BAB II KAJIAN TEORI 1.1 Bank 2.1.1 Lembaga Perbankan a. Pengertian Perbankan Pengertian bank menurut Undang-Undang No.7 tahun 1992 tentang perbankan sebagaimana telah diubah dengan undang-undang Nomor 10 tahun 1998 (Simorangkir, 2004) adalah sebagai berikut: 1) Bank adalah badan usaha, yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya, dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat. 2) Bank Umum, adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha yang secara konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. 3) Bank-bank perkreditan rakyat (BPR) adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasrkan prinsip syariah yang dalam kegiatanya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Jika mengacu pada definisi bank seperti di atas, maka usaha utama bank adalah menghimpun dana dalam bentuk simpanan yang merupakan sumber dana bank. Begitu juga dari sisi penyaluran dana dalam bentuk simpanan yang merupakan sumber dana bank. Begitu juga dari sisi penyaluran dana, hendaknya bank tidak semata-mata memperoleh keuntungan saja, tetapi juga kegiatan bank tersebut harus pula diarahkan
pada peningkatan taraf hidup mesyarakat dan Bank Umum merupakan salah satu jenis bank yang diatur dalam UU RI No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan. Dalam menjalankan fungsi-fungsinya, sebuah bank membutuhkan dana, oleh karena itu, setiap bank selalu berusaha untuk memperoleh dana yang optimal tetapi dengan cost of money yang wajar. Menurut Hasibuan (2003), dana bank ini digolongkan atas: 1) Loanable Funds, yaitu dana-dana yang selain digunakan untuk kredit juga digunakan sebagaisecondary reserves dan surat-surat berharga. 2) Unloanable Funds, yaitu dana-dana yang semata-mata yang hanya dapat digunakan sebagai primary reserves 3) Equity Funds, yaitu dana-dana yang dapat dialokasikan terhadap aktiva tetap inventaris dan penyertaan. Dana bank ini hanya bersumber dari dua sumber saja, yaitu dana sendiri dan dana asing. 1) Dana sendiri (danaintern), yaitu dana yang bersumber dari dalam bank seperti setoran modal atau penjialan saham, pemupukan cadanngan, laba yang ditahan, dan lain-lain, dana ini sifatnya tetap. 2) Dana asing (danaekstern), yaitu dana yang bersumber dari luar bank, seperti deposito, giro, call money, dan lain-lain. Dana ini sifatnya sementara atau harus dikembalikan. Semakin banyak dana yang dimiliki suatu bank, semakin besar peluang bagi bank tersebut untuk melakukan kegiatan-kegiatannya dalam mencapai tujuanya. Peranan bank sebagai lembaga keuangan tidak pernah dapat luput dari masalah kredit.Manurut
UU No. 7 Tahun 1992 sebgaimana telah diubah dengan UU.No.10 tahun 1998 tentang perbankan, dimana memberikan kredit merupakan salah satu kegiatan usaha bank umum. Penyaluran kredit merupakan kegiatan utama bank. Besarnya kredit yang disalurkan akan menentukan keuntungan bank (Kasmir, 2012). Kredit yang disalurkan kepada masyarakat memiliki arti penting baik bagi masyarakat maupun bagi bank itu sendiri, masyarakat yang membutuhkan dana segar memperoleh pendapatan bunga, dan bagi perekonomian secara keseluruhan, akan menggerakkan roda perekonomian. Berdasarkan pasal 5 Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan terdapat dua jenis bank, yaitu: 1) Bank Umum Merupakan bank yang melaksanakan kegiatan usahanya secara konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pmbayaran. 2) Bank Perkreditan Rakyat Merupakan bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatanya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Menurut Kasmir (2012) berdasarkat kepemilikannya bank dibedakan menjadi empat yaitu: 1) Bank Milik Negara Dimana semua akte pendiriannya maupun modalnya dimiliki oleh pemerintah, sehingga seluruh keuntungan bank ini dimiliki oleh pemerintah pula.
2) Bank Milik Swasta Nasional Merupakan bank yang sebagian besar atau seluruh modalnya dimilki oleh swasta nasional serta akte pendiriannya pun didirikan oleh swasta nasional, demikan pula pembagian keuntungannya di miliki swasta pula. 3) Bank Milik Asing Bank asing merupakan cabang dari bank yang ada diluar negeri baik milik swasta maupun pemerintah asing sutau Negara. 4) Bank Milik Campuran Bank milik campuran merupajan bank yang kepemilikan sahamnya dimiliki oleh pihak asing dan pihak swasta nasional, diaman kepemilian sahamnya secara mayoritas dipegang oeh Warga Negara Indonesia.
1.1.2 Fungsi pokok bank umum Menurut Siamat (2001) bank umum memiliki fungsi pokok yang berhubungan dengan kemajuan peekonomian suatu negara. Fungsi pokok tersebut adalah sebagai berikut 1) Menyediakan mekanisme dan alat pembayaran yang efisien dalam kegiatan ekonomi 2) Menciptakan uang melalui penyaluran kredit dan investasi 3) Menghimoun dana dan menyalurkannya kepada masyarakat 4) Menyediakan jasa-jasa pengelolaan dana dan trustatau perwalian amanat kepada individu dan perusahaan. 5) Menyediakan fasilitas untuk perdagangan international.
6) Memberikan pelayanan penyimpanan untuk barang-barang berharga 7) Menawarkan jasa-jasa keungan lain misalnya, credit car, transfer dana, kliring, dan sebagainya. 1.1.3 Usaha Bank Kegiatan usaha yang dapat dilakukan oleh bank umum menurut UU. No.7 tahun 1992 tentang perbankan adalah sebagai berikut: 1) Menghimpun dana dari masyarakat 2) Memberikan kredit 3) Menerbitkan surat pengakuan hutang 4) Membeli, menjual atau memberikan jaminan atas risiko sendiri maupun untuk kepentingan dan atas perintah nasabahnya. 5) Memindahkan uang baik untuk kepentingan sendiri maupun untuk kepentingan nasabah. 6) Menempatkan dana pada, meminjam dari, atau meminjamkan dana kepada bank lain, baik dengan menggunakan surat, sarana telekomunikasi maupun dengan wesel unjuk, cek atau sarana lain. 7) Menerima pembayaran dari tagihan atas surat berharga dan melakukan perhitungan dengan atau antar pihak ketiga. 8) Menyediakan tempat untuk menyimpan barang atau surat berharga dan lain sebagainya.
1.1.4 Risiko Usaha bank Menurut Siamat (2005) risiko usaha atau business risk bank merupakan tingkat ketidakpastian mengenai sesuatu hasil yang diperkirakan atau diharapkan akan diterima. Risiko usaha yang dapat dihadapi bank antara lain sebagai berikut: 1) Risiko kredit Merupakan suatu risisko akibat kegagalan atau ketidakmampuan nasabah mengembalikan jumlah pinjaman yang diterima dari bank beserta bunganya sesuai dengan jangka waktu yang telah dijadwalkan. 2) Risiko investasi Terjadinya kerugian akibat suatu penurunan nilai pokok dari portofolio suratsurat berjarga. 3) Risiko likuiditas Risiko yang mungkin dihadapi oleh bank untuk memenuhi kebutuhan likuiditasnya dalam rangka memenuhi permintaan kredit dan semua penarikan dana penabung pada suatu waktu. 4) Risiko operasional Ketidakpastian mengenai kegiatan usaha bank merupakan risiko operasional bank yang bersangkutan. 5) Risiko Penyelewengan Berkaitan dengan kerugian-kerugian yang dapat terjadi akibat hal-hal seperti ketidakjujuran dan penipuan atau moral dan perilaku yang kurang baik dari pejabat, karyawan, dan nasabah bank. 6) Risiko fidusia
Risiko ini akan timbul apabila bank dalam usahanya memberikan jasa dengan bertindak sebagai wali amanat baik untuk individu maupun badan usaha.
1.1.5 Sumber Dana Bank Menurut Dendawijaya (2001) bank menghimpun sebagian besar dana untuk membiayai kredit dan jasa keuangan lain berasal dari penjualan produk simpanan kepada dunia usaha, perorangan dan pemerintah dan dari pinjaman dipasar uang dan pasar modal. Sedangkan menurut Siamat (2005) sumber-sumber dana bank dalam usahanya menghimpun dana dari simpanan dalam bentuk giro (demand deposit). Deposito berjangka (time deposit) dan tabungan (saving deposit). Ketiga ketiga jenis dana ini sering disebut sebagai sumber dana traditional bank. Sumber-sumber dana dalam bentuk simpanan tersebut dapat berasal dari masyrakat maupun dari nasabah institusi. Disamping itu sumber dana bank dapat pula berasal dari modal sendirinya dan modal sendirinya yang tidak termaksud dari kedua sumber diatas. Sumber lainnya itu antara lain: 1) Rekening giro Rekening giro atau demand deposit adalah simpanan yang dapat digunakan sebagai alat pembayaran dan penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan cek, sarana perintah pembayaran lainnya atau dengan cara pemindahbukuan. 2) Jasa giro Jasa giro pada prinsipnya merupakan bunga yang diberikan oleh bank kepada giran atas sejumlah saldo gironya yang mengendap di bank.
3) Deposito berjangka Deposito berjangka atau time deposit adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu menurut perjanjian antara penyimpan dengan bank yang bersangkutan. 4) Tabungan Tabungan atau saving deposit adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat tertentu yang disepakati, tetapi tidak dapat dengan cek atau alat yang dipersamakan dengan itu. 5) Deposit On Call Deposit On Call sering pula disebut dengan deposito harian yaitu simpanan pihak ketiga kepada bank yang penarikannya hanya dapat dilakukan dengan pemberitahuan lebih dahulu sesuai kesepakatan pihak bank dengan nasabah. 6) Sertifikat deposito Serifikat deposito adalah deposito berjangka yang terbukti yang bukti simpanannya dapat diperjualbelikan. 7) Pasar uang antar bank Sumber dana melalui pasar uang atau interbank call money market, sering pula disingkat dengan call money, merupakan sumber yang paling cepat untuk memperoleh dana bagi bank. 8) Pinjaman antara bank Untuk memenuhi kebutuhan dananya, bank dapat pula melakukan pinjaman dari bank lainnya baik untuk jangka waktu pendek maupun menengah.Pinjaman
tersebut dapat digunakan untuk menutupikebutuhan modal kerjanya atau melakukan kerjasama antar bank dalam bidang pembiayaan bersama. 9) Repuchase agreement Repuchase agreement atau sering disingkat sebagai repos adalah suatu transaksi jual beli surat-surat berharga dengan perjanjian bahwa penjual akan membeli kembali surat-surat berharga yang dijualnya tersebut sesuai dengan jangka waktu yang ditetapkan. 10)
Setoran jaminan Setoran jaminan adalah dana yang diterima bank dari nasabah dalam rangka pemberian jasa-jasa perbankan.
11)
Dana transfer
Dana transfer oleh nasabah melalui bank merupakan sumber dana sepanjang dana tersebut masih mengendap dan belum diambil atau belum ada perintah pemindah bukuan dari penerima 12)
Obligasi dan saham
Bank-bank dapat melakukan mobilisasi dana melalui pasar modal dana dengan cara emisi baik da;am bentuk obligasi maupun saham. Obligasi pada dasarnya merupakan bukti hutang dari emiten yang dijamin dengan agunan berupa harta kekayaan milik emiten dan atau pihak ketiga dari emiten dan atau oleh penanggung yang menanggung janji pembayaran bunga atau janji lainnya serta pelunasan pokok
pinjaman yang dilakukan pada tanggal jatuh tempo,
sekurang-kurangnya tiga tahun sejak emisi. Sedangkan saham adalah bukti penyertaan modal dalam pemilikan suatu perseroan terbatas.
13)
Kredit Likuiditas Bank Indonesia
Kredit likuditas adalah kredit yang diberikan oleh BI kepada bank yang membutuhkan dana guna memenuhi penarikan-penarikan yang dilakukan oleh nasabah. 14)
Fasilitas diskonto
Fasilitas diskonto adalah penyediaan dana jangka pendek oleh BI dengan cara pembelian Promes yang diterbitkan oleh bank-bank atas dasar diskonto. 15)
Dana Sendiri
Dana sendiri adalah dana yang berasal dari pemegang saham maupun dari hasil keuntungan yang diperoleh bank dari operasinya. 1.1.6 Kinerja keuangan bank Menurut Menteri Keuangan RI berdasarkan keputusan No, 740/KMK.00/1989 tanggal 8 Juni 1989, yang dimaksud dengan kinerja adalah “prestasi yang dicapai oleh perusahaan dalam periode tertentu yang mencerminkan tingkat kesehatan dari perusahaan tersebut”. Untuk mengetahui prestasi yang telah dicapai oleh perusahaan perlu dilakukan penilaian terhadap kinerja perusahaan dalam kurun waktu tertentu. Penilaian kinerja adalah pandangan yang diperoleh bersifat relatif karena kondisi dan operasi perusahaan sangat bervariasi antara satu perusahaan dengan perusahaan lainnya. Untuk itulah maka angka-angka rasio yang dihasilkan akan dapat memberikan penilaian yang lebih berarti. Dan dalam melakukan suatu perbandingan haruslah dari perusahaan sejenis dan pada saat dan periode yang sama (Kasmir, 2012).
Penilaian terhadap kinerja suatu bank tertentu dapat dilakukan dengan melakukan analisis terhadap laporan keuangan sehingga akan diperoleh rasio keuangan yang akan memperlihatkan posisi dan keuangan suatu bank pada periode tertentu. 1.1.7 Laporan keuangan bank 2.1.7.1 Pengertian laporan keungan bank Pada dasarnya analisis laporan keuangan perbankan dipergunakan untuk mengetahui informasi keuangan pada bank yang bersangkutan dan juga untuk mengetahuin kesehatan bank itu sendiri. Laporan keungan juga memberikan informasi tentang hasil-hasil usaha yang diperoleh bank dalam sutau periode tertentu dan biaya-biaya atau beban yang dikeluarkan untuk memperoleh hasil tersebut. Informasi ini akan termuat dalam laporan laba rugi. Laporan keuangan bank juga memberikan gambaran tentang arus kas suatu bank yang tergambar dalam laporan arus kas (Kamsir, 2012) Dari beberapa pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa laporan keuangan bank adalah daftar yang disusun pada akhir periode atas kegiatan yang telah dilakukan atau dilaksanakan bank yang biasanya termuat dalam neraca, laporan laba rugi, laporan arus kas, maupun laporan perubahan modal yang nantinya digunakan untuk mengevaluasi kinerja suatu bank maupun untuk peramalan masa depan. 2.1.7.2 Pihak-pihak pemakai laporan keuangan bank Menurut Kasmir (2004), adapun pihak-pihak yang memiliki kepentingan terhadap laporan keuangan bank adalah:
1) Pemegang saham Bagi pemegang saham sebagai pemilik, memiliki kepentingan terhadap laporan keuangan yaitu untuk melihat kemajuan perusahaan dalam menciptkan laba dan pengembangan usaha bank tersebut. 2) Pemerintah Bagi pemerintah, baik bank-bank pemerintah maupun bank swasta adalah untuk mengetahui kemajuan dan kepatuhan bank dalam melaksanakan kebijakan moneter dan pengembangan sector-sektor industry tertentu. 3) Manajemen Untuk menilai kinerja manajemen bank dalam mencapai target-target yang telah ditetapkan.Kemudian juga untuk menilai kinerja manajemen dalam mengelola sumber daya yang dimilikinya. 4) Karyawan Untuk mengetahui kondisi keuangan bank, sehingga pegawai atau karyawan juga merasa perlu mengharapkan peningkatan kesejahteraan apabila bank mengalami keuntungan dan sebaliknya. 5) Masyarakat Bagi masyarakat luas merupakan suatu jaminan atas dananya yang disimpan di bank.Jaminan ini diperoleh dari laporan keuangan yang ada dengan melihat angka-angka yang ada di laporan keuangan. Dengan adanya lapiran keuangan pemilik dana dapat mengetahui kondisi bank yang bersangkutan. 2.1.7.3 Teknik Analisis Laporan Keuangan
Analisis laporan keuangan adalah menguraikan pos-pos laporan menjadi unit informasi yang lebih kecil dan melihat hubungannya yang bersifat signifikan atau yang mempunyai makna antara yang satu dengan yang lain baik antara data kuantitatif maupun data non kuantitatif dengan tujuan untuk mengetahui kondisi keuangan lebih dalam yang sangat penting dalam proses menghasilkan keputusan yang tepat (Habib, 2010) Menurut Prastowo & Juliati (2005) merupakan suatu proses analisis terhadap laporan keuangan dengan tujuan untuk memberikan tambahan informasi kepada para pemakai laporan keuangan untuk mengambil keputusan ekonomi, sehingga kualitas keputusan yang diambil menjadi lebih baik. Dari pengertian diatas dapat dikatakan bahwa analisis laporan keuangan digunakan sebagai
alat
untuk
membantu
masyarakat
dalam
pengambilan
keputusan
ekonomi.Dalam analisis ini, laporan keuangan digunakan sebagai sumber informasi disamping itu juga dapat membantu untuk mendapatkan pengertian yang lebih baik tentang keadaan keuangan perusahaan. 2.1.7.4 Jenis-jenis laporan keuangan Seperti lembaga lainnya, bank juga memiliki beberapa jenis laporan keuangan yang disajikan sesuai dengan SAK (Standar Akuntansi Keuangan). Menurut Kasmir (2012), jenis-jenis laporan keuangan bank adalah 1) Neraca Neraca merupakan laporan yang menunjukkan posisi keuangan bank pada tanggal tertentu.Posisi keuangan dimaksudkan adalah posisi aktiva (harta),
Pasiva (kewajiban dan ekuitas) suatu bank.Penyusunan komponen di dalam neraca didasarkan pada tingkat likuiditas dan jatuh tempo. 2) Laporan komitmen dan kontinjensi Laporan komitmen merupakan suatu ikatan atau kontrak yang berupa janji tidak dapat dibatalkan secara sepihak dan harus dilaksanakan apabila persyaratan yang disepakati bersama dipenuhi. Contoh laporan komitmen adalah komitmen kredit, komitmen penjualan, atau pembelian aktiva bank dengan syarat Repurchase Agreement (Repo), sedangkan Laopran Kontijensi merupakan tagihan atau kewajiban bank yang kemungkinan timbulnya tergantung pada terjadi atau tidaknya satu atau lebih peristiwa di masa yang akan datang. Penyajian laporan komitmen dan kontijensi disajikan sendiri tanpa pos lama. 3) Laporan laba rugi Laporan laba rugi merupakan laporan keuangan bank yang menggambarkan hasil usaha bank dalam satu periode tertentu. 4) Laporan arus kas Laporan arus kas merupakan laporan yang menunjukkan semua aspek berkaitan dengan kegiatan baik berpengaruh langsung atau tidak langsung terhadap kas.Laporan arus kas harus disusun berdasarkan konsep kas selama periode laporan. 5) Catatan atas laporan keuangan Merupakan laporan yang berisi catatan tersendiri mengenai posisi devisa neto menurut jenis mata uang dan aktivitas lainnya.
6) Laporan keuangan gabungan dan konsolidasi Laporan keuangan gabungan merupakan laporan dari seluruh cabang-cabang bank yang bersangkutan baik yang ada di dalam negeri maupun luar negeri sedangkan laporan konsolidasi adalah laporan bank yang bersangkutan dengan anak perusahaanyanya. Laporan keuangan diatas dapat menjelaskan kinerja keuangan perusahaan adalah melalui neraca dan laporan laba/rugi.
2.2 Profitabilitas Laporan keuangan memperlihatkan kinerja sutau perusahaan selama periode tertentu dinyatakan dalam ukuran kualitatif.Melalui analisis laporan keuangan tingkat profitabilitas dapat diukur selama periode tertentu. Profitabilitas adalah kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu.profitabilitas menunjukkan perbandingan antara laba dengan aktiva atau modal yang menghasilkan laba tersebut (Kasmir, 2012). Menurut Taswan (2006), profitabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba dalam hubunganya dalam penjualan, total aktiva maupun modal sendiri. Profitabilitas dari bank tidak hanya penting bagi pemiliknya, tetapi juga bagi golongan-golongan lain didalam masyarakat. Bila bank berhasil mengumpulkan cadangan dengan memperbesar modal, akan memperoleh kesempatan meminjamkan dengan lebih luas/besar karena tingkat kepercayaan atau kredibilitas meningkat (Simorangkir, 2004).
Meski ada beragam indikator penilaian profitabilitas yang lazim digunakan oleh bank, namun dalam penelitian ini menggunakan ROA (Return On Assets), dengan beberapa alasan: 1. Rasio Return On Assets (ROA) memperhitungkan bagaimana kemampuan manajemen bank dalam memperoleh profitabilitasnya dan manajerial efisiensi secara menyeluruh. Menurut Dendawijaya (2006), rasio ROA digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan (laba) secara keseluruhan, semakin besar ROA suau bank semakin besar pula posisi bank tersebut dari segi penggunaan aktiva. 2. Penilaian kesehatan bank yang dilakukan oleh Bank Indonesia dilihat dari aspek profitabilitas dilakukan dengan menggunakan indicator ROA (Return On Asset). Maksud dari analisis profitabilitas adalah untuk mengukur tingkat efesiensi usaha dan kemampuan perolehan laba yang dicapai oleh bank yang bersangkutan. Dalam analisis ini akan dicari hubungan timbal balik antara pos-pos yang ada dalam laporan laba rugi dengan pos-pos yang ada pada neraca bank. Dengan demikian melalui analisi profitabilitas dapat diketahui efisiensi dan efektifitas bank selama periode tertentu. Perhitungan profitabilitas bank dapat dilakukan dengan menggunakan rasio Return On Assets (ROA) atau tingkat pengembalian aktiva. Rumusnya: Return On Asset = EBIT /Total Assets x 100% EBIT adalah laba rugi bank yang diperoleh dalam periode berjalan sebelum dikurangi pajak. Total assets merupakan komponen yang terdiri dari kas, giro pada BI,
penempatan pada bank lain, surat-surat berharga, kredit yang diberikan, pendapatan yang masih akan diterima, biaya dibayar dimuka, dan lain sebagainya Menurut Muljono dalam Enderayanti (2005), perubahan rasio ini dapat disebabkan anatar lain: (1) lebih banyak assets yang digunakan, sehingga menambah operating income dalam skala yang lebih besar, (2) adanya kemampuan manajemen untuk mengalihkan portofolio/surat berharga kejenis yang menghasilkan income yang lebih tinggi, (3) adanya kenaikan tingkat bunga secara umum, dan (4) adanya pemanfataan asset-asset yang semula tidak produktif menjadi assets produktif. Berikut ini ketentuan tingkat ROA dari Bank Indonesia dalam table 2.1 Tabel 2.1: Tingkat Return On Assets Tingkat
Peringkat
Diatas 1,22%
Sehat
0,99% - 1,22%
Cukup sehat
0,77% - 0,99%
Kurang sehat
Dibawah 0,77%
Tidak sehat
( Sumber : www.bi.go.id ) 2.3
Capital Adequacy Ratio (CAR) Modal bank adalah dana yang diinvestasikan oleh pemilik dalam rangka pendirian
badan usaha yang dimaksudkan untuk membiayai kegiatan usaha bank disamping untuk memenuhi regulasi yang ditetapkan oleh otoritas moneter (Taswan, 2006). Pengertian kecukupan modal tersebut tidak hanya dihitung dari jumlah nominalnya, tetapi juga dari rasio kecukupan modal, atau yang sering disebut sebagai Capital
Adequacy Ratio (CAR). Rasio tersebut merupakan perbandingan antara jumlah modal dengan Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR). Pada saat ini sesuai dengan ketentuan yang berlaku, CAR suatu bank sekurang-kurangnya sebesar 8% (Suseno, 2003) Dendawijaya (2000) mengatakan Capital Adequacy Ratio adalah rasio yang memperlibatkan seberapa jauh seluruh aktiva bank yang mengandung risiko (kredit, penyertaan, surat berharga, tagihan pada bank lain) ikut dibiayai dari dana modal sendiri bank, seperti dana masyarakat dan pinjaman. Kecukupan modal adalah merupakan faktor yang penting bagi bank dalam rangka pengembangan usaha dan menampung risiko kerugian. Bank Indonesia menetapkan CAR yaitu kewajiban penyediaan modal minimum yang harus selalu diperdebatkan oleh setiap bank sebagai suatu proporsi tertentu dari Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR). ATMR adalah nilai total masing-masing aktiva bank setelah dikalikan dengan masing-masing bobot risiko aktiva tersebut. Hasibuan (2005) menjelaskan bahwa Capital Adequacy Ratio yang didasarkan pada Bank for International Settlement (BIS) adalah 8%. Hal ini merupakan salah satu cara untuk menghitung apakah modal yang ada pada suatu bank telah memadai atau belum. Jika modal rata-rata sutau bank lebih dari bank lainnya maka bank yang bersangkutan akan lebih baik solvabilitasnya. Ketetapan CAR sebesar 8% bertujuan untuk (Hasibuan, 2005): a. Menjaga kepercayaan masyarakat kepada perbankan b. Melindungi dana pihak ketiga pada bank yang bersangkutan c. Untuk memenuhi ketetapan standar BIS perbankan international.
Menurut Widjanorto (2003) bahwa posisi CAR suatu bank sangat tergantung pada : (1) jenis aktiva serta besarnya risiko yang melekat padanya, (2) kualitas aktiva atau tingkat kolektibilitasnya, (3) total aktiva sutau bank, semakin besar aktiva semakin bertambah pula risikonya, (4) kemampuan bank untuk meningkatkan pendapatan dari laba. Selain itu menurut Widjanorto (2003), posisi CAR dapat ditingkatkan atau diperbaiki dengan: 1. Memperkecil komitmen pinjaman yang digunakan 2. Jumlah atau posisi pinjaman yang diberikan dikurangi atau diperkecil sehingga risiko semakin berkurang. 3. Fasilitas bank garansi yang hanya memperoleh hasil pendapatan berupa posisi yang relatif kecil namun dengan risiko yang sama besanya dengan pinjaman ada baiknya dibatasi. 4. Komitmen L/C bagi bank-bank devisa yang belum benar-benar memperoleh kepastian dalam penggunaan atau tidak dapat dimanfaatkan secara efisien sebaiknya juga dibatasi. 5. Penyertaan yang memiliki risiko 100% perlu ditinjau kembali apakah bermanfaat optimal atau tidak. 6. Posisi aktiva dan inventaris diusahakan agar ridak berlebihan dan sekedar memenuhi kelayakan. 7. Menambah atau memperbaiki posisi modal dengan cara setoran tunai, go public, dan pinjam subordinasi jangka panjang dari pemegang saham
Menurut SE BI No. 6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004, secara matematis Capital Adequacy Ratio dapat dirumuskan sebagai berikut CAR = MODAL/ATMR x 100% Agar mencapai CAR yang tinggi maka komponen modal harus besar dan komponen ATMR harus kecil.Dalam hal ini artinya efesiensi dalam pengelolaan jenisjenis aktiva yang menjadi milik bank perlu diatur agar mengandung bobot risiko tinggi dan tidak produktif tidak dipelihara terlalu banyak oleh bank. Disamping itu, semakin besar CAR maka keuntunngan bank juga akan semakin besar. Dengan kata lain, semakin kecil risiko suatu bank maka semakin besar keuntungan yang diperoleh bank. Seperti diketahui bahwa CAR juga bisa disebut rasio kecukupan modal, yang berarti jumlah modal sendiri yang diperlukan untuk menutupi risiko kerugian yang mungkin timbul dari penanaman aktiva-aktiva yang mengandung risiko serta membiayai seluruh benda tetap dan inventaris bank. Berdasarkan ketentuan Bank Indonesia tentang pengertian modal, modal bank terdiri dari modal inti dan modal pelengkap. 1. Modal inti, berupa: a. Modal disetor, yaitu modal yang telah disetor secara efektif oleh pemiliknya b. Agio saham, yautu selisih setoran modal yang diterima oleh bank akibat harga saham yang melebihi nilai nominal. c. Modal sumbangan, yaitu modal yang diperoleh dari sumbangan saham, termasuk selisih antara nila yang tercatat dengan harga jual apabila saham tersebut dijual.
d. Cadangan umum, yaitu cadangan dari penyisihan laba yang ditahan atau dari laba bersih setelah dikurangi pajak dan mendapat persetujuan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) atau Rapat Anggota. e. Cadangan tujuan, yaitu bagian laba yang ditahan dikurangi pajak yang disisihkan untuk tujuan tertentu dan telah mendapat persetujuan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) atan Rapat Anggota. f. Laba yang ditahan, yaitu saldo laba bersih setelah dikurangi pajak yang oleh RUPS atau rapat anggota diputuskan untuk tidak dibagikan. g. Laba tahun lalu, yaitu selisih laba bersih tahun lalu setelah diperhitungkan pajak belum ditetapkan penggunaanya oleh RUPS atau Rapat Anggota. Apabila bank mempunyai saldo laba rugi tahun lalu, maka kerugian tersebut merupakan faktor pengurang dari modal inti. h. Laba tahun berjalan yaitu 50% dari laba tahun buku berjalan setelah dikurangi pajak. Apabila pada tahun berjalan bank mengalami kerugian maka selisih kerugian tersebut menjadi faktor pengurang dari modal inti. 2. Modal pelengkap, berupa: a. Cadangan revaluasi aktiva tetap, yaitu cadangan yang dibentuk dari selisih penilaian kembali aktiva tetap yang telah mendapat persetujuan Dirjen pajak b. Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP), yaitu cadangan yang dibentuk dengan cara membebani laba rugi tahun berjalan. Cadangan ini dibuat untuk menampung kerugian akibat tidak diterimanya kembali sebagian atau selisih aktiva produktif.
c. Modal pinjaman, yaitu hutang yang didukung oleh instrument atau warkat yang memiliki sifat seperti modal dan mempunyai ciri-ciri : 1) Tidak dijamin oleh bank yang bersangkutan 2) Tidak dapat dikuasai atau ditarik atas inisiatif pemilik tanpa persetujuan Bank Indonesia 3) Mempunyai kedudukan yang sama dengan modal dalam hal jumlah kerugian bank melebihi laba yang ditahan dan cadangan0cadangan yang tremasuk modal inti, meskipun bank belum dilikuidasi. 4) Pembayaran bunga dapat ditangguhkan apabila bank dalam keadaan rugi atau labanya tidak mendukung untuk membayar bunga tersebut. d. Pinajaman sub-ordinasi, yaitu pinjaman dengan ciri-ciri: 1) Ada perjajian tertulis antara bank dengan pemberi pinjaman 2) Mendapat persetujuan terlebih dahulu dari Bank Indonesia 3) Tidak dijamin oleh bank yang bersangkutan dan telah disetujui penuh. 4) Minimal berjangka waktu 5 tahun. 5) Pelunasan sebelum jatuh tempo harus mendapat persetujuan dari Bank Indonesia Tabel 2.2: Tingkat Capital Adequacy Ratio Tingkat 8% keatas
Peringkat Sehat
6,4 - 8%
Kurang sehar
Di bawah 6,4 %
Tidak sehat
Sumber:www.bi.go.id
Perhitungan kecukupan modal untuk bank umum didasarkan pada Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR).Pengertian aktiva disini adalah menyangkut aktiva yang tercantum dalam neraca bank maupun aktiva yang bersifat administratif sebagaimana pada kewajiban yang masih bersifat kontijen dan komitmen yang disediakan oleh bank untuk pihak ketiga. Dalam menghitung ATMR, terhadap masingmasing pos aktiva yang diberikan bobot risiko yang besarnya didasarkan pada kadar risiko yang terkandung pada aktiva itu sendiri atau risiko bobot yang didasarkan pada golongan nasabah, penjamin serta agunan. 2.4 Loan to Deposit Ratio (LDR) Likuiditas adalah kemampuan suatu bank melunasi kewajiban-kewajiban keuangan yang segera dapat dicairkan atau sudah jatuh tempo.Secara lebih spesifik likuiditas adalah kesanggupan bank menyediakan alat-alat lancer guna membayar kembali titipan yang jatuh tempo dan memberikan pinjaman (loan) kepada masyarakat yang memerlukan (Simorangkir, 2004). Menurut Taswan (2006), likuiditas bank adalah kemampuan bank untuk memenuhi kemungkinan ditariknya deposito/simpanan oleh deposan/penitip dana ataupun memenuhi kebutuhan masyarakat berupa kredit. Likuiditas bank dipandang dari dua sisi pada neraca bank. Sebagai lembaga kepercayaan, bank harus sanggup menjalankan fungsinya sebagai penghimpun dana dan sebagai penyalur dana untuk memperoleh profit wajar. Pada sisi pasiva, bank harus mampu memenuhi kewajiban kepada nasabah setiap simpanan mereka yang ada di bank ditarik.
Menurut Sinkey (1989) dalam Tawan (2006), likuiditas berfungsi sebagai berikut: 1. Menunjukkan dirinya/bank sebagai tempat yang aman untuk menyimpan uang. 2. Memungkinkan bank untuk memenuhi komitmen kreditnya 3. Menghindari penjualan aktiva yang tidak menguntungkan 4. Menghindari diri dari penyelahgunaan kemudahan atau kesan negatif dari penguasa moneter karena meminjam dana likuiditas dari Bank Sentral 5. Memperkecil penilaian resiko ketidakmampuan membayar kewajiban penarikan dananya. Tingkat likuditas sutau bank dapat diukur dengan menggunakan Loan to Deposit Ratio (LDR).Loan to Deposit Ratio adalah rasio keuangan perusahaan perbankan yang berhubungan dengan aspek likuiditas. LDR adalah suatu pengukuran tradisional yang menunjukkan deposito berjangka, giro, tabungan, dan lain-lain yang digunakan dalam memenuhi permohonan pinjaman (loan request) nasabahnya.Rasio ini digunakan untuk mengukur tingkat likuiditas.Rasio yang tinggi menunjukkan bahwa suatu bank meminjamkan seluruh dananya (loan-up) atau relative tidak likuid. Sebaliknya rasio yang rendah menunjukkan bank yang likuid dengan kelebihan kapasitas dana yang siap untuk dipinjamkan. Jika bank mempunyai LDR yang terlalu kecil maka bank akan kesulitan untuk menutupi simpanan nasabahnya dengan jumlah kredit yang ada, sehingga bank akan dibebani dengan bunga simpanan yang besar, sementara bunga dari pinjaman yang telah diterima oleh bank akan mempunyai resiko tidak ditagihnya pinjaman yang tinggi sehingga pada titik tertentu bank akan mengalami kerugian (Susilo, 2000).
Loan to Deposit Ratio (LDR) merupakan perbandingan antara kredit yang diberikan dan dana pihak ketiga, termasuk pinjaman yang diterima,tidak termasuk pinjaman subordinasi. Secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut (Simorangkir, 2004): LDR= Total Kredit yang diberikan/total dana pihak ketiga x 100% Batas aman LDR Sutau bank secara umum adalah sekitar 90-100 sedangkan menurut ketentuan Bank Sentral batas aman LDR sutau bank adalah 110%.LDR dapat pula digunakan untuk menilai strategi manajemen suatu bank.Manajemen bank yang konservatif biasanya cenderung memiliki LDR yang relative rendah, sebaliknya manajemen bank yang agresif memiliki LDR yang tinggi melebihi batas toleransi (Simorangkir, 2004:147). Tolak ukur untuk tingkat Loan to Deposit Ratio yang baik menurut BI tampak pada table 2.3 Tabel 2.3: Tingkat Loan to Deposit Ratio Tingkat
Peringkat
Dibawah 93,75%
Sehat
93,75% - 97,5%
Cukup sehat
97,5%- 101,25%
Kurang sehat
Diatas 101,25%
Tidak sehat (sumber:www.bi.go.id)
2.5 Pengaruh Capital Adequacy Ratio dan Loan to Deposit Ratio terhadap Profitabilitas 2.5.1 Pengaruh Capital Adequacy Ratio terhadap Profitabilitas Capital Adequacy Ratio (CAR) merupakan rasio keuangan untuk mengukur permodalan (Kasmir, 2014). Dalam dunia perbankan rasio solvabilitas sama dengan rasio permodalan, permasalah modal adalah berapa modal yang harus disediakan oleh pemilik sehingga keamanan pihak ketiga dapat terjaga, dengan CAR tinggi berarti bank tersebut semakin solvable bank memiliki modal yang cukup guna menjalankan usahanya sehingga akan meningkatnkan keuntungan yang diperoleh sehingga akan terjadi kenaikan pada harga saham. Suatu perusahaan akan dapat berjalan dengan baik apabila memiliki modal yang cukup kuat. Dengan modal yang cukup kuat, maka perusahaan akan bisa menjalankan usahanya sehingga akan memperoleh keuntungan yang kemudian dapat digunakan kembali oleh perusahaan untuk mengembangkan usahanya. Pada dasarnya semakin tinggi CAR maka semakin tinggi pula perolehan laba, karena bank yang mempunyai CAR yang tinggi berarti bank tersebut mempunyai modal yang cukup untuk melaksanakan kegiatan usahanya, dan cukup pula menanggung risiko apabila bank tersebut dilikuidasi. Semakin tinggi Capital Adequacy Ratio (CAR) juga dapat menggambarkan bahwa bank tersebut semakin solvable karena dengan modal yang cukup maka suatu bank akan dapat membiayai produk jasannya dan dengan nilai CAR dan modal yang besar maka aktiva berisiko akan semakin kecil (Tadi, 2005) Dengan permodalan yang kuat maka suatu bank akan mampu menjaga kepercayaan masyarakat terhadap bank yang bersangkutan, sehingga masyarakat
percaya untuk menghimpun dana pada bank tersebut, dana yang terhimpun tersebut kemudian disalurkan kembali oleh bank kepada masyarakat dalam bentuk kredit. Dalam bentuk kredit ini dapat mendorong pendapatan sehingga menghasilkan bunga yang pada akhirnya bermuara pada laba (profitabilitas).Dengan tingkat profitabilitas inilah bank dapat meningkatkan struktur permodalan yang kuat sehingga dapat membentuk kondisi keuangan yang sehat. 2.5.2 Pengaruh Loan to Deposit Ratio (LDR) terhadap profitabilitas Likuditas adalah kemampuan perusahaan untuk memiliki kewajiban-kewajiban sewaktu-waktu.Karena itu, perusahaan harus menjaga jangan sampai keuangan perusahaan tidak dapat memenuhi kewajiban tersebut.Bila kewajiban tersebut tidak dapat dipenuhi, perusahaan tersebut dianggap tidak liquid yang dapat menimbulkan hilangnya kepercayaan masyarakat. Rasio likuiditas menggambarkan kemampuan bank membayar kembali penarikan yang dilakukan nasabah deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditas. Semakin tinggi rasio ini, maka semakin rendah kemampuan likuiditas bank (Dendawijaya, 2000). Semakin tinggi rasio LDR maka akan semakin tidak likuid sehingga risiko dalam berinvestasi menjadi tinggi karena perusahaan perbankan tidak memiliki kemampuan untuk membayar kembali kewajiban atas dana nasabah (pihak ketiga) Loan to Deposit Ratio merupakan rasio untuk mengukur komposisi jumlah kredit yang diberikan dibandingkan dengan jumlah dana masyarakat dan modal sendiri yang digunakan.
Besarnya
jumlah
kredit
yang
diberikan
kepada
masyarakat
akanmempengaruhi besarnya laba yang nantinya akan diterima oleh bank karena salah satu sumber pendapatan bank adalah bunga kredit yang disalurkan (Hasibuan, 2004). Kalau bank menghendaki untuk memelihara likuiditas yang tinggi maka profit akan turun/rendah, sebaliknya kalau likuiditas rendah maka profit menjadi tinggi. Bank yang memiliki likuiditas yang tinggi secara umum porsi aktivanya relatif lebih besar pada aktiva jangka pendek, sedangkan bank yang likuiditasnya rendah umumnya porsi dana yang tertanam lebih besar pada aktiva jangka panjang (Taswan, 2006:95). Dengan
demikian
tinggi
rendahnya
Loan
to
Deposit
Ratio
juga
dapat
mempengaruhi perolehan laba, Loan to Deposit Ratio (LDR) yang tinggi berarti jumlah kredit yang disalurkan semakin tinggi, sehingga akan menyebabkan laba meningkat.
2.6
Hasil Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian yang telah membahas tentang profitabilitas yang berpengaruh
pada berbagai aspek yang diteliti ada yang sama, ada pula yang berbeda. Berikut ini uraian secara ringkas hasil penelitian terdahulu yang memiliki hubungan dengan variabel-variabel yang mempengaruhi profitabilitas yang nantinya akan digunakan sebagai acuan dan perbandingan untuk membantu memperjelas pembahasan. Ketut (2007), dalam penelitiannya tentang “Evaluasi Pengaruh CAMEL terhadap kinerja perusahaan (studi kasus pada perusahaan perbankan periode 1997-2001)”. Dengan hasil penelitian tersebut adalah CAMEL (CAR, RORA, NPM, OEOI, CML, dam LDR) berpengaruh signifikan terhadap ROA. Haroen (2007) meneliti analisis variabel-variabel internal (keuangan) dan eksternal (makro) yangmempengaruhi profitabilitas bank Tbk di Indonesia. Variabel bebas yang
diteliti yaitu : (1) deposit, (2) CAR diukur dengan model ATMR, (3) LDR diukur dengan total kredit yang diberikan terhadap total dana yang dietrima, (4) Financial Investment, (5) Gross Domestic Bruto (6) Inflasi dengan menggunakan alat analisis regresi linier bergadna diketahui bahwa deposit, CAR, LDR, dan inflasi memiliki sifat yang dapat mempengaruhi efesiensi ROA bank-bank yang Tbk di Indonesia dalam pencapaiannya memperoleh profit. Adapun GDP dan financial Investment tidak memiliki pengaruh terhadap ROA. Dalam penelitian ini peneliti berusaha mengetahui apakah variabelvariabel yang digunakan oleh para peneliti terdahulu, terutama yang berpengaruh dominan juga memiliki pengaruh yang sama terhadap perusahaan di industri perbankan. Ghozali (2007) melakukan penelitian tentang pengaruh CAR, FDR (Financing to Deposit Ratio), BOPO terhadap profitabilitas Bank Syariah Mandiri periode Januari 2004- Desember 2006. Variabel ini menggunakan variabel bebas CAR, FDR, BOPO, dan NPL sedangkan variable terikatnya dalah ROA.Penelitian ini menerangkan bahwa CAR dan NPL mempunyai pengaruh positif dan sginifikan terhadap profitabilitas (ROA) sedangkan FDR dan BOPO mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap ROA dan secara simultan semua variable berpenngaruh terhadap ROA. Prastiyaningtyas (2010) melakukan penelitian faktor-faktor yang mempengaruhi profitabilitas perbankan studi pada Bank Umum go public yang listing di Bursa Efek Indonesia Tahun 2005-2008.Variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini adalah CAR, NPL, BOPO, LDR, NIM (Net Interest Margin), dan pangsa kredit.Sedangkan variabel terikatnya adalah ROA.Penelitian ini menghasilkan CAR, NPL, BOPO, LDR, NIM, dan pangsa kredit baik secara parsial dan simultan mempunyai pengaruh yang di
BEJ tahun 2004-2006 pada 15 bank yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Variabel signifikan terhadap ROA. Ginanjar (2007) meneliti CAR sebagi variabel yang mempengaruhi profitabilitas bank yang go public yang digunakan dalam penelitian ini adalah CAR sebagai variabel babas (x) dan Profitabilitas ebagai variabel terikat (Y). Dengan metode penelitian deskriptif dengan pendekatan survey. Metode ini adalah metode penelitian yang memperoleh fakta-fakta dan gejala-gejala-gejala yang ada dan mencari keteranganketeangan secara faktual baik tentang intitusi social, ekonomi, atau politik dari suatu kelompok ataupun daerah, didukung dengan studi literature atau studi kepustakaan untuk menguji hipotesis yang ada dengan menggunakan statistic uji t. berdasarkan statistic uji t dapat disimpulkan bahwa CAR tidak mempunyai pengaruh yang positif terhadap profitabilitas bank. Obsorne Mathews meneliti tentangCapital and Profitability in Banks: Evidance from US banks. Dalam penelitian ini dikatakan bahwa Banks with a surplus of capital relative to target exhibit a strongly negative relationship between capital and profitability relationship between capital and profitability. Untuk lebih jelasnya, uraian di atas dapat dilihat dalam tabel 2.4
Tabel 2.4 : Penelitian Terdahulu No.
Peneliti, Tahun, dan Judul
Persamaan
Perbedaan
1
Sofyan Harun (2007), Analisis variabel variabel internal (keungan) dan eksternal (makro) yang mempenngaruhi profitabilitas bank.
Teknik Analisis Data menggunakan regresi linier berganda Variabel bebas : CAR Variabel terikat : Profitabilitas
Imam Ghozali (2007). Pengaruh CAR, FDR, BOPO, dan NPL terhadap Profitabilitas Bank Syariah Mandiri.
Teknik Analisis Data menggunakan regresi linier berganda Variabel bebas : CAR dan LDR Variabel terikat : Profitabilitas Variabel Bebas : CAR dan LDR Variabel Terikat : Profitabilitas
Variabel bebas : CAR dan LDR Variabel terikat : Profitabilitas
Variable bebas : CAR Variabel Terikat : ROA
2
3.
Prastiyaningtyas (2010). Faktor-faktor yang mempengaruhi profitabilitas perbankan studi pada Bank Umum go public yang listing di Bursa Efek Indonesia tahun 2005-2008
4
R. Arif Ginanjar (2007). Pengaruh tingkat kecukupan modal (CAR) terhadap profitabilitas bank (penelitian pada bank-bank go public yang terdaftar di BEJ) Obsorne Mathews (2013). Capital and Profitability in Banks: Evidance from US banks
5.
2.7
Obyek Penelitian : 22 Bank umum nasional yang tbk di Indonesia Tahun penelitian Variabel bebas : deposit, inflasi, GDP, dan Financial investment.
Obyek Penelitian : Bank Syariah Tahun Penelitian Variabel bebas : FDR dan NPL
Obyek Penelitian : Bank Umum go Publik di BEI Tahun Penelitian Variabel bebas : NPL, LDR, NIM, dan pangsa kredit
Obyek Penelitian : Bank yang go public di BEJ Tahun penelitian Teknik analisis data,
Tahun Penelitian Obyek Penelitian : US banks .
Kerangka Berpikir Sektor perbankan merupakan salah satu sector yang sangat penting dalam
menopang jalannya laju roda perekonomian suatu daerah, negara, bahkan dunia, karena bank berfungsi sebagai suatu perantara dalam mobilitas dan atau arus lalu lintas keuangan. Fungsi bank senagai financial intermediaries merupakan aktivitas
penting dalam suatu perekonomian yang menimbulkan aliran dana dari pihak yang tidak produktif kepadqa pihak yang produktif dalam mengelolah dana. Dimana dana yang disalurkan tersebut digunakan oleh penerima dana untuk kegiatan produktif yang akan memberikan nilai tambah terhadap faktor produksi. Peranan bank sebagai lembaga perantara tidak bisa lepas dari masalah kredit. Karena usaha bank pada dasarnya ada dua yaitu penghimpunan dan dan menyalurkan dana kembali ke masyarakat. Sebagai lembaga perbankan, bank tidak hanya dibuthkan atau bermanfaat bagi individu dan masyarakat secara keseluruhan tetapi juga sangat berperan dalam pertumbuhan dan perkembangan ekonomi sutau negara. Dalam intermediasi, dana yang dikerahkan atau dimobililasi oleh sutau bank selanjutnya akan disalurkan atau diinvestasikan ke sektor-sektor ekonomi yang produktif yang dapat meningkatkan kegiatan ekonomi suatu Negara. Melihat peranan perbankan yang sangat strategis tersebut, maka kesehatan dan stabilitas perbankan menjadi sesuatu hal yang sangatlah penting dan vital karena kesehatan dan stabilitas sector perbankan akan sangat berpengaruh terhadap pasang surut suatu perekonomian. Tingkat
profitabilitas
besarnya
fluktuatif
tergantung
faktor-faktor
yang
mempengaruhinya sehingga bank melakukan berbagai upaya untuk memperbesar halhal atau faktor yang berhubungan positif dengan profitabilitas diantaranya adalah Capital Adequacy Ratio dan Loan to Deposit Ratio. Tingkat profitabilitas ini diukur dengan menggunakan rasio keuangan Return On Assets (ROA) karena ROA lebih memfokuskan pada kemampuan perusahaan untuk memperoleh earning dalam operasi perusahaan secara keseluruhan. Selain itu juga Bank Indonesia (BI) lebih mengutamakan ROA daripada Return On Equity (ROE) karena BI lebih mengutamakan
nilai profitabilitas suatu bank yang diukur dengan asset yang dananya sebagian besar berasal dari dana simpanan masyarakat sehinga ROA lebih mewakili dalam mengukur tingkat profitabilitas. Capital Adequacy Ratio adalah rasio yang memperlibatkan seberapa jauh seluruh aktiva bank yang mengandung risiko (kredit, penyertaan, surat berharga, tagihan pada bank lain) ikut dibiayai dari dana modal sendiri bank, seperti dana masyarakat dan pinjaman. Sedangkan Loan to Deposit Ratio(LDR) adalah rasio keuangan perusahaan perbankan yang berhubungan dengan aspek likuiditas. LDR adalah suatu pengukuran yang menunjukkan deposito berjangka, giro, tabungan, dan lain-lain yang digunakan dalam memenuhi permohonan pinjaman (loan request) nasabahnya. Kedua rasio tersebut umumnya digunakan untuk menilai tingkat kesehatan perbankan.Semakin tinggi Capital Adequacy Ratio mengindikasikan bahwa bank telah mempunyai modalyang baik dalam menunjang kebutuhannya. Sehingga kenaikan rasio CAR akan diikuti oleh pemenuhan laba yang lebih baik pula karena dengan naiknya CAR membuat bank leluasa dalam pengembangan usahanya dan lebih baik dalam menampung kemungkinan adanya risiko kerugian dan Loan To Deposit Ratio (LDR) jika bank mempunyai LDR terlalu rendah atau terlalu tinggi maka akan sulit meningkatkan labanya. Jadi dengan demikian LDR sifatnya harus stabil. Dengan ini maka disimpulkan bahwa LDR yang stabil akan berpengaruh positif terhadap profitabilitas. Uraian kerangka berpikir dapat disimpulkan dengan gambar 2.1
Capital Adequacy Ratio
Perbandingan Modal dan ATMR
Profitabilitas
Laporan Keuangan
EBIT dan Total Aset Loan To Deposit Ratio Perbandingan Total Kredit yang diberikan dan DPK
Gambar 2.1: Kerangka Berpikir 2.8
Hipotesis Penelitian 1. Terdapat pengaruh CAR terhadap profitabilitas bank BUMN yang listingdi BEI Periode 2002-2012 2. Terdapat pengaruh LDR terhadap profitabilitas bank BUMN yang listingdi BEI Periode 2002-2012 3. Terdapat pengaruh CAR dan LDR terhadap profitabilitas bank BUMN yang listingdi BEI Periode 2002-2012
2.9 Ruang lingkup dan keterbatasan penelitian 2.9.1 Ruang Lingkup Variabel-variabel yang diteliti dalam penelitian ini adalah variabel bebas (independen) yaitu CAR (X1) dan LDR (X2).Sedangkan untuk variabel terikat
(dependen) yaitu profitabilitas (Y). Subyek penelitian dala penelitian ini adalah perusahaan perbankan BUMN yang listing di BEI. Jabaran variabel dalam penelitian ini adalah bertitik tolak dari variabel yang telah ditentukan kemudian dijabarkan menjadi indikator-indikator dan ditentukan item-item yang akan diukur. Adapun jabaran variabelnya adalah dapat dilihat pada tabel 2.5 berikut : Tabel 2.5: Ruang Lingkup Variabel
Indikator
Teknik Pengumpulan Data
Bebas CAR
LDR
Terikat ROA
Modal dibagi aktivs tertimbang menurut resiko (ATMR) dikali 100% Total kredit yang diberikan dibagi total Dana Pihak Ketiga dikali 100%
EBIT dibagi total asset dikali 100%
Dokumentasi
Dokumentasi
Dokumentasi
2.9.2 Keterbatasan penelitian Penelitian ini memiliki keterbatasan-keterbatasan sebagai berikut : a. Pengaruh kinerja keuangan perbankan meliputi CAR dan LDR sedangkan rasiorasio lainnya tidak ikut di analisis dan di anggap konstan b. Data dan laporan keuangan yang digunakan adalah data dan laporan keuangan yang dipublikasikan oleh bank Indoneisa pada Bursa Efek Indonesia (BEI). c. Periode observasi yang digunakan adalah periode tahunan yaitu 2002-2012