BAB II KAJIAN TEORITIK A. Kajian teoritik 1. Pengertian Fakta Sosial Dari segi bahasa fakta sosial terdiri dari dua suku kata, yaitu “fakta”dan “sosial.” Untuk mendefinisikan fakta sesungguhnya tindaklah yang mudah yang sering kita bayangkan. Masih terdapat berbagai pendapat dan tafsiran yang cukup melelahkan.1Apa sesungguhanya fakta itu. Fakta disini lebih mengedepankan kejadian yang sering terjadi dalam suatu lingkungan yang ada disekitar manusia itu berada. Istilah sosial (sosial dalam bahasa inggris) dalam ilmu sosial memiliki arti yang berbeda-beda, misalnya istilah sosial dalam sosialisme dengan istilah Departemen sosial, jelas kedua-duanya menujukkan makna yang sangat jauh berbeda. Menurut Soekanto yang dikutip oleh Dandang Supardan, “apabila istilah sosial dalam menunjuk pada objeknya, yaitu masyarakat. sosialisme adalah suatu ideologi yang berpokok pada perinsip pemilikan umum atas alat produksi dan jasa-jasa dalam bidang ekonomi2 seperti salah satunya yaitu hal yang mengambarkan segala macam gejala yang bersifat sosial, karena berkaitan dengan hubungan di antara individu manusia dengan manusia lain di dalam kehidupan dunia. Menurut Emile Durkheim fakta sosial adalah terletak pada ushanya untuk menerangkan di 1
Dadang supardan, pengantar ilmu sosial sebuah kajian pendekatan struktural, edisi 1(Jakarta:bumi Aksara, 2011), cet.III. 49-50. 2 Ibd,27. 14
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
15
dalam dunia nyata sebagaimana orang mencari barang.3 Paradigma fakta sosial menurut Durkheim ada dua macam yaitu pertama dalam bentuk material yaitu suatu barang yang dapat disimak, ditangkap dan diobservasi. Fakta sosial yang berbentuk material ini dalam bentuk keberadaan pemulung dan masyarakat adalah suatu sistem dinamis dan merupakan landasan yang berpijak pada kehidupan kolektif dengan penegertian-pengertian dan tanggapan kolektif. Hanya kehidupan kolektif yang
dapat
memerankan
gejala
gejala
sosial
ataupun
gejala
kemasyarakatan.4Kedua dalam bentuk non-material yaitu sesuatu yang ditangkap nyata (eksternal). Yang benar benar ada. Dengan adanya komunitas pemulung merupakan tingkah laku individu hal yang muncul dari kesadaran manusia. Dengan secara tidak langsung fakta sosial tidak hanya menyakut masyarakat itu sendiri, akan tetapi ada suatu prinsip yang tertanam dalam lingkungan masyarakat itu yang menjadi sumber ideologi tak tertulis dalam menjalankan kegiatan di tempat yang ia tinggal. Seperti halnya keberadaan pemulung yang harus bertambah di sebabkan karena fungsinya dalam masyarakat cukup besar dan berpengaruh signifikan terhadap fungsi yang lain dan juga berperan dalam menjaga kestabilan masyarakat.Kestabilan, masyarakat yang dimaksud adalah keadaan lingkungan masyarakat itu sendiri. Apabila dalam suatu lingkungan
masyarakat
tersebut
kebersihan
tidak
terjaga
dapat
3
George, Ritzer.Sosiologi ilmu pengetahuan Berparadigma Ganda. (Jakarta :PT Raja Grafindo persada. 2009) 14. 4
Soleiman Joesoef & Noer Abijono, Pengantar Psychologi Sosial (Surabaya : usaha Nasional, tt), 24.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
16
menyebabkan berbagai masalah yang dapat mempengaruhi fungsi yang lainnya.Sebagai
contoh
keadaan
lingkungan
yang
kotor
dapat
menyebabkan banyak masalah kesehatan seperti demam berdarah yang juga dapat menjadi masalah sosial yang kompleks dikarenakan penyakit tersebut dapat menular. Dari sinilah kita ketahui sosial menjadi kesatuan yang baku antara sosial dan sosialogi yang berarti suatu karakteristik dari gambaran lingkungan, menggambarkan segala macam gejalah yang ada di dalam masyarakat. 2. Paradigma fakta sosial Paradigma adalah pandangan yang mendasar tentang apa yang menjadi
pokok
persoalan
dalam
ilmu
pengetahuan
(sosial)
tertentu.5Dengan ungkapan lain dapat dikatakan bahwa sebuah paradigma adalah jendela yang dapat digunakan untuk “melihat” dunia sosial. Paradigma membantu merumuskan tentang apa yang harus dipelajari, persoalan-persoalan apa yang mesti dijawab sertaaturan-aturan apa yang harus dikuti dalam menginterprestasikan informasi yang dikumpulkan dalam rangka menjawab persoalan permasalahan. Fungsionalisme struktural yang diungkap dalam penelitian kali ini riil terdapat dalam masyarakat. Pakalmaksudnya, yaitu suatu fakta yang benar-benar terjadi
5
George Ritzer, Teori sosiologi Modern,(jakarta:kencana 2010), 121-123
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
17
dalam masyarakat.Oleh karena itu, peneliti mencoba melihat masalah yang ada di masyarakat tersebut dengan menggunakan paradigma fakta sosial.6 Email Durkheim mengatakan bahwa fakta sosial merupakan suatu fakta yang dipakai untuk mendasari fenomena ditengah suatu masyarakat. Fakta sosial bersifat eksternal, dan menyebar karena bagaimanapun padakenyataannya di setiap masyarakat jelas terdapat sekumpulan fenomena yang berfungsi sebagai sesuatu yang menentukan dan terpisah diluar individu. Fakta sosial adalah suatu kenyataan yang memiliki karakteristik khusus, yakni mengandung tata cara bertindak, berfikir dan merasakan yang bersifat diluar individu manusia. Fakta sosial adalah segala cara bertindak manusia yang memiliki karakteristik gejala empiris yang terukur,eksternal, menyebar dan memaksa. Fakta sosial ini disebut sebagai sesuatu yang bersifat eksternal berada di luar pertimbanganpertimbangan diri individu sendiri. Fakta sosial juga memiliki kekuatan yang memaksa atau menekan. Hal ini bertujuan untuk menekan setiap kemauan individu yang tidak selalu baik. Fakta sosial merupakan suatu hal yang bisa diukur sehingga bisa dikaji secara empiris dan memerlukan data dari luar pikiran manusia. Menurut Durkheim, fakta sosial tidak dapat direduksi menjadi fakta individu, karena menurut Durheim, fakta sosial memiliki eksistensi yang di tingkat sosial. Contohnya, dapat kita temukan pada kasus ketika seorang anak patuh kepada orang tua hal itu yang bukan merupakan fakta 6
George, Ritzer.Sosiologi ilmu pengetahuan Berparadigma Ganda. (Jakarta :PT Raja Grafindo persada. 2009) 14
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
18
individual maskipun tindakan patuh kepada orangtua itu dilakukan oleh individu. Durheim menjelaskan bahwa seseorang yang patuh kepada orangtuanya adalah karena norma yang tumbuh di tengah masyarakat memang menuntut demikian. Maka Menurut Durkeim kepatutan pada orang tua merupakan fakta sosial. Jadi fakta sosial memang merupakan kemampuan fakta indvidu, tetapi kemudian diungkapkan dengan ukuran tertentu yang bersifat sosial. Seperti, angka perkawinan angka bunuh diri. Hal tersebut tidak menjukan angka yang menggambarkan diri perbadi melainkan mengacu pada semua masyarakat secara bersama. Fakta sosial kemudian menuju kenyataan kolektif yang lebih besar dari sebuah entitas masyarakat. Sebelum memahami tentang fakta sosial, kita harus mengetahuai apakah yang disebut sebagai sosial. Istilah sosial ini dipergunakan menggambarkan segalah macam gejala yang ada di dalam masyarakat bertapa kecilnya kepentingan gejalah itu akan disebut sebagai sosial. Maka segala peristiwa yang menyakut diri manusia merupakan gejalah yang bersifat sosial, karena berkaitan dengan hubungan di antara induvidu manusia dengan manusia lain di dalam kehidupan dunia. Segala perilaku manusia yang dilakukan secara teratur akan disebut sebagai tindakan sosial. Fakta sosial adalah ciri ciri tertentu yang berisikan cara berperilaku, berpikir dan berperasaan yang sifatnya eksternal bagi peribadi yang didukung oleh suatu kekuatan memaksa yang mengawasinya, sumber
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
19
dari istilah ini bukanlah pribadi manusia, melaikan suatu masyarakat. Fakta sosial merupakan hal di luar diri manusia yang berupa struktur sosial norma kebudayaan dan nilai sosial yang di dalam terhadap kesadaran kolektif dan representasi kolektif yang mengatur cara bertindak setiap individu di dalam masyarakat yang bersifat memaksa menjadi suatu batas moral dan prilaku yang harus diikuti bersama.7 Menurut Emile Durkheim dinyatakan sebagai sesuatu ide yang berada dengan ide dan dapat dilihat atau dirasakan. Sesuatu tersebut menjadi objek penelitian dari seluruh ilmu pengetahuan ia tidak dapat dipahami melalui kegiatan mental murni tetapi untuk memahami diperlukan penyusunan data riil di luar pikiran manusia. Arti penting pertanyaan Durkheim ini terletak pada usahanya untuk menerangkan fakta sosial harus diteliti di dalam dunia nyata sebagia mana orang mencari barang sesuatu yang lain.8Paradigma fakta sosial melihat masyarakat manusia dari sudut pandang makro strukturnya. Menurut paradigma ini, kehidupan masyarakat dilihat sebagai realitas yang berdiri sendiri, lepas dari persoalan apakah individu-individu anggota masyarakat itu suka atau tidak suka, setuju. Masyarakat jika dilihat dari struktur sosialnya (dalam bentuk perorganisasiannya) tentu memiliki seperangkat aturan, kekuasaan dan wewenang sistem peradilan, serangkaian peran sosial, nilai dan norma, dan pranata sosial. Yang secara analisis merupakan fakta yang terpisah 7
http// id chovoong.id /social-sciences/sociology/218051-pengertian-konsepl-fakta-sosialemile1#22igky 1032015 8 George, Ritzer. Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berparadigama Ganda. (Jakarta : PT Raja Garafindo Persada. 2009).14
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
20
dari individu masyarakat akan tetapi dapat mempengaruhi perilaku keseharianya.9 Paradigma fakta sosial menurut Durkheim ada dua macam yaitu: Pertamadalam bentuk material yaitu suatu barang yang dapat disimak, ditangkap dan diobservasi.Fakta sosial yang berbentuk material ini dalam bentuk keberadaan
pemulung dan masyarakat adalah suatu
sistem dinamis dan merupakan landasan yang berpijak pada kehidupan kolektif dengan penegertian-pengertian dan tanggapan kolektif. Hanya kehidupan kolektif yang dapat memerankan gejala gejala sosial ataupun gejala kemasyarakatan.10 Kedua dalam bentuk non-material yaitu sesuatu yang ditangkap nyata (eksternal). Fakta sosial jenis ini merupakan fenomena yang hanya muncul dari dalam kesadaran manusia.11Menurut Durkheim, tugas sosiologi12 adalah mempelajari fakta yang ia sebut sebagai fakta sosial, yaitu sebuah kekuatan dan struktur yang bersifat eksternal, tetapi mampu mempengaruhi perilaku individu. Dengan kata lain, fakta sosial merupakan cara-cara bertindak, berpikir, dan berperasaan, yang berada di luar
individu,
dan
mempunyai
kekuatan
memaksa
yang
mengendalikannya. Yang dimaksud fakta sosial disini tidak hanya bersifat material, tetapi juga non-material, seperti kultul, agama, atau institusi
9
Ibid. Soleiman Joesoef & Noer Abijono, Pengantar Psychologi Sosial (Surabaya : usaha Nasional, tt), 24. 11 George, Ritzer. Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berparadigama Ganda. (Jakarta : PT Raja Garafindo Persada. 2009) 15 12 Durkheim,Emile.The Rules Of sociologis Method New York :Fre Press.(1982:37-38) 10
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
21
sosial.13Stigma negatif pemulung yang ada di masyarakat merupakan sesuatu yang nyata karena muncul dari kesadaran manusia yang berkembang menjadi pendapat publik masyarakat, dan keberadaannya dianggap dapat mempengaruhi masyarakat. Teori yang digunakan adalah teori fungsionalisme struktural. Lahirnya fungsionalisme struktural memperoleh dorongan yang sangat besar
lewat
karya-karya
ahli
sosiologi
prancis,
Emile
Durkheim.Masyarakat modern dilihat Durkheim sebagai keseluruhan organis yang memiliki realitas tersendiri. Keseluruhan tersebut memiliki seperangkat kebutuhan atau fungsi-fungsi tertentu yang harus dipenuhi oleh bagian-bagian yang menjadi anggotanya agar dalam keadaan normal dapat
bilamana kebutuhan tertentu tadi tidak dapat dipenuhi maka
berkembang suatu keadaan yang bersifat “patologis” para fungsionalis kontomporer menyebut keadaan normal sebagian ekuilibium atau sebagian sistem yang seimbang, sedangkan keadaan patologis merujuk pada ketidakseimbangan atau perubahan sosial14 Pemulung kebanyakan merupakan penduduk pendatang di suatu daerah. Profesinya sebagian seorang pemulung membuat mereka dianggap sebelah mata oleh masyarakat. Kehadiran mereka kurang diharapkan oleh masyarakat karena dianggap dapat mengotori daerah mereka. Keadaan yang seperti inilah yang membuat pemulung merasa terasing dan membuat
13
DR. Bagong Suyanto, Sosiologi Ekonomi Kapitalsme dan Konsumsi di Era Masyarakat Post-Modernisme, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2013) h. 8-9 14
Margert M. Paloma, sosiologi kontomporer,(jakarta:PT . raja Grafindo persada, 1979), hal 2526.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
22
suatu kelompok sendiri yang terpisah dengan masyarakat sekitar. Tetapi, meskipun dikucilkan dalam
pumulung tetap ada dan malah terus
bertambah. Hal ini terjadi karena jasa yang diberikan para pemulung cukup besar dalam hal membantu kebersihan kota dan pemenuhan barangbarang bekas yang sangat diperlukan oleh sebagian pabrik.15 Selain itu, kehadiran pemulung sebenarnya juga ditunggu oleh sebagian masyarakat untuk membantu mereka mengurangi barang-barang bekas dan sampah yang ada di rumah mereka.
16
Apabila tidak adanya
pemulung bisa di pastikan banyak orang yang kebingungan membuang semua barang tersebut. Keberadaan pemulung yang terus bertambah disebabkan karena fungsinya dalam masyarakat cukup besar dan berpengaruh signifikan terhadap fungsi yang lain dan juga berperan dalam menjaga kestabilan masyarakat.kestabilan, masyarakat yang dimaksud adalah keadaan lingkungan masyarakat
itu sendiri. Apabila dalam suatu lingkungan
masyarakat tersebut kebersihan tidak terjaga dapat menyebabkan berbagai masalah yang dapat mempengaruhi fungsi yang lainnya.Sebagai contoh keadaan lingkungan yang kotor dapat menyebabkan banyak masalah kesehatan seperti demam berdarah yang juga dapat menjadi masalah sosial yang kompleks dikarenakan penyakit tersebut dapat menular.
16
Y.Argo Twilkromo, pemulung jalanan Yogyakarta (yogyakarta ;media Pressindo, 1999), 74
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
23
3. Teori solidaritas Teori lain yang ikut mendukung teori fungsionalisme struktural adalah teori solidaritas sosial menurut Emile Durkheim solidaritas sosial adalah kehadiran keteraturan sosial dalam suatu masyarakat strukturnya terorganisasi
dengan baik
17
menurut durkeim, masalah sentral dari
eksistensi sosial adalah masalah keteraturan.Solidaritas sosial
sendiri
dibagi menjadi dua tipe yaitu solidaritas mekanik dan solidaritas organik. Masyarakat dengan tipe berbeda-beda mencapai solidaritas sosial dengan cara berbeda pula. Pada masyarakat pra modern yaitu tradisional, dimana manusia hidup dengan cara yang hampir sama satu sama lain, solidaritas yang dicapai secara kurang lebih otomatis. Bentuk solidaritas mekanik inilah yang paling cocok karena merupakan hasil dari pembagian kerja yang sederhana. Sangat sedikit peranan untuk dimainkan, atau cara hidup pun kurang bervariasi karena kebutuhan para anggota masyarakat untuk memandang hiduppun kurang bervariasi karena kebutuhan para anggota masyarakat untuk memandang hidup juga kurang lebih sama.Mereka memiliki aturan-aturan kolektif yang mengatur bagaimana berperilakuyang dipenuhitanpa kesukaran yang berarti.18 Sedangkan solidaritas yang berkembang di masyarakat modern adalah solidaritas organik. Dalam masyarakat modern orang-orang hidup sangat berbeda satu sama lain tetapi karena mereka tergantung satu sama lain dalam aktifitas yang berbeda-beda agar tetap hidup. Maka solidaritas 17
Pip jones, pengantar teori teori sosial.(jakarta:Yayasan obor indonesia,2009), 282
18
Pip jones, pengantar teori teori sosial.(jakarta:Yayasan obor indonesia,2009),282.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
24
organik akan muncul. Solidaritas itulah yang muncul dari saling ketergantungan berbagai individu.19 Solidaritas organik
bukan hanya berasal dari kepercayaan pada
seseorang melainkan dari saling ketergantungan fungsional di dalam pembagian kerja.20 Dalam solidaritas organik
perbedaan
di antara
pribadi-pribadi orang dalam hal ini kepercayaan dan tindakannya. Pertumbuhan
pembagian
kerja
kemudian
dikatakan
dengan
individualisme yang makin meningkat. Gerak maju solidaritas organik di pengaruhi oleh kepercayaan yang dimiliki bersama antara individu, yang tidak hilang sama sekali dalam masyarakat rumit atau masyarakat modern.21 4. Penelitian Terdahulu yang Relevan Dalam Penelitian ini, penulis telah melakukan review pustaka yang mempunyai relevansi dengan penelitian. Penelitian sebelumnya dilakukan oleh: 1. Yuli Masfufah, Asimilasi pemulung dengan warga masyarakat di Kelurahan dukuh sutorejo Kecamatan Mulyorejo Surabaya, Institut agama Islam Negeri (IAIN) Sunan Ampel Surabaya, Fakultas Dakwah, prodi sosiologi,2007. Dalam penelitian ini penelitian menggunakan
19
Pip jones, pengantar teori teori sosial.(jakarta:Yayasan obor indonesia,2009).45. Antony Ginddes, Kapitalisme dan Teori sosial Modern: suatu Analisi Terhadap Karya tulis Marx, Durkheim dan Max Weber, (jakarta: UI Press,1986),95. 21 Antony Ginddes, Kapitalisme dan Teori sosial Modern: suatu Analisi Terhadap Karya tulis Marx, Durkheim dan Max Weber, (jakarta: UI Press,1986),96. 20
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
25
metode penelitian kualitatif. Peneliti tertarik karena perbedaan profesi ini ternyata berakibat terhadap kehidupan sosial. Seolah-olah ada tembok pemisah yang tebal dan tinggi antara penduduk asli dan penduduk pendatang yangsama sama berdomisili di wilayah yang sama. Sehingga, penelitian ini berfokus pada peroses interaksi antara pemulung dengan masyrakat asli akibat yang ditimbulkan dari interaksi tersebut. 2. Dewi susiati Napitupulu, makna barang barang bekas bagi pemulung di tempat Pembuangan sampah Akhir (cilincing jakarta Utara. Universitas Negeri Surabaya (UNESA), Fakultas ilmu sosial ,jurusan sosiologi, 2008.) Dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Penelitian ini memfokuskan pada pemaknaan barang-barang bekas oleh pemulung dan usaha pemulung untuk mengubah harga jual barang barang tersebut agar lebih tinggi. Para pemulung selain melakukan kegiatan lain yang bertujuan untuk menaikkan harga barang bekas tersebut. Seperti, Membuang lebel botol aqua sehingga mendapatkan botol yang bersih. Botol yang telah bersih ini lebih mahal harganya dibanding dengan botol yang masih bersegel. Selain itu pemuleung juga lebih memilih dan menyukai barang-barang bekas yang mudah ditemukan seperti pelastik dan kertas walapun harganya relatif rendah dari pada barang bekas jenis aluminium, tembaga atau logam
yang harganya tinggi tetapi sulit
ditemukan. Hal ini berdampak pada penjualan barang tersebut yang lebih lama dan lebih lama pula mereka akan mendapatkan uang untuk memenuhi kebutuhan.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
26
3. Susianingsih, kajian geografis kegiatan pemulung jalanan di Kecematan sawahan Kota Surabaya. Universitas Negeri Surabaya (UNESA), fakultas ilmu soaial, jurusan geografi, 2010. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan angket yang disebar kepada 100 pemulung. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui asal usul dan negatif yang ditimbulkan dari pemulung jalanan tersebut. Menurut penelitian ini faktor utama yang menyebabkan munculnya pemulung jalanan tidak lain adalah lemahnya kondisi perekonomian di pendesaan, dimana desa tidak mampu mencukupi kebutuhan hidup warganya secara memadai kondisi inilah yang mendorong semakin banyaknya warga yang pindah kekota dengan harapan akan memperoleh mata pencarian
yang dapat menujukan
kebutuhan hidupnya dengan baik karena harapan yang tidak terpenuhi itulah maka mereka mencari alternatif lain yang dapat ditempuh sesuai dengan kemampuan sendiri dan tidak memiliki banyak modal yaitu menjadi seorang pemulung. 4. Moch nurqomari, Perorganisasian Pemulung di wilayah Perkotaan Kiprah Pak Husin sebagian Fasilitator komunitas pemulung di makam Rangkah Kelurahan Tambakrejo Kecamatan Simokerto Surabaya, Institut Agama islam Negeri (IAIN) Sunan Ampel Surabaya, Fakultas Dakwah, Prodi Pengembangan masyarakat Islam 2013. Dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Penelitian ini tertarik pada program perorganisasian Kelurahan Tambakrejo Kecamatan Simokerto salah satu tempat pemukiman pemulung yang teroraganisir oleh fasiltator
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
27
yaitu kiprah pak Husin sebagai fasilitator komunitas pemulung. Dalam penelitian ini memfokuskan tentang pemberdayaanpemulung kiprah pak Husin sebagai fasilitator komunitas pemulung di Kelurahan Tambakrejo Kecamatan Simokerto Surabaya.Perbedaan yang mendalam dari penelitian terdahulu.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id