BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Munculnya internet sebagai salah satu produk media baru membawa banyak perubahan dalam kehidupan manusia baik dalam hal ekonomi, sosial, budaya dan politik. Media baru adalah media yang merupakan gabungan antara teknologi komputer dengan teknologi informasi dan komunikasi. Bentuknya adalah teknologi komunikasi elektronik atau digital, khususnya internet. Istilah media baru telah digunakan sejak tahun 1960an dan telah mencakup seperangkat teknologi komunikasi terapan yang semakin berkembang dan beragam. Internet memudahkan kita untuk mendapatkan informasi, saling bertukar informasi dan berkomunikasi dengan orang lain. Jumlah pengguna internet yang semakin besar menandakan adanya budaya baru di masyarakat dalam pencarian informasi yang mudah,cepat dan aktual Hal ini ditunjukkan dengan banyaknya blog, mailing list dan forum diskusi yang memungkinkan individu satu bertemu dengan individu lainnya, bertukar pikiran atau sekedar sharing mengenai pengetahuan yang mereka miliki masing-masing.
Perkembangan internet sangat berpengaruh terhadap perkembangan telekomunikasi dunia didukung oleh munculnya smartphone yang semakin memudahkan usernya dalam penggunaan internet. Smartphone atau telepon pintar adalah telepon genggam yang memiliki fitur canggih serta terkoneksi jaringan internet yang lebih cepat daripada telepon genggam yang biasa-biasa saja. Smartphone juga memunculkan fenomena banyaknya media-media sosial baru yang memungkinkan serta memudahkan penggunanya dalam berkomunikasi, seperti blackberry messenger, twitter, facebok,whatsapp, line, kakao talk dan lain-lainnya. Syarat mutlak individu yang ingin memiliki media-media sosial tersebut adalah memiliki smartphone. Hal ini menjadikan konsumsi masyarakat terhadap pembelian smartphone pada
masa kini semakin meningkat, terutama di kalangan kaum muda. Fenomena smartphone ini juga menjadi perhatian tersendiri dalam melihat sejauh mana usaha kaum muda untuk mendapatkan dan mengikuti trend smartphone yang mereka impikan.
Dari data penelitian IPSOS sebuah institusi independen yang melakukan riset pasar pada tahun 2012, mengkonfirmasi bahwa para pengguna internet di Indonesia merupakan pengguna media sosial kelas berat. Mereka paling sering mengunjungi media sosial ketika sedang online. Indonesia bahkan menempati urutan pertama di dunia dengan rata-rata 83 persen dari orang yang menggunakan internet juga menggunakan media sosial, diikuti oleh Argentina 76 persen, Rusia 75 persen, Swedia 72 persen dan Afrika Selatan 73 persen jauh dibawaha Inggris 65 persen, AS 61 persen dan Perancis 50 persen (http://ipsos-na.com/newspolls/pressrelease.aspx?id=5564 di akses pada tanggal 24 Februari 2014). Dari hasil penelitian ini dapat dilihat bahwa peran internet dan media sosial sangat berperan dalam kehidupan masyarakat Indonesia saat ini. Pengguna internet dan media sosial di Indonesia didominasi oleh kaum muda yang mengikuti trend dan perubahan gaya hidup sesuai dengan teman sebayanya. mereka terus mengikuti trend sehingga mengguna internet di Indonesia di klaim tidak semakin berkurang tetapi semakin bertambah. Media sosial melalui internet telah memungkinkan para penggunanya untuk berkumpul dan berinteraksi sosial secara jauh lebih sederhana dan cepat. Akibatnya orang tidak hanya memiliki kemampuan untuk berbagi ide dan pendapat tetapi juga untuk mendapatkan ketenaran dan memperluas pengaruh mereka baik secara sengaja atau tidak ( Nugroho, Yanuar. 2013 : 65)
Kaum muda yang dimaksudkan disini adalah warga negara yang memasuki periode penting pertumbuhan dan perkembangan yang berusia diantara 16-30tahun (UU Kepemudaan 2009). Kaum muda memiliki arti lebih luas daripada remaja namun belum memasuki masa dewasa. Kaum muda adalah sebuah istilah kultural yang dapat menggambarkan individu yang
berusia 16-30 tahun namun mereka lebih matang dalam cara berfikir dan mengambil keputusan dibandingkan remaja sehingga kaum muda mampu menjadi objek dari perkembangan teknologi salah satunya fenomena smartphone. Kaum muda merupakan suatu pengklasifikasian terhadap orang-orang yang menempati posisi sosial tertentu akibat perkembangan usia mereka. Kaum muda bukan kategori secara biologis melainkan suatu konstruksi sosial yang dapat berubah pada kurun waktu dan kondisi tertentu.
Hasil survey yang dilakukan Yahoo dan TNS pada tahun 2009 dengan mengambil sampel 2000 responden dari 8 kota besar di ndonesia, menunjukkan bahwa kelompok usia anak muda 15-29 tahun merupakan pengguna internet terbesar di indonesia dengan presentase 64% (kompas, 27 maret 2009). Salah satu yang masuk dalam golongan kaum muda adalah mahasiswa. Kaum muda yang terbiasa berkomunikasi dengan teman bermainnya, lebih mudah terpengaruh dengan fenomena-fenomena baru yang ada disekitar mereka, salah satunya penggunaan smartphone. Apabila salah satu diantara anggota kelompok memiliki smartphone, hampir dapat dipastikan anggota lain dalam kelompok akan membeli smartphone juga. Seperti yang dijelaskan dalam buku Masyarakat Konsumsi yang ditulis oleh Jean Baudrillaard, bahwa kaum muda adalah kelompok konsumen yang banyak mempunyai kebutuhan, yang ingin dan dapat membelinya. Tepatnya bagi Baudrillard, kaum muda memiliki tenaga untuk bekerja, bekerja untuk mencari uang dan mencari uang untuk memenuhi kebutuhan. Hal ini menjadikan kaum muda menjadi sasaran empuk perkembangan teknologi yang ada.
Era digital menyebabkan kaum muda lebih fasih dalam menggunakan teknologi digital dan berusaha mengaktualisasikan dirinya untuk selalu up to date terhadap kemajuan teknologi terbaru yang ada. Salah satu alasan kaum muda ingin memiliki smartphone adalah agar dapat lebih mudah mengakses media-media sosial yang ada. Media sosial yang saat ini
sedang marak muncul dalam gadget-gadget canggih kaum muda menjadikan kebiasaan "online" sebagai keharusan dan tanda eksistensi mereka dalam komunikasi yang mereka jalin dengan teman-teman mereka. Media sosial tidak hanya menjadi sarana komunikasi bagi kaum muda tetapi juga menjadi media berbagi dan cerita sehari-hari bagi kaum muda. Media sosial juga seringkali mampu menyebarkan trend-trend terbaru di seluruh dunia. Pesatnya laju trend dan musim fashion di era modern ini menjadikan pergantian konsumsi publik dunia ikut berputar lebih cepat. Salah satu akibat dari trend tersebut adalah munculnya media-media sosial yang dapat berpengaruh terhadap petumbuhan ekonomi, salah satunya memalui online shop.
Online shop atau yang biasa disebut toko online adalah salah satu aktivitas jual beli secara online yang terhubung dengan internet dan berkembang seiring dengan munculnya media sosial yang ada dimasyarakat. Online shop memudahkan individu mencari produk dan membeli produk yang diinginkan tanpa harus membuang banyak waktu dan tenaga untuk pergi ke toko atau departement store. Hal ini dilakukan oleh online shop dengan cara membuat katalog produk ataupun membuat grup-grup tertentu serta mengunggah gambar dan keterangannya baik di facebook, blackberry messenger, whatsapp dan lainnya. Keberadaan internet mampu memudahkan pemasaran produk yang dijual oleh suplier ataupun produsen. Selain itu, suplier yang menjual produknya dalam bentuk grosir sangat mudah mendapatkan reseller dengan bantuan promosi online. Penjual tidak lagi harus banyak berbicara dan aktif beriklan karena adanya internet menjadikan pembeli dan reseller yang mencari mereka. Akses internet memudahkan seseorang yang ingin berbelanja online untuk mencari barang yang dia inginkan dengan mudah dan cepat. Selain itu, pembeli juga dengan mudah memilih online shop mana yang akan dia pilih yang sesuai harga dan sistem pembeliannya.
Fenomena berbelanja online ini menjalar ke berbagai kalangan masyarakat Indonesia, baik dari anak muda, dewasa maupun orang tua. Belanja online dalam arti sosiologis adalah kegiatan pembelian suatu barang atau jasa yang diinginkan melalui transaksi elektronik guna memanfaatkan waktu luangnya, melihat trend terbaru masa kini dan hal yang berkaitan dengan selera dan eksistensi dalam survival kehidupan. Mayoritas pelaku belanja online berada pada kalangan kaum muda yang merupakan pengguna internet terbesar di indonesia. Karakter kaum muda yang dinamis, suka bersosialisasi, masyarakat komunal (senang berkumpul dan berkomunikasi maupun bergaul), masyarakat yang latah akan sesuatu yg baru dan pengaruh eksternal pergaulan. Karakter tersebut mengisyaratkan bahwa kaum muda berada pada dimensi efektif. Namun kaum muda juga berada pada posisi ambiguitas yang acapkali dijadikan sebagai target pasar yang mendorongnya masuk dalam dimensi konsumsi dan tak jarang dari mereka terkena akan dampak dari akses negatif globalisasi, seperti konsumerisme maupun hedonisme. Terjadinya perubahan gaya hidup kaum muda masa kini tak terlepas dari perubahan budaya, pola pikir yang dianut oleh masyarakat bersangkutan (Chaney, 2006 : 39). Kini kaum muda senang dengan hal-hal yang serba instan, pragmatis dan cenderung kebarat-baratan. Hal itu dapat kita lihat dalam bentuk rambut, pakaian, maupun sepatu. Perubahan gaya hidup juga dapat dilihat dari cara kaum muda berkomunikasi dan menjalin relasi dengan teman sebayanya. Kaum muda saat ini lebih senang nongkrong di kafe atau jalan-jalan ke mall untuk ngobrol dan mencari area ber Wi-fi. Hal ini juga menjadikan munculnya banyak penjual-penjual baru yang mencoba peruntungan berjualan online. Semakin banyak orang yang tertarik dan membeli barang di online shop, menjadikan barang yang dijual dalam online shop semakin
variatif. Ada
berbagai macam jenis online shop di Indonesia. Ada yang fokus pada pakaian, jilbab dan pasmina, aksesoris (baik untuk aksesoris rambut, gelang, kalung, dan lainnya), aksesoris handphone dan smartphone, sepatu, tas, kosmetik, boneka, makanan dan lain sebagainya.
Banyaknya jenis barang yang di jual di online shop menjadikan pembeli mudah untuk memilih dan menentukan barang apa yang diinginkan. Mereka tidak perlu lagi menghabiskan banyak waktu dan tenaga untuk sekedar survey barang yang mereka inginkan, karena di online shop setiap barang diberikan keterangan yang mendeskripsikan harga, fungsi dan kegunaan dan kelebihan kekurangan barang tersebut. Kaum muda sebagai pengguna internet terbesar dalam media sosial yang ada di indonesia hampir dapat dipastikan sebagai konsumen terbesar onlineshop yang ada. Fenomena budaya belanja online ini menjalar ke berbagai kalangan masyarakat di Indonesia, baik dari kaum muda, dewasa maupun orang tua. Hal ini menjadi pendorong utama semakin pesatnya laju perkembangan jual beli online. Perbedaan sistem berjualan online dan offline terletak pada bertemunya penjual dan pembeli yang biasa terjadi apabila berjualan secara offline. Sebab jual beli yang dilakukan dalam online shop tidak mementingkan bertatap muka, namun hanya menggunakan rasa kepercayaan satu sama lain sehingga terjadilah jual beli diantara penjual dan pembeli dalam media-media online tertentu. Dalam penelitian ini, sistem offline yang dimaksudkan adalah berjualan didalam toko atau ruko yang mendisplay banyak barang jualannya dalam etalase sehingga pembeli dapat melihat bentuk barang yang akan dibelinya. Sedangkan dalam sistem penjualan online, pembeli hanya diberikan gambar barang yang diinginkan serta keterangan barang seperti kelengkapan, keaslian, kegunaan barang dan cara pakainya tanpa dapat melihat langsung. Penjual online biasanya menjelaskan ukuran dan perbandingan kemiripan antara foto dengan barang aslinya untuk meyakinkan pembeli memilih barang yang dia inginkan.
Salah satu barang yang sangat laris dijual di online shop adalah kosmetik. Baik kosmetik dengan harga murah hingga harga jutaan rupiah, kosmetik asli Indonesia hingga kosmetik-kosmetik impor yang membanjiri pasar-pasar online di Indonesia saat ini. harga
yang ditawarkan sangat variatif dari lima ribu hingga ratusan ribu rupiah bahkan mencapai jutaan setiap barangnya. Kosmetik yang ditawarkan di online shop antara lain: masker, lulur, krim pemutih wajah, lotion pemutih, pemutih gigi, sabun pemutih, pelangsing, penggemuk badan, peninggi badan, lipstik, serum wajah, shampo, kuteks dan lain sebagainya. Semua barang ini sangat laris dijual dan banyak yang berminat membelinya. Sebagian besar pengguna kosmetik yang dijual secara online adalah kaum muda. Mereka merasa ingin banyak mencoba dan memperbaiki penampilan demi pergaulan dengan teman sebayanya. Online shop memudahkan kaum muda memilih dan membeli kosmetik. Apabila mereka cocok dengan kosmetik yang ditawarkan, mereka tidak segan berlangganan di online shop tersebut dan menjadi pelanggan tetap yang hampir setiap bulan membeli produk kosmetik.
Maraknya penjualan kosmetik secara online juga sangat berdampak kepada kaum muda di Yogyakarta dan kota-kota lainnya. Mereka berlomba-lomba mencari kosmetik dengan harga yang pas dan cocok dengan masalah kulit yang mereka hadapi. Selain itu, mudahnya cara berbelanja online menjadikan mereka tertarik untuk terus membeli kosmetik secara online. Kosmetik yang diminati cukup variatif dan sangat merepresentasikan kaum muda masa kini. Muncul juga kosmetik dengan kualitas replika yang menjamin 99% mirip dengan yang aslinya dan dijual dengan harga yang jauh dari harga asli di pasaran. Contoh kosmetik replika yang saat ini sedang marak di cari dan diminati kaum muda khususnya perempuan adalah eyeshadow, mascara, eyeliner, blush on dan lipbalm. Kosmetik-kosmetik lain seperti krim penghilang jerawat dan pemutih wajah juga masih terus menjadi idola kalangan kaum muda yang gemar berdandan.
Maraknya fenomena berbelanja online yang sedang berlangsung di kalangan kaum muda ini menjadikan ketertarikan tersendiri bagi peneliti untuk menjadikannya sebagai penelitian skripsi dengan mengambil judul ”Kaum Muda dan Online Shop : Studi Media
Baru Mengenai Penjualan Kosmetik Online dengan Menggunakan Smartphone di Kalangan Kaum Muda”. Dimana budaya berbelanja online sedang terjadi pada kaum muda Indonesia, sehingga dibutuhkan kajian yang sistematis dan komprehennsif dalam kerangka sosiologis guna mengkaji secara mendalam fenomena belanja online yang sedang berlangsung di Indonesia.
1.2 Rumusan Masalah Bagaimana dampak penggunaan media baru (smartphone) dalam penjualan kosmetik online terhadap perilaku konsumtif kaum muda ?
1.3 Tujuan 1. Mengetahui dan menjelaskan dampak penggunaan media baru dikalangan kaum muda 2. Mengetahui dan menjelaskan perilaku konsumtif kaum muda terhadap penggunaan smartphone dan pembelian kosmetik secara online 1.4 Manfaat Penelitian 1. Penelitian ini mampu menambah ilmu serta menambah pengetahuan mengenai pemanfaatan media baru yang kini semakin populer di masyarakat 2. Mampu melihat bagaimana media baru berperan dalam perputaran ekonomi di online shop 1.5 Tinjauan Pustaka berikut ini adalah beberapa penelitian yang berhubungan, berkaitan dengan penelitian yang dilakukan peneliti dengan mengambil judul “Kaum Muda dan Online Shop: Studi Media Baru Mengenai Penjualan Kosmetik Online dengan Menggunakan Smartphone di Kalangan Kaum Muda”, antara lain adalah:
Penelitian skripsi yang dilakukan oleh Khalida Noor dari Sosiologi UGM dengan judul skripsi “Anak Muda dan Budaya Belanja Online: Studi tentang perilaku Collective Group Buying di Mbakdiskon.com pada Kalangan Anak Muda Yogyakarta” tahun 2013 membahas tentang perilaku konsumsi anak muda berbelanja melalui online shop secara berkelompok dengan kupon diskon dari mbakdiskon.com. Budaya baru collective group buying telah mengubah cara belanja dari semula tradisional yang lebih menekankan pada interaksi secara langsung menjadi berbelanja secara online dan terus berkembang menjadi cara berbelanja berkelompok secara online. Perubahan cara belanja menjadi collective group buying di mbakdiskon.com adalah fenomena anak muda, karena pola jaringan relasi offline dan online yang dibangun anak muda baik dari mbakdiskon maupun konsumennya dijalankan secara word of mouth, telah menghasilkan sebuah siklus penyebaran informasi yang terus berputar tanpa henti, dimana konsep ini menuntut dialog interaktif serta umpan balik antara mbakdiskon dengan konsumen ataupun sebaliknya untuk menghasilkan kesepakatan deal membeli produk. Yanuar Nugroho dan Sofie Shinta Syarief (2013) dalam buku Seri Festmedia Asia yang berjudul Melampaui Aktivisme click? Media Baru dan Proses Politik dalam Indonesia Kontemporer menjelaskan hasil penelitian mereka mengenai sejauh mana media baru mempengaruhi proses-proses politik di Indonesia serta faktor-faktor yang mempengaruhinya. Dalam penelitian yang mereka lakukan, peneliti menemukan banyak fakta mengenai pengaruh media baru dalam kehidupan masyarakat Indonesia yang hingga saat ini semakin banyak memanfaatkan media baru dalam kehidupan sehari-hari. Dalam mengeksplorasi caracara dimana kelompok masyarakat di Indonesia menggunakan dan mengadopsi internet dan media sosial, peneliti menemukan bahwa teknologi memang menjadi platform yang potensial bagi warga untuk trlibat dalam politik. Penggunaan internet dan media sosial berpotensi membantu masyarakat sipil tidak hanya untuk menyebarkan isu-isu untuk mendapatkan
perhatian publik yang lebih luas, tetapi juga untuk mempersiapkan kondisi untuk aksi lebih lanjut. Namun peneliti juga melihat beberapa tantangan yang jelas dan nyata mampu menahan potensi-potensi tersebut. pertama, akses yang tidak seimbang terhadap infrastruktur teknologi informasi, yang menciptakan perpecahaan dan kesenjangan dalam akses dan penggunaan teknologi, kedua, masalah buta media yang menonjol dalam masyaraka dan pemerintah Indonesia. sehingga penggunaan internet dan media sosial dalam masyarakt sipil di Indonesia masih bersifat konsumsi bukaan sebagai strategi. Penelitian skripsi yang dilakukan oleh Deena Nirmala Putri Soedikto dari jurusan Sosiologi UGM dengan judul “Mahasiswa Fashionable : Studi Atas Mahasiswa dengan Gaya Berpakaian Fashionable di Kampus FISIPOL UGM”
tahun 2010 membahas tentang
mahasiswa yang berpakaian fashionable di kampus FISIPOL UGM. Peneliti melihat pakaian atau fashion itu sendiri sebagai tanda yang dikonstruksikan oleh pemakainya. Secara sederhana, seseorang yang fashionable ditandai dengan gaya berpakaian yang modis. Modis dalam konteks ini bisa berarti karena mengikuti tren pakaian yang ada atau seseorang selalu tampil brani dan berbeda dengan pakaiannya. Didalam skripsinya penulis mendeskripsikan proses
internalisasi,
eksternalsasi
dan
obyektifikasi
terhadap
faktor-faktor
yang
melatarbelakangi gaya berpakaian fashionable. Faktor internal yang melatarbelakangi mahasiswa sebagai informan peneliti untuk berpakaian modis dalah selera dan apresiasi diri. Selera secara erat dapat dikitkan dengan status sosial-ekonomi, maka semakin tinggi status sosial ekonominya maka semakin tinggi selera dalam berpakaian. Terdapat dua faktor eksternal yang mempengaruhi gaya berpakaian mahasiswa fashionable yang berasal dari luar diri seorang mahasiswa yaitu media massa dan peer-group. Media masa dan peer-group memiliki pengaruh yang sangat kuat untuk mendorong seseorang tampil fashionable. Media massa memiliki pengaruh yang yang kuat dalam struktur masyarakat modern, bahkan saat ini media massa memenuhi ruang-ruang publik dan membawa pengaruh yang besar didalamnya.
Faktor lainnya adalah peer-group. Peer-group terbentuk karena adanya kesamaan atau kecocokan diantara anggotanya, dimana pakaian menjadi salah satu parameter yang menampilkan kesamaan tersebut. Berdasarkan ketiga tinjauan pustaka penelitian tersebut ditemukan beberapa persamaan dan perbedaan dengan penelitian skripsi yang akan dilakukan oleh peneliti dengan mengambil judul “Kaum Muda dan Online Shop: Studi Media Baru Mengenai Penjualan Kosmetik Online dengan Menggunakan Smartphone di Kalangan Kaum Muda”. Persamaan penelitian sebelumnya dengan penelitian yang akan dilakukan ini antara lain adalah meneliti tentang perubahan gaya hidup masyarakat Indonesia dan penggunaan media baru seperti internet dan media sosial yang dilakukan kaum muda untuk melakukan suatu motif tertentu. Sedangkan perbedaannya antaraa lain sebagai berikut : Pertama, perbedaan antara penelitian yang dilakukan oleh Khalida Noor dengan penelitian skripsi yang dilakukan peneliti dengan mengambil judul “Kaum Muda dan Online Shop: Studi Media Baru Mengenai Penjualan Kosmetik Online dengan Menggunakan Smartphone di Kalangan Kaum Muda” terletak pada cara kaum muda menggunakan media baru dalam kehidupan sehari-hari. Jika dalam penelitian Khalida Noor meneknkan pada collective group buying di mbakdiskon.com yang menjadikan kaum muda dengan kelompok mereka mengkonsumsi voucher-voucher diskon secara kolektif melauli metode word of mouth baik secara langsung maupun jejaring sosial, yang akan menimbulkan budaya latah pada kalangan kaum muda di Yogyakarta. Hal ini berbeda dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti dengan judul “Kaum Muda dan Online Shop: Studi Media Baru Mengenai Penjualan Kosmetik Online dengan Menggunakan Smartphone di Kalangan Kaum Muda” yang melihat bagaimana media baru mampu mempengaruhi kaum muda baik secara berkelompok maupun secara individu untuk menjadi konsumtif dalam melakukan pembelian kosmetik di online shop.
Kedua, perbedaan penelitian yang dilakukan oleh Yanuar Nugroho dan Sofie Shinta Syarief dengan yang dilakukan oleh peneliti dengan mengambil judul “Kaum Muda dan Online Shop: Studi Media Baru Mengenai Penjualan Kosmetik Online dengan Menggunakan Smartphone di Kalangan Kaum Muda” adalah terletak pada sudut pandang penggunaan media baru seperti internet dan media sosial dalam kegunaannya sehari-hari. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Yanuar Nugroho dan Sofie Shinta lebih menekankan kepada kegunaan internet dan media sosial dalam masyarakat sipil Indonesia yang mampu mempengaruhi kehidupan sosial-politiknya sedangkan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti dengan judul “Kaum Muda dan Online Shop: Studi Media Baru Mengenai Penjualan Kosmetik Online dengan Menggunakan Smartphone di Kalangan Kaum Muda” menekankan pada kaum muda yang menggunakan media baru seperti internet dan media sosial sebagai media untuk mencari informasi barang atau produk kosmetik yang mereka inginkan serta melakukan transaksi jual beli didalamnya Ketiga, perbedaan penelitian yang dilakukan oleh Deena Nirmala Putri Soedikto dengan penelitian yang akan dilakukan peneliti dengan mengambil judul “Kaum Muda dan Online Shop: Studi Media Baru Mengenai Penjualan Kosmetik Online dengan Menggunakan Smartphone di Kalangan Kaum Muda” terletak pada keputusan kaum muda dalam berbelanja. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Deena, peneliti menekankan pada faktor kaum muda (mahasiswa) menjadi seorang yang fashionable salah satunya adalah peer-group nya. hal ini berbeda dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti dengan judul “Kaum Muda dan Online Shop: Studi Mengenai Penjualan Kosmetik Online dengan Menggunakan New Media di Kalangan Kaum Muda” yang melihat bahwa media baru sebagai faktor pendorong munculnya tren kosmetik di kalangan kaum muda serta memunculkan perilaku konsumtif dikalangan kaum muda. 1.6 Kerangka Teori
1.6.1 Teori Masyarakat Konsumsi
Konsumsi memiliki pengertian luas mengacu pada seluruh tipe aktivitas sosial yang dilakukan individu yang dapat digunakan sebagai ciri dan tanda untuk mengenali mereka. Salah satu indikator yang dapat digunakan untuk mengetahui konsumsi seseorang adalah kegiatan apa yang mereka lakukan saat waktu luang (Chaney, 2006 : 54). Masyarakat modern saat ini banyak dikaitkan menjadi masyarakat konsumsi. Hal ini dikarenakan gaya hidup masyarakat modern tidak lagi hanya untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka saja, akan tetapi menunjukkan kelas dan status sosial mereka di masyarakat.
Tallcott Parson dalam buku masyarakat konsumsi mengatakan bahwa tujuan ekonomi bukanlah memaksimalkan produksi untuk individu, tetapi memaksimalisasi produksi yang berhubungan dengan sistem nilai di masyarakat (Baudrillard, 2009:75). Secara sosiologis individu sebagai bagian dari kelompok tertentu mengkonsumsi barang-barang tertentu karena individu tersebut adalah bagian dari kelompok tersebut. dalam hal ini yang dimaksudkan adalah individu biasanya akan membeli barang dan mengkonsumsi barang yang hampir sama dengan individu lain di dalam satu kelompok karena mereka memiliki selera dan gambaran konsumsi yang sama.
Masyarakat modern tidak lagi mengkonsumsi nilai dan fungsi dasar barang, mereka mengkonsumsi harga, merk dan dimana mereka bisa mendapatkan barang tersebut. Hal ini menegaskan bahwa konsumsi membutuhkan manipulasi sinyal-sinyal secara aktif. Manipulasi sinyal ini sangat penting dalam masyarakat konsumen baru dimana sinyal dan komoditas secara bersamaan menghasilkan sinyal komoditas untuk digunakan dalam suatu keragaman hubungan asosiatif. Jameson dalam buku Posmodernisme dan Budaya Konsumen mengatakan bahwa dalam masyarakat konsumen ini budaya diberi arti baru melalui penjenuhan sinyal dan pesan sampai sedemikian rupa sehingga segala sesuatu dalam
kehidupan sosial dapat dikatakan telah bersifat kultural. Dalam konteks ini kapitalisme selalu menciptakan perasaan kurang atau perasaan tidak sempurna pada diri setiap orang melalui sistem tanda, citra dan makna simbolik yang mendorong masyarakat untuk terus mengkonsumsi semata agar produksi kapitalisme dapat terus berlanjut. Sebagaimana yang dijelaskan Baudillard bahwa konsumsi di masa kini dilukiskan sebagai sebuah panggung yang diatasnya komiditi dengan seketika diproduksi sebagai tanda, nilai tanda dan yang diatasnya tanda-tanda (budaya) diproduksi sebagai komoditi (Baudillard dalam Piliang. 2004:253). Konsumsi dikonstruksikan secara sosial oleh kapitalisme melalui penggunaan tanda, citra dan makna simbol sebagai komoditi. Komoditi adalah wacana pengendalian selera, gaya, gaya hidup, tingkah laku, aspirasi, serta imajinasi-imajinasi kolektif masyarakat secara luas oleh para elite (kapitaslis) lewat berbagai tanda yang diciptakan, yang tidak berkaitan dengan substansi sebuah objek yang ditawarkan. (Piliang. 2004:257).
Menurut Yasraf Amir Piliang, fenomena yang menonjol dalam masyarakat Indonesia saat ini, yang menyertai kemajuan ekonomi adalah berkembangnya budaya konsumsi yang ditandai dengan berkembangnya gaya hidup. Berbagai gaya hidup yang terlahir dari kegiatan konsumsi semakin beragam pada masyarakat perkotaan Indonesia. Berkembangnya gaya hidup masyarakat perkotaan, satu sisi bisa menjadi pertanda positif meningkatnya kesejahteraan hidup masyarakat kota. Yang mana peningkatan kegiatan konsumsi dipandang sebagai efek dari naiknya penghasilan dan taraf hidup masyarakat. Namun disisi lain, fenomena tersebut juga bisa dikatakan sebagai pertanda kemunduran rasionalitas masyarakat, yang mana konsumsi dianggap sebagai penyakit yang menggerogoti jiwa dan pikiran masyarakat. Konsumsi menjadi orientasi hidup bagi sebagian masyarakat, sehingga setiap aktifitas yang dilakukannya didasari karena kebutuhan berkonsumsi.
Konsumsi benda yang dilakukan oleh masyarakat konsumsi pada saat ini menyembunyikan kebutuhan untuk membedakan antara benda konsumsi tahan lama (consumer durables) atau benda yang kita gunakan untuk aktivitas hidup dan bersenangsenang seperti lemari es, mobil, wi-fi, kamera dan lain-lain, dengan konsumsi yang tidak tahan lama (consumer non-durables) seperti makanan, minuman, pakaian produk-produk perawatan tubuh. Produk perawatan tubuh atau yang sering juga disebut kosmetik sangat lekat dengan kehidupan perempuan pada masa sekarang didalam masyarakat modern. Dimana perempuan rela menghabiskan banyak uang ataupun rela menahan sakit yang cukup menyiksa untuk mendapatkan hasil yang memuaskan dan mengubah gaya mereka menjadi lebih cantik ataupun lebih trendy. Saat ini, tidak hanya perempuan pekerja atau perempuan yang memiliki penghasilan sendiri saja yang mampu membeli produk perawatan tubuh untuk merawat tubuh mereka, kaum muda perempuan baik yang masih dibangku sekolah maupun mahasiswa ikut menyisihkan uang jajan mereka untuk membeli produk perawatan tubuh tersebut. Munculnya minat yang besar dari perempuan yang ingin merawat tubuh menjadikan semakin banyak toko-toko kosmetik dan macam-macam kosmetik yang muncul di masyarakat.
Dalam masyarakat konsumsi saat ini, konsumer dikonstruksikan secara sosial untuk gandrung membeli citra ketimbang produk atau membeli produk disebabkan image produk yang disampaikan lewat berbagai media komunikasi pemasaran (Piliang. 2004:258). Misalnya pada iklan commerce yang menampilkan visualisasi gambar dan teks yang menjelaskan seorang wanita yang cantik harus berkulit putih dengan wajah yang bersih tanpa jerawat serta badan yang langsing, dengan demikian iklan tersebut secara tidak langsung mempresentasikan bahwa image kaum muda perempuan khususnya dengan wajah yang bersih, kulit yang putih serta langsing akan mendorong kaum muda untuk ingin menjadi sedemikian yang di visualisasikan juga.
Iklan adalah sistem tontonan utama di dalam sistem produksi konsumsi yang merumuskan citra sebuah produk dan hubungan sosial dibaliknya seperti status, prestise dan kelas sosial (Piliang. 2004:260). Setiap orang memperlihatkan realitas sosial dan relasi sosialnya lewat berbagai media tontonan (objek dan fashion). Disamping itu iklan juga menciptakan ilusi-ilusi mengenai sensualitas, kehidupan selebriti, gaya hidup eksklusif dibalik sebuh komoditi yang menggiring masyarakat konsumer sebagai konsumer ilusi. Konsumer ilusi adalah konsumer yang membeli ilusi ketimbang barang, yang mengkonsumsi relasi sosial (status dan prestise) daripaa fungsi produk. (Piliang. 2004:259). Iklan baik di TV maupun di media massa lain adalah sama. Mereka membawa pesan dan menimbulkan rasa ingin tahu saat individu menontonnya. Dalam hal ini, iklan yang di TV dapat juga relevan dengan iklan di media sosial. Toko online memasang gambar iklan sebuah produk yang membawa pesan pada teman media sosialnya, dan memancing keingintahuan calon pembelinya.
Konsumsi merupakan ekspresi dari dorongan-dorongan hasrat diri manusia yang tanpa batas serta bersifat irasional (arus libido-ketaksadaran) (Piliang. 2004:262). Dimana konsumen dikondisikan untuk menginginkan sesuatu yang secara esensial tidak dibutuhkannya. Misalnya dengan adanya iklan produk kosmetik yang mencitrakan kecantikan seorang perempuan adalah ketika dia berkulit putih, berwajah bersih tanpa jerawat dan bertubuh langsing. Hal ini di analogikan bahwa citra cantik dijadikan sebagai alat tukar kapitalisme guna menciptakan energi libido (ketaksadaran) pada konsumen untuk sesegera mungkin membeli produk kecantikan tersebut.
Sama halnya dalam membeli kosmetik di online shop. Kaum muda saat ini tidak lagi hanya melihat fungsi dasar kosmetik tersebut untuk diri mereka tetapi juga merepresentasikan di “kelas” mana mereka berada. Munculnya tren membeli kosmetik impor dari luar negeri
atau munculnya fenomena penggunaan kosmetik online untuk memutihkan wajah dan lain sebagainya semakin mendekatkan kaum muda dengan budaya konsumsi masyarakat modern saat ini. kaum muda mengkonsumsi selera pasar dengan maraknya penjualan kosmetik secara online daripada mempertimbangkan fungsi dasar barang tersebut. akan tetapi, ada juga kaum muda yang merasa sangat membutuhkan barang kosmetik tersebut untuk memperbaiki dirinya dan menjadikannya suatu kebutuhan. Yang seringkali menjadikan kaum muda menjadi sangat konsumtif adalah adanya ketidakpuasan kaum muda menggunakan satu jenis saja kosmetik, sehingga menumbuhkan keinginan untuk terus mencoba kosmetik-kosmetik yang baru dan sedang marak dipasarkan di online shop.
Kaum muda perempuan adalah konsumen terbesar online shop di Indonesia. Evelyne Sallerot dalam buku masyarakat konsumsi mengatakan bahwa “wanita dijual pada wanita” dengan percaya bahwa merawat diri, memakai parfum dan memakai pakaian diubah dengan kata “membangun diri” dan wanita memakainya. Dalam hal ini berada dalam logika sistem : tidak hanya relasi dengan orang lain, tetapi juga relasi pada dirinya sendiri, menjadi relasi yang sempurna. Masyarakat konsumsi mengkonstruksikan perempuan untuk mencintai dirinya, memberi penghargaan dengan cara merawat dan membeli barang yang menciptakan kepuasan tersendiri bagi dirinya. Sebab itulah perempuan mudah terpengaruh dengan iklan. Selain itu muncul narsisisme yang disiarkan melalui model ataupun artis yang terkenal pada jamannya. Semua perempuan bisa menjadi seperti artis yang mereka gemari dengan membeli baju, tas dan kosmetik yang digunakan oleh artisnya. Perempuan modern diajak untuk memilih dan bersaing untuk menjadi “yang terbanyak tuntutannya”. Semua pada suatu citra dalam masyarakat dimana fungsi respektif, sosial, ekonomi dan seksual secara relatif dicampur adukkan(baudrillard, 2009: 115).
1.6.2 Media Baru
Media merupakan alat perantara manusia untuk menyalurkan informasi dari sumber informasi kepada penerima informasi. Seiring berkembangnya jaman, media dibagi menjadi dua macam, yaitu media lama dan media baru. Media lama sering dikaitkan dengan media massa, karena menggunakan komunikasi massa untuk memberikan informasi kepada masyarakat luas yang berasal dari institusi seperti surat kabar, buku, majalah, radio, televisi dan sebagainya. Sedangkan media baru merupakan teknologi berbasis komputer yang tidak hanya berfungsi untuk memberikan informasi tetapi juga berfungsi untuk saling bertukar informasi, seperti komputer, internet terminal video tex, kabel digital dan sebagainya. Teknologi telah melahirkan apa yang disebut dengan media baru, yang merujuk pada sebuah perubahan dalam proses produksi, distribusi dan penggunaan media. Terdapat beberapa kata kunci yang dapat digunakan dalam memahami media baru menurut Marshal Mac Luhan (McLuhan. 1999:7). Pertama, Digitally, menjelaskan bahwa seluruh proses produksi media diubah kedalam bentuk digital. Kedua, Interactivity merujuk kepada adanya kesempatan dimana teks dalam media baru mampu memberikan kesempatan bagi para pengguna untuk dapat berkomunikasi dua arah. Ketiga, Highly Individuated merujuk pada adanya desentralisasi proses produksi dan distribusi pesan yang menumbuhkan keaktifan individu, contoh log in pada situs tertentu ketika ingin mengakses informasi. Media baru mendorong keterlibatan partisipasi aktor baik dalam realitas virtual maupun realitas sosial, atau dapat disebut sebagai media konvergen. Media baru disebut sebagai media konvergen karena sifatnya yang dinamis dan kontinyu dalam pendistribusian informasi contohnya jejaring sosial. Kelompok usia yang paling terpengaruh dengan kemajuan media baru adalah anak muda yang berusia antara 16-30 tahun dimana sejak lahir kehidupannya telah sangat erat dengan media baru. Di Indonesia muncul tiga bentuk media baru yaitu internet, handphone dan game yang menjadi lebih mudah diakses secara online pada pertengahan tahun 2000.
Media baru telah membawa manusia pada realitas virtual, yakni cara manusia memvisualisasikan, memanipulas dan berinteraksi dengan komputer dan data yang sangat kompleks (Piliang, Yasraf Amir. 2009:158). Dalam realitas virtual ini seakan-akan apa yang kita lihat dan rasakan adalah nyata serta kita dapat melakukan berbagai aktivitas interaktif sehari-hari. Beberapa contoh aktivitas interaktif yang dapat kita lakukan dalam realitaas virtual yang dibawa oleh media baru adalah berbisnis, rapat, berdiskusi, mencari hiburan, belanja, kuliah dan lain sebagainya. Cara virtual ini telah menawarkan tingkat pengalaman, persepsi, perasaan dan emosi yang berbeda dengan dunia nyata dan pada tingkat tertentu ia menghasilkan pengertian dan perasaan yang mendekati apa yang diperoleh di dunia nyata akan tetapi pada tingkat yang lebih tinggi merupakan pembesaran efek perasaan tersebut (Piliang, Yasraf Amir: 160). Contohnya melakukan video call jarak jauh melalui media skype seakan apa yang kita rasakan nyata. Namun senyatanya kita berada pada ruang dan waktu yang berbeda dengan berhadapan didepan layar komputer. Pandangan yang dilihat dalam layar komputer adalah pandangan yang dimediasi oleh teknologi yang dapat menghadirkan yang jauh berada tepat dihadapan kita (Piliang, Yasraf Amir. 2008: 280). Berdasarkan pemaparan di atas dapat menjelaskan bahwa teori media baru merupakan sudut pandang dalam memahami proses interaktif antara manusia dengan teknologi dan manusia dengan manusia. Media baru adalah teknologi yang berbasis komputer seperti internet telah membawa manusia pada era digitalisasi yang serba instan, otomatis, praktis dan bersifat real time. Media baru dapat mempengaruhi kehidupan individu pada masa kini. Dimana semua orang dapat terhubung dan berinteraksi melalui alat perantara yang disebut dengan media baru, seperti smartphone, komputer yang terkoneksi jaringan internet dan game online. Media baru dapat dikatakan sebagai media konvergen, karena sifatnya yang dinamis dan kontinyu dalam pendistribusian informasi contohnya jejaring sosial seperti blog, facebook, twiiter dan lain sebagainya.
Kelompok usia yang paling terpengaruh dengan kemajuan media baru adalah kaum muda yang berusia antara 16-30 tahun (Undang-Undang kepemudaan tahun 2009). Dimana sejak lahir kehidupannya telah erat dengan media baru. Berdasarkan pemaparan tersebut kaum muda dapat dikategorikan sebagai digital native. Menurut Prensky (2001) (dalam Simanjuntak, Melling. 2012) digital native (pribumi digital) adalah orang yang lahir ke dunia yang sudah sarat dengan teknologi digital, sehingga sangat fasih menggunakan teknologi tersebut. Pengguna internet di Indonesia di dominasi oleh kalangan kaum muda berusia 15-29 tahun dan antusiasme kaum muda menggunakan internet adalah untuk mengunjungi situs jejaring sosial. Seiring berjalannya waktu pengguna internet semakin meningkat dari tahun ke taahun dan masih didominasi oleh kalangan kaum muda mengingat waktu luang anak muda lebih lebih banyak daripada kalangan dewasa maupun pekerja. Disamping itu kehadiran smartphone dengan tersedianya beragam konten media baru yang memfasilitasi berlangsungnya proses komunikasi personal maupun berkelompok serta kemudahan untuk mengakses internet menjadikan kaum muda menggunakan waktunya untuk mengakses internet.
Maraknya penggunaan media sosial dikalangan kaum muda menjadikan munculnya berbagai trend dan musim yang beredar. Media sosial tidak hanya menjadi sarana komunikasi bagi kaum muda tetapi juga menjadi media berbagi dan cerita sehari-hari bagi kaum muda. Media sosial juga seringkali mampu menyebarkan trend-trend terbaru di seluruh dunia. Pesatnya laju trend dan musim fashion di era modern ini menjadikan pergantian konsumsi publik dunia ikut berputar lebih cepat. Salah satu akibat dari trend tersebut adalah munculnya media-media sosial yang dapat berpengaruh terhadap petumbuhan ekonomi, salah satunya memalui online shop. Saat ini, online shop menjadi bisnis yang sedang digemari oleh masyarakat Indonesia terutama kaum muda, hal ini ditunjukkan dengan munculnya banyak sekali online shop di Indonesia. media yang digunakan online shop dalam berjualan pun
sangat beragam. Awalnya penjual hanya menggunakan website atau blog untuk memuat barang-barang yang dijualnya. Namun seiring perkembangan jaman, online shop mulai menawarkan barang-barang yang mereka jual melalui facebook, twitter, blackberry messenger, instagram dan media sosial baru lainnya.
Media baru yang muncul di Indonesia sangat berkaitan erat dengan munculnya online shop di Indonesia. Hal ini dapat dibuktikn dari semakin menjamurnya online shop yng menggunakan fasilitas media baru sebagai media berjualan. Penjual banyak memilih berjualan online karena sangat mudah bagi mereka, tidak menghabiskan banyak modal dan waktu untuk mengurusnya serta tidak membutuhkan ruang khusus seperti toko atau ruko untuk memajang barang-barang yang dijualnya. Selain itu, kaum muda sebagai pengguna terbesar media sosial dan pengguna smartphone terbanyak menjadikan munculnya fenomena online shop ini sebagai dampak positif bagi mereka. Dasar dari adanya online shop adalah kepercayaan pelanggannya serta tanggung jawab penjual dalam berdagang secara online. Kaum muda berlatih memulai bisnis dengan berjualan di online shop. Sehingga mereka mampu menciptakan ruang bagi dirinya untuk berlatih menjadi pengusaha yang dapat dipercaya dan dapat bertanggung jawab. Media baru mampu mengubah kebiasaan berbelanja masyarakat Indonesia dari offline menjadi online. Interaksi sosial sudah lagi tidak harus betatap muka, pembeli tidak harus pergi ke pasar ataupun swalayan untuk mendapat barang yang diinginkan, bahkan munculnya online shop yang menjadikan banyaknya ekspedisi pengiriman barang memungkinkan individu membeli barang dari daerah atau kota lain bahkan dari negara lain.
1.7 Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif. Metode kualitatif merupakan metode yang digunakan untuk mendiskripsikan suatu fenomena yang
hanya dapat diamati dan diteliti secara mendalam, yakni merupakan fakta tanpa adanya manipulasi. Metode penelitian kualitatif ini dirasa tepat dalam penelitian yang melibatkan informan kaum muda sebagai pembeli yang bertransaksi dalam jual beli toko online, mengingat penelitian ini berkaitan erat dengan fenomena atau realitas sosial yang terdapat di kalangan anak muda pada saat ini. Dalam konteks penelitian ini peneliti hanya menjabarkan secara alamiah gejala dan fenomena objek penelitian serta mendeskripsikannya sesuai dengan yang terjadi di lapangan. Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang digunakan untuk menyelidiki, menemukan, menggambarkan dan menjelaskan kualitas atau keistimewaan dari pengaruh social yang tidak dapat dijelaskan, diukur atau digambarkan melalui pendekatan kuantitatif (Saryono, 2010: 1). Penelitian kualitatif mampu memberikan rincian yang kompleks tentang fenomena yang sulit diungkapkan metode kualitatif lewat data yang berbasis angka dan uji statistik. Karena melalui penyajian data kualitatif yang bersifat deskriptif berupa kata-kata secara lisan maupun hasil dari pengamatan tingkah laku manusia sebagai obyek yang diteliti. 1.7.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian berjudul Kaum Muda dan Online Shop : Studi Media Baru Mengenai Penjualan Kosmetik Online dengan Menggunakan smartphone di Kalangan Kaum Muda memiliki ruang lingkup virtual dimana tidak terbatas ruang dan waktu. Penelitian ini menggunakan internet sebagai media untuk mendapatkan informan dan data, dimana tidak ada batasan wilayah dimana saja fenomena belanja online saat ini sedang marak. Dasar pertimbangan memilih melakukan penelitian secara online adalah pertama, mudahnya akses dalam pencarian informan karena peneliti dapat mencari informasi informan dari hasil observasi melalui media online . Kedua, konteks sosial kaum muda di Indonesia yang dinamis dan fleksibel serta melek teknologi memudahkan peneliti mendapat informan kaum muda dari darah mana saja. Ketiga, banyaknya kaum muda di
Indonesia yang melakukan transaksi jual-beli online
sehingga variasi data dapat
ditemukan di berbagai daerah. yang dapat memberikan informasi bagi penelitian ini. 1.7.2 Tipe penelitian Penelitian berjudul Kaum Muda dan Online Shop : Studi Media Baru Mengenai Penjualan Kosmetik Online dengan Menggunakan Smartphone di Kalangan Kaum Muda ini menggunakan metode penelitian kualitatif bersifat deskriptif dan cenderung menggunakan analisis. Proses dan makna (perspektif subyek) lebih ditonjolkan dalam penelitian kualitatif ini. Penelitian deskriptif mempelajari masalah-masalah dalam masyarakat, serta situasi-situasi tertentu, termasuk tentang hubungan, kegiatan, sikap, pandangan serta proses-proses yang sedang berlangsung dan pengaruhnya terhadap suatu fenomena. Pemilihan metode penelitian deskriptif ini didasarkan pada tujuan penelitian, yaitu untuk mendeskripsikan perilaku kaum muda. Perilaku kaum muda yang dimaksudkan disini adalah perilaku konsumtif kaum muda yang memanfaatkan media baru salah satunya internet dan media sosial untuk membeli kosmetik di toko online. Dengan demikian metode penelitian deskriptif relevan dan dianggap mampu untuk menjawab permasalahan yang timbul pada penelitian ini karena mampun menggambarkan keseluruhan penelitian ini. Cara kerja metode penelitian deskriptif dalam konteks penelitian ini, pertama, peneliti mengumpulkan data-data yang diperoleh dari informan di kota Yogyakarta. Kedua, peneliti akan menyusun dan menganalisis data yang sesuai dengan hasil penelitian yang diperoleh di lapangan. 1.7.3 Informan Penelitian Dalam penelitian ini, peneliti mencari informan sebagai pengumpul data yang kriterianya sesuai dengan yang diharapkan peneliti dan berdasarkan tema yang diambil
yaitu kaum muda yang membeli kosmetik secara online melalui media baru yang saat ini sedang marak. Penentuan informan dalam penelitian ini dilakukan dengan metode purposive yaitu data dan informan diambil berdasarkan tujuan penelitian. Dalam penelitian ini, kriteria ataupun batasan-batasan informan yang akan dipilih adalah kaum muda usia 16-30 tahun, perempuan, memiliki smartphone dan sering berbelanja kosmetik secara online. Kaum muda yang dipilih sebagai informan tidak terbatas ruang dan waktu karena penelitian ini menggunakan internet sebagai alat dan media komunikasi dalam pengambilan data. Jumlah informan yang diwawancarai dalam penelitian ini 8 orang. 1.7.4 Sumber Data Sumber data dalam penelitian ini dibagi menjadi dua. Pertama, sumber data primer. Sumber data primer merupakan sumber data utama yang diperoleh dari penelitian lapangan. Data ini terdiri dari hasil observasi melalui media online (online direct observation), field note (catatan lapangan), hasil wawancara melalui media sosial serta dokumentasi. Kedua, sumber data sekunder. Sumber data sekunder dari penelitian ini diperoleh dari dokumendokumen dan catatan yang sesuai dengan sasaran penelitian. Dokumen dan catatan yang digunakan sebagai sumber data sekunder terdiri atas jurnal, penelitian sebelumnya, dokumentasi, buku referensi dan media internet. 1.7.5 Teknik Pengumpulan Data 1.7.5.1 Tahap Pra Lapangan Tahap pra lapangan menjadi bagian pertama dalam teknik pengumpulan data penelitian. Ada enam tahap kegiatan yang harus dilakukan dalam penelitian yaitu : menyusun rancangan penelitian, memilih lapangan penelitian, mengurus perijinan, menjajaki dan menilai lapangan, memilih dan memanfaatkan informan dan menyiapkan perlengkapan penelitian.
1.7.5.2 Online Direct Observation Observasi melalui media online (online direct observation) merupakan aktifitas observasi dimana observer secara langsung mengamati perilaku yang terobservasi (observee). Dengan kata lain observasi langsung melalui media online merupakan aktivitas observasi langsung dengan memanfaatkan internet sebagai medianya (dalam penelitian Skripsi Tania, Syaifa. 2011: 19). Observasi langsung melalui media online dipilih sebagai salah satu teknik pengumpulan data karena sifatnya yang fleksibel dan dapat melihat secara langsung cara kaum muda berjualan online melalui media sosial. Observasi ini akan melihat secara langsung bagaimana kaum muda berjualan melalui media-media sosial yang ada dan mengamati bagaimana cara mereka berjualan di media sosial. Dalam penelitian ini peneliti mengamati respon beberapa pembeli produk kosmetik di online shop serta testimoni mereka setelah menggunakan kosmetik tersebut. selain itu, di sisi lain peneliti juga mengamati bahasa dan gambar yang digunakan online shop untuk menarik kaum muda membeli produk kosmetik di online shop nya. Dengan demikian peneliti dapat memberikan gambaran tentang ketertarikan kaum muda dalam berbelanja produk kosmetik secara online serta peneliti mampu memberikan gambaran mengenai penggunaan media baru terhadap proses terwujudnya transaksi jual beli produk kosmetik di online shop. 1.7.5.3 Media Sosial Interview Wawancara yang dilakukan untuk memperolah data dalam penelitian ini akan dilakukan dengan wawancara melalui media sosial. Media sosial yang dimaksudkan disini yaitu melalui email, chatting, facebook dan media sosial lain yang memungkinkan adanya interaksi dan efektif dalam mendapatkan data. Wawancara ini merupakan proses memperoleh keterangan dengan cara tanya jawab yang tidak
memerlukan bertatap muka langsung antara pewawancara dengan informan. Teknik ini dipilih dengan alasan karena sifatnya yang fleksibel, memiliki validitas data yang akurat karena informan yang dipilih sebelumnya telah diseleksi terlebih dahulu, memungkinkan adanya respon yang tinggi dari informan dan memungkinkan peneliti untuk memperoleh kemudahan dalam mengambil data riset. Cara mewawancarai dalam penelitian ini, pertama peneliti membuat pedoman wawancara (interview guide) untuk memperoleh data yang lebih terfokus dan tidak menyimpang dari tema penelitian. Wawancara tidak hanya terpaku pada interview guide. Kedua, sebelum wawancara, peneliti memperkenalkan diri dan meminta data informan seperlunya melalui media sosial yang sudah disepakati
bersama
sebelumnya. Ketiga, ketika berlangsungnya wawancara peneliti dapat mencatat ataupun menunggu hasil feedback dari informan yang sudah mendapat interview guide yang sudah dikirim oleh peneliti. Pedoman wawancara ini meliputi faktor-faktor yang mempengaruhi informan dalam melakukan pembelian produk kosmetik secara online, media yang digunakan informan dalam pembelian kosmetik online, dan lainnya yang mampu menunjang valid atau tidaknya data tersebut. 1.7.5.4 Studi Dokumentasi Teknik dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan sumber-sumber berbentuk dokumen yang potensial dan berkaitan langsung dengan penelitian. Dokumentasi lapangan dalam bentuk gambar atau foto dan catatan lapangan. Cara mendokumentasikannya dalam penelitian ini peneliti mengambil atau mengcapture profil online shop baik di blackberry messenger, whatsapp, line, dan instagram yang berkaitan dengan proses ketertarikan kaum muda terhadap iklan produk kosmetik yang ditawarkan.
Hal ini bertujuan untuk mendukung suatu
pernyataan dari informan dan memperkuat hasil analisis peneliti.
1.7.5.5 Analisis Data Analisis data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah analisis data deskriptif yang dianggap relevan dan dapat menjawab pertanyaan penelitian. Teknik analisa deskriptif kualitatif dilakukan dengan menjelaskan dan menguraikan runtutan deskripsi datadata penelitian yang dikumpulkan melalui teknik observasi, wawancara dan dokumentasi. Proses analisis data dilakukan setelah memperoleh data lapangan secara lengkap sesuai sasaran penelitian. Proses data dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia. Proses data dengan model interaksi Miles dan Hubermas terdiri dari beberapa tahap yaitu, pertama, proses reduksi data. Reduksi data merupakan suatu proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data kasar yang muncul dari cacatan tertulis di lapangan ( Silalahi, 2010: 399). Proses reduksi data berlangsung selama penelitian berlangsung dan dilakukan secara terus-menerus dan bertujuan untuk memilah data dan informasi yang diperoleh dari hasil penelitian. Dalam proses ini peneliti membuang data yang dianggap tidak relevan dengan fokus penelitian. Kedua, penyajian data berupa menampilkan sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan dalam penarikan kesimpulan. Ketiga, proses menarik kesimpulan merupakan kunci dari proses analisis data.