BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1
Kajian yang Relevan Sebelumnya Penelitian tentang menulis paragraf telah dilakukan sebelumnya. Namun
untuk paragraf deduktif dan induktif belum ada. Penelitian yang digunakan sebagai penelitian yang relevan berkaitan dengan menulis paragraf yaitu penelitian yang dilakukan pada tahun 2009 oleh Mahadin yaitu Kemampuan Siswa Menulis Paragraf Argumentasi (Suatu Penelitian di SMA Negeri 3 Gorontalo). Masalah yang dikaji dalam penelitian ini adalah bagaimanakah kemampuan siswa menulis paragraf argumentasi kelas X SMA Negeri 3 Gorontalo. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kemampuan siswa menulis paragraf argumentasi SMA Negeri 3 Gorontalo tahun pelajaran 2008/2009 khususnya kemampuan siswa menulis paragraf argumentasi pada siswa kelas X sudah cukup baik. Artinya sudah sebagian besar siswa sudah mampu menulis paragraf. Namun pangkal kesulitan siswa dalam menulis paragraf argumentasi berada pada aspek pertama yakni aspek pembuktian kebenaran dan fakta. Penelitian mengenai paragraf dilakukan kembali oleh Sri Meliyati S. Radjiman pada tahun 2010 yang formulasi judulnya yaitu Kemampuan Siswa Menyusun Paragraf Deskriptif berdasarkan Pengamatan (Suatu Penelitian pada Siswa Kelas X SMA Negeri I Paguyaman). Permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana kemampuan siswa menyusun paragraf deskriptif berdasarkan pengamatan pada siswa kelas X A di SMA Negeri 1 Paguyaman, Kabupaten Boalemo. Sesuai hasil penelitian tersebut disimpulkan bahwa kemampuan siswa menyusun paragraf deskriptif berdasarkan pengamatan lingkungan sekitar siswa,
yang memperoleh kualifikasi baik terdapat dua indikator pengamatan yakni kualitas dan ruang lingkup isi dan ketepatan ide atau gagasan/topik. Sementara pada indikator ketepatan ejaan berada pada kulifikasi cukup dan kualifikasi kurang terdapat pada indikator ketepatan pemaparan dan struktur kalimat paragraf. Persamaan kedua penelitian tersebut dengan penelitian ini terletak pada permasalahan yang menitikberatkan kemampuan peserta didik dalam menulis paragraf. Sementara perbedaannya terdapat pada jenis paragraf yang akan disusun. Kedua penelitian di atas mengkaji tentang paragraf argumentasi dan paragraf deskriptif yang penyusunan paragrafnya menurut teknik pemaparannya, sedangkan penelitian yang dilakukan yaitu tentang paragraf deduktif dan induktif yang penyusunan paragrafnya menurut letak gagasan utamanya. 2.2
Landasan Teori
2.2.1 Pengertian Menulis Kegiatan menulis adalah salah satu aspek keterampilan berbahasa yang sering dilakukan orang. Banyak alasan yang diungkapkan ketika seseorang melakukan pekerjaan tersebut. Dalam Kamus Terbaru Bahasa Indonesia dijelaskan bahwa menulis adalah mencoretkan huruf dengan pena di atas kertas. Hal ini senada dengan pendapat Alek dan Achmad (2010: 106) bahwa menulis merupakan suatu kegiatan untuk menciptakan suatu catatan atau informasi pada suatu media dengan menggunakan aksara yang dilakukan pada kertas dengan menggunakan pena.
Menurut Kamus Terbaru Bahasa Indonesia, ada empat tujuan menulis yakni sebagai berikut. 1. Menyampaikan pokok pikiran atau gagasan kepada para pembaca. 2. Memberi informasi tentang suatu naskah kepada pembaca. 3. Memberi hiburan kepada pembaca. 4. Mempengaruhi pembaca atas argumentasi (pendapat) yang diungkapkan melalui tulisan. 2.2.2 Pengertian Paragraf Dalam suatu karangan, terdapat beberapa kalimat yang membentuk alinea atau paragraf. Paragraf adalah rangkaian kalimat yang utuh dan koheren yang berisi ide, gagasan, konsep atau pokok pikiran yang mendukung atau berkaitan dengan topik yang sedang dibahas. Bagian dari suatu karangan/tulisan disebut dengan paragraf. Sebuah paragraf ditandai adanya suatu gagasan yang lebih luas daripada kalimat. Oleh karena itu, pada umumnya paragraf terdiri atas sejumlah kalimat yang saling bertalian untuk mengungkapkan sebuah gagasan tertentu. Paragraf yang baik harus memiliki dua ketentuan yaitu kesatuan paragraf dan kepaduan paragraf. Pandangan Alek dan Achmad (2010:
207)
mengenai paragraf,
mengandung beberapa pengertian yaitu: (1) paragraf ialah karangan mini; (2) paragraf adalah satuan bahasa tulis yang terdiri dari beberapa kalimat yang tersusun secara runtut, logis, dalam satu kesatuan ide yang tersusun lengkap, utuh, dan padu; dan (3) paragraf merupakan bagian dari suatu karangan yang terdiri dari sejumlah kalimat yang mengungkapkan suatu informasi dengan pikiran utama sebagai pengendalinya dan pikiran penjelas sebagai pendukungnya.
2.2.3 Syarat-syarat Paragraf Sebuah paragraf harus memenuhi syarat-syarat tertentu. Menurut Arifin & Tasai (2009: 116) ada dua ketentuan yang harus diperhatikan dalam menulis paragraf yaitu kesatuan paragraf dan kepaduan paragraf. 1. Kesatuan Paragraf Berbicara tentang paragraf, berarti mengarah pada kesatuan paragraf yang menyatakan suatu hal tertentu. Dalam sebuah paragraf, terdapat satu pokok pikiran atau ide pokok. Jadi, kalimat-kalimat yang membentuk paragraf tersebut ditata secara cermat, berpautan, dan utuh. Paragraf yang kalimat-kalimatnya bertalian atau saling berhubungan ini dikenal dengan paragraf yang koheren. Hal ini sangat penting untuk menghindari terjadinya penyimpangan dari ide pokok yang ada. 2. Kepaduan paragraf Kepaduan paragraf mencakup diksi atau pemilihan kata, keefektifan kalimat, dan ketepatan ejaan. Kepaduan paragraf dapat dilihat dari penyusunan kalimat secara logis serta melalui ungkapan, kata pengait antarkalimat, kata penghubung, dan kata ganti. Struktur kalimat yang baik dan teratur turut mendukung penyampaian informasi secara jelas kepada pembaca. Kalimat yang digunakan adalah kalimat yang efektif, kalimat yang bentuknya padat atau tidak panjang. Keefektifan kalimat tidak dipandang dari banyaknya kalimat yang dirangkai. Kalimat tersebut dikatakan efektif apabila dapat memberikan kejelasan dan bersifat komunikatif.
Kefektifan kalimat dapat menjamin bahwa paragraf yang disusun mempunyai subjek dan predikat serta hemat dalam pemakaian kata-kata. Sehingga kalimat yang dihasilkan mencerminkan cara berpikir yang sistematis dan tidak menimbulkan tafsiran atau makna ganda. Demikian pula dengan penggunaan ejaan untuk menggambarkan bunyi dalam bentuk lambang atau tulisan serta pemakaian tanda baca. Penulisan huruf atau kata yang baik dapat mempengaruhi kualitas sebuah tulisan. Oleh karena itu, penggunaan ejaan yang tepat akan memberikan kemudahan terhadap pembaca dalam memahami maksud yang dituliskan. 2.2.4 Jenis-jenis Paragraf berdasarkan Letak Gagasan Utama Dilihat dari letak gagasan utamanya, paragraf dibagi menjadi empat yaitu paragraf deduktif, paragraf induktif, paragraf deduktif-induktif atau paragraf campuran, dan paragraf ineratif (http://wardoyost09.blogspot.com). Tetapi, paragraf yang akan dibahas hanya dua paragraf yaitu paragraf deduktif dan paragraf induktif. 2.2.4.1 Paragraf Deduktif Paragraf deduktif adalah suatu paragraf yang dibentuk dari suatu masalah yang bersifat umum, lebih luas. Setelah itu, ditarik kesimpulan menjadi suatu masalah yang bersifat khusus atau lebih spesifik. Dalam paragraf ini, ide-ide yang telah dirumuskan dalam kalimat diatur dengan ide yang bersifat umum dan diletakkan pada kalimat pertama dan diikuti ide yang lebih khusus. Paragraf deduktif disebut juga paragraf pengembangan umum-khusus yaitu paragraf yang menyajikan pokok permasalahan terlebih dahulu lalu menyusul uraian atau rincian permasalahan.
Paragraf jenis ini kalimat topiknya terletak di awal paragraf. Gagasan utama atau pokok persoalan dalam paragraf tersebut diletakkan pada kalimat pertama. Selanjutnya, diikuti oleh kalimat pendukung terhadap gagasan utama tersebut. Arifin dan Tasai (2009: 124) menegaskan pula hal yang sama bahwa paragraf yang meletakkan kalimat topik pada awal paragraf dinamakan paragraf deduktif. 2.2.4.2 Paragraf Induktif Menurut Arifin dan Tasai (2009: 124) paragraf induktif adalah paragraf yang meletakkan kalimat topik di akhir paragraf. Paragraf ini dimulai dengan menyusun ide-ide khusus dan diikuti dengan ide yang bersifat umum dan biasanya berupa kalimat simpulan beserta pernyataan pembenarannya. Kesimpulan merupakan hal yang bersifat umum. Paragraf induktif disebut juga paragraf pengembangan khusus-umum. Dalam artian, paragraf induktif yaitu paragraf yang menyajikan penjelasan terlebih dahulu, barulah diakhiri dengan pokok permasalahan. Biasanya, kalimat utama pada paragraf induktif menggunakan konjungsi penyimpul antarkalimat, seperti jadi, maka, dengan demikian, akhirnya, atau oleh karena itu. Akan tetapi, hal ini bukan hal yang mutlak sebab ada juga kalimat utama dalam paragraf induktif yang tidak perlu didahului konjungsi. 2.2.5 Model Pembelajaran Examples Non Examples 2.2.5.1 Pengertian Model Pembelajaran Examples Non Examples Dalam proses pembelajaran, peserta didik adalah manusia yang menjalani perubahan untuk menjadikan dirinya sebagai seorang individu yang mempunyai kepribadian dan kemampuan tertentu. Proses pembelajaran pun akan berlangsung
dengan baik tentu didukung oleh pengelolaannya yang tidak lepas dari model pembelajaran. Banyak model pembelajaran yang disajikan untuk mengoptimalkan hasil belajar. Akan tetapi, tidak semua model pembelajaran tersebut cocok untuk setiap mata pelajaran. Penggunaan model pembelajaran dalam mata pelajaran bergantung pada materi dan khususnya pada tujuan yang ingin dicapai. Salah satu mata pelajaran yang menggunakan model pembelajaran yaitu pelajaran Bahasa Indonesia. Model pembelajaran yang digunakan adalah model pembelajaran examples non examples. Model
pembelajaran
examples
non
examples
sebenarnya
sering
dipergunakan dalam proses pembelajaran. Namun, nama model pembelajaran ini masih sangat awam diketahui. Model pembelajaran examples non examples biasa juga disebut examples and non examples. Model pembelajaran examples non examples adalah model pembelajaran yang menggunakan gambar sebagai medianya (dalam Sudrajat, http://akhmadsudrajat.wordpress.com). Penggunaan media gambar ini disusun dan dirancang agar peserta didik dapat menganalisis gambar tersebut menjadi sebuah bentuk deskripsi singkat mengenai apa yang ada di dalam gambar. Dalam model pembelajaran examples non examples, gambar dijadikan sebagai media untuk menyampaikan suatu maksud. Kata “media” berasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harfiah berarti “perantara” atau “pengantar”. Dengan demikian, media merupakan wahana penyalur informasi belajar atau penyalur pesan.
Media adalah sumber belajar, maka secara luas media diartikan dengan manusia, benda ataupun peristiwa yang memungkinkan anak didik memperoleh pengetahuan dan keterampilan. Hal ini erat kaitannya dengan pendapat Djamarah (2006: 120) bahwa media merupakan alat bantu yang dijadikan sebagai penyalur pesan guna mencapai tujuan pembelajaran. Dilihat dari jenisnya, media dibagi atas tiga jenis yaitu: 1. Media auditif, media yang hanya mengandalkan kemampuan suara saja seperti radio, cassete recorder. 2. Media visual, media yang hanya mengandalkan indera penglihatan seperti slides (film bingkai), gambar atau lukisan. 3. Media audiovisual, media yang mempunyai unsur suara
dan gambar
seperti televisi. Berdasarkan jenis media di atas, maka model pembelajaran examples non examples termasuk dalam model pembelajaran yang menggunakan media visual. Media gambar digunakan untuk menarik perhatian peserta didik terhadap penemuan informasi. Dengan media gambar, peserta didik lebih senang dan langsung tahu apa yang dimaksudkan oleh gambar tersebut. Media gambar berfungsi sebagai alat bantu dalam kegiatan belajar mengajar yang dapat memberikan pemahaman yang lebih jelas mengenai konsep yang abstrak menjadi bentuk sederhana atau bersifat kongkrit. Penggunaan media gambar menekankan pada konteks analisis peserta didik. Gambar yang ditampilkan dapat melalui OHP, proyektor, ataupun yang paling sederhana adalah poster. Gambar tersebut harus jelas dan kelihatan dari
jarak jauh. Sehingga peserta didik yang berada di belakang dapat juga melihat dengan jelas gambar yang disajikan. Penyampaian materi dengan model pembelajaran ini bertujuan mendorong peserta didik untuk belajar
berpikir kritis dengan jalan memecahkan
permasalahan-permasalahan yang terkandung dalam contoh-contoh gambar yang disajikan dan bertujuan untuk mempersiapkan peserta didik secara cepat dengan menggunakan dua hal yang terdiri dari examples dan non examples, yaitu: a. Examples, memberikan gambaran akan sesuatu yang menjadi contoh akan suatu materi yang sedang dibahas. Contoh:
1) Paragraf Deduktif Ada beberapa penyebab kemacetan di Jakarta. Pertama, jumlah armada yang banyak tidak seimbang dengan luas jalan. Kedua, kedisiplinan pengendara kendaraan sangat minim. Ketiga, banyak tempat yang memunculkan gangguan lalu lintas, misalnya pasar, rel kereta api, pedagang kaki lima, halte yang tidak difungsikan, banjir, dan sebagainya. Keempat, kurang tegasnya petugas yang berwenang dalam mengatur lalu lintas serta menindak para pelanggar lalu lintas. (Sumber: http://alfiecadas.wordpress.com) 2) Paragraf Induktif Dua anak kecil ditemukan tewas di pinggir jalan Jenderal Sudirman. Seminggu kemudian seorang anak wanita hilang ketika pulang dari sekolah. Sehari kemudian polisi menemukan bercak-bercak darah di kursi belakang mobil John. Polisi juga menemukan potret dua orang anak yang tewas di jalan Jenderal Sudirman di dalam kantung celana John. Dengan demikian, John adalah orang yang dapat dimintai pertanggungjawaban tentang hilangnya tiga anak itu. (Sumber: http://alfiecadas.wordpress.com)
b. Non examples, memberikan gambaran akan sesuatu yang bukanlah contoh dari suatu materi yang sedang dibahas. Contoh:
1) Paragraf Deduktif Beberapa tips belajar menjelang Ujian Akhir Nasional. Jangan pernah belajar “dadakan”. Artinya belajar sehari sebelum ujian. Belajarlah mulai dari sekarang. Belajar akan efektif kalau belajar kumpulan soal. Hal ini dapat dilakukan dengan cara menjawab soal-soal di buku kumpulan soal. Mencocokannya, lalu menilainya. Barulah materi yang tidak dikuasai dicari di buku. (Sumber: http://alfiecadas.wordpress.com) 2) Paragraf Induktif Sederet properti terpajang di panggung. Sepasang kursi demang, tenda, dan gapura dengan tongkat-tongkat ramping, juga lampu-lampu yang tak menyorot secara datar seperti dalam pertunjukan ketoprak. Dekorasi panggung itu lebih lumrah untuk pentas teater modern daripada ketoprak. (Sumber: http://alfiecadas.wordpress.com) 2.2.5.2 Langkah-langkah Model Pembelajaran Examples Non Examples Setiap model pembelajaran yang digunakan, dijelaskan langkah-langkah pembelajarannya. Tanpa adanya langkah-langkah pembelajaran tersebut, maka model pembelajaran yang digunakan tidak akan berjalan lancar. Hal serupa berlaku pula pada model pembelajaran examples non examples. Seperti yang dikemukakan oleh Sudrajat (http://akhmadsudrajat.wordpress.com) pada sebuah artikelnya yang diakses dari salah satu alamat internet, ada tujuh langkah-langkah model pembelajaran examples non examples.
Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut. 1. Guru mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan pembelajaran. 2. Guru menempelkan gambar di papan atau ditayangkan melalui OHP/LCD. 3. Guru memberi petunjuk dan memberi kesempatan pada peserta didik untuk memperhatikan/menganalisis gambar. 4. Melalui diskusi kelompok 2-3 orang peserta didik, hasil diskusi dari analisis gambar tersebut dicatat pada kertas. 5. Tiap kelompok diberi kesempatan membacakan hasil diskusinya. 6. Mulai dari komentar/hasil diskusi peserta didik, guru mulai menjelaskan materi sesuai tujuan yang ingin dicapai. 7. Kesimpulan.