BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Tentang Anak Tunagrahita Ringan 1. Pengertian Anak Tunagrahita Ringan Menurut klasifikasi, penyandang tunagrahita ringan merupakan bagian dari klasifikasi tunagrahita dari sudut pandang berat ringannya ketunaan. Dalam penelitian ini, penulis hanya membahas tunagrahita ringan karena penulis menggunakan subjek tunagrahita ringan. Istilah lain dari tunagrahita ringan, antara lain: debil, moron dan tunagrahita mampu didik. Untuk memperjelas pengertian istilah tersebut dibawah ini dikemukakan batasan pengertian penyandang tunagrahita ringan dari beberapa ahli.Samuel A. Kirk yang dikutip oleh Sri Rumini (1987:47) memberikan batasan pengertian penyandang tunagrahita ringan sebagai berikut : “The educable mentally retarded child has been defined as one who has potentialities for development in (1) minimum educability in the academicts of the school, (2) social adjustment to such a point that he can get along independently in the community, and (3) minimum occupational adequacy to such a degree that he can later support himself partially or totally at the adult level”. Berdasarkan batasan pengertian yang dikemukakan Samuel A. Kirk, dapat diartikan sebagai berikut: “anak tunagrahita ringan menunjuk pada seseorang yang memiliki potensi yang berkembang dalam (1) kemampuan akademik yang minimum dalam mata pelajaran disekolah, (2) penyesuaian sosial untuk hidup mandiri dalam
9
masyarakat, dan (3) kemampuan pekerjaan yang minimum sampai pada tingkat tertentu sehingga dapat menopang dirinya sendiri baik sebagian maupun keseluruhannya pada usia dewasa”. Suparlan (1996) memberikan batasan mengenai anak tunagrahita ringan sebagai berikut : “mereka tidak hanya dilatih tetapi juga di didik. Mereka dapat dilatih tentang tugas-tugas yang lebih tinggi (komplek) dalam kehidupan sehari-hari, dapat pula di didik dalam bidang sosial dan intelektual sampai pada batas-batas tertentu. Pelajaran membaca, menulis dan berhitung dapat diajarkan menurut tingkat-tingkat tertentu dihubungkan dengan masalah-masalah kongkrit dalam hubungan sosial”. Ahli lain seperti, Bratanata (1979:5) mendifinisikan penyandang tunagrahita ringan sebagai berikut : “anak tunagrahita ringan adalah mereka yang masih mempunyai kemungkinan untuk memperoleh pendidikan dalam bidang membaca, menulis, menghitung sampai pada kelas IV sekolah dasar, serta mampu mempelajari ketrampilanketrampilan”. Sedangkan Mulyono, Abdurrahman dan Sudjadi S (1994:26-27) memberikan batasan mengenai anak tunagrahita ringan sebagai berikut : “anak tunagrahita ringan karena perkembangan mentalnya yang tergolong subnormalia akan mengalami kesulitan dalam mengikuti program regular disekolah dasar. Meskipun demikian, anak tunagrahita ringan dipandang masih memiliki potensi untuk menguasai pelajaran akademik disekolah dasar, mampu di didik untuk melakukan penyesuaian sosial yang dalam jangka panjang dapat berdiri sendiri dalam masyarakat dan mampu bekerja untuk menopang sebagian atau keseluruhan kehidupan orang dewasa”.
10
Berdasarkan beberapa pendapat tersebut maka dapat disimpulkan bahwa anak tunagrahita ringan ialah seseorang yang memiliki IQ antara 50-70 masih mempunyai potensi untuk berkembang dalam kemampuan akademik disekolah, dapat di didik ketrampilan hidup sehari-hari, serta memerlukan program khusus serta bimbingan khusus agar dapat berkembang potensinya seoptimal mungkin untuk hidup kemandiriannya dimasyarakat. 2. Karakteristik Anak Tunagrahita Ringan Menurut Astati (19965:26) anak tunagrahita ringan (mampu didik) mempunyai karakteristik sebagai berikut : a. Karakter Psikis Penyandang tunagrahita ringan memiliki karakter psikis pelupa,perhatiannya mudah berubah,motivasinya mudah melemah,mudah bosan,sulit menerima materi pembelajaran sampai usia dewasa. b. Karakteristik Fisik Penyandang tunagrahita ringan dewasa memiliki keadaan tubuh yang baik, namun jika tidak mendapat latihan yang baik kemungkinan akan mengakibatkan postur fisiknya kurang dinamis dan kurang berwibawa. Oleh karena itu mereka membutuhkan latihan keseimbangan, bagaimana membiasakan diri untuk menunjukkan sikap tubuh yang baik yang memiliki gambaran tubuh dan lain-lain. c. Karakteristik Bicara/ Berkomunikasi Kecerdasan paling tinggi sama dengan anak normal yang berusia 12 tahun walaupun ia telah mencapai usia dewasa. Mereka dapat membaca hal-hal yang sering dilihat ataupun didengar. d. Karakteristik Pekerjaan Dalam hal pekerjaan mereka dapat mengerjakan hal-hal yang sifatnya semi skilled. Pekerjaan-pekerjaan tertentu dapat dijadikan bekal hidupnya. Mereka dapat berproduksi lebih baik daripada kelompok tunagrahita lainnya. Mereka dapat mempunyai penghasilan. Berdasarkan pendapat Astati dapat disimpulkan bahwa karakteristik anak tunagrahita ringan yaitu anak yang mengalami perkembangan dibawah
11
normal baik fisik, mental, bahasa dan kecerdasan, mengalami keterbatasan dalam aspek kehidupannya, tetapi masih dapat dilatih mengenai ketrampilanketrampilan rutinitas untuk dijadikan bekal hidupnya, maka dengan adanya pembelajaran ketrampilan mencetak konblok bagi anak tunagrahita ringan di Sekolah Luar Biasa PGRI Minggir Sleman, diharapkan anak nantinya mendapat bekal vokasional yang memiliki prospek yang baik dan dapat memenuhi tuntutan konsumen yang nantinya dapat menjadikan bekal untuk hidup mandiri. B. Tinjauan Tentang Pembelajaran Ketrampilan 1. Pengertian Tentang Pembelajaran Keterampilan a. Pengertian tentang pembelajaran Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional menjelaskan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.Menurut Polloway dan Patton dalam Mumpuniarti (2007: 35 ), Pembelajaran adalah pengembangan tentang kesadaran dan pemahaman serta pengubahan secara nyata pada tingkah laku yang dihasilkan dalam interaksi dengan lingkungan.Masnur Muslich (2008 : 163 ), menyatakan bahwa pembelajaran pada hakekatnya adalah suatu proses interaksi antara anak dengan anak, anak dengan sumber belajar, dan anak dengan pendidik. Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi antara anak didik dengan anak didik, anak dengan
12
sumber belajar, dan anak dengan pendidik untuk mengembangkan kesadaran dan pemahaman serta pengubahan tingkah laku secara nyata. b. Pengertian Keterampilan Kata keterampilan sama artinya dengan kata kecekatan, terampil atau cekatan adalah pandai melakukan sesuatu pekerjaan dengan cepat dan benar.Ruang lingkup keterampilan cukup luas meliputi kegiatan berupa perbuatan,berfikir,berbicara ,melihat dan mendengar. Akan tetapi dalam pengertian sempit biasanya keterampilan lebih ditujukan pada kegiatankegiatan yang berupa perbuatan yang menghasilkan karya atau pekerjaan sebagai sumber nafkah.Agar lebih jelas pengertiannya,maka banyak yang mendefinisikan dari sudut pandang yang berbeda-beda,Soemarjadi (1992:6) mendefinisikan kata keterampilan sama artinya dengan cekatan,terampil atau cekatan adalah kepandaian melakukan sesuatu dengan cepat dan benar. Harso Pranoto (1987:16) yang menggunakan istilah pendidikan keterampilan mengemukakan bahwa : “Pendidikan keterampilan adalah bimbingan keterampilan yang diberikan kepada seseorang yang sedang mempersiapkan untuk bekerja usaha tersebut. Kerangka pemikiran yang mendasari pemberian Pendidikan keterampilan ini bagi siswa adalah (1)Untuk pengertian dan kecakapan yang belum pernah ada pada seseorang, (2)Untuk dapat meningkatkan taraf pengetahuan dan kecakapannya dan (3)Untuk memberikan pengetahuan dan kecakapan baru.”
13
Menurut Sastrowinoto (1987), yang dimaksud keterampilan adalah gerakan reflek yang bersyarat, syaratnya adalah telah terbentuknya alur reflek dengan cara melatih diri berkonsentrasi atau membuang kegiatan syaraf yang tidak terarah pada keterampilan. Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian keterampilan adalah kecakapan koordinasi motorik yang mendorong seseorang
secara
otomatis
menggerakkan
anggota
badan
untuk
melaksanakan berjenis pekerjaan menggunakan kemampuan secara baik dan cermat. Jadi Pembelajaran Keterampilan adalah proses interaksi antara pendidik dengan anak didik yang berisi penanaman kecakapan koordinasi yang mendorong anak didik secara otomatis menggerakkan anggota badan untuk melaksanakan berbagai jenis pekerjaan menggunakan kemampuan secara baik dan cermat untuk mengembangkan kesadaran dan pemahaman serta pengubahan tingkah laku secara nyata. 2. Tujuan Pembelajaran Keterampilan Bagi Anak Tunagrahita Ringan Sesuai dengan tujuan kurikuler pendidikan keterampilan, serta mengingat kondisi anak tunagrahita ringan, maka tujuan diberikan keterampilan ini adalah sebagai berikut : a. Agar anak tunagrahita ringan memiliki pengetahuan dan keterampilan dasar mencetak konblok.
14
b. Agar anak tunagrahita ringan dapat memelihara dan mengetahui peralatan untuk mencetak konblok. c. Agar anak tunagrahita ringan mengetahui macam-macam bentuk hasil cetakan konblok. d. Percaya pada diri sendiri dan sikap mandiri. e. Agar dapat hidup wajar dan mampu menyesuaikan diri ditengah-tengah kehidupan masyarakat. f. Memiliki sekurang-kurangnya satu jenis keterampilan khusus yang sesuai dengan minat dan kebutuhan didalam lingkungannya sebagai bekal mencari nafkah. Depdikbud (1997:365). 3. Jenis-jenis Pembelajaran Ketrampilan Bagi Anak Tunagrahita Ringan Berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ( KTSP ) tahun 2008 di SLB PGRI Minggir, Mata Pelajaran Keterampilan Vokasional Teknologi Informasi dan Komunikasi/Program Pilihan ( KVTIK/ProPil ) yang dilaksanakan di SLB PGRI, antara lain : a. Keterampilan membordir b. Keterampilan menyulam/menjahit c. Keterampilan memasak/ boga d. Keterampilan pertukangan e. Keterampilan keramik f. Keterampilan mencetak konblok
15
C. Tinjauan Tentang Pembelajaran Keterampilan Mencetak Konblok Mata Pelajaran Keterampilan Vokasional Teknologi Informasi dan Komunikasi/Program Pilihan ( KVTIK/ProPil ) yang dilaksanakan di SLB PGRI Minggir seorang siswa dapat memilih salah satu keterampilan yang sesuai dengan bakat dan minatnya, sehingga siswa nantinya dapat menguasai benar keterampilan tersebut dan dapat digunakan untuk bekal dikemudian hari,salah satunya adalah keterampilan mencetak konblok. 1. Pengertian Tentang Pembelajaran Keterampilan Mencetak Konblok Menurut Andry (2011), mengatakan ” konblok adalah benda yang dibuat dari campuran semen, pasir, dan air diaduk dulu dimasukkan ke dalam suatu cetakan konblok (seperti cetakan kue) setelah itu dikeringkan (dijemur)” Jadi mencetak konblok adalah suatu seni keterampilan mencetak dengan tangan sesuai dengan motif yang terdapat pada cetakan untuk menjadikan suatu bentuk berbahan pasir dan semen yang dicampur dan diberi sedikit air yang dalam pekerjaannya membutuhkan kekuatan fisik dan memerlukan ketekunan dan kesabaran untuk mendapatkan hasil cetakan yang indah. Dalam mencetak konblok seseorang dapat menuangkan segala inspirasi dalam bentuk karya cetakan dengan berbagai motif yang ada seperti bentuk balok persegi empat, balok persegi lima, balok persegi empat, bentuk bunga dan lain-lain. Dari sini dapat diciptakan motif-motif bentuk hasil cetakan konblok
16
yang disusun di atas tanah dengan memadukan bermacam-macam motif konblok. 2. Komponen Pembelajaran Ketrampilan Mencetak Konblok Proses pembelajaran di sekolah merupakan suatu sistem interaksi antara guru dan siswa dengan menggunakan beberapa komponen. Mumpuniarti (2007:74) menjelaskan, komponen pembelajaran saling berinteraksi dan terkait, sehingga komponen satu dengan dan lainnya saling mempengaruhi. Adapun komponen tersebut adalah tujuan, materi, metode, dan penilaian. Senada dengan hal tersebut, Masnur Muslich (2008:53) juga menjelaskan, bahwa secara teknis rencana pembelajaran minimal mencakup komponen-komponen berikut: 1) Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, dan Indikator Pencapaian hasil belajar, 2) Tujuan Pembelajaran, 3) Materi Pembelajaran, 4) Pendekatan dan Metode Pembelajaran, 5) Langkah-langkah kegiatan pembelajaran, 6) Alat dan Sumber Belajar, 7) Evaluasi Pembelajaran. Berdasarkan penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa, dalam pembelajaran diperlukan adanya rencana pembelajaran. Rencana pembelajaran minimal meliputi tujuh komponen. Setiap Komponen saling berinteraksi dan saling terkait. Tujuh komponen tersebut yaitu : 1) Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, dan Indikator Pencapaian hasil belajar.
17
2) Tujuan Pembelajaran. 3) Materi Pembelajaran. 4) Pendekatan dan Metode Pembelajaran 5) Langkah-langkah kegiatan pembelajaran 6) Alat dan Sumber Belajar 7) Evaluasi Pembelajaran. a. Tujuan 1) Standar Kompetensi Siswa mampu melaksanakan pekerjaan cetak dengan teknik macam – macam cetakan. 2) Kompetensi Dasar Siswa mampu menerapkan berbagai keteknikan yang telah dipelajari dalam pembuatan benda kerajinan cetak, penyelesaian akhir. b. Materi Pembelajaran Pelaksanaan mencetak konblok
yang meliputi pemilihan alat-alat yang
digunakan, pemilihan bahan,menentukan ukuran bahan, mencampur bahan/membuat adonan, memasang alat cetakan, memasukkan bahan pada alat cetakan, memadatkan bahan, mengeluarkan hasil dari cetakan, dan menyusun/memindahkan hasil cetakan.
18
c. Kompetensi profesi guru Kompetensi guru yang ditetapkan dalam pembelajaran keterampilan mencetak konblok adalah guru keterampilan yang bertugas mengajar keterampilan mencetak konblok di jenjang kelas SMALB-C PGRI Minggir Sleman. d. Pendekatan Pembelajaran Keterampilan Mencetak Konblok Melatih keterampilan mencetak konblok bagi penyandang tunagrahita ringan tidaklah mudah, karena mereka mempunyai IQ yang rendah tetapi jika dilatih secara terus menerus serta menggunakan metode pendekatan yang tepat maka kemungkinan besar mereka akan memiliki kecakapan keterampilan mencetak konblok. Departement Pendidikan dan Kebudayaan memberikan beberapa pendekatan yang dapat digunakan sebagai pedoman untuk melatih keterampilan, antara lain : 1) Individual Approach (Pendekatan Secara Individu) Karena kecerdasan anak tunagrahita ringan terbatas maka dalam memberikan bimbingan dan latihan keterampilan tiap-tiap murid perlu dilayani secara perorangan (individu), sehingga mereka memperoleh perhatian sepenuhnya, dan setiap kesalahan yang dilakukan siswa segera dapat diketahui dan dibetulkan oleh guru.
19
2) Practical Approach (Pendekatan Secara Praktis) Salah satu ciri anak tunagrahita adalah kemampuan yang sangat terbatas, oleh karena itu materi latihan harus sederhana dan praktis. 3) Group Work Approach (Pendekatan Kerja Secara Kelompok) Dengan bekerja kelompok murid akan bekerja sama dan saling tolong menolong. Murid yang sudah terampil akan memberi tahu kepada temantemannya yang belum terampil. 4) Continuity Training Approach (Pendekatan dengan cara Latihan Terus Menerus) Untuk mencapai sasaran dan tujuan kurikuler bidang pengajaran ketrampilan siswa perlu latihan yang terus menerus sehingga akan memperoleh keterampilan, Depdikbud (1997:367). e. Metode Pembelajaran Keterampilan Mencetak Konblok Metode adalah suatu cara yang didalam fungsinya merupakan alat untuk mencapai tujuan. Dirto Hadi Susanto (1995:147) menyatakan : “metode pengajaran adalah cara yang dipergunakan orang dalam menyajikan berbagai ilmu pengetahuan, tehnologi dan ketrampilan sebagaimana dilakukan disekolah-sekolah dan diberbagai lembaga pendidikan yang lain pada waktu tertentu”. Dalam latihan mencetak konblok instruktur dapat menerapkan beberapa metode antara lain metode demonstrasi, bimbingan dan latihan,
20
serta metode kerja nyata sesuai dengan metode yang diterapkan maka murid berbuat sesuai dengan metode tersebut, yaitu : 1) Murid mengikuti secara perorangan maupun kelompok dan mencoba mempraktikkan apa yang telah didemonstrasikan guru instruktur. 2) Murid berlatih secara tekun sehingga dapat menghasilkan prestasi hasil kerja yang nyata, sesuai dengan harapan yang diharapkan semula. Mengingat pembelajaran mencetak konblok merupakan kegiatan latihan yang berbentuk praktik, maka taraf kemajuan murid diukur dengan kemajuan tingkat kemampuan penyelesaiannya dan dapat dikatakan baik jika: 1) Campuran adonan sesuai. 2) Urutan cara memasukkan adonan benar. 3) Adonan tidak banyak yang terbuang. 4) Hasil cetakan padat tidak berongga. 5) Hasil cetakan rapi. Pengertian di atas menunjukkan bahwa metode pembelajaran keterampilan mencetak konblok didalam kegiatan pembelajaran, untuk mencapai suatu tujuan yang diharapkan yaitu siswa memiliki sikap dan keterampilan mencetak konblok. Pelaksanaan keterampilan mencetak konblok di Sekolah Luar Biasa PGRI Minggir Sleman Yogyakarta ini seharusnya berdasarkan KTSP, untuk
21
pembelajaran untuk tingkat SMALB tunagrahita ringan belum ada, maka dalam memberikan materi bahan dan metode harus disesuaikan dengan keadaan anak, berhubung anak tunagrahita ringan memiliki banyak kekurangan dibidang intelektualnya. f. Media Pembelajaran Menurut Andry (2011), mengatakan ”alat dan bahan membuat konblok adalah (1) semen (2) pasir (3) air (4) cetakan konblok (5) pemukul dan centong”. Jadi dalam pembelajaran keterampilan mencetak konblok jenjang kelas XI SMALB-C di SLB PGRI Minggir media yang digunakan adalah pasir, semen dan air, alat yang digunakan adalah sekop, cetok, ember, penyaring pasir, cetakan konblok, linggis penumbuk. g. Langkah-langkah Pembelajaran Keterampilan Mencetak Konblok Menurut Andry (2011),mengatakan cara membuat konblok adalah “(1) takar semen sebanyak satu bagian, (2) takar pasir sebanyak 5 bagian, (3) air sebanyak ¾ bagian, (4) kemudian bahan tadi dicampur kecuali air, setelah rata tambahkan air sedikit-sedikit, lalu diaduk lagi setelah adonan rata dimasukkan ke dalam cetakan dan dipadatkan, lalu permukaan diratakan (dikikis) setelah itu dikeluarkan dari cetakan dan dijemur.” Jadi langkah-langkah pembelajaran keterampilan mencetak konblok adalah sebagai berikut :
22
1) Kegiatan awal : Penjelasan kepada siswa langkah-langkah yang akan dikerjakan oleh siswa. 2) Kegiatan inti : Mempersiapkan alat, bahan, dan pelaksanaan mencetak konblok. 3) Kegiatan akhir : Menumpuk hasil cetakan cetakan konblok yang sudah kering pada tempat yang disediakan. h. Evaluasi 1) Pengertian Evaluasi Pembelajaran Evaluasi pembelajaran adalah proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk menentukan pemcapaian hasil belajar peserta didik. Kegiatan evaluasi pembelajaran diawali dengan pengukuran. Untuk mengukur pencapaian hasil belajar biasanya guru memberi ulangan atau tes. Jenis-jenis ulangan yaitu ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir semester dan ulangan kenaikan kelas. 2) Teknik dan Alat Evaluasi Teknik evaluasi yang dapat dipergunakan oleh pendidik di SLB secara garis besar dapat dibedakan menjadi dua yaitu berupa tes dan non tes (Suharsimi Arikunto: 2002 ). Untuk pembelajaran keterampilan mencetak
23
konbok disini dengan menggunakan teknik non tes. Teknik non tes berupa: a) Observasi Observasi adalah teknik evaluasi yang dilakukan dengan cara mencatat hasil pengamatan terhadap objek tertentu. Sasaran observasi dapat meliputi aspek kognitif, efektif dan psikomotor. Alat evaluasi berupa lembar observasi (lembar pengamatan). b) Penugasan Penugasan adalah suatu bentuk evaluasi yang menuntut peserta didik menyelesaikan tugas diluar kegiatan di kelas misalnya tugas rumah atau proyek. Penugasan dapat individual atau kelompok. Bentuk alat evaluasi untuk penugasan dapat berupa tugas rumah atau proyek. 3) Langkah-langkah Evaluasi a) Perencanaan evaluasi Perencanaan evaluasi merupakan kegiatan yang menyatu dengan pengembangan silabus. Rencana penilaian sekurang-kurangnya meliputi; (1) penetapan kompenen yang akan dinilai, (2) pemilihan teknik dan alat penilaian, (3) penetapan kriteria penilaian.
24
b) Pengembangan instrumen/alat evaluasi Pengembangan alat evaluasi bertujuan untuk memperoleh tes yang valid sehingga hasil ukuranya dapat mencerminkan secara tepat hasil belajar yang telah dicapai setelah peserta didik mengikuti proses pembelajaran. Adapun langkah-langkah pengembangan instrument sebagai berikut : (1) Menetapkan tujuan (2) Analisis kurikulum, buku, dan sumber pembelajaran (3) Membuat kisis-kisi (4) Penulisan indikator pencapaian kompetensi (5) Penulisan dan telaah soal 4) Penafsiran Hasil Penilaian Penafsiran hasil penilaian dilakukan dengan cara membandingkan, baik dibandingkan dengan diri anak itu sebelum dan setelah pembelajaran, yaitu membandingkan dengan diri siswa itu sendiri, atau membandingkan dengan kriteria tertentu. Kriteria yang digunakan dapat berdasarkan kepada keberhasilan penguasaan kompetensi. Kriteria ketuntasan belajar yang digunakan yaitu menggunakan KKM yaitu suatu kriteria yang berada di bawah kriteria ketuntasan ideal (KKI) yang ditetapkan BSNP yaitu 75%. Bagi peserta didik yang belum mencapai KKM perlu diberikan pembelajaran remedial.
25
D. Faktor-faktor Yang Berpengaruh Terhadap Keberhasilan Pembelajaran Keterampilan Mencetak Konblok. 1. Faktor Internal Faktor Internal yaitu faktor yang berpengaruh terhadap keberhasilan dalam proses pembelajaran keterampilan mencetak konblok yang berasal dari dalam diri anak penyandang tunagrahita ringan itu sendiri, sedangkan faktorfaktor yang sangat berpengaruh pada diri anak antara lain adalah pelupa, perhatiannya mudah berubah, motivasinya mudah melemah, mudah bosan, sulit menerima materi pembelajaran, postur fisiknya kurang dinamis, kecerdasan paling tinggi sama dengan anak normal yang berusia 12 tahun, anak hanya dapat mengerjakan hal-hal yang tidak memerlukan banyak pemikiran dan yang sifatnya rutinitas. 2. Faktor Eksternal Faktor Eksternal adalah faktor yang berasal dari luar diri anak, yaitu antara lain faktor keluarga, lingkungan sekolah serta lingkungan masyarakat dimana anak tinggal. Dalam lingkungan keluarga, adanya perhatian keluarga dalam memberikan dukungan tanggung jawab pada anak maka anak akan lebih cepat menguasai keterampilan mencetak konblok daripada anak tunagrahita ringan yang tidak mendapat pendidikan keterampilan dirumah. Lingkungan sekolah juga dapat berpengaruh terhadap penguasaan keterampilan mencetak konblok pada anak tunagrahita ringan. Lingkungan sekolah ini meliputi,
26
kualitas pelajaran didalam kelas, setiap teman-teman disekolahnya, fasilitasnya yang tersedia dalam pembelajaran keterampilan mencetak konblok dan sebagainya. Lingkungan masyarakat yang meliputi penerimaan hasil karya anak tunagrahita ringan dan penerimaan tenaga kerja lulusan Sekolah Luar Biasa C dan sebagainya dapat menunjang keberhasilan keterampilan mencetak konblok bagi anak tunagrahita ringan. E. Kerangka Fikir : Pelaksanaan Pembelajaran Keterampilan Mencetak Konblok Bagi Anak Tunagrahita Ringan Kelas XI Kerangka berpikir dalam penelitian ini adalah pada anak tunagrahita ringan setelah tamat sekolah siswa harus memiliki atau menguasai salah satu bidang keterampilan yang dapat dijadikan bekal mencari nafkah untuk hidup mandiri di masyarakat. Keterampilan yang memungkinkan dapat untuk mencari nafkah serta anak tunagrahita ringan mampu melakukan salah satunya adalah keterampilan mencetak konblok. Keterampilan mencetak konblok bagi anak tunagrahita ringan seharusnya dapat dilaksanakan dengan baik, tetapi karena anak tunagrahita ringan pelupa, perhatiannya mudah berubah,motivasinya mudah melemah,mudah bosan, sulit menerima materi pembelajaran, membutuhkan latihan keseimbangan, mengalami kemiskinan dalam berbahasa menyebabkan anak tunagrahita ringan sering kurang paham menerima pesan yang disampaikan oleh guru, dan tingkat kecerdasannya paling tinggi sama dengan anak normal yang berusia 12 tahun walaupun ia telah mencapai usia dewasa.
27
Hal yang sangat penting dalam pembelajaran keterampilan adalah pendampingan guru keterampilan, pendampingan dilaksanakan agar siswa bekerja sungguh – sungguh. Pendampingan guru keterampilan sangat diperlukan jika siswa melakukan kesalahan dapat segera diketahui dan siswa dapat diarahkan atau ditunjukkan cara yang benar agar hasilnya bagus. Pendampingan guru dapat meminimalisir kesalahan yang dilakukan oleh siswa sehingga dapat meningkatkan kualitas hasil cetakan konblok. Keberhasilan program pembelajaran keterampilan mencetak konblok dipengaruhi oleh motivasi siswa, untuk itu tugas guru keterampilan untuk menumbuhkan dan memupuk motivasi siswa sangatlah penting, dengan harapan setelah selesai mengikuti program pembelajaran keterampilan mencetak konblok siswa akan mempunyai salah satu keterampilan khusus yang nantinya sangat berguna bagi anak supaya anak dapat hidup mandiri dalam kehidupan dimasyarakat luas. F. Pertanyaan Penelitian 1. Apakah tujuan pembelajaran keterampilan mencetak konblok? 2. Bagaimana langkah-langkah yang dilakukan guru selama pembelajaran keterampilan mencetak konblok ? 3. Apa saja metode yang digunakan dalam pembelajaran ? 4. Bagaimana pendekatan pembelajaran keterampilan mencetak konblok ?
28
5. Dalam hal
apakah siswa mengalami kesulitan selama pembelajaran
keterampilan mencetak konblok ? 6. Apa saja kesulitan yang dihadapi guru dalam pembelajaran keterampilan mencetak konblok ? 7. Apa saja usaha guru untuk mengatasi kesulitan dalam pembelajaran keterampilan mencetak konblok ?
29