BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Perlakuan Akuntansi Perlakuan akuntansi adalah standar yang melandasi pencatatan suatu transaksi yang meliputi pengakuan, pengukuran atau penilaian dan penyajian informasi keuangan yang pada akhirnya akan berpengaruh terhadap laporan keuangan. Standar akuntansi adalah pengumuman atau ketentuan resmi yang dikeluarkan oleh badan yang berwenang, mengenai konsep standar, metode yang dinyatakan sebagai pedoman utama dalam praktik akuntansi perusahaan-perusahaan dalam lingkungan atau negara sepanjang ketentuan ini relevan dengan keadaan perusahaan atau unit usaha tertentu. Dalam Standar Akuntansi Keuangan diatur hal-hal pokok yang menjadi pedoman dalam perlakuan akuntansi, yaitu: 1) Pengakuan Merupakan proses pembentukan suatu pos yang memenuhi definisi unsur serta kriteria pengakuan yang dilakukan dengan menyatakan pos tersebut baik dalam kata-kata maupun dalam jumlah uang dan mencantumkan ke dalam neraca maupun laba rugi (IAI, 2007:15 paragraf 82). 2) Pengukuran Merupakan proses penetapan jumlah uang untuk mengakui dan memasukkan setiap unsur laporan keuangan dalam neraca dan laporan laba rugi. Proses ini menyangkut pemilihan dasar pengukuran tertentu (IAI, 2007:17 paragraf 99).
9
3) Penyajian Laporan keuangan harus menyajikan secara wajar posisi keuangan, kinerja keuangan, perubahan ekuitas, dan arus kas perusahaan dengan menerapkan PSAK secara benar disertai pengungkapan yang diharuskan PSAK dalam catatan atas laporan keuangan. Informasi lain tetap diungkapkan untuk menghasilkan penyajian yang wajar walaupun pengungkapan tersebut tidak diharuskan oleh PSAK (IAI, 2007:1.3 paragraf 10). Salah satu karakteristik standar akuntansi adalah bahwa standar tersebut tidak mengatur prosedur akuntansi tetapi lebih merupakan pedoman-pedoman umum yang lengkap tentang fungsi akuntansi sebagai alat untuk mengungkapkan informasi keuangan. Standar memberikan landasan untuk menentukan perlakuan akuntansi tertentu yang akhirnya akan berpengaruh terhadap laporan keuangan. 2.1.2 Pengertian Kredit Pengertian kredit berasal dari bahasa latin yaitu credere yang berarti kepercayaan (to believe atau to trust). Bila dikaitkan dengan kegiatan usaha, kredit berarti suatu kegiatan yang memberi nilai ekonomi kepada seseorang atau badan usaha berlandaskan kepercayaan pihak bank kepada debitur atau nasabah. Pengertian kredit menurut Undang-Undang No.10 Tahun 1998 tentang Perbankan menyatakan bahwa kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan tujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain mewajibkan pihak meminjam untuk melunasi hutangnya setalah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.
10
2.1.3 Pendapatan Provisi dan Komisi Pendapatan provisi dan komisi merupakan salah satu unsur dari pendapatan operasional dari bank. Provisi kredit merupakan sumber pendapatan bank yang akan diterima dan diakui sebagai pendapatan saat kredit. Biasanya bank menyetujui provisi kredit langsung dibayarkan oleh nasabah yang bersangkutan. Sedangkan komisi merupakan beban yang diperhitungkan kepada nasabah bank yang mempergunakan jasa bank (Lapoliwa&Kuswandi, 2000:267). Pendapatan provisi dan komisi yang jumlahnya signifikan yang berkaitan langsung dengan kegiatan perkreditan dan/atau mempunyai jangka waktu tertentu ditangguhkan dan diamortisasi berdasarkan metode garis lurus (straigh-line method) sesuai dengan jangka waktunya. Untuk kredit yang dilunasi sebelum jatuh temponya, saldo pendapatan provisi dan/atau komisi ditangguhkan , diakui pada saat kredit dilunasi. Pendapatan provisi dan komisi lainnya yang tidak berkaitan langsung dengan kegiatan perkreditan atau jangka waktu tertentu diakui pada saat terjadinya transaksi (Bank Indonesia, 2001) 2.1.4 Pendapatan Bunga Pendapatan bunga yaitu pendapatan yang diterima bank dari kredit yang dikeluarkan dan merupakan pendapatan utama yang diukur langsung pada saat pencairan kredit dan untuk menentukan profitabilitas bank (IAI, 2007:31.6 paragraf 19). Bunga pinjaman adalah bunga yang diberikan kepada para peminjam atau harga yang harus dibayar oleh nasabah peminjam kepada bank, sebagai contoh bunga kredit. Adapun komponen dalam menentukan bunga kredit adalah:
11
1) Total Biaya Dana (cost of fund) Merupakan total bunga yang dikeluarkan oleh bank untuk memperoleh dana simpanan baik dalam bentuk simpanan giro, tabungan maupun deposito. 2) Biaya Operasi Dalam melakukan setiap kegiatan bank membutuhkan berbagai sarana dan prasarana baik berupa manusia maupun alat. 3) Cadangan Resiko Kredit Macet Merupakan cadangan terhadap macetnya kredit yang akan diberikan, hal ini disebabkan setiap kredit yang diberikan pasti mengandung suatu resiko tidak dibayar. 4) Laba yang Diinginkan Pajak merupakan kewajiban yang dibebankan pemerintah kepada bank yang memberikan fasilitas kredit kepada nasabahnya (Kasmir, 2004:124) 2.1.5 Penyisihan Kerugian Kredit Penyisihan kerugian kredit adalah penyisihan yang dibentuk, baik dalam rupiah maupun mata uang asing untuk menutup kemungkinan kerugian yang timbul sehubungan dengan penanaman dana ke dalam kredit (Bank Indonesia, 2001:III.8D.1) 2.1.6 Perlakuan Akuntansi Kredit menurut PSAK No. 31 tentang Perbankan Dalam perbankan yang termasuk kelompok piutang adalah kredit yang diberikan yang kemudian akan menimbulkan pendapatan provisi dan komisi serta pendapatan bunga. Dalam PSAK No.31 perlakuan akuntansi untuk kredit,
12
pendapatan bunga, pendapatan provisi dan komisi, dan penyisihan kerugian kredit dapat dijabarkan sebagai berikut: 1) Kredit (1) Pengakuan Pengakuan kredit menurut PSAK No. 31 diakui pada saat pencairannya sebesar pokok kredit. Kredit diakui pada saat pencairannya sebesar pokok kredit. Kredit dalam rangka pembiayaan bersama diakui sebesar pokok kredit yang merupakan porsi tagihan bank yang bersangkutan (IAI, 2007:31.4 paragraf 12). (2) Pengukuran Pengukuran kredit diukur sebesar pokok pinjaman yang diberikan. (3) Pengungkapan Jumlah kredit yang diberikan harus diungkapkan dalam laporan keuangan dan harus dipertanggungjawabkan. 2) Pendapatan Bunga Pengakuan pendapatan bunga menurut PSAK No. 31 diakui secara accrual, kecuali pendapatan dari kredit dan aset produktif lain yang nonperforming dimana pencatatan bunga ke dalam rekening pendapatan dilakukan pada saat jatuh tempo.
13
3) Pendapatan Provisi dan Komisi (1) Pengakuan Pendapatan provisi dan komisi diakui pada saat pinjaman diberikan yang ditangguhkan terlebih dahulu baru diamortisasi secara sistematis sesuai jangka waktu kreditnya. (2) Pengukuran/ Penilaian Pendapatan provisi dan komisi diukur atau dinilai sebesar jumlah pendapatan provisi dan komisi dibagi jangka waktu pemberian kredit. 4) Penyisihan Kerugian Kredit Penyisihan kerugian kredit dibentuk sebesar estimasi kerugian kredit yang tidak dapat ditagih sesuai dengan mata uang denominasi yang diberikan. 2.1.7 Penilaian Kesehatan Bank Kesehatan bank dapat diartikan sebagai kemampuan suatu bank untuk melakukan kegiatan operasional perbankan secara normal dan mampu memenuhi semua kewajibannya dengan baik dengan cara-cara yang sesuai dengan peraturan perbankan yang berlaku. Pengertian tentang kesehatan bank di atas merupakan suatu batasan yang sangat luas, karena kesehatan bank memang mencakup kesehatan suatu bank untuk melaksanakan seluruh kegiatan usaha perbankannya, yang meliputi: a)
Kemampuan menghimpun dana dari masyarakat, dari lembaga lain, dan dari modal sendiri.
b) Kemampuan mengelola dana c)
Kemampuan untuk menyalurkan dana ke masyarakat
14
d) Kemampuan memenuhi kewajiban kepada masyarkat, karyawan, pemilik modal, dan pihak lain e)
Pemenuhan peraturan perbankan yang berlaku (Budisantoso dan Triandaru, 2006:51) Penilaian tingkat kesehatan bank mencakup penilaian terhadap faktor-faktor
CAMELS yang terdiri dari: a.
Permodalan (capital) Modal merupakan hak atau bagian yang dimiliki oleh pemilik perusahaan yang ditunjukkan dalam pos modal (modal saham), surplus dan laba yang ditahan atau kelebihan nilai aktiva yang dimiliki perusahaan terhadap seluruh utang-utangnya. Modal dapat dibagi menjadi dua, yaitu: 1) Modal Inti Modal inti terdiri dari modal disetor, modal sumbangan, cadangancadangan yang dibentuk dari laba setelah pajak dan laba yang diperoleh setelah diperhitungkan pajak. a) Modal disetor adalah modal yang telah disetor secara efektif oleh pemiliknya. b) Modal sumbangan adalah modal yang diperoleh kembali dari sumbangan saham, termasuk selisih antara nilai yang tercatat dengan harga jual apabila saham tersebut
15
c) Cadangan Umum merupakan cadangan yang dibentuk oleh penyisihan laba yang ditahan atau dari laba bersih setelah pajak, dan mendapat persetujuan dari rapat umum pemegang saham. d) Cadangan Tujuan merupakan bagian laba yang dikurangi pajak yang disisihkan untuk tujuan tertentu dan telah mendapat persetujuan rapat umum pemegang saham. e) Laba Ditahan adalah saldo laba bersih setelah dikurangi pajak yang oleh rapat umum pemegang saham diputuskan untuk tidak dibagikan. f) Laba tahun lalu adalah laba tahun-tahun lalu setelah dikurangi pajak yang belum ditetapkan penggunaannya oleh rapat umum pemegang saham g) Laba tahun berjalan setelah dikurangi dengan taksiran utang pajak. Laba tahun berjalan ini hanya diperhitungkan sebagai modal inti sebesar 50%. 2) Modal Pelengkap Modal pelengkap terdiri dari cadangan-cadangan yang dibentuk tidak berasal dari laba, modal pinjaman serta subordinasi. Secara rinci modal pelengkap terdiri dari: a) Cadangan revaluasi aktiva tetap yaitu cadangan yang dibentuk dari selisih penilaian kembali aktiva tetap yang telah mendapat persetujuan dari Direktorat Jendral Pajak.
16
b) Penyisihan penghapusan aktiva produktif yang dibentuk dengan cara membebani laba rugi tahun berjalan, dengan maksud untuk menampung kerugian yang mungkin timbul sebagai akibat dari tidak diterimanya kembali sebagian atau seluruh aktiva produktifnya. c) Modal pinjaman yaitu utang yang didukung oleh instrumen atau warkat yang memiliki sifat-sifat seperti modal dan mempunyai ciriciri tidak dijamin oleh bank yang bersangkutan, tidak dapat ditarik atau dilunasi atas inisiatif pemilik tanpa persetujuan BI, mempunyai kedudukan yang sama dengan modal dalam hal jumlah kerugian bank melebihi laba ditahan dan cadangan-cadangan yang termasuk modal inti, meskipun bank belum dilikuidasi, dan pembayaran bunga dapat ditangguhkan apabila bank dalam keadaan rugi atau labanya tidak mendukung untuk membayar bunga tersebut. d) Pinjaman subordinasi, yaitu pinjaman yang memenuhi syarat-syarat ada perjanjian tertulis, mendapat persetujuan Bank Indonesia dan tidak dijamin oleh bank yang bersangkutan dan telah disetor penuh dengan minimal jangka waktu 5 tahun, pelunasan sebelum jatuh tempo harus mendapatkan persetujuan BI serta hak tagih berada pada urutan paling akhir dalam hal bank dilikuidasi. Penilaian terhadap faktor permodalan didasarkan pada rasio Modal terhadap
Aktiva
Tertimbang
Menurut
Risiko
(ATMR).
Dalam
menghitung ATMR, masing-masing pos aktiva diberi bobot risiko yang besarnya didasarkan pada kadar risiko yang terkandung pada aktiva
17
tersebut. Untuk memudahkan perhitungan, umumnya suatu bank menghitung ATMR dengan menggunakan suatu formulir yang disediakan oleh Bank Indonesia. Rumus rasio permodalan adalah sebagai berikut: CAR =
Modal Bank X 100% ATMR
Sebagai tolak ukur dalam menentukan tingkat kesehatan permodalan, maka penilaian aspek permodalan dibagi menjadi 5 peringkat komponen sebagai berikut. Tabel 2.1 Peringkat Komponen Tingkat Kesehatan Aspek Permodalan Rasio
Nilai Komponen
≥ 12% 1 9% < Rasio < 12% 2 8% ≤ Rasio ≤ 9% 3 6% < Rasio < 8% 4 ≤ 6% 5 Sumber: Bank Indonesia, 2004
Predikat Sangat Baik Baik Cukup Baik Kurang Baik Tidak Baik
b. Kualitas aset (asset quality) Aktiva Produktif adalah semua aktiva yang dimiliki dengan maksud untuk memperoleh penghasilan sesuai fungsinya. Dalam Peraturan Bank Indonesia No.7/2/PBI/2005 Aktiva Produktif adalah penyediaan dana bank untuk memperoleh penghasilan dalam bentuk kredit, surat berharga, penempatan antar bank, tagihan akseptasi, tagihan atas surat berharga yang dibeli dengan janji dijual kembali (reserve repurchase agreement), tagihan derivatif, penyertaan, transaksi rekening administratif serta bentuk penyediaan dana lainnya yang dapat dipersamakan dengan itu. Kualitas aktiva produktif dinilai
18
atas
dasar
penggolongan
kolektibilitasnya.
Yang
dimaksud
dengan
kolektibilitas adalah keadaan pembayaran pokok atau angsuran pokok dan bunga kredit oleh peminjam atau debitur serta tingkat kemungkinan diterimanya kembali dana yang digunakan, ditanamkan dan ditempatkan. Kualitas penggunaan, penanaman dan penempatan dana yang produktif atau disebut aktiva produktif dinilai atas dasar penggolongan kolektibilitasnya, yaitu: 1. Aktiva Produktif dengan kolektibilitas lancar 2. Aktiva Produktif dengan kolektibilitas dalam perhatian khusus 3. Aktiva Produktif dengan kolektibilitas kurang lancar 4. Aktiva Produktif dengan kolektibilitas diragukan 5. Aktiva Produktif dengan kolektibilitas macet Penilaian KAP didasarkan pada 2 rasio, yaitu: a. Perbandingan aktiva produktif yang diklasifikasikan terhadap aktiva produktif Rasio =
Aktiva Produktif yang Diklasifik asikan X 100% Aktiva Produktif
Sebagai tolak ukur dalam menentukan tingkat kesehatan aktiva produktif yang diklasifikasikan terhadap aktiva produktif, maka penilaiannya dibagi menjadi 5 peringkat komponen, yaitu:
19
Tabel 2.2 Peringkat Tingkat Komponen Kesehatan Aktiva Produktif yang Diklasifikasikan Terhadap Aktiva Produktif Rasio Nilai Predikat Komponen ≤ 0,5 % 1 Sangat Baik 0,5% < Rasio ≤ 3% 2 Baik 3% - 6% 3 Cukup Baik 6% < Rasio ≤ 12% 4 Kurang Baik >12% 5 Tidak Baik Sumber: Bank Indonesia, 2004 b.
Perbandingan penyisihan penghapusan aktiva produktif (PPAP) terhadap penyisihan aktiva produktif yang wajib dibentuk (PPAPWD) Rasio =
PPAP X 100% PPAPWD
Tujuan dari penilaian komponen ini adalah untuk mengukur kecukupan PPAP yang telah dibentuk guna menutup kemungkinan kerugian yang ditimbulkan oleh aktiva produktif non lancar. Semakin kecil rasio ini mencerminkan rendahnya kemampuan bank dalam menutup kemungkinan kerugian yang ditimbulkan aktiva produktif non lancar. Sebagai tolak ukur dalam menentukan tingkat kesehatan penyisihan penghapusan aktiva produktif terhadap aktiva produktif yang wajib dibentuk, maka penilaiannya dibagi menjadi 5 peringkat komponen sebagai berikut:
20
Tabel 2.3 Peringkat Komponen Tingkat Kesehatan Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif Terhadap Aktiva Produktif yang Wajib Dibentuk Rasio >110% 105% < Rasio ≤ 110% 100% - 105% 70% < Rasio ≤ 100% <70%
Nilai Komponen 1 2 3 4 5
Predikat Sangat Baik Baik Cukup Baik Kurang Baik Tidak Baik
Sumber: Bank Indonesia, 2004 c.
Manajemen (management) Sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia Nomor 6/10/PBI/2004 tanggal 12 April 2004 tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum menyatakan bahwa Penilaian peringkat manajemen meliputi penilaian kualitatif terhadap tiga komponen yaitu penerapan prinsip-prinsip manajemen umum (good corporate governance – GCG) yang mencerminkan kualitas tata kelola organisasi Bank, kemampuan pengurus bank untuk mengidentifikasi, mengukur, memonitor dan mengendalikan risiko-risiko yang melekat pada seluruh aktivitas Bank, serta kepatuhan Bank terhadap hukum dan peraturan yang berlaku.
d. Rentabilitas (earnings) Tingkat keuntungan yang dicapai oleh sebuah bank dengan seluruh dana yang ada di Bank, disebut rentabilitas. Penilaian terhadap rentabilitas dapat dinilai dengan menggunakan 2 komponen yang terdiri dari: : a. Return On Assets (ROA) ROA =
Laba sebelum pajak X 100% Rata - rata total Asset
21
Tujuan penilaian komponen ini adalah untuk mengukur keberhasilan manajemen atas seluruh aktivitasnya dalam menghasilkan laba. Semakin kecil rasio ini mengindikasikan kurangnya kemampuan bank baik dalam mengelola struktur aktiva maupun meningkatkan pendapatan dan menekan biaya yang mempengaruhi modal bank. Sebagai tolak ukur dalam menentukan tingkat kesehatan ROA, maka penilaiannya dibagi menjadi 5 peringkat komponen sebagai berikut: Tabel 2.4 Peringkat Komponen Tingkat Kesehatan ROA Rasio
Nilai Komponen
> 1,5% 1 1,25% < Rasio ≤ 1,5% 2 0,5% - 1,25% 3 0,0% < Rasio ≤ 0,5% 4 ≤0,0% 5 Sumber: Bank Indonesia, 2004
Predikat Sangat Baik Baik Cukup Baik Kurang Baik Tidak Baik
b. Rasio Beban operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) BOPO =
Total beban operasional X 100% Total pendapatan operasional
Tujuan dari penilaian komponen ini adalah untuk mengukur kemampuan pendapatan operasional dalam menutup biaya operasional. Rasio yang semakin meningkat mencerminkan kurangnya kemampuan bank dalam menekan biaya operasional dan meningkatkan pendapatan operasionalnya yang dapat menimbulkan kerugian karena bank kurang efisien dalam mengelola usahanya. Sebagai tolak ukur dalam menentukan tingkat kesehatan BOPO, maka penilaiannya dibagi menjadi 5 peringkat komponen sebagai berikut:
22
Tabel 2.5 Peringkat Komponen Tingkat Kesehatan BOPO Rasio
Nilai Komponen ≤ 90% 1 90% < Rasio ≤ 94% 2 94% - 96% 3 96% < Rasio ≤ 100% 4 >100% 5 Sumber : Bank Indonesia, 2004 e.
Predikat Sangat Baik Baik Cukup Baik Kurang Baik Tidak Baik
Likuiditas (liquidity) Dalam Peraturan Bank Indonesia Nomor 6/10/PBI/2004 Penilaian likuiditas mencerminkan tingkat kemampuan bank untuk mengelola tingkat likuiditas yang memadai guna memenuhi kewajibannya secara tepat waktu dan untuk memenuhi kebutuhan lainnya. Disamping itu bank juga harus dapat menjamin bahwa kegiatan likuiditas dikelola secara efisien dalam arti bahwa bank dapat menekan biaya pengelolaan likuiditas yang tinggi serta setiap saat bank dapat melikuidasi asetnya secara cepat dengan kerugian yang minimal. Untuk menjamin likuiditas suatu bank, dapat dihitung dengan Loan to Deposit Ratio (LDR). LDR =
Kredit X 100% Dana Pihak Ketiga
Sebagai tolak ukur dalam menentukan tingkat kesehatan likuiditas, maka penilaiannya dibagi menjadi 5 peringkat komponen sebagai berikut:
23
Tabel 2.6 Peringkat Komponen Tingkat Kesehatan LDR Rasio Nilai Komponen 50% < Rasio ≤75% 1 75% < Rasio ≤ 85% 2 85% < Rasio ≤ 100% 3 100%
120% 5 Sumber: Bank Indonesia, 2004 f.
Predikat Sangat Baik Baik Cukup Baik Kurang Baik Tidak Baik
Sensitivitas terhadap risiko pasar (sensitivity to market risk) Dalam Peraturan Bank Indonesia Nomor 6/10/PBI/2004 Penilaian sensitivitas terhadap risiko pasar dalam penilaian tingkat kesehatan Bank merupakan penilaian terhadap kemampuan modal Bank untuk mengcover akibat yang ditimbulkan oleh perubahan risiko pasar dan kecukupan manajemen risiko pasar dalam berbagai skenario. Risiko pasar yang dinilai meliputi risiko suku bunga dan risiko nilai tukar. Selain itu dalam penilaian faktor ini dinilai juga kecukupan penerapan manajemen risiko pasar.
2.2 Pembahasan Hasil Penelitian Sebelumnya Penelitian
mengenai
perlakuan
akuntansi
piutang
pernah
dilakukan
sebelumnya oleh Diani (2004) meneliti tentang perlakuan akuntansi pendapatan provisi dan komisi serta pengaruhnya terhadap laporan keuangan pada PT. BPR Cahaya Artha Bali Mengwi.. Objek dari penelitiannya adalah perlakuan akuntansi pendapatan provisi dan komisi serta pengaruhnya terhadap laporan keuangan. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis kualitatif dan kuantitatif. Adapun hasil dari penelitiannya adalah perlakuan akuntansi pendapatan provisi dan komisi yang diterapkan oleh PT. BPR Cahaya Artha Bali Mengwi belum sesuai dengan PSAK No. 31 karena pendapatan provisi dan
24
komisi diakui secara langsung sehingga ada beberapa jumlah pendapatan yang seharusnya diakui pada periode akan datang diakui pada periode sekarang.. Persamaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah sama-sama mengangkat masalah tentang perlakuan akuntansi yang dibandingkan dengan PSAK dan sama-sama menggunakan teknik analisis kualitatif dan kuantitatif. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah menambahkan variabel kesehatan bank, lokasi penelitian dan periode akuntansi yang diteliti, penelitian ini dilakukan di PT. Bank Pembangunan Daerah Bali sedangkan penelitian sebelumnya dilakukan di PT. BPR Cahaya Artha Bali Mengwi. Pratiwi (2006) meneliti tentang perlakuan akuntansi kredit dan pengaruhya terhadap laporan keuangan pada PT. Bank Sri Partha.. Objek dari penelitiannya adalah perlakuan akuntansi kredit dan pengaruhnya terhadap laporan keuangan. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis data kualitatif deskriptif komparatif dan kuantitatif. Adapaun hasil dari penelitiannya adalah perlakuan akuntansi kredit yang diterapkan oleh PT. Bank Sri Partha dalam pengakuan dan pengukuran kredit serta pendapatan bunga sudah sesuai dengan PSAK No. 31. Namun pengakuan pendapatan provisi dan komisi yang diterapkan PT. Bank Sri Partha tidak sesuai dengan PSAK dimana pendapatan provisi dan komisi diakui secara langsung dalam periode berjalan sehingga berpengaruh terhadap laporan keuangan. Persamaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah sama-sama mengangkat masalah tentang perlakuan akuntansi yang dibandingkan dengan PSAK dan sama-sama menggunakan teknik analisis kualitatif dan kuantitatif. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya
25
adalah menambahkan variabel kesehatan bank, lokasi penelitian dan periode akuntansi yang diteliti, penelitian ini dilakukan di PT. Bank Pembangunan Daerah Bali sedangkan penelitian sebelumnya dilakukan di PT. Bank Sri Partha. Eka (2008) meneliti tentang Evaluasi Tingkat Kesehatan PT. Bank Perkreditan Rakyat Bali Artha Anugrah Kuta yang mengambil periode lima tahun dari tahun 2003-2007. Objek dari penelitiannya adalah tingkat kesehatan BPR Bali Artha Anugrah yang berkaitan dengan permodalan, kualitas aktiva produktif, manajemen, rentabilitas dan likuiditas. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa PT. Bank Perkreditan Rakyat Bali Artha Anugrah Kuta mendapat predikat sehat. Nilai CAR yang diperoleh untuk tahun 2003-2007 mendapat predikat sehat. Nilai rasio aktiva produktif yang diperoleh tahun 2003-2007 tergolong sehat, kemudian nilai penyisihan penghapusan aktiva produktif selama tahu 2003-2006 mendapat predikat tidak sehat namun tahun 2007 mendapat predikat sehat. Komponen manajemen tahun 2003-2007 mendapat predikat sehat. Nilai untuk rasio rentabilitas yang diperoleh PT. Bank Perkreditan Rakyat Bali Artha Anugrah Kuta tahun 2003-2007 mendapat predikat sehat. Untuk nilai rasio likuiditas tahun 20032007 mendapat predikat sehat. Persamaan dari penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terletak pada alat analisis yang digunakan yaitu menggunakan alat analisis CAMEL. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah menambahkan variabel perlakuan akuntansi kredit, periode dan lokasi penelitian. Penelitian sebelumnya menggunakan periode waktu 5 tahun sedangkan penelitian ini menggunakan periode waktu 1 tahun. Penelitian sebelumnya dilakukan di PT.
26
Bank Perkreditan Rakyat Bali Artha Anugrah Kuta sedangkan penelitian ini dilakukan di PT. Bank Pembangunan Daerah Bali.
27