BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian analisis diferensial Menurut
Henry
Simamora
(2002:230),
analisis
diferensial
adalah
menetapkan pilihan yang mengucurkan laba incremental terbesar. Laba incremental merupakan perbedaan antara pendapatan relevan dan biaya relevan setiap alternatif pilihan. Menurut Slamet Sugiri (2004:85), analisis diferensial adalah sebuah model keputusan yang dapat digunakan untuk mengevaluasi perbedaan-perbedaan di dalam pendapatan dan kos yang berkaitan dengan berbagai alternatif tindakan. Menurut R.A Supriyono (2001:64), tiga macam istilah dalam analisis diferensial adalah sebagai berikut: 1. Pendapatan Diferensial Pendapatan diferensial adalah pendapatan yang akan datang yang berbeda di antara berbagai alternatif keputusan yang mungkin dipilih. Pendapatan yang akan datang adalah pendapatan yang diharapkan akan terjadi selama periode waktu yang dicakup oleh keputusan yang akan dibuat. 2. Biaya Diferensial Biaya diferensial adalah biaya yang akan datang yang berbeda di antara berbagai alternatif keputusan yang mungkin dipilih. Biaya yang akan datang adalah yang akan terjadi selama periode waktu yang dicakup oleh keputusan yang akan dibuat.
8 xxii
3.
Laba Diferensial Laba diferensial adalah laba yang akan datang yang berbeda di antara berbagai alternatif keputusan yang mungkin dipilih. Besarnya laba diferensial dinyatakan dalam rumus: Laba diferensial = Pendapatan diferensial – Biaya diferensial Berdasarkan ketiga definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa analisis
diferensial adalah alat yang dapat digunakan untuk mengevaluasi perbedaanperbedaan dari berbagai alternatif keputusan yang terdiri dari pendapatan diferensial, biaya diferensial dan laba diferensial.
2.1.2 Pengertian Pengambilan Keputusan Dalam menjalankan perusahaan manajemen selalu dihadapkan pada permasalahan pemilihan berbagai macam alternatif pilihan. Oleh karena itu, manajemen harus mengambil suatu keputusan untuk memilih satu dari beberapa alternatif tersebut. Menurut George dan Lislie (2003:17), pengambilan keputusan adalah memilih suatu alternatif dari dua pilihan atau lebih untuk menentukan suatu pendapat atau perjalanan suatu tindakan. Menurut Slamet Sugiri
(2004:84),
pengambilan keputusan (decision making) adalah memilih salah satu diantara berbagai alternatif tindakan yang ada. Menurut Stoner (1994:173), pengambilan keputusan menggambarkan proses yang digunakan untuk memilih suatu tindakan sebagai cara pemecahan masalah.
9 xxiii
Dari ketiga pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa pengambilan keputusan adalah pemilihan suatu alternatif diantara berbagai alternatif tindakan yang ada sebagai cara untuk pemecahan masalah.
2.1.3 Pengertian Biaya Menurut Abdul Halim (1997:4), biaya merupakan semua pengeluaran yang sudah terjadi (expired) yang digunakan dalam memproses produksi yang dihasilkan. Menurut Mulyadi (2005:8), biaya dapat dibedakan dalam arti sempit dan arti luas. Biaya dalam arti luas adalah pengorbanan sumber ekonomi yang diukur dalam satuan uang yang telah terjadi untuk tujuan tertentu. Sedangkan dalam arti sempit biaya dapat diartikan sebagai pengorbanan sumber ekonomi untuk memperoleh aktiva. Menurut Zaki Baridwan (2000:30), biaya (expense) adalah aliran keluaran atau pemakaian lain aktiva atau timbulnya utang (atau kombinasi keduanya) selama suatu periode yang berasal dari penyerahan atau pembuatan barang, penyerahan jasa, atau dari kegiatan lain yang merupakan kegiatan utama badan usaha. Berdasarkan pengertian diatas dapat diketahui bahwa biaya adalah semua pengeluaran yang digunakan dalam produksi untuk mendapatkan penghasilan dan merupakan kegiatan utama badan usaha.
10 xxiv
2.1.4 Penggolongan Biaya Penggolongan biaya adalah proses pengelompokan secara sistematis dan keseluruhan elemen yang ada ke dalam golongan –golongan tertentu yang lebih ringkas untuk dapat memberikan informasi yang dibutuhkan. Menurut R.A Supriyono (1999:18), penggolongan biaya adalah sebagai berikut: a. Penggolongan biaya sesuai dengan fungsi pokok dari kegiatan perusahaan 1. Biaya produksi yaitu semua biaya yang berhubungan dengan fungsi produksi atau kegiatan pengolahan bahan baku yang menjadi produk selesai. Biaya produksi meliputi biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik. 2. Biaya pemasaran yaitu biaya dalam rangka penjualan produk selesai sampai pengumpulan piutang menjadi kas. Biaya ini meliputi biaya untuk melaksanakan fungsi penjualan, fungsi penggudangan produk selesai, fungsi pengepakan dan pengiriman, fungsi pemberian kredit dan pengumpulan piutang dan fungsi pembuatan faktur administrasi penjualan. 3. Biaya administrasi dan umum yaitu semua biaya yang berhubungan dengan fungsi administrasi dan umum. Biaya ini terjadi dalam rangka penentuan kebijaksanaan, pengarahan, pengawasan kegiatan perusahaan secara keseluruhan. 4. Biaya keuangan adalah semua biaya yang terjadi dalam melaksanakan fungsi keuangan misalnya biaya bunga.
11 xxv
b. Penggolongan biaya sesuai dengan periode akuntansi dimana biaya akan dibebankan 1. Pengeluaran modal (capital expenditure), yaitu pengeluaran yang akan dapat memberikan manfaat pada beberapa periode akuntansi atau pengeluaran yang akan dapat memberikan manfaat pada periode akuntansi yang akan datang. Pada saat terjadinya pengeluaran ini dikapitalisasikan kedalam harga perolehan aktiva dan diberlakukan sebagai biaya pada periode akuntansi yang menikmati manfaatnya. 2. Pengeluaran penghasilan (revenue expenditure), yaitu pengeluaran yang akan memberikan manfaat hanya pada periode akuntansi dimana pengeluaran langsung diperlukan sebagai biaya tidak dikapitalisasi sebagai aktiva. c. Penggolongan biaya sesuai dengan tendensi perubahannya terhadap aktiva atau kegiatan atau volume 1. Biaya tetap ( fixed cost ) adalah biaya yang jumlah totalnya tetap, tidak berubah untuk suatu periode tertentu. Biaya ini tidak akan naik atau turun meskipun volume kegiatannya bervariasi. 2. Biaya variabel adalah biaya yang jumlah totalnya bervariasi secara proporsional dengan variasi volume kegiatan, tetapi jumlah per unitnya tetap. 3. Biaya semi variabel adalah biaya yang mempunyai elemen tetap dan variabel didalamnya. Elemen biaya yang tetap merupakan jumlah biaya minimum untuk menyediakan jasa sedangkan elemen variabel merupakan
12 xxvi
bagian dari biaya semi variabel yang dipengaruhi oleh perubahan volume kegiatan. d. Penggolongan biaya sesuai dengan obyek atau pusat biaya yang dibiayai 1. Biaya langsung (direct cost) adalah biaya yang terjadinya atau manfaatnya dapat diidentifikasikan kepada obyek atau pusat biaya tertentu. 2. Biaya tidak langsung (indirect cost) adalah biaya yang terjadinya atau manfaatnya tidak dapat diidentifikasikan pada obyek atau pusat biaya tertentu atau biaya yang manfaatnya dinikmati oleh beberapa obyek atau pusat biaya. e. Penggolongan biaya untuk tujuan pengendalian biaya 1. Biaya terkendali (controllable cost) adalah biaya yang secara langsung dapat dipengaruhi oleh seorang pimpinan tertentu dalam jangka waktu tertentu. 2. Biaya tidak terkendali (uncontrollable cost) adalah biaya yang tidak dapat dipengaruhi oleh seorang pemimpin/pejabat tertentu berdasar wewenang yang dia miliki atau tidak dapat dipengaruhi oleh seorang pejabat dalam jangka waktu tertentu. f. Penggolongan biaya sesuai dengan tujuan pengambilan keputusan 1. Biaya relevan (relevan cost) adalah biaya yang akan mempengaruhi pengambilan
keputusan,
oleh
karena
itu
biaya
tersebut
harus
diperhitungkan di dalam pengambilan keputusan. Pengambilan keputusan dapat berupa pemilihan dua alternatif atau pilihan lebih dari dua alternatif.
13 xxvii
2. Biaya tidak relevan (irrelevant cost) adalah biaya
yang tidak
mempengaruhi pengambilan keputusan, oleh karena itu biaya ini tidak perlu diperhitungkan atau dipertimbangkan dalam proses pengambilan keputusan.
2.1.5 Pengertian Harga Pokok Produksi Menurut Abdul Halim (1997:32), harga pokok produksi adalah kumpulan dari biaya-biaya produksi yang telah dicatat pada siklus akuntansi biaya. Menurut Hensen dan Mowen (2000:48), harga pokok produksi adalah jumlah biaya produksi yang dikeluarkan untuk menghasilkan atau memperoleh barang jadi. Berdasarkan kedua pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pengertian harga pokok produksi adalah jumlah seluruh biaya produksi telah dicatat dalam siklus akuntansi biaya dan telah dikeluarkan oleh perusahaan untuk menghasilkan atau memperoleh barang jadi.
2.1.6 Elemen-elemen Harga Pokok Produksi Untuk menentukan besarnya harga pokok produksi suatu produk, maka terlebih dahulu harus diketahui elemen-elemen yang menjadi bagian dari harga pokok produksi. Menurut Slamet Sugiri (2004:15), elemen-elemen kos produksi adalah sebagai berikut 1. Bahan baku adalah bahan yang digunakan untuk membuat produk selesai. Bahan baku dapat diidentifikasikan ke produk dan merupakan bagian integral dari produk tersebut.
14 xxviii
2. Tenaga kerja langsung adalah tenaga yang langsung menangani proses produksi, sehingga dapat diidentifikasi ke produk. 3. Overhead pabrik adalah kos-kos selain bahan baku dan tenaga kerja langsung yang diperlukan untuk memproduksi barang. Kos overhead disebut juga kos tak langsung produk, karena kos yang diserap oleh satu jenis produk diantara produk-produk lainnya tidak dapat diidentifikasi langsung.
2.1.7 Metode Pengumpulan Harga Pokok Produksi Metode pengumpulan harga pokok produksi dapat digolongkan menjadi dua yaitu, metode harga pokok pesanan dan metode harga pokok proses. Menurut R.A Supriyono (1999:36), metode pengumpulan harga pokok produksi adalah sebagai berikut 1. Metode harga pokok pesanan (job order cost method) adalah metode pengumpulan harga pokok produk dimana biaya dikumpulkan untuk setiap pesanan atau kontrak atau jasa secara terpisah, dan setiap pesanan atau kontrak dapat dipisahkan identitasnya. 2. Metode harga pokok proses (process cost method)
adalah metode
pengumpulan harga pokok produk dimana biaya dikumpulkan untuk setiap satuan waktu tertentu, misalnya bulan, triwulan, semester, tahun.
2.1.8 Metode Penentuan Harga Pokok Produksi Dalam menentukan harga pokok produksi, perusahaan menggunakan metode full costing. Artinya perusahaan membebankan semua unsur biaya produksi baik
15 xxix
yang berprilaku tetap maupun variabel. Namun untuk pesanan khusus diperlukan metode variabel costing, yang hanya membebankan biaya produksi yang berprilaku variabel. Menurut Mulyadi (2005:17): 1. Full
costing
merupakan
metode
penentuan
kos
produksi
yang
memperhitungkan semua unsur biaya produksi ke dalam kos produksi, yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik, baik yang berprilaku variabel maupun tetap. 2. Variabel costing merupakan metode penentuan kos produksi yang hanya memperhitungkan biaya produksi yang berprilaku variabel ke dalam kos produksi, yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik variabel.
2.1.9 Perbedaan Metode Variable Costing dengan Full Costing. Menurut Mulyadi (2005:122), perbedaan metode variable costing dan full costing antara lain: 1. Perbedaan ditinjau dari sudut penentuan harga pokok produksi Full costing merupakan metode untuk menentukan harga pokok produk yang membebankan seluruh biaya produksi baik yang variabel maupun yang tetap kepada produk. Dalam metode full costing, biaya overhead pabrik, baik yang berprilaku tetap maupun variabel, dibebankan kepada produk yang didasarkan atas tarif yang ditentukan di muka pada kapasitas normal atau atas dasar biaya overhead pabrik sesungguhnya. Oleh karena itu, biaya overhead pabrik tetap akan melekat pada harga pokok persediaan produk dalam proses
16 xxx
dan persediaan produk jadi yang belum laku dijual, dan baru dianggap sebagai biaya (unsur harga pokok penjualan) apabila produk jadi tersebut telah terjual. Variable costing adalah metode penentuan harga pokok produksi yang hanya membebankan biaya-biaya produksi variabel saja ke dalam harga pokok produk. Dalam metode variable costing, biaya overhead pabrik tetap diperlakukan sebagai period cost bukan sebagai unsur harga pokok produk, sehingga biaya overhead pabrik tetap dibebankan sebagai biaya dalam periode terjadinya. Dengan demikian biaya overhead pabrik tetap di dalam metode variable costing tidak melekat pada persediaan produk yang belum laku dijual, tetapi langsung dianggap sebagai biaya dalam periode terjadinya. 2. Perbedaan ditinjau dari sudut penyajian laporan keuangan. Ditinjau dari penyajian laporan laba rugi, perbedaan pokok antara metode variable costing dengan full costing adalah terletak pada klasifikasi pos-pos yang disajikan dalam laporan laba rugi tersebut. Laporan laba rugi yang disusun dengan metode full costing menitikberatkan pada penyajian unsur-unsur biaya menurut hubungan biaya dengan fungsi-fungsi pokok yang ada dalam perusahaan (functional-cost classification). Laporan laba rugi metode full costing adalah sebagai berikut: Hasil penjualan xxx Harga pokok penjualan (termasuk biaya overhead pabrik tetap) xxx Laba bruto xxx Biaya administrasi dan umum xxx Biaya pemasaran xxx (xxx) Laba bersih usaha xxx
17 xxxi
Laporan laba rugi metode variable costing lebih menitikberatkan pada penyajian biaya sesuai dengan prilakunya dalam hubungannya dengan perubahan volume kegiatan (classification by cost behavior). Laporan laba rugi menurut metode variable costing adalah sebagai berikut: Hasil penjualan Dikurangi biaya-biaya variabel: Biaya produksi variabel Biaya pemasaran variabel Biaya administrasi & umum variabel Laba kontribusi (contribution margin) Dikurangi biaya-biaya tetap: Biaya produksi tetap Biaya pemasaran tetap Biaya administrasi & umum tetap
xxx xxx xxx xxx (xxx) xxx xxx xxx xxx (xxx) xxx
Laba bersih usaha
2.1.10 Manfaat Informasi Yang Dihasilkan Oleh Metode Variable Costing. Laporan keuangan yang disusun berdasarkan metode variable costing bermanfaat
bagi
manajemen
untuk:
perencanaan
laba
jangka
pendek,
pengendalian biaya dan pembuatan keputusan. Menurut Mulyadi (2005:144), manfaat informasi yang dihasilkan oleh metode variable costing adalah sebagai berikut: 1. Perencanaan laba jangka pendek. Untuk kepentingan perencanaan laba jangka pendek, manajemen memerlukan informasi biaya yang dipisahkan menurut prilaku biaya dalam hubungannya dengan perubahan volume kegiatan. Metode variable costing menghasilkan
18 xxxii
laporan laba rugi yang menyajikan informasi biaya variabel yang terpisah dari informasi biaya tetap, sehingga dapat memenuhi kebutuhan manajemen untuk perencanaan laba jangka pendek. Dengan adanya pemisahan biaya tetap dan biaya variabel dalam laporan laba rugi, memungkinkan manajemen melakukan analisis hubungan antara biaya, volume dan laba. 2. Pengendalian biaya. Dalam metode variable costing, period costs yang terdiri dari biaya yang berprilaku tetap dikumpulkan dan disajikan secara terpisah dalam laporan laba rugi sebagai pengurang terhadap laba kontribusi. Biaya tetap ini dapat dikelompokkan ke dalam dua golongan: discretionary fixed costs dan committed fixed costs. Discretionary fixed costs merupakan biaya yang berprilaku tetap karena kebijakan manajemen. Committed fixed costs merupakan semua biaya yang tetap dikeluarkan, yang tidak dapat dikurangi guna mempertahankan kemampuan perusahaan dalam memenuhi tujuan jangka panjang perusahaan. Dalam jangka pendek, committed fixed costs tidak dapat dikendalikan oleh manajemen. Dengan dipisahkan biaya tetap dalam kelompok tersendiri dalam laporan laba rugi variable costing, manajemen dapat memperoleh informasi discretionary fixed costs terpisah dari committed fixed costs, sehingga pengendalian biaya tetap dalam jangka pendek dapat dilakukan oleh manajemen. 3. Pembuatan keputusan. Variable costing menyajikan data yang bermanfaat untuk pembuatan keputusan jangka pendek, khususnya penentuan harga jual jangka pendek.
19 xxxiii
Ditinjau dari sudut penentuan harga, perbedaan pokok antara full costing dan variable costing adalah terletak pada konsep penutupan biaya (consept of cost recovery). Menurut metode full costing, harga jual harus dapat menutup total biaya, termasuk biaya tetap di dalamnya. Di dalam metode variable costing, apabila harga jual tersebut telah menghasilkan laba kontribusi guna menutup biaya tetap adalah lebih baik daripada harga jual yang tidak menghasilkan laba kontribusi sama sekali.
2.1.11 Pemisahan Biaya Semi Variabel Biaya semi variabel harus dipisahkan secara jelas ke dalam biaya tetap dan biaya variabel, karena kedua jenis biaya tersebut berperan dalam melakukan penganalisaan. Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk memisahkan biaya semi variabel menjadi biaya tetap dan biaya variabel, seperti metode titik tertinggi dan terendah, metode kuadrat terkecil serta metode biaya berjaga. Menurut Mulyadi ( 2005 : 471 ), untuk memisahkan biaya semi variabel dapat digunakan tiga metode yaitu : 1. Metode titik tertinggi dan terendah Dalam metode ini suatu biaya pada tingkat kegiatan yang paling tinggi dibandingkan dengan biaya tersebut pada tingkat kegiatan terendah dimasa yang lalu. Selisih biaya yang dihitung merupakan unsur biaya variabel dalam biaya tersebut. Pemisahan biaya semivariabel dengan menggunakan metode titik tertinggi dan terendah ini sangat kasar, karena hanya diperhitungkan 2
20 xxxiv
pasang data (pada kegiatan tertinggi dan terendah) saja, sehingga tidak cukup mencerminkan perilaku biaya semivariabel yang diamati perilakunya. 2. Metode kuadrat terkecil ( Least Square Method ) Metode ini menganggap bahwa hubungan antara biaya dengan volume kegiatan berbentuk hubungan garis lurus dengan persamaan garis regresi Y=a+bx, dimana Y merupakan variabel tidak bebas (dependent variable) yaitu variabel yang perubahannya ditentukan oleh perubahan pada variabel X yang merupakan variabel bebas (independent variable). Variabel Y menunjukkan biaya, sedangkan variabel X menunjukkan volume kegiatan. 3. Metode biaya berjaga Metode ini mencoba menghitung berapa biaya yang harus tetap dikeluarkan andaikata perusahaan ditutup untuk sementara, jadi produknya sama dengan nol. Biaya ini disebut biaya berjaga, dan biaya berjaga ini merupakan biaya yang tetap. Perbedaan antara biaya yang dikeluarkan selama produksi berjalan dengan berjaga merupakan biaya variabel.
2.1.12 Pengertian Marjin Kontribusi (Contribution Margin) Menurut Slamet Sugiri (2004 : 76) menyatakan bahwa contribution margin atau margin kontribusi adalah selisih antara hasil penjualan dan seluruh komponen biaya variabel (produksi, administrasi dan penjualan). Kontribusi Margin positif menunjukkan bahwa hasil penjualan dapat dipergunakan untuk menutup biaya variabel dan seluruh atau sebagian biaya tetap. Apabila contribution margin melebihi jumlah biaya tetap, maka kelebihannya merupakan laba. Jadi dari
21 xxxv
pengertian di atas tentang contribution margin dapat diartikan bahwa contribution margin merupakan kemampuan suatu perusahaan untuk menutup seluruh biaya tetapnya pada periode tertentu.
2.1.13 Pengertian Laba Menurut R.A Supriyono ( 2000 : 331 ) menyatakan bahwa laba perusahaan merupakan selisih antara penghasilan penjualan di atas semua biaya dalam periode akuntansi. Sedangkan Soemarso S.R. ( 2000 : 5 ) menyatakan bahwa laba adalah selisih profit antara pendapatan dan biaya untuk periode tertentu sebagai hasil dari prosedur perbandingan pendapatan dan biaya. Jadi dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa laba adalah merupakan selisih antara penghasilan penjualan dengan semua biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan dalam periode akuntansi tersebut.
2.1.14 Pengertian Pesanan Khusus Menurut Mulyadi (2001:361), pesanan khusus merupakan pesanan yang diterima oleh perusahaan di luar pesanan regular perusahaan. Menurut Slamet Sugiri (2004:86), pesanan khusus adalah pesanan di luar penjualan normal, biasanya dengan harga yang lebih rendah daripada harga jual normal. Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pesanan khusus adalah pesanan diluar pesanan regular perusahaan yang bukan merupakan hasil dari kegiatan normal perusahaan dengan harga yang lebih rendah dari harga jual normal.
22 xxxvi
2.1.15 Syarat-Syarat Dalam Mempertimbangkan Pesanan Khusus Menurut R.A Supriyono (2001:263), syarat-syarat yang harus dipenuhi agar suatu pesanan khusus dapat diterima adalah: 1. Perusahaan masih memiliki kapasitas yang menganggur Jika masih ada kapasitas yang menganggur maka pemanfaatan kapasitas tersebut hanya mengakibatkan peningkatan biaya variabel, sedangkan biaya tetap jumlahnya tidak meningkat. Jika pengolahan pesanan khusus tersebut mengakibatkan terlampaunya kapasitas yang ada maka keadaan ini mengakibatkan meningkatnya jumlah total biaya tetap. 2. Dapat dilakukan pemisahan pasar Diperlukan pemisahan pasar antara penjualan biasa dengan penjualan untuk melayani pesanan khusus. Tujuan pemisahan tersebut agar harga jual kepada yang lebih tinggi tidak rusak atau turun karena pengaruh harga jual pesanan khusus yang jumlahnya lebih kecil.
2.1.16 Analisis Diferensial Dalam Pengambilan Keputusan Menerima Atau Menolak Pesanan Khusus. Dalam mempertimbangkan pesanan khusus, manajemen dapat menggunakan analisis diferensial sebagai dasar dalam menentukan harga jual. Jika harga jual pesanan khusus lebih besar dari biaya diferensial yang berupa biaya variabel untuk memproduksi dan memasarkan pesanan khusus tersebut, maka pesanan khusus dapat diterima.
23 xxxvii
Untuk
menentukan
harga
jual
pesanan
khusus,
manajer
perlu
mempertimbangkan pesanan regular. Pesanan regular adalah pesanan yang dibebani tugas untuk menutup seluruh biaya tetap yang akan terjadi dalam tahun anggaran. Apabila seluruh biaya tetap dalam tahun anggaran dapat ditutup oleh pesana regular, maka pesanan khusus dapat dibebaskan dari kewajiban untuk memberikan kontribusi dalam menutup biaya tetap. Dengan demikian jika kapasitas produksi belum seluruhnya terpakai dan masih mampu untuk melayani pesanan khusus, manajer dapat menerima harga jual yang berada di bawah harga jual normal bahkan di bawah biaya penuh untuk memproduksi dan memasarkan produk, asalkan harga tersebut masih di atas biaya variabel. Dalam keadaan ini, harga jual berada di atas biaya variabel untuk memproduksi dan memasarkan produk, sehingga masih mampu menghasilkan laba kontribusi. Selain itu biaya tetap akan ditutupi dari pesanan regular, maka setiap tambahan laba kontribusi dari pesanan khusus akan mengakibatkan tambahan laba bersih perusahaan.
2.2 Penelitian Sebelumnya Penelitian-penelitian mengenai menerima atau menolak pesanan khusus sudah pernah dilakukan oleh: 1. Putu Edy Supartha (2002) dengan judul “Evaluasi Terhadap Keputusan Manajemen Dalam Menolak Pesanan Khusus Pada Modes Kartini di Renon Denpasar”. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi keputusan manajemen dalam menolak pesanan khusus yang terjadi. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini dengan menggunakan analisis incremental cost adalah
24 xxxviii
keputusan manajemen dalam menolak pesanan khusus belumlah tepat karena pesanan khusus yang ditolak tersebut ternyata memberikan tambahan laba sebesar Rp. 28.561.854,45. 2. Ema Erviyanti (2004) dengan judul “Analisis Biaya Diferensial Sebagai Alat Pengambilan Keputusan Atas Produk Cacat Pada CV.Haris Denpasar”. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh keputusan yang tepat dalam memproses ulang produk-produk cacat yang dihasilkan proses produksi dengan menggunakan analisis diferensial. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah berdasarkan analisis diferensial terdapat blouse cacat yang tidak layak diproses ulang yaitu blouse tanpa motif sequin, karena blouse cacat tersebut akan lebih menguntungkan jika dijual langsung. Karena perusahaan telah memproses ulang blouse cacat tersebut maka perusahaan mengalami kerugian sebesar Rp 274.020,00. 3. Putu Sri Cahyawathi (2005) dengan judul “Analisis Diferensial Sebagai Alat Pengambilan Keputusan Dalam Menerima Atau Menolak Pesanan Khusus Pada CV.Karisma Bali. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan keputusan yang tepat dalam menerima atau menolak pesanan khusus pada CV.Karisma Bali. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pesanan khusus yang ditolak oleh perusahaan ternyata memberikan tambahan laba sebesar Rp. 1.051.800,00 4. Komang Tri Cahyani (2007) dengan judul “Analisis Biaya Relevan Dalam Pembuatan Keputusan Menerima Atau Menolak Pesanan Khusus Pada PT. Sumiati Export International Denpasar”. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui keputusan perusahaan menerima atau menolak pesanan
25 xxxix
khusus yang harganya lebih rendah dari harga jual normal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua jenis produk pesanan khusus dapat diterima karena menghasilkan sumbangan contribution margin yang positif. Rangkuman dari penelitian sebelumnya dapat dilihat pada tabel 2.1 Tabel 2.1 Rangkuman Hasil Penelitian Sebelumnya. Nama Obyek Peneliti Penelitian Putu Edy Pesanan Supartha Khusus (2002)
Ema Erviyanti (2004)
Produk (blouse) Cacat
Putu Sri Pesanan Cahyawathi Khusus (2005)
Komang Tri Biaya Cahyani Relevan (2007)
Teknik Analisis Data Teknik Analisis Kuantitatif
Variabel Biaya, Keputusan Manajemen, Contribution Margin.
Hasil Penelitian keputusan manajemen dalam menolak pesanan khusus belumlah tepat karena pesanan khusus yang ditolak tersebut ternyata memberikan tambahan laba sebesar Rp. 28.561.854,45.
Produk Cacat, Teknik Harga Pokok Analisis Produk Kuantitatif Perusahaan, Biaya Variabel Total Sebelum Proses Ulang, Biaya Diferensial.
berdasarkan analisis diferensial terdapat blouse cacat yang tidak layak diproses ulang yaitu blouse tanpa motif sequin, karena blouse cacat tersebut akan lebih menguntungkan jika dijual langsung.
Biaya Bahan Baku, Biaya Tenaga Kerja Langsung, BOP Tetap, BOP Variabel, Biaya Non Produksi, Contribution Margin Biaya Relevan, Jumlah Pesanan Khusus
Teknik Analisis Kuantitatif
pesanan khusus yang ditolak oleh perusahaan ternyata memberikan tambahan laba sebesar Rp. 1.051.800,00
Teknik Analisis Kuantitatif
semua jenis produk pesanan khusus dapat diterima karena menghasilkan sumbangan contribution margin yang positif.
Sumber: Data Diolah 2008
26 xl