BAB II KAJIAN TEORETIS 2.2.1 Hakikat Kemampuan 2.2.1.1 Pengertian Kemampuan Menurut Kamus Bahasa Indonesia (2010:623) kemampuan berasal dari kata “Mampu” yang berarti kuasa (bisa, sanggup, melakukan sesuatu, dapat, berada, kaya, mempunyai harta berlebihan). Kemampuan adalah suatu kesanggupan dalam melakukan sesuatu. Seseorang dikatakan mampu apabila ia bisa melakukan sesuatu yang harus ia lakukan. Menurut Akhmat Sudrajat (2010:1) menghubungkan kemampuan dengan kata kecakapan. Setiap individu memiliki kecakapan yang berbeda-beda dalam melakukan suatu tindakan. Kecakapan ini mempengaruhi potensi yang ada dalam diri individu tersebut. Proses pembelajaran mengharuskan anak mengoptimalkan segala kecakapan yang dimiliki. Yang dimaksud dengan kemampuan dalam hal ini adalah kesanggupan seseorang melakukan sesuatu untuk mencapai suatu tujuan dimana tidak semua orang dapat melakukan itu kecuali atas kekuatan dan kelebihan yang dmilikinya. Dengan demikian, kemampuan yang dimiliki seseorang tidak sama, ada yang intensitas kemampuannya tinggi, ada yang sedang, dan ada yang rendah. Dan juga tidak semua orang memiliki intensitas kemampuan yang tinggi dalam setiap jenis pekerjaan. (Suyadi, 2009:17)
7
8
Setiap orang membutuhkan kemampuan dalam hidupnya. Kemampuan sangat diperlukan dalam sebuah pekerjaan, karena semua bidang pekerjaan memerlukan kemampuan. Seseorang yang memiliki kemampuan untuk suatu bidang pekerjaan, dan memiliki bakat terhadap pekerjaan itu, biasanya prestasi yang di capai dalam bidang tersebut tinggi. Begitu juga halnya dengan seorang guru yang melakukan kegiatan mengajar, maka kemungkinan segala usaha yang dilakukan dalam memotivasi belajar anak akan berhasil. Prestasi seseorang antara lain di tentukan oleh faktor intelegensi dan kemampuan intelektual. Untuk menjadi guru, disamping pengetahuan, keterampilan dan sikap, sebagai salah satu persyaratannya diperlukan kemampuan. Demikian halnya dengan profesi atau bidang pekerjaan lain. Hubungannya dengan tugas guru, maka kemampuan guru mengandung arti kecakapan yang dimiliki oleh seorang guru dalam melaksanakan pekerjaannya, serta merupakan perpaduan antara kemampuan kognitif guru, emosional, sosial, dan spritual yang dapat membentuk kompetensi standar profesi guru, mencakup penguasaan materi, pemahaman terhadap peserta ajar hingga mejadi pribadi dan profesional. Menurut Permendiknas RI, Nomor. 58 Tahun 2009, kompetensi guru PAUD adalah melaksanakan proses pendidikan, pengasuhan dan perlindungan dengan indikatornya meliputi; (1) mengelola kegiatan sesuai dengan rencana yang disusun berdasarkan kelompok usia, (2) menggunakan metode
9
pembelajaran melalui bermain sesuai dengan karakteristik anak, (3) memilih dan menggunakan media yang sesuai dengan kegiatan dan kondisi anak. (Depdiknas, 2009:15) 2.1.2 Pengertian Guru Menurut Chotimah (dalam Asmani, 2009:20) guru dalam pengertian sederhana adalah orang yang memfasilitasi ilmu pengetahuan dari sumber belajar kepada anak. Guru merupakan aktor utama kesuksesan pendidikan yang dicanangkan sehingga guru memiliki peran yang sangat vital dan fundamental dalam membimbing, mengarahkan, dan mendidik siswa dalam proses pembelajaran. Guru dapat pula diartikan pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahakan, melatih, menilai, dan mengevaluasi anak pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah (UU No. 14 tahun 2005:2). Menurut Danim (2009:7) guru adalah unsur manusiawi dalam pendidikan. Guru merupakan figur manusia sebagai sumber yang menempati posisi dan memegang peranan penting dalam pendidikan. Ketika semua orang mempersoalkan masalah dunia pendidikan, figur guru mesti terlibat dalam agenda pembicaraan, terutama yang menyangkut persoalan pendidikan formal di sekolah. Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, (2005:18) guru diartikan sebagai orang yang pekerjaannya (mata pencahariannya) mengajar. Guru yaitu orang-orang yang berkewajiban atau bertugas mengajar termasuk metode,
10
model, strategi dan lain-lain yang berhubungan dengan aktivitas penyajian materi pelajaran. Menurut Mulyasa, (2007:10), guru merupakan sebuah profesi, yaitu pekerjaan yang menuntut keahlian. Artinya, pekerjaan sebagai guru tidak bisa dilakukan oleh orang yang tidak terlatih dan tidak disiapkan. Kegiatan pendidikan dan pembelajaran di sekolah terhadap anak tidak bisa dilakukan sembarang orang, karena untuk melakukan tersebut dituntut keahlian atau kompetensi sebagai guru. Guru adalah orang yang profesional, artinya secara formal mereka disiapkan oleh lembaga atau institusi
pendidikan yang
berwenang. Mereka dididik secara khusus memperoleh kompetensi sebagai guru, yaitu meliputi pengetahuan, keterampilan, kepribadian, serta pengalaman dalam bidang pendidikan. Guru dapat didefinisikan sebagai suatu profesi yang memiliki tugas atau pekerjaan mengajar, dengan memberikan ilmu pengetahuan kepada anak didik. Berdasarkan uraian tersebut dapat dimaknai bahwa, dalam konteks pendidikan secara umum guru merupakan salah satu komponen manusia dalam proses belajar mengajar, yang ikut berperan dalam usaha pembentukan sumber daya manusia yang potensial di bidang pembangunan. Dengan demikian guru merupakan salah satu unsur dibidang kependidikan dan pembangunan dan harus berperan aktif dan menempatkan kedudukannya sebagai tenaga profesional, sesuai dengan tuntutan masyarakat yang semakin berkembang.
11
Guru adalah satu komponen manusiawi dalam proses pembelajaran yang ikut berperan dalam usaha membentuk sumber daya manusia yang potensial dibidang pembangunan. Oleh karena itu, guru yang merupakan salah satu unsur yang diharapkan dapat berperan secara aktif dan menempatkan kedudukannya sebagai tenaga professional, sesuai dengan tuntutan masyarakat yang makin berkembang. Dalam arti khusus dikatakan bahwa pada setiap diri guru itu terletak tanggung jawab untuk membawa para peserta didiknya pada suatu kedewasaan atau taraf kematangan tertentu. (Asmani, 2010:17). Peranan guru dalam proses pengajaran belum dapat digantikan oleh mesin, radio atau komputer yang paling canggih sekalipun. Masih terlalu banyak unsur-unsur manusiawi seperti sikap, sistem nilai, perasaan dan motivasi yang diharapkan merupakan hasil dari proses pengajaran tidak dapat dicapai hanya melalui alat-alat tersebut. Di sinilah kita dapat menelaah segisegi kelebihan manusia khususnya peranan guru melebihi dari alat-alat canggih tersebut, sebab alat itu juga hanya merupakan ciptaan manusia yang diperuntukkan agar mempermudah pekerjaan manusia itu sendiri.(Sudjana, 2008:16) Berdasarkan uraian di atas dapat dipahami bahwa peranan guru tidak semata-mata sebagai pengajar tetapi juga sebagai pendidik dan sekaligus sebagai pembimbing. Berkaitan dengan ini, sebenarnya guru memiliki peranan yang unik dan sangat kompleks didalam proses pembelajaran guna mengantarkan peserta didik ke taraf yang dicita-citakan. Guru tidak hanya sekedar mentransfer pengetahuan kepada anak, tetapi lebih dari itu dapat
12
mendidik, melatih, membimbing, mengarahkan, dan mengayomi anak didiknya hingga menjadi manusia dewasa yang sarat dengan pengetahuan, berprilaku mulia, serta memiliki keterampilan hidup yang berguna untuk dirinya dan orang lain. Itulah sebabnya, setiap rencana kegiatan guru harus dapat didudukkan dan diarahkan semata-mata untuk kepentingan peserta didik, sesuai dengan profesi dan tanggung jawabnya. 2.1.3 Tugas dan Fungsi Guru Menurut Hadirja Praba (2009:37-41), sesungguhnya tugas dan fungsi guru sangat luas, meliputi: a. Guru sebagai pengajar Guru bertugas memberikan pengajaran didalam sekolah (kekas). Ia menyampaikan pelajaran agar anak memahami dengan baik semua pengetahuan yang telah disampaikan itu. b. Guru sebagai pembimbing Guru berkewajiban memberikan bantuan kepada anak agar mereka mampu menemukan masalahnya sendiri, memecahkan masalahnya sendiri, mengenal diri sendiri, dan menyesuaikan diri dengan lingkungnnya. c. Guru sebagai ilmuan Guru dipandang sebagai orang yang paling berpengetahuan. Dia bukan saja berkewajiban menyampaikan pengetahuan yang dimilikinya kepada anak, tetapi juga berkewajiban mengembangkan pengetahuan itu dan terus menerus memupuk pengetahuan yang telah dimilikinya.
13
d. Guru sebagai pribadi Sebagai pribadi setiap guru harus memiliki sifat- sifat yang disenangi oleh anaknya, oleh orang tua, dan oleh masyarakat. Sifat–sifat itu sangat diperlukan agar ia dapat melaksanakan pengajaran secara efektif. e. Guru sebagai penghubung Sekolah berdiri di antara dua lapangan, yakni di satu pihak mengemban tugas menyampaikan dan mewariskan ilmu, teknologi, dan kebudayaan yang terus menerus berkembang dengan lajunya, dan dilain pihak ia bertugas menampung aspirasi, masalah kebutuhan, minat, dan tuntutan masyarakat. Di antara kedua lapangn inilah sekolah memegang peranannya sebagai penghubung dimana guru berfungsi sebagai pelaksana. f. Guru sebagai modernisator Guru memegang peranan sebagai pembaharu, oleh karena melalui kegiatan guru penyampaian ilmu dan teknologi, contoh- contoh yang baik dan lain-lain maka akan menanamkan jiwa pembaharuan dikalangan anak. g. Guru sebagai pembangun Sekolah turut serta memperbaiki masyarakat dengan jalan memecahkan masalah- masalah yang dihadapi oleh masyarakat dan dengan turut melakukan kegiatan pembangunan yang sedang dilaksanakan oleh masyarkat itu. Berdasarkan penjelasan di atas dapat dipahami bahwa, guru memiliki tugas yang sangat multikompleks, tidak hanya sekedar mencerdaskan anak secara intelektual, tetapi juga dapat menjadi pembimbing, pengajar, ilmuawan,
14
contoh teladan, penghubung, pembaharu serta turut serta mengambil bagian dalam mengatasi segala permaslaahan yang dihadapi oleh masyarakat. Adapun fungsi seorang guru menurut Mulyasa (2007:24-31), antara lain: a. Educator (pendidik) Fungsi pertama guru adalah mendidik anak-anak sesuai dengan materi pelajaran yang diberikan kepadanya. Sebagai seorang educator, ilmu adalah syarat utama. Membaca, menulis, berdiskusi, mengikuti informasi, dan responsive terhadap masalah kekinian yang sanagt menunjang peningkatan kualitas ilmu guru. Hal ini berarti bahwa guru harus belajar terus-menerus. Dengan cara demikian ia akan memperkaya dirinya dengan berbagai ilmu pengetahuan sebagai bekal dalam melaksanakan tugasnya sebagai pengajar. b. Leader Guru juga seorang pemimpin kelas. Karena itu, ia harus bisa menguasai, mengendalikan, dan mengarahkan kelas menuju tercapainya tujuan pembelajaran yang berkualitas. Sebagai seorang pemimpin, guru harus terbuka, demokratis, egaliter, dan menghindari cara-cara kekerasan. c. Fasilitator Sebagai fasilisator, guru berfungsi memfasilitasi anak untuk menemukan dan mengembangkan bakatnya secara pesat.
15
d. Motivator Sebagai seorang motivator, seorang guru harus mampu membangkitkan semangat dan mengubur kelemahan anak bagaimanapun latar belakang hidup keluarganya, bagaimanapun kelam masalalunya dan bagaimanapun berat tantangannya. e. Administrator Sebagai seorang guru, fungsi administrasi sudah melekat dalam dirinya, dari mulai melamar menjadi guru, kemudian diterima dengan bukti surat keputusan dengan yayasan, surat instruksi kepala sekolah dan lain-lain. f. Evaluator Sebaik apapun kualitas pembelajaran, pasti ada kelemahan yang perlu dibenahi dan disempurnakan. Disinilah pentingnya evaluasi seorang guru. Dalam evaluasi ini, guru bisa memakai banyak cara, dengan merenungkan sendiri proses pembelajaran yang diterapkan, meneliti kelemahan dan kelebihan, atau dengan cara yang lebih obyektif, meminta pendapat orang lain, misalnya kepala sekolah, guru yang lain, dan anak- anaknya. Asmani (2009:23) menyatakan bahwa seorang guru mempunyai tiga fungsi pokok yaitu; fungsi profesional, fungsi manusiawi, dan fungsi kemasyarakatan
(sivic
mission).
Jika
dikaitkan
pembahasan
tentang
kebudayaan, maka fungsi pertama berkaitan dengar logika dan estetika, tugas kedua dan ketiga berkaitan dengan etika.
16
Ketiga fungsi guru itu harus dilaksanakan secara bersama-sama dalam kesatuan organis harmonis dan dinamis. Seorang guru tidak hanya mengajar di dalam kelas saja tetapi seorang guru harus mampu menjadi katalisator, motivator dan dinamisator pembangunan tempat di mana ia.bertempat.tinggal. Ketiga fungsi ini jika dipandang dari segi anak maka guru harus memberikan nilai-nilai yang berisi pengetahuan masa lalu, masa sekarang dan masa yang akan datang, pilihan nilai hidup dan praktik-praktik komunikasi. Pengetahuan yang kita berikan kepada anak harus mampu membuat anak itu pada akhimya mampu memilih nilai-nilai hidup yang semakin komplek dan harus mampu membuat anak berkomunikasi dengan sesamanya di dalam masyarakat, oleh karena anak ini tidak akan hidup mengasingkan diri. Kita mengetahui cara manusia berkomunikasi dengan orang lain tidak hanya melalui bahasa tetapi dapat juga melalui gerak, berupa tari-tarian, melalui suara (lagu, nyanyian), dapat melalui warna dan garis-garis (lukisan-lukisan), melalui bentuk berupa ukiran, atau melalui simbul-simbul dan tanda tanda yang biasanya disebut rumus-rumus. Berdasarkan uraian di atas, maka fungsi guru sesungguhnya tidaklah mudah, dan tidak pula hanya terbatas pada dinding-dinding kelas. Tetapi fungsi guru sungguh amat mulia, dan profesi guru harus berdasarkan panggilan jiwa, ikhlas, sehingga dalam menghadapi tugas yang begitu banyak dapat menghasilkan produk yang baik pula. 2.1.4 Kemampuan Guru
17
Guru merupakan agen perubahan dalam pola pikir generasi bangsa dan mengemban tugas untuk meluruskan pola pikir irasional menuju cara berpikir rasional. Jika dilihat di masyarakat, tidak bisa dipungkiri bahwa guru dianggap sebagai orang yang serba bisa khususnya di pedesaan. Sebagai public figure, ada sepuluh kemampuan guru yang harus dikuasai. Penguasaan sepuluh kemampuan guru akan sangat menunjang pembentukan karakter guru sebagai tenaga profesional, sekaligus sebagai individu di dalam masyarakat. Sepuluh kemampuan dasar yang harus dimiliki oleh guru menurut Adhi Ssehat (2009:003), antara lain: 1. Punya kemampuan untuk mengembangkan kepribadian Disini guru dituntut untuk bertaqwa kepada Tuhan, turut berperan dalam masyarakat sebagai warga yang berjiwa Pancasila serta mengembangkan sifat-sifat terpuji yang menjadi syarat bagi guru. 2. Menguasai semua landasan pendidikan Landasan pendidikan yang harus dikuasai adalah dengan mengenal tujuan pendidikan untuk pencapaian tujuan pendidikan nasional, mengenal sekolah di dalam masyarakat serta mengenal prinsip-prinsip psikologi yang bisa dimanfaatkan dalam pembelajaran. 3. Mampu untuk menguasai bahan pengajaran Seorang guru diharapkan mempunyai kemampuan untuk menguasai bahan pengajaran kurikulum, dan menguasai bahan pengayaan. 4. Mampu untuk menyusun program pengajaran
18
Kemampuan ini adalah untuk menetapkan tujuan pengajaran, memilih dan menetapkan bahan pengajaran, memilih dan mengembangkan strategi pengajaran, memilih dan memanfaatkan sumber belajar yang tersedia dan memilih serta mengembangkan media pengajaran yang sesuai. 5. Melaksanakan semua program pengajaran Dalam hal ini guru diharuskan menciptakan iklim belajar mengajar yang sehat, mengelola interaksi belajar mengajar dan mengatur ruang belajar. 6. Menilai hasil serta proses belajar mengajar yang sudah dilaksanakan Guru harus bisa menilai prestasi murid dan menilai proses belajar mengajar yang telah dijalankan. 7. Program bimbingan belajar Guru harus bisa membimbing murid yang mengalami kesulitan belajar, siswa yang berkelainan dan berbakat khusus serta bisa membimbing murid untuk menghargai pekerjaan di masyarakat. 8. Melaksanakan administrasi instansi Guru harus mengenal pengadministrasian kegiatan sekolah sekaligus melaksanakan kegiatan tesebut. 9. Berinteraksi dengan sejawat serta masyarakat
19
Guru harus bisa berinteraksi dengan rekan sejawat untuk meningkatkan kemampuan profesional, dan berinteraksi dengan masyarakat untuk memenuhi misi pendidikan. 10. Melakukan penelitian yang sederhana Kemampuan guru ini adalah untuk mengkaji konsep dasar penelitian ilmuwan dan melakukan penelitian yang sederhana. Dari sepuluh kemampuan guru yang harus dimiliki oleh seorang guru, tiga diantaranya diambil sebagai bahan untuk penelitian. 2.2 Hakikat Media Pembelajaran 2.2.1. Pengertian Media Pembelajaran Media pembelajaran merupakan alat bantu yang mengantarai penyampai pesan dengan sipenerima pesan. Jika ditinjau dari segi perkembangannya, pada mulanya media hanya dianggap sebagai alat bantu mengajar guru (teaching aids). Alat bantu yang digunakan seperti alat bantu visual, yaitu gambar, model objek dan alat-alat lain yang dapat memberikan pengalaman konkrit, motivasi belajar serta mempertinggi daya serap dan prestasi belajar anak TK. (Semiawan, 2007:15) Arsyad (2002:1) mengulas pengertian media dari asal katanya dalam ulasannya sebagai berikut : “Kata media berasal dari bahasa Latin medius yang secara harfiah berarti ‘tengah’ ‘perantara’ atau ‘pengantar’. Dalam bahasa Arab, media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan”.
20
Menurut Oemar Hamalik (2004:457) istilah media yang merupakan bentuk jamak dari medium secara harfiah berarti, “perantara atau pengantar”. Menurut AECT, media adalah sebagai bentuk dan saluran untuk proses transformasi infrormasi. Sedangkan Olson mendefinisikan medium sebagai teknologi untuk menyajikan, merekam, membagi, dan mendistribusikan symbol dengan melalui rangsangan indra tertentu, disertai penstrukturan informasi. Pengertian di atas mengandung makna bahwa, media adalah komponen dari sistem instruksional dalam pendidikan sehingga keberadaannya tidak dapat dipisahkan dari sistem pembelajaran yang mengantarai pemberi informasi atau guru dengan anak TK sebagai penerima informasi. Berdasarkan beberapa definisi di atas maka apabila diterjemahkan secara kontekstual, media adalah salah satu alat penghubung komunikasi, berasal dari bahasa latin yang memiliki makna “di antara”. Maka ini menunjukkan keseluruhan informasi yang terjadi antara sumber informasi dengan penerima informasi. Dari pengertian tersebut jelaslah bahwa media pendidikan merupakan alat bantu dalam proses pendidikan secara umum dan proses pengajaran secara khusus. Media dapat pula dipandang sebagai komponen
dari sistem
instruksional dalam proses pendidikan. Pendidikan sendiri memiliki perangkat sistem yang luas. Sehingga secara khusus media dapat diartikan dan didekatkan dengan alat bantu dalam pembelajaran. Uraian tentang media di
21
atas memberikan indikasi adanya tiga unsur yang melekat dalam penggunaan media yaitu: guru sebagai pengguna media pembelajaran atau yang mengarahkan (instruktur), anak TK sebagai unsur atau pengguna media dan media pembelajaran itu sendiri sebagai objek atau benda yang mengantarai keduanya dalam pembelajaran. Media pembelajaran adalah segala bentuk yang dipergunakan untuk suatu proses penyaluran informasi. Menurut M. Basyiruddin Usman (2002:11), media juga sering didefinisikan sebagai benda yang dapat dimanifulasikan, dilihat, didengar, dibaca atau dibicarakan beserta instrumen yang dipergunakan dengan baik dalam kegiatan belajar mengajar, dapat mempengaruhi efektifitas program intruksional. Dari definisi di atas, maka dapat dipahami bahwa media bersifat menyalurkan pesan dan dapat merangsang pikiran, perasaan dan kemauan audien (anak TK) sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar pada dirinya. Penggunaan media secara kreatif akan memungkinkan audien (anak TK) untuk belajar lebih baik dan dapat meningkatkan performan mereka sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. 2.2.2. Fungsi Media Pembelajaran Dalam proses pembelajaran, media memiliki fungsi sebagai pembawa informasi dari sumber (guru) menuju penerima (anak TK). Sedangkan metode adalah prosedur untuk membantu anak TK dalam menerima dan mengolah informasi guna mencapai tujuan pembelajaran.
22
Menurut Miarso (2004:21) bahwa dalam kegiatan interaksi antara anak TK dengan lingkungan, fungsi media dapat diketahui berdasarkan adanya kelebihan media dan hambatan yang mungkin timbul dalam proses pembelajaran. Tiga kelebihan kemampuan media adalah sebagai berikut. Pertama, kemampuan fiksatif, artinya dapat menangkap,
menyimpan, dan
menampilkan kembali suatu obyek atau kejadian. Dengan kemampuan ini, obyek atau kejadian dapat digambar, dipotret, direkam, difilmkan, kemudian dapat disimpan dan pada saat diperlukan dapat ditunjukkan dan diamati kembali seperti kejadian aslinya. Kedua, kemampuan manipulatif, artinya media dapat menampilkan kembali obyek atau kejadian dengan berbagai macam perubahan (manipulasi) sesuai keperluan, misalnya diubah ukurannya, kecepatannya, warnanya, serta dapat pula diulang-ulang penyajiannya. Ketiga, kemampuan distributif, artinya media mampu menjangkau audien yang besar jumlahnya dalam satu kali penyajian secara serempak, misalnya siaran TV atau Radio. Hambatan-hambatan komunikasi dalam proses pembelajaran adalah sebagai berikut. Pertama, verbalisme, artinya anak TK dapat menyebutkan kata tetapi tidak mengetahui artinya. Hal ini terjadi karena biasanya guru mengajar hanya dengan penjelasan lisan (ceramah), anak TK cenderung hanya menirukan apa yang dikatakan guru. Kedua, salah tafsir, artinya dengan istilah atau kata yang sama diartikan berbeda oleh anak TK. Hal ini terjadi karena biasanya guru hanya menjelaskan secara lisan dengan tanpa menggunakan
23
media pembelajaran yang lain, misalnya gambar, bagan, model, dan sebagainya. Ketiga, perhatian tidak berpusat, hal ini dapat terjadi karena beberapa hal antara lain, gangguan fisik, ada hal lain yang lebih menarik mempengaruhi perhatian anak TK, anak TK melamun, cara mengajar guru membosankan, cara menyajikan bahan pelajaran tanpa variasi, kurang adanya pengawasan dan bimbingan guru. Keempat, tidak terjadinya pemahaman, artinya kurang memiliki kebermaknaan logis dan psikologis. Apa yang diamati atau dilihat, dialami secara terpisah. Tidak terjadi proses berpikir yang logis mulai dari kesadaran hingga timbulnya konsep. 2.2.3 Jenis-Jenis Media Pembelajaran Pengklasifikasi ciri utama media pada tiga unsur pokok yaitu suara, visual dan gerak. Menurut M. Basyiruddin Usman (2002:27), bentuk visual itu sendiri dibedakan lagi menjadi tiga bentuk, yaitu gambar visual, garis dan simbol. Disamping itu dia juga membedakan media siar (transmisi) dan media rekam (recording), sehingga terdapat 8 klasifikasi media: “1) Media audio visual gerak, 2) Media audio visual diam, 3) Media audio semi gerak, 4) Media visual gerak, 5) Media visual diam, 6) Media visual semi gerak, 7) Media audio, dan 8) Media cetak.” Menurut M. Basyiruddin Usman, (2002:15), Media merupakan salah satu sarana untuk meningkatkan kegiatan proses belajar mengajar. Karena beraneka ragamnya media tersebut maka masing-masing media mempunyai
24
karakteristik yang berbeda. Untuk itu perlu memilihnya dengan cermat dan tepat agar dapat digunakan secara tepat guna. Menurut M. Basyiruddin Usman, (2002:15-16), Proses belajarmengajar merupakan inti dari proses pendidikan secara keseluruhan guru
sebagai
dengan
pemegang peranan utama. Peristiwa belajar-mengajar
banyak berakar pada berbagai pandangan dan konsep. Oleh karena itu, perwujudan proses belajar-mengajar dapat terjadi dalam berbagai model. Bruce Joyce dan Marshal Weil (1991) mengemukakan 22 model mengajar yang dikelompokkan ke dalam 4 hal, yaitu (1) proses informasi, (2) perkembangan pribadi, (3) interaksi sosial, dan (4) modifikasi tingkah laku. Dalam pembelajaran akan terjadi hubungan interaksi antara guru dengan anak TK, oleh karenanya interaksi tersebut dapat berlangsung secara efektif dan efesien apabila dilakukan dengan suatu strategi atau siasat. Strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan anak TK agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efesien. Adapun jenis-jenis media pembelajaran secara garis besar dirumuskan oleh Nana Sudjana dan Ahmad Rivai 2001: 4) dalam bukunya yang berjudul “Media Pengajaran” (dibagi atas beberapa jenis, yaitu : a. Media grafis menurut Webster didefinisikan sebagai seni atau ilmu menggambar, terutama penggambaran mekanik. Contoh media grafis meliputi ; gambar, foto grafik, bagan atau diagram, poster, kartun, komik dan lain-lain;
25
b. Media tiga dimensi yaitu dalam bentuk model seperti model padat (solid model), model penampang, model susun, model kerja, mock up, dan lain-lain. Untuk media tiga dimensi yang paling banyak digunakan adalah model dan boneka. c. Media proyeksi seperti slide, film strips, film, penggunaan OHP d. Penggunaan lingkungan sebagai media pengajaran. Berdasarkan jenis-jenis media di atas, maka dapat dipahami bahwa media pada dasarnya adalah alat perantara yang menghubungkan anak TK dengan guru dalam proses menerima dan mentransfer materi pelajaran.
3.2.4 Kriteria Pemilihan Media Pembelajaran Media merupakan salah satu sarana untuk meningkatkan kegiatan proses belajar mengajar. Karena beraneka ragamnya media tersebut, maka masing-masing media mempunyai karakteristik yang berbeda-beda. Untuk itu perlu pemilihan media dengan cermat dan tepat agar dapat digunakan secara tepat guna. Menurut Asnawir dan M. Basyiruddin Usman, (2002:127), ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam memilih media, antara lain; tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, ketepatgunaan, kondisi anak TK, ketersediaan perangkat keras, (hardware) dan perangkat lunak (software), mutu teknis dan biaya. Oleh sebab itu, beberapa pertimbangan yang perlu diperhatikan antara lain :
26
1. Media yang dipilih hendaknya selaras dan menunjang tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. 2. Aspek materi menjadi pertimbangan yang dianggap penting dalam memilih media. Sesuai atau tidaknya antara materi dengan media yang digunakan akan berdampak pada hasil pembelajaran anak TK. 3. Kondisi anak TK dari segi subjek belajar menjadi perhatian yang serius bagi guru dalam memilih media yang sesuai dengan kondisi anak TK. 4. Ketersediaan media di sekolah atau memungkinkan bagi guru mendesain sendiri media yang akan digunakan merupakan hal yang perlu menjadi pertimbangan seorang guru. 5. Media yang dipilih seharusnya dapat menjelaskan apa yang akan disampaikan kepada audien (anak TK) secara tepat dan berhasil guna, dengan kata lain tujuan yang ditetapkan dapat dicapai secara optimal. 6. Biaya yang akan dikeluarkan dalam pemanfaatan media harus seimbang dengan hasil yang akan dicapai. Selanjutnya, Nana Sudjana dan Rifa’i (2011:58) mengatakan, untuk menciptakan kegiatan pembelajaran menjadi efektif, efisien dan tercapainya tujuan yang ditetapkan, maka seorang uru dituntut untuk dapat mengetahui empat unsur pokok terkait dengan membuat media pembelajaran, yaitu; 1. Memahami pentingnya penggunaan media pembelajaran. 2. Kreatif dalam membuat dan menggunakan media pembelajaran.
27
3. Mengetahui dampak media pembelajaran terhadap kreativitas belajar anakk. 4. Menguasai struktur dan metode keilmuan pembelajaran. Berdasarkan uraian di atas, maka yang menjadi pertimbangan pemilihan media pembelajaran dapat dirumuskan dalam tiga model sebagai prosedur dalam pemilihan media yang akan digunakan yaitu : 1. Model Flowchart, midel ini menggunakan sistem penguguran (eliminasi) dalam pengambilan keputusan pemilihan. 2. Model Matrik, berupa penanggulangan proses pengambilan keputusan pemilihan sampai seluruh kriteria pemilihannya diidentifikasi. 3. Model Checlist, yang menangguhkan keputusan pemilihan sampai semua kriterianya dipertimbangkan. Berdasarkan teori di atas dapat dipahami bahwa dalam menggunakan media pembelajaran tidak seharusnya media tersebut sudah siap pakai, seperti OHP, VCD dan TV. Melainkan ada yang harus dirakit sendiri seperti chart yaitu hal-hal penting yang disampaikan melalui media sederhana. Media mampu memberikan rangsangan yang bervariasi kepada otak anak TK, sehingga otak anak TK dapat berfungsi secara optimal. Banyak penelitian yang dilakukan oleh para ahli menunjukkan bahwa belahan otak sebelah kiri merupakan tempat kedudukan pikiran yang bersifat verbal, rasional, analitikal, dan konseptual. Belahan ini mengontrol wicara. Belahan otak sebelah kanan merupakan tempat kedudukan pikiran visual, emosional,
28
holistic, fisikal, spatial, dan kreatif. Belahan ini mengontrol tindakan. Pada suatu saat hanya salah satu belahan yang bersifat dominant; kedua belahan tidak dapat dominant secara serentak. Rangsangan pada salah satu belahan saja secara berkepanjangan akan menyebabkan ketegangan. Karena itu, sebagai salah satu implikasi dalam pembelajaran ialah kedua belahan perlu dirangsang bergantian dengan rangsangan audio dan visual. 2.1.3 Kajian Penelitian yang Relevan Di bawah ini akan diketengahkan beberapa hasil penelitian yang relevan terkaiat dengan kemampuan guru dalam membuat media pembelajaran pada anak kelompok B TK Perintis Desa Boludawa Kecamatan Suwawa Kabupaten Bone Bolango. Hasil penelitian pendukung dimaksud antara lain: Rosnawati Nabius, 2010. Judul penelitian ” Kreativitas Guru dalam Mendesain Media Pembelajaran dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa salah satu cara yang dilakukan untuk meningkatkan prestasi belajar siswa adalah melalui kreativitas guru dalam mendesain media pembelajaran. Hal ini terbukti oleh analisis data yang dikumpulkan, di mana indikator kinerja yang dicapai pada penelitian ini adalah 90%. Peningkatan ini dilalui secara bertahap yaitu; pada observasi awal prestasi belajar siswa hanya 35%, pada siklus I prestasi belajar siswa mengalami perbaikan hingga mencapai 52 %, pada tindakan siklus II meningkat menjadi 74%, dan pada akhir penelitian siklus III telah mencapai 90%.
29
Rusmin Panigoro, 2011. Judul penelitian ”Meningkatkan Motivasi Belajar Melalui Pengelolaan Media Pembelajaran pada Anak Kelompok B TK Harapan Kota Barat Kota Gorontalo. Hasil penelitian menunjukkan bahwa salah satu cara meningkatkan motivasi belajar anak kelompok B TK Harapan Kota Barat Kota Gorontalo adalah melalui Pengelolaan Media Pembelajaran. Hal ini terbukti oleh analisis data yang dikumpulkan, di mana indikator kinerja yang icapai pada penelitian ini adalah 91,67%. Peningkatan ini dilalui secara bertahap yaitu; pada observasi awal motivasi belajar anak hanya 45,83%, pada siklus I motivasi belajar anak mengalami peningkatan hingga mencapai 60 %, pada tindakan siklus II meningkat menjadi 70 %, dan pada akhir penelitian siklus III telah mencapai 91,67%. Berdasarkan kedua penelitian yang diuraian pada literatur di atas, maka setelah dianalisis secara tidak langsung memiliki keterkaitan erat dengan penelitian yang akan dilakukan. Namun demikian, fokus yang akan dikaji penulis dalam penelitian ini memiliki spesifikasi tersendiri dari peneliti sebelumnya, yaitu seberapa jauh kemampuan guru dalam membuat media pembelajaran pada anak kelompok B TK Perintis Desa Boludawa Kecamatan Suwawa Kabupaten Bone Bolango.