BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS
A. Laporan Keuangan 1. Pengertian Laporan Keuangan Analisis keuangan yang mencakup analisis rasio keuangan, analisis kelemahan dan kekuatan financial akan sangat membantu dalam menilai prestasi manajemen masa lalu dan prospeknya di masa datang. Dengan analisis keuangan, dapat diketahui kekuatan serta kelemahan yang dimiliki oleh seorang Business Enterprises. Rasio dapat memberikan indikasi apakah perusahaan masih memiliki kas yang cukup untuk memenuhi kewajiban financialnya, besarnya piutang yang cukup rasional, efisiensi manajemen persediaan, perencanaan pengeluaran investasi yang baik,dan struktur modal yang sehat sehingga tujuan memaksimumkan kemakmuran pemegang saham dapat tercapai. Menurut Horne (Kasmir,2009:104), mendefinisikan rasio keuangan adalah sebagai berikut: “Rasio keuangan merupakan indeks yang menghubungkan dua angka akuntansi dan diperoleh dengan membagi satu angka dengan angka yang lainnya dalam satu periode maupun beberapa periode”
8
Menurut Kasmir (2009:07), laporan keuangan adalah laporan yang menunjukkan kondisi keuangan perusahaan pada saat ini atau dalam suatu periode tertentu. Berdasarkan beberapa definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa rasio keuangan adalah indeks yang mempunyai hubungan relevan dan signifikan antara dua angka dalam pos-pos laporan keuangan dengan membandingkan angka-angka tersebut dalam satu periode atau beberapa periode dalam rangka membantu mengevaluasi suatu laporan keuangan. 2. Jenis-jenis laporan keuangan Untuk mengukur kinerja keuangan perusahaan dengan menggunakan rasio keuangan dapat dilakukan dengan beberapa rasio keuangan. Setiap rasio keuangan memiliki tujuan, kegunaan, dan arti tertentu. Kemudian, setiap hasil rasio yang diukur diinterpresentasikan sehingga menjadi berarti bagi perusahaan. Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2009:1) mendefinisikan laporan keuangan sebagai berikut: “laporan keuangan meliputi bagian dari proses laporan keuangan. Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan ekuitas, laporan perubahan posisi keuangan (yang dapat disajikan dalam berbagai cara misalnya, sebagai laporan arus kas/laporan arus dana), catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan.”
9
Menurut Kasmir (2009:127), jenis rasio keuangan terdiri dari sebagai berikut: a. Rasio Likuiditas, merupakan rasio yang mengambarkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek. Jenis-jenis dari rasio likuiditas antara lain: 1) Rasio Lancar (Current Ratio) merupakan rasiu untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendek atau utang yang segera jatuh tempo pada saat ditagih secara keseluruhan. 2) Rasio Cepat (Quick Ratio) merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan
perusahaan
dalam
memenuhi
atau
membayar
kewajiban atau utang lancer dengan aktiva lancer tanpa memperhitungkan nilai persediaan. 3) Rasio Kas (Cash Ratio) merupakan alat yang digunakan untuk mengukur seberapa besar uang kas yang tersedia untuk membayar utang. 4) Rasio Perputaran Kas merupakan rasio yang mengukur tingkat kecukupan modal kerja perusahaan yang dibutuhkan untuk membayar tagihan dan membiayai penjualan. 5) Inventory to Net Working Capitalmerupakan rasio yang digunakan untuk mengukur atau membandingkan antara jumlah persediaan yang ada dengan modal kerja perusahaan.
10
b. Rasio Solvabilitas menurut Kasmir (2009:127), merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur sejauh mana aktiva perusahaan dibiayai dengan utang. Jenis-jenis rasio solvabilitas antara lain: 1) Debt Ratio merupakan rasio utang yang digunakan untuk mengukur perbandingan antarav total utang dengan total aktiva. 2) Debt to Equity Ratio merupakan rasio yang digunakan untuk menilai utang dengan ekuitas. 3) Long Term Debt to Equity Ratio merupakan rasio antara utang jangka panjang dengan modal sendiri. 4) Times Interest Earned merupakan rasio untuk mencari jumlah kali perolehan bunga. 5) Fixed Charge Coverage merupakan rasio yang dilakukan apabila perusahaan memperoleh utang jangka panjang atau menyewa aktiva berdasarkan kontrak sewa. c. Rasio Aktivitas, menurut Kasmir (2009:127),merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi pemanfaatan sumber daya perusahaan (penjualan, persediaan, penagihan utang, dan lainnya) atau rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam melaksanakan aktivitas sehari-hari. Jenis-jenis rasio aktivitas antara lain: 1) Perputaran Piutang merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur berapa lama penagihan piutang selama satu periode atau
11
berapa kali dana yang ditanam dalam piutang ini akan berputar dalam satu periode. 2) Perputaran persediaan merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur berapa kali dana yang ditanam dalam persediaan ini berputar dalam suatu periode. 3) Perputaran modal kerja merupakan salah satu rasio untuk mengukur atau menilai keefektifan modal kerja perusahaan selama periode tertentu. 4) Fixed Assets Turnover merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur berapa kali dana yang ditanamkan dalam aktiva tetap berputar dalam satu periode. 5) Total Assets Turnover merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur perputaran semua aktiva yang dimiliki perusahaan dan mengukur berapa jumlah pernjualan yang diperoleh dari tiap rupiah aktiva. d. Rasio Profitabilitas menurut Kasmir (2009:127), merupakan rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan atau laba dalam satu periode tertentu. Jenis-jenis rasio profitabilitas antara lain: 1) Profit Margin on Sales merupakan salah satu rasio yang digunakan untuk mengukur margin laba atas penjualan. 2) Return on Investment merupakan rasio yang menunjukkan hasil (return) atas aktiva yang digunakan dalam perusahaan.
12
3) Return on Equity merupakan rasio untuk mengukur laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri. 4) Laba Per Lembar Saham Biasa merupakan rasio untuk mengukur keberhasilan
manajemen
dalam
mencapai
keuntungan
bagi
pemegang saham. Berdasarkan jenis-jenis rasio keuangan diatas, terdapat tiga rasio keuangan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu: a. Rasio Likuiditas Penyebab utama kejadian kekurangan dan ketidakmampuan perusahaan untuk membayar kewajiban adalah akibat kelalaian manajemen perusahaan dalam menjalankan usahanya dan perusahaan yang tidak memiliki cukup dana untuk menutupi utang yang jatu tempo. Kemudian, sebab lainnya adalah pihak manajemen perusahaan tidak menghitung rasio yang diberikan sehingga tidak mengetahui kondisi perusahaan yang dalam keadaan tidak mampu lagi karena nilai utangnya lebih tinggi dari aktiva lancarnya. Analisis keuangan yang berkaitan dengan kemampuan perusahaan untuk membayar utang atau kewajibannya dikenal dengan nama analisis rasio likuiditas. Menurut Kasmir (2009:129), rasio likuiditas diartikan sebagai berikut: “Rasio likuiditas merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek. Fungsi rasio likuiditas adalah untuk menunjukkan atau mengukur kemampuan
13
perusahaan dalam memenuhi kewajiban kepada pihak luar perusahaan maupun didalam perusahaan. Rasio likuiditas atau sering disebut sebagai rasio modal kerja yang merupakan rasio untuk mengukur seberapa likuidnya suatu perusahaan” Jenis rasio likuiditas yang digunakan adalah sebagai berikut: 1) Rasio Lancar (Current Ratio) Rasio lancar atau current ratio (CR) merupakan rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendek atau utang yang segera jatuh tempo pada saat ditagih secara keseluruhan. Rasio lancer dapat dikatakan sebagai bentuk untuk mengukur tingkat keamanan (margin of safety) suatu perusahaan. Rumus untuk mencari rasio lancar atau current ratio dapat digunakan sebagai berikut: Current Ratio = Current Assets / Current Liabilities
Dari hasil pengukuran rasio, apabila rasio lancer rendah, dapat dikatakan bahwa perusahaan kurang modal untuk membayar utang. Namun, apabila hasil pengukuran rasio tinggi, kondisi perusahaan belum dapat dikatakan baik, hal ini dapat terjadi karena tidak adanya penggunaan kas dengan sebaik mungkin. 2) Working Capital to Total Assets Ratio Working capital to total assets ratio adalah ukuran bersih pada aktiva lanvar perusahaan terhadap modal perusahaan. Modal kerja bersih
14
adalah selisih antara aktiva lancer dikurangi hutang lancer. Karakteristik likuiditas benar-benar ditentukan secara jelas dikarenakan sebuah perusahaan yang mengalami kerugian operasi yang terus menerus akan menyusutkan aktiva lancer sehubungan dengan total aktiva. Diantara penilaian terhadap rasio likuiditas, rasio ini terbukti paling berharga. Rasio ini dapat juga digunakan sebagai alat diskriminan dalam menentukan suatu kebangkrutan. Working capital to total assets ratio (WCTA) merupakan likuiditas dari total aktiva dan posisi modal kerja. Rumus yang dapat digunakan untuk menghitung Working Capital to Total Assets Ratio adalah sebagai berikut: Working Capital to Total Assets = Current Assets –Current liabilities Total Assets
Rendahnya rasio working capital to total assets disebabkan karena suatu perusahaan yang mengalami kerugian operasional secara terus menerus yang nantinya akan mengurangi aktiva lancar yang berkaitan dengan total aktiva. b. Rasio Solvabilitas (Leverage Ratio) Untuk menjalankan operasinya setiap perusahaan memiliki berbagai kebutuhan, terutama yang berkaitan dengan dana agar perusahaan dapat berjalan sebagaimana mestinya. Dalam mendanai usahanya,
15
perusahaan memiliki beberapa sumber dana. Sumber-suymber dana yang dapat diperoleh adalah dana pinjaman atau modal sendiri. Setiap sumber dana memiliki kelebihan dan kekurangan masingmasing. Oleh karena itu, dengan adanya kelebihan dan kekurangan masing-masing dana maka perlu disiasati agar dapat saling menunjang. Keputusan untuk memilih menggunakan modal sendiri atau modal pinjaman
harus
digunakan
beberapa
perhitungan
yang
matang.
Perhitungan tersebut dikenal dengan nama rasio solvabilitas. Menurut Kasmir (2009:151), rasio solvabilitas diartikan sebagai berikut: “Rasio solvabilitas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur sejauh mana aktiva perusahaan dibiayai dengan utang. Ini berarti besarnya jumlah utang yang digunakan perusahaan untuk membiayai kegiatan usahanya jika dibandingkan dengan menggunakan modal sendiri.” Semakin besar rasio akan semakin baik. Sebaliknya dengan rasio yang rendah, semakin tinggi tingkat pendanaan yang disediakan pemilik dan semakin besar batas pengamanan bagi peminjam jika terjadi kerugian atau penyusutan terhadap nilai aktiva. Rasio ini memberikan petunjuk umum tentang kelayakan dan resiko keuangan perusahaan. c. Rasio Profitabilitas Tujuan akhir yang ingin dicapai perusahaan adalah memperoleh laba atau keuntungan yang maksimal. Dengan memperoleh laba yang
16
maksimal
seperti
yang
telah
ditargetkan,
perusahaan
dapat
mensejahterakan pemilik, karyawan, serta meningkatkan mutu produk dan melakukan investasi baru. Untuk mengukur tingkat keubntungan seuatu perusahaan, digunakan rasio profitabilitas. Menurut Kasmir (2009:196), mengartikan rasio profitabilitas sebagai berikut: “Rasio profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan. Rasio ini dapat juga memberikan tingkat efektivitas manajemen suatu perusahaan. Hal ini ditunjukan oleh adanya laba yang dihasilkan dari penjualan dan pendapatan investasi. Inti dari penggunaan rasio ini adalah untuk menunjukkan efisiensi perusahaan.” Rasio profitabilitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah profit margin rasio atau rasio terhadap penjualandan rasio pengembalian investasi atau return on investment (ROI). Profit margin rasio adalah suatu rasio yang digunakan untuk mengukur margin laba atas penjualan. Rumus yang digunakan untuk menghitung rasio ini adalah sebagai berikut: Profit Margin = Earning After Teks Sales Semakin besar rasio ini maka semakin baik karena dianggap kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba cukup tinggi.Sedangkan
17
return on investment (ROI) adalah
suatu rasio yang menunjukkan
kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dari total investasinya. Rumus yang digunakan untuk menghitung rasio ini adalah sebagai berikut: ROI = Laba Bersih Total Investasi
3. Pengaruh Rasio-Rasio Keuangan Terhadap Perubahan Laba a. Pengaruh Current Ratio Terhadap Perubahan Laba Pengaruh current ratio terhadap perubahan laba adalah semakin tinggi nilai current ratio maka laba bersih yang dihasilkan perusahaan semakin rendah, karena rasio lancer yang tinggi menunjukkan adanya kelebihan aktiva lancer yang tidak baik terhadap profitabilitas perusahaan. Dari segi profitabilitas, nilai current ratio yang tinggi belum tentu baik walaupun dari segi likuiditas menunjukkan resiko yang rendah. Dalam penelitian sebelumnya ada beberapa peneliti yang menggunakan current ratio dalam pengaruhnya terhadap perubahan laba yaitu Meriewaty dan Setyani (2005) menguji analisis rasio keuangan terhadap perubahan kinerja. Dari hasil penelitian tersebut dapat diketahui bahwa current ratio mempunyai kemampuan signifikan dan berpengaruh positif terhadap kinerja perusahaan yang diukur dari operating profitnya.
18
Dengan adanya pengaruh yang signifikan dan positif antara current ratio dengan perubahan laba diasumsikan bahwa current ratio mempunyai pengaruh terhadap perubahan laba yang akan datang. b. Pengaruh Net Profit Margin Terhadap Perubahan Laba Profit margin menunjukkan sejauh mana kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih pada tingkat penjualan tertentu. Rasio ini juga biasa diinterprestasikan sebagai kemampuan perusahaan menekan biayabiaya (ukuran efisiensi) di perusahaan pada periode tertentu. Semakin besar rasio ini, maka semakin baik karena dianggap kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba cukup tinggi (Harahap, 2006). Perusahaan yang sehat seharusnya mempunyai profit margin yang positif yang mmenandakan bahwa perusahaan tersebut menghasilkan laba bersih. Pengaruh rasio profit margin terhadap perubahan laba perusahaan adalah semakin tinggi nilai rasio ini maka laba bersih yang dihasilkan juga akan semakin meningkat karena penjualan bertambah lebih besar daripada biaya usahanya. 4. Tujuan Laporan Keuangan Tujuan laporan keuangan Menurut Penyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 1 (Revisi 2010) paragraph 5 adalah: Memberikan informasi tentang posisi keuangan, kinerja, dan arus kas perusahaan yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam rangka membuat keputusan-keputusan ekonomi serta
19
menunjukkan pertanggung jawaban (stewardship) manajemen atas penggunaan sumber-sumber daya yang dipercayakan kepada mereka. Dalam rangka mencapai tujuan tersebut, suatu laporan keuangan menyajikan informasi mengenai perusahaan yang meliputi : asset, kewajiban, ekuitas, pendapatan, dan beban (termasuk keuntungan dan kerugian), serta arus kas. Informasi lainnya yang terdapat dalam catatan atas laporan keuangan membantu pengguna laporan dalam memprediksi arus kas pada masa depan khususnya dalam waktu kepastian diperolehnya kas dan setara kas. Pembahasan
mengenaitujuan
laporan
keuangan,
umumnya
menganggap bahwa laporan keuangan dipersiapkan untuk para pemakai yang tidak kenal atau calon pemegang saham. Jadi tujuan laporan keuangan, umumnya menyajikan informasi mengenai transaksi dan sumber-sumber dari perusahaan yang relevan. Misalnya data-data yang konkrit, juga kondisi perusahaan yang sebenarnya. Guna bahan pengambilan
keputusan
ekonomis
oleh
berbagai
pihak
yang
berkepentingan.Meskipun banyak konsep tujuan laporan keuangan yang lainnya, namun pada prinsipnya memberikan gambaran yang sama. 5. Karakteristik Laporan Keuangan Karakteristik laporan keuangan merupakan ciri khas yang membuat informasidalam laporan keuangan tersebut berguna bagi para pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi. Karaktersistik laporan
20
keuangan menurut Penyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) Revisi 2010, yaitu sebagai berikut: a. Dapat Dipahami Kualitas penting informasi yang ditampung dalam laporan keuangan adalah kemudahannya untuk segera dapat dipahami oleh para pengguna. Dalam hal ini pemakai diasumsikan memiliki pengetahuan yang memadai tentang aktivitas ekonomi dan bisnis. b. Relevan Informasi memiliki kualitas relevan apabila informasi tersebut dapat mempengaruhi keputusan ekonomi pemakai dengan membantu mereka mengevaluasi peristiwa masa lalu, masa kini atau masa depan, menegaskan atau mengkoreksi, hasil evaluasi mereka di masa lalu. c. Keandalan Informasi memiliki kualitas andal jika bebas dari pengertian yang menyesatkan, kesalahan material dan dapat diandalkan pemakainya sebagai penyajian yang tulus dan jujur dari yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar diharapkan dapat disajikan. d. Dapat Dibandingkan Para pemakai laporan keuangan harus dapat memperbandingkan laporan keuangan perusahaan antarperiode untuk mengidentifikasi kecenderungan posisi keuangan dan kinerja perusahaan. Selain itu, pemakai juga harus dapat membandingkan laporan keuangan antar
21
perusahaan untuk mengevaluasi posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan secara relatif. 6. Komponen Laporan Keuangan Menurut PSAK No.1 (Revisi 2010), komponen-komponen dalam laporan keuangan yang lengkap terdiri dari : a. Laporan posisi keuangan pada akhir periode. b. Laporan laba rugi komprehensif selama periode. c. Laporan perubahan ekuitas selama periode. d. Laporan arus kas selama periode. e. catatan atas laporan keuangan, berisi ringkasan kebijakan akuntansi penting dan informasi penjelasan lain; dan f. laporan posisi keuangan pada awal periode komparatif yang disajikan ketika
entitas
menerapkan
suatu
kebijakan
akuntansi
secara
restrospektif atau membuat penyajian kembali pos-pos laporan keuangan, atau ketika entitas mereklasifikasi pos-pos dalam laporan keuangannya. 7. Pengguna Laporan Keuangan Pengguna laporan keuangan meliputi investor sekarang dan investor potensial, karyawan, pemberi pinjaman, pemasok dan kreditor usaha lainnya, pelanggan, pemerintah serta lembaga-lembaganya, dan masyarakat. Mereka menggunakan laporan keuangan untuk memenuhi beberapa kebutuhan informasi yang berbeda.
22
Menurut Ikatan Akuntan Indonesia dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) Revisi 2010, pihak-pihak yang memanfaatkan laporan keuangan adalah: 1) Investor. Penanam modal berisiko dan penasehat mereka berkepentingan dengan risiko yang melekat serta hasil pengembangan dari investasi yang mereka lakukan. Mereka membutuhkan informasi untuk membantu menentukan apakah harus membeli, menahan atau menjual Investasi tersebut. Pemegang saham juga tertarik pada informasi yang memungkinkan mereka untuk menilai kemampuan perusahaan untuk membayar dividen. 2) Karyawan. Karyawan dan kelompok-kelompok yang mewakili mereka tertarik pada informasi mengenai stabilitas dan profitabilitas perusahaan. Mereka juga tertarik dengan informasi yang memungkinkan mereka untuk menilai kemampuan perusahaan dalam memberikan balas jasa, manfaat pensiun dan kesempatan kerja. 3) Pemberi pinjaman. Pemberi pinjaman tertarik dengan informasi keuangan yang memungkinkan mereka untuk memutuskan apakah pinjaman serta bunganya dapat dibayar pada saat jatuh tempo. 4) Pemasok dan kreditor usaha lainnya.
23
Pemasok dan kreditor usaha lainnya tertarik dengan informasi yang memungkinkan mereka untuk memutuskan apakah jumlah yang terhutang akan dibayar pada saat jatuh tempo. Kreditor usaha berkepentingan pada perusahaan dalam tenggang waktu yang lebih pendek daripada pemberi pinjaman kecuali kalau sebagai pelanggan utama mereka tergantung pada kelangsungan hidup perusahaan. 5) Pelanggan. Para
pelanggan
berkepentingan
dengan
informasi
mengenai
kelangsungan hidup perusahaan terutama kalau mereka terlibat dalam perjanjian jangka panjang dengan, atau tergantung pada perusahaan. 6) Pemerintah. Pemerintah dan berbagai lembaga yang berada di bawah kekuasaanya berkepentingan dengan alokasi sumber daya dan karena ini berkepentingan dengan aktivitas perusahaan, mereka menetapkan kebijakan pajak dan sebagai dasar untuk menyusun statistik pendapatan nasional dan statistik lainnya. 7) Masyarakat. Perusahaan mempengaruhi anggota masyarakat dalam berbagai cara. Misalnya,
perusahaan
dapat
memberikan
kontribusi
berarti
pada
perekonomian nasional, termasuk jumlah orang yang dipekerjakan dan perlindungan kepada penanam modal domestik. Laporan keuangan dapat membantu masyarakat dengan menyediakan informasi kecenderungan (trend) dan perkembangan terakhir kemakmuran perusahaan serta rangkaian aktivitasnya.
24
B. Pengertian Analisa Laporan Keuangan Analisa laporan keuangan (Iwan Firdaus, 2010) merupakan proses yang penuh pertimbangan dalam rangka membantu mengevalusi posisi keuangan dan hasil operasi perusahaan pada masa sekarang dan masa lalu, dengan tujuan untuk menentukan estimasi dan prediksi yang paling mungkin mengenai kondisi dan kinerja perusahaan pada masa mendatang. Analisa laporan keuangan sebenarnya banyak sekali namun pada penelitian kali ini penulis menggunakan analisa rasio keuangan karena analisa ini lebih sering digunakan dan lebih sederhana. Analisa rasio keuangan adalah perbandingan antara dua/kelompok data laporan keuangan dalam satu periode tertentu, data tersebut bisa antar data dari neraca dan data laporan laba rugi. Tujuannya adalah memberi gambaran kelemahan dan kemampuan finansial perusahaan dari tahun ketahun. Jenis-jenis analisa rasio yang digunakan adalah : a.
Current Ratio Current Ratio : adalah membandingkan antara total aktiva lancar dengan
kewajiban lancar (current assets/current liabilities"). Current Assets merupakan pos-pos yang berumur satu tahun atau kurang, atau siklus operasi usaha yang normal yang lebih besar. Current Liabilities merupakan kewajiban pembayaran dalam satu (1) tahun atau siklus operasi yang normal dalam usaha. Tersedianya sumber kas untuk memenuhi kewajiban tersebut berasal dari kas atau konversi kas dari aktiva lancar.
25
Rasio ini menunjukan sejauh mana aktiva lancar menutupi kewajibankewajiban lancar. Semakin besar perbandingan aktiva lancar dengan hutang lancar semakin tinggi kemampuan perusahaan menutupi kewajiban jangka pendeknya. Besar current ratio yang ideal belum ada suatu patokan yang pasti, namun standar umum yang digunakan 200% atau 2:1 yang berarti nilai aktiva lancar adalah dua kali dari hutang lancar atau setiap satu rupiah hutang lancar harus dapat dijamin sedikitnya dengan dua rupiah aktiva lancar. Current Ratio dapat dihitung dengan rumus : Current Ratio = Aktiva Lancar Utang Lancar
b. Return on Investment (ROI) Munawir (2004:89) Return on Investment (ROI) atau Return on Assets (ROA) menunjukkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba dari aktiva yang dipergunakan. Dengan mengetahui rasio ini, akan dapat diketahui apakah perusahaan efisien dalam memanfaatkan aktivanya dalam kegiatan operasional perusahaan. Rasio ini juga memberikan ukuran yang lebih baik atas profitabilitas perusahaan. Karena menunjukkan efektifitas manajemen dalam menggunakan aktiva untuk memperoleh pendapatan. Analisa Return On Investment (ROI) dalam analisa keuangan mempunyai arti yang sangat penting sebagai salah satu teknik analisa keuangan yang bersifat menyeluruh / komprehensif. Analisa Return On Investment (ROI) ini sudah merupakan tehnik analisa yang lazim digunakan oleh pimpinan perusahaan untuk 26
mengukur efektivitas dari keseluruhan operasi perusahaan. Return On Investment (ROI) itu sendiri adalah salah satu bentuk dari ratio profitabilitas yang dimaksudkan untuk dapat mengukur kemampuan perusahaan dengan keseluruhan dana yang ditanamkan dalam aktiva yang digunakan untuk operasi perusahaan untuk menghasilkan keuntungan atau profitabilitas. ROI menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dari total investasinya. ROI = Laba bersih total aktiva Semakin tinggi ROI semakin bagus perusahaan tersebut. C. Net Profit Margin (NPM) Aktivitas
perusahaan
yang
secara rutin menghasilkan
pendapatan
adalah aktivitas pemasaran. Profitabilitas dari pemasaran barang atau jasa dikatakan tinggi apabilamampu menghasilkan profit margin yang tinggi. Yang dimaksud profit margin menurut Bambang Riyanto (2001:30), profit margin merupakan perbandingan antara net operating income dengan net sales yang dinyatakan dalam presentase. Dapat pula dikatakan bahwa profit margin yaitu selisih antara net sales dengan operating expense (harga pokok penjualan + biaya administrasi + biaya penjualan + biaya umum) yang dinyatakan dalam presentase dari net sales. Rasio ini dapat dihitung dengan Rumus yaitu : Net Profit Margin = Laba Setelah Pajak Penjualan Bersih 27
C. Perubahan Laba 1. Pengertian dan Karakteristik Laba Tujuan utama perusahaan adalah memaksimalkan laba. Pengertian laba secara operasional merupakan perbedaan antara pendapatan yang direalisasi yang timbul dari transaksi selama satu periode dengan biaya yang berkaitan dengan pendapatan tersebut. Pengertian laba menurut Harahap (2008:113) “kelebihan penghasilan diatas biaya selama satu periode akuntansi”. Sementara pengertian laba yang dianut oleh struktur akuntansi sekarang ini adalah selisih pengukuran pendapatan dan biaya. Besar kecilnya laba sebagai pengukur kenaikan sangat bergantung pada ketepatan pengukuran pendapatan dan biaya. Menurut Harahap (2005:263) laba merupakan angka yang penting dalam laporan keuangan karena berbagai alasan antara lain: laba merupakan
dasar dalam perhitungan pajak, pedoman dalam menentukan
kebijakan investasi dan pengambilan keputusan, dasar dalam peramalan laba maupun kejadian ekonomi perusahaan lainnya di masa yang akan datang, dasar dalam perhitungan dan penilaian efisiensi dalam menjalankan perusahaan, serta sebagai dasar dalam penilaian prestasi atau kinerja perusahaan. Chariri dan Ghozali (2003:214) menyebutkan bahwa laba memiliki beberapa karakteristikantara lain sebagai berikut: a. Laba didasarkan pada transaksi yang benar-benar terjadi, b. Laba didasarkan pada postulat periodisasi, artinya merupakan prestasi perusahaan pada periode tertentu,
28
c. Laba didasarkan pada prinsip pendapatan yang memerlukan pemahaman khusus tentang definisi, pengukuran dan pengakuan pendapatan, d. Laba memerlukan pengukuran tentang biaya dalam bentuk biaya historis yangdikeluarkan perusahaan untuk mendapatkan pendapatan tertentu, dan e. Laba didasarkan pada prinsip penandingan (matching) antara pendapatan dan biayayang relevan dan berkaitan dengan pendapatan tersebut. Perbandingan yang tepat atas pendapatan dan biaya tergambar dalam laporan laba rugi. Penyajian laba melalui laporan tersebut merupakan fokus kinerja perusahaan yang penting. Kinerja perusahaan merupakan hasil dari serangkaian proses dengan mengorbankan
berbagai sumber daya. Adapun
salah satu parameter penilaian kinerja perusahaan tersebut adalah perubahan laba. Perubahan laba dihitung dengan
cara mengurangkan laba periode
sekarangdengan laba periode sebelumnya kemudian dibagi dengan laba pada periodesebelumnya (Warsidi dan Pramuka, 2000). Perubahan Laba = Laba bersih tahun t – Laba bersih tahun t-1 Laba bersih tahun t-1 2. Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Laba Menurut Angkoso (2006) menyebutkan bahwa pertumbuhan laba dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain: a)
Besarnya
perusahaan.
Semakin
besar
suatu
perusahaan,
ketepatanpertumbuhan laba yang diharapkan semakin tinggi.
29
maka
b) Umur perusahaan.Perusahaan yang baru berdiri kurang memiliki pengalamandalam mengingkatkan laba, sehingga ketepatannya masih rendah. c) Tingkat leverage. Bila perusahaan memiliki tingkat hutang yang tinggi,
makamanajer
cenderung
memanipulasi
laba
sehingga
dapat
mengurangiketepatan pertumbuhan laba. d) Tingkat penjualan. Tingkat penjualan di masa lalu yang tinggi, semakintinggi tingkat penjualan di masa yang akan datang sehingga pertumbuhan labasemakin tinggi. e)
Perubahan laba masa lalu.Semakin besar perubahan laba masa lalu,
semakintidak pasti laba yang diperoleh di masa mendatang. Berdasarkanpenelitian terdahulu faktor- faktor yang mempengaruhi pertumbuhan laba hanyadilihat dari rasio keuangan. Rasio keuangan yang mempengaruhi pertumbuhan labapada perusahaan industri barang konsumsi menurut Angkoso (2006) antara lain DebtRatio dan Return On Equity. Pada perusahaan manufaktur menurutWidiasih (2006) antara lain Gross Profit Margin dan Leverage.Sedangkan pada KPRI Semarang menurut Haryanti (2007) antara lain Total AssetTurnover, Net Profit Margin dan Return On Investment.
Sedangkan
menurut
Sukardi
(2005:103)
laba
perusahaandipengaruhi oleh tiga faktor yaitu volume produk yang dijual, harga jualproduk, dan biaya. Biaya menentukan harga jual untuk mencapai tingkat laba yangdikehendaki. Harga jual mempengaruhi volume penjualan, sedangkan volumepenjualan langsung mempengaruhi volume produksi, dan volume
30
produksimempengaruhi biaya. Ketiga faktor tersebut saling berkaitan satu sama lain. 3. Analisis Pertumbuhan Laba MenurutAngkoso (2006) ada dua macam analisis untuk menentukan pertumbuhan laba yaituanalisis fundamental dan analisis teknikal, tetapi dalam penelitian inianalisis yang digunakan adalah analisis fundamental. a. Analisis Fundamental Analisisfundamental merupakan analisis yang berhubungan dengan kondisi keuanganperusahaan. Dengan analisis fundamental diharapkan calon investor akanmengetahui bagaimana operasional dari perusahaan yang nantinya
menjadi
milikinvestor,
apakah
sehat
atau
tidak,
apakah
menguntungkan atau tidak dansebagainya. Hal ini penting karena nantinya akan berhubungan dengan hasil yangakan diperoleh dari investasi dan risiko yang harus ditanggung. Analisisfundamental merupakan analisis historis atas kekuatan keuangan dari suatu perusahaanyang sering disebut dengan company analysis. Data yang digunakan adalahdata historis,
artinya data
yang telah terjadi dan
mencerminkan keadaankeuangan yang sebenarnya pada saat dianalisis. Dalam company analysis para analis akan menganalisis laporan keuangan perusahaan, salah satunya denganrasio keuangan. Para analis fundamental mencoba memprediksikan pertumbuhan labadi masa yang akan datang dengan mengestimasi faktor fundamental yangmempengaruhi pertumbuhan laba yang
31
akan datang, yaitu
kondisi ekonomi dan kondisi keuangan yangtercermin
melalui kinerja perusahaan. b.Analisis Teknikal Analisisteknikal sering dipakai oleh investor, dan biasanya data atau catatan pasaryang digunakan berupagrafik. Analisis ini berupaya untuk memprediksi pertumbuhanlaba di masa yang akan datang dengan mengamati perubahan laba di masa lalu.Teknik ini mengabaikan hal-hal yangberkaitan dengan posisi keuangan perusahaan. D. Hubungan Current
Ratio, NPM dan ROI terhadap Pertumbuhan
Laba Current Ratio, NPM, dan ROI mempunyai hubungan yang sangat erat terhadap perubahan laba. Karena Current Ratio digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendeknya dengan menggunakan aktiva lancar yang dimiliki.NPM digunakan untuk mengukur laba
bersih
sesudah
pajak
lalu
dibandingkan
dengan
volume
penjualan.Sedangkan ROI digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan bagi perusahaan. Jadi, ketiga variabel tersebut saling berhubungan terhadap pertumbuhan laba pada perusahaan.
32
E. Penelitian Terdahulu No Nama
Judul Penelitian
Peneliti 1
Variabel
Hasil Penelitian Yng
Yang Diuji
Diuji
Yuliana
Pengaruh
CR, CR, DTA, Hasil
(2011)
DTA dan ROI ROI
menunjukan
bahwa
terhadap
secara
parsial
pertumbuhan
menunjukkan
bahwa
Laba
tidak terdapat pengaruh
pada
perusahaan Otomotif
penelitian
ini
yang signifikan antara yang
terdaftar di BEI
current ratio dan debt to asset. Sedangkan ROI berpengaruh
terhadap
pertumbuhan laba 2
Lidya
Pengaruh
CR, CR, DTE,
(2011)
DTE, ROA, dan ROA,
menunjukkan
TATO
variable current ratio,
terhadap TATO
Hasil
penelitian
pertumbuhan
debt to total equity,
laba
return on asset, total
pada
perusahaan
asset turn over secara
manufaktur yang
simultan
terdaftar di BEI
berpengaruh
secara
sig nifikan terhadap pertumbuhan laba
33
F.
Hipotesis Hipotesis merupakan pernyataan atau dugaan sementara yang diungkapkan
dari persoalan yang diteliti. Hipotesis merupakan jawaban sementara penelitian yang keberadaannya harus teruji secara empiris (uji statistik). Hipotesis memberikan keterangan sementaranya mengenai fenomena yang diteliti, dalam hal ini adalah pengaruh antara variabel bebas dengan variabel terikat. Bentuk hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini berdasarkan perumusan masalah dalam skripsi ini adalah hipotesis nol dan hipotesis alternative. Adapun rumusan hipotesis berkaitan dengan uji yang dilakukan secara simultan dengan Ftest dan secara individu (parsial) dengan T-test, maka hipotesis yang diajukan dalam uji regresi linier berganda adalah sebagai berikut: Ha1 : Terdapat pengaruh Current Ratio, NPM dan ROI terhadap pertumbuhan laba secara parsial Ha2 : Terdapat pengaruh Current Ratio, NPM dan ROI terhadap pertumbuhan laba secara simultan.
34
G. KERANGKA PEMIKIRAN Berdasarkan uraian mengenai variabel dependen dan independen sebelumnya, maka dapat digambarkan suatu kerangka pemikiran. Dalam penelitian
ini,
variabel
independennya
adalah
karakteristik
perusahaan.
Karakteristik-karakteristik perusahaan diwakili oleh rasio likuiditas (current ratio), rasio profitabilitas (return on investment), dan net profit margin,. Sedangkan variabel yang menjadi fokus penelitian yaitu Pertumbuhan Laba. Pengaruh karakteristik perusahaan tersebut terhadap pertumbuhan laba dalam laporan tahunan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dapat digambarkan sebagai berikut: Gambar 2. 1 Kerangka Pemikiran Variabel Independen
Variabel Dependen
Current Ratio( x1 )
Return On Investment ( x2 ) Pertumbuhan Laba ( Y ) Net Profit Margin ( x3 )
35