BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Masalah Dalam Matematika Lester menyatakan bahwa masalah adalah situasi ketika seseorang atau sekelompok orang diminta untuk mengerjakan sebuah tugas yang tidak mudah mendapatkan penyelesaian dengan prosedur yang rutin.5 Selanjutnya Kantowski menyatakan bahwa seseorang berhadapan dengan suatu masalah ketika ia menghadapi suatu pertanyaan yang tidak bisa dijawabnya atau suatu situasi yang tidak mampu ia pecahkan dengan pengetahuan yang seketika ada untuknya.6 Hudojo menyatakan "suatu pertanyaan akan merupakan suatu masalah hanya jika seseorang tidak mempunyai aturan hukum tertentu yang segera dapat dipergunakan untuk menemukan jawaban pertanyaan tersebut".7 Suatu pertanyaan yang merupakan masalah bagi seseorang bergantung pada individu dan waktu. Artinya suatu pertanyaan merupakan suatu masalah bagi siswa, tetapi mungkin bukan merupakan suatu masalah bagi siswa lain. Pertanyaan yang dihadapkan kepada siswa haruslah dapat diterima oleh siswa tersebut. Jadi pertanyaan itu harus sesuai dengan struktur kognitif siswa tersebut. Hudojo menyebutkan bahwa suatu pertanyaan akan menjadi masalah bagi siswa apabila memenuhi syarat :
5
Hossain, Emam, What Are Mathematical Problem, (Agugusta State University, 2004),h.2 Ibid.,h.2 7 Hudojo, Herman, Pengembangan Kurikulum Dan Pembelajaran Matematika. (Malang: JICA Universitas Negeri Malang,2001), h.148 6
7
1. Pertanyaan yang dihadapkan kepada seorang siswa haruslah dapat dimengerti oleh siswa tersebut, namun pertanyaan itu harus merupakan tantangan baginya untuk menjawabnya. 2. Pertanyaan tersebut tidak dapat dijawab dengan prosedur rutin yang telah diketahui siswa. Karena itu, faktor waktu untuk menyelesaikan masalah janganlah dipandang sebagai hal yang esensial.8 Russeffendi menyatakan "suatu persoalan merupakan masalah bagi seseorang bila orang itu belum mempunyai prosedur atau algoritma tertentu untuk menyelesaikannya".9 Jadi masalah adalah suatu situasi atau kondisi yang dihadapi oleh seseorang atau kelompok yang memerlukan penyelesaian tetapi tidak menggunakan prosedur yang rutin atau tidak tahu secara langsung apa yang harus dikerjakan untuk menyelesaikannya. Terdapat dua macam masalah dalam matematika, sebagaimana diungkapkan oleh Polya yaitu: 1. Masalah untuk menemukan. Tujuan dari masalah untuk menemukan adalah untuk menemukan objek (sasaran) yang pasti atau masalah yang ditanyakan. Bagian prinsip dari masalah untuk menemukan adalah :
Apakah yang ditanyakan?
Apa sajakah data yang diketahui?
Bagaimana syaratnya? 10
8
Ibid.,124 Russefendi, E.T. Pengantar Kepada Membantu Guru Mengembangkan Kompetensinya Dalam Pengajaran Matematika Untuk Meningkatkan CBSA,(Bandung : Tarsito,1988),h.336 9
8
2. Masalah untuk membuktikan yaitu untuk menunjukkan bahwa suatu pernyataan itu benar atau salah, sehingga perlu dijawab pertanyaan: “apakah pernyataan tersebut benar atau salah?”, menjawab kesimpulan dengan membuktikan benar atau salah. Bagian prinsip dari masalah ini jika masalahnya merupakan masalah matematika adalah hipotesis atau konklusi dari suatu teorema yang harus dibuktikan kebenarannya. Jadi masalah adalah suatu situasi atau kondisi yang dihadapi oleh seseorang atau kelompok yang memerlukan penyelesaian tetapi tidak menggunakan cara yang rutin atau tidak tahu secara langsung apa yang harus dikerjakan untuk menyelesaikannya. Berdasarkan pengamatan di SMP Negeri 4 Surabaya, masalah yang sering dirasakan sulit oleh siswa adalah soal cerita matematika. Sugondo menyatakan bahwa "soal cerita matematika merupakan soal-soal matematika yang menggunakan bahasa verbal dan umumnya berhubungan dengan kegiatan sehari-hari".11 Jadi soal cerita adalah soal yang disajikan dalam bentuk cerita yang berkaitan dengan kenyataan yang ada di lingkungan siswa. Soal cerita yang digunakan dalam penelitian ini merupakan soal cerita open ended. Shimada menyatakan "permasalahan open ended adalah permasalahan yang memiliki beberapa atau banyak jawaban yang benar dan beberapa cara untuk mendapatkan jawaban yang benar."12 Soal cerita Open ended dalam penelitian ini
10
Polya, G. How To Solve It, A New Aspect Of Mathematical Method, (New Jersey: Princeton University Press1973), h.173 11 Haris, Abdul R.,Analisis Kesalahan Siswa Kelas II MTS Al Khoiriyah Dalam Menyelesaikan Soal Cerita Yang Terkait dengan Sistem Persamaan Linier Dua Peubah (Tesis PPs UNESA, 2005),h.13.t.d 12 Shimada, What Is The Open Ended Problem Solving?. diakses tanggal 12 maret 2007
9
adalah soal cerita yang memiliki lebih dari satu jawaban yang benar dan lebih dari satu cara penyelesaian. B. Pemecahan Masalah Matematika Polya menyatakan pemecahan masalah "sebagai usaha mencari jalan keluar dari suatu kesulitan, mencapai tujuan yang tidak dengan segera dapat dicapai." Polya juga mengatakan bahwa pemecahan masalah adalah "strategi untuk mentransfer suatu konsep atau keterampilan ke situasi baru pada siswa sehingga siswa berlatih menginterpretasikan konsep-konsep, teorema-teorema dan keterampilan yang telah dipelajari." 13 Krulik dan Rudnick menyatakan pemecahan masalah adalah suatu cara yang dilakukan
seseorang
dengan
menggunakan
pengetahuan,
keterampilan
dan
pemahaman untuk memenuhi tuntutan dari siswa yang tidak rutin. 14 Jadi pemecahan masalah adalah suatu cara yang dilakukan seseorang untuk menyelesaikan suatu permasalahan menggunakan pengetahuan, keterampilan serta pemahaman yang dimilikinya. Polya menjelaskan langkah- langkah dalam memecahan suatu masalah , yaitu: 1. Memahami masalah Langkah ini dimulai dengan pengenalan akan apa yang tidak diketahui atau apa yang ingin didapatkan. Selanjutnya pemahaman apa yang diketahui serta data apa yang tersedia, kemudian melihat apakah data serta kondisi yang tersedia mencukupi untuk menentukan apa yang ingin didapatkan. 13
Hudojo, Herman, Mengajar Belajar Matematika. (Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Pendidikan, 1998),h.112 14 Krulik, Stephen and Rudnick, Jesse A., The New Source Book For Teaching Reasoning and Problem Solving in Elementary School, (Massachusetts: Allyn & Balcon, 1995), h.4
10
2. Merencanakan pemecahan. Dalam menyusun rencana pemecahan masalah diperlukan kemampuan untuk melihat hubungan antara data serta kondisi apa yang tersedia dengan data apa yang tidak diketahui atau dicari. Selanjutnya menyusun sebuah rencana pemecahan masalah dengan memperhatikan atau mengingat kembali pengalaman sebelumnya tentang masalah-masalah yang berhubungan. Pada langkah ini siswa diharapkan dapat membuat suatu model matematika untuk selanjutnya dapat diselesaikan dengan menggunakan aturan-aturan matematika yang ada. 3. Menyelesaikan masalah sesuai rencana pada langkah kedua Rencana penyelesaian yang telah dibuat sebelumnya, kemudian dilaksanakan secara cermat pada setiap langkah. Dalam melaksanakan rencana atau menyelesaikan model matematika yang telah dibuat pada langkah sebelumnya, siswa diharapkan memperhatikan prinsip-prinsip/aturan-aturan pengerjaan yang ada untuk mendapatkan hasil penyelesaian model yang benar. Kesalahan jawaban model dapat
mengakibatkan kesalahan dalam menjawab permasalahan soal.
Untuk itu, pengecekan pada setiap langkah penyelesaian harus selalu dilakukan untuk memastikan kebenaran jawaban model tersebut. 4. Memeriksa kembali hasil yang diperoleh. Hasil penyelesaian yang didapat harus diperiksa kembali untuk memastikan apakah penyelesaian tersebut sesuai dengan yang diinginkan dalam soal (masalah) atau tidak. Apabila hasil yang di dapat tidak sesuai dengan yang diminta, maka perlu pemeriksaan kembali atas setiap langkah yang telah dilakukan untuk mendapat hasil sesuai dengan masalahnya, dan melihat kemungkinan lain yang
11
dapat dilakukan untuk menyelesaikan masalah/soal tersebut. Dari pemeriksaan tersebut akan diketahui dimana langkah yang tidak sesuai. Dengan demikian langkah yang tidak tepat akan dapat diperbaiki kembali.15 Hudojo
memberikan
petunjuk
langkah-langkah
sistematik
untuk
menyelesaikan masalah sebagai berikut: 1. Pemahaman terhadap masalah a. Bacalah berulang-ulang masalah tersebut, pahami kata demi kata, kalimat demi kalimat. b. Identifikasikan apa yang diketahui dari masalah tersebut. c. Identifikasikan apa yang hendak dicari d. Abaikan hal-hal lain yang tidak relevan e. Jangan menambahkan hal-hal yang tidak ada sehingga masalahnya menjadi berbeda dengan masalah yang dihadapi. 2. Perencanaan penyelesaian masalah Di dalam merencanakan penyelesaian masalah seringkali diperlukan cara penyelesaian masalah yang efektif dan efisien. Salah satu cara yang dapat ditempuh adalah dengan memodelkan pertanyaan atau soal yang sesuai untuk mempermudah penyelesaian soal. 3. Melaksanakan perencanaan penyelesaian masalah 4. Melihat kembali penyelesaian Terdapat empat komponen untuk melihat kembali suatu penyelesaian, sebagai berikut: 15
Polya, G., How To Solve It, A New Aspect Of Mathematical Method. New Jersey: Princeton University Press, 1973), h.6
12
a.
Memeriksa hasilnya
b. Menginterpretasikan yang kita peroleh c. Menanyakan pada diri kita sendiri, apakah ada cara lain untuk mendapatkan penyelesaian yang sama. d. Menanyakan pada diri kita sendiri, apakah ada jawaban lain. 16 Dari berbagai pendapat di atas, secara garis besar langkah- langkah dalam memecahan suatu masalah dalam penelitian ini adalah: 1.
Memahami soal yang diberikan meliputi : mampu mengidentifikasi hal-hal yang diketahui dari soal, mampu mengidentifikasi hal-hal yang ditanyakan dari soal, mampu mengidentifikasi data yang diketahui masih kurang, sudah cukup atau berlebihan untuk menjawab yang ditanyakan.
2.
Merencanakan penyelesaian masalah, yaitu mampu menentukan cara yang perlu dilakukan atau memutuskan strategi yang cocok untuk diterapkan dalam menyelesaikan soal sesuai dengan yang diketahui dan yang ditanyakan.
3.
Melaksanakan rencana penyelesaian, meliputi: mampu menyelesaikan soal dengan langkah-langkah dan perhitungan yang benar.
4.
Memeriksa kembali hasil yang diperoleh, meliputi: mampu megembalikan jawaban sesuai dengan permintaan soal, dapat memberikan cara lain untuk menyelesaikan masalah dan memberikan jawaban lain.
C. Level Kemampuan Siswa Dalam Memecahkan Masalah Level kemampuan siswa dalam memecahkan masalah menurut Zanzali dan Nam adalah sebagai berikut: 16
Hudojo, Herman, Pengembangan Kurikulum Dan Pembelajaran Matematika, (Malang: JICA Universitas Negeri Malang, 2001),h.162
13
Level One Find the single solutions to one-step problems using obvious algorithms and a limited range of whole numbers. Uses one case to astablish a proof Level Two Makes a choice of algorithms to a find a solution to: a) Multi step problems, using limited range of whole numbers or b) One-step problems, using rational numbers. Uses more than one particular case to establish a proof Uses common vocabulary to present solutions. Level Three Choose from two algorithms to find a solution to a multi-step problems, using limited range of rational numbers. Uses necessary and sufficient cases to establish a proof Uses mathematical vocabulary, imprecisely, to present solution. Level Four Adapts one or more algorithms to find a solution to a multi-step problem using the full range of rational numbers Constructs structured proofs that may lack some details Uses mathematical and common vocabulary correctly, but solution may lack clarity for the external reader Level Five Creates original algorithms to find solutions to a multi-step problems, using the full range of rational numbers. Constructs structured proofs that provide full justification of each step Uses mathematical and common vocabulary correctly, and provides clear and precise solutions. 17
Berdasarkan level-level di atas, dapat dikemukakan bahwa: Level 1
Menemukan satu penyelesaian dengan satu langkah penyelesaian menggunakan algoritma yang jelas namun terbatas pada bilangan bulat.
Menggunakan satu kasus untuk menetapkan bukti.
17
Azlan, Noor Ahmad Zanzali dan Lui Lai Nam, Evaluating The Levels Of Problem Solving Abilities In Mathematics (http://math.unipa.it/~grim/Jzanzalinam 1999),h.8.diakses 3 maret 2008
14
Level 2
Membuat pilihan algoritma untuk menemukan penyelesaian dengan : 1) banyak langkah penyelesaian menggunakan bilangan bulat namun terbatas atau 2) Satu langkah penyelesaian menggunakan bilangan rasional.
Menggunakan lebih dari satu kasus untuk menetapkan bukti.
Menggunakan bahasa yang umum untuk menyajikan penyelesaian. Level 3
Memilih dua algoritma untuk menemukan penyelesaian dengan banyak langkah penyelesaian.
Menggunakan bilangan rasional yang terbatas.
Menggunakan kasus seperlunya dan secukupnya untuk menetapkan bukti.
Menggunakan bahasa matematika dengan tepat untuk menyatakan penyelesaian. Level 4
Menggunakan satu atau lebih algoritma untuk menemukan penyelesaian dengan banyak langkah penyelesaian menggunakan jangkauan bilangan rasional secara penuh.
Mengkonstruk bukti terstruktur tetapi masih kurang mendetail.
Menggunakan bahasa matematika yang umum dan benar, tetapi solusi yang diberikan masih kurang.
Solusi dapat dimengerti oleh pembaca luar.
15
Level 5
Membuat algoritma sendiri untuk menentukan penyelesaian dengan banyak langkah penyelesaian menggunakan bilangan rasional yang beragam.
Mengkonstruk bukti yang terstruktur dengan memberikan alasan yang masuk akal dalam setiap langkah penyelesaiannya.
Menggunakan bahasa matematika dan bahasa yang umum dengan benar dan memberikan solusi dengan jelas dan akurat. Menurut Departemen Pendidikan Vermont level kemampuan siswa dalam memecahkan masalah adalah: Level One a) No work is present, or b) No part of the solution is correct,or c) Some work is present but the work doesn't support the answer given Level Two a) The solution is correct for only part of the problem and there is work to support these correct part, or b) The solution contains mathematical error which leads to an incomplete or incorrect answer. Level Three a) The answer is correct and the work the sollution support the answer. 18
Berdasarkan level-level di atas, dapat dikemukakan bahwa: Level 1
Tidak mengerjakan, atau
Tidak sebagianpun solusi yang diberikan benar, atau
Beberapa pekerjaan ada, tetapi pekerjaan tidak mendukung jawaban.
18
Departemen Pendidikan Vermont, Vermont Elementary and Middle Level MathematicsProblem SolvingAssessmentGuide.http://education.verment.gov/new/pdfdoc/pgmcurriculum/mathematics/resources/ elementary_middle_guide.pdf . diakses 5 maret 2008
16
Level 2
Solusi benar hanya untuk sebagian masalah dan disana ada pekerjaan untuk mendukung kebenaran sebagian jawaban tersebut, atau
Solusi mengandung kesalahan perhitungan, yang menyebabkan tidak lengkap atau tidak benar jawaban. Level 3
Jawaban benar dan semua pekerjaan yang dilakukan untuk memecahkan masalah mendukung jawaban. Dasar pelevelan yang dikemukakan oleh Zanzali dan Nam adalah:
Membuat pilihan algoritma dengan menggunakan bilangan bulat atau rasional.
Penggunaan bahasa dalam menyajikan penyelesaian
Banyak cara penyelesaian
Penggunaan kasus untuk menetapkan bukti Sedangkan dasar pelevelan yang dikemukakan oleh Departemen Pendidikan
Vermont adalah kebenaran solusi yang diberikan. Kebenaran solusi yang dimaksud adalah
solusi itu benar, kurang benar atau tidak benar untuk satu jawaban
permasalahan yang dicari, tidak ditekankan pada variasi jawabannya. Berdasarkan penjelasan di atas dan sesuai dengan kondisi soal, maka dasar pelevelan dalam penelitian ini adalah
Banyak cara penyelesaian
Banyak alternatif jawaban
Kebenaran dalam perhitungan
17
Kebenaran permodelan
Pemahaman konsep Berdasarkan dasar pelevelan di atas, maka pelevelan yang digunakan dalam
penelitian ini adalah: Level 1 1. Tidak Mengerjakan, atau 2. Tidak bisa menyelesaikan masalah karena tidak bisa memodelkan, atau 3. Tidak bisa menyelesaikan masalah karena tidak memahami konsep. Level 2 Menyelesaikan masalah dengan menggunakan satu cara, dengan: a. Pemodelan benar b. Memahami konsep c. Ada kesalahan perhitungan Level 3 Menyelesaikan masalah dengan menggunakan satu cara, dengan: a. Pemodelan benar b. Memahami konsep c. Perhitungannya benar Level 4 1. Menyelesaikan masalah dengan menggunakan lebih dari satu cara, dengan: a. Pemodelan benar b.
Memahami konsep
c. Perhitungannya benar, atau
18
2. Menyelesaikan masalah dengan menggunakan lebih dari satu jawaban, dengan: a. Pemodelan benar b.
Memahami konsep
c. Perhitungannya benar Level 5 Menyelesaikan masalah dengan menggunakan lebih dari satu cara dan lebih dari satu jawaban dengan : a. Pemodelan benar b. Memahami konsep c. Perhitungannya benar
D. Contoh Level Kemampuan Siswa Dalam Memecahkan
Masalah Yang
Berbentuk Soal Cerita. Berikut ini diberikan contoh level kemampuan siswa dalam memecahkan masalah yang berbentuk soal cerita yaitu : " Sebuah perahu menyeberangi sungai yang kedua tepinya sejajar. Besar sudut yang dibentuk antara lintasan perahu dengan tepi sungai pada saat berangkat sebesar x 0 . Setelah sampai di tepi yang lain, besar sudut yang dibentuk antara lintasan perahu dengan tepi sungai adalah lima kali besar sudut yang dibentuk antara lintasan perahu dengan tepi sungai pada saat berangkat dikurangi enam puluh derajat . a. Buatlah sketsa dari permasalahan di atas! b. Tentukan besar sudut yang dibentuk antara lintasan perahu dengan tepi sungai pada saat berangkat dan saat perahu sampai di tepi yang lain?
19
c. Carilah penyelesaian dengan cara yang lain? d. Carilah jawaban yang lain? Contoh jawaban anak yang memiliki Level 1: a.
b. Diketahui : Besar sudut antara lintasan dengan tepi sungai pada saat berangkat = x 0 Besar sudut antara lintasan dengan tepi sungai pada saat sampai = 5x Ditanya:
x0? 5x 0 ?
Jika x 0 = 90 0 maka 5x
0
= ( 5 x 90)
0
= 450 0 -60 0 = 390 0
Jadi Sudut pada saat perahu berangkat yaitu 90 0 dan pada saat perahu sampai yaitu 390 0 Contoh jawaban anak yang memiliki Level 2:
a 0 (5x-60)
a.
0
b0 x0 b. Diketahui : Tepi sungai sejajar Besar sudut antara lintasan dengan tepi sungai pada saat berangkat = x 0 Besar sudut antara lintasan dengan tepi sungai pada saat sampai = (5x-60)
0
20
Ditanya: x 0 ? (5x-60) 0 ? Cara I (5x-60)
0
6x 0 -60
0
+ x 0 = 180 0
(Sudut dalam sepihak)
= 180 0
6x 0
= 120 0
x0
= 20 0
5x 0 -60 0
= 100 0 – 60 0 = 40 0
Jadi Sudut pada saat perahu berangkat yaitu 20 0 dan pada saat perahu sampai yaitu 40 0 Contoh jawaban anak yang memiliki Level 3: a.
a 0 (5x-60)
0
b0 x0
b. Diketahui : Tepi sungai sejajar Besar sudut antara lintasan dengan tepi sungai pada saat berangkat = x 0 Besar sudut antara lintasan dengan tepi sungai pada saat sampai = (5x-60)
0
Ditanya: x 0 ? (5x-60) 0 ? 21
Cara I (5x-60)
0
+ x 0 = 180 0
6x 0 -60
0
= 180 0
6x 0
(Sudut dalam sepihak)
= 240 0
x0
= 40 0
5x 0 -60 0
= 200 0 – 60 0
= 140 0 Jadi Sudut pada saat perahu berangkat yaitu 40 0 dan pada saat perahu sampai yaitu 140 0
Contoh jawaban anak yang memiliki Level 4: a.
a 0 (5x-60)
0
b0 x0
b. Diketahui : Tepi sungai sejajar Besar sudut antara lintasan dengan tepi sungai pada saat berangkat = x 0 Besar sudut antara lintasan dengan tepi sungai pada saat sampai = (5x-60)
0
Ditanya: x 0 ? (5x-60) 0 ?
22
Cara I (5x-60)
0
+ x 0 = 180 0
6x 0 -60
0
= 180 0
6x 0
(Sudut dalam sepihak)
= 240 0
x0
= 40 0
5x 0 -60 0
= 200 0 – 60 0
= 140 0 Jadi Sudut pada saat perahu berangkat yaitu 40 0 dan pada saat perahu sampai yaitu 140 0 c. Cara II
b 0 = (180 – x)
0
b 0 = 5x 0 – 60 0
(Sudut berpelurus) (Sudut dalam berseberangan)
5x 0 – 60 0 = 180 0 – x 0 6x 0
x0
= 240 0 = 40 0
5x 0 -60 0 = 200 0 – 60 0 = 140 0
Contoh jawaban anak yang memiliki Level 5: a.
a 0 (5x-60)
0
b0 x0
23
b. Diketahui : Tepi sungai sejajar Besar sudut antara lintasan dengan tepi sungai pada saat berangkat = x 0 Besar sudut antara lintasan dengan tepi sungai pada saat sampai = (5x-60)
0
Ditanya: x 0 ? (5x-60) 0 ? Cara I (5x-60)
0
+ x 0 = 180 0
6x 0 -60
0
= 180 0
6x 0
(Sudut dalam sepihak)
= 240 0
x0
= 40 0
5x 0 -60 0
= 200 0 – 60 0
= 140 0 Jadi Sudut pada saat perahu berangkat yaitu 40 0 dan pada saat perahu sampai yaitu 140 0 c. Cara II
b 0 = (180 – x)
0
b 0 = 5x 0 – 60 0
(Sudut berpelurus) (Sudut dalam berseberangan)
5x 0 – 60 0 = 180 0 – x 0 6x 0
x0
= 240 0 = 40 0
24
5x 0 -60 0 = 200 0 – 60 0 = 140 0 d.
(5x-60)
0
a0
b0 x0
Cara I 5x 0 -60 0 = x 0 4x
0
x0
(Sudut dalam berseberangan)
= 60 0 = 15 0
5x 0 -60 0 = 75 0 -60 0 = 15 0 Jadi Sudut pada saat perahu berangkat yaitu 15 0 dan pada saat perahu sampai yaitu 15 0 E. Penelitian yang Relevan Beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah: 1. Penelitian Zanzali dan Nam yang berjudul ” Evaluating the Levels of Problem
Solving Abilities in Mathematics”.19 Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa siswa mempunyai pengetahuan dan keterampilan dasar tetapi tidak menunjukkan adanya penggunaan strategi pemecahan masalah yang diharapkan. Siswa mempunyai kemampuan rendah dalam memecahkan masalah.
19
Azlan, Noor Ahmad Zanzali dan Lui Lai Nam, Evaluating The Levels Of Problem Solving Abilities In Mathematics (http://math.unipa.it/~grim/Jzanzalinam 1999),h.8.diakses 3 maret 2008
25
2. Hasil penelitian Capper menunjukkan bahwa pengalaman siswa sebelumnya, perkembangan kognitif, serta minat (ketertarikannya) terhadap matematika merupakan faktor-faktor yang sangat berpengaruh terhadap keberhasilan dalam pemecahan masalah. 20 3. Hasil penelitian yang dilakukan oleh The National Assessment of Educational
Progress (NAEP) menunjukkan bahwa siswa kelas tiga memperoleh prestasi baik dalam soal setting yang dikenal siswa. 21 Dari beberapa penelitian di atas, tampak bahwa siswa sudah menguasai keterampilan dasar namun belum mampu menggunakan strategi pemecahan masalah yang sesuai. Setting (konteks) soal yang dikenal siswa dapat meningkatkan prestasi belajar matematika karena melibatkan pengalaman siswa sebelumnya, perkembangan kognitif serta ketertarikan dalam belajar. Dalam penelitian ini soal cerita yang diberikan disesuaikan dengan tingkat kognitif siswa, sehingga siswa diharapkan mampu menggunakan pengalaman belajarnya dalam menyelesaikan masalah yang diberikan.
20
Suherman, Erman, dkk.,Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. (Bandung: JICAUniversitas Pendidikan Indonesia, 2001),h.84 21 Ibid.,h.84.
26