BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penelitian Sebelumnya Sebelum dilaksanakan penelitian ini, maka perlu dituangkan penelitian sebelumnya yang dimaksudkan sebagai satu kebutuhan ilmiah yang berguna untuk memberikan kejelasan dan batasan pemahaman informasi yang digunakan, diteliti melalui khasanah pustaka dan sebatas jangkauan yang didapatkan untuk memperoleh data. Dalam hal ini berkaitan dengan tema penulisan yaitu mengenai pengaruh prestasi belajar PAI terhadap akhlak siswa kelas V SDN I Pangkalan Satu Kecamatan Kumai Kabupaten Kotawaringin Barat. Maka ditemui penelitian sebelum, yaitu sebagai berikut : M. SUBHAN merupakan mahasiswa Universitas Islam Negeri (UIN) Malang Fakultas Tarbiyah Jurusan Pendidikan Agama Islam melakukan penelitian pada tahun 2008 dengan judul “PENGARUH AKHLAK TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA DI SMP NEGERI 13 MALANG”. Fokus penelitian ini mengkaji pengaruh dan atau tidaknya akhlak terhadap prestasi belajar siswa SMP Negeri 13 Malang. Dan dari data penelitian dapat diketahui bahwa akhlak siswa tergolong sedang, yaitu 23 siswa dengan prosentase 60,53%. Sedangkan untuk prestasi belajar siswa ditemukan bahwa tingkat prestasi belajar siswa kelas VII D semester 1 tergolong sedang, yaitu 18 siswa dengan prosentase 47.4%. Dan dari analisis data dengan menggunakan analisis statistik program SPSS. 14.0 didapatkan
10
11
hasil angka 0,924, jika dikonsultasikan dalam r-tabel, angka 0,924 menunjukkan nilai 0,800 sampai dengan 1,00, itu berarti mempunyai interpretasi yang tinggi. Artinya ada pengaruh yang signifikan akhlak terhadap prestasi belajar. Dengan demikian berarti bahwa hipotesa yang diajukan peneliti dalam penelitian ini diterima. Hipotesa “Ada pengaruh akhlak terhadap prestasi belajar siswa”.8 Yusrina dengan merupakan mahasiswa dari Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan Jurusan Pendidikan Agama Islam melakukan penelitian pada tahun 2006 dengan judul “PENGARUH
PENDIDIKAN
AGAMA
ISLAM
TERHADAP
PEMBENTUKAN AKHLAK SISWA DI SMP YPI CEMPAKA PUTIH BINTARO” Dari penelitian yang telah penulis lakukan mengenai pengaruh Pendidikan Agama Islam terhadap pembentukan akhlak siswa kelas 2 SMP YPI Cempaka Putih Bintaro, akhirnya dapat penulis ambil kesimpulan bahwa adanya pengaruh pendidikan agama Islam terhadap pembentukan akhlak siswa SMP YPI Cempaka Putih Bintaro dan tidak adanya pengaruh nilai mata pelajaran pendidikan agama Islam yang didapatnya di sekolah. Terhadap pembentukan akhlak siswa SMP YPI Bintaro, baik yang mendapatkan nilai tertinggi maupun yang mendapatkan nilai terendah. Semua pengaruh ini tidak terlepas dari peran aktif sekolah atau guru Pendidikan Agama Islam yang menanamkan nilai-nilai agama di dalam diri siswanya, dengan harapan agar 8
M. Subhan , Skripsi “Pengaruh Akhlak Terhadap Prestasi Belajar Siswa Di Smp Negeri 13 Malang”, Malang : UIN Malang, Tahun 2008, h. vi.
12
terbentuknya akhlak dan tingkah laku yang baik sehingga dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.9 Dari hasil temuan terhadap penelitian sebelumnya di atas maka peneliti menegaskan bahwa adanya perbedaan dengan penelitian yang akan peneliti lakukan, yaitu sebagai berikut : 1. Penelitian ini berfokus pada pengaruh prestasi belajar PAI terhadap akhlak 2. Lokasi penelitian bertempat di SDN I Pangkalan Satu Kecamatan Kumai Kabupaten Kotawaringin Barat 3. Penelaahan difokuskan pada akhlak dan prestasi belajar PAI siswa kelas V SDN I Pangkalan Satu Kecamatan Kumai Kabupaten Kotawaringin Barat B. Deskripsi Teoritik 1. Pengertian Prestasi Belajar Prestasi belajar siswa akan diperoleh dengan baik apabila proses belajar sudah memenuhi ketentuan yang ditetapkan. Dengan demikian maka proses pembelajaran bisa dikatakan berhasil. Siswa yang rajin dan tekun serta ulet dalam menghadapi pelajaran baik di sekolah maupun rajin dan tekun belajar di rumah juga akan mendukung keberhasilan belajar. Berikut diuraikan beberapa definisi prestasi belajar menurut para ahli sebagai berikut : Syaiful Bahri Djamarah menjelaskan pengertian prestasi sebagai berikut :
9
Yusrina, Skripsi “Pengaruh Pendidikan Agama Islam Terhadap Pembentukan Akhlak Siswa Di Smp Ypi Cempaka Putih Bintaro” Jakarta : UIN Syarif Hidayatullah, Tahun 2006, h. vi
13
Prestasi adalah hasil dari suatu inteligensi yang telah dikerjakan, diciptakan, baik secara individu maupun kelompok. Prestasi akan pernah dihasilkan selama seseorang tidak melakukan suatu kegiatan untuk mendapatkan prestasi tidak semudah dibayangkan, tetapi penuh perjuangan dengan berbagai tantangan yang harus dihadapi. Hanya dengan keuletan dan optimisme dirilah yang dapat membantu untuk mencapainya. 10 Adapun pengertian prestasi belajar menurut Slameto dilihat dari aspek psikologi maka prestasi belajar adalah merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. 11 Sedangkan menurut Ngalim Purwanto bahwa prestasi belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalamannya. Dari beberapa pendapat di atas maka dapat dipahami bahwa prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atau ketrampilan yang dikembangkan melalui mata pelajaran. Lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka yang diberikan oleh guru. Ada pendapat lain yang mengatakan bahwa prestasi belajar adalah penilaian hasil usaha kegiatan yang dinyatakan dalam bentuk angka, huruf atau simbol yang dapat mencerminkan hasil yang telah dicapai oleh siswa atau anak dalam pereode tertentu, misalnya tiap semester yang dinyatakan dalam raport.
10
Syaiful Bahri Djamarah, Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru, Surabaya : Usaha Nasional. 1994. h. 20 11 Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, Rineka Cipta, 2003, h. 26.
14
2. Cara Menilai Prestasi Belajar Seluruh aktifitas manusia untuk memiliki tujuan tertentu, dalam rangka untuk mencapai tujuan tersebut selalu disertai dengan pengumpulan dan penilaian sebagai tolak ukur keberhasilan dalam mencapai tujuan tersebut. Demikian pula dalam proses belajar mengajar, senantiasa diadakan pengukuran dan penilaian terhadap proses belajar mengajar tersebut agar dapat diketahui hasil atau prestasi belajar siswa. Dengan mengetahui prestasi belajar anak, akan diketahui pula kedudukan anak di dalam kelas, apakah siswa tersebut termasuk anak pandai, sedang, atau kurang. Prestasi belajar ini biasanya dinyatakan dalam bentuk angka atau huruf dalam rapot. Menurut Omar Muhammad di dalam Ramayulis, mengungkapkan bahwa menilai sebuah prestasi belajar siswa khususnya pada Pendidikan Agama Islam dapat dilihat pada 3 (tiga) perubahan aspek, yaitu : a. Tujuan Individual Adalah sebuah tujuan yang berkaitan dengan individu terdidik yang meliputi dari segi tingkah laku, aktifitas dan pencapaian tujuan pembelajaran itu sendiri, dan pertumbuhan tersebut diharapkan bagi persiapan pada kehidupan dunia dan memberikan manfaat bagi akhiratnya. b. Tujuan Sosial Adalah sebuah tujuan yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat
sebagai
keseluruhan,
dengan tingkah
laku
dengan
15
masyarakat umum dengan apa yang berkaitan dengan kehidupan tentang perubahan yang dinginkan dan pertumbuhan, memperkaya pengalaman dan kemajuannya. c. Tujuan Profesional Adalah
tujuan
yang
berkaitan
dengan
pengajaran
dan
pendidikan, sebagai bukti perkembangan terhadap kognitif siswa terhadap materi yang diberikan mampu dipahami dan diserap oleh siswa baik.12 Konsep penilaian prestasi belajar siswa ini tidak lepas dari beberapa komponen yang mendukungnya, dan komponen yang sangat penting dalam rangka menilai prestasi tersebut yaitu melalui penilaian. Bila membicarakan penilaian tentu terkait dengan evaluasi. Evaluasi adalah pertimbangan profesional atau suatu proses yang memungkinkan seseorang membuat pertimbangan tentang daya tarik atau nilai sesuatu.13 Selanjutnya evaluasi yang ideal harus didasarkan atas tujuan pengajaran yang diterapkan oleh guru kemudian benar-benar diusahakan pencapaiannya oleh guru dan siswa. Cara menilai prestasi belajar digunakan evaluasi disetiap akhir proses pembelajaran, hal ini dilakukan untuk mengetahui informasi yang akurat mengenai tingkat pencapaian tujuan instruksional sehingga diuapayakan tindak lanjutnya. Dalam evaluasi untuk mengukur tingkat prestasi belajar siswa diadakan beberapa tes, yaitu : 12
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta : Kalam Mulia, 2004, h. 195-196. Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam II, Bandung : CV. Pustaka Setia, 1999, h. 130.
13
16
a. Tes penempatan Tes ini disajikan pada awal tahun pelajaran untuk mengukur kesiapan siswa dan mengetahui tingkat pengetahuan yang telah dicapai sehubungan dengan pelajaran yang disajikan. Dengan demikian siswa dapat ditempatkan sesuai dengan kelompok yang sesuai dengan tingkat pengetahuan yang dimiliki oleh tiap siswa. Tes ini biasanya disusun dengan tuang lingkup yang luas dan memiliki tingkat kesukaran yang bervariasi agar dapat membedakan antara siswa yang telah dengan yang belum menguasai pelajaran. b. Tes formatif Tes jenis ini disajikan di tengah program pengajaran untuk memantau (memonitor) kemajuan belajar siswa demi memberikan umpan balik, baik kepada siswa maupun kepada guru. Berdasarkan hasil tes itu guru dan siswa dapat mengetahui apa yang masih perlu dijelaskan kembali agar materi pelajaran dapat dikuasai lebih baik. Tes formatif umumnya mengacu pada kriteria pencapaian yang telah diatur di dalam pedoman satuan pengajaran. Sebab itu tes ini juga disebut tes acuan kriteria. Dalam tes yang mengacu pada kriteria dibuatkan tugas-tugas berupa tujuan instruksional yang harus dicapai siswa untuk dapat dikatakan berhasil atau tidak. c. Tes diagnostik Tes ini bertujuan mendiagnosa kesulitan belajar siswa untuk mengupayakan perbaikan. Sepintas tes ini serupa dengan tes formatif,
17
namun penyusunannya sangat berbeda, sebab tujuannya adalah mengetahui tingkat kesulitan yang dialami siswa. Jadi harus terlebih dahulu disajikan tes formatif untuk mengetahui ada tidaknya bagian yang belum dikuasai oleh siswa. Setelah diketahui, dibuat butir-butir soal yang lebih memusatkan pada bagian yang sulit sehingga diketahui bagian dari pokok bahasan atau subpokok bahasan mana yang dianggap sulit oleh siswa. d. Tes sumatif Tes ini diberikan pada akhir tahun ajaran atau akhir suatu jenjang pendidikan (semester). Dalam manfaatnya sebagai tes ini dimaksudkan untuk memberikan nilai sebagai dasar penentuan kelulusan dari hasil belajar siswa atau predikat terhadap setiap prestasi siswa yang telah diuji.14 Di dalam pendidikan Islam teknik evaluasi untuk menilai atau mengukur tingkat prestasi belajar siswa, dapat dilihat dari segi sifat, macam-macam dan teknik evaluasi tersebut. Lebih rinci dapat diuraikan berikut ini : a. Sifat evaluasi pendidikan Islam Sifat evaluasi yang diterapkan di dalam Islam dapat dilihat dari segi kuantitatif dan kualitatif. Kuantitatif yaitu hasil yang diberikan berupa skor atau nilai berbentuk angkat. Dan kualitatif yaitu hasil yang
14
Ibid., h. 138-141.
18
diberikan berupa bentuk pernyataan verbal, misalnya baik, cukup dan kurang. b. Macam-macam evaluasi pendidikan Islam Macam-macam evaluasi yang diterapkan di dalam pendidikan Islam dilihat dari bentuk atau hasil yang ingin diuji. Jika aspek kognitif maka tes yang digunakan adalah tes tertulis dan tes lisan. Sedangkan aspek psikomotorik digunakan tes perbuatan. c. Teknik evaluasi pendidikan Islam Teknik yang dapat digunakan dalam evaluasi pendidikan Islam, ada dua, yaitu : 1) Tes Tes yaitu teknik yang digunakan untuk menilai kemampuan peserta didik, meliputi pengetahuan dan keterampilan sebagai hasil belajar, serta bakat khusus dan inteligensinya. Teknik ini terdiri atas: -
Uraian (essay), seperti uraian bebas dan uraian terbatas.
-
Tes Objektif, seperti pilihan ganda, benar-salah, menjodohkan, isian dan jawaban singkat.
-
Tes lisan, seperti ikhtisar, laporan dan bentuk khusus dalam pelajaran bahasa.
19
2) Non Tes Nontes yaitu teknik yang digunakan untuk menilai karakteristik lainnya, yang meliputi, minat belajar siswa, sikap dan kepribadian siswa. Teknik ini meliputi observasi dan wawancara.15 3. Pengertian Akhlak Muhammad dan H. Rois menjelaskan bahwa lingkup ajaran dalam pendidikan Islam yang ketiga adalah akhlak. Akhlak merupakan refleksi dari tindakan nyata atau pelaksanaan akidah (tauhid) dan syari’ah (fiqh). 16 Selanjutnya Muhammad dan H. Rois menjelaskan pengertian akhlak yaitu : Kata akhlak secara bahasa merupakan bentuk jamak dari kata (khulukun) yang berarti budi pekerti, perangai, tabi’at, adat, tingkah laku atau sistem perilaku yang dibuat. Sedangkan menurut istilah akhlak adalah ilmu yang menentukan batas antara baik dan buruk, antara terpuji dan tercela baik itu berupa perkataan maupun perbuatan manusia lahir dan batin.17 Mohammad Daud Ali berpendapat bahwa : Perkataan akhlak menurut bahasa berasal dari bahasa Arab (akhlak) bentuk jamak dari (khuluk) yang berarti budi pekerti, tabi’ah, tingkah laku dan perangai. Sedangkan menurut istilah akhlak adalah suatu sikap yang melahirkan perbuatan (perilaku, tingkah laku) mungkin baik, mungkin buruk.18 Abu Ahmadi dan Noor Salimi secara lengkap menjelaskan bahwa : 15 Abdul Mujib, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta : Kencana Prenada Media Group, 2006, h. 218-219 16
Muhammad dan H. Rois, AL-ISLAM Pendidikan Agama Islam (PAI) Untuk Perguruan Tinggi Umum, Malang : Setara Press, 2008, h. 45. 17
Ibid.
18
Mohammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2002, h. 346.
20
Akhlak secara etimologis atau ( arti bahasa berasal ) dari kata Kholaqo, yang asal katanya Khuluqun yang berarti : perangai, tabiat, adat atau Kholqun yang berarti kejadian, buatan, ciptaan. Jadi secara etimologi akhlak itu berarti perangai, adat, tabiat atau system prilaku yang dibuat.19 Menurut istilah akhlak adalah terjadinya suatu proses melalui satu konsep atau seperangkat pengertian tentang perbuatan yang semestinya dilakukan (baik) dan tidak sewajarnya (buruk). 20 Dari beberapa pendapat di atas maka dapat dipahami bahwa akhlak dari segi bahasa berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku, atau tabiat. Sedangkan menurut istilah akhlak adalah tingkah laku yang sudah menjadi kebiasaan yang meresap atau tertanam di dalam hati yang pada awal pembentukannya dahulu dilakukan secara suka rela maupun secara terpaksa, jika kebiasaannya itu mengarah kepada sifat yang baik maka disebut akhlaqul karimah, tetapi jika kebiasaan itu mengarah kepada sifat yang buruk maka disebut akhlaqul madzmumah. Ruang lingkup Islam menjadi satu kesatuan yang tak terpisahkan, yang membentuk kepribadian yang utuh pada diri seorang muslim, yaitu terbentuk insan sempurna yang bertauhid, menjalankan syariah dan memiliki akhlak mulia. Sebagaimana firman Allah SWT. :
19 Abu Ahmadi dan Noor Salimi, Dasar-Dasar Pendidikan Agama Islam, Jakarta : Bumi Aksara, 1994, h. 198. 20 Ibid., h. 199.
21
21 Artinya
: “Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu”.22
Dari ayat ini Allah menyeru bagi hamba-Nya untuk menjadi umat muslim secara keseluruhan. Bukan hanya segi tauhid (kepercayaan), bukan hanya tauhid dan syariah. Tetapi integritas tauhid, syariah dan akhlak menjadi satu kesatuan dalam Islam. Yang membentuk seorang muslim yang disebut dengan insan kamil (manusia sempurna). Di dalam pendidikan Islam, akhlak dibahas secara mendalam menjadi beberapa penjabaran di antaranya sebagai berikut : a. Ciri-ciri pendidikan akhlak dalam Islam Dalam pendidikan Islam akhlak sebagai salah satu disiplin ilmu yang memiliki aspek penting dan ciri-ciri tertentu. Sebagaimana yang dikatakan oleh Muhammad dan Rois Mahfud yaitu sebagai berikut: 1) Mengajarkan dan menuntun manusia kepada tingkah laku yang baik dan menjauhkan diri dari tingkah laku yang buruk. 2) Menjadi sumber moral, ukuran baik dan buruknya perbuatan seseorang didasarkan kepada Al-Quran dan Al-Hadits yang shahih.
21
Q.S. Al-Baqarah [2] : 208.
22
Depag RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Jakarta : Balai Pustaka, 2005, h. 264
22
3) Bersifat universal dan komprehensif, dapat diterima dan dijadikan pedoman oleh seluruh umat manusia kapan pun dan dimana pun mereka berada. 4) Mengatur dan mengarahkan fitrah manusia kejenjang akhlak yang luhur dan mulia serta meluruskan perbuatan manusia sebagai upaya memanusiakan manusia. 23 b. Ruang Lingkup Akhlak Seperti halnya ibadah dan muamalah, akhlak dalam Islam juga mempunyai ruang lingkup, yaitu akhlak manusia terhadap Allah. Akhlak manusia terhadap sesama manusia dan akhlak manusia terhadap lingkungan. 1) Akhlak terhadap Allah a) Beribadah Kepada Allah Hubungan manusia dengan Allah diwujudkan dalam bentuk ritualitas peribadatan, seperti shalat, puasa, zakat, dan haji. Beribadah kepada Allah harus dilakukan dengan niat semata-mata karena Allah, tidak menduakan Allah baik dalam hati, melalui perkataan, dan perbuatan. Allah senantiasa memerintahkan kita agar mentaati perintah-Nya yang salah satu di antara adalah melaksanakan shalat, sebagaimana ketaatan para Rasul kepada Allah. Kita juga
23
Muhammad dan H. Rois, AL-ISLAM …, h. 49-50
23
menyadari sifat rasul tersebut yaitu dengan menjalankan perintah shalat sebagaimana firman Allah :
Artinya
: “Maka Dirikanlah shalat Karena Tuhanmu; dan berkorbanlah”. (Q.S. Al-Kautsar [108] : 2)
Dan apabila kita melaksanakan perintah Allah maka akan ada hikmah yang besar yang kita terima di antara hikmah sholat adalah bahwa shalat itu mencegah segala macam penyakit karena di dalam gerakan shalat tersimpan rahasia yang belum diketahui oleh banyak orang. Berikut salah satu sabda nabi SAW tentang rahasia shalat :
ِﺎﳊﲔِِ ْ َ ﻗﺒــَْ ﻠَﻢﻜُْو َ ﺮﻗﺑـَُْ اﺔٌ ِﱃَ اﷲ ب ُ اﻟﺼﱠ ْﻋَﻴﻠَْﻢﻜُْ ﺑِﻘِﻴﺎَمِ ﻴاﻟﻠﱠْﻞِ ﻓَﺎِﻪ ﻧﱠُ دَ أ ِﻔِﺮٌْ ﻟِﻠﺴﱠﻴﱢﺌَﺎت ِو َﻣ َﺮ َﻄْدَةٌﻟِ ﻠﺪﱠاعِﻋَ ﻦ ﻜْـ ﺗﻌـََﺎﱃ و َﻣ َﻨﻬـَْ ﺎةٌﻋَ ﻦِ اْﻻِﰒِْو َ ﺗَ ﻴ ِاﳉْ َﺴ َﺪ Artinya
: “Kerjakanlah qiyam al-lail (shalat malam), karena sesungguhnya hal tersebut merupakan kebiasaan orang-orang shaleh sebelum kalian sebagai pendekatan diri kepada Allah Ta’ala sebagai pencegah dari perbuatan dosa, sebagai kafarah (penebus dari perbuatan buruk sebagai pengusir penyakit dari badan”. (HR. Ahmad melalui Bilal)
b) Mencintai Allah diatas segalanya Mencintai Allah melebihi cintanya kepada apa dan siapapun dengan jalan melaksanakan segala perintah dan menjauhi
segala
larangan-Nya,
mengharapkan ridha-Nya,
mensyukuri nikmat dan karunia-Nya, menerima dengan ikhlas
24
semua qadha dan qadhar Ilahi setelah berikhtiar, meminta pertolongan, memohon ampun, bertawakkal, dan berserah diri hanya kepada Allah merupakan salah satu bentuk dari mencintai Allah. c) Berdzikir kepada Allah Mengingat Allah dalam berbagai situasi, lapang, sempit, senang, susah merupakan salah satu wujud akhlak manusia pada Allah. Akhlak pada Allah berupa dzikir dianjurkan Allah dalam kitab-Nya. Allah menyuruh orang-orang yang beriman untuk berdzikir kepada-Nya dengan sebanyak-banyaknya bahkan dengan berdzikir manusia akan mendapat ketenangan. d) Berdo’a, tawaddu’ dan tawakal Berdoa atau memohon kepada Allah sesuai dengan hajat harus dilakukan dengan cara sebaik mungkin, penuh keikhlasan, penuh keyakinan bahwa doanya akan dikabulkan Allah. Dalam berdoa manusia dianjurkan untuk bersikap tawaddu yaitu sikap rendah hati di hadapan Allah, bersimpuh mengakui kelemahan dan
keterbatasan
diri
serta
memohon
pertolongan
dan
perlindungannya dengan penuh harap. Selain
doa
manusia
dianjurkan
untuk
berusaha
semaksimal mungkin sehingga hajatnya dapat tercapai. Apabila usaha dan doa telah dilakukan secara maksimal, maka tugas manusia selanjutnya adalah menyerahkan hasilnya kepada Allah,
25
lazimnya disebut dengan tawakal, yaitu berserah diri sepenuhnya kepada Allah apapun hasil dari usahanya. Ia sadar bahwa segala sesuatu adalah kepunyaan Allah dan kepada-Nyalah kembali. 2) Akhlak terhadap makhluk a) Akhlak terhadap Rasulullah. Mencintai Rasulullah secara tulus dengan mengikuti semua sunnahnya. Menjadikannya sebagai idola, suri tauladan dalam hidup dan kehidupan. Menjalankan apa yang disuruhnya dan meninggalkan segala apa-apa yang dilarangnya. b) Akhlak terhadap kedua orang tua. Mencintai mereka melebihi cintanya kepada kerabat lainnya. Merendahkan diri diiringi dengan kasih sayang yang tulus. Berkomunikasi dengan hikmah, dengan kata-kata lemah lembut. Mendoakan mereka untuk keselamatan dan keampunan kendatipun mereka telah meninggal dunia. c) Akhlak terhadap diri sendiri Memelihara kesucian diri, menutup aurat, adil, jujur dalam perkataan dan perbuatan, ikhlas, sabar, pemaaf, rendah hati, dan menjauhi sifat dengki serta dendam. Mengenai perintah bersabar banyak terdapat dalam al-Qur’an di antaranya adalah :
26
Artinya
: “Kamu sungguh-sungguh akan diuji terhadap hartamu dan dirimu. dan (juga) kamu sungguhsungguh akan mendengar dari orang-orang yang diberi Kitab sebelum kamu dan dari orang-orang yang mempersekutukan Allah, gangguan yang banyak yang menyakitkan hati. jika kamu bersabar dan bertakwa, Maka Sesungguhnya yang demikian itu termasuk urusan yang patut diutamakan”. (Q.S. Ali Imran [3] : 186)
Setiap akhlak terpuji memiliki dampak yang positif demikian halnya dengan sikap sabar yang merupakan salah satu akhlak terpuji juga memiliki dampak positif yang sangat banyak di antaranya adalah : -
Orang bersabar akan selalu disertai Allah dan dicintai Allah
-
Mendapat pahala yang tiada terkira dari Allah
-
Hidupnya akan bahagia karena selalu menerima segala sesuatu yang menimpanya dengan senang
-
Orang yang sabar dapat menahan diri untuk tidak marah yang akan menyebabkan rusaknya hubungan persaudaraan atau persahabatan.
d) Akhlak terhadap keluarga, karib kerabat Saling membina rasa cinta dan kasih sayang, mencintai dan membenci karena Allah. Termasuk dalam akhlak terhadap
27
keluarga dan karib kerabat adalah berbuat kebajikan. Dalam alQur’an :
Artinya
: “Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran”. (Q.S. An-Nahl [16] : 90)
Perintah untuk melakukan amar ma’ruf sebagaimana firman Allah yang artinya “dan berilah kepada kerabatmu yang dekat” (Q.S. Asy-Syua’ara : 214) demikian juga perintah Allah dalam Q.S. Al-’Ashr agar kita saling mengingatkan dan memberi nasehat dalam mentaati kebenaran. Selain itu Allah juga memerintahkan untuk mencegah kemungkaran, sebagaimana firman Allah :
28
Artinya
: “…dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. dan bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya”. (AlMaidah [5] : 2)
Artinya
: “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung”. (Q.S. Ali Imron : 104)
e) Akhlak terhadap tetangga Saling mengunjungi, membantu saat senang maupun susah, dan hormat-menghormati. f) Akhlak terhadap masyarakat Memuliakan tamu, menghormati nilai dan norma yang berlaku,
menaati
putusan/peraturan
yang
telah
diambil,
bermusyawarah dalam segala urusan untuk kepentingan bersama. g) Akhlak terhadap lingkungan hidup Memelihara kelestarian lingkungan, memanfaatkan dan menjaga alam terutama hewani, nabati, fauna dan flora yang
29
kesemuanya diciptakan Allah untuk kepentingan manusia dan makhluk-makhluk lainnya. 3) Akhlak manusia dengan alam Islam sebagai negara yang universal mengajarkan tata cara peribadatan dan interaksi tidak hanya dengan Allah dan sesama manusia, tetapi juga dengan lingkungan alam sekitarnya. Hubungan triprtie ini sejalan dengan misi Islam yang dikenal sebagai agama rahmatan lil ‘alamin. Hal ini juga menjadi misi profetik diutusnya nabi Muhammad SAW sebagaimana firman Allah :
24 Artinya
: “Dan Tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam”. 25
Islam sebagai agama rahmat bagi seluruh alam hanya dapat diwujudkan jika manusia secara sadar mengetahui, memahami dan melaksanakan misinya sebagai khalifah Allah yang bertugas untuk memakmurkan bumi dan segala isinya, menjalin relasi yang baik dengan sesama manusia dan dengan Allah (hubungan vertical dan horizontal). Secara eksplisit akhlak manusia terhadap alam diwujudkan dalam bentuk tidak mengeksploitasi alam secara berlebihan hanya
24
Q.S. Al-Anbiyaa’ [21] : 107
25
Depag RI, Al-Qur’an…, h. 654
30
untuk
ambisi
dan
hasrat
ekonomi.
Allah
secara
tegas
memperingatkan kepada manusia supaya tidak berbuat kerusakan di muka bumi (la tufsidu fi al ardli), karena esensinya berbuat kerusakan terhadap alam, juga berarti berbuat kerusakan pada diri sendiri dan masyarakat luas. Sebagai khalifah di muka bumi, manusia diperkenankan untuk menikmati apa yang ada di bumi, tetapi tidak untuk mengeksploitasi secara berlebihan melebihi kebutuhan hidup. Sebaliknya, justru suatu kemuliaan apabila manusia menjaga kelestarian alam untuk kepentingan makhluk lain. 26 Secara sederhana dapat dipahami bahwa sesungguhnya manusia tidak memiliki hak untuk mengeksploitasi alam secara berlebihan melebihi dari kebutuhan dasar. Hal ini disebabkan karena alam dan makhluk apapun yang ada didalamnya juga merupakan umat (hamba-hamba Tuhan) sebagaimana halnya manusia . c. Macam-macam Akhlak Imam Al Ghazali mengatakan bahwa akhlak ada dua macam : 1) Akhlak Terpuji Dalam masalah ini Imam Al-Ghazali menjelaskan beberapa pendapat Ulama tentang akhlak yakni sebagai berikut:
26
Muhammad dan H. Rois, AL-ISLAM …, h. 48 - 52
31
a) Hasan Al Bisri berpendapat bahwa akhlak yang terpuji yaitu manis muka tidak suka menyakiti orang lain baik oleh perkataan maupun perbuatan. b) Al Wasith mengatakan ialah tidak memusuhi dan tidak dimusuhi orang karena sangat makrifat kepada Allah SWT. c) Abu Ustman berkata akhlak yang baik ialah Ridho/puas terhadap ketentuan Allah baik yang senang ataupun yang tidak senang. d) Abu Said Al-Harraj berpendapat bahwa akhlak yang terpuji ialah suatu sikap yang tidak ada baginya selain Allah SWT.27 Menurut Al Ghazali “Untuk mencapai akhlak yang mulia harus melalui riyadhah yaitu suatu latihan yang diterapkan oleh kaum sufi, lalu beliau menarik satu kesimpulan bahwa tasawuflah satu-satunya sarana yang akan dapat menghantar kepada kebenaran sejati”.28 Imam Nawawi Al Bantani mengomentari karya Al Ghazali sebagai berikut: Di dalam diri manusia ada empat sifat : a) Sifat ketuhanan (rabbaniah) seperti: sabar, penyayang, belas kasih kepada sesama makhluk, dan lain sebagainya. b) Sifat sabu’iyyah yaitu sifat binatang buas seperti marah, dengki, memukul kiri kanan, memaki kian kemari, menghamburkan harta dengan percuma dan lain-lain.
27 Al-Ghazali, Ihya Ulumuddin, (Terj.) Tim Penterjemah, Libanon : Dar-al-Fikr Juz III, 1995, h. 47-48. 28
Ibid., h. 60.
32
c) Sifat bahimiyyah, yaitu sifat hewan, umpamanya rakus laba dan lain-lain sebagainya. Seseorang yang menganut sifat ini, maka akan keluarlah berbagai macam perbuatan kejahatan, seperti pencurian, penzinaan liwath (melalui dubur) dan sebagainya. d) Sifat syaitaniah, yaitu sifat syetan dan iblis, yaitu dengki banyak tipu daya, banyak helah, munafik, pembawa orang kepada perbuatan mungkar dan kebinasaan, membawa orang kepada bid’ah dan kesesatan. Umpamanya seseorang yang menganut sifat ini, maka dari padanya akan memancarlah berbagai macam cabang kejahatan.29 Dari kutipan-kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa akhlak yang mulia bersumber dari hati yang bersih, dari hati yang bersih inilah lahirnya perbuatan-perbuatan terpuji tersebut, dan ini harus melalui beberapa aqabah (tanjakan) yang harus dilahiri oleh seorang murid. 2) Akhlak Tercela. Akhlak yang tercela lawan dari akhlak yang terpuji. Al-Ghazali mengatakan: “Bahwa akhlak yang tercela yang menyebabkan seseorang akan binasa dunia akhirat”.30 Akhlak yang tercela yang menyebabkan manusia jauh dari Allah SWT, karena itu, alangkah baiknya jika teori sufi diterapkan
29
Imam Nawawi Al Bantani, Terjemah Maraqul Ubudiyah, Surabaya : Daarul Ihya, 1997,
h. 76. 30
Al-Ghazali, Ihya…, h. 48
33
kepada peserta didik/siswa dewasa ini sebab pada realitanya hanya cara kaum sufilah yang dapat membentuk akhlak siswa menjadi insan kamil atau memiliki akhlak yang mulia, tetapi hal ini perlu diimbangi dan dipadukan dengan orientasi dari sudut logika. Pendekatan filosofis diperlukan untuk menganalisa dan menyaring secara kritis antara ajaran agama yang benar dan yang tidak sesuai dengan tuntutan yang semestinya. Sesudah ajaran itu jelas benarnya, agama harus diterima dan ditanggapi dengan hati atau rasa, bukan dengan akal. Pendekatan etis akan menumbuhkan perkembangan rasa agama yang dapat menselaraskan kukungan akal dan hati manusia.31 Apabila kita mengkaji mengenai hakikat dan unsur-unsur dasar peradaban, maka diperoleh kesimpulan bahwa akhlaklah sebagai hakikat unsur peradaban, maka bagaimana bangsa Indonesia ini memiliki peradaban yang tinggi kalau elit politiknya, masyarakatnya tidak berakhlak yang mulia. Dengan adanya krisis multi dimensi termasuk pendidikan faktor utamanya adalah terabaikannya faktor moral dalam dunia pendidikan, pendidikan moral di sekolah-sekolah kita ini sangat memprihatinkan. Oleh karena itu penulis berpendapat marilah kita maksimalisasikan pelajaran akhlak, jangan hanya di SD saja akhlak diajarkan bahkan wajib akhlak itu diajarkan pula di perbagai
31
Musa Asy’arie, Islam Kebebasan Dan Perubahan , Jakarta : Sinar Harapan, 1986, h.85
34
lembaga pendidikan di negara kita ini dan hendaklah elite politik menjadi tauladan bagi rakyatnya. d. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Akhlak Jika kita amati beberapa faktor yang dapat mempengaruhi akhlak siswa ada dua bagian: Pertama, faktor-faktor umum. Kedua, faktorfaktor khusus. Faktor-faktor umum ialah lingkungan, baik keluarga maupun masyarakat, di antaranya adalah: 1) Orang tua Kedua orang tua merupakan contoh bagi anak-anaknya. Oleh karena itu baik dan buruknya seorang anak tergantung kepada pendidikan kedua orang tua, anak diibaratkan seperti kertas yang masih bersih, kalau dihitamkan ia akan menjadi hitam, kalau diputihkan ia akan menjadi putih. 32 Hal ini pernah disinyalir oleh sabda Rasulullah SAW, yang artinya:
، ﺑ ْ ﻦِ اﻟْﻮ َ ﻟ ِ ﻴ ْ ﺪِ ﺣ َ ﺪﱠ ﺛـَﻨَﺎ ﳏَُﻤﱠﺪُ ﺑ ْ ﻦِ ﺣ َ ﺮ ْ بٍ ﻋَ ﻦِ اﻟﺰﱡﺑـ َ ﻴ ْ ﺪِ يﱢ
َﻗَﺎل: ُﺎنَ ﻳـ َ ﻘُﻮ ْ ل: َﻛ َﻧَﺎ ﺳ َ ﻌِ ﻴ ْ ﺪُ ﺑ ْ ﻦِ اﻟْﻤ ُ ﺴ َ ﻴﱠﺐِ ﻋَﻦ ْ أَﰊ ِﺮ َْ ﻳـاَﻧْﱠﻪﻫُﺮُ َ ة ِ ﻳـ ُ ﻮ ْ ﻟَﺪُ ﻋَ ﻠَﻰ اﻟْﻔِ ﻄْﺮ َ ة:ٌﻪِ ْ و ﻣَ َ ﻮﺳَْ ﻟُﻮﻠﱠﻢْ َد ﺳﻮ ُ لُ اﷲِ ﺻ َ ﻠﱠﻰ اﷲ ُ ﻣ َﻋَﺎﻠَﻴ ْﻣِ ﻦ
(ﻬ َ ﻮِدَ اﻧِﻪِ اَو ْ ﻳـ ُ ﻨَﺼِ ﺮ َ اﻧِﻪِ اَو ﳝَُﺠﱢﺴ َ ﺎﻧِﻪِ )رواﻩ اﳌﺴﻠﻢ 32
Ramayulis, Ilmu…, h. 202.
35
Artinya
: “Meriwayatkan kepada kami Hajib bin Walid, meriwayatkan kepada Muhammad Ibnu Harb dari Zubaidi, memberitahukan kepada kami Sa’id bin Musayyab dari Abu Hurairah, berkata: Rasulullah SAW bersabda: Setiap anak dilahirkan dalam keadaan suci maka orang tuanyalah yang dapat menjadikannya Yahudi, Nasrani atau Majusi” (H.R. Muslim).33
Para ulama telah memberikan berbagai interpretasi tentang fitrah seperti yang disebutkan dalam hadits di atas. Berdasarkan interprestasi tersebut Muzayyin menyimpulkan “Bahwa fitrah adalah suatu kemampuan dasar berkembang manusia yang dianugerahkan Allah kepadanya”. 34 Di dalamnya terkandung berbagai komponen psikologis yang satu sama lain saling berkaitan dan saling menyempurnakan bagi hidup manusia. Salah satu fitrah di antara sekian banyak adalah fitrah beragama yang didalamnya terkandung nilai-nilai akhlak. 2) Sekolah/madrasah Sekolah adalah “Faktor yang paling dominan dalam mempengaruhi akhlak siswa setelah kedua orang tua karena seolah merupakan tempat untuk mendidik dan membentuk akhlak para siswanya”. 35 Jika
kita
membahas tentang
kedudukan
sekolah
di
masyarakat maka sekolahan berperan sebagai berikut:
33
Adib Bisri Mustafa, Terjemah Shahih Muslim, Jilid IV, Semarang: CV. Asy-Syifa, 1993. h. 587. 34
Ahmad, Zainal Abidin, Memperkembangkan dan Mempertahankan Pendidikan Islam di Indonesia, Jakarta : Bulan Bintang, 1982, h.20. 35 Ramayulis, Ilmu…, h. 203.
36
a) Guru merupakan wakil wali murid di dalam mendidik anaknya dari keterangan tersebut jelas bahwa sekolah tidak dapat menjalankan peranannya kalau tidak ada kerja sama antara pihak sekolah dan wali murid. b) Sekolah
merupakan
wahana
untuk
membentuk
fitrah
akhlak/agama, fitrah intelek, dan disini pula siswa cita-citanya dikembangkan dan diarahkan seoptimal mungkin. Oleh karena itu guru tidak hanya mencerdaskan para siswanya tetapi bagaimana ia membentuk dan meningkatkan akhlak para siswa. Inilah tujuan pendidikan agama Islam yang urgen. Adapun faktor-faktor khusus yang mempengaruhi akhlak adalah: “Faktor-faktor yang dipilih dari antara faktor umum dengan tujuan dapat mempengaruhi pada diri siswa tersebut dalam hal talentanya, supaya ia kelak menjadi seorang yang sempurna, bermanfaat bagi umat dan tanah airnya, seperti seorang dokter, guru, pejabat, pedagang dan lain sebagainya”. 36 e. Ruang Lingkup Akhlak Dalam Pendidikan Sekolah Dasar Berdasarkan kurikulum tingkat satuan pendidikan tahun 2006, bahwa penanaman akhlak mulia pada siswa pada tingkat sekolah dasar atau di dalam mata pelajaran PAI, yaitu dapat dilihat pada tabel berikut ini : Standar Kompetensi : Kemampuan membiasakan perilaku terpuji
36
Ibid., h. 205.
37
Kompetensi Dasar
: -
Siswa mampu meneladani perilaku nabi Ayub as
-
Siswa mampu meneladani perilaku nabi Musa AS
-
Siswa mampu meneladani perilaku Isa AS
1. Teladan yang diambil dari kisah Nabi Ayub AS : a. Tidak mengeluh ketika mengalami sakit parah b. Tabah dan sabar atas ujian yang diberikan Allah SWT c. Tidak berburuk sangka kepada Allah/baik sangka/khusnudzan d. Tetap melaksanakan ibadah kepada Allah SWT e. Berkeyakinan bahwa semua itu milik Allah dan akan kembali pada-Nya 2. Teladan yang diambil dari kisah nabi Musa AS : a. Berusaha mengajak orang lain kepada kebaikan dan mencegah kejahatan. b. Menanamkan kasih sayang dan tolong menolong terhadap orang lain (nabi Musa menolong putri nabi Syu’aib mengambil air untuk kambingnya). c. Bersikap sabar dan tabah menerima cobaan dan tantangan dari lawan. 3. Teladan yang diambil dari kisah nabi Isa AS : a. Sabar dalam menghadapi fitnah (nabi Isa difitnah memecahkan belah kaum Yahudi dan dikejar akan dibunuh).
38
b. Teguh dalam menjalankan perintah Allah (tetap berdakwah walaupun pengikutnya hanya sedikit). c. Tidak putus asa apabila mengalami kegagalan. d. Menolong orang-orang yang lemah atau sakit.
C. Hipotesis Penelitian Guru PAI dengan tugasnya adalah termasuk dalam golongan orang yang menyeru kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran
terhadap
siswanya oleh karena itu seharusnya pemberian prestasi yang berupa angkaangka dapat mencerminkan daripada akhlak siswanya. Dalam pembelajaran PAI di sekolah diharapkan prestasi belajar PAI tidak semata-mata berupa nilai atau angka-angka yang kurang relevan dengan penerapan akhlak siswa, maka seharusnya prestasi PAI selain angka-angka adalah berupa penguasaan materi dan ketrampilan serta penerapannya yang berupa akhlakul karimah. Atas dasar uraian teoritis di atas, dirumuskan hipotesis sebagai berikut: 1. Ha
: Ada pengaruh antara prestasi belajar PAI terhadap Akhlak siswa kelas V SDN I Pangkalan Satu Kecamatan Kumai Kabupaten Kotawaringin Barat.
39
2. Ho
: Tidak ada pengaruh antara prestasi belajar PAI terhadap akhlak siswa kelas V SDN I Pangkalan Satu Kecamatan Kumai Kabupaten Kotawaringin Barat.
D. Konsep dan Pengukuran Prestasi belajar PAI kelas V SDN-1 Pangkalan Satu yang penulis teliti disini adalah nilai hasil tes tertulis bidang studi Pendidikan Agama Islam aspek akhlak pada kelas V semester I. Sedangkan yang dimaksud dengan akhlak siswa kelas V SDN-1 Pangkalan Satu dalam penelitian ini adalah perilaku siswa kelas V SDN-1 Pangkalan Satu yang terlihat dari hasil pengisian angket yang telah dibagikan kepada siswa. Adapun indikator-indikator akhlak pada angket yang dibagikan adalah sebagai berikut: a. Meneladani sifat sabar Nabi Ayub As ketika sakit: 1) Tidak pernah mengeluh atau marah-marah ketika sakit
(skor 9)
2) Kadang-kadang mengeluh atau marah-marah ketika sakit
(skor 6)
3) Sering mengeluh atau marah-marah ketika sakit
(skor 3)
b. Meneladani sifat sabar Nabi Ayub As ketika kehilangan harta: 1) Tidak pernah marah ketika kehilangan barang
(skor 9)
2) Kadang-kadang marah ketika kehilangan barang
(skor 6)
3) Sering marah ketika kehilangan barang
(skor 3)
c. Meneladani sifat baik sangka Nabi Ayub As kepada Allah: 1) Tidak pernah merasa bahwa sedang diuji oleh Allah karena sakit
(skor 3)
40
2) Kadang-kadang merasa bahwa sedang diuji oleh Allah karena sakit 3) Sering merasa bahwa sedang diuji oleh Allah karena sakit
(skor 6) (skor 9)
d. Meneladani sifat taatnya Nabi Ayub As beribadah kepada Allah: 1) Tidak pernah melaksanakan ibadah sholat wajib
(skor 3)
2) Kadang-kadang melaksanakan ibadah sholat wajib
(skor 6)
3) Sering melaksanakan ibadah sholat wajib
(skor 9)
e. Meneladani sifat Nabi Musa As beramar ma’ruf: 1) Tidak pernah mengajak saudaranya atau temannya berangkat ke masjid untuk sholat atau belajar ngaji
(skor 3)
2) Kadang-kadang mengajak saudaranya atau temannya berangkat ke masjid untuk sholat atau belajar ngaji
(skor 6)
3) Sering mengajak saudaranya atau temannya berangkat ke masjid untuk sholat atau belajar ngaji
(skor 9)
f. Meneladani sifat Nabi Musa As melakukan Nahi Mungkar: 1) Tidak pernah menegur atau menasehati temannya yang berbuat salah atau dosa
(skor 3)
2) Kadang-kadang menegur atau menasehati temannya yang berbuat salah atau dosa
(skor 6)
3) Sering menegur atau menasehati temannya yang berbuat salah atau dosa
(skor 9)
g. Meneladani sifat Nabi Musa As tabah dan sabar menghadapi tantangan:
41
1) Tidak pernah tekun dan sabar menghadapi kesulitan dalam belajar
(skor 3)
2) Kadang-kadang tekun dan sabar menghadapi kesulitan dalam belajar 3) Sering tekun dan sabar menghadapi kesulitan dalam belajar
(skor 6) (skor 9)
h. Meneladani sifat Nabi Musa As menolong orang yang sedang kesulitan: 1) Tidak pernah menolong/membantu (orang tua, tetangga, atau teman) yang sedang kesulitan/meminta bantuan
(skor 3)
2) Kadang-kadang menolong/membantu (orang tua, tetangga, atau teman) yang sedang kesulitan/meminta bantuan
(skor 6)
3) Sering menolong/membantu (orang tua, tetangga, atau teman) yang sedang kesulitan/meminta bantuan i.
(skor 9)
Meneladani sifat Nabi Isa As sabar menghadapi fitnah: 1) Tidak pernah bisa sabar dan jujur memberikan penjelasan, ketika di tuduh mencuri/melakukan perbuatan yang tidak terpuji
(skor 3)
2) Kadang-kadang sabar dan jujur memberikan penjelasan, ketika di tuduh mencuri/melakukan perbuatan yang tidak terpuji
(skor 6)
3) Sering sabar dan jujur memberikan penjelasan, ketika dituduh mencuri/melakukan perbuatan yang tidak terpuji j.
(skor 9)
Meneladani sifat Nabi Isa As teguh dalam mengerjakan perintah Allah SWT: 1) Tidak pernah melaksanakan perintah puasa ramadhan kalau banyak temannya yang tidak berpuasa
(skor 3)
42
2) Kadang-kadang melaksanakan perintah puasa ramadhan kalau banyak temannya yang tidak berpuasa
(skor 6)
3) Sering melaksanakan perintah puasa ramadhan kalau banyak temannya yang tidak berpuasa
(skor 9)
k. Meneladani sifat Nabi Isa As tidak putus asa apabila menghadapi kegagalan: 1) Tidak pernah putus asa ketika mendapat nilai ulangan harian yang jelek
(skor 9)
2) Kadang-kadang putus asa ketika mendapat nilai ulangan harian yang jelek
(skor 6)
3) Sering putus asa ketika mendapat nilai ulangan harian yang jelek
(skor 3)
Keterangan: Untuk pernyataan yang positif kriteria dan pilihan jawaban dan skornya adalah sebagai berikut: Tidak pernah (TP) skor
=
3
Kadang-kadang (KD) skor
=
6
Sering (SR) skor
=
9
Sedangkan untuk pernyataan yang negatif kriteria dan pilihan jawaban dan skornya adalah sebagai berikut: Tidak pernah (TP) skor
=
9
Kadang-kadang (KD) skor
=
6
Sering (SR) skor
=
3
43
Total nilai atau perolehan skor jika pilihan jawaban pada angket benar semua maka skor tertinggi 9 dikali 11 maka memperoleh nilai tertinggi yaitu 99 dengan kategori amat baik