BAB II KAJIAN TEORI
2.1
Pengertian Pariwisata Istilah pariwisata di Indonesia di kenal mulai awal tahun 1960-an. Istilah
pariwisata itu sendiri diperoleh dari ide dua budayawan intelektual, yakni Moh.Yamin dan Prijono sebagai upaya mencari pengganti istilah tourism atau travel, yang waktu itu konotasinya terkait dengan selera rasa pleasure, excitement, entertainment, adventure. Istilah pariwisata berasal dari bahasa Sanskerta, yakni terdiri dari tiga kata: (1)pari artinya penuh, lengkap, berkeliling, (2) wis artinya rumah, proferti, kampung, komunitas, (3) ata, pergi terus menerus, mengembara. Jadi pariwisata berarti pergi secara lengkap meninggalkan rumah (kampung) berkeliling terus-menerus. Pitana dan Gayatri, dua ahli yang meneliti lebih jauh hubungan pariwisata dan aspek sosial budayanya, memberikan definisi tentang pariwisata, yaitu suatu fenomena yang ditimbulkan oleh salah satu bentuk kegiatan manusia, yaitu kegiatan yang disebut perjalanan (travel).1 Keduanya lebih lanjut menyatakan bahwa pariwisata adalah sebuah perjalanan dan persinggahan yang dilakukan oleh manusia di luar tempat tinggalnya untuk berbagai maksud dan tujuan, tetapi bukan untuk tinggal menetap di tempat yang dikunjungi atau disinggahi, atau untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan dengan mendapatkan upah. Rumusan tersebut
1
I.G. Pitana dan I.G. Gayatri, op.cit, hal.3
1
didasarkan atas definisi pariwisata yang di buat oleh dua pakar pariwisata berkebangsaan Swiss, Hunziker dan Krapf, sebagai berikut: Pariwisata adalah keseluruhan (gejala) dan hubungan-hubungan yang ditimbulkan oleh perjalanan dan persinggahan manusia di luar tempat tinggalnya dengan maksud bukan untuk tinggal menetap (di tempat yang disinggahinya) dan tidak berkaitan dengan pekerjaan-pekerjaan yang menghasilkan upah.2
Ahli Ekonomi berkebangsaan Austria Norval yang juga melakukan penelitian pariwisata, mendefinisikan pariwisata atau tourism adalah “ the sum total of operations, mainly of an economic nature which directly relate to the entry, stay and movement of foreigners inside and outside a certain country, city or region.”3( Pariwisata adalah keseluruhan kegiatan, yang berhubungan dengan masuk, tinggal dan pergerakkan penduduk asing di dalam atau di luar suatu negara, kota atau wilayah tertentu.) Selain itu menurut Undang Undang No. 10/2009 tentang Kepariwisataan, yang dimaksud dengan pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata yang didukung oleh berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan masyarakat, pengusaha, Pemerintah dan Pemerintah Daerah.4 Sedangkan Salah Wahab (1975:55), salah satu ahli yang mengelaborasi dampak positif pariwisata, dari aspek ekonomi dan aspek sosial mengatakan bahwa pariwisata adalah salah satu jenis industri baru yang mampu merubah kondisi ekonomi dan sosial budaya masyarakat, yaitu, mempercepat pertumbuhan ekonomi, menstimulasi motivasi masyarakat dalam rangka menciptakan lapangan 2
Andi Blog’s, Pengertian Pariwisata. 2003 ibid 4 Ibid 3
2
kerja, peningkatan penghasilan, serta menstimulasi sektor-sektor produktif lainnya. Selanjutnya, sebagai sektor yang komplek, pariwisata juga mendorong tumbuhnya industri-industri kerakyatan yang melibatkan masyarakat sebagai pengrajin yang menghasilkan cinderamata, dan juga tumbuhnya home stay dirumah penduduk daerah tujuan wisata.5 Pariwisata menurut Robert McIntosh bersama Shaskinant Gupta dalam Yoeti adalah gabungan gejala dan hubungan yang timbul dari interaksi wisatawan, bisnis, pemerintah tuan rumah serta masyarakat tuan rumah dalam proses menarik dan melayani wisatawan-wisatawan serta para pengunjung lainnya.6 Dari pengertian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa pariwsata itu sangat mendorong peningkatan ekonomi, khususnya ekonomi masyarakat sekitar daerah tujuan wisata. Peningkatan ekonomi ini nantinya akan berdampak pada perubahan sosial ekonomi masyarakat desa Botutonuo, sehingga membantu masyarakat desa Botutonuo untuk mencapai kesejahteraan.
2.2
Dampak Kegiatan Pariwisata Menurut Spillane (dalam Nasrul)7 belanja wisatawan di daerah tujuan
wisatanyajuga akan meningkatkan pendapatan dan pemerataan pada masyarakat setempatsecara langsung maupun tidak langsung melalui dampak berganda (multipliereffect). Dimana di daerah pariwisata dapat menambah pendapatannya denganmenjual barang dan jasa, seperti restoran, hotel, pramuwisata dan barangbarangsouvenir. 5
Ibid Ibid 7 Nasrul Qodarrochman, Opcit. 6
3
Greg Kreag dalam tulisannya The Impacts of Tourism (Dampak-dampak Pariwisata), mengklasifikasikan pengaruh pariwisata dalam dua aspek yaitu, dampak pada sektor ekonomi dan dampak pada sosial budaya.8 Pitana dan Gayatri lebih lanjut menguraikan dampak-dampak tersebut sebagai berikut dibawah ini:9
2.2.1 Dampak Ekonomi Pariwisata disuatu daerah sangat berpengaruh pada pembangunan ekonomi daerah wisata tersebut. Hal ini karena disebabkan oleh kegiatan pariwisata itu yang secara langsung menyentuh dan melibatkan masyarakat, sehingga membawa dampak terhadap masyarakat setempat. Oleh Cohen (dalam Pitana dan Gayatri), mengkategorikan delapan kelompok besar dampak pariwisata terhadap kondisi sosial ekonomi, yaitu :10 1. Dampak terhadap penerimaan devisa, 2. Dampak terhadap pendapatan masyarakat, 3. Dampak terhadap kesempatan kerja, 4. Dampak terhadap harga-harga, 5. Dampak terhadap distribusi manfaat/keuntungan, 6. Dampak terhadap kepemilikan dan kontrol, 7. Dampak terhadap pembangunan pada umumnya, 8. Dampak terhadap pendapatan pemerintah.
8
Kreag, Op.cit, hal. 21. Pitana dan Gayatri, Op.cit, hal.109-151 10 Ibid, hal. 109 9
4
Dampak yang ditimbulkan oleh kegiatan pariwisata bukan hanya delapan kategori yang telah disebutkan diatas, terdapat pula dampak yang bersifat positif dan negatif. a. Dampak Positif Pariwisata Bagi Ekonomi Ada banyak dampak positif pariwisata yang dikemukakan oleh Leiper (dalam Pitana dan Diarta) bagi perekonomian, diantaranya adalah sebagai berikut11: 1.
Pendapatan dari penukaran valuta asing Hal ini terjadi pada wisatawan asing. Walau di beberapa Negara
pendapatan dari penukaran valuta asing tidak begitu besar, namun beberapa Negara misalnya New Zealand dan Australia, pendapatan dari penukaran valuta asing ini sangat besar nilanya dan berperan secara sangat signifikan. Bahkan, untuk
new
Zealand
pada
tahun
90-an
menepati
peringkat
pertama
sumbangannnya, yaitu 2.277 milyar NZD dibandingkan sumbangan industri daging (2.195 milyard NZD), wool (1.811 milyard NZD), susu dan turunannya (1.793 milyard NZD), pertanian (1.256 milyard NZD) dan industri lainnya (1.733 milyard NZD).
2.
Menyehatkan neraca perdagangan luar negeri Surplus dari pendapatan penukaran valuta asing akan menyebabkan neraca
menjadi semakin sehat. Hal ini akan mendorong suatu negara mampu mengimpor beragam barang, pelayanan dan modal untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakatnya. 11
I.G.Pitana dan I.K.S Diarta, Pengantar Ilmu Pariwisata.Yogyakarta:Andi,2009.hal 185
5
3.
Pendapatan dari usaha atau bisnis pariwisata Pengeluaran
wisatawan secara
langsung ataupun
tidak
langsung
merupakan sumber pendapatan dari beberapa perusahaan, organisasi, atau masyarakat perorangan yang melakukan usaha di sektor pariwisata. jumlah wisatawan yang banyak merupakan pasar bagi produk lokal. Masyarakat secara perorangan juga mendapat penghasilan jika mereka bekerja dan mendapat upah dari pekerjaan tersebut. Pekerjaan di sektor pariwisata sangat beragam, seperti pengusaha pariwisata, karyawan hotel dan restoran, karyawan agen perjalanan, menyediakan jasa transportasi, pemandu wisata, penyedia souvenir, atraksi wisata, dan lain seterusnya. Pendapatan dari hasil kerja di usaha pariwisata merupakan dampak sekunder sedangkan dampak primernya berupa bisnis organisasi atau perusahaan serta pendapatan devisa negara. Bagi perusahaan, pendapatan primer inilah yang dipakai untuk membayar gaji pekerjanya, serta berupa deviden bagi pemilik usaha.
4.
Pendapatan pemerintah Pemerintah memperoleh pendapatan dari sektor pariwisata dari beberapa
cara. Beberapa Negara di dunia, termasuk Indonesia telah membuktikan sumbangan sektor pariwisata terhadap pendapatan pemerintah. Oleh karena itu, pemerintah Negara manapun akan menaruh perhatian besar untuk berusaha menarik sebanyak-banyaknya wisatwan asing untuk berlibur ke negaranya. Sumbangan pendapatan terbbesar dari pariwisata bersumber dari pengenaan pajak. Sebagai contoh, pengenaan pajak hotel dan restoran yang
6
merupakan bagian dari keuntungan usaha pariwisata hotel dan restoran tersebut. Sumber lain bisa berupa usaha pariwisata yanga dimiliki oleh pemerintah sendiri. Pemerintah juga mnengenakan pajak secara langsung kepada wisatawan jika mereka melakukan transaksi yang tergolong kena pajak. Biasanya di banyak negara dikenal sebagai service tax, yang umumnya sebesar 10% untuk transaksi dihotel dan restoran. Pajak ini berbeda dari pajak sumbernya dari keuntungan hotel ddan restoran yang diuraikan sebelumnya.
5.
Penyerapan tenaga kerja Banyak individu menggantungkan hidupnya dari sektor pariwisata.
pariwisata merupakan sektor yang tidak bisa berdiri sendiri, tetapi memerlukan dukungan dari sektor lain. Baik sektor pariwisata maupun sektor-sektor lain yang berhubungan dengan sektor pariwisata tidak dapat dipungkiri merupakan lapangan kerja yang menyerap begitu banyak tenaga kerja.
6.
Multiplier effects Efek multiplier merupaka efek ekonomi yang ditimbulkan kegiatan
ekonomi pariwisata terhadap ekonomi secara keseluruhan suatu wilayah (daerah, negara) tertentu. Jika seorang wisatawan mengeluarkan 1 USD atau 1.000 USD, uang tersebut akan menjadi pendapatan bagi penerimanya, misalnya pemiliki toko souvenir. Pemilik toko souvenir tersebut memakai uang tersebut seluruhnya atau sebagian untuk membeli bahan-bahan kerajinan souvenir-nya untuk dijual kembali di tokonya, membayar gaji karyawan tokonya, membayar pajak, listrik, air dan seterusnya.
7
Penerima uang dari pemilik toko souvenir ini kembali menjadi sumber pendapatan bagi pihak lain. Ini adalah perputaran uang yang ketiga setelah wisatawan, pihak toko pemilik bahan kerajinan, karyawan dan lainnya. Semakin panjang perjalanan uang tersebut, jumlahnya akan semakin mengecil, karena mungkin sebagian dari pendapatan tersebut disimpan atau ditabung oleh masingmasing pihak, atau bahkan keluar dari perputaran aktivitas ekonomi di wilayah tersebut. Sebagai contoh, pemilik hotel dan restoran dengan jaringan internasional seringkali tidak berasal dari warga negara tujuan wisata, tetapi berasal dari luar negeri sehingga hal ini menimbulkan kebocoran ekonomi (economic leakage). Rasio antara total pengeluaran dari setiap putaran ekonomi dibanding dengan jumlah asli atau permulaan yang dikeluarkan oleh wisatawan dinamakan multiplier. Dari contoh diatas, jika pengeluaran wisatawan yang 1.000 USD mampu mendorong berputarnya mesin ekonomi sejauh tiga tahapan seperti di atas, dengan total pengeluaran dari ketiga tahap tersebut 1.250 USD, maka dikatakan memiliki efek multiplier sebesar 1.25 USD, terdapat beragam efek multiplier yang dapat dihitung dari kegiatan pariwisata, yaitu expenditure, employment, income, dan sebagainya.
7.
Pemanfaatan fasilitas pariwisata oleh masyarakat lokal Wisatawan dan masyarakat lokal sering berbagi fasilitas untuk berbagai
kepentingan. Dalam beberapa kasus, keberadaan pariwisata di suatu daerah atau negara tujuan wisata menjadi kritis dari nilai ekonomi fasilitas pariwisata tersebut. Banyaknya wisatawan mendatangkan keuntungan yang cukup besar, sehingga suuatu fasilitas dapay digratiskan pemanfaatannya bagi masyarakat lokal.
8
Contohnya adalah wisata bahari Hanauman Bay Hawaii, USA, dimana Hanauman Bay tersebut menyediakan fasilitas konservasi kharang laut dengan berbagai jenis ikan, penyu, fasilitas diving, dan rekreasi perairan yang sangat indah. Hanauman Bay ini menjadi tujuan wisata yang sangat favorit bersama pantai Waikiki. Tempat ini tiap tahunnya dikunjungi lebih dari lima juta orang. Bagi wisatawan asing dikenai biaya 5 USD untuk tiket masuk, sedangkan wisatawan lokal dan pemegang kartu residen Hawaii atau pemegang kartu pelajar untuk sekolah dan universitas di Hawaii di gratiskan. b. Dampak Negatif Pariwisata Bagi Ekonomi Dampak negatif pariwisata menurut Mathieson dan wall (dalam Pitana dan Diarta) adalah sebagai berikut12: 1.
Ketergantungan terlalu besar pada pariwisata Beberapa daerah tujuan wisata sangat menggantungkan pendapatan atau
kegiatan ekonominya pada sektor pariwisata. sebagaimana diketahui, pariwisata sangat rentan terhadap fluktuasi karena berbagai isu. Ada kalanya isu tidak menguntungkan (terror, wabah penyakit, konflik, dan lain sebagainya) akan mempengaruhi minat wisatwan untuk pergi berwisata ke daerah tersebut. Akibatnya, kegiatan ekonomi juga mengalami penurunan tajam akibat proporsi terbesar disumbangkan dari kegiatan pariwisata. begitu pariwisata mengalami penurunan, langsung atau tidak hal itu akan menyebabkan penurunan kegiatan ekonomi secara berantai.
12
Ibid, hal 193.
9
2.
Meningkatnya angka inflasi dan meroketnya harga tanah Perputaran uang dalam kegiatan ekonomi di daerah tujuan wisata sangat
besar. Permintaan barang konsumsi juga meningkat yang pada akhirnya akan memicu laju inflasi. Di sisi lain, dibangunnya berbagai fasilitas pariwisata akan segera memicu harga tanah di sekitar lokasi tersebut menjadi naik lebih tinggi.
3.
Meningkatnya
kecenderungan
untuk
mengimpor
bahan-bahan
yang
diperlukan dalam pariwisata sehingga produk lokal tidak terserap Hal ini disebabkan karena wisatawan sebagai konsumen datang dari berbagai Negara dengan pola makan dan menu yang jauh berbeda dengan masyarakat lokal. Mereka juga memiliki gaya hidup dan kebiasaan yang sangat berbeda, sehingga kebutuhannya sangat berbeda. Daerah tujuan wisata, walau mampu memproduksi produk-produk tertentu dengan kualitas cukup baik, namun bila tidak sesuai dengan selera kebutuhan wisatawan maka tdiak akan mendapatkan manfaat dari keberadaan pariwisata. Hotel, restoran, toko, dan sebagainya terpaksa mengimpor produk luar negeri dan kemudian memajang produk tersebut untuk memenuhi permintaan wisatawan.
4.
Sifat pariwisata yang musiman, tidak dapat diprediksi dengan tepat, menyebabkan pengembalian modal investasi juga tidak pasti waktunya. Tidak sepanjang tahun wistawan datang mengunjungi daerah tujuan
wisata. Selain mereka juga bekerja dinegaranya, pertimbangan geografis, cuaca, waktu, uang, biaya, dan sebagainya mempengaruhi keputusan seseorang untuk berwisata. Pariwisata hidup pada bulan-bulan tertentu, sehingga pendapatan dari
10
kegiatan ekonomi pariwisata juga mengalami fluktuasi. Konsekuensinya, pengembalian modal investasi juga tidak dapat dipastikan waktunya.
5.
Timbulnya biaya-biaya tambahan lain bagi perekonomian setempat. Hal ini berhubungan dengan degradasi alam, munculnya limbah besar,
populasi,
transportasi,
dan
sebagainya
yang
memerlukan
biaya
untuk
memperbaikinya.
2.2.2 Dampak Sosial Budaya Peranan pariwisata dalam pembangunan ekonomi sudah tidak diragukan lagi, tetapi pariwisata bukan hanya berdampak pada masalah ekonomi, melainkan juga masalah sosial, budaya, politik dan seterusnya. Pariwisata merupakan suatu sistem yang multikompleks, semuanya saling terkait dan saling mempengaruhi. Dalam beberapa tahun terakhir pariwisata menjadi sumber penggerak dinamika masyarakat, dan menjadi salah satu prime-mover dalam perubahan sosialbudaya13. Pizam and Milman (dalam Pitana dan Gayatri) mengklasifikasikan dampak sosial-budaya pariwisata atas enam, yaitu14: 1. Dampak terhadap aspek demografis (jumlah penduduk, umur, perubahan piramida kependudukan) 2. Dampak terhadap mata pencaharian (perubahan pekerjaan, distribusi pekerjaan)
13 14
Pitana dan Gayatri, OpCit. hal 6. Ibid, hal 118
11
3. Dampak terhadap aspek budaya (tradisi, keagamaan, bahasa) 4. Dampak terhadap transformasi norma (nilai, moral, peranan seks) 5. Dampak terhadap modifikasi pola konsumsi (infrastruktur, komoditas) 6. Dampak terhadap lingkungan (polusi, kemacetan lalu lintas).
Selain Pizam dan Milman, menurut Richardson dan Fluker (dalam Pitana dan Diarta)15, dampak pariwisata terhadap kehidupan sosial budaya di daerah tujuan wisata antara lain adalah: 1.
Dampak terhadap struktur populasi Meningkatnya
aktivitas
pariwisata
disuaru
daerah
tujuan
wisata
memerlukan tenaga kerja untuk menjalankan usaha pariwisata dan memberikan pelayanan yang diperlukan wisatawan. Sebagian mereka mungkin berasal dari penduduk lokal yang memutuskan untuk ganti pekerjaan dari sektor lain ke sektor pariwisata.sebagaian dari penduduk lain mungkin saja memutuskan untuk tetap bertahan tinggal di sekitar daerah tersebut walaupun tidak terserap menjadi tenaga kerja sektor pariwisata dibanding harus pindah ditempat lain karena keterbatasan peluang kerja. Kemungkinan lainnya penduduk yang berasal dari daerah lain yang kebetulan bekerja di daerah tersebut karena pariwisata. Hasilnya tidak hanya meningkatnya jumlah populasi di daerah tersebut, tetapi juga mengubah komposisinya. Pekerja disektor pariwisata usianya berkisar antara 20-40 tahun, sehingga komposisi penduduk di daerah tersebut juga bergeser, yang terbesar adalah mereka yang ada pada usia tersebut. Kepadatan penduduk perkilo meter persegi juga meningkat. Lambat laun hal ini akan 15
Pitana dan Diarta,OpCit. Hal 195
12
menimbulkan masalah sosial yang beragam, mulai dari yang ringan seperti meningkatnya stress, kemacetan, dan sebagainya, sampai maslaha kejahatan, seperti perampokan dan tindakan kriminal lainnya.
2.
Transformasi struktur mata pencaharian Peluang kerja sektor pariwisata harus diakui memiliki beberapa kelebihan
jika dibandingkan dengan sektor lainnya. Hal ini akan segera menarik minat orang dari lain pekerjaan dan wilayah untuk merapat ke sektor pariwisata. beberapa daerah yang umumnya sumber, mata pencaharian sebagian besar berasala dari sektor pertanian segera mengalami tantangan. Terjadi tarnsformasi pekerjaan dan tenaga kerja dari sektor pariwisata dan tenaga kerja dari sektor pertanian ke sektor pariwisata. Beberapa jenis pekerjaan yang tidak memerlukan keahlian khusus di sektor pariwisata, seperti tukang kebun, cleaning service, house keeping, dan sejenisnya menarik minat ibu rumah tangga atau pekerja di sektor pertanian untuk bergabung. Sifat pariwisata yang musiman kadang mempengaruhi secara sosial terhadapa masyarakat lokal yang kebetulan bekerja di sektor pariwisata.
3.
Transformasi tata nilai Meningkatnya populasi dengan datangnya orang yang mempunyai attitude
berbeda-beda dapat menyebabkan pencampuran tata nilai di daerah tujuan wisata tersebut. Dampak pariwisata pada tata nilai di daerah tujuan wisata lebih besar disebabkan oleh pengaruh wisatawan dari pada disebakan oleh pekerja pariwisata
13
yang datang dari daerah lain. Transformasi tata nilai ini dapat mengambil beberapa bentuk, yaitu sebagai berikut: a. Efek peniruan Hal ini merupakannama lain dari proses akaulturasi, sebuah teori yang mengasumsikan bahwa ketika dua kebuadayaan berinteraksi, maka kebuadayaan yang dominan akan mengalahkan kebudayaan yang lebih lemah sehingga membawa perubahan pada kebudayaan yang lebih lemah tersebut. Beberapa aspek dari suatu kebudayaan disdopsi oleh yang lain sehingga menghasilakn suatu kebudayaan baru yang lebih berdasarkan pola kebudayaan yang lebih kuat dan dominan. Hal ini adalah reaksi dari proses akulturasi sebagai dampak masuknya pariwisata. Tentu saja tidak semua daerah tujuan wisata mengalami proses ini. Ketika terdapat suatu perbedaan yang signifikan antara status ekonomi anatara wisatawan dan masyarakat lokal, baisanya anggota masyarakat tertarik atas budaya wisatawan yang mereka anggap lebih bebas, menyenangkan, modern, menjarik, dan sebagainya. Hasilnya orang akan mengadopsi cara berpakaian, makanan dan minuman, bertingkah laku seperti wisatawan, menggunakan cara bergaul wisatawan (bahasa, gaya, tata karma, dan sebagainya). Tdiak semua yang diadopsi ini cocok dengan kebudayaan asli daerah tersebut, sehingga tidak jarang menimbulkan masalah sosial. Namun dari wisatawan kepada masyarakat lokal, tetapi ada kemungkinan wisatawan asing yang telah kembali ke negaranya akan terobsesi dengan rasa makanan, minuman dan sebagainya yang meninggatkan
14
kenangannnya akan etnik yang pernah dikunjungi, sehingga mereka pergi ke restoran yang berbau etnik di negaranya. b. Marginalisasi Orang yang termaginalisasi (dalam konteks pariwisata) merupakan individu yang menolak asimilasi secara penuh kebudayaan wisatawan ke dalam kehidpan sehari-harinya. Namun, asimilasi secara penuh agar dapat mempunyai kebudayaan yang sama dengan wisatawan tdiak akan pernah terjadi. Orang yang termaginalisasi tidak mengadopsi seperangkat norma dan standar yang telah diterima oleh kedua kebudayaan. Tingkah lakunya dianggap menyimpang oleh kedua kebudayaan dan mengakibatkan terpisahnya individu tersebut dari kedua kebudayaan tersebut. c. Komodifikasi kebudayaan Hal ini meruapakan proses dimana kebudayaan dibuat sedemikian rupa menjadi suatu paket untuk dijual, mengelola agar sesuai dengan waktu dan keinginan wisatawan dibandingkan dengan tujaun untuk kebudayaan itu sendiri. Komodifikasi juga muncul ketika kerajinan tangan diproduksi unotuk kepada wisatawan, tetapi produksinya tidak menggunakan cara tradisonal lagi dan bersifat massal.
4.
Dampak pada kehidupan sehari-hari Pariwisata juga menyebabkan masalah untuk masyarakat lokal yang
mempengaruhi bagaimana masyarakat bertindak dalam kehidupan sehari-harinya diantaranya sebagai berikut:
15
a. Terlalu sesaknya orang Sebuah komunitas kecil dapat seketika menjadi terlalu sesak dengan kedatangan wisatawan dalam jumlah besar. Contohnya, kedatangan begitu besar banyak wisatawan kapal pesiar pada suatu komunitas terpencil hanya dalam beberapa jam kunjungan lebih berdampak negatif bagi kondisi sosial komunitas tersebut. Gaya hidup dan kebudayaan yang berbeda jauh tiba-tiba hadir di dalam komunitas dan kemudian menghilang dalam waktu yang singkat akan membuat shock komunitas tersebut. b. Kemacetan lalu lintas Dampak yang lebih mudah diamati adalah terjadinya kemacetan dan kesemerawutan lalu lintas. Hal ini akan menyebabkan beberapa macam konflik, yaitu konflik antara pejalan kaki dengan pemakai kendaraan, ketidakmampuan suatu kawasan tertentu (misalnya, obyek wisata) dalam menampung penumpukan dan pemusatan kendaraan di daerah tersebut, dan kekurangan lahan parkir. c. Penggunaan infrakstruktur berlebihan Kekurangan system pengolahan limbah merupakan satu masalah umum yang muncul di daerah tujuan wisata akibat keterlambatan otoritas pemerintah dalam mengantisipasi perkembangan pariwisata diwilayahnya, infrakstruktur lain, seperti energi dan air, mungkin tidak mampu mendukung perkembangan pariwisata yang terlalu cepat, sehingga menimbulkan masalah populasi, kesehatan, ketidaknyamanan dan ketidakpuasan baik bagi wisatwan maupun masyarakat lokal.
16
d. Kehilangan kegunaan dan manfaat sosial tanah Masuknya pariwisata di suatu kawasan akan memerlukan lahan untuk membangun akomodasi dan fasilitas pariwisata lainnnya.pengambilan lahan ini akan mengurangi manfaat sosial yang sebelumnya digunakan oleh masyarakat setempat. Misalnya, hilangnya lapangan tempat olahraga, tertutupnya kawasan pantai dan lahan-lahan lain yang biasa dipergunakan masyarakat setempat untuk melakukan interaksi sosial dan berkreasi sebelum dimanfaatkan untuk pariwisata.pengembangan kawasan wisata, apalagi yang bersifat eksklusif, akan membatasi akses masyarakat lokal atas kawasan tersebut. Hal ini akan menimbulkan masalah sosial antara pariwisata dengan kehidupan sosial masyarakat setempat. Contohnya pengambilalihan kawasan pesisir pantai di Bali oleh pariwisata akan menyebakan ketidakpuasan masyarakat adat yang secara tradisoanl menggunakannya sebagai tempat melakukan upacara adat dan agama. e. Kehilangan manfaat dan usaha lain Pembnagunan fasilitas parwisata menyebabkan usaha lain menjadi terancam dan bahkan hilang. Misalnya, kehilangan mata pencaharian nelayan kecil di pantai yang telah dikuasai poariwisata, pembendungan atau reklamasi suatu pulau yang juga merupakan habitat mangrove dan bersarangnta penyu dan ikan menyebakan hilangnya usaha ekonomi rakyat di daerah tersebut secara tradisional memnafaatkan untuk kegiatan pembudidayaan ikan dan penyu. f. Polusi desain aristektur Ketidaksinkronan desain arsitektur fasilitas pariwisata dan akomodasi disuatu kawasan dapat mengganggu interitas sosial dan budaya setempat. Tidak
17
jarang desain fasilitas pariwisata tidak mempertimbangkan karakteristik lingkungan setempat. Hotel yang besar sering kelihatan sangat mencolok dan aneh dengan lingkungan sekitarnya karena ber-arsitektur luar negeri. Padahal wisatawan menginginkan sesuatu yang eksotik, yang mencerminkan sifat kelokalan yangkahsa yang berbeda dari apa yang telah dilihatnya sehari-hari dinegaranya. Masalah juga muncul jika bangunan parwisata, yang umumnya lebih besar dari masyarakat sekitarnya, menghalangi pemandangan indah, seperti hamaparan pegunungan, sawah, lebah, pantai dan sebagainya yang sudah menjadi asset wilayah. Hal ini akan mengakibatkan masalah sosial antara investor dan masyarakat lokal. g. Kejahatan terhadap wisatawan Kesuksesan suatu daerah dalam mengembangkan pariwisata berarti juga berhasilnya dalam menyerap uang dari kegiatan wisatawan.hal ini tidak disadari adalah kejahatan akan juga mengikuti dimana uang banyak dihasilkan. Kejahatandi wilayah tujuan wisata cenderung meningkat, baik kejahatan terhadap orang maupun property. Ada beberapa alasan mengapa wisatawan menjadi target kejahatan, yaitu: (1) mereka orang yang memiliki ttingkat kesejahteraan yang lebih baik dan mempunyai sesuatu seperti kamera, laptop, uang, dan sebagainya; (2) mereka gampang diamati karena perbedaan yang mencolok baik pakaian, gaya hidup, tempat yang dikunjungi dan sebagainya; (3) kurangnya kewaspadaan wisatawan akan ancaman kejahatan karena biasanya telah mempunyai persepsi positif tentang tujuan wisata yang dikunjunginya akibat imajinasi meraka daerah
18
gtersebut aman dan nyaman seperti rasanya disurga, sesuai yang disediakan oleh penyedia paket wisata melalui promosi, brosur dan sebagainya. h. Kejahatan oleh wisatawan Dalam kategori ini, kejahatan sebagai masalah sosial justru diakibatkan oleh datangnya wisatawan dengan perilaku menyimpang, seperti penggunaan obat terlarang dan sebagainya, menjadi racun bagi masyarakat lokal. Apalagi jika mereka melakukan dengan atraktif seperti diiringi musik yang keras dan mengganggu, serta arak-arakan kendaraan.
2.2.3 Dampak Terhadap Lingkungan Pariwisata disuatu kawasan tidak dapat dipungkiriakan menimbulkan dampak terhadap alam dalam derajat tertentu. Hal inilah menjadi perhatian yang besar agar pembangunan pariwisata tidak berdampak negatif bagi lingkungan dan alam, sebab walau bukan menjadi faktor utama yang menarik wisatawan yang datang berkunjung, faktor lingkungan dan alam mempunyai pengaruh yang besar bagi calon wisatawan mengapa memilih daerah tersebut sebagai daerah tujuan wisata. Menurut Richardson dan Fluker (dalam Pitana dan Diarta)16, dampak pariwisata terhadap lingkungan diantaranya adalah sebagai berikut: 1.
Dampak dari penggunaan laat transportasi Sektor transportasi di seluruh dunia diperkirakan bertanggungjawab
terhadap konsumsi 20-30 persen dari keseluruhan energy fosil dunia. Alat
16
Ibid, hal 205
19
transportasi yang sangat vital bagi pariwisata adalah bus, kereta api, pesawat, dan kapal laut menghasilkan gas CO2 yang mencemari udara dan menyebabkan pemanasan global. Alat transportasi juga menjadi sumber utama polusi udara (kebisingan) terutama dari mobil dan pesawat. Secara global, transportasi darat memakai hampir 75 persen total bahan bakar fosil. 2.
Dampak dari pembangunan fasilitas pariwisata Pengembangan pariwisata dapat menimbulkan kerusakan besar pada
ekosistem. Kerusakan dan masalah ekosistem yang ditimbulkan dapat berupa sedimentasi dan emisi gas buang. Untuk pembangunan di daerah perbukitan dan pegunungan, selain perusakan hutan, juga menjadi penyebab erosi dan longsor. Bangunan yang dibuat kadang-kadang menghalangi arus sungai dan drainase serta pencemaran langsung yang disebabkan oleh limbah hotel dan restoran. Habitat binatang liar terganggu selama pembangunan dan penggunaan fasilitas pariwisata. Masalah lingkungan terbesar bagi bangunandan fasilitas pariwisata terutama hotel dan restoran adalah penggunaan energy dan pembuangan limbah. Sampah padat yang dihasilkan dari pembangunan dan kontruksi sarana akomodasi menjadi limbah beracun yang mencemari air, udara dan tanah. 3.
Dampak dari pengoperasian industri pariwisata Pengoperasian industri pariwisata dapat memberi tekanan pada lingkungan
melalui berbagai cara, yaitu: a. Tekanan terhadap sumber daya alam Misalnya
wisatawan
dan
alat
transfortasi
dapat
merusak
dan
menghancurkan vegetasi tumbuhan dan perusakangaris pantai. Rekreasi pantai
20
(scuba diving,snorkeling,sport fishing) dapat mengahancurkan terumbu karang dengan dampak lanjutannya berupa hancurnya kawasan lindung pantai dan daerah penangkapan ikan. b. Perusakan habitat kehidupan air Masalah yang timbul dapat berupa penghancuran habitat, akibat hilangnya habitat untuk keperluan pembangunan pariwisata, penyediaan tempat camping, pencarian kayu bakar, dan sebagainya. Perusakan keseimbangan habitat dapat muncul saat wisatawan jalan-jalan sambil member makan burung dan hewan yang ditemui. Perusakan juga terjadi jika mereka melakukan perburuan binatang liar sebagai atraksi wisata. Di Maladewa, menurut WTO (dalam Richardson dan Fluker)17, terdapat program perlindungan terhadap hiu yang terbukti lebih menguntungkan dari pada pengeksploitasiannya. Di tahun 1990-an atraksi wisata dengan memotret koloni 20 ekor hiu menghasilkan pendapatan US$ 670.000.00 pertahun atau US$ 33.500.00 perekor, sementara kalau diburu dan dieksploitasi seekor hiu hanya laku seharga US$32. c. Polusi pencemaran limbah lainnya Limbah merupakan bahaya utama bagi sumber air untuk keprluan seharihari dan juga menjadi ancaman bagi perairan laut dan wilayah pantai. Ancaman berikunya berupa pengendapan bahan limbah, polusi limbah hotel dan restoran, bahan bakar kapal laut dan boat, erosi sepanjang aliran sungai yang membawa sampah, limbah rumah tangga, limbah sisa pencucian dan sebagainya.
17
Ibid, hal 205
21
2.3
Pengertian Perubahan Sosial Masyarakat Perubahan sosial secara umum dapat diartikan sebagai suatu proses
pergeseran atau berubahan struktur/tatanan didalam masyarakat, meliputi pola pikir yang lebih inovatif, sikap, serta kehidupan sosialnya untuk mendapatakan kehidupan yang lebih bermanfaat18.Dalam kajian sosiologis, perubahan dilihat sebagai sesuatu yang dinamis dan tidak linear. Dengan kata lain perubahan akan terus terjadi dalam masyarakat dan tidak secara linear. Farley mendefinisikan perubahan sosial sebagai perubahan pola perilaku, hubungan sosial, lembaga , dan struktur sosial pada waktu tertentu. Perubahan sosial dapat dibayangkan sebagai perubahan yang terjadi didalam atau mencakup sistem sosial. Oleh sebab itu, terdapat perbedaan antara keadaan sistem tertentu dalam jangka waktu berlainan19. Hal yang serupa pula dikemukakan Moore20, perubahan sebagai perubahan penting dari struktur sosial, yaitu pola-pola perilaku dan interaksi sosial yang tejadi di dalam suatu masyarakat. Selain itu konsep perubahan sosial menurut Macionis21, perubahan ,merupakan transformasi dalam organisasi masyarakat dalam pola berpikir dan dalam perilaku pada waktu tertentu. Didukung pula oleh Parsonyang mengasumsikan bahwa ketika masyarakat berubah, umumnya masyarakat itu tumbuh dengan kemampuan yang lebih baik untuk menanggulangi masalah yang dihadapinya.
18
Lihat: (http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/18273/4/Chapter%20II.pdf)
19
Ibid Nanang Martono, Sosiologi Perubahan Sosial, Jakarta:RajawaliPers.2011. hal 5 21 Ibid 20
22
Menurut Himes dan Moore (dalam Soelaiman)22, perubahan sosial mempunyai tiga dimensi, yaitu: 1.
Dimennsi struktural mengacu pada perubahan-perubahan dalam bentuk struktur masyarakat, menyangkut perubahan dalam peranan, munculnya peranan baru, perubahan dalam struktur krlas sosial, dan perubahan dalam lembaga sosial. Perubahan tersebut meliputi: bertambah dan berkurangnya kadar peranan; menyangkut aspek perilaku dan kekuasaan; adanya peningkatan atau penurunan sejumlah peranan atau pengategorian peranan; terjadinya pergeseran dari wadah atau kategori peranan; terjadinya modifikasi saluran komunikasi di antara peranan-peranan atau kategori peranan; dan terjadinya perubahan dari sejumlah tipe dan daya guna fungsi sebagai akibat dari struktur.
2.
Dimensi kultural, mengacu pada perubahan kebudayaan dalam masyarakat. Perubahan ini meliputi: pertama, inovasi kebudayaan. Inovasi kebudayaan merupakan komponen internal yang memunculkan perubahan sosial dalam masyarakat. Inovasi kebudayaan yang paling mudah ditemukan adalah munculnya teknologi baru. Kebutuhan masyarakat yang semakin kompleks memaksa individu untuk berpikir kreatif dalam upaya untuk memnuhi kebutuhan tersebut. Kedua, difusi. Difusi merupakan komponen eksternal yang mampu menggerakkan terjadinya perubahan sosial. Sebuah kebudayaan mendapatkan pengaruh dari budaya lain, yang hal tersebut kemudian memicu perubahan kebudayaan dalam masyarakat yang “menerima” unsur-unsur
22
Ibid
23
budaya tersebut. Ketiga, integrasi. Integrasi merupakan wujud perubahan budaya yang “relatif lebih halus”. Hal ini disebabkan dalam proses ini terjadi penyatuan unsur-unsur kebudayaan yang saling bertemu untuk kemudian memunculkan kebudayaan baru sebagai hasil penyatuan berbagai unsur-unsur kebudayaan tersebut. 3.
Dimensi interaksional, mengacu pada adanya perubahan hubungan sosial dalam masyarakat. Dimensi ini meliputi: pertama, perubahan dalam frekuensi. Perkembangan teknologi telah menyebabkan berkurangnya frekuensi individu untuk saling bertatap muka. Semua kebutuhan untuk berinteraksi dapat dipenuhi dengan memanfaatkan teknologi. Kedua, perubahan dalam jarak sosial. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi telah menggesar fungsi “tatap muka” dalam proses interaksi. Individu tidak harus bertatap muka untuk dapat melakukan komunikasi interaksi secara langsung. Bahkan, ketika dua individu berada ditempat yang sangat jauh, mereka bisa tetap berkomunikasi meskipun dalam jarak ribuan berkilometer. Ketiga, perubahan perantara. Mekanisme kerja individu dalam masyarakat modern banyak bersifat “serba online”, menyebabkan individu tidak banyak membutuhkan “orang lain” dalam proses pengiriman informasi. Keempat, perubahan dari aturan pola-pola. Banyak aturan serta pola-pola hubungan yang mengalami perubahan seiring perkembangan masyarakat. Emansipasi perempuan dalam dunia kerja misalnya, telah mengubah cara pandang masyarakat dalam menyikapi “perempuan yang pulang malam”. Bila sebelumnya perempuan yang sering keluar atau pulang malam sering
24
dikonotasikan sebagai “perempuan nakal”, namun sekarang masyarakat telah memandang hal tersebut sebagai hal yang biasa karena pada saat sekarang banyak perempuan bekerja sampai larut malam atau bahkan bekerja pada malam hari.Kelima, perubahan dalam bentuk interaksi. Interaksi antarindividu tidak sekaku pada masa lalu ketika interaksi harus dilakukan secara tatap muka. Di era sekarang, interaksi dapat dilakukan kapan saja, melalui telepon, handphone, email, chatting, facebook,Yahoo! Messenger, Twitter, dan berbagai teknologi canggih lainnya. Kasnawi
mengemukakan
perubahan
tersebut
meliputi
perubahan-
perubahan cara berpikir masyarakat dalam upaya mereka untuk memenuhi berbagai macam kebutuhan hidupnya, perubahan dalam sikap, serta perubahan yang berhubungan dengan perkembangan tata cara kehidupannya, yaitu yang menyangkut pemakaian alat-alat yang lebih modern.23 2.4
Dampak Perubahan Sosial Perubahan senantiasa mengandung dampak postif maupun dampak
negatif. Untuk itu, perlu ada pemahaman dan kearifan dalam merespons perubahan mengenai nilai, arah program, dan strategi yang sesuai dengan sifat dasar perubahan itu sendiri. Teknologi pada hakikatnya diciptakan untuk memudahkan aktivitas manusia dalam memenuhi kebutuhannya. Namun kenyataannya, teknologi banyak disalahgunakan oleh manusia itu sendiri. Di lain pihak dengan semakin canggihnya teknologi, manusia menjadi tidak bebas dan menjadi tergantung 23
M. Tahir Kasnawi, Perubahan Sosial dan Pembangunan. 2005
25
dengan teknologi. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa teknologi banyak membawa dampak bagi manusia sebagai pembuatnya. Dampak perubahan sering dihadapkan pada sistem nilai, norma, dan sejumlah gagasan yang didukung oleh media-media komunikasi yang dapat mengubah sistem sosial, politik, ekonomi, pendidikan maupun sistem budaya24.
2.4.1 Perubahan Sosial (aspek ekonomi) Perubahan sosial dari aspek ekonomi, merupakan proses berubahnya sistem di masyarakat yang meliputi perubahan kehidupan perekonomian masyarakat tersebut. Hal tersebut meliputi perubahan mata pencaharian, perubahan penghasilan, bahkan sampai peningkatan taraf kehidupan yang lebih baik lagi25. Para ahli sosiologi mempercayai bahwa, masyarakat manapun pasti mengalami perubahan berlangsung puluhan atau bahkan ratusan tahun yang lalu. Perbedaannya dengan yang terjadi di masa yang lalu adalah dalam hal kecepatannya, intensitasnya, dan sumber-sumbernya. Perubahan sosial sekarang ini berlangsung lebih cepat dan lebih intensif, sementara itu sumber-sumber perubahan dan unsur-unsur yang mengalami perubahan juga lebih banyak. Pembangunan ekonomi akan berjalan mulus jika mau mempelajari sikap bekerjasama, mengkehendaki kemajuan, menghargai pekerjaan, dan sebagainya. Maka perubahan menjanjikan pemenuhan kebutuhan dasar seperti pemeliharaan kesehatan sekalipun, mungkin menghadapi rintangan karena sikap tradisional. 24 25
Ibid, hal 23 Lihat: (http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/18273/4/Chapter%20II.pdf)
26