1
BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1 Kajian yang Relevan Sebelumnya Penelitian tentang fakta dan opini yang pernah ditulis oleh peneliti lain yakni Ulpa Kohongia yang berjudul kemampuan peserta didik menentukan fakta dan pendapat dalam wacana (suatu penelitian di SMP Negeri 1 Gorontalo kelas II tahun pelajaran 2004/2005). Masalah yang dikaji menetukan fakta dan pendapat dalam wacana. Berdasarkan hasil kajian yang relevan di atas, masalah yang belum dikaji dalam fakta dan opini yaitu menentukan fakta dan opini dalam teks editorial dengan membaca intensif. Relevan dengan itu, masalah yang menjadi fokus penelitian ini adalah kemampuan peserta didik dalam menentukan fakta dan opini dalam teks editorial dengan membaca intensif kelas XI IPA2 MAN Model Gorontalo tahun pelajaran 2012/2013. Masalah yang dikaji dalam penelitian ini dibatasi pada kemampuan menentukan fakta dan opini dalam teks editorial dengan membaca intensif. Dari hasil Kemampuan Peserta Didik Menentukan Fakta dan Opini dalam Teks Editorial dengan Membaca Intensif Kelas XI IPA2 MAN Model Gorontalo tahun pelajaran 2012/2013 dalam menentukan fakta dan opini dalam teks editorial dengan membaca intensif berdasarkan dua aspek-aspek, peserta didik yang masuk pada kategori baik sekali berjumlah 2 orang atau 10%, kemudian jumlah peserta didik yang masuk pada kategori baik 2 orang atau 10%, dan jumlah peserta didik yang masuk pada kategori cukup 12 orang atau 45% serta jumlah peserta didik yang masuk pada kategori kurang 11 orang atau 35% dengan nilai rata-rata 67,77.
2
1.2 Hakikat Fakta Rizvii.
(2012).
Kalimat
Fakta
dan
Opini.
(online).
(doc).
(http://rizvii.blogspot.com/2012/01/fakta-dan-opini.html). Diakses tanggal 29 Oktober 2012, bahwa fakta adalah hal atau peristiwa yang benar-benar ada atau terjadi dan bisa dibuktikan kebenarannya. Informasi yang didengar dapat disebut fakta apabila informasi itu merupakan peristiwa yang berupa kenyataan yang benar-benar ada dan terjadi. Contoh kalimat fakta seperti yang dicetak miring di bawah ini! 1) Pemprov Jateng mendapatkan proyek peningkatan jalan dari dana APBD sebesar Rp 20 miliar. 2) Bank Dunia memberikan bantuan sebesar Rp 240 miliar untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas jalan di ruas Semarang Kota, jalan Kaligawe, dan lingkar Demak. 3) Di Mega Kuningan Jakarta, pada tanggal 17 Juli 2009 kemarin terjadi ledakan bom di Hotel JW Marriot dan Ritz Carlton. 4) KPK sedang menyelidiki kasus alih fungsi hutan menjadi kawasan perkotaan dan pelabuhan di dua provinsi. 5) KPK melakukan investigasi terhadap beberapa proyek pembangunan di Indonesia. Informasi dapat disebut fakta juga apabila mempunyai ciri-ciri antara lain: berisi uraian tentang peristiwa yang terjadi (sedang dibicarakan), biasanya dapat menjawab pertanyaan: apa, siapa, di mana, kapan, berapa dengan jawaban yang pasti, bersifat objektif (apa adanya dan tidak dibuat-buat) yang dilengkapi dengan data berupa
3
keterangan atau angka yang menggambarkan keadaan, serta menunjukkan peristiwa telah terjadi.
1.3 Ciri-ciri Fakta Keakuratan sesuatu fakta tidak selalu menjamin keakuratan arti. Fakta yang akurat yang dipilih atau disusun secara longgar. Dengan terlalu banyak atau terlalu sedikit memberi tekanan, dengan menyisipkan fakta-fakta yang tidak relevan atau dengan menghilangkan fakta-fakta yang seharusnya ada di sana, pembaca mungkin mendapat kesan yang palsu (Kusumaningrat, 2009: 52). Ciri-ciri fakta yaitu (1) dapat dibuktikan kebenarannya, (2) memiliki data yang akurat misalnya tanggal, tempat, dan waktu kejadian, (3) memiliki narasumber yang dapat dipercaya, (4) bersifat obyektif, dan (5) sudah dipastikan kebenaranya (Rizvii. 2012.
Kalimat
Fakta
dan
Opini.
(online).
(doc).
(http://rizvii.blogspot.com/2012/01/fakta-dan-opini.html). Diakses tanggal 29 Oktober 2012).
2.4 Hakikat Opini Opini merupakan suatu perkiraan, pikiran, atau anggapan tentang suatu hal. Opini adalah pendapat seseorang tentang sesuatu yang belum tentu kebenarannya. Informasi disebut opini karena informasi tersebut baru berupa pendapat, pikiran, pandangan, dan pendirian seseorang. (Rizvii. 2012. Kalimat Fakta dan Opini. (online). (doc). (http://rizvii.blogspot.com/2012/01/fakta-dan-opini.html). Diakses tanggal 29
4
Oktober 2012, bahwa opini merupakan suatu perkiraan, pikiran, atau anggapan tentang suatu hal). Opini juga disebut pendapat. Opini merupakan persatuan (sintesis) pendapatpendapat yang sedikit banyak didukung banyak orang baik setuju atau tidak setuju, ikatannya dalam bentuk perasaan/emosi, dapat berubah-ubah, dan timbul melalui diskusi sosial. Perhatikan contoh kalimat opini yang dicetak miring di bawah ini! 1) Kerusakan infrastruktur, terutama jalan di jalur Pantura Jawa Tengah akan segera diperbaiki pada pertengahan Maret 2008. 2) Menurut Endro Suyitno, kerusakan jalan itu bukan hanya akibat kelebihan beban kendaraan yang melintas, tetapi juga ditengarai akibat penurunan permukaan jalan. 3) Menurut Bapak Susilo Bambang Yudhoyono, pemilu pemilihan presiden tahun ini diharapkan hanya “satu putaran saja”. 4) Pembukaan kantor KPK di daerah akan memudahkan memonitor pergerakan kasus korupsi. 5) Menurut Prof. Dr. Furqon, Dekan FKIP UNS, pendidikan akan maju apabila budaya membaca sudah menjadi kebutuhan seluruh rakyat Indonesia.
2.5 Ciri-ciri Opini Informasi dapat disebut opini apabila mempunyai ciri-ciri: berisi tanggapan terhadap peristiwa yang terjadi, berisi jawaban atas pertanyaan: mengapa, bagaimana, atau lalu apa, bersifat subjektif dan dilengkapi uraian tentang pendapat, saran, atau
5
ramalan tentang sebab dan akibat terjadinya peristiwa, dan menunjukkan peristiwa yang belum atau akan tejadi pada masa yang akan datang (baru berupa rencana). Ciri-ciri opini yaitu: (1) tidak dapat dibuktikan kebenaranya, (2) bersifat subyektif, (3) tidak terdapat narasumber atau atas pemikiran sendiri, dan (4) tidak memiliki data yang akurat. (Rizvii. 2012. Kalimat Fakta dan Opini. (online). (doc). (http://rizvii.blogspot.com/2012/01/fakta-dan-opini.html). Diakses tanggal 29 Oktober 2012). Darwis,
Hasnidar.
(2011).
Pengertian
Opini.
(online).
(doc).
(http://nhydarisjaheeh.blogspot.com/2011/03/pengertian-opini.html). Diakses tanggal 15 Oktober 2012, bahwa pengertian opini menurut kamus besar bahasa Indonesia sangat sederhana yakni pendapat, pikiran, atau pendirian. Namun terkadang kita sebagai seorang pelajar misalnya menganggap menulis sebuah karya tulis opini sebagai sebuah malapetaka. Pada hal jika meninjau pada pengertian opini menurut KBBI tadi, seharusnya menulis opini bisa lebih mudah daripada yang kita bayangkan. Dalam kehidupan sehari-hari pun sebenarnya kita sudah terbiasa untuk menghasilkan opini. Ketika ditanya; “eh mie ayam di depan sekolah kita itu enak tidak?” Kita pasti akan menjawab dengan mudah. Enak atau tidak. Sederhana dan kelihatan tidak bisa menjadi sebuah opini bukan? Namun jika digali lebih lanjut jawaban dari pertanyaan tersebut menyimpan segudang alasan dan pendapat pribadi kita mengenai mie ayam yang ditanyakan. Jika kita menjawab “enak” kita bisa mengungkapkan berbagai alasan mengapa kita menyukai mie ayam tersebut. Mulai dari mie ayamnya sendiri, cara penyajian, pelayanan, cara pembuatan, orang yang membuat, sampai pada kondisi
6
warung tempat jualan mie ayam. Jika kesukaan kita akan mie ayam tersebut dijabarkan mungkin butuh waktu sepuluh sampai limabelas menit. Sekarang coba bayangkan bila “ocehan” kita tadi direkam dan ditulis. Tentu akan menjadi sebuah tulisan yang berlembar-lembar bukan? Tidak peduli apakah kita menyukai atau tidak menyukai akan suatu hal, alasan yang mendasari pikiran kita tersebut sebenarnya bisa kita tumpahkan pada berlembar-lembar tulisan dikertas. Hanya saja terkadang kita mungkin terkendala pada kaidah-kaidah penulisan dalam bahasa Indonesia yang baik dan benar. Namun menurut kamus, untuk langkah awal dalam menulis opini terkadang kita perlu melanggar aturan-aturan penulisan tersebut. Bukankah ketika awal mula berbicara bahasa Indonesia kita tidak bisa langsung berbahasa Indonesia dengan kaidah-kaidah baku? Seiring dengan berjalannya waktu, kita lalu memperbaiki pola bicara kita dalam berbahasa indonesia. Seharusnya menulis opini bisa sama mudahnya jika kita mengacu pada pengertian opini di atas.
2.6 Kalimat Fakta dan Opini dalam Teks Editorial Opini dimaksudkan sebagai pendapat, pikiran, pendirian untuk menjelaskan kecenderungan atau preferensi tertentu terhadap perspektif dan ideologi. Ide ini bersifat tidak objektif (mungkin juga sangat subjektif) karena belum mendapatkan pemastian dan pengujian. Opini dapat pula tentang sesuatu yang berlaku pada masa depan sehingga kebenaran atau kesalahannya tidak dapat ditentukan secara langsung Jika opini bersifat multitafsir, fakta sebaliknya, penafsirannya pastilah tunggal. Selain bertafsir tunggal, fakta juga dapat dimaksudkan atas sesuatu yang sifatnya benar-
7
benar terjadi atau benar-benar ada. Tentu saja maksud benar-benar terjadi dan benarbenar ada ini tidak terlepas dari definisi tafsir tunggal tadi. Perhatikan contoh berikut!
A
B
luas, sempit, besar, kecil, cantik, buruk dua buah, 31, pukul 08.00 WIB, tiga rupa, tinggi, rendah, gadis itu sangat orang, gadis itu tingginya 165 cm. rupawan.
Perhatikan kolom A, siapa yang bisa memastikan ukuran luas, sempit, besar, kecil, buruk rupa, tinggi, dan rendah? Ukuran tiap-tiap orang pastilah berbeda karena itu dikatakan bersifat subjektif dan multitafsir. Oleh karena itu, materi pada kolom A dapat dikatakan sebagai opini. Berbeda dengan kolom A, penafsiran atas materi pada kolom B bersifat tunggal. Adakah tafsir lain atas kata dua buah selain tentang „sesuatu yang berjumlah dua‟? Adakah tafsir lain atas gadis itu tingginya 165 cm? lalu, bagaimana dengan gadis itu rupawan dan setelah meminta konfirmasi kepada beberapa orang, si gadis benar-benar cantik. Dengan kata lain, kecantikan si gadis benar-benar terjadi atau benar-benar ada. Untuk menguraikannya, kita tambahkan “kunci” kedua, yaitu bertafsir tunggal? Walaupun sekelompok orang mengatakan si gadis rupawan, apakah dijamin semua orang akan mengatakannya rupawan? Bagaimana jika dia digabungkan dengan gadis-gadis lain yang lebih rupawan? Apakah makna rupawan tadi akan tetap? Tentu tidak, bukan? Sekarang, mari kita masuk ke pembahasan yang lebih kompleks. Perhatikan kalimat berikut. (1) Gadis yang tinggal di rumah bertingkat itu sangat rupawan.
8
(2) Berdasarkan informasi yang disampaikan oleh Pak Sabjan, gadis yang tinggal di rumah bertingkat itu sangat rupawan. Menurut Anda, kalimat pertama opini atau fakta? Ya, opini, sangat jelas terjadi penyampaian subjektif yang tentu saja multitafsir. Siapa yang bisa menakar tingkat kerupawanan seseorang? Bahkan, bisa jadi, pada kasus lain, yang rupawan dianggap buruk rupa. Lalu, bagaimana dengan kalimat kedua? Yang kedua ini adalah fakta. Pada contoh kedua, memang terdapat kata rupawan, akan tetapi inti kalimatnya bukan itu melainkan berdasarkan informasi yang disampaikan oleh Pak Sabjan. Pada kasus tersebut yang menjadi pokok adalah informasi Pak Sabjan. Masalah apakah Pak Sabjan mengatakan rupawan atau tidak, itu urusan lain. Penulis hanya bertanggung jawab atas apa yang diketahuinya dari Pak Sabjan.
2.7 Hakikat Editorial/Tajuk Rencana Syarifudin (dalam Yunus; 2010: 34) tajuk atau editorial adalah opini/pendapat atau sikap resmi suatu media sebagai insitusi penerbitan terhadap topik aktual, fenomenal, atau kontroversial yang menjadi perhatian masyarakat. Tajuk atau editorial pun dapat menjadi simbol visi dan karakter lembaga media yang menyampaikan tajuk atau editorial tersebut. Tajuk rencana adalah kolom dalam surat kabar atau majalah yang mengungkapkan opini redaksi terhadap suatu permasalahan yang sedang hangat dibicarakan atau menonjol pada saat media itu terbit. Tajuk rencana disebut juga sebagai karangan pokok yang dimuat dalam surat kabar atau majalah. Tajuk rencana
9
juga sering disebut editorial. Setiap surat kabar atau majalah yang terbit hampir selalu menyajikan tajuk rencana mengenai sesuatu yang menjadi berita hangat dalam masyarakat, baik secara nasional maupun internasional. Tajuk rencana mengungkapkan visi dan pandangan redaksi atas topik yang dibahas. Tajuk rencana dalam surat kabar atau majalah ditulis oleh redaksi. Tajuk rencana berisi permasalahan yang sedang hangat dalam masyarakat dan opini redaksi atas permasalahan tersebut, yang meliputi topik berita, tujuan redaksi, pandangan atau visi dan harapan-harapan redaksi akan peran serta pembaca. Masalah yang disoroti dalam tajuk rencana dapat dinyatakan secara eksplisit atau implisit. Masalah yang disoroti dapat berupa kebijakan pemerintah, perkembangan situasi sosial dan politik, peristiwa tertentu dalam masyarakat, atau tokoh berpengaruh. Dalam menyoroti sebuah masalah, redaksi mungkin menyetujui, menolak, memberikan alternatif, atau memberikan bahan renungan bagi pembaca. Asep (dalam Syamsul; 2005: 88) Tajuk rencana sebenarnya adalah tulisan kolom yang dibuat oleh redaksi sebuah penerbitan pers. Ia dimuat di halaman khusus bagi tulisan-tulisan opini tentang suatu masalah atau peristiwa (opinion pieces). Halaman tersebut dikenal dengan nama kolom opini atau halaman opini (opinion page), biasanya berisikan tajuk rencana, pojok, karikatur, surat pembaca (letter to the editor), artikel atau tulisan atas nama (by line story), dan kolom atau tulisan khusus dari penulis ternama, pengamat, pakar, atau analis. Tajuk rencana (editorial) biasa disingkat “Tajuk” saja, disebut juga “Induk Karangan” (Hoofd Article), “Opini Redaksi” (Desk Opinion), atau “Leader”. Penulis
10
tajuk disebut Leader Writer. Tajuk rencana dalam Kamus Bahasa Indonesia diartikan sebagai “induk karangan pada surat kabar atau majalah”. Menurut Dja‟far H. Assegaf (dalam Syamsul; 2005: 89), arti sebenarnya dari tajuk adalah “mahkota”. Tidaklah salah jika disebutkan, tajuk adalah mahkota surat kabar atau majalah. Lyle Spencer dalam buku Editorial Writing mendefinisikan tajuk sebagai berikut: “Pernyataan mengenai fakta dan opini secara singkat, logis, menarik ditinjau dari segi penulisan, dan bertujuan untuk mempengaruhi pendapat atau memberikan interpretasi terhadap suatu berita yang menonjol sebegitu rupa, sehingga bagi kebanyakan pembaca surat kabar akan menyimak pentingnya arti berita yang ditajukkan tadi”. Tajuk adalah tulisan berisi pendapat atau komentar tentang suatu hal atau peristiwa yang dibuat redaksi sebuah media massa sesuai dengan visi dan misi media tersebut. Ia merupakan “jatidiri” atau identitas sebuah media massa karena melalui tajuk itu redaksi sebuah media menunjukkan sikap atau visinya tentang sebuah masalah aktual yang terjadi di masyarakat.
2.8 Ciri-ciri Tajuk Rencana Hikmat dan Purnama (dalam Kusumaningrat; 2009: 249) sebuah tajuk rencana yang baik memuat hal-hal berikut ini: pernyataan masalah pokok atau topik, alasan mengapa hal itu penting, penyajian fakta-fakta yang bersangkutan dengan topik, pernyataan sikap yang diambil terhadap topik tersebut, evaluasi terhadap mereka yang
11
mengambil sikap lain, pernyataan alternatif lain, pembuatan perbandingan atau analogi dengan isu-isu atau topik-topik lain, dan akhirnya kesimpulan. Ciri-ciri tajuk rencana yaitu: (1) berisi opini redaksi tentang peristiwa yang sedang hangat dibicarakan, (2) berisi ulasan tentang suatu masalah yang dimuat, (3) biasanya berskala nasional, berita internasional dapat menjadi tajuk rencana, apabila berita tersebut memberi dampak kepada nasional, dan (4) tertuang pikiran subyektif redaksi.
(Badio,
Sabjan.
2011.
Tajuk
Rencana.
(http://www.sabjanbadio.web.id/2011/11/tajuk-rencana.html).
(Online).
Diakses
(doc).
tanggal
29
Oktober 2012). Tanggapan terhadap tajuk rencana antara lain dapat disampaikan dalam bentuk kritik. Kritik dapat ditujukan pada aspek isi, sistematika penyajian, atau bahasa yang digunakan penulis. Kritik terhadap isi dapat berupa pertimbangan baik-buruk, keaktualan masalah, sistematika penyajian isi, ketepatan pandekatan dalam analisis masalah, dan sebagainya. Dalam menganalisis masalah dalam tajuk rencana atau editorial, penulis menggunakan suatu pendekatan yang dipilih berdasarkan kategori (jenis) masalahnya.
2.9 Hakikat Membaca Intensif Membaca intensif atau intensif reading adalah studi seksama, telaah teliti, dan tanganan terperinci yang dilaksanakan di dalam kelas terhadap suatu tugas yang pendek kira-kira dua sampai empat halaman setiap hari. Kuesioner, latihan pola-pola kalimat, latihan kosa kata, telaah kata-kata, dikte dan diskusi umum merupakan bagian dan teknik membaca intensif. Teks-teks bacaan yang benar-benar sesuai dengan maksud ini
12
haruslah dipilih oleh guru, baik dari segi bentuk maupun dari segi isinya. Yang termasuk dalam membaca intensif ini adalah membaca telaah isi dan membaca telaah bahasa. Dalam membaca intensif pada hakekatnya memerlukan teks yang panjang tidak lebih dari 500 patah kata (yang dibaca dalam jangka waktu 2 menit dengan kecepatan kira-kira 5 patah kata dalam satu detik). Tujuan utamanya adalah untuk memperoleh sukses dalam pemahaman penuh terhadap argumen-argumen yang logis, urutan-urutan retoris atau pola-pola teks, pola-pola simbolisnya, nada-nada tambahan yang bersifat emosional dan sosial, pola-pola sikap dan tujuan sang pengarang, dan tujuan saranasarana linguistik yang dipergunakan untuk tujuan tertentu (Tarigan, 1978: 28). Hal yang terkait dengan tingkat pemahaman ini adalah kecepatan membaca. Jelas sekali terlihat bahwa kecepatan akan menurun kalau kedalaman serta keterperincian pemahaman semakin bertambah, semakin meningkat, tetapi juga jangan kita lupakan bahwa ada faktor-faktor yang lain yang turut mempengaruhi dalam hal ini. Salah satu diantara faktor-faktor tersebut adalah kejelasan teks bacaan itu sendiri. Faktor lain adalah pemahaman bacaan terhadap isi bacaan. Tentu saja lebih mudah bagi kita menangkap serta memahami isi bacaan yang telah kita alami, kita kenal, kita akrabi. Meskipun demikian dalam membaca intensif melibatkan kecepatan membaca tinggi dengan tingkat pemahaman yang tinggi. Dalam kegiatan membaca intensif, para peserta didik terlebih dahulu mengadakan survei pendahuluan terhadap apa yang akan ditelaahnya. Hal ini akan membimbing peserta didik untuk memformulasikan serangkaian pertanyaan mengenai
13
subjek yang akan di telaah, baru kemudian dia membaca subjek yang akan di telaah, kemudian membaca sekilas (skimming), membaca secara intensif untuk menemukan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tersebut, mencatat jawaban-jawaban yang diinginkan serta dapat meninjau kembali fakta dan opini secara keseluruhan.
2.10 Bentuk-Bentuk Membaca Intensif Membaca intensif atau intensive reading adalah membaca dengan penuh penghayatan untuk menyerap apa yang seharusnya kita kuasai. Yang termasuk dalam membaca intensif yaitu: 1) Membaca Telaah Isi 1. Membaca Teliti Membaca jenis ini sama pentingnya dengan membaca sekilas, maka sering kali seseorang perlu membaca dengan teliti bahan-bahan yang disukai. 2. Membaca Pemahaman Membaca pemahaman (reading for understanding) adalah sejenis membaca yang bertujuan untuk memahami tentang standar-standar atau norma-norma kesastraan (literary standards), resensi kritis (critical review), dan pola-pola fiksi patterns of fiction). 3. Membaca Kritis Membaca kritis adalah kegiatan membaca yang dilakukan secara bijaksana, mendalam, evaluatif, dengan tujuan untuk menemukan keseluruhan bahan bacaan, baik makna baris-baris, makna antar baris, maupun makna balik baris.
14
4. Membaca Ide Membaca ide adalah sejenis kegiatan membaca yang ingin mencari, memperoleh serta memanfaatkan ide-ide yang terdapat pada bacaan. 5. Membaca Kreatif Membaca kreatif adalah kegiatan membaca yang tidak hanya sekedar menangkap makna tersurat, makna antar baris, tetapi juga mampu secara kreatif menerapkan hasil membacanya untuk kehidupan sehari-hari. 2) Membaca Telaah Bahasa 1. Membaca Bahasa Tujuan utama membaca bahasa adalah memperbesar daya kata dan mengembangkan kosa kata. 2. Membaca Sastra Dalam membaca sastra perhatian pembaca harus dipusatkan pada penggunaan bahasa dalam karya sastra. Apabila seseorang dapat mengenal serta mengenal seluk beluk bahasa dalam suatu karya sastra, maka semakin mudah dia memahami isinya serta dapat membedakan antara bahasa ilmiah dan bahasa sastra.
2.11 Hal-Hal yang Diperhatikan dalam Membaca Intensif Membaca merupakan suatu keterampilan yang keterampilannya memerlukan suatu latihan yang intensif, teratur, dan berkesinambungan. Untuk menilai kegiatan membaca peserta didik, guru dapat berpedoman pada Taksonomi Bloom. Menurut Bloom, untuk menilai prestasi peserta didik dalam belajar (dalam bidang studi apapun)
15
perlu memperhatikan tiga ranah perilaku, yaitu ranah kognitif, ranah efektif, dan ranah psikomotor. Dalam kaitannya dengan keterampilan membaca. 1) Ranah kognitif dapat diartikan sebagai aktivitas kognitif dalam memahami bacaan secara tepat dan kritis. 2) Ranah efektif berhubungan dengan sikap dan minat atau motivasi peserta didik untum membaca. 3) Ranah psikomotor berkaitan dengan aktivitas fisik peserta didik pada saat melakukan kegiatan membaca. Alat penilaian yang tepat untuk menilai ranah pertama (kognitif) adalah teknis tes, sedangkan untuk kedua ranah terakhir lebih cocok menggunakan teknis nontes. Bentuk-bentuk nontes ini dapat berupa wawancara (baik bebas maupun terpimpin), observasi (berstruktur dan tak berstruktur), angket, skala bertingkat, dan lain-lain. Aktivitas dan tugas membaca merupakan hal yang sangat penting dalam dunia pendidikan karena kegiatan ini akan sangat menetukan kualitas dan keberhasilan seseorang di dalam studinya. Pengukuran kegiatan membaca dapat mencakup dua segi, yakni kemampuan membaca dan kemauan membaca. Kemampuan membaca lebih berkaitan dengan aspek kognitif, sedangkan faktor kemauan berkaitan dengan aspek efektif. Untuk mengukur kemampuan membaca seseorang dapat dilakukan dengan teknis tes dengan mempertimbangkan anatomi pertanyaan membaca yang disarankan pada konsep Bloom. Anatomi pertanyaan Bloom tersebut terdiri atas pertanyaan yang berjenjang-jenjang, mulai tingkatan yang paling sederhana hingga tingkatan yang paling kompleks.
16
Anatomi pertanyaan membaca dimaksud meliputi tujuh jenjang yakni, jenjang pertanyaan ingatan, terjemahan, interpretasi, aplikasi, analisis, dan evaluasi. Untuk pembaca tingkat lanjut, penggunaan jenjang tes ingatan hendaklah dibatasi, karena tingkat tes itu kurang mengukur aspek pemahaman peserta didik. Bentuk soal kemampuan membaca sebaiknya dinyatakan dalam bentuk tes esey agar lebih dapat mencerminkan proses bernalar peserta didik dengan segala kreativitasnya. Bentukbentuk tes esey ini dipandang baik penggunaannya untuk mengukur kemampuan analisis, sintesis, dan evaluasi peserta didik terhadap bacaan. Namun, tidak berarti bentuk tes objektif tidak baik digunakan untuk mengukur kemampuan membaca peserta didik. Dalam situasi-situasi tertentu, bentuk tes ini mungkin lebih tepat penggunaannya.