BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Ciri - Ciri Kepribadian (Personality Traits) Schultz (2008) dalam buku mereka yang berjudul Theories of Personality, Ninth Edition menyebutkan bahwa ―A trait is a distinguishing personal characteristic or quality.‖ Sebuah sifat adalah karakteristik atau kualitas pribadi pembeda. Menurut Schultz dalam kehidupan sehari-hari kita sering menggunakan pendekatan sifat atau karakter untuk menggambarkan kepribadian orang yang kita kenal. Kita cenderung untuk memilih karakteristik atau fitur yang menonjol untuk menerangkan seseorang. Kita bisa mengatakan, "Alyssa sangat percaya diri," atau "Kito sangat kompetitif," atau "Muhammad benar-benar cerdas." Kata kepribadian yang dalam bahasa Inggris disebut dengan ―personality‖ berasal dari bahasa Latin persona yang berarti ―topeng‖ yang dipakai oleh para aktor teater asal Romawi dalam drama Yunani. Para aktor itu menggunakan topeng untuk memerankan sebuah karakter. Namun bagi para psikolog kata personality itu mengacu pada sesuatu yang lebih dari sebuah peran yang dimainkan oleh orang-orang. Pendekatan trait atau ciri, sifat atau karakter yang dimulai oleh Allport dan Cattell beberapa dekade lalu merupakan inti bagi studi kepribadian sekarang ini. Menurut Cattell yang dikutip oleh Schultz (2008) dalam Theories of Personality Ninth Edition, ―personality is that which permits a prediction of what a person will do in a given situation”. Personality atau kepribadian adalah hal yang memungkinkan suatu yang dapat memberikan prediksi tentang apa yang
11
12
akan dilakukan seseorang dalam situasi tertentu. Allport dalam Feist (2008) dalam Theories of Personality memberikan definisi personality ke-50 milikinya ―The dynamic organization within the individual of those psychophysical systems that determine his unique adjustments to his environment”, yaitu organisasi dinamis dalam individu sebagai sistem psikofisik individu yang menentukan caranya yang khas dalam menyesuaikan diri terhadap lingkungannya. Pada tahun 1961 Allport mengubah kata-kata terakhirnya menjadi ―that determine his characteristic behavior and thought‖, yang menentukan perilaku khas dan pemikirannya‖. Oldham dan Morris (1995:16) menyebutkan bahwa kepribadian mewakili pengaturan semua atribut, pemikiran, perasaan, sikap, perilaku dan mekanisme dalam menyelesaikan suatu permasalahan. Dari ketiga pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kepribadian merupakan suatu susunan sistem psikofisik (psikis dan fisik yang berpadu dan saling berinteraksi dalam mengarahkan tingkah laku) yang kompleks dan dinamis dalam diri seorang individu, yang menentukan penyesuaian diri individu tersebut terhadap lingkungannya, sehingga akan tampak dalam tingkah lakunya yang unik dan berbeda dengan orang lain. Pengertian traits menurut Allport yang dikutip oleh Feist (2008) ―a generalized and focalized neuropsychic system (peculiar to the individual) with the capacity to render many stimuli functionally equivalent and to initiate and guide consistent (equivalent) forms of adaptive and expressive behavior‖. Jadi traits menurut teori Allport adalah proses mental/neuropsikis yang berkapasitas
13
dan mampu mengarahakan stimulus yang akan menghasilkan perilaku yang adaptif atau ekspresif. Schultz (2008) dalam Theories of Personality Ninth Edition menjelaskan bahwa menurut Cattell ―Traits as relatively permanent reaction tendencies that are basic structural units of personality‖. Trait di sini dimaksudkan pada struktur mental yang terlihat dan konsisten dari suatu perilaku, muncul dalam berbagai aspek baik segi struktural maupun dinamika dari kepribadian. Kesimpulannya trait adalah elemen dasar dari kepribadian yang berperan vital dalam usaha meramalkan tingkah laku. Menurut Allport ―Personality traits to be predispositions to respond, in the same or a similar manner, to different kinds of stimuli.‖ (Schultz, 2008:246) Personality traits adalah kecenderungan (predisposisi) untuk merespon sesuatu dengan cara yang sama pada berbagai stimulus yang berbeda. Dengan kata lain, traits bersifat konsisten dan cara bertahan dalam bereaksi terhadap lingkungan. Pandangan Cattell mirip dengan Allport karenanya pandangan mereka dapat disebut ―teori sifat‖ (trait theory). Namun kedua ahli ini juga memiliki perbedaan. Perbedaan mendasar antara Allport dan Cattell adalah bahwa Cattell percaya kepribadian dapat digeneralisir. Menurut Allport, faktor genetik dan lingkungan sama-sama berpengaruh dalam menentukan perilaku manusia. Bukan hanya faktor keturunan sendiri atau faktor lingkungan sendiri yang menentukan bagaimana kepribadian terbentuk, melainkan melalui pengaruh resiprokal faktor keturunan dan lingkungan yang memunculkan karakteristik kepribadian.
14
2.1.1 Kuisioner 16 Faktor Kepribadian (16 Personality Factor Questionnaire) Trait yang menjadi dasar bagi 16 personality factor questionnaire dijelaskan sebagai konstruksi teoritis yang menggambarkan dimensi dasar dari kepribadian. Trait menggambarkan konsistensi respon individu dalam situasi yang berbedabeda. Sedangkan tipe yang menjadi dasar personality style adalah pengelompokan bermacam-macam trait. Dibandingkan dengan konsep trait, tipe memiliki tingkat regularity dan generality yang lebih besar dari pada trait. Sixteen Personality Factor (16PF) Questionnaire adalah tes kepribadian laporan diri yang dikembangkan selama beberapa dekade hasil penelitian empiris dari Cattell, Tatsuoka dan Eber. Cattell merancang kuesioner ini berdasarkan ide bahwa kepribadian individu terdiri dari 16 faktor kepribadian yang berbeda. Kesimpulan ini didasarkan pada aplikasi faktor analisis terhadap pernyataanpernyataan tentang kepribadian individu. Tabel 2.1 Sixteen Personality Factor (16PF) Questionnaire No
Atribut
1
Warmth
2
Reasoning ability
3
Emotional stability
4
Dominance
5
Liveliness
6
Rule consciousness
7
Social boldness
8
Sensitivity
9
Vigilance
Deskriptor Warm, outgoing, attentive to others, kindly, easy-going, participating, likes people. Abstract-thinking, more intelligent, bright, higher general mental capacity, fast learner. Emotionally stable, adaptive, mature, faces reality calmly. Dominant, forceful, assertive, aggressive, competitive, stubborn, bossy. Lively, animated, spontaneous, enthusiastic, happy go lucky, cheerful, expressive, impulsive. Rule-conscious, dutiful, conscientious, conforming, moralistic, staid, rule bound. Socially bold, venturesome, thick skinned, uninhibited. Sensitive, aesthetic, sentimental, tender minded, intuitive, refined. Vigilant, suspicious, skeptical, distrustful, oppositional.
15
Tabel 2.1 Sixteen Personality Factor (16PF) Questionnaire (lanjutan) No
Atribut
10
Abstractedness
11
Privateness
12
Apprehension
13
Openness to change
14
Self-Reliance
15
Perfectionism
16
Tension
Deskriptor Abstract, imaginative, absent minded, impractical, absorbed in ideas. Private, discreet, nondisclosing, shrewd, polished, worldly, astute, diplomatic. Apprehensive, self doubting, worried, guilt prone, insecure, worrying, self blaming. Open to change, experimental, liberal, analytical, critical, free thinking, flexibility. Self-reliant, solitary, resourceful, individualistic, self-sufficient. Perfectionistic, organized, compulsive, selfdisciplined, socially precise, exacting will power, control, self-sentimental. Tense, high energy, impatient, driven, frustrated, over wrought, time driven.
Sixteen Personality Factor (16PF) Questionnaire Factor Cattell (diadopsi dari Model Conn & Rieke, 1994).
2.1.2. Gaya Kepribadian (Personality Styles) Menurut Oldham dan Morris (1995:16): Your personality style is your organizing principle. It propels you on your life path. It represents the orderly arrangement of all your attributes, thoughts, feelings, attitudes, behaviors, and coping mechanisms. It is the distinctive pattern of your psychological functioning—the way you think, feel, and behave—that makes you definitely you. Gaya kepribadian Anda adalah prinsip pengorganisasian Anda. Gaya kepribadian menggambarkan susunan yang teratur dari semua atribut, pikiran, perasaan, sikap, perilaku, dan mekanisme penguasaan Anda. Ini adalah pola khas fungsi psikologis Anda—cara Anda berpikir, merasa, dan berperilaku—yang membuat Anda menjadi Anda sebenar-benarnya. Dalam buku berjudul The New Personality Self-Portrait: Why You Think, Work, Love and Act the Way You (1995), Oldham dan Morris menyusun sebuah sistem untuk menggambarkan gaya kepribadian dan memahami cara gaya tersebut
16
dalam mempengaruhi enam ranah kunci kehidupan kita: diri, emosi, pengendalian diri, hubungan, pekerjaan, dan dunia nyata. 14 kategori gaya kepribadian yang disusun oleh Oldham digunakan untuk menentukan pola kepribadian bersumber dari sistem klasifikasi gangguan kepribadian penting yang diterbitkan oleh American Psychiatric Association di tahun 1994. Keempat belas gaya kepribadian tersebut bersifat normal dan universal. Kepribadian diri hanyalah manifestasi yang kaya dan indah dari manusia. Tabel 2.2 Personality Styles No
Atribut
Deskriptor/Kata Kunci 1. Hard work: work very hard, capable of intense, and single-minded effort. 2. The right thing: a person of conscience, have strong moral principles and values, Want to do the right thing. 3. The right way. Everything must be done "right," have a clear understanding of what that means, from the correct way to balance the checkbook, to the best strategy to achieve the boss's objectives, to how to fit every single dirty dish into the dishwasher. 4. Perfectionism: like all tasks and projects to be complete to the final detail, without even minor flaws.
1
Conscientious 5. Perseverance: stick to their convictions and opinions. Opposition only serves to strengthen their dogged determination. 6. Order and detail: like the appearance of orderliness and tidiness. Good organizers, catalogers, and list makers. Detail is important 7. Prudence: thrifty, careful, and cautious in all areas of their lives 8. Accumulation: saves and collects things, reluctant to discard anything that has, formerly had, or someday may have value for him or her.
17
Tabel 2.2 Personality Styles (Lanjutan) No
Atribut
Deskriptor/Kata Kunci 1. Familiarity: prefer the known to the unknown, comfortable with, even inspired by, habit, repetition, and routine. 2. Concern: care deeply about what other people think of them. 3. Circumspection: behave with deliberate discretion in their dealings with others, do not make hasty judgments or jump in before they know what is appropriate.
2
Sensitive 4. Polite reserve: take care to maintain a courteous, self-restrained demeanor Socially. 5. Role: function best in scripted settings, vocationally and socially: when they know precisely what is expected of them, how they are supposed to relate to others, and what they are expected to say. 6. Privacy: not quick to share their innermost thoughts and feelings with others, even those they know well. 1. Autonomy: possess a resilient independence, keep their own counsel, require no outside reassurance or advice, make decisions easily, and can take care of themselves. 2. Caution: careful in their dealings with others, preferring to size up 3. Perceptiveness: good listeners, with an ear for subtlety, tone, and multiple levels of communication.
3
Vigilant
4. Self-defense: feisty and do not hesitate to stand up for themselves, especially when they are under attack. 5. Alertness to criticism: take criticism very seriously, without becoming intimidated. 6. Fidelity: place a high premium on fidelity and loyalty, work hard to earn it, and never take it for granted.a person before entering into a relationship.
18
Tabel 2.2 Personality Styles (Lanjutan) No
Atribut
Deskriptor/Kata Kunci 1. Feelings: live in an emotional world, sensation oriented, emotionally demonstrative, and physically affectionate. React emotionally to events and can shift quickly from mood to mood. 2. Color: experience life vividly and expansively, have rich imaginations, tell entertaining stories, and are drawn to romance and melodrama. 3. Attention: like to be seen and noticed, often the center of attention, and rise to the occasion when all eyes are on them.
4
Dramatic
4. Appearance: pay a lot of attention to grooming, and enjoy clothes, style, and fashion. 5. Sexual attraction. In appearance and behavior, enjoy their sexuality, seductive, engaging, charming tempters and temptresses. 6. Engagement. Easily putting their trust in others, and able to become quickly involved in relationships. 7. The spirit is willing: style eagerly respond to new ideas and suggestions from others. 1. Command: take charge, comfortable with power, authority, and responsibility. 2. Hierarchy: operate best within a traditional power structure where everyone knows his or her place and the lines of authority are clear.
5
Aggressive
3. Tight ship: highly disciplined and impose rules of order that they expect others in their charge to follow. 4. Expedience: highly goal-directed, take a practical, pragmatic approach to accomplishing their objectives, and do what is necessary to get the job done.
19
Tabel 2.2 Personality Styles (Lanjutan) No
Atribut
Deskriptor/Kata Kunci 5. Guts: neither squeamish nor fainthearted, can function well and bravely in difficult and dangerous situations without being distracted by fear or horror.
5
Aggressive 6. The rough-and-tumble: like action and adventure, physically assertive and often participate in or enjoy playing competitive sports, especially contact sports. 1. Inner life: tuned in to and sustained by their own feelings and belief systems, whether or not others accept or understand their particular worldview or approach to life. 2. Own world: self-directed and independent, requiring few close relationships. 3. Own thing: create interesting, unusual, often eccentric lifestyles.
6
Idiosyncratic
4. Expanded reality: Open to anything, interested in the occult, the extrasensory, and the supernatural. 5. Metaphysics: drawn to abstract and speculative thinking. 6. Outward view: inner-directed and follow their own hearts and minds, and keen observers of others, particularly sensitive to how other people react to them. 1. Solitude: have small need of companionship and are most comfortable alone. 2. Independence: self-contained and do not require interaction with others in order to enjoy their experiences or to get on in life.
7
Solitary 3. Sangfroid: even-tempered, calm, unsentimental, and unflappable.
dispassionate,
4. Stoicism: display an apparent indifference to pain and pleasure.
20
Tabel 2.2 Personality Styles (Lanjutan) No
Atribut
Deskriptor/Kata Kunci 5. Sexual composure: not driven by sexual needs and enjoy sex but will not suffer in its absence.
7
Solitary
6. Feet on the ground: unswayed by either praise or criticism and can confidently come to terms with their own behavior. 1. Inalienable rights: believe in their right to enjoy themselves on their own terms in their own time, value and protect their comfort, their free time, and their individual pursuit of happiness. 2. Enough is enough: agree to play by the rules, deliver what is expected of them and no more, and expect others to recognize and respect that limit. 3. The right to resist: cannot be exploited, can comfortably resist acceding to demands that they deem unreasonable or above and beyond the call of duty. 4. Mañana: relaxed about time, not obsessed by time urgency or the demands of the clock, easygoing and optimistic that whatever needs to get done will get done, eventually.
8
Leisurely
5. I'm okay: not overawed by authority and accept themselves and their approach to life. 6. Wheel of fortune: believe that they are just as good as everyone else and as entitled to the best things in life and maintain that blind luck often accounts for who fares well and who fares poorly. 7. Mixed feelings: often of two minds about how to proceed and do not like to risk important relationships, yet they need to feel free. 8. Straight face: maintain a sober demeanor and are solemn and not given to emotional expression. 9. No pretentions: realistically aware of their own capabilities, but also aware of their own limitations; are not tempted by vanity or self-importance.
21
Tabel 2.2 Personality Styles (Lanjutan) No
Atribut
Deskriptor/Kata Kunci 1. Accountability: hold themselves responsible for their actions and will not soft-pedal their own faults and do not let themselves off the hook. 2. Cogitation: thinkers, analyzers, evaluators, ruminators: will always play things over in their minds before taking an act.
9
Serious
3. Nobody's fool: sharp appraises of others and in their ability to critique as unhesitating as in their own self-evaluation. 4. No surprises: anticipate problems and when the worst happens and prepared to deal with it. 5. Contrition: suffer greatly when they realize they've been thoughtless or impolite to others. 1. Generosity: will give you the shirts off their backs if you need them and do not wait to be asked. 2. Service: to be helpful to others, noncompetitive and unambitious, comfortable coming second, even last. 3. Consideration: always considerate in their dealings with others and are ethical, honest, and trustworthy. 4. Acceptance: nonjudgmental, tolerant of others' foibles, and never harshly reproving; will stick with you through thick and thin.
10
Self-Sacrificing 5. Humility: neither boastful nor proud, and uncomfortable being fussed over; do not like being the center of attention; uneasy in the limelight. 6. Endurance: long-suffering, prefer to shoulder their own burdens in life, and have much patience and a high tolerance for discomfort. 7. Artlessness: rather naive and innocent, unaware of the often deep impact they make on other people's lives, and tend never to suspect deviousness or underhanded motives in the people to whom they give so much of themselves.
22
Tabel 2.2 Personality Styles (Lanjutan) No
Atribut
Deskriptor/Kata Kunci 1. Commitment: thoroughly dedicated to the relationships in their lives, place the highest value on sustained relationships, they respect the institution of marriage as well as unofficial avowals of commitment, and work hard to keep their relationships together. 2. Togetherness: prefer the company of one or more people to being alone. 3. Teamwork: would rather follow than lead, cooperative and respectful of authority and institutions, and easily rely on others and take direction well.
11
Devoted
4. Deference: happy to seek out others' opinions and to follow their advice when making decisions. 5. Harmony: careful to promote good feelings between themselves and the important people in their lives and tend to be polite, agreeable, and to promote harmony. 6. Consideration: thoughtful of others and good at pleasing them and will endure personal discomfort to do a good turn for the key people in their lives. 7. Attachment: Relationships provide life's meaning for this personality style. Even after a painful loss of someone around whom their life was centered, they are able to form new meaningful bonds. 1. Self-regard: believe in themselves and in their abilities and have no doubt that they are unique and special and that there is a reason for their being on this planet.
12
Self-Confident
2. The red carpet: expect others to treat them well at all times. 3. Ambition: unabashedly open about their aspirations and possibilities.
23
Tabel 2.2 Personality Styles (Lanjutan) No
Atribut
Deskriptor/Kata Kunci 4. Politics: able to take advantage of the strengths and abilities of other people in order to achieve their goals, and shrewd in their dealings with others. 5. Competition: able competitors, love getting to the top, and enjoy staying there. 6. Stature: identify with people of high rank and status.
12
Self-Confident
7. Dreams: able to visualize themselves as the hero, the star, the best in their role, or the most accomplished in their field. 8. Self-awareness: have a keen awareness of their thoughts and feelings and their overall inner state of being. 9. Poise: accept compliments, praise, and admiration gracefully and with self-possession. 1. Nonconformity: live by their own internal code of values and are not strongly influenced by other people or by the norms of society. 2. Challenge: love the thrill of risk and routinely engage in high-risk activities. 3. Mutual independence: do not worry too much about others, for they expect each human being to be responsible for him- or herself. 4. Persuasiveness: silver-tongued, gifted in the gentle art of winning friends and influencing people.
13
Adventurous 5. Wanderlust: love to keep moving and settle down only to have the urge to pick up and go, explore, move out, move on and do not worry about finding work, and live well by their talents, skills, ingenuity, and wits. 6. Wild oats: usually high-spirited hell-raisers and mischief makers. 7. True grit: courageous, physically bold, and tough and will stand up to anyone who dares to take advantage of them.
24
Tabel 2.2 Personality Styles (Lanjutan) No 13
Atribut
Deskriptor/Kata Kunci
Adventurous
8. No regrets: live in the present and do not feel guilty about the past or anxious about the future. Life is meant to be experienced now. 1. Romantic attachment: must always be deeply involved in a romantic relationship with one person. 2. Intensity: experience a passionate, focused attachment in all their relationships. Nothing that goes on between them and other people is trivial, nothing taken lightly. 3. Heart: show what they feel, emotionally active and reactive and put their hearts into everything.
14
Mercurial
4. Unconstraint: uninhibited, spontaneous, fun-loving, and undaunted by risk. 5. Activity: Energetic, lively, creative, busy, and engaging; show initiative and can stir others to activity 6. Open mind: imaginative and curious, willing to experience and experiment with other cultures, roles, and value systems and to follow new paths. 7. Alternate states: skilled at distancing or distracting themselves from reality when it is painful or harsh.
John M. Oldham and Lois B. Morris (1995). The New Personality Self-Portrait: Why You Think, Work, Love and Act the Way You Do. New York: Bantam.
Hasil analisis dari kedua tes kepribadian di atas menunjukkan fakta bahwa kedua tes memiliki kemiripan makna dalam poin-poin deskriptor. Hal ini sejalan dengan hasil kesimpulan dari Rosner, seorang editor dari situs psikologi bernama ―The Journal of The Mega Society‖ dalam kajiannya mengenai tulisan Hoeflin yang berjudul Metaphysic & Personality mengenai personality style dan personality factor. Rosner dalam tesisnya berusaha untuk mengkorelasikan personality style dari Oldam dan personality factor dari Cattell. Salah satu
25
kesimpulannya adalah atribut ―aggressive” dari Oldham cocok dengan ―dominance” dari Cattell. Hal ini dapat dibuktikan dengan tabel di bawah ini. Tabel 2.3 16PF Questionnaire dan Personality Styles No
Atribut
Kata Kunci dalam Deskriptor
1
Warmth
Devoted
Perhatian terhadap orang lain dan suka berhubungan dengan orang-orang.
2
Reasoning ability
Serious
Pintar dan cenderung pemikir
3
Emotional stability
Serious
Mampu berpikir dengan kepala dingin, dewasa dan mampu mengantisipasi masalah.
4
Dominance
Aggressive
Agresif, senang memerintah dan menguasai.
5
Liveliness
Mercurial
6
Rule consciousness
Conscientious
7
Social boldness
Adventurous/ Mercurial
8
Sensitivity
Sensitive
9
Vigilance
Vigilant
10
Abstractedness
Dramatic/ Idiosyncratic
11
Privateness
Sensitive
12
Apprehension
13
Openness to change
Mercurial
14
Self-Reliance
Self-confident/ Solitude/solitary
15
Perfectionism
Conscientious
16
Tension
Dramatic
Enerjik, lincah, bersemangat, dan spontan. Sungguh-sungguh, teliti, pekerja keras, memegang teguh moral dan peraturan. Senang berpetualang, bebas, spontan, keras atau kuat. Sensitif, peduli terhadap orang lain dan intuitif. Hati-hati, skeptis, berani melawan dan membela diri. ekspresif, kaya imaginasi, abstrak, dan fokus dengan pikirannya. Mengutamakan privasi, menjaga tingkah laku, bijaksana dan hati-hati. Terbuka pada hal yang baru, senang bereksperimen, dan fleksibel. Mandiri, percaya pada kekuatan diri sendiri, dan pintar. Rajin, pekerja keras, perfeksionis, disiplin, tekun, teratur dan detail. ekspresif dan penuh enerji.
26
Setelah menganalisis beberapa persamaan dari kedua deskriptor, penulis memilih beberapa atribut dari hasil penggabungan kedua tes kepribadian tersebut. Pemilihan didasarkan pada kata kunci dan kemiripan deskriptor dari keduanya. Tujuan penggabungan kedua kedua teori ini adalah untuk memperkuat teori dan membuat teori tersebut lebih kuat dan mudah dipahami untuk pengaplikasian yang lebih praktis (Pound and Campbell, 2014). Atribut-atribut yang dipilih adalah atribut yang umumnya muncul pada setiap orang. Selanjutnya atribut-atribut tersebut akan dijadikan alat untuk menganalisis sifat atau karakter tokoh-tokoh perempuan dalam novel Eva Luna dan Daughter of Fortune karya Isabel Allende. Atribut-atribut tersebut adalah (1) conscientious (pekerja keras, disiplin dan teliti), (2) sensitive (peka), (3) vigilant (hati-hati), (4) dramatic (dramatis dan imajinatif), (5) reasoning ability (cerdas), (6) self-confident (percaya diri), (7) adventurous (petualang dan pecinta kebebasan), (8) mercurial (bersemangat dan ekspresif), (9) warmth (hangat dan setia), (10) emotional stability (stabil dan dewasa), (11) leisurely (menikmati hidup dan berani melawan), (12) self-sacrificing (tabah dan murah hati), (13) solitary (mandiri dan tenang), (14) dominance (senang memerintah dan keras kepala) dan (15) apprehension (peragu dan penuh kekhawatiran). Kelima belas atribut yang akan digunakan sebagai alat diberikan keterangan tambahan dalam bahasa Indonesia. Mengingat beberapa atribut memiliki cakupan deskriptor yang sangat luas dan kompleks maka atribut tersebut tidak mungkin diterangkan hanya dalam satu kata. Beberapa atribut memiliki lebih dari satu keterangan tambahan.
27
2.2 Metode Karakterisasi Karakterisasi adalah elemen penting dalam karya sastra. Melalui karakterisasi penulis membuat satu tokoh terlihat nyata bagi pembaca. Holman dan Harmon dalam buku mereka yang berjudul A Handbook to Literature (1986:81) menyebutkan ―characterization is the creation of imaginary persons so that they exist for the readers as life.‖ Karakterisasi adalah penciptaan tokohtokoh imaginer yang dihidupkan bagi para pembaca. Bernardo (2001) menyebutkan : Characterization allows us to empathize with the protagonist and secondary characters, and thus feel that what is happening to these people in the story is vicariously happening to us; and it also gives us a sense of verisimilitude, or the semblance of living reality. Karakterisasi memungkinkan kita untuk berempati dengan tokoh utama dan tokoh pendukung sehingga seolah-olah kita seperti mengalami sendiri kejadian yang terjadi pada para tokoh dalam cerita tersebut; dan karakterisasi juga memberikan kita
perasaan seakan-akan atau mirip seperti realitas kehidupan
nyata. Karakterisasi menyingkap tentang peran si tokoh serta kepribadian karakternya dan juga lingkungan sekitarnya. Menurut Bernardo bagian penting dalam karakterisasi adalah dialog karena baik percakapan langsung dan dalam hati memberikan kita kesempatan untuk melihat ke dalam hati para tokoh dan menelaah motivasi mereka. (Bernardo, 2001) Abrams dalam A Glossary of Literary Terms (1999:33-34) menyebutkan dua metode karakterisasi tokoh, showing dan telling. Dalam metode showing atau disebut juga metode dramatis, penulis tidak hanya memperlihatkan watak si tokoh melalui tuturan (speech) dan tindakannya (actions) tetapi juga melalui pikiran (thought),
perasaan
(feelings)
dan
reaksinya
terhadap
suatu
peristiwa
28
(responsiveness to the events). Sedangkan dalam metode telling, penulis secara langsung berperan dalam menggambarkan, dan lebih sering untuk mengevaluasi, motif dan watak si tokoh. Metode telling adalah metode karakterisasi yang penulis langsung menggambarkan perwatakan si tokoh. Murphy dalam bukunya yang berjudul Understanding Unseens: An Introduction to English Poetry and English Novel for Overseas Students (1972) menyebutkan penulis dapat mengungkapkan kepribadian dan sifat si tokoh dengan sembilan cara, yaitu: Personal description (Penampilan Tokoh), Character as seen by another (Komentar Tokoh Lain), Speech (Apa yang Dikatakan Penutur), Past life (Masa Lalu), Conversation of others (Percakapan Tokoh-Tokoh Lain), Reactions (Reaksi), Direct comment (Tuturan Pengarang), Thoughts (Pikiran Tokoh), dan Mannerism (Tingkah laku). Penggambaran tokoh melalui penampilan, masa lalu, tuturan pengarang dan tingkah laku termasuk ke dalam teknik penggambaran langsung. Sedangkan teknik penggambaran melalui komentar tokoh lain, Apa yang dikatakan penutur, percakaan tokoh-tokoh lain, reaksi tokoh, dan pikiran tokoh termasuk dalam teknik penggambarang tidak langsung. Di bawah ini sembilan teknik penggambaran tokoh menurut Murphy: 1. Personal description (Penampilan Tokoh) ―It is about the description of a person’s appearance and clothes from the author’s point of view.‖ (Murphy, 1972) Penulis menjelaskan si tokoh dari penampilan fisiknya seperti tubuh dan pakaiannya. Consuelo was easy to distinguish even from a distance, her long red hair like a whip of fire against the eternal green of the landscape. (Eva Luna, 5)
29
Consuelo mudah untuk dikenali bahkan dari jarak jauh sekalipun, rambut merahnya yang terurai panjang seperti cambuk api kontras dengan pemandangan yang berwarna hijau. Berdasarkan contoh tersebut pengarang menggambarkan karakter Consuelo melalui penampilan fisiknya yang digambarkan memiliki rambut berwarna merah. Mirip seperti anak-anak yang kurang gizi atau terlalu sering main di bawah terik matahari. 2. Character as seen by another (Komentar Tokoh Lain) “Instead of describing a character directly, the author can describe him through the eyes and opinions of another (Murphy, 1972: 162).‖ Alih-alih menggambarkan si tokoh secara langsung, penulis dapat menggambarkan si tokoh melalui penglihatan dan opini tokoh lain. My mother was a silent person, able to camouflage herself against the furniture or to disappear in the design of a rug. (Eva Luna, 21) Ibuku seorang yang pendiam, mampu menyamarkan diri terhadap perabotan atau menghilang dalam desain karpet. Dari contoh tersebut dapat dilihat bahwa pengarang menggambarkan karakter Consuelo melalui opini dari tokoh Eva, anak dari Consuelo. Eva mengomentari Consuelo sebagi seorang yang pendiam dan mampu menyamar. 3. Speech (Apa yang dikatakan penutur) “The author can give us an insight into the other character of one of the person in the book through what that person says. Whenever a person speaks, whenever he is in a conversation with another, whenever he puts forward an opinion, he is giving us clues to his character (Murphy 1972: 164).‖ Penulis dapat memberikan informasi mengenai si tokoh melalui apa yang di katakannya dalam percakapan di dalam buku. Setiap kali si tokoh berbicara
30
dengan tokoh lain dalam sebuah percakapan, memberikan opini, itu berarti dia sedang memberitahukan informasi mengenai dirinya. “I’m telling you, I won’t let anyone beat me….” (Eva Luna, 134) ―Kukatakan padamu, tak kubiarkan orang lain menghajarku… .‖ Berdasarkan contoh di atas pengarang menggambarkan karakter Eva melalui perkataan yang dituturkan Eva dalam dialog. Dari perkataan Eva dapat disimpulkan bahwa Eva seseorang yang tangguh dan mampu membela dirinya. 4. Past life (Kisah Masa Lalu) “By getting the reader learn something about a person’s past life, the author can give us a clue to events that have help to shape a person’s character (Murphy, 1972: 166).‖ Dengan memberikan kesempatan kepada pembaca mengenai masa lalu si tokoh, penulis dapat memberikan petujuk kepada pembaca untuk memahami si tokoh tersebut. Cara ini dapat dilakukan dengan komentar langsung dari penulis, pikiran si tokoh, percakapan dan juga melalui tokoh lain yang digunakan sebagai media. She attributed that to the pain of having been abandoned by her lover, to the fear of finding herself pregnant, to her journey through the labyrinths of death on the ship, to the trauma of her miscarriage. Her body had been so mistreated that dread of finding herself in that condition again was stronger than the impulses of youth. She felt that she had paid too high price for love, and that it would be better to avoid it altogether; but something had changed in the last two years she had been with Tao Chi’en, and suddenly love, like desire, seemed inevitable. (Daughter of Fortune, 387)
Dia menghubungkan hal tersebut dengan rasa sakit karena telah ditinggalkan oleh kekasihnya, dengan rasa takut menemukan dirinya hamil, dengan perjalanannya melalui labirin kematian di kapal, dengan trauma keguguran. Tubuhnya telah begitu teraniaya sehingga ketakutan akan
31
menemukan dirinya dalam kondisi seperti itu lagi begitu kuat dibandingkan dengan dorongan masa mudanya. Dia merasa bahwa dia telah membayar dengan harga yang terlalu tinggi untuk cinta, dan karena akan lebih baik untuk benar-benar menghindarinya; tetapi keadaan telah berubah dalam dua tahun terakhir semenjak dia bersama Tao Chi'en, dan tiba-tiba cinta, seperti hasrat, menjadi sesuatu yang tak mungkin terelakkan. Pada contoh tersebut pengarang menggambarkan karakter Eliza melalui narasi tentang kejadian masa lalu yang dituturkan pengarang secara langsung. Dari cerita masa lalu Eliza tergambar penderitaan hidupnya yang akhirnya membuatnya menjadi kuat dan berani mengambil keputusan. 5. Conversation of others (Percakapan Tokoh-Tokoh Lain) “The author can give us clues to a person’s character through the conversations of the other people and things they say about him (Murphy, 1972: 167).‖ Penulis dapat memberikan petunjuk mengenai watak si tokoh melalui percakapan tokoh lain dan apa yang mereka katakan tentang si tokoh tersebut. “I must make some decision regarding Eliza, Jacob. She hasn’t the least notion of her place in society. People are beginning to ask questions and Eliza surely imagines a future that does not befit her. Nothing as perilous, you know, as the demon of fantasy embedded in every female heart.” “Don’t exaggerate my friend. Eliza is still a little girl, but she is intelligent and surely she will find her place.”(Daughter of Fortune, 47) ―Aku harus membuat keputusan mengenai Eliza, Jacob. Dia tidak mempunyai gambaran sedikit pun tentang posisinya di dalam masyarakat. Orang-orang mulai bertanya-tanya dan Eliza pasti mengkhayalkan sebuah masa depan yang tidak pantas untuknya. Tak ada yang lebih berbahaya dibandingkan dengan fantasi yang ditanamkan dalam hati tiap perempuan.‖
32
―Jangan berlebihan, temanku. Eliza walaupun masih anak-anak tetapi dia pintar dan pasti dia bisa menemukan tempatnya.‖ Berdasarkan contoh tersebut pengarang menggambarkan karakter Eliza melalui percakapan dari tokoh Jacob dan Jeremy. Jacob menyimpulkan bahwa walaupun masih kecil namun Eliza cukup pintar dan bisa menemukan posisinya di masa depan. 6. Reactions (Reaksi Tokoh) “The author can give us a clue to a person’s character by letting us know how that person reacts to various situations and events (Murphy, 1972: 168).‖ Penulis dapat memberikan petunjuk mengenai watak si tokoh dengan memberitahukan kepada pembaca bagaimana dia bereaksi terhadap berbagai macam situasi dan peristiwa. “… . I’ll make you change your mind … and you may find yourself falling in love with me.” “I’m sorry, but I doubt that.” (Eva Luna, 222) ―… . Aku pastikan aku akan membuat dirimu berubah pikiran … dan mungkin kau akan menemukan dirimu jatuh cinta padaku.‖ ―Maaf, tapi aku meragukannya.‖ Pada contoh di atas pengarang mencoba menggambarkan karakter Eva melalui reaksi yang ditunjukkan oleh Eva ketika menerima tantangan dari Colonel. Eva dengan yakin menjawab tantangan dari Colonel melalui penolakannya. 7. Direct comment (Tuturan Pengarang) “The author can describe one’s character direction (Murphy, 1972: 170).‖ Penulis dapat menggambarkan sisi watak si tokoh.
33
She was a woman with a sparkling expression who seemed always about to break into flirtatious laughter. (Daughter of Fortune, 23) Dia seorang perempuan yang memiliki ekspresi yang berkilau bak cahaya yang selalu tampak seperti hendak mengeluarkan suara tawa genitnya. Berdasarkan contoh di atas penggambaran karakter Miss Rose dilakukan secara langsung oleh pengarang. Pengarang mengungkapkan bahwa Rose adalah seorang yang ekspresif dan penggoda. 8. Thoughts (Pikiran Tokoh) “The author can give direct knowledge of what a person is thinking about (Murphy, 1972: 171).‖ Penulis dapat memberikan informasi langsung mengenai apa yang dipikirkan si tokoh. Jika para pembaca secara subjektif terlibat dalam pikiran si tokoh, mereka dapat dengan mudah memahami kepribadian dan watak si tokoh, seakan-akan mereka adalah tokoh itu sendiri. I had told myself so often it is a curse to be born a woman that I had some difficulty understanding Melesio’s struggle to become one. I couldn’t see a single advantage, but he wanted it so much he was willing to go through hell to achieve it. (Eva Luna, 88) Aku sudah sering mengingatkan pada diriku bahwa terlahir menjadi seorang perempuan itu adalah sebuah kutukan sehingga aku sulit memahami perjuangan Melesio untuk menjadi seorang perempuan. Aku tak melihat satu keuntungan pun dari menjadi seorang perempuan tetapi dia begitu sangat menginginkannya sampai-sampai dia rela untuk masuk ke dalam neraka untuk meraihnya. Pada contoh di atas pengarang menggambarkan karakter Eva melalui apa yang dipikirkan oleh si tokoh. Dari pemikiran Eva mengenai Melesio tergambar karakter dan sifat Eva kurang sensitif terhadap perasaan Melesio.
34
9. Mannerism (Tingkah laku) “The author can describe one’s mannerism, habits, or idiosyncrasies that may also tell us something about his character (Murphy, 1972: 172).‖ Penulis dapat menggambarkan perangai, kebiasaan atau keunikan si tokoh yang dapat memberikan gambaran mengenai karakternya. Although Consuelo was assigned the most onerous chores, she still found time for her daydreams, and here no one bothered her or interpreted her silences as wondrous gifts. (Eva Luna, 11) Walaupun Consuelo diberikan tugas yang sangat berat, dia masih bisa memiliki waktu untuk berkhayal, dan di tempat ini tak ada seorangpun yang menganggunya
atau
menafsirkan
diamnya
sebagai
anugerah
yang
menakjubkan. Berdasarkan contoh di atas pengarang mengambarkan karakter Consuelo melalui kebiasaanya. Melalui gambaran kebiasaan berkhayal dan bermimpinya pembaca dapat mengetahui tokoh seperti apakah Consuelo.
2.3 Teori Representasi Menurut Mueller (2003) ―The representations are concerned with multiple realms such as space, time, needs, and feelings‖. Representasi berkaitan dengan beragam bidang, seperti ruang, waktu, kebutuhan dan perasaan. Menurut Hall dalam bukunya yang berjudul ―Representation: Cultural Representations and Signifying Practices‖ (1997) representasi tidak bisa lepas dari sebuah kebudayaan yang ada di masyarakat.
35
Hall mengatakan, ―Representation connects meaning and language to culture. ... Representation is an essential part of the process by which meaning is produced and exchanged between memberts of a culture. It does involve the use of language, of signs and images which stand for of represent things.‖ (1997:15) Representasi menghubungkan makna dan bahasa dengan budaya. ... Representasi juga merupakan sebuah bagian penting dari proses. Melalui proses itu, makna tersebut diproduksi dan dipertukarkan antar orang-orang yang ada di lingkup kebudayaan. Di dalamnya juga terdapat penggunaan bahasa, tanda dan gambaran mana yang merepresentasikan sesuatu. Jadi dapat dikatakan bahwa, representasi adalah salah satu cara untuk memproduksi makna konsep dalam pikiran kita melalui bahasa. Sebagai contoh sederhana, ketika kita melihat sebuah meja, maka dengan cepat kita akan mengenali benda tersebut. Ciri benda itu akan tergambar di dalam pikiran kita bahkan, tanpa kita melihat benda nyatanya. Bentuk dan ciri tersebutlah yang merepresentasikan konsep yang kita pikirkan. Hall menjelaskan ada dua sistem representasi, yang pertama, sistem yang termasuk di dalamnya berupa objek, orang, dan kejadian yang berhubungan dengan konsep yang ada di pikiran kita (Hall, 1997:17). Tanpa ketiga hal tersebut, tidak bisa dibangun sebuah makna. Pada dasarnya, hal yang paling penting yang harus dimiliki manusia adalah konsep dan gambaran yang ada di pikiran mereka. Keduanya akan memudahkan manusia untuk merepresentasikan berbagai hal, walaupun sebelumnya belum pernah dilihat ataupun diketahui. Contohnya, perihal neraka dan surga. Semua orang belum pernah melihat kedua tempat tersebut, tetapi konsep neraka dan surga dapat dibayangkan atau dipikirkan.
36
Sistem representasi yang kedua adalah bahasa. Kita harus bisa merepresentasikan atau bertukar makna dan konsep, dan kita hanya bisa melakukannya ketika kita juga memiliki akses terhadap bahasa yang sama. Oleh karena itu, bahasa adalah sistem yang kedua dari representasi yang terlibat dalam keseluruhan proses penciptaan makna. Istilah umum yang kita gunakan untuk kata-kata, suara atau gambar yang memiliki arti disibut tanda. Suara, kata, gambar atau objek apapun yang bisa membawa atau mengekspresikan makna adalah ‗bahasa‘. Hall mengungkapkan tiga pendekatan untuk teori representasi, yaitu reflective approach (pendekatan reflektif), intentional approach (pendekatan intensional), dan constructionist approach (pendekatan konstruksionis). Ketiga pendekatan tersebut dapat menjelaskan bagaimana sebuah representasi dimaknai melalui cara kerja bahasa yang digunakan (Hall 1997:24 - 25). Berikut penjelasan dari ketiganya. 1. Reflective Approach, makna terdapat pada objek, ide, peristiwa yang ada di dunia nyata karena bahasa berfungsi seperti cermin yang memiliki kegunaan untuk merefleksikan makna karena makna tersebut sudah ada di dunia. 2. Intentional Approach, pembicara, penulislah yang menentukan makna mereka masing-masing pada dunia melalui bahasa. Kata-kata bermakna sesuai dengan apa yang dimaksudkan penulis pada kata-kata tersebut. 3. Constructionist Approach, pendekatan ini berhubungan dengan karakter sosial bahasa. Bukan dunia atau pengguna bahasa yang bisa menentukan makna dalam bahasa. Kitalah yang membangun makna melalui sistem representasi – konsep dan simbol. Bukan dunia ini yang memberikan makna melainkan mahkluk
37
sosial yang menggunakan sistem konsep kebudayaan dan bahasa mereka dan sistem representasi yang lain untuk membangun makna. Kemudian, makna ini digunakan untuk merepresentasikan sesuatu dalam kehidupan manusia. Menurut Probyn (2016) ―the systems of representation in which men and women live … not blind biological or genetic life, but the life of experiencing, within culture, meaning and representation‖. Sistem representasi Hall itu tentang pengalaman hidup, dalam kebudayaan, makna dan representasi. Sesuai dengan pembahasan pendekatan pada poin ketiga, hal tersebut dekat dengan sosial dan budaya yang memengaruhi representasi yang digambarkan terhadap perempuan dalam novel ini. Setiap manusia yang hidup di dalam lingkup sosial disebut makhluk sosial karena semua orang pasti berkomunikasi dan bersosialisasi dengan siapapun. Saat seseorang menciptakan sebuah makna, ia menggunakan sebuah konsep yang terbentuk dari sebuah budaya yang telah ada lebih dulu. Bahasa itulah yang kemudian digunakan untuk merepresentasikan konsep tersebut. Bahasa saling berhubungan dengan sistem tanda yang bernama signifié (signifier) dan signifiant. (signified). Signifié merupakan konsep maupun ide yang ada di kepala kita. Kemudian, signifiant bertugas membentuk atau memberikan jawaban dari konsep itu dalam pikiran secara otomatis. Hal tersebut bertujuan untuk memberi makna atau arti sekitarnya. Maka dari itu, konsep dan bahasa saling berkaitan. Pendekatan ini memang memiliki maksud untuk membangun sebuah konsep tertentu. Jika dibahas lebih dalam, pendekatan yang dikemukakan bisa diterapkan pada novel ini karena Constructionist Approach membangun makna serta pembentukan makna yang merepresentasikan konsep dari sekitar melalui bahasa,
38
sesuai dengan identitas tokoh perempuan yang direpresentasikan dalam novel Eva Luna dan Daughter of Fortune. Pembahasan representasi ini akan diteliti dengan mengidentifikasi dengan watak tokoh utama perempuan. Maka dari itu, dari ketiga pendekatan yang diuraikan oleh Hall, Constructionist Approach merupakan pendekatan yang lebih tepat dipakai dalam penelitian ini.