BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian tentang Anak Tunagrahita Ringan 1. Pengertian Anak Tunagrahita Ringan Penyandang tunagrahita ringan merupakan bagian dari klasifikasi tunagrahita menurut IQ dari sudut pandang kemampuan pendidikan. Dalam penelitian ini, penulis hanya membahas tunagrahita ringan karena penulis menggunakan subyek tunagrahita ringan. Menyebut tunagrahita ringan ada beberapa istilah, antara lain: debil, moron dan tunagrahita mampu didik. Untuk memperjelas pengertian istilah tersebut di bawah ini akan dikemukakan batasan pengertian penyandang tunagrahita ringan dari beberapa ahli. Samuel A. Kirk (Moh. Amin, 1995: 22) memberikan batasan pengertian penyandang tunagrahita ringan sebagai berikut : “The educable mentally retarded child has been defined as one who has potentialities for development in (1) minimum educability in the academicts of the school, (2) social adjustment to such a point that he can get along independently in the community, and (3) minimum occupational adequacy to such a degree that he can later support himself partially or totally at the adult level”. Berdasarkan batasan pengertian tersebut, jika diartikan kurang lebih sebagai berikut:“anak tunagrahita ringan menunjuk pada seseorang yang memiliki potensi yang berkembang dalam (a) kemampuan akademik yang minimum dalam mata pelajaran di sekolah, (b) penyesuaian sosial untuk hidup mandiri dalam masyarakat, dan (c) kemampuan pekerjaan yang minimum sampai pada tingkat tertentu, sehingga dapat menopang dirinya
10
11
sendiri baik sebagian maupun keseluruhannya pada tingkat orang dewasa”. Sutjihati Soemantri (2007: 107) memberikan batasan mengenai anak tunagrahita ringan sebagai berikut : “Anak terbelakang mental ringan dapat dididik menjadi tenaga kerja semi skilled, seperti pekerjaan laundri, pertanian, peternakan, pekerjaan rumah tangga, bahkan jika dilatih dan dimbing dengan baik anak tunagrahita ringan dapat bekerja di pabrik-pabrik dengan sedikit pengawasan. Namun demikian anak terbelakang mental ringan tidak mampu melakukan pesnyesuaina sosial secara independent”. Menurut Sunaryo Kartadinata (1996: 86) pada umunya anak tunagrahita ringan tidak mengalami gangguan fisik. Anak tunagrahita ringan secara fisik tampak seperti anak normal pada umumnya. Oleh karena itu agak sukar membedakan secara fisik antara ank tunagrahita ringan dengan anak normal. Namun dalam memberikan pendidikan, anak tunagrahita ringan dilakukan pada sekolah pendidikan luar biasa. Sedangkan menurut Mulyono Abdurracman dan Sudjadi S (1994: 26-27) memberikan batasan mengenai anak tunagrahita ringan sebagai berikut : “Anak tunagrahita ringan karena perkembangan mentalnya yang tergolong sub normalia akan mengalami kesulitan dalam mengikuti program regular di sekolah dasar. Meskipun demikian, anak tunagrahita ringan dipandang masih memiliki potensi untuk menguasai pelajaran akademik di sekolah dasar, mampu dididik untuk melakukan penyesuaian sosial yang dalam jangka panjang dapat berdiri sendiri dalam masyarakat dan mampu bekerja untuk menopang sebagian atau keseluruhan kehidupan orang dewasa”. Berdasarkan dari beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa anak tunagrahita ringan ialah seseorang yang memiliki IQ antara 50-70 masih mempunyai potensi untuk berkembang dalam kemampuan akademik di sekolah, dapat dididik keterampilan hidup sehari-hari, serta
12
memerlukan program khusus serta bimbingan khusus agar dapat berkembang potensinya seoptimal mungkin untuk hidup kemandiriannya di masyarakat.
2. Karakteristik Anak Tunagrahita Ringan Menurut Astati (1996: 26) anak tunagrahita ringan (mampu didik) mempunyai karakteristik sebagai berikut: a. Karakteristik Fisik Penyandang tunagrahita ringan dewasa memiliki keadaan tubuh yang baik, namun jika tidak mendapat latihan yang baik kemungkinan akan mengakibatkan postur fisiknya kurang dinamis dan kurang berwibawa. Oleh karena itu anak tunagrahita ringan membutuhkan latihan keseimbangan, bagaimana membiasakan diri untuk menunjukkan sikap tubuh yang baik yang memiliki gambaran tubuh dan lain-lain. b. Karakteristik Bicara/Berkomunikasi Kecerdasan paling tinggi sama dengan anak normal yang berusia 12 tahun walaupun ia telah mencapai usia dewasa. Anak tunagrahita ringan dapat membaca hal-hal yang sering dilihat ataupun didengar. c. Karakteristik Pekerjaan Dalam hal pekerjaan mereka dapat mengerjakan hal-hal yang sifatnya semi skilled. Pekerjaan-pekerjaan tertentu dapat dijadikan bekal hidupnya. Mereka dapat berproduksi lebih baik daripada kelompok tunagrahita lainnya. Mereka dapat mempunyai penghasilan. Salah satu karakteristik anak tunagrahita ringan adalah anak dapat mengerjakan pekerjaan yang tidak banyak melibatkan pikiran yang tinggi, sehingga anak lebih cocok mendapatkan latihan keterampilan sesuai dengan bakat dan minat anak serta kemampuan yang dimilikinya. Kurangnya kecerdasan, terlambatnya perkembangan mental, menyebabkan anak tunagrahita ringan mengalami kelainan dalam berpikir, bertingkah laku, maupun dalam sosial kemasyarakatan. Untuk mengembangkan kemampuan sampai optimal, diperlukan program layanan pendidikan yang
13
khusus atau Pendidikan Luar Biasa. Layanan pendidikan yang dibutuhkan oleh anak penyandang kelainan, tentu harus diperhatikan dengan seksama dan disesuaikan dengan kemampuan yang dimiliki serta berdasarkan karakteristiknya. Choirul Anam (1995: 88-89) menyebutkan bahwa ciri-ciri anak tunagrahita ringan sebagai berikut: a. Penampilan fisik tidak banyak berbeda dengan anak normal lainnya. b. Daya pikir cukup mampu menyertai tingkah lakunya. c. Mampu
memecahkan
berbagai
masalah
sehari-hari
dengan
kemampuan berpikirnya. d. Daya fantasi, kemampuan abstraksi yang masih mampu mendukung diperolehnya kecakapan tertentu. Moh. Amin (1995: 37) mengemukakan bahwa karakteristik anak tunagrahita ringan, sebagai berikut: a. Lancar dalam berbicara, tetapi kurang perbendaharaan kata-katanya. b. Sulit berpikir abstrak. c. Pada usia 16 tahun, anak mencapai kecerdasan setara dengan anak normal usia 12 tahun. Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa karakteristik anak tunagrahita ringan yaitu anak yang mengalami perkembangan di bawah normal baik fisik, mental, bahasa dan kecerdasan, mengalami keterbatasan dalam aspek kehidupannya, tetapi masih dapat dilatih mengenai keterampilan-keterampilan untuk dijadikan bekal hidupnya,
14
dapat dilatih pekerjaan yang bersifat keterampilan yang rutinitas, serta mereka lebih baik dari kelompok tunagrahita lainnya. Mempertimbangkan berbagai karakteristik penyandang tunagrahita ringan tersebut, maka latihan keterampilan yang diberikan disesuaikan dengan kondisi dan kemampuannya yang nantinya dapat menjadikan bekal untuk hidup mandiri.
B. Kajian tentang Pembelajaran Keterampilan Menyulam Taplak Meja 1. Pengertian Pembelajaran Pembelajaran merupakan proses belajar yang dilakukan individu setelah mencapai sesuatu atau suatu usaha untuk mengupayakan individu melakukan
proses
perubahan,
pengembangan,
dan
peningkatan.
Sedangkan menurut Dimyati dan Mudjiono (Mumpuniarti, 2007: 35) program pembelajaran berisi urutan perilaku yang dikehendaki, penguatan, waktu mempelajari perilaku, dan evaluasi. Kegiatan mengajar adalah suatu aktivitas yang disengaja diciptakan oleh guru. Guru yang mengajar dan anak didik yang belajar, perpaduan dari kedua unsur manusiawi ini melahirkan interaksi edukatif dengan memanfaatkan bahan sebagai media pembelajaran. Dalam pelaksanaan pembelajaran, semua komponen pengajaran diperankan secara optimal guna mencapai tujuan pengajaran yang telah ditetapkan sebelum pengajaran dilakukan. Dari pendapat tersebut diketahui bahwa proses pembelajaran adalah, suatu kegiatan yang sengaja diciptakan dan
15
merupakan hubungan interaksi timbal balik antara guru dan siswa yang menggunakan
media tertentu dan melibatkan seluruh komponen
pengajaran untuk mencapai tujuan pengajaran yang telah direncanakan. Punaji Setyosari (2000: 38-39) mengemukakan bahwa teori pembelajaran berusaha meningkatkan peristiwa khusus yang membentuk pembelajaran ke dalam proses-proses belajar dan hasil-hasil belajar dari ilmu pengetahuan yang dihasilkan oleh penelitian dan teori belajar. Teoriteori pembelajaran bersifat pereskriptif dalam arti bahwa pembelajaran yang akan mengoptimalkan belajar, refensi, dan transfer belajar. Lebih lanjut Punaji Setyosari (2000: 39-40) mengajukan tiga komponen utama tentang suatu teori pembelajaran, yaitu: a. Metode Metode pembelajaran adalah cara yang berbeda-beda untuk mencapai tujuan dalam kondisi yang berbeda pula. b. Kondisi Kondisi pembelajaran adalah faktor-faktor yang mempengaruhi efek atau dampak metode dan oleh sebab itu kondisi pembelajaran ini sangat penting untuk menentukan metode yang digunakan. Kondisikondisi ini merupakan faktor atau variabel baik, yang berinterakasi dengan metode untuk mempengaruhi efektifitas relatif maupun faktorfaktor yang tidak dapat dimanipulasi dalam situasi tertentu (di luar pengendalian guru).
16
c. Hasil Hasil pembelajaran adalah berbagai dampak yang memberikan suatu ukuran kegunaan metode dalam berbagai kondisi.
2. Pengertian Keterampilan Keterampilan adalah mata pelajaran yang berisi kemampuan perceptual, apresiatif dan kreatif produktif dalam menghasilkan benda produk kerajinan dan atau produk teknologi (Depdiknas, 2004: 2). Struktur pengetahuan dalam mata pelajaran keterampilan terdiri dari antara lain jenis, bentuk dan fungsi benda kerajinan dan atau teknologi, alat, bahan, proses dan teknik, struktur visual, aspek tema/subject matter, dan konteks budaya misalnya aspek kesejahteraan, daerah asal, segmentasi pengguna. Mata pelajaran ini terbuka kesempatan untuk berintegrasi dengan pengetahuan dengan mata pelajaran lain. Seluruh aktivitas pembelajaran akan memberikan bekal kepada siswa luar biasa agar inovatif, adaptif dan kreatif melalui pengalaman belajar yang menekankan pada aktivitas fisik dan aktivitas psikologis agar bekal dan pengalaman siswa luar biasa menjadi karya dan beragam. Pembelajaran keterampilan atau skill harus diberikan kepada setiap individu agar mereka mempunyai kecakapan yang baik serta dapat bekerja secara cepat dan terampil. Dilihat dari sudut perkataan (WJS. Poerwadarminto,
2007: 108) keterampilan berasal dari kata “trampil”
dalam bahasa Jawa, yang berarti cakap dalam mengerjakan sesuatu.
17
Pendapat St. Vembriarto (1981: 52) juga mengemukakan bahwa keterampilan dalam arti sempit yaitu kemudahan, kecepatan, dan ketepatan dalam tingkah laku motorik yang juga disebut normal skill. Sedangkan dalam arti luas, keterampilan meliputi aspek normal skill, intelectual skill, dan social skill. Keterampilan yang diberikan untuk anak tunagrahita dalam penelitian ini adalah keterampilan menyulam. Dalam pembelajaran keterampilan
menyulam
ini
diharapkan
anak
tunagrahita
dapat
memperoleh keterampilan khusus supaya anak dapat memenuhi kebutuhan hidup mereka di tengah-tengah masyarakat. Berdasarkan
pendapat
tersebut,
bahwasanya
keterampilan
mempunyai arti sebagai suatu kecekatan, terampil artinya kemampuan melakukan pekerjaan dengan cepat dan tepat. Pendidikan keterampilan adalah pendidikan yang diberikan kepada siswa dengan tujuan agar siswa memiliki kecekatan, kecakapan atau kemampuan untuk melakukan suatu kegiatan atau pekerjaan dengan cepat dan tepat.
3. Pengertian Pembelajaran Keterampilan Menyulam Menurut AJ. Boesro (2005: 6) menyulam adalah suatu media untuk menghasilkan sebuah gambar layaknya seorang pelukis menggunakan kuas dan cat, seorang penyulam menggunakan jarum dan benang. Sedangkan menurut Wasia Roesbani P. (2009: 25) menyulam merupakan seni sulam yang menjadikan suatu permukaan kain menjadi lebih indah dengan menggunakan benang secara dekoratif
18
Menyulam adalah suatu seni keterampilan jahit-menjahit dengan tangan untuk menjadikan suatu penampilan permukaan berbahan kain menjadi lebih indah, yang dalam pekerjaannya membutuhkan suatu jiwa seni yang tinggi dan memerlukan ketekunan dan kesabaran untuk mendapatkan suatu sulaman yang indah. Dalam menyulam dengan tangan seseorang dapat menuangkan segala inspirasi dalam bentuk karya menyulam, dimana inspirasi tersebut kadang-kadang diperoleh dari bakat jiwa seni dan bisa juga timbul dari alam sekitar, misalnya dengan melihat pemandangan tumbuh-tumbuhan, bunga-bungaan, binatang, dan lain-lain. Dari seni dapat tercipta motif-motif gambar sulaman yang dituangkan diatas kain dengan memadukan bermacam-macam tusuk hias dan bermacam-macam warna benang. Harso Pranoto (1987: 16) mengemukakan bahwa pendidikan keterampilan adalah bimbingan yang diberikan kepada seorang siswa yang sedang mempersiapkan diri untuk bekerja atau membuka suatu usaha. Kerangka pemikiran yang mendasari pemberian pendidikan keterampilan bagi siswa adalah: a. Untuk pengetahuan dan kecakapan yang belum pernah ada pada seseorang. b. Untuk meningkatkan taraf pengetahuan dan kecakapan c. Untuk memberi pengetahuan dan kecakapan baru. Bagi anak berkebutuhan khusus, khususnya tungrahita ringan, pendidikan keterampilan sangat dibutuhkan seperti halnya anak normal
19
karena dengan keterampilan diharapkan anak tunagrahita ringan memiliki bekal untuk mencari nafkah sehari-hari juga mampu meningkatkan harkat dan martabat hidupnya di tengah-tengah kehidupan bermasyarakat.
4. Tujuan
Pembelajaran
Keterampilan
Menyulam
pada
Anak
Tunagrahita Ringan Sesuai dengan tujuan kurikuler pendidikan keterampilan, serta mengingat kondisi anak tunagrahita ringan, maka tujuan diberikan keterampilan ini sebagai berikut: a. Agar anak tunagrahita ringan memiliki pengetahuan dan keterampilan dasar menyulam dengan tangan. b. Agar anak tunagrahita ringan dapat memelihara dan mengetahui peralatan untuk menyulam. c. Agar anak tunagrahita ringan mengetahui macam-macam tusuk hias untuk menyulam. d. Agar anak tunagrahita ringan bisa menambahkan keindahan dari suatu benda bahan kain, dan dapat mempertinggi nilai mutu benda tersebut. e. Percaya pada diri sendiri dan sikap makaryo. f. Agar dapat hidup wajar dan mampu menyesuaikan diri ditengahtengah kehidupan masyarakat. g. Memiliki sekurang-kurangnya satu jenis keterampilan khusus yang sesuai dengan minat dan kebutuhan didalam lingkungannya sebagai bekal mencari nafkah. Jakarta Depdikbud (1997: 365) tentang
20
Pedoman Pelaksanaan Kurikulum SLB untuk Anak Terbelakang Mental.
5. Jenis-Jenis Materi Pembelajaran Keterampilan Jenis-jenis materi pembelajaran keterampilan yang ada di SLB PGRI Minggir sebagai persiapan vokasional, antara lain: a. Keterampilan membordir. b. Keterampilan menjahit/menyulam. c. Keterampilan merajut. d. Keterampilan memasak/boga. e. Keterampilan pertukangan. f. Keterampilan keramik. Seorang siswa dapat memilih salah satu keterampilan yang sesuai dengan bakat dan minat yang dikuasai, sehingga siswa nantinya dapat menguasai benar keterampilan tersebut dan dapat digunakan untuk bekal dikemudian hari.
6. Macam-Macam Tusuk Hias untuk Menyulam dengan Tangan Tusuk hias adalah suatu seni jahit tangan yang menghasilkan nilai dan keindahan. Maka sebelum mulai mempraktekkan perlu mengetahui macam-macam tusuk hias dan teknik untuk menghias atau menyulam, serta caranya. Selain hal tersebut perlu diketahui bagaimana cara memulai
21
dan mematikan benang agar di dalam prakteknya memperoleh hasil yang rapi dan kuat (Depdikbud, 1994: 55-58), di antaranya: a. Cara Memulai Tusukkan jarum dimulai dari bagian buruk kain dengan mengambil sedikit kain satu atau dua kali lalu masukkan jarum ke bagian baik dan dapat memulai menyulam. b. Cara Mematikan Tusukkan kembali jarum dari bagian yang baik ke bagian buruk kain, lalu mengambil sedikit kain satu atau dua kali seperti memulai tadi lalu ujung benang digunting agar rapi. Adapun macam-macam tusuk hias dan teknik untuk menghias antara lain: a. Tusuk Jelujur Tusuk ini berguna untuk jahitan sementara sebelum dijahit dengan mesin jahit, juga berguna untuk memberikan tanda pada kain yang tipis (pengganti dari merader), juga dipakai untuk perhiasan pinggiran sapu tangan, baju bayi atau kebaya. Caranya: tusukkan jarum dan benang dari kanan ke kiri sekali tusuk sekali tarik atau beberapa kali tusuk kemudian tarik. b. Tusuk Tikam Jejak Tusuk ini biasanya digunakan untuk menjahit sarung atau menyulam tangkai bunga juga dapat dipakai untuk menjahit pakaian, kain-kain rumah tangga, bila tidak punya mesin. Caranya: arah dari kanan kekiri
22
dengan jahitan maju mundur, hasil jahitan atas hampir menyerupai jahitan mesin dan hasilnya cukup kuat. c. Tusuk Rantai Tusuk ini untuk menghias kain dan menjahit kantong-kantong (kantong terigu, kantong beras). Caranya: dengan melingkarkan benang pada tusukkan berikutnya, arah dari kanan kekiri. d. Tusuk Tangkai Tusuk ini dipergunakan untuk menghias kain pada motif tangkai atau tepi motif. Caranya: dimulai dari kiri kekanan berjalan mundur pada satu garis hasilnya pada bagian buruk kain menyerupai tusuk tikam jejak. e. Tusuk Flanel Tusuk ini dipergunakan untuk menghias kain dan melipat bagian bawah celana/rok. Caranya: dimulai dari kiri kekanan berjalan mundur dari atas kebawah, tusukkan lalu tarik keatas dari bagian atas tampak seperti silang. f. Tusuk Feston Tusuk ini selain untuk menghias kain dapat juga dipakai untuk menjelaskan dan merapikan tepi kain/kampuh. Caranya: dapat dimulai dari kiri kekanan atau sebaliknya, benang harus dibawah jarum lalu ditarik.
23
g. Tusuk Silang Tusuk ini untuk menghias kain dan membuat hiasan dinding (kristik). Caranya: dapat dikerjakan sekaligus atau searah dahulu baru arah yang lainnya. Tusuk ini lebih mudah dikerjakan diatas strimin atau kain kotak-kotak. h. Tusuk Pipih Tusuk ini dipergunakan untuk menghias kain pada motif-motif daun, bunga, tangkai yang agak besar. Caranya: jarum ditusukkan rapat-rapat sejajar mengikuti motif. i.
Tusuk Mawar Tusuk ini untuk membuat bunga mawar atau hiasan kecil-kecil. Caranya: melilitkan benang beberapa kali pada jarum ditusukkan (dimatikan pada kain, lilitan tadi bisa berbentuk seperti mawar).
Adapun macam-macam teknik untuk menghias, yaitu: a. Teknik Melekatkan Benang Untuk menghias kain yang dipakai benang besar (kasar). Caranya: benang hias yang diletakkan dililit dengan benang yang lain, dengan mempergunakan tusuk pipih atau tusuk silang. Motif usahakan merupakan rangkaian garis yang tidak terputus pada awal dan akhir pekerjaan ujung benang yang diletakkan dimasukkan kebelakang kebawah kain dasar.
24
b. Teknik Melekatkan Pita Hias Dapat digunakan pita jadi atau membuat sendiri dari kain polos, bergaris atau kain kotak-kotak. Caranya: dengan menggunakan bermacam-macam tusuk hias seperti tusuk silang, tusuk rantai, tusuk festoon dan lain-lainnya yang berfungsi untuk melekatkan sekaligus untuk menghias hiasan pita tersebut, biasanya dikerjakan pada bendabenda yang lurus (taplak meja, loper, bantalan kursi dan lain-lain), dengan bentuk yang menarik dan teratur. c. Teknik Merubah Corak Merubah corak dikerjakan pada kain yang bercorak seperti bergaris, dan berbintik. Tusuk hias yang digunakan ialah tusuk jelujur, tusuk silang, tusuk rantai terbuka dan dan sebagainya. Di antara bermacam-macam tusuk hias dan bermacam teknik hias diatas, yang penulis gunakan untuk menyulam taplak meja dengan tangan adalah tusuk tangkai, tusuk rantai, tusuk pipih dan tusuk mawar. Penulis memilih empat macam tusuk hias tersebut, karena bila penulis memberikan semua macam tusuk hias tersebut anak tunagrahita ringan tidak mampu karena anak tunagrahita ringan terbatas kemampuannya, penulis memberikannya secara bertahap.
25
7. Pendekatan Keterampilan Menyulam pada Anak Tunagrahita Ringan Melatih keterampilan menyulam dengan tangan bagi penyandang tunagrahita ringan tidaklah mudah, karena mereka mempunyai IQ yang rendah tetapi jika dilatih secara terus menerus serta menggunakan metode pendekatan yang tepat maka kemungkinan besar mereka akan memiliki kecakapan keterampilan menyulam. Depdikbud memberikan beberapa pendekatan
yang
dapat
digunakan
untuk
melatih
keterampilan
(Depdikbud, 1997: 367), antara lain: a. Individual Approach (Pendekatan Secara Individu) Karena kecerdasan anak tunagrahita ringan terbatas maka dalam memberikan bimbingan dan latihan keterampilan tiap-tiap murid perlu dilayani secara perorangan (individu), sehingga mereka memperoleh perhatian sepenuhnya. Tiap kesalahan segera dapat diketahui dan dibetulkan. b. Practical Approach (Pendekatan Secara Praktis) Salah satu ciri anak tunagrahita adalah kemampuan yang sangat terbatas, oleh karena itu materi latihan harus sederhana dan praktis. c. Group Work Approach (Pendekatan Kerja Secara Kelompok) Dengan bekerja kelompok murid akan bekerja sama dan saling tolong menolong. Murid yang sudah terampil akan memberi tahu kepada teman-temannya yang belum terampil.
26
d. Continuity Training Approach (Pendekatan dengan cara Latihan Terus Menerus) Untuk mencapai sasaran dan tujuan kurikuler bidang pengajaran keterampilan siswa perlu latihan yang terus menerus sehingga akan memperoleh keterampilan.
8. Langkah-Langkah Keterampilan Menyulam Taplak Meja dengan Tangan Untuk mencapai hasil menyulam dengan tangan yang maksimal memerlukan langkah-langkah yang tepat antara lain yang dipersiapkan lebih dahulu adalah: a. Mempersiapkan bahan dan alat yang akan digunakan, antara lain kain atau bahan yang sesuai dengan ukuran, motif yang akan dijiplak, jarum tangan, jarum pentul, karbon, pensil, meteran atau penggaris, benang sulam, gunting dan pemidangan. b. Langkah-langkah menyulam taplak meja, meliputi: 1) Kain yang sudah dibentangkan diatas meja diukur sesuai dengan ukuran yang ditentukan, kemudian dipotong atau digunting. 2) Motif dipasang tiap sudut, dari tepi kain masing-masing 20cm dan diletakkan diatas kain dengan dilapisi karbon dibawah motif. 3) Setelah motif diletakkan diatas kain dan dirasa sudah tepat, maka tiap sudut motif disemat dengan jarum pentul agar tidak tergeser
27
letak motifnya, kemudian motif ditindas dengan pensil atau dijiplak. 4) Setelah selesai menjiplak semuanya, dilanjutkan dengan memasang pemidangan pada kain yang sudah bermotif. 5) Perhatikan cara memasang pemidangan harus kuat dan kain harus rata tidak boleh bergelembung. 6) Kalau semuanya sudah siap barulah kita mengambil jarum tangan yang sudah dipasang benang sulam. Dalam menyulam dengan tangan tidak boleh asal menjahit saja, harus diperhatikan motif yang mana yang harus menggunakan tusuk tangkai, tusuk rantai, tusuk pipih atau tusuk mawar. Menyulam dengan tangan yang baik adalah sulaman benangnya tidak melewati garis motif, sulaman benangnya tidak menumpuk harus sejajar, rapat dan mengikuti motif atau menurut macam tusuknya. Dibagian buruk kain harus kelihatan rapi dan bersih. Bila hasil sulaman tangan sudah seperti uraian tersebut diatas, maka sulaman sudah bisa dikatakan baik atau sudah berhasil.
9. Metode
Keterampilan
Menyulam
Taplak
Meja
pada
Anak
Tunagrahita Ringan Metode adalah suatu cara yang didalam fungsinya merupakan alat untuk mencapai tujuan. Dirto Hadi Susanto (1994: 147) menyatakan bahwa metode pengajaran adalah cara yang dipergunakan orang dalam
28
menyajikan berbagai ilmu pengetahuan, tehnologi dan keterampilan sebagaimana dilakukan disekolah-sekolah dan diberbagai lembaga pendidikan yang lain pada waktu tertentu. Dalam latihan menyulam instruktur dapat menerapkan beberapa metode antara lain metode demonstrasi, bimbingan dan latihan, serta metode kerja nyata sesuai dengan metode yang diterapkan maka murid berbuat sesuai dengan metode tersebut, yaitu: a. Murid mengikuti secara perorangan maupun kelompok dan mencoba mempraktekkan apa yang telah didemonstrasikan guru instruktur. b. Murid dengan bimbingan mengadakan latihan secara tekun sehingga dapat menghasilkan prestasi hasil kerja yang nyata, sesuai dengan harapan yang diharapkan semula. Mengingat pembelajaran menyulam dengan tangan merupakan kegiatan latihan yang berbentuk praktek, maka taraf kemajuan murid diukur dengan kemajuan tingkat kemampuan penyelesaiannya dan dapat dikatakan baik jika: a. Kombinasi warna benang dan bahan serasi. b. Tusukan jarum yang dimasuki benang sulam harus rapat dan sejajar, benang tidak bertumpuk. c. Bentuk sulaman tidak melebihi garis batas motif. d. Hasil sulaman pada kain/
bahan tidak
bergelembung, harus kelihatan rata dan rapi.
berkerut
atau tidak
29
Pengertian di atas menunjukkan bahwa metode pembelajaran keterampilan menyulam dengan tangan didalam kegiatan pembelajaran, untuk mencapai suatu tujuan yang diharapkan yaitu siswa memiliki sikap dan keterampilan menyulam dengan tangan. Pelaksanaan keterampilan menyulam di Sekolah Luar Biasa PGRI Minggir Sleman Yogyakarta ini seharusnya berdasarkan GBPP, untuk pembelajaran untuk tingkat SMPLB tunagrahita ringan belum ada, maka dalam memberikan materi bahan dan metode harus disesuaikan dengan keadaan anak, berhubung anak tunagrahita memiliki banyak kekurangan dibidang intelektualnya.
C. Kerangka Berpikir Anak tunagrahita ringan merupakan bagian dari anak berkebutuhan khusus yang mempunyai hambatan dalam perkembangan pertumbuhannya. Anak tunagrahita ringan merupakan kelompok ringan retardasi metal rendah sehingga masih memungkinkan untuk mengikuti pelajaran setingkat sekolah dasar. Perkembangan sosialnya cukup baik sehingga mampu melakukan pekerjaan setingkat semi terampil. Pendidikan bagi anak tunagrahita ringan diarahkan pada peningkatan kemampuan keterampilan, yang bertujuan untuk memberi bekal keterampilan agar anak mampu hidup secara mandiri di masyarakat. Pendidikan keterampilan menyulam diberikan pada anak tunagrahita ringan bertujuan untuk memberikan bekal keterampilan agar anak memiliki
30
satu jenis keterampilan yang dapat dikuasai dan dapat dipergunakan untuk bekal mandiri di kemudian hari. Dalam pembelajaran keterampilan menyulam diperlukan kemampuan seperti: motorik bagus, emosinya stabil, memiliki minat dan bakat serta memiliki motivasi belajar yang tinggi. Kondisi anak tunagrahita ringan terkait dengan karakteristiknya, menyebabkan sangat rentan terhadap munculnya berbagai hambatan, termasuk dalam pembelajaran keterampilan menjahit, maka guru perlu mengatasi hambatan tersebut dengan cara memberikan bimbingan kepada anak secara pelan, sabar dan penuh kasih sayang, menyampaikan materi secara bertahap dari yang mudah menuju yang sulit, dengan menggunakan metode yang bervariasi dan strategi pembelajaran yang dimodifikasikan dengan perilaku anak, agar anak mudah untuk menerima materi pelajaran. Proses pembelajaran keterampilan menyulam dirasa sangat perlu dikembangkan karena mengingat sulaman saat ini banyak digemari, kebetulan di SLB PGRI Minggir ada dua anak yang mempunyai bakat menyulam. Maka dari itu di SLB PGRI Minggir dikembangkan keterampilan menyulam sebagai bekal keterampilan hidup d imasa mendatang. Dengan tersedianya sarana dan prasarana untuk keterampilan menyulam dengan tangan diharapkan siswa akan lebih tertarik sehingga bakat dan minat siswa akan lebih berkembang. Keberhasilan program pembelajaran keterampilan menyulam dipengaruhi oleh motivasi siswa, dengan harapan setelah selesai mengikuti program pembelajaran keterampilan menyulam akan mempunyai keterampilan khusus yang nantinya anak dapat hidup mandiri dalam kehidupan dimasyarakat luas.
31
D. Pertanyaan Penelitian 1. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran keterampilan menyulam taplak meja pada anak tunagrahita ringan kelas VIII SMPLB di SLB PGRI Minggir, Sleman? 2. Kesulitan apa saja yang dialami oleh anak tunagrahita ringan kelas VIII SMPLB di SLB PGRI Minggir, Sleman dalam pembelajaran keterampilan menyulam taplak meja? 3. Usaha apa saja yang dilakukan guru untuk mengatasi kesulitan dalam pembelajaran keterampilan menyulam taplak meja pada anak tunagrahita ringan kelas VIII SMPLB di SLB PGRI Minggir, Sleman ?