8
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Nyamuk Nyamuk secara umum selain dikenal sebagai vector beberapa penyakit juga diketahui sebagai seangga pengganggu kenyamanan. Beberapa penyakit yang ditularkan oleh nyamuk antara lain demam berdarah dengue malaria dan filariasis. Penyakit-penyakit tersebut ditularkan oleh jenis/sepsis nyamuk yang berbeda atau sejenis (Raharjo, 2005). Penyakit DBD disebabkan oleh virus dengue dari kelompok Arbovirus, yaitu arthoropod-borne virus yang disebabkan oleh antropoda. Ciri-ciri nyamuk adalah : sayap dan badannya belang-belang atau bergaris-garis putih, berkembang di air jernih yang tidak beralaskan tanah seperti bak mandi, WC, tempayan, drum, dan barang-barang yang menampung air seperti kaleng, ban bekas, pot tanaman air, tempat minum burung, jarak terbang ±100 m, nyamuk ini menggingit beberapa orang karena sebelum nyamuk tersebut kenyang sudah berpindah tempat, tahan dalam suhu panas dan kelembabanya tinggi (Widoyono, 2000). Demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit yang disebabkan virus yang sangat berbahaya karena penderita dapat meninggal dalam waktu yang sangat pendek (beberapa hari). Penyakit ini masuk ke Indonesia sejak tahun 1980 dan telah tersebar luas di seluruh Provinsi di Indonesia. Gejala klinis DBD berupa demam tinggi yang berlangsung terus menerus selama 2-7 hari dan manifestasi pendarahan yang biasanya didahului dengan terlihatnya tanda khas berupa bintikbintik merah (petechiae) di tubuh penderita, penderita dapat mengalami syok dan meninggal. Sampai sekarang penyakit ini masih merupakan masalah kesehatan serius bagi masyarakat. Nyamuk betina menggigit manusia dan nyamuk jantan
9
hanya tertarik pada cairan mengandung gula seperti pada bunga. Biasanya nyamuk menggigit pada siang hari saja. Malam harinya lebih suka bersembunyi di sela-sela pakaian yang tergantung atau horden, terutama di ruang gelap atau lembab. Mereka mempunyai kebiasaan menggigit berulang kali. Nyamuk ini memang tidak suka air kotor seperti air got atau lumpur kotor. Bertelur serta pembiakannya diatas permukaan air pada dinding yang bersifat vertikal dan terlindung pengaruh matahari langsung (Srisasi, 2000). Ciri-ciri nyamuk. a. Badan kecil, warna hitam dengan bintik-bintik putih. b. Pertumbuhan telur sampai dewasa ± 10 hari. c. Menggigit/menghisap darah pada siang hari. d.
Senang hinggap pada pakaian yang bergantungan dalam kamar.
e.
Bersarang dan bertelur digenangan air jernih di dalam dan di sekitar rumah yang agak gelap dan lembab.
f. Hidup dalam rumah dan di sekitar rumah. g. Di dalam rumah : bak mandi, tempayan, vas bunga, tempat minum burung. h. Di luar rumah : drum, tangki penampungan air, kaleng bekas, ban bekas, botol pecah, potongan bambu, tempurung kelapa, dan lain-lain (Chemika, 2004).
10
2.1.1 Klasifikasi nyamuk Klasifikasi nyamuk yaitu: Kingdom : Animalia Phylum : Arthropoda Subphylum : Unimaria Kelas : Insecta Ordo : Diptera Sub ordo : Nematocera Superfamili : Culicoidea Famili : Culicidae Sub-famili : Culicinae Genus : Spesies (Gandahusada, 2000). 2.1.2 Morfologi nyamuk Nyamuk merupakan jenis serangga yang mengalami metamorfosis sempurna yang stadiumnya terdiri dari telur, larva, pupa, dan nyamuk dewasa. Ciri-ciri dari setiap stadium dari spesies adalah : 1. Telur Telur berwarna hitam dan setiap kali bertelur, nyamuk betina dapat mengeluarkan sekitar seratus butir telur dengan ukuran sekitar 0,7 milimeter perbutir. Telur nyamuk ini tidak berpelampung, sehingga satu per satu akan menempel ke dinding. Secara fisik, telur nyamuk berbentuk lonjong dan mempunyai anyaman seperti kain kasa. Telur tampak satu per satu teratur di pinggiran kaleng, lubang pohon, alas pot bunga, dan lain sebagainya. Nyamuk akan bertelur dan berkembang biak di tempat penampungan air bersih, seperti tempat penampungan air untuk keperluan sehari-hari : Bak mandi, WC, Tempayan, Drum air, Bak menara (tower air) yang tidak tertutup, sumur gali. Selain itu, wadah berisi air bersih atau air hujan, tempat minum burung, Vas bunga, Pot bunga, Ban bekas, potongan bambu yang dapat menampung air,
11
Kaleng, Botol, tempat pembuangan air di kulkas dan barang bekas lainnya yang dapat menampung air walau dengan volume kecil, juga menjadi tempat kesukaannya. Telur akan diletakkan dan menempel pada dinding penampungan air, sedikit diatas permukaan air. Di tempat kering (tanpa air), telur dapat bertahan sampai enam bulan. Pada umunya telur akan menetas menjadi jentik dalam waktu kurang lebih 2 hari setelah telur terendam (Silalahi, 2004). 2. Larva Stadium larva biasanya berlangsung 6-8 hari. Larva nyamuk mempunyai ciri-ciri antara lain adanya corong udara pada segmen terakhir, pada segmen abdoman tidak ditemukan adanya rambut-rambut berbentuk kipas (palmatus hairs), pada corong udara terdapat pectan, sepasang rambut serta jumbai akan di jumpai pada corong (siphon), setiap sisi abdomen segmen kedelapan ada comb scale sebanyak 8-21 atau berjejer 1 sampai 3, bentuk individu dari comb scale seperti duri, sisi thorax terdapat duri yang panjang dengan bentuk kurva dan adanya sepasang rambut di kepala (Ditjen, 2002). Ada 4 tingkatan (instar) larva nyamuk, masing-masing tingkatan mempunyai ciri-ciri dan ketahanan yang berbeda. Tingkatan larva tersebut adalah: 1. Larva instar I berukuran paling kecil, yaitu 1-2 mm atau 1-2 hari setelah telur menetas, duri-duri (spinae) pada dada belum jelas dan corong pernafasan pada siphon belum jelas. 2.
Larva instar II berukuran 2,5-3,5 mm atau 2-3 hari setelah telur menetas, duri-duri belum jelas, corong kepala mulai menghitam.
12
3.
Larva instar III berukuran 4-5 mm atau 3-4 hari setelah telur menetas, duri-duri dada mulai jelas dan corong pernafasan berwarna coklat kehitaman.
4.
Larva instar IV berukuran paling besar yaitu 5-6 mm atau 4-6 hari setelah telur menetas, dengan warna kepala gelap.
3. Pupa (kepompong) Pupa (kepompong) berbentuk seperti koma, bentuknya lebih besar namun lebih ramping dibandingkan rata-rata nyamuk lainnya. Kepala dan dadanya bersatu dilengkapi sepasang terompet pernafasan. Stadium pupa ini adalah stadium tidak makan dan bila terganggu, pupa akan bergerak naik turun di dalam wadah air. Pupa akan menjadi nyamuk dewasa dalam waktu lebih kurang dua hari (Handiman, 2004). 4. Nyamuk dewasa Nyamuk dewasa berukuran lebih kecil jika dibandingkan dengan rata-rata nyamuk lain. Nyamuk ini mempunyai warna dasar yang hitam dengan bintikbintik putih pada bagian badan, kaki dan sayap. Pertumbuhan dari telur menjadi nyamuk dewasa mencapai 9-10 hari. Umur nyamuk betina dapat mencapai dua sampai tiga bulan (Gandahusada, 2000). Paha kaki belakang bagian luar sebagian besar putih. Tarsale dengan hubungan putih lebar. Scutum dengan sepasang garis lengkung dibagian luar dan dua garis pendek di bagian tengah, membentuk lira (Ditjen, 2002).
13
2.1.3 Daur hidup nyamuk Nyamuk mengalami metamorfasis sempurna : Telur, larva, pupa, dewasa. Stadium telur, larva dan pupa hidup di dalam air sedangkan stadium dewasa hidup bertebrangan. Nyamuk dewasa betina biasanya mengisap darah manusia dan binatang. Telur yang baru di letakan berwarna putih, tetapi sesudah 1-2 jam berupa menjadi hitam. Pada nyamuk ditemukan di tepi permukaan air pada lubang pohon dan pada lubang tanah yang kering kemudian di genangi air (Wita, 2000). 2.1.4
Perilaku nyamuk Nyamuk menghisap darah manusia dan binatang. Nyamuk betina bersifat
anthropofilik, karena lebih menyukai darah manusia dari pada darah binatang. Nyamuk betina menghisap darah dengan tujuan mematangkan telur dalam tubuhnya. Nyamuk betina mempunyai kebiasaan menggigit beberapa orang secara bergantian dalam waktu singkat (multiple bites) disebabkan sifat sensitif yang dimilikinya. Nyamuk betina biasanya menggigit didalam rumah dengan Aktivitas menggigit biasanya mulai pagi sampai petang hari, dengan 2 puncak aktivitas antara pukul 8.00 – 10.00 dan 15.00 – 17.00. Mempunyai kebiasaan menghisap darah berulang kali (multiple bites) dalam satu siklus gonotropik, untuk memenuhi lambungnya dengan darah, sehingga nyamuk ini sangat efektif sebagai penular penyakit. Setelah menghisap darah, nyamuk ini hinggap (beristirahat) didalam atau luar rumah, berdekatan dengan perkembang biakannya. Tempat hinggap yang disenangi ialah benda-benda yang tergantung seperti : pakaian, kelambu atau
14
tumbuh-tumbuhan didekat tempat perkembangbiakannya. Setelah beristirahat dan proses pematangan telur selesai, nyamuk betina akan meletakkan telurnya di dinding tempat perkembangbiakannya, sedikit diatas permukaaan air. Setiap kali bertelur nyamuk betina dapat mengeluarkan telur sebanyak 100 butir. Telur itu ditempat yang kering (tanpa air) dapat bertahan berbulan-bulan pada suhu 220c sampai 420c dan bila tempat tersebut tergenang air atau kelembabannya tinggi maka telur dapat menetas lebih cepat (Suhartono, 2010). 2.1.5
Tempat perkembangbiakan Tempat perindukan utama adalah tempat-tempat berisi air bersih yang
berdekatan letaknya dengan rumah penduduk, biasanya tidak melebihi jarak 500 meter dari rumah (Gandahusada, 2000). Tempat perindukan nyamuk adalah : 1. Tempat perindukan buatan manusia, seperti : tempayan atau gentong tempat penyimpanan air minum, bak mandi, jamban atau pot bunga, kaleng, botol, drum, ban mobil bekas yang terdapat di halaman rumah atau di kebun yang berisi air hujan. 2. Tempat perindukan alamiah, seperti : kelopak, daun tanaman keladi, atau pisang, tempurung kelapa, tonggak bambu dan lubang yang berisi air hujan. Di tempat perindukan sering kali ditemukan larva nyamuk albopictus yang hidup bersama-sama.
15
2.2 Upaya Pengendalian Nyamuk Pada umumnya pengendalian nyamuk dapat dilakukan baik secara langsung maupun secara tidak langsung terhadap stadium dewasa. Secara langsung apabila upaya pengendalian secara langsung mengenai sasaran, misalnya penggunaan sapu lidi dan penyemprotan nyamuk secara individual. Sedangkan secara tidak langsung secara fisik tidak langsung mengenai sasaran antara lain penyemprotan pada dinding rumah. Sebenarnya untuk menghindari gigitan nyamuk dan membasmi nyamuk dapat digunakan bahan dari alam tanpa harus menggunakan insektisida yang dapat mempengaruhi kesehatan. Bahan yang berasal dari alam itu menghasilakan bahan anti nyamuk yaitu daun, akar, batang, dapat dimanfaatkan sebagai bahan pengusir nyamuk. Diantaranya tanaman penghasil bahan anti nyamuk tersebut adalah tanaman serai wangi (Soedarto, 2006). 2.2.1
Pengendalian secara biologis Pengendalian biologis dapat dilakukan dengan menyebarkan musuh alami
seperti parasit dan predator di daerah terjangkit atau daerah endemis. Hasilnya tergantung pada iklim dan tidak akan daerah tersebut disemprot dengan insektisida. Berbagai jenis ikan pemakan larva dapat membantu program pengendalian vektor, seperti ikan nila merah (Oreochromis niloticus), nilai hitam (Tilapia nikotika), dan Tombro (Cyprinus carpia) dapat digunakan untuk penengendalian larva . Pengendalian vektor dengan bakteri Bacillus thuringiensis H-14 tidak menimbulkan kerugian pada mamalia, tanaman danorganisme bukan sasaran. Biosida ini dalam dosis 0,28 g/m2 efektif membunuh jentik Anopheles
16
barbirostris pada semua instar. Kematian rata-rata jentik Anopheles barbirostris 24 jam setelah aplikasi Bacillus thuringiensis H-14 berkisar antara 80% - 100% (Umi,1997). Bacillus thuringiensis memproduksi toksin yang terdapat dalam bentuk kristal yang sangat beracun dengan larutan alkalis yang terdapat dalam usus serangga terjadi perubahan kristal-kristalnya dan apabila diasorpsi kedalam darah menyebabkan kenaikan PH darah. Penggunaan B.thuringiensis H-14 (Vectobac 12 AS) untuk penurunan kepadatan jentik Anopheles di Teluk dalam, Pulau Nias, setelah penyemprotan pertama dan kedua berkisar antara 70,44-89,74% (Mujiyono, 1996). Pengendalian serangga juga dapat dilakukan dengan menggunakan mikroflora atau cendawan. Penelitian telah dilakukan dengan melakukan uji coba penggunaan 3 mg/l air Giotricum candidum, Mucor haemalis, dan Beauveria bassiana untuk insektisida dan larvasida. Hasil penelitian menunjukkan bahwa cendawan air Giotricum candidum, Mucor haemalis dapat membunuh 100% nyamuk pada hari ketiga, sedangkan Beauveria bassiana hari ke empat baru mematikan 100% (Aminah,1996). 2.2.2 Pengendalian secara mekanis Cara mekanis untuk mengurangi atau menghindari gigitan nyamuk atau gangguan nyamuk dilakukan dengan pemasangan kawat (kawat nyamuk) pada semua lubang yang ada di rumah, seperi lubang angin, jendela, pintu dan lainnya. Cara ini sangat baik dan bersifat permanen, walaupun dalam pembuatannya di
17
perlukan biaya yang mahal. Tidur menggunakan kelambu sangat dianjurkan untuk mengurangi gigitan nyamuk waktu tidur di daerah endemis (Barodji, 2003). Upaya untuk mengurangi jumlah kepadatan nyamuk antara lain dengan cara: a) Menguras air dan menyikat dinding tempat penampungan air seminggu sekali. Kegiatan ini dikenal dengan pembersihan sarang nyamuk. Menyikat merupakan hal yang penting, karena telur nyamuk dapat bertahan hidup selama berbulan-bulan dalam kekeringan. b) Mengubur barang-barang bekas yang bisa menampung air waktu hujan, seperti kaleng, ban-ban bekas dan lain-lain atau mengusahakan waktu hujan air tidak tertampung pada tempat-tempat yang bisa menampung air di lingkungan rumah (memotong bambu tepat ruas, tempurung kelapa dibalik). c) Membersihkan atau mengangkat tanaman air atau lumut di tempat perindukan nyamuk penular. pengendalian vektor yang paling efektif adalah manajemen lingkungan, termasuk perencanaan, organisasi, pelaksanaan dan aktivitas monitoring untuk manipulasi atau modifikasi faktor lingkungan dengan maksud untuk mencegah atau mengurangi vektor penyakit manusia dan perkembangbiakan vektor patogen. Manajemen lingkungan untuk mengendalikan nyamuk dan Aedes albopictus dan mengurangi kontak vektor dengan manusia (WHO, 1997).
18
2.2.3 Pengendalian secara kimia Cara kimiawi dilakukan dengan menggunakan senyawa atau bahan kimia yang digunakan baik untuk membasmi nyamuk (insektisida) maupun jentiknya (larva), mengusir atau menghalau nyamuk (repellent) supaya nyamuk tidak menggigit. Di samping itu masih banyak senyawa kimia yang dapat digunakan dalam rangka pemberantasan nyamuk maupun jentiknya, yaitu senyawa-senyawa kimia yang bersifat menarik nyamuk (attractant), menghambat pertumbuhan (Insect Growth Regulator atau Insect Growt Inhibitor) dan memandulkan nyamuk Chemostrilant (Barodji, 2003). a. Senyawa kimia nabati Penggunaan senyawa kimia nabati disebabkan karena senyawa kimia nabati mudah terurai oleh sinar matahari sehingga tidak berbahaya, tidak merusak lingkungan dan tidak berpengaruh pada hewan. Menyatakan bahwa tanaman yang mengandung senyawa alkaloid, nikotin, anabasin dan lupinin dapat membunuh larva Cx. Quinquefasciatus dan tanaman yang tergolong dalam famili: Pnaceae, Cucurbitaceae, Umbelferae, Leguminoceae, Labiatae, Liliace, Compositae, dan Euphorbiaceae beracun terhadap nyamuk Cx. Quinquefasciatus menemukan ekstrak bawang putih (Alium sativum) dapat membunuh larva Culex peus, Culex tarsalis, dan Aedes aegypt (Sulivana, 2008). b. Senyawa kimia non nabati Senyawa kima non nabati berupa derivat-derivat minyak bumi seperti minyak tanah dan minyak pelumas yang mempunyai daya insektisida. Caranya minyak di tuang diatas permukaan air sehingga terjadi suatu lapisan tipis yang
19
dapat menghambat pernafasan larva nyamuk. Untuk mempertahankan daya insektisida maka harus diulangi misalnya 1 minggu sekali, sehingga terjadi suatu lapisan tipis yang dapat menghambat pernafasan larva nyamuk (Eram, 1999). 2.3 Dampak Nyamuk Pada Manusia Perlu diketahui bahwa jika tidak ditangani dengan tepat dan cepat penyakit demam berdarah dapat mematikan, karena lama kelamaan virus dengue yaitu virus yang menyebabkan penyakit demam berdarah akan menyerang sel darah beku (trombosit) sehingga penderita dapat mengalami perdarahan seperti mimisan, bintik merah di kulit, dan perdarahan pada saluran cerna. Penyakit demam berdarah ini tidak akan mengancam kesehatan, jika menjaga kebersihan lingkungan dengan melakukan 3M, yaitu menguras bak air, menutup tempat penampungan air, dan menimbun barang bekas. Sejalan dengan itu, pemberantasan bibit nyamuk, seperti menabur bubuk abate di tempat-tempat penampungan air serta pemeriksaan jentik juga harus di lakukan secara berkala. Selain itu pula, akan lebih baik jika tidak menggantung baju dalam waktu lama di kamar, memasang kelambu sewaktu tidur, serta mengoleskan lotion penolak nyamuk. Pastikan juga bahwa penolak nyamuk anda memiliki 2 perlindungan adalah pertama, mencegah nyamuk dengan ekstrak serai. Perlindungan kedua, melindungi tubuh dari gigitan nyamuk dengan rasa yang tidak disukai nyamuk. Hal yang tidak kalah pentingnya adalah dengan menjaga stamina tubuh Anda. Jika kondisi stamina tubuh anda menurun maka akan lebih rentan terkena penyakit, termasuk demam berdarah. Dengan demikian, meskipun sepanjang
20
tahun cuaca tidak menentu dan penyakit mengancam anda sudah siap dengan segala kemungkinan. 2.4 Tinjauan Tentang Serai 2.4.1 Defenisi serai Serai merupakan tanaman pekarangan. Tanaman ini termasuk herba menahun, termasuk dalam Famili Graminae, genus Andropoginae. Dalam satu kumpulan berumpun banyak, bergerombol besar, daunnya mirip ilalang. Tanaman ini dapat di tanam di pekarangan dan digunakan sebagai bumbu masakan dan obat (Sutejo, 1990). Minyak serai merupakan suatu minyak yang mudah menguap (volatile oil) biasanya terdiri dari senyawa organik yang bergugus alkohol, aldehid, keton dan berantai pendek. Minyak atsiri dapat diperoleh dari penyulingan akar, batang, daun, bunga, maupun biji tumbuhan, selain itu diperoleh juga terpen yang merupakan senyawaan hidrokarbon yang bersifat tidak larut dalam air dan tidak dapat disabunkan. Beberapa contoh minyak atsiri yaitu minyak cengkeh, minyak serai, minyak kayu putih, minyak lawang dan dan lain-lain. Penyulingan minyak atsiri serai menggunakan sistem penyulingan uap dan air. Pemilihan sistem penyulingan ini karena bahan yang digunakan berupa daun dan batang sehingga minyak atsiri yang dihasilkan lebih banyak, penyulingan lebih singkat dan bahan yang di suling tidak menjadi gosong. Bahan yang akan di suling sebaiknya di potong-potong terlebih dahulu. Hal ini bertujuan untuk mempermudah pelepasan minyak atsiri setelah bahan tersebut ditembus oleh uap. Bahan yang dipotong harus segera di suling
21
karena bila tidak segera diproses maka minyak atsiri yang mempunyai sifat mudah menguap, sebagian akan teruapkan sehingga hasil total minyak atsiri yang diperoleh akan berkurang dan komposisi minyak atsiri akan berubah sehingga akan mempengaruhi hasilnya. Tanaman serai terutama batang dan daun bisa dimanfaatkan sebagai pengusir nyamuk karena mengandung zat-zat seperti geraniol, metil heptenon, terpen, alkohol, asam-asam organik, dan terutama sitronelal sebagai obat nyamuk semprot. Minyak serai diperoleh dari hasil penyulingan batang atau akar tumbuhan serai. Minyak serai merupakan sumber senyawa geraniol dan sitronela. Senyawa inilah yang dapat digunakan sebagai insect repellent dengan memberikan perlindungan terhadap gigitan nyamuk. Geraniol, 3,7-dimethyl-2,6octadien-l-ol atau sering disebut juga sebagai hodinol adalah salah satu senyawa monoterpenoid dan alkohol dengan formula C10H18O. Merupakan komponen utama dari minyak rose dan serai. Geraniol dijumpai juga pada tanaman geranium dan jeruk. Senyawa ini tidak dapat larut dalam air, tetapi larut dalam bahan pelarut organik yang umum. Baunya menyengat dan sering digunakan sebagai parfum (Ainil, 2009). 2.4.2 Klasifikasi serai Klasifikasi serai adalah Divisi : Spermatophyta Sub divisi : Angiospermae Kelas : Monocotyledonae Bangsa : poales Suku : Graminae Marga : Andrpogon, Jenis : Andrpogon nardus (Gandahusada, 2004).
22
2.4.3 Karakteristik serai Serai merupakan tumbuhan herba menahun dan merupakan jenis rumputrumputan dengan tinggi tanaman sekitar 50-100 cm. Daun tunggal berjumbai : panjang sekitar 1 m : lebar 1,5 cm, tetapi kasar dan tajam, tulang daun sejajar, permukaan atas dan bawah berambut serta berwarna hijau. Batang tidak berkayu, berusuk-rusuk pendek, dan berwarna putih (Imansyah, 2003). Serai merupakan rumput tahunan
tinggi 50-100 cm. Batang tidak
berkayu, beruas-ruas pendek, putih, daun tunggal, lanset, berpelepah, pangkal pelepah memeluk batang, ujung runcing, tepi rata, panjang 25-75 cm, lebar 5-15 mm, pertulangan sejajar, hijau. Bunga majemuk, bentuk malai, karangan bunga berseludang, terletak dalam satu tangkai, butir kecil, benang sari berlepasan, kepala putik muncul dari sisi putih. Buah bulat panjang, pipih, putih kekuningan. Biji bulat panjang dan berwarna coklat. Akar serabut dan berwarna putih kekuningan (Gadahusada, 2004). 2.4.4
Manfaat ekstrak serai Batang dan daun yang sering digunakan untuk bumbu masak, minyak
wangi, bahan pecampur jamu dan juga dibuat minyak atsiri. Ramuan serai dapat dimanfaatkan sebagai pengusir pengendalian serangga, contonya nyamuk sebagai vektor (pembawa) penyakit. Kandungan kimia tanaman serai lebih banyak terdapat pada batang dan daun. Batang dan daun serai yang dihaluskan, lalu di campur dengan pelarut akan menghasilkan minyak atsiri yang mengandung senyawa sitrat, sitronela, geraniol, mirsena, nerol, farsenol methil heptenon, dan dipentena (Imansyah, 2003).
23
Kandungan kimia serai lebih banyak terdapat pada batang dan daun, yaitu senyawa sitrat, sitronela, geraniol, mirsena, nerol, farsenol methil heptenon, dan dipentena. Kandungan yang paling besar adalah sitronela yaitu sebesar 35% dan geraniol sebesar 35-40%. Serai mengandung senyawa berbentuk padat dan berbau khas. Salah satu senyawa yang dapat membunuh nyamuk adalah sitronela. Sitronela mempunyai sifat racun (desiscant). Tanaman serai dikembangbiakkan melalui akar pada permulaan musim hujan. Rumpun tanaman serai yang sehat di bagi menjadi beberapa bagian. Dua batang tanaman yang mengandung akar yang sehat di tanam dalam setiap lubang dengan kedalaman 15 cm. Pada tanah yang subur jarak tanaman berukuran 90 x 90 cm atau ukuran 75 x 75 cm. Sedangkan jarak tanaman lebih dekat dari pada 75 x 75 cm akan menurunkan hasil daun per satuan area lahan (Hardjono, 2002). Cara yang paling mudah dengan menghaluskan bahan ekstrak (diblender), kemudian dicampur air sebagai pelarut. Pengadaan ekstrak serai dapat dilakukan dengan cara daun dan batang serai sebanyak 1 kg, dicuci lalu ditiriskan sampai kering dan dihaluskan dengan blender. Hasil blenderan kemudian dilarutkan kedalam air sebanyak 250 ml dan direndam selama 1 malam. Rendaman tersebut lalu disaring, hasilnya disimpan dalam botol dan diencerkan dengan aquades. Bahan inilah yang nanti digunakan dalam penyemprotan nyamuk dengan konsentrasi senyawa kimia yang cukup rendah dan alamiah. Di samping tidak mengeluarkan biaya yang cukup besar, bahan ini bisa dibuat dengan cara yang sederhana dan banyaknya cairan ini dapat disesuaikan dengan kebutuhan yang diinginkan (Irmansya, 2003).
24
Sitronela oleh pengaruh asam dapat diubah menjadi isopulegol dan bila isopulegol kemudian dihidrogenasi dapat diperoleh mentol. Mentol di gunakan untuk obat-obatan, dapat ditambahkan pada pasta gigi, makanan, dan minuman. 1. Sitronela bila direduksi dapat diubah menjadi sitronelo. Sitronelo memiliki bau seperti bunga mawar dan digunakan sebagai komponen parfum dan merupakan salah satu pewangi yang mahal. 2. Sitronela bila di reaksikan grignard akan diperoleh suatu turunan alkohol yang disebut alkil sitronela yang berujud cairan yang memiliki bau yang sangat harum dan digunakan secara luas dalam parfum dan kosmetika. 3. Sitronela dapat diubah menjadi senyawa hidroksi sitronela yang sering disebut “King of parfume”. Senyawa hidroksi sitronela merupakan cairan yang berwarna kekuningan memiliki bau yang harum mirip bunga leli dan harganya sangat mahal, digunakan sebagai komponen parfum. Sitronela yang ada pada tanaman umumnya digunakan sebagai repellent. Industri menggunakan sitronela sebagai bahan aktif dalam beberapa repellent komersial. Bila dioleskan pada kulit, efektivitas sitronela dalam menolak nyamuk sama dengan zat kimia repellent, tetapi hanya untuk beberapa jam (Rozendaal, 1999).
25
2.5 Kerangka Berpikir 2.5.1
Kerangka teori
Nyamuk Ekstrak serai
Klasifikasi serai Karateristik serai Manfaat serai
Klasifikasi nyamuk Morfologi nyamuk Daur hidup nyamuk Perilaku nyamuk
Upaya pengendalian nyamuk
Pengendalian secara biologis Pengendalian secara mekanis Pengendalian secara kimia Dampak nyamuk pada manusia
Gambar 2.1 Kerangka Teori
26
2.5.2 Kerangka Konsep
Ekstrak serai dengan kosentrasi 50%, 60%,70%, 80%, 90%
Nyamuk
Gambar 2.2 Kerangka Konsep Keterangan :
: variabel bebas
: variabel terikat
2.6 Hipotesis Hipotesis penelitian ini adalah dugaan atau jawaban sementara terhadap suatu permasalahan dalam penelitian (Zainal, 2011). Hipotesis dalam penelitian ini adalah terdapat pengaruh daya basmi ekstrak serai terhadap nyamuk.