosi, sistem imbalan dan aspek lain dari keseluruhan proses pengembangan sumber daya manusaia secara keseluruhan.
C.
Kontribusi Pemberdayaan Guru Oleh Kepala Sekolah Terhadap Peningkatan Prestasi Kerja Guru Pengoptimalan profesionalisme guru merupakan suatu upaya dalam bidang pendidikan yang harus mendapat perhatian dan dukungan dari berbagai pihak sehingga kemampuan guru dapat diberdayakan secara efektif dan efesien. Pemberdayaan ini akan berdampak terhadap kinerja yang akan dihasilkan oleh para guru sebagai suatu prestasi kerjanya serta memberikan peluang
63
terhadap optimalisasi dalam mendidik peserta didik guna mencapai tujuan pendidikan yang dicita-citakan. Tinggi rendahnya prestasi kerja guru sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor. Selain faktor intrinsik dari dalam diri guru sendiri terdapat pula kepala sekolah yang merupakan faktor ekstrinsik dimana kepala sekolah dapat memotivasi kerja dari guru yang bersangkutan untuk meningkatkan prestasi kerjanya disekolah dengan mengikutsertakan atau melibatkan guru secara optimal untuk diberdayakan dalam segala aktivitas pendidikan dengan memamfaatkan segala potensinya. Kepala sekolah harus dapat menunjukan kinerja yang konsisten dan positif sehingga guru dalam hal ini sebagai bawahannya disekolah akan merasa termotivasi untuk mendedikasikan dirinya dalam pencapaian tujuan sekolah dengan prestasi yang ditunjukannya. Kepala sekolah juga harus mampu memberikan keyakinan kepada guruguru bahwa mereka semua mampu untuk melaksanakan tugasnya sesuai dengan ketentuan sehingga pada akhirnya akan terwujudnya tujuan secara efektif dan efisien. Rendahnya prestasi kerja guru ditunjukan dengan perilaku kedisiplinan yang rendah dan kurang adanya variasi dalam mengajar. Untuk itu, disinilah peran kepala sekolah sebagai pemimpin dituntut untuk mampu meningkatkan prestasi kerja guru yang salah satunya adalah melalui pemberdayaan guru
64
dalam rangka mengoptimalkan peran guru, antara lain sebagai demonstrator, pengelola kelas, fasilitator, konselor, administrator, dan evaluator. Kepala sekolah harus berperan aktif dalam mengorganisir semua aspek yang berhubungan dengan upaya peningkatan prestasi kerja guru, baik itu aspek yang menyangkut menguasai pengetahuan tentang kemampuan dasar guru, memiliki penampilan sikap positif, dan memiliki kemampuan menyesuaikan diri dengan lingkungan kerja. Hal tersebut dikarenakan dukungan dari kepala sekolah akan berpengaruh terhadap prestasi kerja guru. Prestasi kerja guru yang meningkat akan turut mempengaruhi prestasi sekolah sehingga tujuan sekolah yang telah ditetapkan dapat tercapai.
D.
Hasil Penelitian Terdahulu Terdapat beberapa hasil penelitian terdahulu yang dilakukan dan berkaitan dengan penelitian ini antara lain : Pertama, Neni Rosnaeni (2000) dengan penelitian yang berjudul ‘’Pemberdayaan Guru Oleh Kepala Sekolah Serta Kontribusinya Terhadap Produktivitas Kerja Guru Di SMA Negeri 1 Tasikmalaya (Studi Deskriptif kuantitatif Pada SMA Negeri 1 Tasikmalaya). Antara lain menyimpulkan bahwa secara keseluruhan pemberdayaan guru yang dilakukan oleh kepala sekolah memberikan kontribusi yang positif terhadap produktivitas kerja guru
65
dengan harga koefisien korelasi sebesar 0,48 sehingga termasuk dalam kategori baik. Hal ini berarti bahwa pemberdayaan guru oleh kepala sekolah menjadi salah satu faktor yang memberikan kontribusi terhadap produktivitas kerja guru yang ditunjukan dengan hasil koefisien determinasi yang diperoleh sebesar 22,62% sedangkan sisasnya sebesar 77,38% dipengaruhi oleh faktor lain. Kedua, Siti Ratna Komalasari (2002) dengan penelitian yang berjudul ‘’Optimalisasi Pemberdayaan Guru Dan Pengaruhnya Terhadap Peningkatan Mutu Pembelajaran (Studi Deskriptif Pada SMU 8 Bandung)’’. Antara lain menyimpulkan secara keseluruhan bahwa optimalisasi pemberdayaan guru memberikan pengaruh terhadap peningkatan mutu pembelajaran dengan harga koefisien korelasi sebesar 0,526 sehingga termasuk dalam kategori sedang atau cukup baik. Hal tersebut berarti bahwa optimalisasi pemberdayaan guru menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi terhadap peningkatan mutu pembelajaran yang ditunjukan pula oleh hasil koefisien determinasi yang diperoleh sebesar 27,66% sedangkan sisanya sebesar 72,34% dipengaruhi oleh faktor lain.
66