BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS
2.1
Kajian Pustaka
2.1.1 Konsep Umum Pengeluaran (Expenditure) Expenditure berhubungan dengan pengeluaran uang yang dikaitkan dengan pencapaian manfaat untuk periode yang sedang berjalan atau untuk periode-periode yang akan datang. Pengeluaran terbagi atas dua macam, yakni pengeluaran modal (capital expenditure) dan pengeluaran pendapatan (revenue expenditure). Pengeluaran ini akan mempengaruhi pendapatan pada periode akuntansi yang akan datang. Untuk dapat membedakan pengeluaran tersebut, Sofyan Syafri Harahap dalam bukunya “Teori Akuntansi”memberikan pedoman sebagai berikut : “Jika pengeluaran tersebut menambah harga pokok aktiva yang bersangkutan dalam arti pengeluaran tersebut dikapitalisir dan akan dialokasikan melalui pembebanan biaya penyusutan selama masa penggunaannya maka pengeluaran tersebut dianggap sebagai pengeluaran modal, sebaliknya jika pengeluaran tersebut tidak dianggap menambah harga pokok dalam arti bahwa biaya itu harus dibebankan ke perkiraan laba -rugi maka pengeluaran tersebut dianggap sebagai pengeluaran pendapatan”. (Sofyan Syafri Harahap, 2002 : 48)
13
14
Beberapa ahli membuat pedoman-pedoman untuk membedakan kedua golongan pengeluaran tersebut. Jumingan (dalam Aggi, 2009 : 41) memberikan petunjuk sebagai berikut :" “1. Pengeluaran Modal a. Pengeluaran yang bersifat menambah kuantitas fisik harta kekayaan perusahaan, misalnya menambah atau memperluas bangunan, penempatan tambahan mesin baru. b. Pengeluaran yang tidak menambah kuantitas fisik tetapi bersifat meningkatkan efisiensi, produktivitas, umur, atau keawetan fasilitas pabrik (meningkatkan kualitas harta kekayaan perusahaan), misalnya mengganti atap banguan dengan bahan yang lebih awet. c. Pengeluaran untuk reparasi berat dan penggantian spare-part yang bersifat memperpanjang umur pemakaian aktiva tetap atau meningkatkan efisiensi, produktivitas, atau kegunaannya, misalnya spare-part lama dengan spare-part baru yang lebih baik. 2. Pengeluaran Penghasilan d. Pengeluaran yang bersifat mempertahankan efisiensi aktiva tetap, misalnya reparasi kecil, seperti membeli oli mesin, mengecat, reparasi kecil agar mesin tetap berjalan baik. e. Pengeluaran yang jumlahnya relatif sedikit, manfaat dimasa yang akan datang tidak begitu berarti, atau sulit mengukur manfaatnya dimasa yang akan datang”. Sofyan Syafri Harahap dalam bukunya “Teori Akuntansi” mengemukakan terdapat pedoman untuk membedakan pengeluaran modal dengan pengeluaran pendapatan, yaitu : “1. Segi keuntungan Jika pengeluaran itu memberikan keuntungan selama lebih dari 1 tahun atau menambah kegunaan aktiva tetap tersebut, maka pengeluaran tersebut dikatagorikan pada pengeluaran modal. Sebaliknya, jika manfaat yang didapat hanya dalam tahun bersangkutan,maka pengeluaran tersebut dianggap pengeluaran pendapatan. 2. Segi kebiasaan Jika pengeluaran itu merupakan pengeluaran yang sifatnya lazim dan rutin dikeluarkan dalam periode tertentu, maka dianggap revenue expenditures sebaliknya jika pengeluaran itu sifatnya tidak lazim, maka dianggap sebagai capital expenditures.
15
3.
Segi jumlah Jika pengeluaran itu jumlahnya relatif besar dan sifatnya penting, biasanya dianggap sebagai capital expenditures, sedangkan jika pengeluaran itu relatif kecil, dianggap sebagai revenue expenditures”. (Sofyan Syafri Harahap , 2002 : 49)
2.1.1.1 Pengeluaran Modal (Capital Expenditures) Pengeluaran modal merupakan salah satu bentuk pengeluaran untuk aktiva tetap. Pengertian pengeluaran modal menurut Mulyadi adalah sebagai berikut : “Pengeluaran modal (Capital Expenditure) adalah biaya yang mempunyai manfaat lebih dari satu periode akuntansi ( biasanya satu periode akuntansi adalah satu tahun kalender)”. (Mulyadi, 2005 : 16) Carter dan Usry pengertian pengeluaran modal adalah sebagai berikut : “Pengeluaran modal (capital expenditure) adalah biaya atau dana yang dimaksudkan untuk memberi manfaat diperiode yang akan datang dan dilaporkan sebagai aktiva” (2002: 539) Sedangkan menurut Horngren et al menyatakan : “Pengeluaran modal (Capital Expenditure) adalah pengeluaran yang meningkatkan kapasitas atau efisiensi aktiva atau yang memperpanjang masa manfaat”. (Horngren, 2006 : 467)
16
Dari beberapa pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa pengeluaran modal (capital expenditure) adalah segala macam pengeluaran yang memiliki masa manfaat lebih dari satu periode akuntansi, dengan maksud untuk menghasilkan keuntungan jangka panjang bagi perusahaan.
2.1.1.2 Jenis-jenis Capital Expenditure Ada beberapa jenis Capital expenditure menurut Alan Saphiro dalam “Capital Budgeting and Investment Analisys”, yaitu : “1. Equipment Replacement Hal yang dimaksud dalam poin ini dalah adanya tambahan aset karena adanya kebutuhan baru ataupun karena usangnya peralatan yang lama.Sebagai contoh adanya penggantian komputer disebuah perusahaan karena rusaknya komputer yang ada, maka komputer baru tersebut dikatagorikan sebagai Capital expenditure. 2. Expantion to meet growth in existing to products Jika suatu perusahaan memutuskan untuk melakukan ekspansi demi meningkatkan produk yang ada (baik dari segi efisiensi maupun pengembangan pangsa pasar) maka biaya dalam proyek ekspansi tersebut dapat dikatagorikan sebagai Capital expenditure. 3. Expantion generated by new products Begitu pula dengan adanya rencana untuk mengeluarkan produk baru, sehingga dibutuhkan, misalnya pabrik baru. Seluruh biaya dalam menghasilkan pabrik yang siap beroperasi dapat dimasukkan ke dalam Capital expenditure. 4. Projected mandated by law Hal ini berkaitan dengan ketegasan hukum yang terjadi. Jenis terakhir ini, makin sering dihadapi perusahaan belakangan ini, terutama yang bergerak dibidang pertambangan ataupun industri lain yang bidang operasinya mengambil suatu dari alam. Intinya, seluruh pengeluaran yang dikeluarkan demi kesesuaian dengan hukum (peraturan) yang berlaku dapat dikatagorikan sebagai Capital expenditure.Misalnya jika ada peraturan negara yang menyebutkan bahwa disekitar pabrik yang mengeluarkan limbah yang berbahaya diwajibkan keberadaan tempat pengelolaan limbah, maka seluruh pengeluaran yang berkaitan dengan siap dipakainya tempat pengelolaan limbah tersebut dapat dikapitalisasi dan digolongkan sebagai Capital expenditure”. (Saphiro, 2005 : 54)
17
Dalam pelaksanaannya terkadang susah untuk membedakan biaya manakah yang termasuk ke dalam Capital expenditure dan biaya yang termasuk ke dalam rountine expense. Perbedaan yang jelas antara keduanya terletak pada hasil yang diperoleh, jika suatu biaya dapat menaikan nilai dari sebuah aset maka biaya tersebut digolongkan sebagai Capital expenditure, namun jika biaya yang ada hanya dipakai untuk mempertahankan kondisi kerja yang ada maka biaya tersebut digolongkan sebagai rountine expense.
2.1.1.3 Kebijakan Capital Expenditure Pengeluaran modal adalah pengeluaran sejumlah dana oleh perusahaan yang diharapkan menghasilkan keuntungan tertentu dalam waktu lebih dari satu tahun. Sedangkan pengeluaran operasi diharapkan akan menghasilkan keuntungan dalam periode satu tahun. Pengeluaran untuk aktiva tetap adalah pengeluaran modal walaupun pengeluaran modal tidak selalu harus pengeluaran aktiva tetap. Pembelian mesin seharga Rp 500 juta dengan umur ekonomis 5 tahun adalah salah satu contoh mengeluaran modal dan akan tampak pada bagian aktiva dalam neraca perusahaan. Tetapi pengeluaran uang Rp 400 juta untuk biaya promosi yang berguna untuk waktu yang lama (lebih dari satu tahun) bisa juga disebut sebagai pengeluaran modal walaupun tidak diklasifikasikan sebagai aktiva tetap.
18
Pengeluaran modal dilakukan karena berbagai macam alasan atau motif. Motif dasar pengeluaran modal menurut Gitman (2006) dalam (Handono Mardianto, 2009 : 197) : “1. Ekspansi (Ekspansion) Motif yang paling umum untuk pengeluaran modal adalah untuk memperluas level operasi, biasanya melalui akuisisi aktiva tetap. Perusahaan yang sedang berkembang biasanya memerlukan aktiva tetap yang baru seperti pembelian property dan fasilitas pabrik. 2. Penggantian (Replacement) Ketika pertumbuhan perusahahaan sedang melambat dan telah mencapai kedewasaan (maturity), pengeluaran modal dialkukan untuk menggantikan atau memperbaiki asset yang telah usang. Setiap kali sebuah mesin memerlukan perbaikan atas kerusakan yang material, dana yang dikeluarkan untuk perbaikan harus dibandingkan denngan dana yang dikeluarkan jika mesin diganti dengan yang baru dan keuntungan yang didapat jika mesin diganti dengan yang baru. 3. Pembaharuan (Renewal) Sebagai alternatif dari penggantian, melibatkan pembangunan kembali,pemeriksaan yang diteliti untuk perbaikan. 4. Tujuan Lain (Order Purposes) Beberapa pengeluaran modal tidak disebabkan oleh akuisisi/ transformasi aktiva tetap yang tangible,melainkan bisa melibatkan sebuah komitmen jangka panjang sebagai ekspektasi ekuntungan dimasa yang akan datang. Pengeluaran modal ini termasuk pengeluaran advertensi, penelitian dan pengembangan, konsultasi manajemen dan produk baru”.
2.1.1.4 Rumus Perhitungan pengeluaran Modal (Capital Expenditure) Pengeluaran modal merupakan investasi, sebab membutuhkan komitmen dari sumber daya yang ada sekarang untuk menerima keuntungan secara ekonomis yang lebih tinggi dimasa yang akan datang. Adapun cara menghitung capital expenditure adalah dengan menggunakan rumus perubahan aktiva tetap yang bersumber dari Lukman Syamsudin dalam buku “Manajemen Akuntansi Perusahaan”, yaitu sebagai berikut :
19
“∆FAt = NFAt + Dept- NFAt-1 Keterangan : ∆FA t
= Perubahan aktiva tetap yang diakui sebagai capital expenditure
NFA t = Nilai aktiva tetap bersih periode sekarang Dep t
= Depresiasi aktiva tetap periode sekarang
NFAt-1= Nilai aktiva tetap bersih periode sebelumnya”. (Lukman Syamsuddin, 2007 : 136) Berdasarkan rumus diatas, disimpulkan bahwa capital expenditure dapat dihitung dengan menambahkan nilai aktiva tetap bersih periode sekarang dengan depresiasi kemudian dikurangi nilai aktiva tetap bersih periode sebelumnya.
2.1.2
Aktiva Tetap Perusahaan biasanya menanamkan dana yang dimilikinya pada aktiva
tetap seperti, mesin, gedung, tanah dan lain-lain dengan harapan akan mendapatkan keuntungan di masa yang akan datang. Umur ekonomis aktiva ini biasanya lebih dari satu tahun. Ada beberapa pengertian dari aktiva tetap ini, diantaranya yaitu menurut SAK , yang menyatakan bahwa : “Aktiva tetap adalah aktiva berwujud yang diperoleh dalam bentuk siap pakai atau dengan dibangun lebih dahulu, yang digunakan dalam operasi perusahaan, tidak dimaksudkan untuk dijual dalam rangka kegiatan normal perusahaan dan mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun”. (SAK, 2009 : 16.2)
20
Pengertian aktiva tetap menurut Zaki Baridwan adalah sebagai berikut : “Aktiva tetap berwujud adalah aktiva – aktiva yang berwujud yang sifatnya relatif permanen yang digunakan dalam kegiatan perusahaan normal”. (Zaki Baridwan. 2004 : 271) Sedangkan pengertian aktiva tetap menurut H. Greuning dalam Edward Tanujaya, menyatakan bahwa : “Aktiva tetap adalah aktiva berwujud yang dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa, seperti penyewaan kepada pihak lain atau untuk tujuan administrasi dan diperkirakan akan digunakan selama lebih dari satu periode”. (H. Greuning, 2005 :170) Berdasarkan ketiga definisi yang dikemukakan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa aktiva tetap adalah semua aktiva berbentuk fisik uang dimiliki dan digunakan dalam operasi normal perusahaan, yang diperoleh dalam bentuk siap pakai atau dengan dibangun lebih dahulu, serta mempunyai masa manfaat lebih dari satu periode akuntansi (satu tahun) dan tidak dimaksudkan untuk dijual kembali.
2.1.2.1 Jenis-Jenis Aktiva Tetap Aktiva tetap memiliki beragam jenis, bentuk dan umur manfaat, ada aktiva tetap yang umumnya tidak terbatas serta ada aktiva tetap yang umurnya terbatas. Aktiva tetap yang umurnya terbatas seperti kendaraan, sedangkan aktiva tetap yang umurnya tidak terbatas adalah tanah.
21
Menurut Zaki Baridwan dalam bukunya“Intermediate Accounting” mengemukakan jenis-jenis aktiva tetap, terdiri dari : “1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Tanah Bangunan Mesin dan alat-alat Alat percetakan Perabotan Kendaraan Tempat barang yang dapat dikembalikan”. (Zaki Baridwan, 2004: 274-276) Menurut Warren, Reeve and Fess dalam Aria Farahmita, Amunugrahani
dan Taufik Hendrawan, jenis-jenis aktiva tetap terdiri dari : “1. 2. 3. 4. 5. 6.
Peralatan Perabotan Alat-alat Mesin-mesin Bangunan Tanah”. (Warren, Reeve and Fess, 2005 : 504) Berdasarkan kedua definisi di atas dapat disimpulkan bahwa aktiva tetap
terdiri dari barang-barang berwujud yang dimiliki oleh perusahaan seperti tanah, bangunan, mesin, peralatan kerja, perabot dan alat-alat kantor, mesin-mesin, kendaraan dan tempat barang yang dapat dikembalikan (returnable container). Aktiva tetap digunakan oleh perusahaan untuk mendukung semua kegiatan operasionalnya.
22
2.1.2.2 Karakteristrik Aktiva Tetap Dari berbagai pengertian tersebut di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa suatu aktiva dapat disebut atau dikatagorikan sebagai aktiva tetap apabila memiliki karakteristrik suatu aktiva tetap. Menurut Henry Simamora dalam bukunya “Akuntansi Basis Pengambilan Keputusan Bisnis” mengemukakan bahwa aktiva tetap dapat dibedakan dari aktiva-aktiva lainnya berdasarkan karakteristrik-karakteristrik berikut : “1. Aktiva tetap diperoleh untuk dipakai dalam kegiatan-kegiatan usaha. 2. Aktiva tetap menyediakan manfaat selama beberapa periode akuntansi”. (Henry Simamora, 2003 :298) Berikut ini akan dibahas mengenai masing-masing karakteristrik aktiva tetap: 1) Aktiva tetap diperoleh untuk dipakai dalam kegiatan-kegiatan usaha Nilai dari suatu aktiva tetap berdasarkan dari jasa yang diberikannya, bukan dari potensinya untuk dijual kembali. Perusahaan membeli aktiva tetap untuk digunakan dalam kegiatan-kegiatan bisnisnya. Perusahaan harus mempertimbangkan untuk menjual kembali aktiva tetap, hanya setelah aktiva tetap tersebut dipakai secara internal untuk mengucurkan pendapatan selama beberapa periode akuntansi. Aktiva tetap yang diperoleh untuk dijual kembali dalam kegiatan usaha perusahaan tidak boleh diklasifikasikan sebagai aktiva tetap.
23
2) Aktiva tetap menyediakan manfaat selama beberapa periode akuntansi Menurut prinsip hubungannya, biaya perolehan dari suatu sumber daya yang memberikan suatu potensi jasa haruslah dikaitkan dengan beban untuk menghasilkan jasa tersebut . Manfaat ekonomi masa depan yang terwujud dalam aktiva adalah potensi aktiva tersebut untuk memberikan sumbangan baik langsung maupun tidak langsung, arus kas dan setara kas kepada perusahaan. Sedangkan menurut Waarren, Reeve and Fess dalam Aria Farahmita, Amunungrahani dan Taufik Hendrawan, berpendapat bahwa yang menjadi karakteristrik aktiva tetap adalah : “Mereka merupakan aktiva tetap berwujud (Tangible assets) karena terlihat secara fisik.Aktiva tersebut dimiliki dan digunakan oleh perusahaan serta tidak dimaksudkan untuk dijual sebagian dari operasi normal”. (Warren, Reeve and Fess, 2005 :504)
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa karakteristrik aktiva tetap adalah aktiva berwujud fisik serta mempunyai masa manfaat lebih dari satu periode akuntansi dan digunakan untuk kegiatan operasi perusahaan. Pada saat diperoleh, pengeluaran uang untuk memperoleh aktiva merupakan biaya dari aktiva yang memberikan kegunaan selama umur manfaat dari aktiva tetap tersebut. Oleh karena biaya aktiva tetap adalah untuk seluruh masa manfaat, sedangkan setiap tahun selalu ada pengukuran dan pelaporan terhadap kinerja perusahaan yang meliputi pendapatan dan beban maka biaya dari aktiva tetap tersebut juga harus dialokasikan sebagai beban yang nantinya beban ini akan diperbandingkan dengan pendapatan yang diperoleh pada tahun berjalan.
24
2.1.2.3 Pengakuan Aktiva Tetap Pengakuan aktiva tetap menurut Ikatan Akuntan Indonesia dalam PSAK no. 16 yang berjudul Standar Akuntansi Keuangan adalah : “Suatu benda berwujud harus diakui sebagai suatu aktiva dan dikelompokkan sebagai aktiva tetap, bila : 1. Besar kemungkinan (Probable) manfaat ekonomi dimasa yang akan datang berkaitan dengan aktiva tersebut mengalir kedalam perusahaaan. 2. Biaya perolehan aktiva dapat diukur secara andal”. (PSAK, 2009:16) Suatu benda berwujud yang memenuhi kualifikasi untuk diakui sebagai suatu aktiva dan dikelompokkan sebagai aktiva tetap, pada awalnya harus diukur berdasarkan biaya perolehan. Biaya perolehan menurut Ikatan Akuntan Indonesia dalam bukunya yang berjudul “Standar Akuntansi Keuangan No. 16 “ adalah : “Jumlah kas atau setara kas yang dibagikan atau nilai wajar imbalan lain yang diberikan untuk memperoleh suatu aktiva pada saat perolehan atau konstruksi sampai dengan aktiva tersebut dalam kondisi dan tempat yanng siap untuk dipergunakan”. (PSAK, 2009:16) Biaya perolehan suatu aktiva terdiri atas harga belinya, termasuk bea impor, dan PPn masukan tak boleh Restitusi (non- Refudable), dan setiap biaya yang diatribusikan secara langsung ke aktiva tersebut sehingga aktiva tersebut dapat bekerja sesuai tujuan. Contoh biaya yang dapat diatribusikan secara langsung adalah :
25
a.
Biaya persiapan tempat.
b.
Biaya pengiriman awal (initial delivery) dan biaya simpan dan bongkar muat (handing cost).
c.
Biaya pemasangan (Installation Cost).
d.
Biaya profesional seperti arsitektur dan insinyur. Biaya-biaya yang termasuk ke dalam biaya perolehan aktiva tetap terdiri
dari: 1.
Biaya Tanah Semua pegeluaran untuk mendapatkan tanah dan pembuatannya hingga siap untuk digunakan dianggap sebagai bagian dari biaya tanah. Biaya tanah biasanya mencakup : (1) harga beli, (2) biaya penutupan, termasuk sertifikat hak milik, honor pencatatan, (3) biaya yang dikeluarkan untuk mempersiapkan tanah sehingga digunakan seperti meratakan, menimbun. Mengosongkan, dan membersihkan, (4) asumsi mengenai hak gadai atau hipotik, dan (5) setiap perbaikan tanah lainnya yang memiliki umur tak terbatas. Biaya-biaya yang dikeluarkan untuk memperbaiki keadaan tanah tetapi mempunyai umur yang terbatas tidk dikapitalisasi dalam rekening tanah tetapi dicatat sendiri dalam rekening. Jika tanah dimiliki untuk tujuan investasi, maka semua biaya yang timbul dalam hubungannya dengan tanah tersebut selama masa kepemilikan dikapitalisasi menambah harga perolehan tanah.
26
2.
Biaya Bangunan Biaya
bangunan
harus
melibatkan
semua
pengeluaran
yang
berhubungan langsung dengan akuisisi atau konstruksinya. Biaya ini termasuk (1) biaya bahan, tenaga kerja, dan overhead yang terjadi selama konstruksi dan (2) honor profesional serta ijin mendirikan bangunan. Biasanya perusahaan melakukan kontrak dengan perusahaan lain untuk mendirikan bangunan. Semua biaya yang dikeluarkan mulai dari penggalian hingga penyelesaian, dianggap sebagai bagian dari biaya bangunan. Alat-alat perlengkapan gedung gedung seperti tangga berjalan, lif dan lain-lain dicatat tersendiri dalam rekening alat-alat gedung dan akan didepresaiasi selama umur alat-alat tersebut. 3.
Biaya Peralatan Biaya peralatan mencakup semua pengeluaran yang terjadi dalam memperoleh peralatan dan mempersiapkannya hingga siap pakai. Biaya aktiva semacam ini termasuk harga beli, biaya pengangkutan dan penanganan, asuransi peralatan ketika masih dalam perjalanan, biaya pondasi khusus jika diperlukan, biaya pemasangan dan biaya peralatan, serta biaya yang menjalankan uji coba.
27
4.
Aktiva yang diperoleh sendiri Perusahaan yang membuat sendiri aktivanya harus mengalokasikan biaya dan beban untuk mendapatkan biaya aktiva yang dibuat sendiri. Bahan dan tenaga kerja langsung yang digunakan dapat ditelusuri secara langsung ke pekerjaan dan pesanan bahan yang berhubungan dengan pembuatan aktiva tetap. Overhead dibebankan ke aktiva untuk memperoleh biaya aktiva. Jika overhead yang dialokasikan menghasilkan pencatatan biaya konstruksi yang melebihi biaya yang akan dibebankan oleh produsen luar yang independen, maka kelebihan overhead ini harus dicatat
sebagai
kerugian
periode
daripada
dikapitalisasi,
untuk
menghindari pengkapitalisasian yang lebih besar dari nilai pasar.
2.1.3 Beban Depresiasi (Penyusutan Aktiva Tetap) Seiring dengan berjalannya waktu, nilai ekonomis yang diberikan oleh aktiva tetap akan semakin berkurang. Proses ini disebut depresiasi atau penyusutan aktiva tetap. Semua aktiva tetap kecuali tanah akan rusak atau usang, untuk beberapa aktiva tetap kerusakan fisik dan aus menyebabkan penyusutan (depresiasi). Ada beberapa pengertian penyusutan yang dikemukakan para ahli, di antaranya adalah :
28
Menurut S. Munawir pengertian depresiasi adalah sebagai berikut: “Depresiasi adalah proses pengalokasian cost atau harga perolehan aktiva tetap menjadi biaya selama masa manfaatnya dengan cara yang rasional dan sistematis”. (S. Munawir, 2004 : 141) Pengertian
depresiasi
menurut
Zaki
Baridwan
dalam
bukunya
“Intermediate Accounting”, adalah : “Depresiasi adalah sebagian dari harga perolehan aktiva tetap yang secara sistematis dialokasikan menjadi biaya setiap periode akuntansi”. (Zaki Baridwan, 2004 : 305) Sedangkan menurut PSAK No. 16 (SAK) adalah : “Penyusutan adalah alokasi sistem jumlah yang dapat disusutkan dari suatu asset selama umur manfaatnya”. (SAK, 2009 : 16) Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa depresiasi merupakan suatu proses untuk pengalokasian harga perolehan aktiva tetap yang dapat disusutkan sepanjang masa manfaat yang diestimasi dengan cara yang sistematis dan rasional. Dengan demikian depresiasi (penyusutan) dapat diperlukan oleh perusahaan untuk membebankan secara sistematis biaya dari aktiva tetap atas pendapatan tahunannya.
29
2.1.3.1 Metode-Metode Penyusutan Menurut PSAK metode-metode penyusutan terdiri atas : “1.Berdasarkan waktu : a. Metode garis lurus (straight line) b. Metode pembebanan menurun c. Metode jumlah-angka-tahun (Sum of the year digits method) d. Metode saldo menurun/ saldo menurun ganda (Declining / Double declining balance method) 2.Berdasarkan penggunaan : a. Metode jam jasa (Service hours method) b. Metode jumlah unit produksi (Productive output method) 3. Berdasarkan kriteria lainnya : a.Metode berdasarkan jenis dan kelompok (Group and composite depreciation) b. Metode anuitas (Annuitas method) c. Sistem persediaan (inventory system)”. (PSAK, 2009 : 17)
Beberapa metode penyusutan dijelaskan Sofyan Syafri Harahap dalam buku “Teori Akuntansi”, sebagai berikut : “1.Metode yang didasarkan pada faktor waktu, terbagi atas : a. Straight Line (Metode Garis Lurus) b. Decreasing- charge depreciation: 1) Sum of the years digits method 2) Declining balance method 3) Double declining balance method c. Annuity method d. Sinking Fung Method 2. Metode yang didasarkan pada faktor penggunaan a. Service hours method b. Productive output method 3. Group and composite rate method a. Group depreciation b. Composite depreciation”. (Sofyan Syafri Harahap, 2002 : 56)
30
Tiga metode penyusutan yang paling umum digunakan adalah : A. Metode Garis Lurus (straight line method) Dalam metode ini, aktiva tetap dianggap sama penggunaannya sepanjang waktu. Sehingga penyusutannya dihitung sama rata. Rumus metode ini adalah :
D= C – S n
(Syafri, 2002 : 56) Keterangan : D = Beban Penyusutan C = Harga Perolehan Aktiva Tetap S = Nilai Residu (salvage) n = Umur Ekonomis Metode garis lurus sangat sederhana dan digunakan secara luas. Metode ini menciptakan transfer biaya yang layak ke beban periodik jika pemanfaatan aktiva dan pendapatan yang terkait dari pemakaian itu sama dari periode ke periode. B. Metode Unit Produksi Metode unit produksi menghasilkan jumlah beban penyusutan yang sama bagi setiap unit produksi atau setiap unit kapasitas yang digunakan oleh aktiva. Rumus metode ini adalah :
D= C – S n (Syafri, 2002 : 56)
31
Keterangan : D = Beban Penyusutan C = Harga Perolehan Aktiva Tetap S = Nilai Residu (salvage) n = Kemampuan produksi per satuan tertentu misalnya kilometer C. Penyusutan Saldo Menurun Apabila menggunakan metode saldo menurun, maka beban depresiasi periodik tersebut dihitung dengan cara mengalihkan tarif yang tetap dengan nilaibuku aktiva tetap. Untuk menetapkan metode ini, tarif penyusutan garis lurus tahunan terlebih dahulu harus digandakan.tarif tersebut dihitung dengan rumus:
(Syafri, 2002 : 56) Keterangan : T = Tarif N = Umur Ekonomis S = Nilai Residu C = Harga Perolehan Misalnya, tarif penyusutan saldo menurun atas semua aktiva yang yang memiliki estimasi umur manfaat 5 tahun adalah 40%, yaitu dua kali tarif garis lurus sebesar 20% (100% / 5).
32
Untuk tahun pertama, biaya aktiva dilakukan dengan tarif saldo menurun. Setelah tahun pertama, nilai buku yang menurun dikalikan dengan tarif yang dimaksud.
2.1.4 Laba Laba merupakan keuntungan perusahaan yang hasilnya diperoleh dari selisih antara pendapatan dikurangi beban. Adapun pengertian laba menurut Taswan dalam bukunya yang berjudul “Akuntansi Perbankan”, mengemukakan tentang pengertian laba usaha yaitu: “Laba merupakan selisih lebih antara pendapatan diatas biaya dalam suatu periode, dan disebut rugi apabila terjadi sebaliknya”. (Taswan, 2005 :10) Sedangkan menurut Soemarso dalam bukunya “Akuntansi Suatu Pengantar” pengertian laba sebagai berikut : “Laba adalah selisih antara laba bruto dengan beban usaha, laba yang diperoleh semata-mata dari kegiatan utama perusahaan”. (Soemarso, 2002 :227) Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa laba merupakan kenaikan modal (aktiva bersih) yang berasal dari transaksi sampingan atau transaksi yang jarang terjadi dari suatu badan usaha, dan dari semua transaksi atau kejadian lain yang mempengaruhi badan usaha selama satu periode kecuali timbul dari pendapatan.
33
2.1.4.1 Jenis Laba Jenis laba usaha menurut Theodorius M. Tanakotta mengemukakan jenisjenis laba dalam hubungan dengan perhitungan laba, yaitu : “1. Laba kotor 2. Laba dari operasional 3. Laba Bersih” (Theodorius M. Tanakota, 2000 :157) Adapun penjelasan dari jenis-jenis laba tersebut, adalah sebagai berikut : 1. Laba kotor Laba kotor adalah perbedaan antara pendapatan bersih dan penjualan dengan harga pokok penjualan. 2. Laba dari operasional Laba dari operasional adalah selisih antara laba kotor dengan total beban operasi. 3. Laba bersih Laba bersih adalah angka terakhir dalam perhitungan laba rugi dimana untuk mencarinya laba operasional ditambah pendapatan lain-lain dikurangi beban lain-lain.
34
Sedangkan menurut Soemarso menyatakan bahwa laba terdiri dari : “1. Laba 2. Laba 3. Laba 4. Laba
bersih bruto usaha ditahan” (Soemarso, 2002 :74)
Dari uraian diatas penjelasan dari laba usaha tersebut, adalah sebagai berikut: 1. Laba bersih Adalah selisih lebih pendapatan atas beban-beban dan merupakan kenaikan bersih atas modal yang berasal dari kegiatan usaha. 2. Laba bruto Adalah selisih antara penjualan bersih dengan harga pokok penjualan, disebut bruto karena jumlah ini masih harus dikurang dengan beban-beban usaha. 3. Laba usaha Adalah selisih antara laba bruto dengan beban-beban usaha disebut laba usaha atau laba operasi. Laba usaha adalah laba yang diperoleh sematamata dari kegiatan utama perusahaan. 4. Laba ditahan Adalah jumlah akumulasi laba bersih dari sebuah perseroan terbatas dikurangi distribusi laba yang dilakukan.
35
2.1.4.2 Tujuan Pelaporan Laba Laba bagi sebuah instansi baik yang profit oriented maupun non-profit biasanya menggunakan laba sebagai suatu kisaran penilaian tingkat keberhasilan manajemen perusahaan. Kemudian menurut Sofyan Safri Harahap dalam buku Teori Akuntansi mengemukakan bahwa laba merupakan suatu informasi penting dalam suatu laporan keuangan. Angka ini penting untuk : 1. “Perhitungan pajak, berfungsi sebagai dasar pengenaan pajak yang akan diterima negara; 2. Menghitung dividen yang akan dibagikan kepada pemilik dan yang akan ditahan dalam perusahaan; 3. Menjadi pedoman dalam menentukan kebijaksanaan investasi dan pengambilan keputusan; 4. Menjadi dasar dalam peramalan laba maupun kejadian ekonomi perusahaan lainnya di masa yang akan datang; 5. Menjadi dasar dalam perhitungan dan penilaian efisiensi; 6. Menilai prestasi atau kinerja perusahaan/segmen perusahaan/divisi; 7. Perhitungan zakat sebagai kewajiban manusia sebagai hamba kepada Tuhannya melalui pembayaran zakat kepada masyarakat.” (Sofyan Safri Harahap, 2007:296) Sedangkan menurut Anis Chairi dan Imam Ghozali dalam buku “Teori Akuntansi” mengemukakan bahwa tujuan pelaporan laba adalah sebagai berikut: “a. Sebagai indikator efisiensi penggunaan dana yang tertanam dalam perusahaan yang diwujudkan dalam tingkat kembalian. b. Sebagai dasar pengukuran prestasi manajemen. c. Sebagai dasar penentuan besarnya pengenaan pajak. d. Sebagai alat pengendalian sumber daya ekonomi suatu negara. e. Sebagai dasar kompensasi dan pembagian bonus. f. Sebagai alat motivasi manajemen dalam pengendalian perusahaan. g. Sebagai dasar untuk kenaikan kemakmuran. h. Sebagai dasar pembagian dividen”. (Anis Chairi dan Imam Ghozali, 2003:216)
36
Dari beberapa kutipan mengenai tujuan pelaporan laba di atas dapat diambil kesimpulan bahwa kegunaan laba dalam sebuah perusahaan adalah selain disesuaikan dengan pihak pengguna laporan keuangan tersebut juga sebagai penilaian efisiensi manajemen, dasar untuk perhitungan pajak dan deviden, kebijaksanaan investasi, untuk mengukur prestasi kinerja manajemen, penentuan dalam perhitungan zakat, membantu meramalkan keadaan masa depan serta sebagai pengendalian, perencanaan, dan sebagai pedoman dalam keputusan manajerial.
2.1.5 Pembahasan Penelitian Sebelumnya Penelitian yang dilakukan oleh Sri Wahyuningsih dengan judul “Pengaruh Capital Expenditure terhadap Beban Depresiasi Aktiva Tetap”. Besarnya pengaruh capital expenditures terhadap beban depresiasi di Perum Pegadaian Kanwil Bandung dianalisis dengan analisis regresi menghasilkan persamaan Y=53.136.019,341 + 0.379 X. Analisis data dengan analisis korelasi, menghasilkan kesimpulan r= 0,857, yang artinya koefisien tersebut mempunyai hubungan yang sangat kuat antara capital expenditures dengan beban depresiasi. Analisis determinasi menghasilkan kesimpulan bahwa r2= 0,735 atau 73,5% yang artinya capital expenditures berpengaruh sebesar 73,5% terhadap beban depresiasi. thitung = 5,270 dan t
tabel=
2,228 dengan tingkat signifikan uji dua pihak
5% df (n-2), yang artinya t hitung >t tabel , berarti bahwa Ho ditolak atau Ha diterima, yaitu terdapat pengaruh yang signifikan antara capital expenditures dengan variabel beban depresiasi aktiva tetap.
37
Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Eko Dewanto yang berjudul Pengaruh Capital Expenditure terhadap Laba. Hasil dari penelitian yang dilakukan terhadap sample 90 perusahaan manufaktur yang listing di BEI mengindikasikan terdapat hubungan antara nilai dari Capital Expenditure yang dibelanjakan perusahaan dengan nilai dari laba operasi perusahaan selain itu dari penelitian ini didapat bahwa dengan membagi perusahaan ke dalam kelompokkelompok kecil atas dasar besarnya nilai Capital Expenditure perusahaan didapat hasil bahwa semakin besarnya nilai Capital Expenditure perusahaan malah menunjukkan pengaruh yang semakin kecil pada nilai laba masa depan perusahaan yang ditunjukkan dengan nilai koefisien dari Capital Expenditure nya.
38
PERBEDAAN DENGAN PENELITIAN TERDAHULU Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu Objek No
Sri
Eko
Wahyuningsih
Dewanto
Penelitian
Keterangan
Perbedaan
1
Periode
12 Bulan (Januari – Desember)
8 Tahun (1999 – 2007)
8 Tahun (2003 – 2010)
2
Variabel
Capital
Capital
Capital
expenditure
espenditure
expenditure
(X) dan Beban
(X) dan
(X), Beban
Depresiasi (Y)
Laba usaha
Depresiasi
(Y)
(Y1), dan
Pengembangan dari jurnal dan penelitian sebelumnya, yaitu
dengan
menggabungkan antar variabel Y
Laba usaha (Y2)
(Beban depresiasi Laba usaha)
dan
39
2.2
Kerangka Pemikiran Aktiva tetap merupakan salah satu faktor penting dalam kelangsungan
operasi perusahaan, seperti bangunan, mesin-mesin, kendaraan, inventaris kantor dan lain-lain. Karena alasan tersebut, manajemen harus memperhatikan pengelolaannya terhadap aktiva tetap agar dapat selalu digunakan untuk menunjang operasi perusahaan. Aktiva tetap mempunyai karakteristrik yang berbeda dengan aktiva lancar, sehingga pengendaliannya dilakukan pada saat perencanaan perolehan aktiva tetap tersebut. Hal ini dikarenakan aktiva tetap melibatkan pengeluaran-pengeluaran. Selama umur ekonomis suatu aktiva tetap masih ada, maka akan selalu terjadi pengeluaran biasa atau tidak biasa. Setiap pengeluaran memerlukan analisis yang seksama dan hati-hati guna menetapkan apakah pengeluaran akan dikapitalisir atau dibebankan pada tahun berjalan. Penggolongan biaya atas dasar jangka waktu manfaatnya, menurut Mulyadi dalam buku yang berjudul ”Akuntansi Biaya” biaya dapat dibagi menjadi 2 (dua), yaitu: ” 1. Pengeluaran Modal (Capital Expenditure) 2. Pengeluaran Pendapatan (Revenue Expenditure)”. (Mulyadi, 2005:17)
40
Adapun penjelasan mengenai kedua penggolongan di atas adalah sebagai berikut: 1. Pengeluaran Modal (Capital Expenditure) adalah biaya yang mempunyai manfaat lebih dari satu periode akuntansi. 2. Pengeluaran Pendapatan (Revenue Expenditure) adalah biaya yang mempunyai manfaat dalam periode akuntansi terjadinya pengeluaran tersebut. Pengeluaran tersebut ini dibebankan sebagai biaya dengan pendapatan yang diperoleh dari pengeluaran biaya tersebut. Pengeluaran modal dilakukan karena berbagai macam alasan atau motif. Motif dasar pengeluaran modal menurut Gitman dalam (Handono Mardianto, 2009 : 197) : “1. Ekspansi (Ekspansion) Motif yang paling umum untuk pengeluaran modal adalah untuk memperluas level operasi, biasanya melalui akuisisi aktiva tetap. Perusahaan yang sedang berkembanng biasanya memerlukan aktiva tetap yang baru seperti pembelian property dan fasilitas pabrik. 2. Penggantian (Replacement) Ketika pertumbuhan perusahahaan sedang melambat dan telah mencapai kedewasaan (maturity), pengeluaran modal dilakukan untuk menggantikan atau memperbaiki asset yang telah usang. Setiap kali sebuah mesin memerlukan perbaikan atas kerusakan yang material, dana yang dikeluarkan untuk perbaikan harus dibandingkan denngan dana yang dikeluarkan jika mesin diganti dengan yang baru dan keuntungan yang didapat jika mesin diganti denagn yang baru. 3. Pembaharuan (Renewal) Sebagai alternatif dari penggantian, melibatkan pembangunan kembali, pemeriksaan yang diteliti untuk perbaikan. 4. Tujuan Lain (Order Purposes) Beberapa pengeluaran modal tidak disebabkan oleh akuisisi/ transformasi aktiva tetap yang tangible, melainkan bisa melibatkan sebuah komitmen jangka panjang sebagai ekspektasi keuntungan dimasa yang akan datang. Pengeluaran modal ini termasuk pengeluaran advertensi, penelitian dan pengembangan, konsultasi manajemen dan produk baru”.
41
2.2.1 Hubungan Capital Expenditure terhadap Beban Depresiasi Selama masa pemakaian suatu aktiva tetap, perusahaan mungkin melakukan pengeluaran-pengeluaran yang berguna untuk lebih dari satu periode atau capital expenditure (pengeluaran modal). Pengertian pengeluaran modal adalah pengeluaran-pengeluaran untuk memperoleh suatu manfaat yang akan dirasakan lebih dari satu periode akuntansi. Pengeluaran-pengeluaran seperti ini dicatat dalam rekening aktiva (dikapitalisasi), (Zaki Baridwan, 2000 : 272). Pengeluaran-pengeluaran yang masuk katagori capital expenditure harus dikapitalisasi ke dalam harga perolehannya. Hal ini berarti dengan adanya capital expenditure, menyebabkan adanya perubahan dalam harga perolehan atau taksiran umur kegunaan aktiva tetap yang digunakan. Adanya perubahan ini akan mempengaruhi penetapan penyusutan (depresiasi) aktiva tetap. Pengeluaran modal (capital expenditure) tersebut misalnya adalah reparasi besar, penggantian, perbaikan yang memakan biaya yang besar, penambahan yang menjadi satu bagian dengan aktiva tetap, dan penyusutan kembali aktiva tetap yang juga memakan biaya yang besar. Semua pengeluaran tersebut tidak boleh dibebankan pada periode yang bersangkutan tetapi harus dikapitalisasi pada rekening aktiva tetap, sehingga menambah harga perolehan aktiva tetap tersebut. Menurut Mulyadi dalam bukunya “Akuntansi Biaya” menjelaskan mengenai capital expenditures dan depresiasi adalah sebagai berikut : “Karena manfaat pengeluaran modal lebih dari satu tahun, maka pada saat terjadinya, pengeluaran modal tersebut dicatat sebagai tambahan harta pokok aktiva tetap yang bersangkutan, dan didepresiasi dalam tahun-tahun yang menikmati manfaat pengeluaran modal tersebut”. (Mulyadi, 2003 : 595)
42
Sedangkan
menurut
Zaki
Baridwan
dalam
bukunya
Intermedite
Accounting , Capital expenditures dan depresiasi adalah sebagai berikut : “Perhitungan depresiasi selama umur suatu aktiva mungkin perlu diubah jika terjadi pengeluaran-pengeluaran yang dikapitalisasi dalam rekening aktiva tersebut. Pengeluaran-pengeluaran yang dikapitalisasi adalah pengeluaran-pengeluaran untuk memperbesar fungsi aktiva. Karena harga perolehan aktiva berubah, maka perhitungan depresiasinya perlu diubah juga”. (Zaki Baridwan,2004 : 331) Jika melihat pada teori di atas, Capital expenditures (pengeluaran modal) harus dikapitalisasi sebagai bagian dari harga perolehan. Dalam artian bahwa apabila aktiva tetap menimbulkan yang capital expenditures (pengeluaran modal), maka harga perolehan aktiva tetap tersebut akan ditambah dengan besarnya capital expenditures (pengeluaran modal) yang dikeluarkan perusahaan. Jika harga perolehan berubah setelah terjadi pengeluaran modal, maka beban depresiasi aktiva tetapnya pun berubah. Menurut Alhandoyo Jusup dalam bukunya”
Dasar-dasar Akuntansi”
mengemukakan pendapat mengenai capital expenditure dan biaya depresiasi aktiva tetap adalah sebagai berikut : “Selain itu, setiap pengeluaran modal akan mengakibatkan bertambahnya biaya depresiasi pada sisa manfaat aktiva yang bersangkutan. (Alhandoyo Jusup, 2000 : 176) Berdasarkan teori dan uraian-uraian di atas, disimpulkan bahwa dengan adanya capital expenditures (pengeluaran modal), maka beban depresiasi (penyusutan) aktiva tetap pun akan berubah.
43
2.2.2 Hubungan Capital Expenditure terhadap Laba Perusahaan sebagai suatu lembaga usaha mempunyai kepentingan untuk mencapai tujuan akhirnya yaitu memaksimalkan laba. Dalam mencapai usaha tersebut, manajemen memerlukan prasarana penunjang kegiatan operasionalnya yaitu salah satunya adalah aktiva tetap. Besar kecilnya aktiva tetap tergantung pada jenis kegiatan operasional perusahaan tersebut. Bagi perusahaan jasa Perum Pegadaian , aktiva tetap memiliki peranan dan pengaruh yang penting dalam kegiatan usahanya. Salah satu aktiva tetap yang penting bagi kelangsungan usaha Perum Pegadaian adalah Peralatan. Aktiva tetap tersebut penting, karena merupakan alat penunjang kebutuhan operasional bagi Perum Pegadaian dalam memberikan pelayanan jasa kepada konsumen yang pada akhirnya akan menghasilkan pemasukan bagi Perum Pegadaian berupa pendapatan (laba usaha). Menurut Lukman Syamsudin
mengemukakan aktiva tetap akan
menghasilkan pendapatan adalah sebagai berikut : “Aktiva tetap sering disebut sebagai “the earning power”(aktiva yang sesungguhnya menghasilkan pendapatan bagi perusahaan) oleh karena aktiva- aktiva tetap inilah yang memberikan dasar bagi “earning power” bagi perusahaan”. (Lukman Syamsudin, 2004 : 409) Dalam mengelola aktiva tetap tentunya diperlukan pengeluaranpengeluaran dalam rangka menyediakan dan mempertahankan kondisi aktiva tersebut. Salah satunya adalah pengeluaran modal (capital expenditure). Capital expenditure
merupakan suatu investasi yang dilakukan perusahaan untuk
memperoleh laba dimasa yang akan datang. Lingkup dari capital expenditure
44
dalam aktiva tetap adalah penambahan, perbaikan, pemeliharaan, peremajaan, dan penggantian yang sifatnya memberikan manfaat untuk jangka panjang. Seperti yang dikemukakan oleh Mulyadi dalam buku “Akuntansi Biaya” adalah sebagai berikut : “Investasi atau penanaman modal (capital expenditure) adalah pengkaitan sumber-sumber dalam jangka panjang untuk menghasilkan laba dimasa yang akan datang. Dari devinisi tersebut bahwa investasi dilakukan untuk jangka waktu yang lama atau jangka waktu yang sebentar yang nantinya di harapakan mampu menghasilkan keuntungan yang nantinya bisa dijadikan sebagai patokan dalam membandingkan atas keberhasilan investasi yang telah dilakukan oleh perusahaan karena pada umumnya perusahaan melakukan investasi dalam jumlah yang besar pada berbagai aktiva tetap”. (Mulyadi, 2001:284) Adapun pengertian laba menurut Taswan dalam bukunya yang berjudul “Akuntansi Perbankan”, mengemukakan tentang pengertian laba yaitu : “Laba merupakan selisih lebih antara pendapatan diatas biaya dalam suatu periode, dan disebut rugi apabila terjadi sebaliknya”. (Taswan, 2005 :10) Menurut T. Hani Handoko dalam bukunya “ Dasar-dasar Manajemen Produksi dan Operasi” adalah sebagai berikut : “Salah satu maksud utama kegiatan pemeliharaan yaitu untuk memelihara reliabilitas sistem pengoperasian pada tingkat pengoperasian yang dapat diterima dan tetap memaksimumkan laba atau meminimumkan laba”, (T. Hani Handoko, 2005 : 165) Jika melihat dari teori di atas, dapat disimpulkan bahwa kegiatan pemeliharaan pada aktiva tetap sangat penting dan perlu diperhatikan karena akan berpengaruh terhadap laba usaha yang diperoleh perusahaan. Apabila aktiva tetap
45
tidak dipelihara, dirawat dan dilakukan perbaikan dalam hal ini perusahaan tidak mengambil kebijakan capital expenditure maka akan berdampak pada penurunan pelayanan yang dirasakan oleh konsumen, dan akan menimbulkan kerugian bagi perusahaan.
2.2.3 Hubungan Beban Depresiasi dan Laba Nilai penyusutan perlu dilaporkan dalam laporan keuangan secara relevan dan wajar. Menurut Dickman, Dukes, dan Davis yang dialihbahasakan oleh Herman Wibowo (2002, 59), mengenai penyajian nilai penyusutan dalam laporan keuangan adalah sebagai berikut : “Beban penyusutan untuk perusahaan non manufaktur dikalsifikasikan sebagai beban administrasi atau beban penjualan, tergantung pada fungsi aktiva tersebut. Sedangkan perusahaan manufaktur memasukkan penyusutan atas aktiva tetap yang digunakan proses manufaktur dalam harga pokok penjualan. Ketika barang terjual, penyusutan menjadi bagian dari beban harga pokok penjualan” Penyajian
beban
penyusutan
dapat
dikatagorikan
kepada
beban
administrasi, beban penyusutan, atau dalam perhitungan harga pokok penjualan, adalah tergantung dari jenis perusahaannya, apakah perusahaan tersebut manufaktur atau non manufaktur. Adapun hubungan antara beban depresiasi dan laba menurut Zaki Baridwan dalam bukunya “Intermediate Accounting” adalah sebagai berikut : “Biaya depresiasi akan mempengaruhi besarnya rugi laba perusahaan setiap periode. Apabila depresiasi ini tidak dihitung dengan teliti, maka jumlah rugi laba perusahaan juga menjadi tidak teliti”. (Zaki Baridwan, 2004 : 309)
46
Berdasarkan teori diatas, maka disimpulkan bahwa nilai beban penyusutan (depreciation expense)
ini dikatagorikan sebagai beban administrasi, beban
penjualan, atau dimasukkan sebagai bagian dari penghitungan harga pokok yang terdapat dalam laporan keuangan yaitu laporan laba rugi. Laba dapat dihitung dengan bermacam cara sehingga dapat menghasilkan laba tertentu. Apabila laba ingin menggambarkan informasi yang bermanfaat maka penentuan dari laba itu harus dibuat sedemikian rupa sehingga tidak cenderung (bias) untuk menguntungkan suatu golongan tertentu atau dapat diaktakan bahwa laba harus netral. Untuk mudahnya laba menurut akuntansi dapat diartikan sebagai kelebihan pendapatan atas beban. Konsep ini nampak sangat sederhana, namun penerapan dari konsep ini dalam praktek tidaklah mudah yang disebutkan dalam pengertian tersebut. Dalam akuntansi proses perhitungan laba ini dikenal matching revenue agains cost atau mengadu pendapatan terhadap beban. Hubungan Laba dan beban penyusutan (depresiasi) menurut Sofyan Syafari Harahap adalah sebagai berikut: “Akun-akun penentu laba harus dinyatakan dan dicantumkan dengan konsep dan metode yang benar yang sesuai dengan prinsip akuntansi yang diterima umum. Termasuk didalam akun-akun itu adalah beban penyusutan. Menentukan dasar perhitungan yang benar dan cara alokasi harga perolehan atau menentukan cara penyusutan merupakan salahs atu faktor eklayakan dihasilkannya laba”.
(Sofyan Syafari Harahap, 2004 : 276) Kerangka pemikiran secara sistematis dapat dilihat dalam bagan kerangka di bawah ini :
47
Perum Pegadaian dan Anak Perusahaan
Laporan Keuangan Konsolidasi
I/S
Neraca
Aktiva Lancar
Aktiva Tetap
Pendapatan
Revenue Expenditure
Capital Expenditure
Gambar 2.1 Bagan Kerangka Pemikiran
Beban
Beban Depresiasi Aktiva Tetap
Laba Usaha
48
2.3
Hipotesis Menurut Arikunto mengungkapkan bahwa yang dimaksud dengan
hipotesis adalah sebagai berikut : “Jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian sampai terbukti melalui data yang terkumpul”. (Arikunto, 2003 : 67) Dari pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa hipotesis memberikan penjelasan sementara tentang gejala atau fenomena, hipotesis ini dapat memberikan arah kepada peneliti, sehingga pada akhirnya mampu menyimpulkan setelah diuji kebenarannya melalui penelitian”. Berdasarkan kerangka pemikiran di atas , penulis mengajukan hipotesis sebagai berikut : Hipotesis Hipotesis 1: “Terdapat pengaruh Capital expenditure terhadap beban depresiasi aktiva tetap di Perum Pegadaian”. Hipotesis 2 : “Terdapat pengaruh Capital expenditure terhadap besarnya laba di Perum Pegadaian”. Hipotesis 3 :
“Terdapat hubungan yang sangat kuat antara Beban Depresiasi Aktiva Tetap dengan Laba di Perum Pegadaian.
Hipotesis 4 :
“Terdapat pengaruh dari Capital expenditure terhadap hubungan beban depresiasi aktiva tetap dengan laba usaha di Perum Pegadaian