BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Pragmatik Pragmatik merupakan salah satu ilmu yang mempelajari bahasa sebagaimana digunakan dalam kehidupan manusia untuk berbagai macam tujuan sesuai dengan keterbatasan kemampuannya. Pragmatik juga mempelajari tentang maksud penutur, pragmatik juga merupakan ilmu tentang tindak tutur, aspek tutur, situasi tutur, jenis tindak tutur dan masih banyak lainnya. Penutur memerlukan suatu pertimbangan tentang bagaimana cara mereka bertutur, mengatur apa yang ingin mereka katakan yang disesuaikan dengan apa yang akan mereka tuturkan. Untuk memperoleh pengertian pragmatik penulis merujuk kepada pendapat para ahli sebagai berikut ini, menurut pendapat Yule (1996:3) “Pragmatics is concerned with the study of meaning as communicated by a speaker (or writer) and interpreted by a listener (or reader).” Berdasarkan pendapat Yule, pragmatik didefinisikan sebagai studi tentang makna yang dikomunikasikan oleh penutur (penulis) dan ditafsirkan oleh pendengar ( pembaca). Kemudian Yule (1996:4) menegaskan lagi bahwa “The advantages of studying language via pragmatics is that one can talk about people‟ s intended meanings, their assumptions, their purposes or goals, and the kinds of actions”. Pendapat Yule (1996) tersebut mengungkapkan bahwa pragmatik memungkinkan kita untuk memahami makna sebenarnya, asumsi, tujuan dan maksud serta ragam kegiatan yang dilakukan seorang penutur dan lawan tuturnya ketika berbicara.
9
10
Parker (1986:11) menyatakan juga bahwa pragmatik adalah “...the study of how language is used for communicate” maksudnya pragmatik merupakan kajian tentang bagaimana bahasa digunakan untuk berkomunikasi. Parker mengatakan bahwa pragmatik tidak menelaah struktur bahasa secara internal seperti tata bahasa melainkan secara eksternal. Menurutnya, studi tata bahasa tidak perlu dikaitkan dengan konteks sedangkan studi pragmatik mutlak dikaitkan dengan konteks. Oleh karena itu, dalam kajian pragmatik konteks menjadi hal yang penting dalam memaknai suatu ujaran. Pendapat tersebut ditegaskan kembali oleh Carnap (1942:9) “...pragmatics as that kind of investigation in which essential reference is made to the users (speakers) of
language”. Pragmatik sebagai sebuah ilmu yang mempelajari
interpretasi bahasa sebagai acuan untuk menuturkan tuturan yang dilakukan oleh penutur kepada lawan tutur. Dapat dilihat dengan jelas menurut pendapat Yule pragmatik ilmu yang membahas makna yang dikomunikasikan oleh pembicara (penulis) dan makna yang diinterpretasikan oleh pendengar (pembaca), sedangkan menurut Carnap lebih menginterpretasikan bahasa sebagai acuan oleh penutur untuk menuturkan ungkapan. Ada pun pendapat lain dari O’Grady (1993:234) “Pragmatic, which includes the speaker‟s and addressee‟s background attitudes and beliefs, their understanding of the context in which a sentence is uttered, and their knowledge of how language can be used to inform, to persuade, to mislead, and so forth.”. Pragmatik merupakan ilmu yang mempelajari latar belakang sikap dan kepercayaan penutur dan lawan tuturnya, pemahaman mereka terhadap konteks kalimat yang diujarkan, dan pengetahuan mereka tentang bagaimana suatu bahasa
11
dapat digunakan sebagai media untuk memberikan informasi, untuk membujuk, untuk menyesatkan dan lain sebagainya. Berdasarkan pendapat ketiga tokoh tersebut, dapat simpulkan bahwa pragmatik adalah salah satu cabang ilmu yang mempelajari makna yang dikomunikasikan oleh penutur (penulis) kepada lawan tutur (pembaca) untuk diinterpretasikan berdasarkan konteks kalimat yang dituturkannya. Kemudian bahasa sebagai acuan oleh penutur untuk menuturkan tuturannya, dan pehaman apa yang dituturkan oleh penututr kepada lawan tuturnya.
2.2 Tindak Tutur (Speech Act) Tindak tutur merupakan salah satu ilmu yang dipelajari dalam pragmatik, dalam tindak tutur banyak sekali kita temukan tuturan-tuturan yang digunakan dalam kehidupan bermasyarakat. Tuturan-tuturan tersebut harus jelas, agar maknanya dapat dipahami jelas pula oleh lawan tutur. Tindak tutur menurut John R Searle (1969:23-24) mengatakan “pragmatisc basis at least three types of actions that can be realized by a speaker, which is locutionary act, illocutionary act and perlocutionary act”. Secara pragmatis setidak-tidaknya ada tiga jenis tindakan yang dapat diwujudkan oleh seorang penutur, yakni tindak lokusi, tindak ilokusi dan tindak perlokusi. Menurut pendapat Austin (1960:52) “...an utterance the total situation in which the utterance is issued...”. Maksudnya, suatu tuturan pada seluruh situasi dimana tuturan tersebut dituturkan. Teori yang dikembangkan oleh Searle mengenai tindak tutur dipandang konkret oleh beberapa ahli. Searle menggunakan ide-ide Austin sebagai dasar
12
untuk mengembangkan teori tindak tuturnya. Menurut pendapat Searle (1969:16) “communication is not, as has generally been supposed, the symbol, word or sentence or even the token of the symbol, word or sentence, but rather the production or issuance of the symbol or word or sentence in the performance of the speech act”. Komunikasi bukan sekadar lambang, kata atau kalimat, tetapi akan lebih tepat apabila disebut produk atau hasil dari lambang, kata atau kalimat yang berwujud perilaku tindak tutur. Sedangkan menurut pendapat Grundy (2000:49) “...utterances have of counting as actions, such as the actions of persuading, refusing, reassuring, warning
and
apologizing.”
Tindak
ujar
adalah
tuturan-tuturan
yang
diperhitungkan sebagai aksi, seperti aksi membujuk, menolak, menenangkan, memperingatkan dan meminta maaf. Dapat disimpulkan bahwa tindak tutur adalah melakukan suatu aktivitas tuturan yang dikatakan oleh penutur melalui proses kalimat kepada lawan tutur. Menurut Austin (1962:109) tindak tutur dibagi menjadi tiga jenis yaitu tindak lokusi (locutionary act), tindak ilokusi (illocutionary act), dan tindak perlokusi (perlocutionary act).
2.2.1 Tindak Lokusi (Locutionary Act) Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, tindak tutur yang pertama adalah tindak lokusi. Austin mengatakan tindak lokusi sebagai “uttering a sentence with determinate „sense‟ (i.e. non-ambiguous meaning) and reference” (Grundy: 2000:51). Dari pernyataan tersebut dapat diartikan bahwa tindak lokusi
13
adalah ketika kita menuturkan sebuah kalimat dengan memiliki makna yang tetap, tidak memiliki makna yang ambigu. Definisi yang diberikan oleh Austin tersebut didukung juga oleh pernyataan Thomas (1995:49) “the actual words uttered”. Definisi tersebut menunjukkan bahwa tindak lokusi merupakan kata-kata diungkapkan dengan makna yang sebenarnya. Berikut ini adalah contoh kalimat yang termasuk ke dalam tindak lokusi, yaitu: It‟s hot in here! (Thomas:1995:49) Tuturan “it‟s hot in here!” hanya merupakan sebuah pernyataan. Ketika mengatakan tuturan tersebut, makna tindak lokusi atau makna tuturan itu hanyalah mengungkapkan bahwa udara disekitar sini panas.
2.2.2 Tindak Ilokusi (Illocutionary Act) Tindak ilokusi menurut pendapat Austin adalah “...performing an act by uttering a sentence.” (Grundy,2000:51). Tindak lokusi merupakan inti dari tindak pertuturan itu sendiri, adalah menunjukkan sebuah aksi dengan cara menuturkan sebuah kalimat. Definisi lain mengenai tindak ilokusi yang dikatakan oleh Thomas (1995:49) adalah “...the force or intention behind the words.” Menurut Thomas tindak ilokusi sebagai kekuatan atau tujuan di balik kata-kata. Definisi-definisi tersebut dapat tergambarkan pada contoh berikut ini: It‟s hot in here!
14
(Thomas 1995:49) Seperti yang telah diungkapkan sebelumnya, ketika suatu tuturan hanya dipandang dari makna sebenarnya saja yaitu makna secara umum, maka tuturan tersebut hanya menunjukkan tindak lokusi. Tapi, ketika tuturan tersebut dimaknai dari sudut yang berbeda, misalnya ketika seorang menuturkan “it‟s hot in here!” kepada orang yang sedang berada di sebuah ruangan tertutup, tuturan tersebut dapat bermakna lain. Ketika orang yang berada di dalam ruangan tersebut mendengar tuturan tersebut, dia akan melihat ruangan tersebut tertutup dan merasakan panasnya ruangan tersebut. Sehingga dia akan mencoba menyalakan pendingin ruangan agar tidak merasa panas dalam ruangan tertutup tersebut. Dari ilustrasi di atas, suatu tuturan ternyata dapat melakukan sebuah tindakan, yaitu tindakan untuk melakukan sesuatu dengan cara mengungkapkan melalui tuturan. Tuturan tersebut dapat mempengaruhi lawan tuturnya dan mempunyai tujuan tertentu
2.2.3 Tindak Perlokusi (Perlocutionary Act) Jenis ketiga dari tindak tutur adalah tindak perlokusi. Grundy (2000:51), menurut teori Austin tindak perlokusi yaitu “...the effect of the illocution on the hearer.” Maksudnya tindak perlokusi merupakan efek yang ditimbulkan oleh tindak ilokusi pada lawan tuturnya. Agar lebih jelas gambarannya mengenai tindak perlokusi dan apa hubungannya dengan tindak lokusi dan ilokusi, maka kita gambarkan dengan contoh kalimat yang sama: [1] It‟s hot in there!
15
(Thomas, 1995:49) Ketika mengucapkan tuturan “it‟s hot in there!” dan didengar oleh orang yang berada di dalam ruangan yang sama dengan penutur, maka orang tersebut setelah melihat ruangannya tertutup dan pendinginnya ruangannya tidak hidup sehingga dia mengerti segera menghidupkan pendingin ruangan tersebut setelah mendengar tuturan yang telah diucapkan oleh penutur. Secara tidak langsung, melalui tuturan ada efek yang ditimbulkan bagi lawan tutur. Tidak hanya membuat lawan tutur tersebut mengerti maksud tuturannya yang disebut tindak ilokusi, tetapi juga membuat lawan tutur tersebut melakukan permintaan yang dituturkan oleh penutur, yaitu tindak perlokusi.
2.3 Ilokusi Suatu tindakan dapat kita lakukan dengan cara bertutur atau menyatakan sebuah pernyataan dengan memahami maksud bahasa yang disampaikan oleh penutur. Biasanya, hal ini dapat kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari. Si penutur akan mengatakan suatu informasi dalam bentuk pernyataan dan kemudian tuturan tersebut dapat digunakan sebagai tindakan yang dilakukan oleh lawan tuturnya. Penuturan tersebut dapat kita lihat dari cara si penutur bertutur kepada lawan tuturnya, sehingga lawan tutur dapat memahami maksud dan tujuan si penutur tuturkan. Peristiwa tersebut dapat kita lihat dari tindak tutur yang dilakukan oleh penutur. Peristiwa tutur dapat terbatas pada kegiatan atau aspek-aspek yang secara langsung diatur oleh kaidah atau norma si penutur. Ujaran atau tindak tutur terdiri atas satu tindakan tutur atau lebih dalam suatu peristiwa tutur dan situasi tutur.
16
Tindak tutur atau ujaran sangat tergantung kepada konteks ketika penutur bertutur kepada lawan tuturnya agar maksud dan tujuan tuturannya tersampaikan, hal ini dinamakan ilokusi.
2.3.1 Definisi Manusia berinteraksi dengan lingkungannya menggunakan bahasa sebagai alat untuk berkomunikasi. Oleh karena itu, bahasa sangat penting bagi manusia yang berfungsi untuk berinteraksi dengan baik terhadap lingkungannya. Peristiwa tersebut, dinamakan dengan peristiwa tutur yang dilakukan oleh penutur kepada lawan tuturnya, dengan cara berkomunikasi melalui bahasa atau tindakan tutur. Kalimat yang digunakan oleh penutur dapat berupa pernyataan yang memberikan informasi dan berfungsi untuk melakukan suatu tindak tutur. Menurut Austin (1975:121) “the illocutionary act which has a certain force in saying something”. Artinya tindakan ilokusi memiliki kekuatan tertentu dalam menuturkan sesuatu. Ilokusi merupakan tindak tutur yang mengandung maksud dan fungsi atau daya tuturan. Tindak tutur ilokusi bertujuan untuk apa tuturan tersebut dituturkan melainkan bukan hanya untuk memahami makna tuturan yang dituturkan oleh penutur. Dapat disimpulkan bahwa tindak ilokusi adalah sebuah tindak tutur yang dapat memberikan informasi kepada lawan tuturnya tidak hanya dengan cara menyatakan atau meinginformasikan sesuatu saja, tapi tindak tutur ilokusi juga dapat digunakan untuk melakukan suatu tindakan dengan cara mengatakan sesuatu kepada lawan tuturnya. Dengan kata lain, ilokusi adalah tindakan melakukan sesuatu dengan maksud atau tujuan tertentu dalam kegiatan bertutur.
17
2.3.2 Jenis-Jenis Ilokusi Austin (1955:23) membagi tindak ilokusi atas lima kelompok, yaitu: 1. Judgement: penilaian, recounting: penghitungan, dan appraisal: pujian. 2. Power, pelaksanaan kekuasaan pengaruh atau hak, appointing: penunjukan, voting: pemberian suara, ordering: perintah, advice: nasehat dan warning: meminta perhatian. 3. Commited: kegiatan terkait, promising: janji, undertaking: pelaksanaan, dan announcing intention: pernyataan maksud dan declaration of belief or faith: permakluman kepercayaan 4. Social behaviour: tingkah laku sosial, apologizing: permintaan maaf, condoling: pernyataan penyesalan, dan challenging: tantangan. 5. Stance: pendirian sikap, assumption: praduga dan supposition: anggapan. Perbedaan utama antara Austin dan Searle terletak pada penempatan kekuatan ilokusi atas sebuah ujaran. Austin cenderung menekankan realisasi pada maksud penutur atau pembicara, sementara Searle menitiberatkan pada interpretasi pendengar atau lawan tutur. Searle membuktikan bahwa ada tiga cara utama yang menyebabkan tindak tutur dapat beragam: 1. They can differ in the way in which they fit words to the world—he notes that some “illocutions have as part of their illocutionary point to get the words (or more strictly their propositional content) to match the world,
18
others to get the world to match the words. Assertions are in the former category and requests in the latter”. 2. They can differ in terms of the psychological state they express—here he uses “believe”, “want”, and “intend” as primitives, arguing that stating or explaining involves “believing that p”: promising involves “intending that p” and ordering “wanting that p”. 3. They can differ in terms of point or purpose—this is the most important criterion of the three and corresponds to the essential condition in his earlier analysis. Dengan menggunakan tiga dimensi di atas, Searle mengemukakan lima kelas tindak tutur ilokusi, yaitu: 1. Asertif (Assertives) Asertif menurut pendapat Searle (1979:12) yaitu “the point or purpose of the members of the assertive class is to commit the speaker (in varying degrees) to something‟s being the case, to the truth of the expressed proposition”. Poin atau tujuan dari anggota kelompok yang tegas adalah untuk melakukan penuturan (dalam beragam tingkatan) pada kebenaran proposisi yang dituturkan. Misalnya: laporan (statements), pernyataan
(assertions),
deskripsi
(descriptions),
penokohan
(characterization), identifikasi (identifications), mengklaim (claiming), bersumpah (swear), dan lain-lain. Berikut ini adalah contoh dari tindak ilokusi asertif : [2] The earth is flat. [3] It was a warm sunny day.
19
Pada kalimat [2] “The earth is flat”,
penutur menuturkan
kebenaran bahwa faktanya bumi itu datar. Pada kalimat [3] “It was a warm sunny day”, penutur mengatakan tuturan yang terikat pada kebenaran bahwa ketika musim panas udara terasa hangat. 2. Direktif (Directives) Direktif menurut Searle (1979:13) adalah “the illocutionary point of these consists in the fact that they are attempts (of varying degrees, and hence, more precisely, they are determinates of the determinable which includes attempting) by the speaker to get the hearer to do something”. Tindak ilokusi bertujuan untuk menghasilkan suatu efek berupa tindakan yang dilakukan oleh lawan tutur. Misalnya: memesan (ordering), memerintah (commanding), memohon (requesting), berdoa (praying), memerintahkan (instructing), melarang (forbidding), dan lain-lain. Berikut contoh tindak ilokusi direktif adalah: [4] Could you lend me a pen, please? [5] Don‟t touch that. Pada kalimat [4], “Could you lend me a pen, please?” penulis menginginkan
lawan
tuturnya
melakukan
suatu
tindakan,
yaitu
meminjamkan pulpen miliknya kepada penutur. Sedangkan pada kalimat [5] “Don‟t touch that”, penutur meminta kepada lawan tutur agar tidak menyentuh barang yang pada saat itu akan disentuh oleh lawan tutur. 3. Komisif (Commissives) Searle (1979:14) mengatakan “...committ the speaker (again in varying degrees) to some future course of action”. Tindak ilokusi komisif
20
merupakan tuturan yang menunjukkan komitmen penutur terhadap suatu tindakan di masa depan. Misalnya: menjanjikan (promising), menawarkan (offering), berkaul (vowing), mengusahakan (undertake), mengancam (threaten), dan lain-lain. Berikut ini contoh tindak ilokusi komisif: [6] I‟ll be back. [7] I‟m going to get it right next time. Pada contoh kalimat [6] “I‟ll be back”, penutur menjanjikan kepada lawan tutur bahwa ia akan kembali lagi. Sedangkan pada contoh kalimat [7] “I‟m going to get it right next time”, penutur berjanji bahwa dia akan mengerjakan pekerjaannya lebih baik lagi di lain waktu. Dari kedua contoh tersebut dapat kita lihat ada suatu komitmen yang akan dilakukan oleh penutur di masa yang akan datang. 4. Ekspresif (Expressives) Menurut Searle (1979:15) “...express the psychological state specified in the sincerity condition about a state of affairs specified in the propositional content. The paradigms of expressive verb are “thank”, “congratulate”, “apologize”, “condole”, “deplore”, and “welcome”. Tindak ilokusi ekpresif mengungkapkan atau mengutarakan sikap psikologis penutur terhadap keadaan yang tersirat dalam ilokusi. Misalnya: mengucapkan (congratulating),
terima
kasih
mengucapkan
(thanking), maaf
mengucapkan
(apologizing),
selamat
mengucapkan
belasungkawa (condolences), mengucapkan menyesalkan (deploring), dan mengucapkan menyambut (welcoming). Berikut contoh tindak ilokusi ekspresif:
21
[8] I‟m really sorry! [9] Congratulation! Pada contoh kalimat [8] “I‟m really sorry!”, penutur sedang mengungkapkan
sikap
psikologinya,
perasaan
menyesal
terhadap
kesalahan yang telah dia lakukan kepada lawan tuturnya. Pada contoh [9] “Congratulation!”, penutur mengungkapkan sikap psikologinya, perasaan senang yaitu ucapan selamat kepada lawan tutur atas keberhasilan yang telah diraih oleh lawan tuturnya. 5. Deklaratif (Declarations) Deklaratif menurut Searle (1979:16) adalah “...this class that the successful performance of one of its members brings about the correspondence between the propositional content and reality, successful performance guarantees that the propositional content corresponds to the world”. Deklaratif merupakan tuturan yang berupa fakta yang dapat merubah keadaan. Sehingga suksesnya pelaksanaan tindak ilokusi tersebut mengakibatkan adanya kesesuaian antara isi proposisi dengan realitas. Misalnya: mengundurkan diri (resigning), membaptis (christening), memecat (dismissing), memberi nama (naming), menjatuhkan hukuman (sentencing), mengangkat (appointing), mengucilkan (excommunicating), dan lain-lain. Berikut contoh tindak ilokusi deklaratif: [10] Priest: I now pronounce you husband and wife. [11] Referee: you‟re out! Pada kalimat [10] “Priest: I now pronounce you husband and wife”, ketika seorang pendeta menyatakan sepasang pria dan wanita
22
sebagai suami istri, maka disaat yang bersamaan keadaan juga ikut berubah. Pria dan wanita yang sebelumnya hanya sebagai sepasang kekasih, setelah pendeta menuturkan kata-kata tersebut maka sepasang kekasih tersebut sekarang menjadi sepasang suami istri. Pada contoh kalimat [11] “Referee: you‟re out!”, ketika seorang wasit memberi pernyataan kepada seorang pemain yang melanggar peraturan permainan disuruh keluar dari lapangan, keadaan pun berubah setelah wasit tersebut menuturkan kata-kata tersebut kepada pemain. Pada saat
itu
juga
pemain
harus
keluar
dari
lapangan
permainan
tersebut.
2.3.3 Ilokusi Ekspresif Salah satu tindak tutur ilokusi ialah tindak tutur ekspresif. Tindak tutur ekspresif
digunakan
untuk
mengekspresikan,
mengungkapkan
atau
memberitahukan sikap psikologis penutur untuk menyatakan perasaan tertentu kepada lawan tuturnya. Searle (1979:15) mengatakan “the illocutionary point of this class is to express the psychologycal state specified in the sincerity condition about a state of affairs specified in the propotional content. The paradigms of expressive verbs are “thank”, “congratulate”, “apologize”, “condole”, “deplore”, and “welcome””. Maksudnya ilokusi ekspresif adalah untuk mengungkapkan kondisi psikologis yang ditentukan dalam kondisi sebenarnya tentang keadaan yang ditentukan oleh preposisi. Jenis verba ekspresif diantaranya “terimakasih”, “mengucapkan selamat”, “meminta maaf”, “belasungkawa”, “menyesalkan”,”menyambut”.
23
2.3.3.1 Definisi Ilokusi Ekspresif Searle menegaskan dalam bukunya Expression and Meaning: A Taxonomy of Illocutionary Acts (1979:15) “the illocutionary point of this class is to express the psychologycal state specified in the sincerity condition about a state of affairs specified in the propotional content. The paradigms of expressive verbs are “thank”, “congratulate”, “apologize”, “condole”, “deplore”, and “welcome””. Maksudnya ilokusi ekspresif adalah untuk mengungkapkan kondisi psikologis yang ditentukan dalam kondisi sebenarnya tentang keadaan yang ditentukan oleh preposisi. Jenis verba ekspresif diantaranya “terimakasih”, “mengucapkan selamat”, “meminta maaf”, “belasungkawa”, “menyesalkan”,”menyambut”. Dapat disimpulkan bahwa tindak tutur ilokusi ekspresif adalah mengungkapkan atau mengutarakan sikap psikologis penutur terhadap keadaan yang tersirat dalam ilokusi yang berfungsi untuk mengekpresikan sikap dan perasaaan seorang penutur terhadap lawan tuturnya. Tindak tutur tersebut dapat berupa tindakan meminta maaf, berterimakasih, berjanji, belasungkawa, ucapan selamat, menyesalkan, menyambut, memberi maaf, mengecam, memuji, dan lainlain.
2.3.3.2 Tindak Tutur Ilokusi Ekspresif Ilokusi ekspresif merupakan tindak tutur yang ditujukan penuturnya agar tuturannya diartikan sebagai evaluasi tentang hal yang disebutkan di dalam tuturan. Seperti yang telah disebutkan oleh Searle (1979:15) bahwa tindak tutur tersebut memiliki fungsi sebagai berikut:
24
1. Tuturan Ekspresif Menyatakan Terimakasih Tuturan ekspresif
menyatakan terimakasih merupakan ungkapan rasa
bahagia atau rasa syukur atas apa yang telah dilakukan oleh lawan tutur atau mitra tutur kepada seseorang, masyarakat, atau golongan tertentu. Berikut contoh tuturan ekspresif terimakasih: [12] Thank you for helping me with my homework. [13] Thank you for giving me the money Kalimat [12] merupakan tindak tutur ekspresif ungkapan terimakasih, penutur mengungkapkan rasa terimakasihnya karena telah dibantu untuk mengerjakan pekerjaan rumahnya. Kalimat [13] ungkapan terimakasih, penutur mengungkapkan rasa terimakasihnya karena telah diberi uang.
2. Tuturan Ekspresif Menyatakan Ucapan Selamat Tuturan ekspresif mengucapkan selamat merupakan salah satu cara seseorang untuk mengungkapkan ekspresi atas keberhasilan atau kesuksesan seseorang atas apa yang telah diraihnya. Berikut contoh tuturan ekspresif mengucapkan selamat: [14] Happy birthday, Mom. [15] Congratulations on winning the race. Kalimat [14] di atas merupakan tindak tutur ekspresif ungkapan mengucapkan selamat, penutur mengungkapkan selamat ulang tahun kepada ibunya yang berulang tahun. Kalimat [15] merupakan pernyataan ucapan selamat atas keberhasilannya memenangkan perlombaan.
25
3. Tuturan Ekspresif Menyatakan Meminta Maaf Tuturan ekspresif meminta maaf diungkapkan ketika seseorang melakukan kesalahan baik disengaja maupun tidak disengaja dengan mengharapkan respon dari lawan tuturnya. Berikut contoh tuturan ekspresif meminta maaf: [16] I am so sorry. [17] I apologize for stepping on your toe. Kalimat [16] di atas merupakan tuturan meminta maaf kepada lawan tuturnya, atas kesalahan yang dilakukannya kepada lawan tuturnya. Kalimat [17] merupakan tuturan meminta maaf penutur kepada lawan tuturnya karena telah menginjak kaki.
4. Tuturan Ekspresif Menyatakan Belasungkawa Tuturan ekspresif belasungkawa diungkapan ketika seseorang terkena musibah atau meninggal kepada salah satu kerabatnya. Berikut contoh tuturan ekspresif belasungkawa: [18] I am sorry to hear that [19] Although we have no words to erase you sadness, but we are here to keep you smile and always happy. Kalimat [18] di atas merupakan tuturan belasungkawa atas apa yang dia dengar, dan turut merasakan apa yang dirasakan oleh lawan tuturnya. Kalimat [19] merupakan tuturan belasungkawa dan berusaha untuk menghibur lawan tuturnya yang sedag berduka.
26
5. Tuturan Ekspresif Menyatakan Menyesalkan Tutran ekspresif menyesalkan adalah ungkapan yang dituturkan karena perasaan yang kurang nyaman, rasa susah, menderita atau rasa kecewa karena pengharapan yang tidak sesuai dengan keinginan. Berikut contoh tutran ekspresif menyesalkan: [20] Ugh!! You made the children cried yesterday in the hospital [21] It was your fault! Kalimat [20] di atas merupakan tuturan menyesalkan, dikarenakan telah membuat anak-anak menangis kemaren di rumah sakit. Ungkapan ini dikatakan menyesalkan karena ada kata Ugh!! Yang mengacu kepada menyesalkan kejadian tersebut. Kalimat [21] merupakan tuturan menyatakan menyalahkan kesalahan kepada lawan tuturnya atas kejadian yang menimpanya.
6. Tuturan Ekspresif Menyatakan Menyambut Tuturan eskpresif menyambut diungkapkan ketika seseorang menerima atau menyambut ajakan dari seseorang yang mengajak, baik menolak maupun menerima ajakan tersebut, dapat juga diungkapakn ketika menyambut kedatangan seseorang, dan menyambut ucapan salam dari seseorang. Berikut contoh tuturan ekspresif menyambut: [22] Welcome home [23] Hello. Good morning! Kalimat [22] di atas merupakan tuturan sambutan kepada seseorang yang telah datang ke rumahnya, dengan tuturan welcome home. Kalimat [23] merupakan tuturan menyatakan menyambut salam dari seseorang.
27
7. Tuturan Ekspresif Menyatakan Memaafkan Tuturan
ekspresif
memaafkan
dituturkan
ketika
lawan
tutur
mengungkapkan perasaan bersalah, atau telah melakukan kesalahan yang membuat mitra tutur merasa kesal, marah, maupun kecewa. Berikut contoh tuturan ekspresif memaafkan: [24] Student Mr. John
: I am sorry for coming late this class, Sir! : It‟s oke. Please come in!
[25] A: I admit I was wrong B: Okay, just don‟t do it again. Kalimat [24] di atas merupakan tuturan memaafkan kepada muridnya karena telat masuk kelas, dengan tuturan It‟s okey. Kalimat [25] merupakan tuturan ekspresif memaafkan dengan tuturan Okay, just don‟t do it again.
8. Tuturan Ekspresif Menyatakan Mengecam/Mengkritik Tuturan ekspresif mengecam / mengkritik dituturkan ketika seseorang menemukan atau melihat sesuatu yang sangat tidak wajar atau lazim dilakukan oleh orang lain. Misalnya sikap seseorang, sesuatu yang dilakukan oleh seseorang maupun organisasi dan juga tuturan yang tidak wajar. Berikut contoh tuturan ekspresif mengecam / mengkritik: [26] Wow, you are so fat. Don‟t eat too much ! [27] You presented a lot of good and helpful information in it, and I can tell you put a lot of effort into it!
28
Kalimat [26] di atas merupakan tuturan mengkritik temannya yang terlihat gemuk, kemudian dia mengatakan agar jangan makan berlebihan, yang ditandai dengan tuturan don‟t eat too much. Kalimat [27] merupakan tuturan mengkritik secara halus atas presentasi seseorang.
9. Tuturan Ekspresif Menyatakan Memuji Tuturan ekspresif memuji merupakan tindak tutur yang disampaikan oleh penutur dengan melahirkan kekaguman dan penghargaan kepada sesuatu yang dianggap baik, indah, gagah berani, dan sebagainya. Berikut contoh tuturan ekspresif memuji: [28] She is not only beautiful but also kind [29] I love your hair today Kalimat [28] di atas merupakan tuturan memuji wanita yang tidak hanya cantik melainkan juga baik, yang ditandai dengan tuturan she isi not only beautiful but also kind. Kalimat [29] merupakan kalimat memuji karena suka melihat rambutnya yang bagus.
10. Tuturan Ekspresif Menyatakan Menyetujui Tuturan ekspresif menyetujui merupakan tindak tutur yang disampaikan oleh penutur untuk menyatakan setuju atau sepakat dengan membenarkan, mengiyakan atau menerima pendapat dari mitra tutur. Berikut contoh tuturan ekspresif menyetujui. [30] Don‟t worry, I will teach you for make a beautiful dress. [31] You are absolutely right
29
Kalimat [30] di atas merupakan tuturan menyetujui bahwa dia akan mengajari temannya untuk membuat dress yang bagus, yang ditandai dengan tuturan don‟t worry. Kalimat [31] merupakan tuturan menyetujui atas saran yang diberikan.
2.4 Verba dalam Ilokusi Ekspresif Verba tindak tutur ekspresif merupakan jenis tindak tutur yang menyatakan sesuatu yang dirasakan oleh penutur. Menurut Yule (1996) dalam Wahyuni (2006:93) mengatakan tindak tutur ini mencerminkan pernyataanpernyataan psikologis seperti, memaafkan, berterima kasih, mengucapkan selamat, bersimpati. Leech (1983:203) mendefinisikan “speech-act verbs as verb which have, as a mary part of their meaning, a predicate of speaking.”Artinya verba tindak tutur sebagai verba yang memiliki predikat ujaran, yang merupakan bagian utama dari maknanya. Kemudian Leech dalam Oka (1993 : 316) mengungkapkan bila kita membahas verba tindak ujar, kita harus membatasi diri pada verba-verba tertentu dalam bahasa-bahasa tertentu. Dijelaskan kembali oleh Leech (1984) dan Oka (1993:327-328) yang mengatakan bahwa verba tindak tutur ilokusi ekspresif yang dikemukakan antara lain, meminta maaf (apologize), merasa ikut bersimpati (commiserate), mengucapkan selamat (congratulate), memaafkan (pardon), mengucapkan terima kasih (thank). Searle dalam bukunya yang berjudul Speech Act: An Essay in the Philosophy of Language mengatakan (1969:23) “some of the english verbs denoting illocutionary act are “state”, “describe”, “assert”, “warn”, “remark”,”command” “comment”, “order”, “request”, “criticize”,
30
“apologize”,
“censure”,
“approve”,
“welcome”,
“promise”,
“object”,
“demand”, and “argue”. Beberapa kata kerja bahasa Inggris yang menunjukkan tindakan ilokusi adalah "menyatakan", "menggambarkan", "menegaskan", "memperingatkan", memerintah", "mengomentari", "memesan", "permintaan", "mengkritik", "meminta maaf", "mengecam", "menyetujui ", "menyambut", "berjanji ", "menunjuk", " permintaan ", dan" berdebat ". Kemudian Searle dalam buku Expression and Meaning: A taxonomy of Illocutionary Acts juga mengatakan (1979:15) “...The paradigms of expressive verbs are “thank”, “congratulate”, “apologize”, “condole”, “deplore”, and “welcome”.
Jenis-jenis
verba
ilokusi
ekspresif
ialah
“terimakasih”,
“mengucapkan selamat”, “meminta maaf”, “belasungkawa”, “menyesalkan”, ”menyambut”.
2.5 Cerita Anak Bercerita adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh seseorang secara lisan kepada orang lain dengan alat maupun tanpa alat tentang apa yang harus disampaikannya dalam bentuk pesan, informasi atau hanya sebuah dongeng, yang dikemas dalam bentuk cerita yang didengarkan dengan rasa menyenangkan. Pada usia kanak-kanak bercerita merupakan salah satu metode pengembangan bahasa yang dapat mengembangkan beberapa aspek fisik maupun psikis terhadap anakanak sesuai dengan tahap perkembangannya. Sedangkan metode bercerita adalah cara penyampaian atau penyajian materi pembelajaran secara lisan yang digunakan dalam bentuk cerita baik dari guru kepada anak maupun orang tua kepada anak.
31
Perkembangan bahasa pada dasarnya dimulai sejak tangis pertama bayi dilahirkan ke dunia, sebab tangis bayi dapat dianggap sebagai bahasa anak. Menangis bagi anak dapat sebagai sarana mengekspresikan kehendaknya. Dan inilah yang disebut dengan bahasa ekspresif dimana tangisan bayi merupakan bahasa dalam mengekpresikan keinginan dan perasaannya melalui tangisan tersebut. Jadi, bahasa ekspresif yaitu cara seorang anak untuk mengungkapkan perasaan, keinginan, serta kata-katanya kepada orang lain yang berada di sekitarnya yang berupa secara tangisan atau secara lisan. Dalam pembelajaran di sekolah, seorang guru harus dapat memahami bagaimana peran dan fungsi metode bercerita dalam mengembangkan kemampuan berbahasa anak, seperti kemampuan berbahasa secara reseptif (understanding) yang bersifat pengertian dan kemampuan berbahasa secara ekspresif (producing) yang bersifat pernyataan. Saat anak berusia kanak-kanak mereka dalam fase perkembangan bahasa secara ekspresif. Hal tersebut dapat kita lihat bahwa anak telah dapat mengungkapkan keinginannya, penolakannya, maupun pendapatnya dengan menggunakan bahasa lisan. Bahasa adalah alat komunikasi sebagai wujud dari reaksi sosialisasi dalam mengungkapkan gagasan atau ide-ide dan perasaan-perasaan oleh setiap individu sehingga untuk mengembangkan bahasa yang bersifat ekspresif, seorang anak memerlukan cara yang sesuai dengan tingkat perkembangan usianya dengan memperhatikan faktorfaktor yang mempengaruhi pribadi anak tersebut. Bercerita dapat membantu anak-anak untuk mengembangkan dan melatih kemampuan berbahasa yang dimilikinya, melalui bercerita anak juga lebih dituntut aktif untuk mengembangkan cara berbahasa mereka, khususnya bahasa
32
ekspresif yang dapat dibantu oleh arahan dan bimbingan guru maupun orangtua. Hal ini juga merupakan sesuatu yang sangat menarik dan digemari oleh anakanak, bahkan jika cara bercerita yang digunakan ditunjang dengan penggunaan bahasa yang sederhana dan mudah dipahami oleh anak-anak, sehingga mereka lebih berpotensi dalam mengembangkan bahasa yang bersifat ekspresif.
2.5.1 Bahasa Ekspresif Anak Bahasa dan pengekpresian bahasa merupakan dua hal yang berbeda. Bahasa berada di dalam otak manusia, dan hal itu akan tetap ada walaupun bahasa tersebut diekspresikan atau tidak . Seseorang yang tidak dapat berbicara atau bisu bukan berarti ia tidak memiliki bahasa. Mereka akan tetap bisa memahami tentang kosa kata bahasa dan dapat menyimpan pengetahuannya dalam bentuk bahasa. Komunikasi merupakan suatu cara untuk menyampaikan bahan pengembangan bahasa yang dilaksanakan melalui berbicara, misalnya mengucapkan salam dalam bentuk tanya-jawab antara anak dengan guru atau anak dengan anak, kemudian dikomunikasikan secara lisan dan salah satu bentuk komunikasi antar pribadi, dimana satu dengan yang lainnya saling berkomunikasi pikiran dan perasaan secara verbal atau kemampuan mewujudkan bahasa yang reseptif dan ekspresif dalam suatu dialog yang terjadi dalam suatu situasi. Menurut Widodo (2008:4) berpendapat bahwa “ Bahasa ekspresif adalah kemampuan anak untuk mengeluarkan kata-kata yang berarti”. Kemudian Fizal (2008:3) juga mengemukakan pendapat bahwa “Bahasa ekspresif adalah bahasa lisan dimana mimik, intonasi, dan gerakan tubuh dapat bercampur menjadi satu untuk mendukung komunikasi yang dilakukan”. Dari penjelasan tersebut dapat
33
kita simpulkan bahwa pengertian bahasa ekspresif yaitu cara seorang anak untuk mengungkapkan perasaan dengan menggunakan kata-kata kepada orang lain yang berada di lingkungan yang mempunyai arti dan dapat dicampur dengan gerakan tubuh untuk mendukung komunikasi yang dilakukannya. Anak-anak dapat mengekspresikan bahasa dengan berbagai cara. Caranya dapat berupa berbicara dan menulis merupakan, hal ini merupakan keterampilan bahasa ekspresif yang melibatkan pemindahan arti melalui symbol visual dan verbal yang diproses kemudian diekspresikan oleh anak-anak. Ketika anak-anak berbicara dan menulis, mereka dapat menguraikan bahasa serta mengartikan maksudnya. Dalam pengertiannya, bahasa ekspresif yaitu cara seorang anak untuk mengungkapkan perasaan mereka melalui kata-kata kepada orang-orang yang berada dilingkungannya, terutama kepada orangtuanya. Dari beberapa penjelasan diatas oleh para ahli, dapat disimpulkan bahwa pengertian bahasa ekspresif yaitu cara seorang anak untuk mengungkapkan perasaan dengan menggunakan kata-kata kepada orang lain yang berada di lingkungan yang mempunyai arti dan dapat dicampur dengan gerakan tubuh.
2.5.2 Cerita dalam Bahasa Ekspresif Anak Menikmati sebuah cerita dimulai tumbuhnya seorang anak semenjak mereka mengerti akan peristiwa yang terjadi di sekitarnya kemudian memorinya mampu merekam beberapa kabar berita, masa tersebut biasa terjadi pada anak usia 4-6 tahun yang ditandai oleh berbagai kemampuan. Menurut Depdiknas Dhieni (2006:64) menjelaskan sebagai berikut: a. Mampu menggunakan kata ganti saya dalam berkomunikasi.
34
b. Memiliki berbagai perbendaharaan kata kerja, kata sifat, keadaan, kata tanya dan kata sambung. c. Menunjukkan pengertian dan pemahaman tentang sesuatu d. Mampu mengungkapkan pikiran, perasaan dan tindakan dengan menggunakan kalimat sederhana e. Mampu membaca dan mengungkapkan sesuatu melalui gambar. Kemudian Dhieni (2006 : 635) menjelaskan langkah-langkah penerapan metode bercerita dengan menggunakan alat peraga berupa buku cerita ada delapan, yaitu: 1. Anak mengatur posisi duduknya 2. Anak memperhatikan guru menyiapkan alat peraga 3. Anak termotivasi untuk mendengarkan cerita 4. Anak diberi kesempatan untuk memberi judul cerita 5. Mendengarkan judul cerita 6. Anak mendengarkan cerita guru sambil memperhatikan gambar yang guru perlihatkan 7. Setelah selesai bercerita anak memberikan kesimpulan isi cerita. 8. Guru melengkapi kesimpulan tentang isi cerita dari anak Dapat disimpulkan, dengan demikian seorang anak pada usia mereka yang masih balita bisa memperhatikan penyampaian cerita sederhana yang sesuai dengan karakternya, kemudian mereka akan mendengarkan cerita tersebut dan akan menikmatinya dengan seksama tentang apa yang disampaikan oleh orang lain, sehingga anak-anak bisa bertanya kalau ada sesuatu yang tidak dipahami kemudian anak dapat menjawab pertanyaan selanjutnya. Bercerita yang disertai
35
ekspresi tentang apa yang anak-anak dengarkan sehingga dapat memahami isi cerita tersebut. Jadi, untuk mengembangkan kemampuan berbahasa anak memiliki cara-cara tersendiri sesuai dengan tahapan dan perkembangannya agar dapat menanggapi suatu pokok bahasan yang diceritakan. Sehingga anak-anak secara bertahap dapat berpikir, menuangkan pikirannya, melalui lisan maupun tulisan yang dapat mereka apresiasikan dalam bentuk bercerita.