8
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS
2.1
Kepemimpinan Pada setiap kegiatan manusia yang dilakukan secara bersama-sama selalu
membutuhkan kepemimpinan. Jadi diperlukan adanya seorang pemimpin demi sukses dan efisiensi kerja. Untuk bermacam-macam usaha dan kegiatan manusia yang jutaan banyaknya, maka diperlukan upaya yang terencana dan sistematis untuk melatih dan mempersiapkan pemimpin-pemimpin baru. Ada beberapa ahli yang mengemukakan pengertian kepemimpinan. Kartono (2008:49) menyatakan: “Kepemimpinan adalah seni untuk mempengaruhi tingkah laku manusia, kemampuan untuk mendidik orang”. Marmansyah dan Mukaram (2002:167) menyatakan sebagai berikut : “Kepemimpinan adalah suatu aktivitas yang berkelanjutan diarahkan untuk menimbulkan dampak pada perilaku orang lain, dan pada akhirnya difokuskan pada upaya untuk mewujudkan tujuan-tujuan organisasi”. Berdasarkan uraian di atas maka dapat ditarik kesimpulan kepemimpinan adalah suatu proses dimana seseorang yang berada di organisasi dapat menggunakan wewenangnya untuk mempengaruhi tingkah laku bawahannya dalam dapat mencapai suatu tujuan.
2.1.1
Gaya Kepemimpinan Setiap pemimpin memiliki gaya kepemimpinan yang berbeda antara satu
dengan yang lainnya, dan bukan suatu keharusan bahwa suatu gaya kepemimpinan lebih baik atau lebih buruk dibanding gaya kepemimpinan lainnya. Definisi gaya kepemimpinan menurut Thoha (2003:303) sebagai berikut : “Gaya kepemimpinan adalah suatu norma perilaku yang digunakan oleh seseorang pada saat orang tersebut mencoba mempengaruhi perilaku orang lain seperti yang ia lihat”.
9
Sedangkan menurut Ranupandojo dan Husnan (2004:224) adalah sebagai berikut: “Gaya kepemimpinan adalah suatu pola tingkah laku yang dirancang oleh untuk mengintegrasikan tujuan organisasi dengan tujuan individu untuk mencapai suatu tujuan tertentu”. Dan menurut Hasibuan (2013:170) adalah sebagai berikut : “Gaya kepemimpinan adalah suatu cara pemimpin untuk mempengaruhi bawahannya, agar mau bekerja sama dan bekerja secara produktif untuk mencapai tujuan organisasi”. Berdasarkan definisi-definisi tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa gaya kepemimpinan adalah suatu pola tingkah laku tertentu yang digunakan oleh pemimpin atau seseorang untuk mempengaruhi perilaku orang lain dalam mencapai suatu tujuan. Berikut adalah Gaya Kepemimpinan yang dikemukakan oleh Hasibuan (2013:170) sebagai berikut : 1.
Kepemimpinan Otoriter Kepemimpinan Otoriter adalah jika seorsng pemimpin memiliki kekuasaan atau wewenang yang sebagian besar mutlak tetap berada pada pimpinan atau pimpinan itu manganut sistem sentralisasi wewenang. Pengambilan keputusan dan kebijaksanaan hanya ditetapkan sendiri oleh pemimpin, bawahan tidak diikutsertakan untuk memberikan saran, ide, dan pertimbangan dalam proses pengambilan keputusan. Karakteristik dari kepemimpinan Otoriter, yaitu : 1.
Bawahan hanya bertugas sebagai pelaksanaan keputusan yang telah ditetapkan pemimpin.
2.
Pemimpin menganggap dirinya orang yang paling berkuasa, paling pintar, dan paling cakap.
3.
Pengarahan bawahan dilakukan dengan memberikan intruksi atau perintah, hukuman, serta pengawasan dilakukan secara ketat.
10
2.
Kepemimpinan Partisipatif Kepemimpinan Partisipatif adalah apabila seorang pemimpin dalam kepemimpinannya dilakukan dengan cara persuasif, menciptkan kerja sama yang serasi, menumbuhkan loyalitas, dan partisipatif para bawahan. Pemimpin memotivasi bawahan agar merasa ikut memiliki perusahaan. Karakteristik dari Kepemimpinan Partisipatif, yaitu : 1.
Bawahan harus berpartisipasi dalam memberikan saran, ide, dan pertimbangan-pertimbangan dalam proses pengambilan keputusan.
2.
Keputusan tetap dilakukan pimpinan dengan mempertimbangkan saran atau ide yang diberikan bawahannya.
3.
Pemimpin
menganut
sistem
manajemen
terbuka
(open
management) dan desentralisasi wewenang. 3.
Kepemimpinan Delegatif Kepemimpinan Delegatif apabila seorang pemimpin mendelegasikan wewenang kepada bawahan dengan lengkap. Dengan demikian, bawahan dapat mengambil keputusan dan kebijaksanaan dengan bebas atau leluasa dalam melaksanakan pekerjaan. Pemimpin tidak peduli cara bawahan mengambil keputusan dan mengerjakan pekerjaannya, sepenuhnya diserahkan kepada bawahan. Karakteristik dari Gaya Kepemimpinan Delegatif, yaitu : 1.
Pimpinan
menyerahkan
tanggung
jawab
atas
pelaksanaan
pekerjaan kepada bawahan. 2.
Pimpinan tidak akan membuat peraturan-peraturan tentang pelaksanaan pekerjaan-pekerjaan dan hanya sedikit melakukan kontak mata dengan bawahannya.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tidak ada gaya kepemimpinan yang cocok untuk segala situasi, maka penampilan pemimpin yang efektif dalam organisasi harus menyesuaikan gaya kepemimpinannya dengan situasi yang dihadapi. Pengertian situasi mencakup kemampuan/kesiapan bawahan, tuntutan pekerjaan, dan tujuan organisasi. Gaya kepemimpinan yang ditampilkan sesuai
11
dengan tuntutan situasi akan sangat baik untuk diterapkan agar hasil kerja (produktifitas) karyawan menjadi tinggi.
2.1.2
Sifat-sifat Kepemimpinan Upaya untuk menilai sukses atau gagalnya pemimpin antara lain dilakukan
dengan mengamati dan mencatat sifat-sifat dan kualitas atau mutu perilakunya yang dipakai sebagai kriteria untuk menilai kepemimpinannya. Menurut George R. Terry yang dikutip pada Kartono (2008:38) menuliskan sepuluh sifat pemimipin yang unggul, yaitu : 1. Kekuatan. Kekuatan badaniah dan alamiah merupakan syarat pokok bagi pemimpin yang harus bekerja lama dan berat pada waktu-waktu yang lama serta tidak teratur, dan di tengah-tengah situasi yang sering tidak menentu. 2. Stabilitas emosi. Pemimpin yang baik itu memiliki emosi yang stabil. Artinya dia tidak mudah marah, tersinggung perasaannya, dan tidak meledak-ledak secara emosional. Ia menghormati martabat orang lain, toleran terhadap kelemahan orang lain, dan bisa memaafkan kesalahan-kesalahan yang tidak terlalu prinsip. Semua itu diarahkan untuk menjaga dan mencapai situasi lingkungan sosial yang rukun, damai, harmonis, serta menyenangkan. 3. Pengetahuan tentang relasi insani. Salah satu tugas pokok pemimpin ialah : memajukan dan mengembangkan semua bakat serta potensi bawahan, untuk bisa bersama-sama maju dan mengecap kesejahteraan. Karena itu pemimpin diharapkan memiliki pengetahuan tentang sifat, watak, dan perilaku anggota kelompoknya, agar bisa menilai kelebihan dan kelemahan pengikutnya. 4. Kejujuran. Pemimpin yang baik itu harus memiliki kejujuran yang tinggi yaitu jujur pada diri sendiri dan pada orang lain (terutama bawahannya). Dia selalu menepati janji, tidak munafik, dapat dipercaya, dan berlaku adil terhadap semua orang.
12
5. Obyektif. Pertimbangan pemimpin itu harus berdasarkan hati nurani yang bersih, supaya obyektif (tidak subyektif, berdasar prasangka sendiri). Dia akan mencari bukti-bukti dan sebab musabab setiap kejadian secara nyata, dan memberikan alasan yang rasional atas penolakannya. 6. Dorongan pribadi. Keinginan dan kesediaan untuk menjadi pemimpin itu harus muncul dari dalam hati sanubari sendiri. Dukungan dari luar akan memperkuat hasrat sendiri untuk memberikan pelayanan dan pengabdian diri kepada kepentingan orang banyak. 7. Keterampilan berkomunikasi. Pemimpin diharapkan mahir menulis dan berbicara, mudah menangkap maksud orang lain, cepat menangkap esensi pernyataan orang lain, mudah memahami maksud para anggotanya. 8. Kemampuan mengajar. Pemimpin yang baik itu diharapkan juga menjadi guru yang baik. Mengajar itu adalah membawa siswa secara sistematis dan intensional pada sasaransasaran tertentu, guna mengembangkan pengetahuan, keterampilan teknis tertentu, dan menambah pengalaman mereka. Yang dituju ialah agar para pengikutnya dapat mandiri, mau memberikan loyalitas dan partisipasinya. 9. Keterampilan sosial. Pemimpin juga diharapkan memiliki kemampuan untuk “mengelola” manusia, agar mereka dapat mengembangkan bakat dan potensinya. Pemimpin dapat mengenali segi-segi kelemahan dan kekuatan setiap anggotanya, agar bisa ditempatkan pada tugas-tugas yang cocok dengan pembawaan masing-masing. Pemimpin juga mampu mendorong setiap orang yang dibawahinya untuk berusaha dan mengembangkan diri dengan cara-caranya sendiri yang dianggap paling cocok. 10. Kecapakan teknis atau kecakapan manajerial. Pemimpin harus superior dalam satu atau beberapa kemahiran teknis tertentu. Juga memiliki kemahiran manajerial untuk membuat rencana, mengelola,
13
menganalisa keadaan, membuat keputusan, mengarahkan, mengontrol, dan memperbaiki situasi yang tidak mapan. Tujuan semua ini ialah tercapainya efektivitas kerja, keuntungan maksimal, dan kebahagiaan-kesejahteraan anggota sebanyak-banyaknya.
2.1.3
Syarat-Syarat Kepemimpinan Earl Nightingale dan Whitt Schult dalam bukunya “Creative Thinking –
How to win Ideas”, (1965) yang dikutip oleh Kartono (2008:37) menuliskan kemampuan pemimpin dan syarat yang harus dimiliki ialah : 1. Kemandirian, berhasrat memajukan diri sendiri (individualism). 2. Memiliki rasa ingin tahu yang besar, cepat tertarik pada manusia, dan bendabenda (curious). 3. Multi terampil atau memiliki kepandaian beraneka ragam. 4. Memiliki rasa humor, antusiasme tinggi, suka berkawan. 5. Perfeksionis (teliti), selalu ingin mendapatkan yang sempurna. 6. Mudah menyesuaikan diri, adaptasinya tinggi. 7. Sabar namun ulet, serta tidak “mandek” berhenti. 8. Waspada, peka, jujur, optimis, berani, gigih, realistis. 9. Komunikatif, serta pandai berbicara atau berpidato. 10. Berjiwa wiraswasta. 11. Sehat jasmaninya, dinamis, sanggup, dan suka menerima tugas berat, serta berani mengambil resiko. 12. Tajam firasatnya, tajam dan adil pertimbangannya. 13. Berpengetahuan luas, dan haus akan ilmu pengetahuan. 14. Memiliki motivasi tinggi, dan menyadari target atau tujuan hidupnya yang ingin dicapai, dibimbing oleh idealisme tinggi. 15. Punya imajinasi tinggi, daya kombinasi, dan daya inovasi. Sudah selayaknya, seorang pemimpin harus memiliki beberapa kelebihan dibanding dengan anggota-anggota biasa lainnya. Sebab dengan dimilikinya kelebihan-kelebihan tersebut, maka seorang pemimpin akan memiliki wibawa dan dipatuhi oleh bawahannya.
14
2.1.4
Beberapa Teori Kepemimpinan Seperti halnya pengertian kepemimpinan, dalam teori kepemimpinan
dikemukakan sejumlah teori yang beraneka ragam. Ada tiga teori yang berusaha menjelaskan kepemimpinan menurut Robbins (2008:433) dimulai dari Teori Sifat/Karakter, Teori Perilaku, Teori Situasional. a) Teori Sifat/Karakter Teori sifat kepemimpinan disebut juga Traits Theory. Teori Sifat/Karakter yaitu teori yang mencari karakter kepribadian, sosial, fisik atau intelektual yang membedakan pemimpin dan bukan pemimpin. Seperti dikatakan para pendukung teori sifat bahwa munculnya teori ini diperkuat oleh adanya asumsi-asumsi dasar sebagai berikut:
Setiap inidividu memiliki watak atau sifat yang melekat pada dirinya.
Sifat-sifat individu tersebut dapat mempengaruhi image (citra) orang lain atau individu tersebut.
Keberhasilan seorang pemimpin ditentukan oleh sifat, perangai, ciri yang dimiliki oleh pemimpin tersebut.
Asumsi dasar munculnya teori-teori sifat tersebut menunjukkan bahwa sifat manusia mempunyai andil yang besar di dalam keberhasilan kepemimpinan sesorang. Dengan sifat yang melekat pada diri seorang pemimpin, maka akan menimbulkan kesan tertentu yang dipersepsi oleh bawahan. Sifat-sifat yang baik akan mempengaruhi kesan pada diri bawahan bahwa pemimpinnya mempunyai sifat yang baik atau menarik, dan sebaliknya sifat-sifat yang buruk akan menimbulkan kesan tidak baik atau tidak menarik. Citra yang muncul selain membentuk persepsi bawahan tentang pemimpinnya, juga akan mempengaruhi respon bawahan terhadap sikap, tindakan dan keputusan pemimpin. Apabila citra tersebut positif kemungkinan besar respon bawahan juga positif, sedangkan citra cenderung merespon
ancer e akan menuntun bawahan
ancer e juga. Hal ini kemudian akan mengantarkan pada
pemahaman bahwa sifat-sifat positif tersebut dapat meneladani bawahan sehingga perilaku bawahan juga akan mencontoh dan mengikuti pemimpin, dengan
15
demikian apa yang diperintahkan oleh pemimpin akan diikuti. Bawahan akan cenderung patuh pada pemimpin sehingga tugas-tugas dapat berjalan
ancer,
pencapaian tujuan terlaksana dengan baik. Adapun sifat kepemimpinan yang dimaksud meliputi dua hal yaitu mencakup: a. Sifat Fisik Sifat fisik adalah sifat yang melekat pada seorang individu, yang secara visual (kasat mata) mudah untuk diketahui orang lain, dapat menimbulkan kesan tertentu yang dapat mempengaruhi sikap dan penilaian bagi orang yang melihatnya, sehingga seseorang dapat mempersepsi dan memberikan penilaian atas diri seseorang. b. Sifat Psikologis Sifat psikologis merupakan situasi kejiwaan/batin seseorang yang dimunculkan dalam bentuk sikap, tingkah laku dan tindakan. Dengan demikian sifat prikologis ini hanya akan terbaca atau diketahui oleh seseorang melalui tingkah laku, sikap dan tindakan sehari-hari. Teori
ini
memiliki
kelemahan-kelemahan
dalam
menjelaskan
kepemimpinan antara lain:
Tidak terdapat ciri yang universal yang memperkirakan kepemimpinan dalam semua situasi. Namun ciri-ciri tampak memperkirakan dalam situasi yang selektif.
Ciri-ciri memperkirakan perilaku lebih dalam situasi yang “lemah” dari pada dalam situasi yang “kuat”. Situasi yang kuat adalah dimana terdapat norma-norma perilaku yang kuat, rangsangan yang kuat untuk jenis-jenis perilaku yang spesifikasi dan harapan yang jelas.
Bukti tidak jelas dalam memisahkan penyebab dari akibat. Misalnya apakah kepercayaan diri menciptakan kepemimpinan? Akhirnya ciriciri dalam melakukan pekerjaan yang lebih baik dan memperkirakan penampilan kepemimpinan.
16
b) Teori Perilaku Teori perilaku ini mengetengahkan dimensi perilaku kepemimpinan, dilihat dari segi efektifitas perilaku, disamping juga membahas pola-pola perilaku pemimpin. Teori ini merupakan hasil penelitian dari Universitas Ohio dan Michigan. Dalam hal ini perilaku pemimpin dimungkinkan memiliki dua kecenderungan yaitu yang berorientasi pada karyawan (pemimpin yang menekankan hubungan antar pribadi) atau disebut juga mendorong, serta yang berorientasi pada produksi (pemimpin yang menekankan pada aspek teknis atau tugas dari pekerjaan) atau mengarahkan. Kedua perilaku itu dapat dilihat posisinya dalam gambar sebagai berikut.
Gambar 2.1 Bagan Teori Perilaku
Tinggi Perilaku Mendorong (Hubungan Manusia) Renda h Renda h
Mendorong Tinggi
Mendorong Tinggi
Mengarahkan Rendah
Mengarahkan Tinggi
(1)
(2)
Mendorong Rendah
Mendorong Rendah
Mengarahkan Rendah
Mengarahkan Tinggi
(3)
(4)
Perilaku Mengarahkan (Tugas)
Tinggi
Sumber : Sulistiyani (2009 : 59)
Gambar tersebut menunjukkan adanya 4 buah kuadran dalam perilaku kepemimpinan. Keempat kuadran ini menunjukkan suatu kecenderungan proporsional antara perilaku mengarahkan disatu sisi dengan perilaku mendorong disisi yang lainnya. Kuadran satu mendorong tinggi dan mengarahkan rendah, kuadran dua mendorong tinggi diikuti oleh mengarahkan tinggi, kuadran tiga mendorong rendah dan mengarahkan juga rendah, sedangkan kuadran empat mendorong rendah dan mengarahkan tinggi. Perilaku mendorong merupakan
17
suatu perilaku yang menunjukkan kecenderungan seorang pemimpin untuk berpihak atau dekat dan memberikan prioritas perilaku kepada bawahan. Sedangkan perilkau mengarahlan merupakan perilaku pemimpin dengan kecenderungan untuk berpihak pada organisasi, mementingkan tugas dan sistem hubungan yang bersifat formal ketugasan dibandingkan dengan sistem interpersonal. Perilaku mendorong merupakan perilaku yang cenderung mengutamakan dan membela bawahan. Sedangkan perilaku mengarahkan atau perilaku tugas adalah perilaku pemimpin yang mengutamakan tugas dan pencapaian tujuan organisasi. Oleh karena ciri yang bertolak belakang ini maka pemimpin yang memiliki perilaku mengarahkan jelas berbeda dengan pemimpin yang memiliki perilaku mendorong. Adapun ciri masing-masing perilaku dalam Sulistyani (2009:59) tersebut adalah: 1. Perilaku Mendorong (Hubungan manusia): Ramah tamah dan dekat dengan bawahan. Mendukung dan membela bawahan. Mau berkonsultasi dan berdiskusi. Mau mendengarkan bawahan. Mau menerima usulan bawahan. Memikirkan kesejahteraan dan kesulitan bawahan. Memperlakukan bawahan setingkat dengan dirinya. 2. Perilaku Mengarahkan (Tugas): Memberikan kritik pelaksanaan pekerjaan yang buruk. Menekankan pentingnya batas waktu pelaksanaan tugas-tugas kepada bawahan. Selalu memberikan petunjuk bawahan bagaimana melakukan tugas. Memberikan standar tertentu atas pekerjaan seperti metode/cara kerja. Meminta bawahan agar selalu menuruti dan mengikuti standar yang telah ditetapkan. Selalu mengawasi apakah bawahan bekerja sepenuh kemampuan/optimal.
18
c) Teori Situasional Gaya situasional yang dikaitkan dengan tugas dan hubungan. Yang dimaksud dengan gaya situasional dikaitkan dengan tugas dan hubungan, yaitu bahwa seorang manajer atau pemimpin akan menggunakan gaya tertentu, tergantung pada apa yang menonjol, tugas atau hubungan. Penjelasannya adalah sebagai berikut :
Pemimpin Memberitahukan (Telling) Artinya pemimpin menggunakan gaya direktif, dalam arti pemimpin
mengambil keputusan sendiri dan menetapkan peran yang harus dimainkan oleh setiap bawahan dan memberitahukan pada mereka apa yang harus dikerjakan.
Gaya Menjual (Selling) Gaya ini tepat dalam hal penyelesaian tugas penting tapi hubungan yang
serasi mutlak terpelihara.
Gaya Partisipatif (Participating) Gaya ini tepat digunakan dalam hal tugas yang harus dilaksanakan tidak
teramat penting akan tetapi hubungan yang serasi dipersepsikan sebagai hal yang mendasar. Dalam situasi demikian pemimpin dan para bawahan turut serta dalam proses pengambilan keputusan.
Melimpahkan Wewenang (Delegating) Pemimpin membiarkan para bawahan mengambil keputusan sendiri,
memecahkan masalah sendiri, menentukan standar produktifitas sendiri, dan tidak memerlukan pengendalian atau pengawasan yang ketat.
2.2
Kinerja
2.2.1
Pengertian Kinerja Istilah kinerja berasal dari kata Job Performance atau Actual Performance. Menurut Mangkunegara (2008:67) definisi kinerja sebagai berikut : “Kinerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya”.
19
Sedangkan definisi menurut Mathis (2002:78) adalah : “Kinerja karyawan adalah apa yang dilakukan atau tidak dilakukan karyawan yang mempengaruhi seberapa besar banyaknya mereka memberi kontribusi kepada organisai secara kualitas output, kuantitas output, jangka waktu output, kehadiran ditempat kerja, dan sikap kooperatif”. Dari pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa kinerja adalah merupakan suatu tingkat kemajuan seorang atas hasil dari usahanya untuk meningkatkan kemampuan secara positif dalam pekerjaannya.
2.2.2
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Faktor yang mempengaruhi pencapaian kinerja adalah faktor kemampuan
(ability) dan faktor motivasi (motivation). Hal ini sesuai dengan pendapat Keith Davis yang dikutip oleh Mangkunegara (2008 : 67) yang merumuskan bahwa :
Human Performance
= Ability + Motivation
Ability
= Knowledge + Skill
Motivation
= Attitude + Situation
1. Faktor Kemampuan Secara psikologis, kemampuan pegawai terdiri dari kemampuan potensi intelegensi (IQ) dan kemampuan ability (knowledge + skill). Artinya, pegawai yang memiliki IQ diatas rata-rata (IQ 110-120) dengan pendidikan yang memadai untuk jabatannya dan terampil dalam mengerjakan pekerjaan sehari-hari, maka ia akan lebih mudah mencapai kinerja yang diharapkan. Oleh karena itu, pegawai perlu ditempatkan pada pekerjaan yang sesuai dengan keahliannya (the right man in the right place at the right time). 2. Faktor Motivasi Motivasi terbentuk dari sikap (attitude) seseorang pegawai dalam menghadapi situasi kerja, sikap mental seorang pegawai harus sikap mental yang siap secara psikologis artinya seorang pegawai harus siap mental, dan target kerja yang akan dicapai, mampu memanfaatkan, dan menciptakan situasi kerja. Menurut pendapat Mc.Clelland yang dikutip oleh Mangkunegara (2008 : 68) bahwa :
20
“Ada hubungan yang positif antara motif yang berprestasi dengan pencapaian kerja”. 2.2.3
Penilaian Kinerja Menurut Hasibuan (2007 : 97) : “Penilaian kinerja adalah kegiatan manajer untuk mengevaluasi perilaku dan kinerja karyawan serta menetapkan kebijaksanaan selanjutnya”. Menurut Handoko (2001 : 135) : “Penilaian kinerja adalah proses melalui dimana organisasi-organisasi mengevaluasi atau menilai kinerja”. Hasil dari penilaian tersebut bisa dipergunakan sebagai dasar bagi
tindakan-tindakan sebagai berikut : 1. Untuk mengukur kinerja, yakni sampai sejauh mana tenaga kerja berhasil dalam pekerjaannya. 2. Untuk mengukur keberhasilan tenaga kerja dalam program pelatihan dan pengembangan. 3. Untuk mengumpulkan data, guna mempertimbangkan dalam program mutasi (dipindahkan ke unit kerja lain).
2.2.4
Metode Penilaian Kinerja Ada beberapa metode dalam melakukan penilaian kinerja menurut Mathis
(2002 : 82) yaitu : 1. Metode Penilaian Kategori Metode yang meminta manajer member nilai untuk tingkah laku kinerja pada formulir khusus yang dibagi dalam kategori-kategori kinerja. Secara umum ada dua metode penilaian kategori yaitu :
Skala penilaian grafik, memungkinkan penilaian untuk memberikan nilai terhadap kinerja secara kontinyu.
Daftar periksa, terdiri dari daftar kalimat atau kata-kata dimana penilaian memeriksa kalimat-kalimat yang paling mewakili karakter dan kinerja.
21
2. Metode Perbandingan Metode
yang
menuntut
para
manajer
untuk
secara
langsung
membandingkan kinerja mereka satu sama lain. Teknik ini mencakup :
Pemberian peringkat, terdiri dari daftar yang tertinggi samapi terendah dalam kinerjanya.
Perbandingan
berpasangan
(distribusi
yang
normal),
teknik
mendistribusikan penilaian yang dapat digeneralisasikan dengan metode-metode lainnya. 3. Metode Naratif Metode dimana manajer dan spesialis sumber daya manusia kadangkadang diminta untuk memberikan informasi penilaian tertulis dimana lebih mendeskripsikan tindakan. 4. Metode Tujuan dan Perilaku Metode yang digunakan untuk mengukur perilaku dan bukan karakteristik lainnya. 5. Metode Manajemen Berdasarkan Sasaran (MBO) Meliputi ketetapan tujuan khusus yang dapat diukur bersama dengan masing-masing dan selanjutnya secara berkala meninjau kemampuan yang dicapai oleh individu dalam jangka waktu tertentu.
2.3
Penelitian Sebelumnya Terdapat beberapa penelitian sumber daya manusia di program S1
Manajemen UTAMA mengenai Gaya Kepemimpinan dan Kinerja. Analisis penelitian terdahulu yang pernah dilakukan peneliti tersebut dipaparkan pada tabel berikut ini:
22
Tabel 2.1 Contoh Penelitian Sebelumnya No. 1.
2.
Peneliti
Judul
Metode
Variabel
Hasil&Kesimpulan
Ronna Laksana (2014)
Pengaruh Gaya Kepemimpinan terhadap Kinerja Karyawan bagian marketing pada PT.Bank Muamalat, TBK. Cabang Tasikmalaya
Deskriptif dan verifikatif
X1= Gaya Kepemimpinan
Dari hasil analisis korelasi rank spearman dapat diketahui bahwa terdapat hubungan yang kuat dan searah antara pengaruh gaya kepemimpinan terhadap kinerja karyawan, dengan nilai korelasi rank spearmen sebesar 0,692 dan diperoleh koefisien determinasi sebesar 47,89% yang merupakan pengaruh gaya kepemimpinan terhadap kinerja karyawan, sedangkan sisanya 52,11% merupakan faktor atau variabel lain yang tidak diteliti oleh penulis.
Pengaruh Gaya Kepemimpinan Terhadap Kinerja Karyawan PT. Aprotech Bandung
Deskriptif dan verifikatif
Andia Sakila (2013)
Y= Kinerja Karyawan
X1= Gaya Kepemimpinan Y= Kinerja Karyawan
Sumber : Perustakaan Utama
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa Pengaruh Gaya Kepemimpinan memiliki pengaruh positif dan signifikan dalam meningkatkan kinerja karyawan diperoleh hasil koefisien korelasi antara pengaruh gaya kepemimpinan terhadap kinerja karyawan, kontribusi rs sebesar 0,537 yang menunjukan adanya hubungan yang kuat dan searah antara pengaruh gaya kepemimpinan terhadap kinerja karyawan. Adapun pengaruh koefisien determinasi sebesar 28,8%. Hal ini merupakan kontribusi variabel gaya kepemimpinan terhadap kinerja karyawan. Sedangkan sisanya 71,2% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak termasuk di dalam penelitian.
23
Tabel 2.2 Jurnal No. 1.
Peneliti Sarita Permata Dewi (2012)
Judul
Metode
Variabel
Hasil&Kesimpulan
Pengaruh Pengendalian Internal dan Gaya Kepemimpinan terhadap Kinerja Karyawan SPBU Yogyakarta (Studi Kasus pada SPBU Anak Cabang Perusahaan RB.Group
Deskriptif dan verifikatif
X1= Pengendalian Internal
Gaya kepemimpinan berpengaruh positif dan signifikan terhadap Kinerja Karyawan. Hal ini ditunjukkan dengan nilai korelasi regresi (R) sebesar 0,397, nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 0,158, dan nilai t hitung lebih besar 3,408 dari nilai t tabel 1,6698 dengan nilai sig 0,001 (dibawah 0,05). Persamaan garis regresi Y = 42,446 + 0,503 X2 yang berarti jika Gaya Kepemimpinan (X2) naik 1 satuan maka Kinerja Karyawan (Y) akan naik sebesar 0,503 satuan.
X2= Gaya Kepemimpinan Y= Kinerja Karyawan
Sumber : http://journal.uny.ac.id/index.php
Dari beberapa penelitian mengenai topik yang berkaitan dengan Gaya Kepemimpinan dan Kinerja Karyawan, maka yang membedakan penelitian ini dengan penelitian-penelitian sebelumnya adalah dari objek penelitian. Pada penelitian ini mengambil objek penelitian Gaya Kepemimpinan Dosen Mata Kuliah Kewirausahaan Terhadap Kinerja Mahasiswa Prodi Manajemen S1 FBM UTAMA.
2.4
Kerangka Pemikiran Kepemimpinan adalah kepengikutan yang artinya keinginan orang-orang
untuk mengikuti yang akan membuat seseorang menjadi seorang pemimpin dimana orang-orang cencerung mengikuti mereka yang dipandang dapat menyediakan sarana untuk mencapai tujuan, keinginan, dan kebutuhan. Untuk meningkatkan kinerja dibutuhkan pemimpin yang dapat bekerja lebih baik sesuai dengan sasaran yang telah di tetapkan. Banyak faktor yang bisa dipertimbangkan dan salah satu diantaranya adalah masalah gaya kepemimpinan.
24
Semakin sesuai gaya kepemimpinan yang di ditampilkan oleh seseorang, maka bawahan akan merasa puas. Jika seseorang pemimpin mengetahui bawahannya merasa puas dengan gaya kepemimpinannya, maka pemimpin akan mengulangi gaya kepemimpinan yang ditampilkannya pada bawahan. Mereka akan semakin giat dan semangat sehingga kinerja akan semakin tinggi. Menurut Rivai (2004:2): “Kepemimpinan adalah proses mempengaruhi atau memberi contoh kepada pengikut-pengikutnya lewat proses komunikasi dalam upaya mencapai tujuan organisasi”. Menurut Arep dan Tanjung (2003:93): “Kepepimpinan adalah kemampuan seseorang untuk menguasai atau mempengaruhi orang lain atau masyarakat yang berbeda-beda menuju pencapaian tertentu”. Permasalahan yang terus berkembang dalam kepemimpinan adalah mengenai gaya kepemimpinan bagaimanakah yang efektif untuk diterapkan oleh seorang pemimpin terhadap bawahannya, dengan kata lain apa yang membuat seorang pemimpin menjadi sukses. Dalam hal inilah teori yang di kemukakan ahli manajmen mengenai gaya kepemimpinan terus dilaksanakan. Menurut Hasibuan (2013:170): “Gaya kepemimpinan adalah suatu cara pemimpin untuk mempengaruhi bawahannya, agar mau bekerja sama dan bekerja secara produktif untuk mencapai tujuan organisasi”. Kinerja merupakan perwujudan kerja yang dilakukan oleh karyawan yang biasanya dipakai sebagai dasar penilaian terhadap karyawan. Oleh karena itu, kinerja merupakan sarana penentu dalam mencapai tujuan organisasi. Menurut Mathis (2002:78): “Kinerja karyawan adalah apa yang dilakukan atau tidak dilakukan karyawan yang mempengaruhi seberapa besar banyaknya mereka memberi kontribusi kepada organisai secara kualitas output, kuantitas output, jangka waktu output, kehadiran ditempat kerja, dan sikap kooperatif”.
25
Gaya kepemimpinan memiliki keterkaitan yang erat dengan kinerja karyawan. Hal tersebut berdasarkan pada pernyataan Ramli dan Warsidi (2001:184) yang mengatakan bahwa “Tindakan dari pemimpin terhadap pengikutnya dalam melaksanakan tugas akan memberi pengaruh nyata pada hasil kerja yang mereka capai”. Dalam skripsi ini yang berjudul “Pengaruh Gaya Kepemimpinan Dosen Mata Kuliah Kewirausahaan Terhadap Kinerja Mahasiswa (Studi Kasus Pada Mahasiswa Prodi Manajemen S1 FBM)”, masalah kepemimpinan dan kinerja secara analogi sesuai dengan kajian kepustakaan dimaksudkan sebagai berikut: Gaya Kepemimpinan adalah gaya/style dosen dalam memberikan pelajaran atau tugas kepada mahasiswa selama proses ajar-mengajar. Kinerja adalah hasil tampilan mahasiswa berupa nilai yang diperoleh dari kegiatan penyelesaian tugas, tes (quiz), serta ujian.
Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran
DOSEN
MAHASISWA
KINERJA MAHASISWA: Kualitas Kerja Kuantitas Kerja Kedisiplinan Dampak Interpersonal Efisiensi Kerja/Belajar
GAYA KEPEMIMPINAN: Pengambilan Keputusan Perilaku Dosen Orientasi Dosen
Sumber : Penulis
Dimensi yang dipergunakan dalam mengukur konstruk penentuan indikator atau dimensi pada masing-masing variabel pada bagian ini merupakan upaya pembentukan indikator dari sebuah variabel yang telah dipaparkan sebelumnya. Penentuan dimensi variabel perlu dilakukan guna membantu teknik
26
pengukuran dan memberi kemudahan pengamatan dalam pengumpulan data di lapangan. Didalam penelitian ini dimensi penelitian yang diajukan terbagi atas 2 faktor yang diselaraskan dengan variable (X) yaitu Gaya Kepemimpinan Dosen dan variable (Y) Kinerja Mahasiswa. Adapun untuk Dimensi Gaya Kepemimpinan dosen terdiri dari 3 aspek: 1. Pengambilan Keputusan: Proses yang melibatkan kekuasaan, pengaturan, dan perintah dari dosen berupa suatu ketetapan (keputusan). 2. Perilaku Dosen: Tingkah laku pada saat dosen melakukan proses ajarmengajar meliputi pengarahan, perhatian, kebebasan yang diberikan kepada mahasiswa, dan metode mengajar. 3. Orientasi Dosen: Arah dalam tindakan berupa perilaku yang lebih memperhatikan
kepada
hubungan
manusia
(mendorong)
atau
lebih
memperhatikan kepada penyelesaian tugas (mengarahkan). Sedangkan untuk Dimensi Kinerja Mahasiswa tediri atas 5 aspek: 1. Kualitas Kerja: Hasil kinerja berupa keluaran/produk yang menunjukan mutu dari hasil belajar. 2. Kuantitas Kerja: Hasil kinerja berupa keluaran/produk yang menunjukan nilai dari hasil belajar. 3. Kedisiplinan: Ketaatan (kepatuhan) terhadap sistem yang diberlakukan di suatu lingkungan pembelajaran. 4. Dampak Interpersonal: Akibat dari suatu keadaan yang mengarahkan mahasiswa untuk bekerja sama, berkomunikasi, maupun berpartipasi pada kegiatan belajar. 5. Efisiensi
Kerja/Belajar:
Pemanfaatan
waktu
secara
hemat
dalam
mempersiapkan diri dalam penyelesaian tugas dan menghadapi ujian.
2.5
Hipotesis Penelitian Berdasarkan kerangka penelitian di atas hipotesis yang diajukan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
27
Ho :
Tidak terdapat pengaruh gaya kepemimpinan dosen terhadap kinerja mahasiswa.
Apapun gaya kepemimpinan dosen yang diterapkan, maka kinerja mahasiswa tidak berubah.
Ha :
Terdapat pengaruh gaya kepemimpinan dosen terhadap kinerja mahasiswa.
Apabila gaya kepemimpinan dosen diterapkan dengan baik, maka kinerja mahasiswa akan meningkat.