1
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS
2.1. Kajian Teori 2.1.1. Investasi
Investasi menurut Sunariyah (2003:4): “Investasi adalah penanaman modal untuk satu atau lebih aktiva yang dimiliki dan biasanya berjangka waktu lama dengan harapan mendapatkan keuntungan di masa-masa yang akan datang.” Suad Husnan (1998) menyatakan bahwa semakin tinggi resiko suatu kesempatan investasi, maka semakin tinggi pula tingkat keuntungan yang disyaratkan oleh investor. Konsep ini juga berlaku pada investasi dalam saham maupun obligasi
Investasi sering dimodelkan sebagai fungsi dan pendapatan bunga, dilihat dengan kaitannya I = f (Y, r). Peningkatan pendapatan mendorong investasi yang lebih tinggi, sedangkan tingkat bunga yang lebih tinggi dapat menghambat investasi karena menjadi lebih mahal untuk meminjam uang. 2.1.2. Obligasi Husaini dan Saiful (2003) menyatakan bahwa obligasi merupakan sertifikat bukti hutang yang dikeluarkan oleh suatu perseroan terbatas atau institusi tertentu baik pemerintah maupun lembaga lainnya dalam rangka mendapatkan dana atau modal, diperdagangkan di masyarakat, penerbitnya setuju untuk membayar sejumlah bunga tetap untuk jangka waktu tertentu dan akan membayar kembali pokoknya pada saat jatuh tempo. Obligasi merupakan salah satu instrumen keuangan yang cukup menarik
http://digilib.mercubuana.ac.id/
2
Obligasi merupakan surat utang jangka menengah-panjang yang dapat dipindahtangankan yang berisi janji dari pihak yang menerbitkan untuk membayar imbalan berupa bunga pada periode tertentu dan melunasi pokok utang pada waktu
yang telah ditentukan kepada pihak pembeli obligasi tersebut
(http://www.idx.co.id) Menurut Jogiyanto (2010), obligasi adalah utang jangka panjang yang akan dibayar kembali pada saat jatuh tempo dengan bunga yang tetap apabila ada. 2.1.2.1. Jenis Obligasi Dalam prakteknya, obligasi di Indonesia bisa dibagi dalam beberapa jenis : A. Berdasarkan Suku Bunga 1) Obligasi Suku Bunga Tetap (Fixed rate) : Obligasi ini memiliki besaran suku bunga yang tetap yang dibayar secara berkala sesuai masanya obligasi. 2) Obligasi Suku Bunga Mengambang (Floating Rate ) : Obligasi ini memiliki besaran suku bunga mengambang yang besaran bunganya mengacu pada indeks pasar uang seperti JIBOR, SIBOR, LIBOR atau EURIBOR. B. Berdasarkan aspek perpajakan 1) Obligasi dengan Kupon (Interest Bearing Bond) : Obligasi yang atas bunganya dikenakan pajak penghasilan dengan tarif 20% dari jumlah bruto bunga sesuai dengan masa kepemilikan (holding period). Atas diskontonya dikenakan pajak penghasilan sebesar 20% dari selisih lebih nilai harga jual
http://digilib.mercubuana.ac.id/
3
pada saat transaksi atau nilai nominal pada saat jatuh tempo diatas harga perolehan, tidak termasuk bunga berjalan (accrued interest). 2) Zero Coupon Bond : Obligasi yang tidak memberikan bunga namun harga obligasi sudah didiscount pada saat pembelian. Pajak penghasilannya dikenakan sebesar 20% dari selisih harga jual pada saat transaksi atau nilai nominal pada saat jatuh tempo obligasi diatas hrag perolehan obligasi. C. Berdasarkan Penerbitnya 1) Obligasi Pemerintah : Obligasi yang diterbitkan oleh Pemerintah yang digunakan untuk kegiatan belanja negara, contoh Surat Utang Negara (SUN), Obligasi Ritel Indonesia (ORI), Surat Perbendaharaan Negara (SPN), dan lain-lain. 2) Obligasi Korporasi : Obligasi yang diterbitkan oleh korporasi baik korporasi swasta maupun pemerintah. Dana yang diperoleh dari penerbitan obligasi tersebut dipergunakan untuk modal kerja, pembayaran hutang maupun penamabahan modal. D. Berdasarkan Jangka Waktu 1) Obligasi dengan Jangka Waktu Pendek (Money Market) : Obligasi dengan jangka waktu 1 (satu) tahun sampai dengan 5 (lima) contohnya adalah Surat Pembendaharaan Negara (SPN), Sertifikat Bank Indonesia (SBI), Medium Term Notes (MTN). 2) Obligasi dengan Jangka Waktu Menengah : Obligasi dengan jangka waktu lebih dari 5 (lima) tahun sampai dengan 10 (sepuluh) tahun, contoh SUN FR31, FR35, obligasi korporat dengan jangka waktu 5 (lima) tahun, dsb.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
4
3) Obligasi dengan jangka waktu panjang : Obligasi dengan jangka waktu lebih dari 10 (sepuluh) tahun, contoh FR42, FR50 , FR52, dsb. 2.1.2.2. Risiko-Risiko Yang Terkandung Dalam Obligasi 1) Interest Rate Risk : Harga dari sebuah obligasi berbanding terbalik dengan perubahan tingkat bunga. Apabila tingkat bunga naik maka harga obligasi akan turun begitu juga sebaliknya. Apabila sebuah obligasi dijual sebelum jatuh tempo, peningkatan suku bunga akan mengakibatkan investor mengalami capital loss karena menjual dibawah harga beli. Resiko ini dikenal dengan interest rate risk atau market risk. 2) Reinvestment Risk : Risiko apabila obligasi tersebut dijual kemudian diinvestasikan kembali ke instrumen yang bisa lebih rendah harganya. 3) Call Risk : Sebagian perusahaan penerbit obligasi menetapkan untuk menarik atau membeli obligasinya pada tingkat harga tertentu. Ini yang mengakibatkan investor akan mengalami call risk dimana pada tanggal tertentu perusahaan penerbit obligasi akan menarik kembali obligasinya. 4) Default Risk : Default risk bisa disamakan dengan resiko gagal bayar. Gagal bayar berarti penerbit obligasi tidak mampu untuk membayar bunga pada sat pembayaran bunga atau pokok pada saat pembayaran pokok. Default risk berasal dari ketidakmampuan perusahaan penerbit obligasi dalam mengelola utangnya yang mengakibatkan perusahaan tidak mampu melunasi hutangnya baik bunga maupun pokok kepada investor. 5) Inflation Risk : Inflation risk ini sangat berperan terhadap interest rate risk.Dengan meningkatnya inflasi maka harga obligasi akan turun. Sebagai
http://digilib.mercubuana.ac.id/
5
contoh jika investor membeli obligasi dengan kupon 8% tetapi tingkat inflasi adalah 9% maka akan membuat harga obligasi yang dimiliki tersebut turun. 6) Exchange-Rate Risk : Risiko ini terjadi pada obligasi yang berdenominasi valuta asing. Nilai obligasi dalam mata uang lokal baru dapat diketahui ketika pembayaran kupon dan pokok terjadi. 7) Liquidity Risk : Kemudahan dari suatu obligasi untuk dicairkan. Apabila sulit dicairkan (dijual) maka dapat dikatakan memiliki liquidity risk yang tinggi. 8) Volatility Risk : Harga obligasi tergantung pada tingkat suku bunga dan faktor-faktor lainnya yang mempengaruhi nilai obligasi tersebut seperti kondisi perekonomian dalam negeri, perekonomian luar negeri, kerusuhan, ledakan bom dsb. Perubahan pada faktor-faktor tersebut berpengaruh pada harga obligasi. Risiko jenis ini disebut volatility risk. 2.1.2.3. Pembelian Obligasi Dalam pelaksanaan transaksi pembelian obligasi di pasar dapat dilakukan dengan sebagai berikut : 1) Pembelian pasar Primary (perdana) : Pembelian dilakukan melalui tahapan lelang untuk obligasi negara, dan public expose untuk obligasi korporat. Untuk lelang obligasi pemerintah dilaksanakan melalui BI-SSSS dan public expose. Penawaran pembelian dilakukan melalui penjamin emisi melalui Formulir Pemesanan Pembelian Obligasi (FPPO) dan melalui Daftar Penawaran Pembelian Obligasi (DPPO).
http://digilib.mercubuana.ac.id/
6
2) Pembelian di pasar Secondary (sekunder) : Pembelian dilakukan melalui sekuritas, broker ataupun langsung dengan pihak counterparty.Sarana komunikasi transaksi bisa melalui telepon, RDMS maupun Bloomberg. Menurut Jogiyanto (2010), macam-macam obligasi adalah sebagai berikut. 1) Obligasi Pemerintah : Salah satu cara untuk mendapatkan dana yang digunakan pembangunan negara adalah dengan meminjam jangka panjang kepada masyarakat. Surat utang pemerintah sering dikenal dengan SUN (surat utang negara). Surat utang negara mempunyai sifat yang sama dengan obligasi perusahaan, akan tetapi penerbitnya berbeda yaitu pemerintah bukan perusahaan. Sehingga surat utang negara sering dianggap lebih aman dibandingkan dengan obligasi perusahaan. 2)
Municipal Bond : Obligasi yang dikeluarkan oleh pemerintah daerah, misalnya pemerintah provinsi, kota dan kabupaten. Pemerintah daerah mengeluarkan obligasi bertujuan untuk pembiayaan modal, misalnya membangun jalan raya, perumahan rakyat, rumah sakit umum, universitas, dan lain sebagainya.
3) Obligasi Perusahaan (Corporate bond) : Surat utang jangka panjang yang dikeluarkan oleh perusahaan swasta dengan nilai utang yang akan dibayarkan kembali pada saat jatuh tempo dengan menggunakan pembayaran kupon atau tanpa kupon yang sudah sitentukan di kontrak utang tersebut. Obligasi perusahaan dilindungi dengan bond indenture. Menurut Jogiyanto (2010), bond indenture adalah janji perusahaan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
7
penerbit obligasi untuk menaati semua ketentuan yang dituliskan kepada pihak tertentu yang dipercaya (trustee). 2.1.2.4. Karakteristik Obligasi Adapun karakteristik obligasi adalah sebagai berikut: 1) Nilai Nominal (Face Value) adalah nilai pokok dari suatu obligasi yang akan diterima oleh pemegang obligasi pada saat obligasi tersebut jatuh tempo. 2) Kupon (the Interest Rate) adalah nilai bunga yang diterima pemegang obligasi secara berkala (kelaziman pembayaran kupon obligasi adalah setiap 3 atau 6 bulanan) Kupon obligasi dinyatakan dalam annual prosentase. 3) Jatuh Tempo (Maturity) adalah tanggal dimana pemegang obligasi akan mendapatkan pembayaran kembali pokok atau Nilai Nominal obligasi yang dimilikinya. Periode jatuh tempo obligasi bervariasi mulai dari 365 hari sampai dengan diatas 5 tahun. Obligasi yang akan jatuh tempo dalam waktu 1 tahun akan lebih mudah untuk di prediksi, sehingga memilki resiko yang lebih kecil dibandingkan dengan obligasi yang memiliki periode jatuh tempo dalam waktu 5 tahun. Secara umum, semakin panjang jatuh tempo suatu obligasi, semakin tinggi Kupon / bunga nya. 4) Penerbit / Emiten (Issuer) Mengetahui dan mengenal penerbit obligasi merupakan faktor sangat penting dalam melakukan investasi Obligasi Ritel. Mengukur resiko / kemungkinan dari penerbit obigasi tidak dapat melakukan pembayaran kupon dan atau pokok obligasi tepat waktu
http://digilib.mercubuana.ac.id/
8
(disebut default risk) dapat dilihat dari peringkat (rating) obligasi yang dikeluarkan oleh lembaga pemeringkat seperti PEFINDO atau Kasnic Indonesia. 2.1.2.5. Harga Obligasi Harga Obligasi
berbeda dengan harga saham yang dinyatakan dalam
bentuk mata uang, harga obligasi dinyatakan dalam persentase (%), yaitu persentase
dari
nilai
nominal.
Ada 3 (tiga) kemungkinan harga pasar dari obligasi yang ditawarkan, yaitu: 1) Par (nilai Pari): Harga Obligasi sama dengan nilai nominal Misal: Obligasi dengan nilai nominal Rp 50 juta dijual pada harga 100%, maka nilai obligasi tersebut adalah 100% x Rp 50 juta = Rp 50 juta. 2) At premium (dengan Premi): Harga Obligasi lebih besar dari nilai nominal Misal: Obligasi dengan nilai nominal RP 50 juta dijual dengan harga 102%, maka nilai obligasi adalah 102% x Rp 50 juta = Rp 51 juta. 3) At discount (dengan Discount): Harga Obligasi lebih kecil dari nilai nominal Misal: Obligasi dengan nilai nominal Rp 50 juta dijual dengan harga 98%, maka nilai dari obligasi adalah 98% x Rp 50 juta = Rp 49 juta. Price, atau harga obligasi, secara teoritis ialah nilai sekarang (present value) dari seluruh penerimaan kas dimasa mendatang ,baik melalui kupon maupun pokok saat jatuh tempo,dengan menggunakan tingkat bunga tertentu sebagai discount rate-nya. Tingkat bunga inilah yang disebut sebagai yield to maturity (YTM). Tingkat keuntungan/ yield (YTM) berbanding terbalik dengan harga
http://digilib.mercubuana.ac.id/
9
obligasi. Jika yield naik (dengan ketentuan faktor lain tidak berubah),maka harga akan turun. (www.dmo.or.id) 2.1.2.6. Yield Obligasi Sebelum memutuskan untuk berinvestasi obligasi, investor harus mempertimbangkan besarnya yield obligasi, sebagai faktor pengukur tingkat pengembalian tahunan yang akan diterima. Ada 2 (dua) istilah dalam penentuan yield yaitu current yield dan yield to maturity. 1) Currrent yield adalah yield yang dihitung berdasarkan jumlah kupon yang diterima selama satu tahun terhadap harga obligasi tersebut. Current yield dapat dirumuskan sebagai berikut: Current Yield = bunga tahunan/ harga obligasi. 2) Sementara itu Yield to maturity (YTM) merupakan tingkat pengembalian yang akan diperoleh investor pada obligasi jika disimpan hingga jatuh tempo. Variabel Yield to maturity diberi simbol YTM (Rahardjo, 2003). Formula YTM yang seringkali digunakan oleh para pelaku adalah YTM approximation atau pendekatan nilai YTM. YTM dihitung dengan rumus sebagai berikut: Approximation YTM =
C +
Dimana:
ϝ–p n x 100% Ϝ+p 2
C = Coupon / kupon F = Face value / nilai nominal p = price / harga pasar obligasi n = sisa waktu jatuh tempo
http://digilib.mercubuana.ac.id/
10
2.1.2.7. Obligasi Pemerintah Indonesia Obligasi pemerintah sering disebut dengan Surat Utang Negara (SUN). Surat utang negara menurut Undang-Undang Nomor 24 tahun 2004 merupakan surat berharga yang merupakan surat pengakuan hutang dalam mata uang rupiah dan valuta asing yang dijamin pembayaran bunga dan pokoknya oleh negara Republik Indonesia
sesuai dengan masa berlakunya atau masa jatuh tempo.
Tujuan penerbitan surat utang negara adalah membiayai defisit APBN, menutup kekurangan kas negara dalam jangka pendek, dan
mengelola portofolio utang
negara. Menurut denominasi mata uangnya, obligasi negara yang diterbitkan pemerintah dapat dikelompokkan ke dalam dua kelompok (Rahardjo,2003): A. Obligasi Negara Berdenominasi Rupiah Obligasi negara denominasi rupiah dapat dibedakan atas tiga jenis, yaitu : 1) Obligasi berbunga tetap (Fixed Rate bonds-FR) Obligasi jenis ini memiliki tingkat kupon yang ditetapkan pada saat penerbitan dan dibayarkan
secara periodik setiap 6 (enam) bulan.
2) Obligasi berbunga mengambang (Variable Rate bonds – VR) Obligasi berbunga mengambang memiliki tingkat kupon yang ditetapkan secara periodik berdasarkan referensi tertentu. Dalam hal ini referensi yang digunakan ialah tingkat bunga SBI (Sertifikat Bank Indonesia) berjangka 3 bulan. Kupon dibayarkan secara periodik setiap 3 (tiga) bulan. 3) Obligasi lindung nilai (Hedge Bonds – HB)
http://digilib.mercubuana.ac.id/
11
Obligasi lindung nilai (HB) diterbitkan untuk menutup Net Open Position (NOP) beberapa bank, saat bank-bank tersebut dalam proses rekapitalisasi perbankan. Secara umum NOP ialah suatu ukuran yang membandingkan antara aktiva valas dengan kewajiban valas perbankan. Semakin besar selisih antara aktiva valas dengan kewajiban valas, akan menyebabkan semakin meningkatnya NOP sehingga semakin besar pula risiko valas yang dihadapi bank yang bersangkutan. Bank Indonesia menetapkan aturan besarnya NOP yang harus dipatuhi oleh perbankan. Pokok
obligasi jenis hedge bonds diterbitkan dalam denominasi
Rupiah dengan memperhatikan NOP bank rekap pada saat pelaksanaan rekapitalisasi. Pada saat jatuh tempo pembayaran baik pokok maupun kupon, nilai nominalnya akan disesuaikan terlebih dahulu terhadap nilai tukar Rp/USD yang berlaku. Apabila nilai tukar Rupiah terhadap USD pada saat jatuh tempo pembayaran melemah dibanding nilai tukar pada saat penerbitan, maka nilai nominal HB setelah indeksasi akan meningkat sehingga meningkatkan jumlah pembayaran pokok dan bunga yang jatuh tempo dan sebaliknya. Tingkat kupon HB ditetapkan secara periodik berdasarkan referensi tertentu yaitu SIBOR + margin 2%. Kupon dibayarkan secara periodik setiap 3 (tiga) bulan sekali. 4) Surat Utang kepada BI (SU) Dalam rangka program penjaminan perbankan dan BLBI (Bantuan Likuiditas Bank Indonesia) pada tahun 1998 dan 1999 Pemerintah menerbitkan empat seri SU, yaitu SU-001, SU-002, SU-003 dan SU-004. SU-001 dan SU-003 merupakan SU yang diterbitkan dalam rangka BLBI yang dikucurkan oleh Bank Indonesia saat krisis moneter tahun 1998/1999. SU-002 merupakan penyertaan modal negara pada Bank Ekspor Impor Indonesia. Sementara SU-
http://digilib.mercubuana.ac.id/
12
004 merupakan surat utang yang diterbitkan dalam rangka program penjaminan Pemerintah. Sesuai dengan terms & conditions awalnya, Obligasi jenis ini memiliki tingkat bunga tetap sebesar 3% yang diperhitungkan atas pokok yang diindeks berdasarkan inflasi. Kupon dibayarkan secara periodik setiap 6 (enam) bulan sekali. Sementara pokok utang diamortisasi (dicicil) setiap enam bulan sekali secara proporsional atas dasar pokok yang telah diindeks.
Pembayaran
cicilan
pokok
dilakukan
bersamaan
dengan
pembayaran bunga dan dimulai setelah masa tenggang (grace period) berakhir. 5) SRBI (Special Rate Bank Indonesia) SRBI, yang lengkapnya SRBI-01/MK/2003 adalah surat utang yang diterbitkan oleh Pemerintah pada tanggal 7 Agustus 2003 sebagai pengganti SU-001 dan SU- 003, dalam rangka penyelesaian bantuan likuiditas BI. Pelunasan SRBI akan bersumber dari surplus Bank Indonesia yang menjadi bagian Pemerintah dan akan dilakukan apabila rasio modal terhadap kewajiban moneter BI telah mencapai diatas 10%. Dalam hal rasio modal terhadap kewajiban moneter Bank Indonesia kurang dari 3%, maka Pemerintah akan membayar charge kepada Bank Indonesia sebesar kekurangan dana yang diperlukan untuk mencapai rasio modal tersebut B. Obligasi Negara Berdenominasi Mata Uang Asing Pada tanggal 10 Maret 2004, Pemerintah menerbitkan ON berdenominasi USD (Dollar Amerika) yang selanjutnya disebut RI0014, dengan nominal penerbitan sebesar USD1.000.000.000,00. Obligasi ini jatuh tempo pada tanggal 10 Maret 2014
http://digilib.mercubuana.ac.id/
13
dengan tingkat kupon tetap sebesar 6,75% setahun, yang dibayar secara periodik dua kali setahun (semiannual).
2.1.2.8. Obligasi Ritel Indonesia (ORI) Surat Utang Negara (SUN) adalah surat berharga
yang diterbitkan oleh
pemerintah sesuai undang-undang no.24 tahun 2002, terdiri dari: 1) Obligasi Negara (termasuk obligasi negara retail/ ORI) 2) Surat perbendaharaan Negara (SPN) ORI merupakan bagian dari Obligasi Negara. Sementara Obligasi Negara merupakan bagian dari Surat Utang Negara. Obligasi Ritel Indonesia (ORI) adalah Obligasi Negara yang diterbitkan oleh Pemerintah Indonesia untuk dijual kepada individu atau orang perseorangan Warga Negara Indonesia melalui Agen Penjual. Agen Penjual yang dimaksud ialah bank dan atau perusahaan efek yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan untuk melaksanakan penjualan Obligasi Negara Ritel. Dalam menerbitkan ORI ini terdapat dasar hukum yang menyertainya, yaitu sebagai berikut: 1) Undang-Undang No. 24 Tahun 2002 tentang Surat Utang Negara 2) Peraturan Menteri Keuangan No. 36/PMK.06/2006 tentang Penjualan Obligasi Negara Ritel di Pasar Perdana. 3) Peraturan Menteri Keuangan No. 10/PMK.08/2007 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri
Keuangan No. 36/PMK.06/2006 tentang Penjualan
Obligasi Negara Ritel di Pasar Perdana
http://digilib.mercubuana.ac.id/
14
ORI tidak seperti SUN (Surat Utang Negara) dengan minimal pembelian cukup besar, sehingga banyak dibeli oleh perusahaan. ORI bisa dibeli oleh perorangan dengan harga mulai Rp.5.000.000,- (Lima juta rupiah) dengan cara Over
the
counter
(OTC).
Over the counter (OTC) adalah pembelian dan penjualan instrumen keuangan yang terjadi di luar bursa yang terorganisir seperti bursa efek. Pasar OTC biasanya memperdagangkan saham dan surat berharga lainnya menggunakan jaringan komputerisasi antar dealer ( http://kamusbisnis.com). Menurut Wuri (2007), ORI (obligasi ritel Indonesia) adalah sebuah SUN (surat utang negara) yang cara penjualannya secara ritel (perorangan) kepada warga negara Indonesia (WNI). Menurut Wuri (2007), obligasi ritel Indonesia diterbitkan dengan nilai nominal per unit sebesar Rp1.000.000,00. Akan tetapi, jumlah pembelian minimal yaitu Rp5.000.000,00 untuk mendapatkan 5 unit dan dengan kelipatan 5 unit. Namun ORI juga dapat diperdagangkan antar Bank dipasar modal. Harga minimal ORI yang diperjualbelikan antar bank adalah Rp.10.000.000.000,- (Sepuluh Miliar). Untuk informasi harga pasar antar Bank biasanya Bank menggunakan Bloomberg dan Reuters. Mekanisme jual-beli antar bank sama halnya dengan jualbeli di pasar modal.
2.1.3. Tingkat suku bunga (interest rate) Nilai suatu obligasi bergerak berlawanan arah dengan perubahan suku bunga secara umum. Jika suku bunga secara umum cenderung turun, maka nilai atau harga obligasi akan meningkat, karena para investor cenderung untuk berinvestasi pada obligasi. Sementara itu, jika suku bunga secara umum
http://digilib.mercubuana.ac.id/
15
cenderung meningkat, maka nilai atau harga obligasi akan turun, karena para investor cenderung untuk menanamkan uangnya di Bank (Bapepam, 2003). Pada saat tingkat bunga umum turun, kurs obligasi naik dan begitu sebaliknya. Besar kecilnya perubahan kurs obligasi tergantung pada besar kecilnya perubahan bunga. Semakin besar penurunan bunga, semakin tinggi kurs obligasi. Semakin besar kenaikan bunga, semakin rendah kurs obligasi. Hubungan antara tingkat bunga umum dan kurs obligasi bersifat negatif (Samsul, 2006). Lebih lanjut Ahmad (2004) menyatakan bahwa harga obligasi (atau nilai sekarangnya) bergerak dengan berkebalikan dengan yield to maturity, untuk hal inilah adanya suatu discount rate. Tandelilin (2007) menyatakan bahwa nilai intrinsik obligasi sangat terkait dengan besarnya nilai r, yaitu tingkat keuntungan yang diisyaratkan atau yield obligasi. Tingkat suku bunga riil adalah tingkat suku bunga yang memperhitungkan inflasi, sehingga perhitungan tingkat suku bunga tersebut lebih mencerminkan cost of borrowing yang sebenarnya (Mishkin, 2008). 2.1.4. Inflasi Secara sederhana inflasi diartikan sebagai meningkatnya harga-harga secara umum dan terus menerus. Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak dapat disebut inflasi kecuali bila kenaikan itu meluas (atau mengakibatkan kenaikan harga) pada barang lainnya. Indikator yang sering digunakan untuk mengukur tingkat inflasi adalah Indeks Harga Konsumen (IHK). Perubahan IHK dari waktu ke waktu menunjukkan pergerakan harga dari paket barang dan jasa
http://digilib.mercubuana.ac.id/
16
yang dikonsumsi masyarakat. Indikator inflasi lainnya berdasarkan international best practice antara lain: 1. Indeks Harga Perdagangan Besar (IHPB). Harga Perdagangan Besar dari suatu komoditas ialah harga transaksi yang terjadi antara penjual/pedagang besar pertama dengan pembeli/pedagang besar berikutnya dalam jumlah besar pada pasar pertama atas suatu komoditas. 2. Deflator Produk Domestik Bruto (PDB) menggambarkan pengukuran level harga barang akhir (final goods) dan jasa yang diproduksi di dalam suatu ekonomi (negeri). Deflator PDB dihasilkan dengan membagi PDB atas dasar harga nominal dengan PDB atas dasar harga konstan. (http://www.bi.go.id) Menurut Keynes, inflasi pada dasarnya disebabkan oleh ketidakseimbangan antara permintaan masyarakat ( demand ) terhadap barang-barang dagangan ( stock ), dimana permintaan lebih banyak dibandingkan dengan barang yang tersedia, sehingga terdapat gap yang disebut inflationaty gap Secara garis besar ada tiga kelompok teori mengenai inflasi, teori tersebut adalah: 1. Teori kuantitas; teori ini mengatakan bahwa inflasi terjadi karena adanya volume uang beredar ( berupa uang giral maupun kartal) tanpa diimbangi oleh penambahan arus barangdan jasa serta harapan masyarakat mengenai kenaikan harga dimasa datang (Boediono, 1985:168). 2. Teori Keynes; teori ini mengatakan bahwa inflasi terjadi karena suatu
http://digilib.mercubuana.ac.id/
17
3. masyarakat ingin hidup diluar batas kemampuan ekonominya. Proses inflasi menurut pandangan ini adalah keadaan dimana permintaan masyarakat akan barang- barang selalu melebihi jumlah barangbarang yang tersedia (Boediono,1985:172) 4. Teori strukturalis; teori ini mengatakan mengenai teori inflasi jangka panjang karena menyoroti sebab-sebab inflasi yang berasal dari kekakuan struktur ekonomi. Karena struktur penambahn produksi barang-barang
ini
terlalu
lambat
dibandingkan
pertumbuhan
kebutuhannya, sehingga menaikan haraga bahan makanan dan kelangkaan devisa. Akibat selanjutnya, adalah kenikan harga-harga lain sehingga terjadi inflasi. Perubahan laju inflasi yang sangat fluktuatif berdampak pada investasi surat-surat berharga karena dengan inflasi yang meningkat berarti berinvestasi pada surat berharga seperti saham dan obligasi akan semakin beresiko karena terjadi kenaikan harga secara keseluruhan (Nurfauziah dan Setyarini, 2004). 2.1.5. Pasar Antar Bank (Interbank Market), Pasar Uang (Money Market ) dan Pasar Uang antar Bank (PUAB) Interbank Market is the financial system and trading of currencies among banks and financial institutions, excluding retail investors and smaller trading parties. While some interbank trading is performed by banks on behalf of large customers, most interbank trading takes place from the banks' own accounts.( http://www.investopedia.com)
http://digilib.mercubuana.ac.id/
18
Jadi pasar antar bank adalah system keuangan dan jual beli semua mata uang antar bank dan institusi keuangan, diluar investor retail dan transaksi jual beli dengan partai kecil. Menurut Nasarudin dan Surya (2004;19) pasar uang adalah sarana yang menyediakan pembiayaan jangka pendek atau kurang dari satu tahun. Pasar uang melayani banyak pihak seperti pemerintah, bank, perusahaan asuransi, perusahan, dan lembaga lainnya. Lembaga-lembaga yang aktif di pasar uang adalah bank komersial, marchant banks, bank dagang, penyalur uang, bank sentral. Pasar uang (bahasa Inggris: money market) merupakan pertemuan demand dan supply dana jangka pendek. Dalam pasar uang, valuta asing diperlukan untuk membayar kegiatan ekspor impor, hutang luar negeri. (http://id.wikipedia.org) Ciri-ciri Pasar Uang: 1) Menekankan pada pemenuhan dana jangka pendek. 2) Mekanisme pasar uang ditekankan untuk mempertemukan pihak yang mempunyai kelebihan dana dan yang membutuhkan dana. 3) Tidak terikat pada tempat tertentu seperti halnya Pasar Modal. Pelaku Pasar Uang adalah Bank, Yayasan, Dana Pensiun, Perusahaan Asuransi,
Perusahaan-perusahaan
besar,
Lembaga
Pemerintah,
Lembaga
Keuangan lain, Individu Masyarakat. Contoh Pasar Uang adalah SBI, SBPU, Sertifikat Deposito. Adapun tujuan Pasar Uang dari pihak yang membutuhkan dana adalah sebagai berikut: 1) Untuk memenuhi kebutuhan jangka pendek.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
19
2) Untuk memenuhi kebutuhan likuiditas. 3) Untuk memenuhi kebutuhan modal kerja. 4) Sedang mengalami kalah keliring. Sedangkan dari pihak yang menanamkan dana adalah sebagai berikut: 1) Untuk memperoleh penghasilan dengan tingkat suku bunga tertentu. 2) Membantu pihak-pihak yang mengalami kesulitan keuangan. 3) Spekulasi. Pasar
Uang
Antar
Bank
(puab)
adalah
kegiatan
pinjam
meminjam dana jangka pendek antar bank yang dilakukan melalui jaringan komunikasi elektronis ( Kamus BI) Pasar uang dibentuk untuk membantu mengerahkan dana-dana masyarakat guna menunjang pelaksanaan pembayaran & stabilisasi moneter, maka perlu diciptakan prasarana-prasarana yang dapat membantu memperlancar mobilisasi dana-dana masyarakat tersebut. Pasar uang antar bank ini dimaksud untuk memenuhi kebutuhan dana-dana bank misalnya : a) Bank – bank yang sangat memerlukan dana tambahan untuk menutup kekalahan kliring pada hari yang bersangkutan dan atau memenuhi ketentuan kewajiban pemeliharaan likuiditas. b) Bank-bank yang mempunyai kelebihan dana (iddle) dapat menjadikan dana tersebut untuk earning assets dalam rangka mendapat rentabilitas yang optimal dengan cara meminjam hanya untuk waktu yang relatif pendek. Adapun Peserta yang ikut serta dalam pasar uang antar bank adalah BankBank Umum dan Bank Pembangunan Daerah yang menjadi peserta kliring di
http://digilib.mercubuana.ac.id/
20
tempat pasar uang antar bank diselenggarakan.. Setiap Bank diwakili oleh kantor pusat atau cabang yang ditetapkan oleh Direksi Bank yang bersangkutan. (searchglobalonline.blogspot.com) 2.1.6. Jakarta Interbank Offered Rate (JIBOR) Jakarta Interbank Offered Rate (JIBOR) adalah suku bunga indikasi penawaran dalam transaksi PUAB di Indonesia. Yang dimaksud dengan suku bunga indikasi penawaran adalah suku bunga pada transaksi unsecured loan antar bank, yang mencerminkan: a) Suku bunga pinjaman yang ditawarkan suatu bank kepada bank lain sekaligus b) Suku bunga pinjaman yang bersedia diterima suatu bank dari bank lain JIBOR terdiri atas 2 mata uang yakni IDR dan USD, dengan masingmasing terdiri dari 6 tenor yakni 1 hari, 1 minggu, 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan dan 12 bulan. JIBOR dapat menjadi suku bunga acuan yang kredibel dan digunakan pada banyak transaksi keuangan di Indonesia, dan dapat mendorong pendalaman pasar keuangan domestik karena akan: 1) Mendorong pengembangan PUAB terutama untuk transaksi dengan tenor diatas 1 bulan yang saat ini transaksinya sangat kecil dan tidak memiliki benchmark suku bunga. 2) Mendorong pelaku pasar untuk menciptakan instrumen pasar uang lain yang berbasis suku bunga. 3) Menciptakan benchmark suku bunga bagi transaksi derivatif dan transaksi yang berbasis floating rates.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
21
4) Membantu bank dalam menentukan suku bunga pinjaman dan deposito bagi nasabah prima. 5) Membantu pembentukan benchmark untuk pasar obligasi. Ketentuan mengenai JIBOR diatur pula dalam PBI dan SE Laporan Harian Bank Umum : 1) Peraturan Bank Indonesia No. 13/8/PBI/2011 tanggal 4 Februari 2011 2) Surat Edaran Bank Indonesia No. 13/3/DPM tanggal 4 Februari 2011 3) Surat Edaran Bank Indonesia No. 14/39/DPM tanggal 28 Desember 2012 2.1.7. SIBOR (Singapore Interbank Offered Rate) Sibor adalah singapore interbank offered rate yaitu suku bunga rata-rata antar bank di Singapura yang ditetapkan berdasarkan suku bunga yang ditawarkan oleh 8 bank terkemuka di singapura ( Kamus BI ; http://www.mediabpr.com) Singapore Interbank Offered Rate (SIBOR) and is a daily reference rate based on the interest rates at which banks offer to lend unsecured funds to other banks in the Singapore wholesale money market (or interbank market). It is similar to the widely used LIBOR (London Interbank Offered Rate), and Euribor (Euro Interbank Offered Rate). Using SIBOR is more common in the Asian region and set by the Association of Banks in Singapore (ABS) (http://en.wikipedia.org) Jadi Singapore Interbank Offered Rate (SIBOR) adalah merupakan referensi suku bunga antar bank yang ditawarkan oleh bank dalam meminjamkan dana terhadap bank lain di pasar uang partai besar di Singapore.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
22
2.1.8. Nilai Tukar Nilai tukar didefinisakan sebagai harga dari setiap mata uang domestik terhadap mata uang negara lain (Levich, 2001). Nilai tukar ( kurs ) merupakan harga mata uang suatu negara yang dinyatakan dalam mata uang negara lain, dimana akan terdapat perbandingan nilai ( harga ) antara kedua mata uang tersebut. Mata uang asing atau yang sering disebut dengan istilah valuta asing bukan saja berfungsi sebagai alat pembayaran, alat nilai dan alat satuan hitung sebagaimana fungsi uang pada umumnya, tapi valuta asing juga menjadi salah satu komoditi yang dapat diperjualbelikan. Di bursa valuta asing, nilai mata uang asing dinyatakan dalam dua macam harga (kurs) yaitu kurs beli (bid price ) dan kurs jual ( ask price ). Selisih yang timbul dari kedua harga ini disebut bid atau ask spread yang tidak lain merupakan keuntungan bagi pedagang valuta asing. Fabozzi dan Modigliani
(1995) mendefinisikan nilai tukar mata uang
sebagai jumlah dari mata uang suatu negara yang dapat ditukarkan per unit mata uang negara lain, atau dengan kata lain harga suatu mata uang terhadap mata uang lain. Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) merupakan harga spot USD/IDR, yang disusun berdasarkan kurs transaksi valuta asing terhadap rupiah antar bank di pasar domestik, melalui Sistem Monitoring Transaksi Valuta Asing Terhadap Rupiah (SISMONTAVAR) di Bank Indonesia secara real time. JISDOR dimaksudkan untuk memberikan referensi harga pasar yang representatif untuk transaksi spot USD/IDR pasar domestik.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
23
Kurs Transaksi BI disajikan dalam bentuk kurs jual dan kurs beli valas terhadap rupiah, digunakan sebagai acuan transaksi BI dengan pihak ketiga seperti pemerintah. Titik tengah Kurs Transaksi BI USD/IDR menggunakan Kurs Referensi (JISDOR).Kurs Transaksi BI diumumkan sekali setiap hari kerja. Exchange rate dipertimbangkan sejalan dengan dikeluarkannya obligasi dalam mata uang non-rupiah di pasar modal. Arus kas yang diterima akan sangat berpengaruh dengan perubahan nilai tukar rupiah (Fabozzy, 2000).
2.2. Penelitian Terdahulu Adapun penelitian terdahulu yang berkaitan dengan variabel-variabel penelitian adalah sebagai berikut: 1) Penelitian Thompson dan Vaz (1990) terhadap 426 obligasi perusahaan industri dengan periode waktu antara Januari 1977 sampai dengan Desember 1983 menunjukkan hasil bahwa tingkat suku bunga tidak berpengaruh signifikan terhadap yield obligasi. 2) Penelitian yang dilakukan oleh Nurfauziah dan Setyarini (2004) mengenai faktor faktor yang mempengaruhi yield obligasi dengan judul Analisis Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Yield Obligasi perusahaan (Studi Kasus Pada Industri Perbankan dan Industri Financial) dengan metode analisis regresi berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Inflasi,Tingkat suku bunga tidak berpengaruh terhadap yield obligasi 3) Hadiasman Ibrahim (2008) melakukan penelitian dengan judul Pengaruh tingkat suku bunga , peringkat obligasi, ukuran perusahaan, dan DER
http://digilib.mercubuana.ac.id/
24
terhadap Yield to maturity Obligasi Korporasi di bursa efek indonesia periode tahun 2004-2006 dengan menggunakan analisis regresi dengan hasil penelitian bahwa
tingkat suku bunga berpengaruh positif dan
signifikan terhadap YTM obligasi. 4) Budhi Arta Surya dan Teguh Gunawan Nasher (2011) melakukan penelitian dengan judul “Analisis Pengaruh Tingkat Suku BungaSBI, Exchange Rate, Ukuran Perusahaan,Debt To Equity Ratio dan Bond terhadapYield Obligasi Korporasi di Indonesia” dengan menggunakan metode analisis regresi
dengan hasil
terdapat pengaruh searah yang
signifikan antara tingkat suku bunga SBI, exchange rate terhadap yield obligasi korporasi 5) Kadir (2007) melakukan penelitian mengenai pengaruh faktor struktural dan fundamental ekonomi terhadap tingkat imbal hasil obligasi. Dengan mengambil sampel sebanyak 22 obligasi korporasi yang tercatat di Bursa Efek Surabaya dengan periode waktu Januari 1999 sampai dengan Juni 2005.
Dengan
menggunakan
analisis
regresi
hasil
penelitiannya
menemukan bahwa terdapat pengaruh positif yang signifikan antara tingkat suku bunga, Nilai tukar rupiah, terhadap tingkat imbal hasil obligasi. Sementara inflasi tidak berpengaruh terhadap tingkat imbal hasil obligasi.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
25
Tabel. 2.1. Ringkasan Penelitian Terdahulu NO VARIABEL 1 Suku Bunga
PENELITI Thompson dan Vaz -1990 Nurfauziah dan Setyarini -2004
2
Suku Bunga
3
Suku Bunga
Hadiasman Ibrahim -2008
4
Suku Bunga
Kadir (2007)
5
Nilai tukar Rp.
Kadir (2007)
6
Kurs Rp/USD
7
Inflasi
8
Inflasi
Budhi Arta Surya dan Teguh Gunawan Nasher (2011) Nurfauziah dan Setyarini -2004 Kadir (2007)
HASIL Tidak berpengaruh signifikan terhadap yield obligasi Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara tingkat suku bunga terhadap yield obligasi Berpengaruh positif dan signifikan terhadap YTM obligasi Berpengaruh positif yang signifikan terhadap tingkat imbal hasil obligasi Berpengaruh positif yang signifikan terhadap tingkat imbal hasil obligasi Berpengaruh terhadap yield Obligasi korporasi Tidak berpengaruh terhadap Yield Obligasi Tidak berpengaruh terhadap tingkat imbal hasil obligasi.
2.3. Kerangka Pemikiran Adapun penjelasan sistematis hubungan antara variable penelitian dengan fenomena penelitian yang dikaitkan dengan landasan teori adalah sebagai berikut:
http://digilib.mercubuana.ac.id/
26
Gambar 2.1. Kerangka Pemikiran Teoritis
INFLASI
H1 (+)
SUKU BUNGA
H2 (+)
JIBOR YTM SUKU BUNGA SIBOR
H3 (-)
KURS Rp/US$ H4 (-)
2.4. Hipotesis Dari landasan teori dan fenomena yang ada penulis memberikan jawaban sementara atas masalah yang diteliti. Jawaban sementara ini berdasarkan pengamatan dan logika praktek dalam penggunaan produk Obligasi yang dihubungkan dengan teori yang ada. Adapun hipotesis yang menjadi jawaban sementara atas fenomena penelitian tersebut adalah sebagai berikut: 1. Tingkat inflasi berpengaruh positif terhadap yield to maturity obligasi Ritel Indonesia. Inflasi adalah kecenderungan dari kenaikan harga-harga secara umum dan terus-menerus. Kenaikan dari satu atau dua barang saja tidak disebut inflasi,
http://digilib.mercubuana.ac.id/
27
kecuali bila kenaikan tersebut meluas kepada (atau mengakibatkan kenaikan) sebagian besar dari harga barang- barang lain. Syarat adanya kecenderungan peningkatan harga yang terus menerus juga perlu diingat. Kenaikan harga-harga yangdisebabkan musiman, menjelang hari besar,atau terjadi sekali saja (dan tidak memiliki pengaruh lanjutan) tidak disebut inflasi(Boediono:1985) Kenaikan harga yang disebabkan oleh inflasi akan mempengaruhi nilai uang yang menyebabkan kenaikan suku bunga simpanan yang berakibat pada turunnya harga obligasi. Harga obligasi turun karena suku bunga simpanan bisa mengimbangi bahkan lebih tinggi dari kupon obligasi.
Secara teori, harga
obligasi (atau nilai sekarangnya) bergerak dengan berkebalikan dengan yield to maturity (Ahmad;2004). Ini berarti bahwa kenaikan tingkat inflasi akan menaikkan yield to maturity obligasi. Dengan demikian tingkat inflasi berpengaruh positif terhadap yield to maturity obligasi Ritel Indonesia.Tingkat kurs nilai tukar Rp/US$ berpengaruh negatif terhadap yield to maturity obligasi Ritel Indonesia. Kenaikan nilai tukar rupiah terhadap US dollar akan mengakibatkan rupiah ter-apresiasi. Apresiasi rupiah ini mengakibatkan nilai uang rupiah naik. Apabila nilai rupiah naik maka suku bunga di indonesia akan menjadi turun. Penurunan suku bunga ini mengakibatkan harga obligasi naik. Harga obligasi yang naik akan mengakibatkan yield to maturity turun. Dengan demikian tingkat kurs nilai tukar Rp/US$ berpengaruh negatif terhadap yield to maturity obligasi Ritel Indonesia.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
28
2. Tingkat suku bunga JIBOR berpengaruh positif terhadap yield to maturity obligasi Ritel Indonesia. Secara teori kenaikan suku bunga akan mengakibatkan harga obligasi turun. Harga obligasi berlawanan dengan yield to maturity obligasi. Ini berarti kenaikan tingkat suku bunga akan menaikkan yield to maturity obligasi, dengan kata lain tingkat suku bunga JIBOR
berpengaruh positif terhadap yield to
maturity obligasi Ritel Indonesia. 3. Tingkat suku bunga SIBOR berpengaruh negatif terhadap yield to maturity obligasi Ritel Indonesia. Tandelilin (2007) menyatakan bahwa fluktuasi yang terjadi di pasar modal terkait dengan perubahan pada variabel ekonomi makro. Secara teori dan praktek pengaruh suku bunga SIBOR terhadap yield to maturity obligasi adalah sebagai berikut: a) Singapore Interbank Offered Rate (SIBOR) adalah merupakan referensi suku bunga antar bank yang ditawarkan oleh bank dalam meminjamkan dana terhadap bank lain di pasar uang partai besar di Singapore. Artinya bahwa investor asing mempunyai pilihan dalam melakukan spekulasi untuk mencari keuntungan dipasar uang ( money market) dengan membandingkan suku bunga dipasar modal seperti obligasi dipasar antar bank (interbank market). b) Tingkat kupon Obligasi lindung nilai (Hedge Bonds – HB) ditetapkan secara periodik berdasarkan referensi tertentu yaitu SIBOR + margin 2%. Dalam transaksi Hedge Bonds –HB ini SIBOR berperan langsung dalam menentukan kupon obligasi.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
29
c) Obligasi Suku Bunga Mengambang (Floating Rate ) memiliki besaran suku bunga mengambang yang besaran bunganya mengacu pada indeks pasar uang seperti JIBOR, SIBOR, LIBOR atau EURIBOR. d) Volatility Risk : Harga obligasi tergantung pada tingkat suku bunga dan faktor-faktor lainnya yang mempengaruhi nilai obligasi tersebut seperti kondisi perekonomian dalam negeri, perekonomian luar negeri, kerusuhan, ledakan bom dsb. Perubahan pada faktor-faktor tersebut berpengaruh pada harga obligasi. Risiko jenis ini disebut volatility risk. Dari ke-empat teori dan praktek tersebut diatas jelas terlihat peran suku bunga SIBOR terhadap obligasi yang pada akhirnya mempengaruhi harga dan yield to maturity obligasi Ritel Indonesia. Tingkat suku bunga SIBOR tidak secara langsung mempengaruhi harga ORI. Namun perdagangan ORI yang diteliti adalah perdagangan antar bank yang menggunakan suku bunga antar bank. Investor domestik dan luar negri tentunya selalu melihat hasil investasinya. Suku bunga SIBOR lebih rendah dari suku bunga yang ada di Indonesia, hal ini disebabkan kondisi moneter di negara singapore berbeda dengan Indonesia. Para debitur yang ingin meminjam uang tentunya berusaha menggunakan sarana SIBOR dalam bertransaksi, sebaliknya investor yang ingin menanam dananya akan melirik ORI yang kuponnya lebih tinggi. Melihat adanya volatility risk yang mempengaruhi obligasi seperti kondisi perekonomian dalam negeri, perekonomian luar negeri, kerusuhan, ledakan bom dsb, maka apabila suku bunga di Indonesia naik, suku bunga di singapore belum tentu sebesar kenaikan suku bunga di Indonesia, bahkan suku bunga domestik
http://digilib.mercubuana.ac.id/
30
singapore bisa turun. Melihat kondisi moneter singapore yang lebih baik dari Indonesia, maka kenaikan suku bunga indonesia belum tentu di-ikuti kenaikan suku bunga
SIBOR bahkan bisa sebaliknya. Dengan demikian kenaikan suku
bunga indonesia yang berpengaruh positif terhadap yield to maturity obligasi akan mengalami kebalikan dengan tingkat suku bunga SIBOR terhadap yield to maturity obligasi. Dengan demikian dari uraian diatas dapat diambil suatu hipotesa bahwa Tingkat suku bunga SIBOR berpengaruh negatif terhadap yield to maturity obligasi Ritel Indonesia. 4. Inflasi, suku bunga JIBOR, suku bunga SIBOR, kurs nilai tukar Rp/USD berpengaruh secara simultan terhadap yield to maturity obligasi Ritel Indonesia. Faktor inflasi, suku bunga JIBOR, suku bunga SIBOR, kurs nilai tukar Rp/USD merupakan faktor eksternal yang mempengaruhi pasar modal baik lokal maupun global. Tentunya faktor-faktor tersebut merupakan uncontrlolled yang bisa berpengaruh negatif maupun positif terhadap yield suatu obligasi. Dengan membandingkan
teori-teori
mengenai variabel-variabel bebas diatas, maka
diduga bahwa inflasi, JIBOR, SIBOR, kurs nilai tukar Rp/USD berpengaruh secara simultan terhadap yield to maturity obligasi Ritel Indonesia. Jika dirangkum maka hipotesanya adalah sebagai berikut: 1) Tingkat inflasi berpengaruh positif terhadap yield to maturity obligasi Ritel Indonesia. 2) Tingkat kurs nilai tukar Rp/USD
berpengaruh negatif terhadap yield to
maturity obligasi Ritel Indonesia.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
31
3) Tingkat suku bunga JIBOR berpengaruh positif terhadap yield to maturity obligasi Ritel Indonesia. 4) Tingkat suku bunga SIBOR
berpengaruh negatif terhadap yield to
maturity obligasi Ritel Indonesia. 5) Inflasi, suku bunga JIBOR, suku bunga SIBOR, kurs nilai tukar Rp/USD berpengaruh secara simultan terhadap yield to maturity obligasi Ritel Indonesia.
http://digilib.mercubuana.ac.id/