BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Pengertian Manajemen Keuangan Dalam ilmu manajemen ada yang disebut manajemen keuangan. Manajemen keuangan adalah suatu kegiatan perencanaan, penganggaran, pemeriksaan, pengelolaan, pengendalian, pencarian dan penyimpanan dana yang dimiliki oleh suatu organisasi atau perusahaan. Menurut Suad Husnan (2006: 3) “manajemen keuangan adalah pengaturan kegiatan keuangan”. Menurut Sutrisno (2003:3) manajemen keuangan adalah “sebagai semua aktifitas perusahaan yang berhubungan dengan usaha-usaha mendapatkan dana perusahaan dengan biaya yang murah serta untuk menggunakan dan mengalokasikan dana tersebut secara efisien”. Menurut Agus Sartono (2001: 6) : manajemen keuangan dapat diartikan sebagai manajemen dana baik yang berkaitan dengan pengalokasian dana dalam berbagai bentuk investasi secara efektif maupun usaha pengumpulan dana untuk pembiayaan investasi atau pembelanjaan secara efisien. Sedangkan menurut Susan Irawati (2006: 1) manajemen keuangan adalah suatu proses dalam pengaturan aktifitas atau termasuk kegiatan keuangan dalam organisasi, dimana di dalamnya termasuk kegiatan planning, analisis dan pengendalian terhadap kegiatan keuangan yang biasanya dilakukan olh manajer. Dari berbagai definisi diatas dapat disimpulkan bahwa manajemen keuangan adalah usaha-usaha pengelolaan secara optimal dana-dana yang akan digunakan untuk membiayai segala aktifitas yang dilakukan oleh perusahaan.
2.1.2 Kinerja Keuangan 2.1.2.1 Pengertian Kinerja Keuangan Untuk menilai apakah suatu perusahaan dikatakan sehat atau baik dalam menjalankan bisnisnya, dapat dilihat dari berbagai aspek dan salah satu aspek yang dapat digunakan adalah kinerja keuangan. Menurut Mulyadi (2007: 2) “kinerja keuangan adalah penentuan secara periodik efektivitas operasional suatu organisasi dan karyawannya berdasarkan sasaran, standar, dan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya”. Menurut Agnes Sawir (2005: 1): “kinerja keuangan merupakan kondisi yang mencerminkan keadaan keuangan suatu perusahaan berdasarkan sasaran, standar, dan kriteria yang telah ditetapkan”. Sedangkan menurut Munawir (2000: 64): kinerja keuangan adalah suatu prestasi kerja yang telah dicapai oleh perusahaan dalam suatu periode tertentu dan tertuang pada laporan keuangan yang bersangkutan. Analisis rasio menggambarkan suatu hubungan atau perimbangan antara jumlah tertentu dengan jumlah yang lain. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kinerja keuangan adalah penentuan ukuran-ukuran tertentuk untuk menmencerminkan keuangan suatu perusahaan pada suatu periode tertentu. Kinerja keuangan menggambarkan sejauh mana prestasi peningkatan posisi kesehatan atau performa dari nilai perusahaan yang diukur melalui laporan keuangan baik itu melalui neraca maupun laporan laba-rugi yang dibutuhkan oleh pihak-pihak tertentu. Kinerja keuangan perusahaan berkaitan dengan kinerja perusahaan dalam kurun waktu tertentu, bagaimana perkembangan perusahaan serta apakah perusahaan sudah sesuai dengan tujuan perusahaan.
2.1.2.2 Ukuran Kinerja Keuangan Suatu kinerja perlu diukur dan dievaluasi untuk menentukan sejauh mana keberhasilan perusahaan dalam mencapai tujuannya. Menurut Mulyadi (2007: 415) mengemukakan tujuan dari penilaian kinerja sebagai berikut: tujuan pokok kinerja adalah untuk memotivasi karyawan dalam mencapai sasaran organisasi dan dalam mematuhi standar perilaku yang telah ditetapkan sebelumnya agar membuahkan tindakan dan hasil yang diinginkan. Standar perilaku dapat berupa kebijakan manajemen atau rencana formal yang dituangkan dalam anggaran. Dalam bukunya Heryana (2007: 9) mengklasifikasikan ada tiga kelompok ukuran kinerja, diantaranya yaitu: 1. Ukuran Kinerja Ukuran-ukuran kinerja mencerminkan keputusan keputusan strategis, operasi, dan pembiayaan. Strategi meliputi bidang-bidang keputusan yang penting seperti pemilihan daerah pemasaran produk, tempat perusahaan menjalankan operasinya, apakah akan mencerminkan penurunan biaya atau diferensiasi produk, apakah akan mmfokuskan pada area produk terpilih atau mencoba mencakup sekelompok besar pembeli potensial dan sebagainya. 2. Ukuran Efisiensi Operasi Ukuran efisiensi operasi mencerminkan pengelolaan penggunaan berbagai sumber daya yang dimiliki perusahaan dalam melaksanakan aktifitasnya. 3. Ukuran Kebijakan Keuangan Ukuran kebijakan keuangan mengukur sebatas mana total aktiva dibiayai oleh pemilik jika dibandingkan dengan pembiayaan yang telah disediakan oleh para kreditur. Salah satu ukuran kinerja keuangan suatu perusahaan yang pada sepuluh tahun terakhir muncul adalah dengan menggunkana pendekatan Economic Value
Added (EVA) dan Market Value Added (MVA). Hal ini senada dengan yang dikemukakan oleh Hessel (2003: 162) bahwa kinerja keuangan perusahaan dapat diukur dengan menggunakan 3 pendekatan yaitu: 1. Economic Value Adde (EVA) EVA adalah nilai tambah kepada pemegang saham (investor) selama periode akuntansi tertentu. Ukuran ini dipakai untuk melihat sejauh mana efektivitas manajerial perusahaan selama periode tertentu. 2. Market Value Added (MVA) MVA adalah perbedaan nilai pasar (market value) ekuitas dengan modal ekuitas yang disetor oleh investor. Ukuran ini dapat dipakai untuk melihat sejauh mana perkembangan nilai perusahaan selama periode tertentu. 3. Du Pont Analysis Du Pont Analysis menggambarkan kombinasi hutang, perputaran aktiva dan profit margin untu, menentukan Return On Equity (ROE). 2.1.2.3 Manfaat Kinerja Keuangan Menurut Sukaemi (2003: 21) kinerja keuangan perusahaan memiliki beberapa manfaat, yaitu : 1. Mengelola operasi organisasi secara efektif dan efisien melalui pemotivikasian karyawan secara maksimum. 2. Membantu pengambilan keputusan yang bersangkutan dengan karyawan seperti promosi, transfer, dan pemberhentian. 3. Mengidentifikasi kebutuhan pelatihan, pengembangan karyawan, dan untuk menyediakan kriteria seleksi serta evaluasi program karyawan. 4. Menyediakan umpan balik bagi karyawan mengenai bagaimana atasan mereka menilai kinerja mereka.
5. Menyediakan suatu dasar bagi distribusi penghargaan. 2.1.3 Economic Value Added (EVA) 2.1.3.1 Pengertian Economic Value Added (EVA) Secara teoritis Economic Value Added (EVA) merupakan pengukuran kinerja operasional perusahaan yang berhubungan langsung dengan nilai pasar intrinsik (market value). Economic Value Added (EVA) adalah ukuran keberhasilan manajemen perusahaan dalam meningkatkan nilai tambah (value added) bagi perusahaan (Tandelilin, 2001: 195). Menurut Amin Widjaja (2001: 1): Economic Value Added (EVA) adalah suatu sistem manajemen keuangan untuk mengukur laba ekonomi dalam suatu perusahaan, yang menyatakan bahwa kesejahteraan hanya dapat tercipta jika perusahaan mampu memenuhi semua biaya operasi dan biaya modal. Sedangkan menurut Brigham (2001: 52): Economic Value Added (EVA) adalah cara untuk mengukur profitabilitas operasi yang sesungguhnya. Biaya modal hutang (beban bunga) dikurangkan ketika menghitung laba bersih, dan tetap dikurangkan pada saat menghitung biaya modal ekuitas. Sedangkan pengertian Economic Value Added menurut Widayanto (1993:115) adalah: “EVA dilandasi pada konsep bahwa dalam pengukuran laba suatu perusahaan kita harus dengan adil mempertimbangkan harapan setiap penyedia dana (kreditur dun pernegung saham). Derajat keadilan tersebut dinyatakan dengan ukuran tertimbang (weighted) dari struktur modal yang ada”. Dari definisi-definisi diatas dapat disimpulkan bahwa EVA adalah suatu alat analisis finansial untuk menilai profitabilitas yang realistis dari operasi perusahaan dan EVA mempergunakan biaya modal dalam perhitungannya. 2.1.3.2 Tujuan dan Manfaat Economic Value Added (EVA) Abdulah (2003: 142) mengemukakan bahwa ada beberapa tujuan dan manfaat dari metode perhitungan EVA:
1. Tujuan penerapan model EVA Dengan perhitungan EVA diharapkan a. Akan mendapatkan hasil perhitungan nilai ekonomis perusahaan yang lebih realistis. Hal ini disebabkan oleh perhitungan EVA berdasarkan biaya modal (cost of capital) yang menggunakan nilai pasar berdasarkan kepentingan kreditur terutama pemegang saham dan bukan berdasarkan pada nilai buku yang bersifat historis. b. Dapat mendukung penyajian laporan keuangan sehingga akan mempermudah bagi para pengguna laporan keuangan diantaranya, para investor, kreditur, karyawan, pemerintah, pelanggan, dan pihak-pihak yang berkepentingan lainnya. 2. Manfaat penerapan metode EVA Manfaat dari penerapan metode EVA meliputi: a. Sebagai pengukur kinerja perusahaan dimana fokus penilaian kinerja adalah penciptaan nilai (value creation). b. Sebagai pendorong perusahaan untuk lebih memperhatikan kebijaksanaan struktur modalnya. c. Sebagai
pengidentifikasi
proyek
atau
kegiatan
yang
memberikan
pengembalian yang lebih tinggi daripada biaya modalnya. d. Dengan menggunakan EVA menyebabkan perhatian manajemen sesuai dengan kepentingan pemegang saham. dengan menggunakan EVA para manajer akan berpikir dan bertindak seperti halnya pemegang saham yaitu memilih investasi yang memaksimumkan tingkat pengembalian dan meminimumkan tingkat biaya modal sehingga nilai perusahaan dapat dimaksimalkan.
2.1.3.3 Kriteria Economic Value Added (EVA) Menurut Abdullah (2005: 142) kriteria-kriteria metode EVA ada tiga yaitu: 1. EVA < 0, menunjukan tidak terjadi proses nilai tambah bagi perusahaan, karena laba yang tersedia tidak bisa memenuhi harapan para penyandang dana terutama pemegang saham yaitu tidak mendapatkan pengembalian yang setimpal dengan investasi yang ditanamkan dan kreditur tetap mendapatkan bunga. Sehingga dengan tidak ada nilai tambahnya mengindikasikan kinerja keuangan perusahaan kurang baik. 2. EVA = 0, menunjukan posisi impas karena semua laba yang telah digunakan untuk membayar kewajiban kepada penyandang dana baik kreditur atau pemegang saham. 3. EVA > 0, menunjukan telah terjadi nilai tambah dalam perusahaan, sehingga semakin besar EVA yang dihasilkan maka harapan para penyandang dana dapat terpenuhi dengan baik, yaitu mendapatkan pengembalian investasi yang sama atau lebih dari yang diinvestasikan dan kreditur mendapatkan bunga. Keadaan ini menunjukan bahwa perusahaan berhasil menciptakan nilai (create value) bagi pemilik modal sehingga menandakan bahwa kinerja keuangannya telah baik. 2.1.3.4 Langkah-Langkah Perhitungan Metode Economic Value Added (EVA) Langkah-langkah perhitungan metode EVA (Abdullah, 2005: 144) adalah sebagai berikut: 1. Menghitung biaya hutang (cost of debt) Biaya hutang (cost of debt) meruapakan rate yang harus dibayar oleh perusahaan di dalam pasar untuk mendapatkan hutang jangka panjang yang baru. Yang dimaksudkan disini adalah utang obligasi. Rumusnya:
Dimana: Kd = biaya hutang setelah pajak Kb = biaya bunga hutang i
= besar bunga yang dibayar
t
= pajak
d
= jumlah utang jangka panjang
2. Menghitung tingkat pengembalian pasar (Rm)
Dimana: Rm
= tingkat keuntungan rata-rata
IHSGt
= IHSG pada saat penutupan
IHSGt-1
= IHSG pada saat pembukaan
3. Menghitung biaya modal saham (cost of equity) Penghitungan biaya modal (cost of equty) dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa pendekatan, antara lain CAPM yang melihat cost of equity sebagai penjumlahan dari tingkat bunga tanpa resiko dan selisih tingkat pengembalian yang diharapkan dari portofolio pasar dengan tingkat bunga tanpa resiko dikalikan dengan resiko sistematis perusahaan (nilai beta perusahaan). Pendekatan dividen yang melihat cos of equity sebagai nilai dividen per harga saham ditambah dengan persentase pertumbuhan dari dividen tersebut atau
dengan pendekatan price earning yang meilah cost of equity sebagai nilai dari laba per saham dibagi dengan harga saham sekarang. Pertama melakukan perhitungan tingkat return saham individual dengan rumus:
Dimana: Ri
= tingkat keuntungan rata-rata pasar
Pn
= harga saham pada penutupan
Pn-1 = harga saham pada pembukaan Setelah itu dilakukan untuk mencari tingkat pengembalian yang diharapkan investor dengan menggunakan rumus berikut:
Dimana: Ri = tingkat pengembalian yang diharapkan investor Rf = tingkat bunga investasi yang diperoleh tanpa resiko Rm = tingkat bunga investasi rata β
= tingkat resiko saham perusahaan
Jadi tingkat pengembalian hasil atas suatu saham biasa yang diinginkan investor sama dengan tingkat resiko saham perusahaan, yaitu beta (β) yang merupakan alat pengukur resiko yang bermula dari tingkat keuntungan saham dengan pasar. Rumus yang digunakan untuk mencari β adalah sebagai berikut:
Dimana: X = tingkat keuntungan rata-rata pasar
Y = tingkat keuntungan saham I pada periode t 4. Menghitung biaya modal rata-rata tertimbang (WACC) WACC meruapakan rata-rata tertimbang biaya hutang dan modal sendiri, menggambarkan tingkat pengembalian investasi minimum untuk mendapatkan tingkat pengembalian yang diharapkan oleh investor. Dengan demikian perhitungannya akan mencakup perhitungan masing-masing komponennya, yaitu biaya hutang (cost of debt), biaya modal saham (cost of equity), serta proporsi masing-masing di dalam struktur modal perusahaan. Rumusnya adalah: WACC = Wd . Kd (1-t) + Ws . Ks Dimana: Wd = persentase hutang dari modal Kd
= tingkat biaya modal hutang sebelum pajak
t
= tingkat pajak yang berlaku
Ws
= persentase modal yang digunakan
Ks
= biaya modal saham
5. Setelah itu baru bisa dilakukan perhitungan menggunakan metode EVA. Adapun rumus metode EVA adalah: EVA = NOPAT – (Biaya modal * WACC) Dimana: NOPAT = jumlah laba yang tersedia untuk memberikan pengembalian (return) tunai kepada semua penyumbang dana untuk modal perusahaan. NOPAT = EBIT (1-t) EBIT
= Pendapatan sebelum bungan dan pajak
Perhitungan EVA ini akan menunjukan serta mampu memenuhi harapan para penyedia dana atau belum, yang ditunjukan dengan hasil akhir EVA. Dimana jika
EVA bernilai positif maka perusahaan mampu memenuhi harapan penyedia dana, jika EVA bernilai negative maka perusahaan tidak mampu memberikan nilai tambah ekonomis bagi perusahaan serta tidak mampu memnuhi harapan para penyedia dana. 2.1.3.5 Keunggulan dan Kelemahan Economic Value Added (EVA) Menurut Abdullah (2003: 142) ada beberapa keunggulan dari Economic Value Added (EVA) yaitu: 1. EVA merupakan alat ukur yang dapat berdiri sendiri, tidak memerlukan adanya suatu perbandingan dengan perusahaan sejenis dalam industry. 2. EVA adalah alat pengukur kinerja perusahaan yang melihat segi ekonomis dalam pengukurannya, yaitu dalam memperhatikan harapan-harapan para pemilik modal (kreditur dan pemegang saham) secara adil. Dimana derajat keadilannya dinyatakan dengan ukuran tertimbang dari struktur modal yang ada dan berpedoman pada nilai pasar bukan nilai buku. 3. Model EVA dapat dipakai sebagai tolok ukur dalam pemberian bonus kepada karyawan. Kriteria penentuan anggaran bonus dengan model EVA adalah: a. EVA < 0, maka karyawan tidak mendapatkan bonus, hanya mendapatkan gaji. b. EVA = 0, maka karyawan tidak mendapatkan bonus, hanya mendapatkan gaji. c. EVA > 0, maka karyawan berhak mendapatkan bonus disamping gaji. 4. Meskipun model EVA berorientasi pada kinerja operasional akan tetapi sangan berpengaruh
untuk
dipertimbangkan
perkembangan potofolio perusahaan.
dalam
penentuan
arah
strategi
Abdullah (2003: 143) juga mengemukakan tidak hanya keunggulan tetapi EVA juga memiliki kelemahan, yaitu: 1. Secara konseptual EVA memang lebih unggul dari pengukur tradisional akuntansi, namun secara praktis belum tentu dapat diterapkan dengan mudah. Penentuan biaya modal saham cukup rumit sehingga diperlukan analisis yang lebih mendalam tentang teknik-teknik menaksir biaya modal saham. 2. EVA adalah alat ukur semata dan tidak bisa berfungsi sebagai cara untuk mencapai sasaran perusahaan sehingga diperlukan suatu cara bisnis tertentu untuk mencapai sasaran perusahaan. 3. Masih mengandung unsure keberuntungan (tinggi rendahnya EVA dapat dipengaruhi oleh gejolak di pasar modal). 4. EVA hanya menggambarkan penciptaan nilai pada suatu tahun tertentu. 5. EVA mendorong pengalokasian dana perusahaan untuk investasi dengan biaya modal yang rendah. Investasi yang demikian umumnya memiliki resiko yang kecil sehingga secara tidak langsung EVA mendorong perusahaan untuk menghindari resiko padahal sebagian besar inovasi-inovasi dalam bisnis memiliki resiko yang sangat tinggi terutama dalam era pasar bebas yang penuh dengan ketidakpastian. 2.1.4 Saham 2.1.4.1 Pengertian Saham Untuk mendapatkan modal, perusahaan akan mendapatkan setoran dari para investor. Sebagai bukti setoran tersebut perusahaan mengeluarkan tanda bukti kepemilikan yang diserahkan kepada pihak-pihak yang menyetorkan modal, tanda bukti tersebut disebut saham. Pemilik perusahaan merupakan pihak yang mempunyai saham sehingga disebut pemegang saham.
Menurut Ardiyos (2001: 244) “saham adalah bagian dari modal sendiri di dalam perseroan dan bukti kepemilikannya disebut saham”. Menurut Hendy M. Fakhrudin (2008: 175) “saham adalah bukti penyetoran modal di suatu perusahaan, atau merupakan bukti kepemilikan atas suatu perusahaan”. Sedangkan menurut Suad Husnan (2006: 257) “saham menunjukan bukti kepemilikan atas suatu perusahaan”. Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa saham menunjukan besaran modal yang disetorkan investor kepada perusahaan dan pemegang saham memiliki hak atas kepemilikan perusahaan tersebut. Saham memberikan indikasi kepemilikan atas perusahaan sehingga para pemegang saham berhak pula menentukan arah kebijakan perusahaan melalui Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Besarnya resiko yang ditanggung pemegang saham adalah sebesar jumlah saham yang dimiliki apabila perusahaan itu bangkrut. 2.1.4.2 Jenis-Jenis Saham Menurut Martono dan Agus Harjito (2007: 367-368) saham dibedakan menjadi: 1. Berdasarkan cara pengalihannya a. Saham atas unjuk (Bearer Stock) Di atas sertifikat ini tidak dituliskan nama pemiliknya. Dengan pemilikan saham atas unjuk, seorang pemilik sangat mudah untuk mengalihkan atau memindahkan kepada orang lain karena sifatnya mirip dengan uang. Pemilik saham atas unjuk ini harus berhati-hati membawa dan menyimpannya, karena jika saham tersebut maka pemilik tidak dapat meminta gantinya. b. Saham atas nama (Registered Stock) Dia atas sertifikat ini saham dituliskan nama pemiliknya. Cara peralihan dengan dokumen peralihan dan kemudian nama pemiliknya dicatat dalam
buku perusahaan yang khusus memuat daftar nama pemegang saham. jika saham tersebut hilang, pemilik dapat meminta gantinya. 2. Berdasarkan manfaatnya a. Saham biasa (Common Stock) Saham biasa selalu ada dalam struktur modal saham. jenis-jenis saham biasa adalah saham biasa unggulan, saham biasa tumbuh, saham biasa yang stabil, dan lain-lain. Kelebihan saham biasa adalah kemampuannya memberikan keuntungan yang cukup besar, bergantung pada perkembangan perusahaan yang bersangkutan. Disamping mendapatkan penghasilan dari dividen, pemilik saham biasanya juga memperoleh keuntungan dari capital gain. Pemegang saham biasa mempunyai beberapa hak yaitu: 1) Hak control yaitu hak pemegang saham biasa untuk memilih pemimpin perusahaan. 2) Hak menerima pembagian keuntungan yaitu untuk mendapatkan bagian dari keuntungan perusahaan. 3) Hak presentatif yaitu hak untuk mendapatkan presentasi kepemilikan yang sama jika perusahaan mengeluarkan tambahan lembar saham untuk tujuan melindungi hak kontrol dari pemegang saham lama dan melindungi harga lama dari kemerosotan nilai. b. Saham preferen (Prefered Stock) Saham preferen terdiri dari beberapa jenis, yaitu saham preferen kumulatif, saham preferen bukan kumulatif, dan lain-lain. Saham preferen memiliku sifat gabungan antara obligasi dan saham biasa. Seperti saham biasa, dalam hal likuidasi klaim pemegang saham preferen dibawah klaim pemegang obligasi. Dibandingkan dengan saham biasa, saham preferen memiliki
beberapa hak, yaitu hak atas dividen tetap dan hak pembayaran terlebih dahulu jika terjadi likuidasi. Beberapa hak dari saham preferen adalah sebagai berikut: 1) Hak preferen terhadap deviden yaitu hak untuk menerima deviden terlebih dahulu dibandingkan dengan pemegang saham biasa. 2) Hak deviden kumulatif yaitu hak pemegang saham preferen untuk menerima deviden tahun-tahun sebelumnya yang belum dibayarkan sebelum pemegang saham biasa menerimanya. 3) Hak preferen pada waktu likuidasi yaitu hak untuk mendapatkan terlebih dahulu aktiva perusahaan dibandingkan dengan saham biasa pada saat terjadi likuidasi. 3. Berdasarkan kinerja perdagangan a. Saham unggulan (Blue Chip Stock) Adalah saham biasa dari suatu perusahaan yang memiliki reputasi tinggi, sebagai leader dalam industry sejenis, memiliki pendapatan yang sejenis dan konsisten dalam membayar deviden. b. Saham pendapatan (Income Stock) Adalah saham dari suatu emiten yang memiliki kemampuan membayar deviden yang tinggi dari rata-rata deviden yang dibayarkan pada tahun sebelumnya. c. Saham pertumbuhan (Growth Stock) Adalah saham-saham dari emiten yang memiliki pertumbuhan pendapatan yang tinggi, sebagai leader di industry sejenis yang mempunyai reputasi yang tinggi. d. Saham spekulatif (Speculative Stock)
Adalah saham suatu perusahaan yang tidak bisa secara konsisten memperoleh penghasilan dari tahun ke tahun, akan tetapi mempunyai kemunginan penghasilan yang tinggi dimasa mendatang meskipun belum pasti. e. Saham siklikal (Cyclical Stock) Adalah saham yang tidak terpengaruh oleh kondisi ekonomi makro maupun situasi bisnis secara umum. 2.1.4.3 Pengertian Harga Saham Saham tentu saja memiliki harga karena diperdagangkan di pasar modal, maka dari itu sangat dibutuhkan sebagai tolok ukur baik atau buruknya saham tersebut dengan pasar saham. Menurut Sutrisno (2003: 335) “harga saham adalah nilai saham yang terjadi akibat diperjualbelikannya saham tersebut di pasar sekunder”. Sedangkan menurut Rusdin (2008: 66): harga saham ditentukan menurut hukum permintaan dan penawaran atau kekuatan tawar-menawar. Makin banyak orang yang ingin membeli, maka harga saham tersebut cenderung bergerak naik. Sebaliknya, makin banyak orang yang ingin menjual saham maka saham tersebut akan bergerak turun. Berdasarkan definisi yang dikemukakan oleh Rusdin, harga pasar saham dapat terbentuk dari kukuatan permintaan dan penawan. Jika penawaran akan saham tinggi, maka harga saham tersebut akan naik pula. Hal ini juga sesuai dengan pernyataan Martono dan Agus Harjito (2007: 373) “harga saham sebagai komoditas perdagangan, tentu dipengaruhi oleh penawaran dan permintaan. Pada gilirannya, permintaan dan penawaran merupakan manifestasi dari kondisi psikologi pemodal”. Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa ada beberapa faktor yang menentukan harga saham dan salah satunya adalah permintaan dan penawaran.
Sesuai dengan hukum ekonomi, semakin tinggi permintaan akan saham maka harga saham tersebut akan naik. 2.1.4.4 Nilai Saham Nilai yang berhubungan dengan saham dapat dilihat dalam empat konsep yang memberikan makna berbeda. Saham memiliki nilai nominal, nilai buku (book value), nilai pasar (market value), dan nilai intrinsik (intrinsic value). 1. Nilai nominal Nilai nominal suatu saham adalah kewajiban yang ditetapkan untuk tiap-tiap lembar saham. Nilai nominal adalah modal per lembar yang harus ditahan diperusahaan untuk proteksi kepada kreditor yang tidak dapat diambil oleh pemegang saham. 2. Nilai buku (book value) Nilai buku pe lembar saham adalah nilai aktiva bersih (net assets) yg dimiliki pemilik dg memiliki satu lembar saham. Nilai buku
Total Ekuitas Jumlah saham biasa yg beredar
3. Nilai nilai pasar Harga dari saham di pasar pada saat tertentu yang ditentukan pelaku pasar. Nilai pasar ini ditentukan oleh prmintaan dan penawaran yang bersangkutan di pasar bursa. 4. Nilai intrinsik (intrinsic value) Nilai intrinsik adalah nilai seharusnya dari suatu saham. ada dua analisis yang digunakan untuk menentukan nilai sebenarnya saham:
a. Fundamental security analysis atau company analysis Adalah analisis harga saham yang mendasarkan pada data yang berasal dari keuangan perusahaan (missal laba, dividen, penjualan) b. Technical analysis Adalah analisis harga saham dengan menggunakan data pasar dari saham (missal harga saham, volume transaksi) 2.1.4.5 Jenis-Jenis Harga Saham Menurut Rusdin (2006: 109-114) “harga saham ada dua yaitu ketika pertama kali dijual yaitu pada saat perusahaan melakukan IPO (Initial Public Offering) dan yang kedua yaitu pada saat dijual di pasar sekunder (lantai bursa)”. Menurut Sawidji Widoatmodjo (1996: 46) harga saham dibedakan menjadi 3: 1. Harga nominal Adalah harga yang tercantum dalam sertifikat saham yang ditetapkan oleh emiten untuk menilai setiap lembar saham yang dikeluarkan. Besarnya harga nominal membenkan arti penting saham karena deviden minimal biasanya ditetapkan berdasarkan nilai nominal. 2. Harga perdana Adalah harga saham pada waktu dicatat di bursa efek. Harga saham pada pasar perdana biasanya ditetapkan oleh penjamin emisi (underwriter) dan emiten. Dengan demikian akan diketahui berapa harga saham emiten itu akan dijual kepada masyarakat biasanya untuk menentukan harga perdana. 3. Harga pasar Adalah harga jual dari investor yang satu dengan yang lain. Harga ini terjadi setelah saham tersebut dicatatkan di bursa. Transaksi disini tidak lagi melibatkan emiten dan penjamin emisi.
2.1.4.6 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Harga Saham Menurut J. Fred Weston dan Eugene F. Bringham (2005: 26), faktor-faktor yang mempengaruhi harga saham adalah sebagai berikut: 1. Earning Per Share (EPS) Semakin tinggi laba yang diterima maka semakin tinggi pula tingkat kepercayaan investor terhadap kemampuan emiten dalam menggunakan sumber daya dan menghasilkan keuntungan. Hal ini akan mendorong para investor untuk melakukan investasi yang lebih besar lagi sehingga harga saham akan terus meningkat. 2. Tingkat bunga Ada dua cara tingkat bunga dalam mempengaruhi saham, yaitu: a. Mempengaruhi persaingan di pasar modal antara saham dan obligasi Apabila suku bunga naik, maka investor akan mendapatkan hasil yang lebih dari saham. sehingga mereka akan menjual saham mereka untuk ditukarkan dengan obligasi. Penukaran yang demikian yang akan menurunkan harga saham dan hal itu berlaku sebaliknya. b. Mempengaruhi laba perusahaan Semakin tinggi bunga maka semakin rendah laba bersih. Suku bungan juga mempengaruhi kegiatan ekonomi, maka hal ini akan mempengaruhi laba perusahaan. 3. Jumlah kas dividen yang dibagikan Kebijakan pembagian dividen dapat dibagi menjadi dua, yaitu sebagian dibagikan dalam bentuk dividend an sebagian lagi disisihkan sebagai laba ditahan. Salah satu faktor yang mempengaruhi harga saham adalah kas dividen yang dibagikan, maka peningkatan pembagian dividen merupakan salah satu cara untuk
meningkatkan kepercayaan dari pemegang saham karena jumlah kas dividen yang besar adalah yang diinginkan oleh investor. Semakin banyak investor yang menanamkan sahamnya, maka harga saham pun akan meningkat. 4. Jumlah laba yang didapat perusahaan Besarnya nilai laba yang dihasilkan perusahaan menciptakan kepercayaan investor terhadap perusahaan bahwa perusahaan mampu menghasilkan laba yang besar, sehingga investasi yang ditanamkan oleh investor tidak akan mengalami kerugian. Kepercayaan ini akan mendorong para investor untuk menanamkan modalnya lebih banyak lagi. 5. Tingkat resiko dan tingkat pengembalian Apabila tingkat resiko dan proyeksi laba yang diharapkan perusahaan meningkat maka akan mempengaruhi harga saham perusahaan. Biasanya semakin tinggi resiko, maka akan semakin tinggi tingkat pengembalian (high risk high return) yang diharapkan investor. 2.1.4.7 Analisis Pergerakan Harga Saham Analisis saham merupakan salah satu dari sekian tahap dalam proses investasi yang berarti melakukan analisis terhadap individual atau sekelompok sekuritas. Analisis yang sering dilakukan untuk menilai suatu saham yaitu: 1. Analisis fundamental Analisis fundamental mecoba memperkirakan harga saham di masa yang akan datang dengan: a. Mengestimasi nilai faktor-faktor fundamental yang mempengaruhi harga saham di masa yang akan datang. b. Menerapkan hubungan dari variable-variabel tersebut sehingga diperoleh taksiran harga saham.
Data yang digunakan dalam analisis ini adalah data historis. Data historis adalah data yang telah terjadi dan mencerminkan keadaan keuangan yang sebenarnya. Pada saat menganalisis, para investor akan mempelajari laporan keuangan perusahaan salah satunya dengan menggunakan analisis rasio keuangan. Menurut Ahmad Kamarudin (2004: 112) “analisis fundamental adalah penelitian dalam bentuk fundamental atau dasar dalam menentukan nilai surat berharga. Analisis ini mempelajari brosur atau data-data industry perusahaan, penjualan, kekayaan, pendapatan, produk dan penyerapan pasar, evaluasi manajemen perusahaan, membandingkan dengan pesaingnya dan memperkirakan nilai intrinsik dari saham perusahaan tersebut atau mempelajari hubungan harga saham dengan kondisi perusahaan. Model popular dalam analisis fundamental antara lain: a. Pendekatan PER (Price Earning Ratio) PER dihitung dengan membagi saham pada suatu saat dengan EPS (Earning Per Share). b. Pendekatan Devident Yield Membagi dividen yang diharapkan dengan harga saham yang bersangkutan. c. Pendekatan Net Asset Value Membagi net asset perusahaan dengan jumlah lembar saham yang beredar. 2. Analisis teknikal Analisis teknikal menggunakan data pasar yang dipublikasikan seperti harga saham, volume perdagangan, indeks harga saham gabungan atau individu, atau faktor-faktor lain yang bersifat teknis. Analisis teknikal ini juga sering disebut analisis pasar (analysis market). Sasaran dalam analisis ini adalah ketepatan
waktu dalam memprediksi harga saham (price movement) jangka pendek suatu perusahaan. Menurut Abdul Halim (2005: 143) analisis tekhnikal terdiri dari: a. Teori Dow Teori Dow berupaya untuk menyelidiki bagaimana tren yang sedang terjadi di pasar saham, baik saham individual maupun keseluruhan. b. Grafik batang Dalam pendekatan ini digunakan tipe-tipe dasar diagram, yaitu diagram garis, diagram batang, dan diagram titik. Ketiganya menggunakan grafik batang (bar chat) yang menunjukan volume saham yang diperdagangkan pada masing-masing perubahan harga. c. Analisis kekuatan pasar Analisis kekuatan pasar dilakukan dengan cara membandingkan jumlah saham yang mengalami kenaikan harga dengan jumlah saham yang mengalami penurunan harga, selanjutnya diakumulasikan. d. Analisis kekuatan relatif Analisis ini berupaya mengidentifikasi saham yang memiliki kekuatan relatif terhadap saham lain. Harga saham yang memiliki kekuatan relatif akan meningkatkan lebih cepat dari harga saham lain. e. Analisis rata-rata bergerak Analisis ini memfokuskan pada harga rata-rata bergerak dengan cara mengamati perubahan harga yang terjadi pada beberapa hari terakhir pada saat penutupan.
2.2 Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Harga Saham (Analisis Pendekatan Economic Value Added) Setiap investor tentu mengharapkan keuntungan yang optimal dari penanaman modal atau penginvestasian dana di suatu perusahaan. Untuk mengetahui apakah investasi yang dilakukan akan berjalan secara optimal maka diperlukan sebuah analisis terhadap kinerja keuangan perusahaan. Dalam penelitian ini, penulis memfokuskan pada kinerja keuangan perusahaan dengan menggunkan pendekatan Economic Value Added (EVA). Menurut Suad Husnan dan Enny Pudjiastuti (2006: 317) "jika kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba meningkat, harga saham akan meningkat dengan kata lain profitabilitas akan meningkatkan harga saham”. Menurut Agnes Sawir (2005: 48) mengemukakan bahwa “EVA yang positif menunjukan bahwa manajemen perusahaan berhasil meningkatkan nilai perusahaan bagi pemilik perusahaan sesuai dengan tujuan manajemen keuangan memaksimalkan nilai perusahaan”. Menurut Eduardus Tandelilin (2001: 195) bahwa: Economic Value Added (EVA) adalah ukuran keberhasilan manajemen perusahaan dalam meningkatkan nilai tambah bagi perusahaan. Asumsinya adalah bahwa kinerja manajemen yang baik atau efektif (dilihat dari besarnya nilai tambah yang diberikan) maka akan tercermin pada peningkatan harga saham perusahaan. Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa EVA ini adalah alat untuk mengukur tingkat keberhasilan manajemen dalam meningkatkan nilai tambah bagi perusahaan. Semakin baik atau efektif manajemen suatu perusahaan dalam meningkatkan nilai tambah perusahaan, maka akan tercermin dalam peningkatan harga saham. Dengan ini dapat dikatakan bahwa kinerja keuangan dengan menggunakan pendekatan Economic Value Added (EVA) dapat mempengaruhi harga saham.
2.3 Penelitian Terdahulu Sebagai bahan pertimbangan, dalam penelitian ini akan dicantumkan hasil penelitian terdahulu, yaitu: 1. Penelitian yang dilakukan Raja Lambas J. Panggabean pada jurnal manajemen dan bisnis vol. 3 no. 5 Juni 2005 dengan judul “Analisis Perbandingan Korelasi EVA dan ROE Terhadap Harga Saham LQ 45 Di Bursa Efek Jakarta”. Hasil dari penelitian ini adalah terdapat pengaruh yang signifikan antara Economic Value Added (EVA) dengan harga saham. 2. Penelitian yang dilakukan A. Sakir pada jurnal ekonomi dan bisnis vol. 8 no. 2 Agustus 2009: 150 – 165, dengan judul “Pengaruh Economic Value Added (EVA) Terhadap Harga Saham Perusahaan yang Terdaftar di Jakarta Islamic Index Bursa Efek Indonesia”. Hasil dari penelitian ini adalah Economic Value Added (EVA) berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham. 3. Penelitian yang dilakukan Wahyu Handoko pada skripsi dengan judul “Pengaruh Economic Value Added, ROE, ROA, dan EPS Terhadap Perubahan Harga Saham Perusahaan Kategori LQ45 Pada BEI”. Hasil dari penelitian ini adalah secara simultan Economic Value Added, ROE, ROA, dan EPS berpengaruh secara signifikan terhadap perubahan harga saham, sedangkan secara parsial ROE dan ROA berpengaruh secara signifikan terhadap perubahan harga saham sedangkan Economic Value Added dan EPS tidak berpengaruh secara signifikan terhadap perubahan harga saham. 4. Penelitian yang dilakukan Wesly Andri Simanjuntak pada skripsi dengan judul “Pengaruh Economic Value Added, Return On Assets, Net Profit Margin dan Earning Per Share Terhadap Harga Saham Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”. Hasil dari penelitian ini adalah secara simultan EVA,
ROA, NPM, dan EPS berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham, sedangkan secara parsial hanya ROA dan EPS yang berpengaruh secara signifikan sedangkan EVA dan NPM tidak berpengaruh secara signifikan. 2.4 Kerangka Pemikiran Manajemen keuangan memiliki fungsi yang sangat vital disamping fungsi manajemen yang lainnya, hal ini karena manajemen keuangan berkaitan dengan bagaimana perusahaan mencari dana dan mengelola dana tersebut agar dapat mencapat tujuan atau target yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Salah satu tolak ukur yang diperlukan untuk mengukur keberhasilan perusahaan adalah kinerja keuangan. Kinerja keuangan merupakan cerminan dari kemampuan perusahaan dalam mengelola dan mengalokasikan sumber dananya. Kinerja keuangan suatu perusahaan merupakan objek vital yang sering diperhatikan oleh investor dan pengambil keputusan, hal ini karena kinerja keuangan merupakan faktor paling penting bagi perusahaan yang mencatatkan dirinya di pasar saham. Metode yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja keuangan perusahaan yaitu dengan pendekatan Economic Value Added (EVA). EVA merupakan suatu sistem manajemen keuangan untu mengukur laba ekonomi dalam suatu perusahaan yang menyatakan bahwa kesejahteraan hanya dapat tercipta jika perusahaan mampu memenuhi semua biaya operasi (operating costs) dan biaya modal (cost of capital). Dengan demikian EVA merupakan laba operasi setelah pajak yang dikurangi dengan total biaya dari struktur modal yang dipakai perusahaan. EVA merupakan metode penciptaan nilai (value creation) bagi para shareholders. Kenaikan EVA akan membawa pada kenaikan market value perusahaan, dimana ketika EVA bertambah berarti perusahaan mampu menghasilkan laba dan dapat menciptakan nilai tambah bagi shareholdernya atau kinerja perusahaan dapat dikatakan
baik atau efisien. Asumsinya kinerja perusahaan yang baik atau efisien (dilihat dari segi besarnya nilai tambah yang diberikan) maka akan tercermin pada peningkatan harga saham perusahaan. Maka dapat ditarik kesimpulan bahwa EVA berhubungan erat dengan penciptaan nilai bagi para pemilik modal dan secara otomatis akan berhubungan dengan harga saham. Berdasarkan kerangka pemikiran diatas, dapat dijelaskan model alur kerangka berfikir yang digunakan dalam penlitan dibawah ini:
GAMBAR 2.1 KERANGKA PEMIKIRAN PENGARUH KINERJA KEUANGAN TERHADAP HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN SUBSEKTOR MAKANAN DAN MINUMAN (ANALISIS PENDEKATAN ECONOMIC VALUE ADDED) Manajemen Keuangan
Kinerja Keuangan
Market
Konvensional
ROE
DER
Pasar Modal
MVA
Harga Saham
EVA
REVA
Keterangan: = variabel yang diteliti = variabel yang tidak diteliti Sumber:
Eduardus Tendelilin (2001). Analisis Investasi dan Manajemen Portofolio. Yogyakarta. BPFE
GAMBAR 2.2 PARADIGMA PEMIKIRAN
EVA
Harga Sahan
2.5 Hipotesis Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap masalah yang masih bersifat praduga karena masih harus dibuktikan kebenarannya. Menurut Suharsimi Arikunto (2006: 71) “hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian sampai terbukti melalui data yang terkumpul. Sedangkan menurut Sugitono (2008: 39) “hipotesis adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dikatakan sementara karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada fakta-fakta yang empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data”. Dapat disimpulkan bahwa hipotesis adalah taksiran atau pendapat yang bersifat praduga dan perlu diuji kebenarannya. Berdasarkan kerangka pemikiran diatas, penulis mencoba merumuskan hipotesis penelitian ini sebagai berikut: “Terdapat pengaruh kinerja keuangan dengan menggunaka pendekatan Economic Value Added terhadap harga saham”.