BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS
A. Kajian Pustaka 1. Kecerdasan Emosional Pada umumnya kecerdasan seseorang hanya diukur berdasalkan kecerdasan akal saja. Kecerdasan akal ini sebagian besar hanya meliputi ketrampilan membaca, menulis, dan berhitung yang dapat diasah melalui pendidikan formal (sekolah) dan nonformal (lembaga pendidikan) yang akan mengarahkannya pada keberhasilan akademik saja. Namun sebenarnya tolok ukur keberhasilan hidup bukan hanya dari keberhasilan akademik saja, diperlukan juga seperangkat kecakapan lain diluar kecerdasan intelektual seperti bakat, hubungan sosial, kematangan emosional, pengendalian diri dan lain-lain yang biasa disebut dengan kecerdasan emosional (emotional intelligence). Kecerdasan emosional sangat penting dalam kehidupan karena pada hakikatnya pengalaman emosional akan selalu mengalir dan berkelanjutan dalam perkembangan individual. Istilah kecerdasan biasa diartikan dengan kata intelegensi dari bahasa latin “intelligere” yang berarti menghubungkan atau menyatukan satu sama lain. Secara umum, seseorang dengan tingkat kecerdasan yang tinggi akan dapat mudah belajar menerima apa yag diberikan padanya. Adapun yang intelegensinya
8
9
rendah, cenderung lebih lambat menerima (kesulitan menangkap materi yang diberikan). Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Heller, Monks dan Passow menyatakan bahwa orang-orang yang memiliki intelegensi yang tinggi, belum tentu tidak mengalami gangguan dalam belajar. Emosi merupakan “luapan perasaan yang berkembang dan surut dalam waktu singkat serta keadaan dan reaksi psikologi dan fisiologis seperti kegemiraan, kesedihan, keharuan dan kecintaan” (Kamus besar Bahasa Indonesia, 2002 dalam Yuniani, 2010). Kecerdasan emosional dapat membantu membangun hubungan dalam menuju kebahagiaan dan kesejahteraan. Emosi merupakan suatu perasaan dan pikiran-pikiran yang biologis dan psikologis dalam bertindak (Goleman, 2003 dalam Yuniani, 2010). Pada masa sekarang pengembangan kepribadian mahasiswa dapat dikenal dengan istilah Emotional Quotient (EQ) atau Kecerdasan Emosional. Goleman menyatakan bahwa seperangkat kecakapan khusus seperti empati, disiplin diri, dan inisiatif mampu membedakan orang sukses dari mereka yang berprestasi biasabiasa saja, selain kecerdasan akal yang mempengaruhi keberhasilan orang dalam bekerja. Kecerdasan adalah kemampuan menghadapi dan menyesuaikan diri terhadap situasi baru secara cepat dan efektif, kemampuan menggunakan konsep abstrak secara efektif, serta kemampuan memahami pertalian-pertalian dan belajar dengan cepat sekali (Chaplin, 2009).
10
Kecerdasan adalah kemampuan untuk menciptakan produk yang efektif atau penawaran jasa yang bernilai dalam budaya, sekelompok kemampuan yang memungkinkan manusia untuk menyelesaikan masalah dalam kehidupannya serta potensi untuk menemukan atau menciptakan solusi masalah, yang melibatkan pengetahuan-pengetahuan yang baru (Gardner dalam Sariolghalam, Noruzi, dan Rahimi, 2010). Kecerdasan emosional merupakan himpunan kecerdasan sosial untuk mengetahui perasaan sosial yang melibatkan kemampuan pada orang lain, memilah-milah semuanya dan menggunakan informasi ini untuk membimbing pikiran dan tindakan (Shapiro dalam Nadhirin, 2009). Kecerdasan emosional adalah kemampuan yang mengacu pada keterampilan nonkognitif, kemampuan, serta komponen yang mempengaruhi seseorang untuk berhasil dalam tuntutan lingkungan dari tekanan (Arfan Ikhsan Lubis, 2011). Kecerdasan emosional adalah kecerdasan untuk menggunakan emosio sesuai dengan keinginan, kemampuan untuk mengendalikan emosi sehingga memberikan dampak yang positif (Melandy dan Aziza, 2006 dalam Nieke, 2010). Kecerdasan emosional adalah kemampuan merasakan, memahami dan secara efektif menerapkan daya dan kepekaan emosi sebagai sumber energy, informasi, koneksi, dan pengaruh yang manusiawi (Melandy dan Aziza, 2006 dalam Nieke, 2010). Sementara menurut pencipta istilah mendefinisikan “kecerdasan emosional” sebagai kemampuan untuk mengenali perasaan, meraih dan membangkitkan
11
perasaan untuk membantu pikiran, memahami perasaan dan maknanya dan mengendalikan perasaan secara mendalam sehingga membantu perkembangan emosi dan intelektual (Salovey dan Mayer dalam Nieke, 2010). Kelebihan orang yang bekerja dengan kecerdasan emosional tinggi adalah lebih jeli melihat peluang, lebih kreatif memanfaatkan kesempatan, berinisiatif tinggi, pandai bergaul dan bekerja sama, memiliki daya cipta dan komitmen tinggi (Eko J. Santoso, 2012). Mereka yang tidak sadar akan kemampuan-kemampuannya atau yang mempunyai pikiran sesat terhadap dirinya sendiri, biasanya hidup dalam kehampaan atau kekosongan. Harga diri yang positif adalah suatu kualitas yang menggaris bawahi pengembangan batiniah yang dapat menghantarkan kita menuju penghargaan diri dan kesuksesan pribadi. Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa kecerdasan emosional sangat berperan dalam pembentukan watak dan kepribadian seseorang, serta sangat menentukan keberhasilan dan kualitas kehidupannya. Tidak hanya itu, seseorang yang dapat mengelola emosi dirinya akan mudah untuk berinteraksi dengan orang lain. Sebuah penelitian mengungkapkan bahwa kecerdasan emosional dua kali lebih penting dibanding dengan kecerdasan intelektual dalam memberikan kontribusi terhadap kesuksesan seseorang (Maliki, 2009). Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa kecerdasan emosional merupakan kemampuan seseorang untuk memahami emosi sendiri dan emosi orang lain, memotivasi diri, serta menjalin hubungan dengan orang lain.
12
Dalam penelitian ini, dimensi kecerdasan emosional yang dipakai adalah dimensi kecerdasan emosional menurut (Goleman, 2002 dalam Syifa, 2013), secara garis besar Goleman membagi dua kecerdasan emosional, yaitu kompetensi personal (pribadi) yang meliputi pengenalan diri (kesadaran diri), pengendalian diri (pengaturan diri), motivasi diri, dan kompetensi sosial yang terdiri dari empati dan ketrampilan sosial. Jadi lima dimensi atau komponen kecerdasan emosional (EQ) menurut Goleman adalah sebagai berikut: a. Pengenalan diri (Self awareness) Pengenalan diri adalah kemampuan untuk mengetahui apa yang dirasakan dalam dirinya dan menggunakannya untuk memandu pengambilan keputusan diri sendiri, memiliki tolok ukur yang realistis atas kemampuan diri sendiri dan kepercayaan diri yang kuat (Goleman, 2002 dalam Syifa, 2013). b. Pengendalian diri (Self regulation) Pengendalian diri adalah kemampuan seseorang dalam mengendalikan dan menangani emosinya sendiri sedemikian rupa sehingga berdampak positif pada pelaksanaan tugas, memiliki kepekaan pada kata hati, serta sanggup menunda kenikmatan sebelum tercapainya suatu sasaran dan mampu pulih kembali dari tekanan emosi (Goleman, 2002 dalam Syifa, 2013). c. Motivasi (Motivation) Motivasi adalah menggunakan hasrat yang paling dalam untuk menggerakan dan menuntun diri menuju sasaran, membantu pengambilan
13
inisiatif serta bertindak sangat efektif, dan mampu untuk bertahan dan bangkit dari kegagalan dan frustasi (Goleman, 2002 dalam Syifa, 2013). . d. Empati (Empathy) Empati adalah kemampuan merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain, menumbuhkan hubungan saling percaya dan menyelaraskan diri dengan bebagai macam orang (Goleman, 2002 dalam Syifa, 2013). Keterampilan sosial adalah kamampuan untuk memahami emosi dengan baik ketika berhubungan sosial dengan orang lain, mampu membaca situasi jaringan sosial secara cermat, berinteraksi dengan lancar, menggunakan ketrampilan ini untuk mempengaruhi, memimpin, bermusyawarah, menyelesaikan perselisihan, serta bekerja sama dalam tim e. Keterampilan sosial (Social skills) Keterampilan sosial adalah kamampuan untuk menangani emosi dengan baik ketika berhubungan sosial dengan orang lain, mampu membaca situasi jaringan sosial secara cermat, berinteraksi dengan lancar, menggunakan ketrampilan
ini
untuk
mempengaruhi,
memimpin,
bermusyawarah,
menyelesaikan perselisihan, serta bekerja sama dalam tim (Goleman, 2002 dalam Syifa, 2013).
14
Tabel 2.1 Komponen Kecerdasan Emosional Kecakapan Pribadi
Kecakapan Sosial
Menentukan bagaimana kita mengolah
Menentukan bagaimana kita
diri sendiri.
menangani suatu hubungan Empati
Kesadaran diri Mengetahui
kondisi
diri
sendiri, Kesadaran terhadap perasaan,
kesukaan, sumber daya dan intuisi.
kebutuhan, dan kepentingan orang
Kesadaran emosi: mengenali emosi lain. diri sendiri dan efeknya.
Memahami orang lain: mengindra
Penilaian diri secara teliti: mengetahui perasaan dan perspektif orang lain kekuatan dan batas-batas diri sendiri.
dan menunjukan minat aktif terhadap
Percaya diri: keyakinan tentang harga kepentingan mereka. diri dan kemampuan sendiri.
Orientasi pelayanan: mengantisipasi, mengenali dan berusaha memenuhi kebutuhan pelanggan. Mengembangkan orang lain: mengatasi keseragaman, kesadaran politis.
Pengaturan diri Mengelola
kondisi,
Keterampilan sosial implus,
sumberdaya diri sendiri.
dan Kepintaran
dalam
menggugah
tanggapan yang dikehendaki pada
Kendali diri: mengelola emosi dan orang lain. desakan hati yang merusak.
Pengaruh: memiliki taktik untuk
Sifat dapat dipercaya: memelihara melakukan persuasi. norma kejujuran dan integritas.
Komunikasi:
mengirimkan
pesan
15
Kewaspadaan: bertanggung jawab atas yang jelas dan meyakinkan. Kepemimpinan:
kinerja pribadi. Adaptabilitas:
keluwesan
membangkitkan
dalam inspirasi memandu kelompok dan orang lain.
menghadapi perubahan.
Inovasi: mudah menerima dan terbuka Katalisator perubahan: memulai dan terhadap gagasan, pendekatan dan mengelola perubahan. informasi baru.
Manajemen konflik: negosiasi dan
Motivasi
pemecahan silang pendapat.
Kecenderungan emosi yang mengantar Pengikat atau memudahkan peraihan sasaran.
jaringan:
menumbuhkan
hubungan sebagai alat.
Dorongan prestasi: dorongan untuk Kolaborasi
`dan
kooperasi:
menjadi lebih baik dan memenuhi kerjasama dengan orang lain demi tujuan bersama.
standar keberhasilan.
Komitmen: menyesuaikan diri dengan Kemampuan sasaran kelompok atau perusahaan. Inisiatif:
kesiapan
tim:
menciptakan
sinergi.
untuk Kelompok dalam memperjuangkan
memanfaatkan kesempatan.
tujuan.
Optimisme:kegigihan memperjuangkan sasaran kendati ada halangan dan kegagalan. Sumber: Utami (2012).
2. International Financial Reporting Standard (IFRS) Standar Akuntansi Internasional yang lebih dikenal sebagai International Financial Reporting Standard (IFRS), merupakan standar tunggal pelaporan akuntansi yang memberikan tekanan pada penilaian profesional dengan pengungkapan yang jelas dan transparan mengenai substansi ekonomis transaksi,
16
penjelasan hingga mencapai kesimpulan tertentu. Standar ini muncul akibat tuntutan globalisasi yang mengharuskan para pelaku bisnis di suatu negara ikut serta dalam bisnis lintas negara. Untuk itu diperlukan suatu standar internasional yang berlaku sama di semua negara untuk mempermudah proses rekonsiliasi bisnis. Perbedaan utama standar internasional ini dengan standar yang berlaku di Indonesia terletak pada penerapan model revaluasi, yaitu kemungkinan penilaian aktiva menggunakan nilai wajar, sehingga laporan keuangan di sajikan dengan basis ‘true and fair’. IFRS merupakan standar tunggal pelaporan akuntansi berkualitas tinggi dan kerangka akuntansi berbasiskan prinsip yang meliputi penilaian profesional yang kuat dengan pengungkapan yang jelas dan transparan mengenai substansi ekonomis transaksi, penjelasan hingga mencapai kesimpulan tertentu, dan akuntansi terkait transaksi tersebut. Dengan demikian, pengguna laporan keuangan dapat dengan mudah membandingkan informasi keuangan entitas antarnegara di berbagai belahan dunia. a. Sejarah International Financial Reporting Standard (IFRS) Sejarah IFRS cukup panjang dan berliku. Pada 1982, international financial accounting committee (IFAC) mendorong IASC sebagai standar akuntansi global. Hal yang sama dilakukan federasi akuntan eropa pada 1989. Pada 1995, negara-negara Uni Eropa menandatangani kesepakatan untuk menggunakan IAS.
17
Setahun kemudian, US-SEC (Badan Pengawas Pasar Modal AS) berinisiatif untuk mulai mengikuti IAS. Pada 1998 jumlah anggota IFAC/IASC mencapai 140 badan/asosiasi yang tersebar di 101 negara. Akhirnya, pertemuan menteri keuangan negara-negara yang tergabung dalam G-7 dan Dana Moneter Internasional pada 1999 menyepakati dilakukannya penguatan struktur keuangan dunia melalui AS. Pada 2001, dibentuk IASB sebagai IASC. Tujuannya untuk melakukan konvergensi ke IAS dengan kualitas yang meliputi prinsip-prinsip laporan keuangan dengan standar tunggal yang transparan, bisa dipertanggung jawabkan, comparable, dan berguna bagi pasar modal. Pada 2001, IASC, IASB, dan SIC mengadopsi IASB. Pada 2002, FASB dan IASB sepakat untuk melakukan konvergensi standar akuntansi US GAAP dan IFRS. Langkah itu untuk menjadikan kedua standar tersebut menjadi kompatible. Proses yang panjang tersebut akhirnya menjadi apa yang disebut IFRS, yang merupakan suatu tata cara bagaimana perusahaan menyusun laporan keuangannya berdasarkan standar yang bisa diterima secara global. Jika sebuah negara beralih ke IFRS, artinya negara tersebut sedang mengadopsi bahasa pelaporan keuangan. b. Pengertian IFRS IFRS merupakan standar akuntansi internasional yang diterbitkan oleh International Accounting Standard Board (IASB) (Nadhia, 2012). Standar
18
akuntansi ini disusun oleh empat organisasi utama dunia yaitu Badan Standar Akuntansi Internasional (IASB), Komisi Masyarakat Eropa (EC), Organisasi Internasional Pasar Modal (IOSOC), dan Federasi Akuntansi Internasional (IFAC) (Nadhia, 2012). IFRS adalah Standar dasar, Pengertian dan Kerangka Kerja yang diadaptasi oleh Badan Standar Akuntansi Internasional. Sebagian besar standar yang menjadi bagian dari IFRS sebelumnya merupakan International Accounting Standard (IAS) kemudian IASB mengadopsi seluruh IAS dan melanjutkan pengembangan standar yang dilakukan (Natawidyana, 2008). Secara keseluruhan IFRS mencakup: a. International Financial Reporting Standard (IFRS). Standar yang diterbitkan setelah tahun 2001. b. International Accounting Standard (IAS). Standar yang diterbitkan sebelum tahun 2001. c. Interpretations yang diterbitkan oleh International Financial Reporting Interpretations Committee (IFRIC) setelah tahun 2001. d. Interpretations
yang
diterbitkan
Committee (SIC) sebelum tahun 2001
oleh
Standing
Interpretations
19
c. Tujuan IFRS Tujuan IFRS adalah memastikan bahwa laporan keuangan dan laporan keuangan interim perusahaan untuk periode-periode yang dimaksud dalam laporan keuangan tahunan, mengandung informasi berkualitas tinggi yang: 1. Transparan bagi para pengguna dan dapat dibandingkan sepanjang periode yang disajikan 2. Menyediakan titik awal yang memadai untuk akuntansi yang berdasarkan pada IFRS. 3. Dapat dihasilkan dengan biaya yang tidak melebihi manfaat untuk para pengguna. d. Manfaat adopsi IFRS Harmonisasi standar akuntansi dan pelaporan keuangan telah di anggap sebagai suatu hal yang mendesak yang harus dilakukan oleh setiap negara termasuk Indonesia sebagai negara berkembang. “International Financial Reporting Standards”, manfaat utama yang diperoleh dari harmonisasi standar akuntansi dan pelaporan keuangan adalah adanya pemahaman lebih baik atas laporan keuangan oleh pengguna laporan keuangan yang berasal dari berbagai Negara (Marsini Purba, 2010). Hal ini memudahkan perusahaan menjual sahamnya secara lintas negara atau lintas pasar modal. Selain itu memberikan efisiensi dalam penyusunan laporan keuangan yang menghabiskan banyak dana dan sumber dana setiap
20
tahunnya dan juga dapat menambah kepercayaan investor asing terhadap laporan keuangan perusahaan-perusahaan nasional. Membuat perubahan ke IFRS, artinya mengadopsi bahasa pelaporan global, yang akan membuat perusahaan dimengerti oleh pasar dunia. The Big4 Accounting Firm mengatakan bahwa banyak dari perusahaan-perusahaan yang telah mengadopsi IFRS mengalami kemajuan yang signifikan dalam rangka memenuhi maksud mereka memasuki pasar modal dunia. Dengan Indonesia mengadopsi penuh IFRS, laporan keuangan yang dibuat berdasarkan PSAK tidak memerlukan rekonsiliasi signifikan dengan laporan keuangan berdasarkan IFRS. Adopsi penuh IFRS diharapkan memberi manfaat: 1. Memudahkan pemahaman atas laporan keuangan dengan menggunakan SAK yang dikenal secara internasional. 2. Meningkatkan arus investasi global. 3. Menurunkan biaya modal melalui pasar modal global dan menciptakan efisiensi penyusunan laporan keuangan. Kerangka dasar penyusunan laporan keuangan berdasar IFRS: Elemen laporan keuangan: 1. Neraca 2. Laporan laba komprehensif 3. Laporan perubahan ekuitas 4. Laporan arus kas
21
5. Catatan atas laporan keuangan 6. Laporan posisi keuangan pada perioda komparatif Basis pengukuran 1. Biaya perolehan 2. Biaya kini 3. Nilai realisasi dan penyelesaian 4. Nilai sekarang
3. Penelitian Terdahulu Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu Nama
Judul
Nieke H. Widaningrum,
Pengaruh ketersediaan
dkk (2010)
sarana pendidikan dan kecerdasan emosional terhadap tingkat pemahaman IFRS
Hasil Penelitian Hasil dari penelitian ini adalah
bahwa
sarana
pendidikan
dan
kecerdasan
emosional
berpengaruh
signifikan
secara simultan terhadap tingkat pemahaman IFRS
dengan minat sebagai variabel moderating di Fakultas Ekonomi
baik
pada
mahasiswa
maupun dosen. Namun dalam pengujian secara parsial diketahui bahwa
UNSOED
sarana pendidikan hanya
22
terhadap
berpengaruh tingkat
pemahaman
mahasiswa mengenai
akuntansi IFRS
tetapi
tidak
berpengaruh
terhadap
pemahaman
dosen mengenai IFRS. Sarana pendidikan tidak diteliti dalam penelitian ini dikarenakan peneliti percaya
bahwa sarana
pendidikan
pada
perguruan
tinggi
di
semarang relatif sudah memadai. Nadhia Riesti Putri
Pengaruh status
Utami (2012)
perguruan tinggi, status
Hasil dari penelitian ini menunjukkan
bahwa
jenis perguruan tinggi mahasiswa, kecerdasan emosional dan persepsi mahasiswa mengenai
berpengaruh
negatif
tidak signifikan terhadap pemahaman IFRS. Status mahasiswa berpengaruh
kompetensi dosen terhadap pemahaman IFRS pada mahasiswa
positif terhadap
pemahaman
IFRS.
Kecerdasan
emosional akuntansi di kota semarang
signifikan
berpengaruh
negatif tidak signifikan terhadap
pemahaman
23
Persepsi
IFRS. mahasiswa
mengenai
kompetensi
dosen
berpengaruh positif tidak signifikan
terhadap
pemahaman IFRS. Diana Nugraheni dan
Faktor-faktor yang
Ardiani Ika Sulistyawati
mempengaruhi tingkat
Hasil dari penelitian ini menunjukkan hanya ada satu variabel yang tidak
(2012)
pemahaman IFRS
memiliki
pengaruh
signifikan terhadap minat yaitu
kecerdasan
emosional.
Sedangkan
seperti
kecerdasan
intelektual, ketersediaan sarana
pendidikan,
perilaku
belajar,
kepercayaan
dan diri
memiliki
pengaruh
signifikan
terhadap
minat. Mengenai IFRS hasil
penilian
menunjukkan hanya ada satu
variabel
yang
memiliki
pengaruh
signifikan
terhadap
pemahaman IFRS yaitu kecerdasan
intelektual.
24
Dan untuk minat hasil penelitian menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan
terhadap
pemahaman IFRS. Kurniawan (2013)
Tingkat pemahaman mahasiswa terhadap
Hasil dari penelitian ini menunjukan
satu
variabel yang memiliki IFRS
pengaruh
signifikan
terhadap
tingkat
pemahaman
akuntansi
IFRS yaitu minat belajar. Sedangkan
kecerdasan
emosional,
kecerdasan
spiritual,
dan perilaku
belajar tidak
memiliki
pengaruh
signifikan
terhadap
tingkat
pemahaman IFRS. Linda Eva Natalia (2013) Pengaruh ketersediaan sarana pendidikan,
Hasil dari penelitian ini menunjukkan hanya ada satu variabel yang tidak
kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, kepercayaan diri dan
memiliki
pengaruh
signifikan
terhadap
tingkat pemahaman IFRS yaitu kepercayaan diri
perilaku belajar terhadap tingkat pemahaman IFRS
dan satu variabel yang memiliki
pengaruh
25
signifikan mempunyai
tetapi nilai
koefisien
negatif
terhadap
tingkat
pemahaman IFRS yaitu perilaku
belajar.
Sedangkan
seperti
ketersediaan
sarana
pendidikan,
kecerdasan
intelektual,
dan
kecerdasan
emosional
memiliki
pengaruh
signifikan
terhadap
tingkat
pemahaman
IFRS.
B. Kerangka Pemikiran Berdasarkan logika dari pernyataan di atas maka dikembangkan suatu kerangka pemikiran atas penelitian ini, yaitu: 1. Pengenalan
Diri
Berpengaruh
terhadap
Pemahaman
Mahasiswa
terhadap IFRS Pengenalan diri adalah kemampuan untuk mengetahui apa yang dirasakan dalam dirinya dan menggunakannya untuk memandu pengambilan keputusan diri sendiri, memiliki tolok ukur yang realistis atas kemampuan diri sendiri dan
26
kepercayaan diri yang kuat (Goleman, 2002 dalam Syifa, 2013). Pengenalan diri menyertakan kemampuan seseorang menguasai reaksi pada berbagai peristiwa, tantangan, bahkan orang-orang tertentu. Pengenalan diri yang tinggi akan dapat memungkinkan
seseorang
untuk
melihat
dan
meneliti
tindakan
yang
dilakukannya. Dengan tidak mempunyai pengenalan diri yang tinggi, seseorang tidak memiliki informasi yang memadai untuk dapat mengambil keputusan yang efektif. Pada tahap ini memerlukan pemantauan perasaan dari waktu ke waktu agar timbul pemahaman tentang diri. H1 : Pengenalan diri berpengaruh terhadap tingkat pemahaman mahasiswa terhadap IFRS. 2. Pengendalian Diri Berpengaruh terhadap Pemahaman Mahasiswa terhadap IFRS Pengendalian diri adalah kemampuan seseorang dalam mengendalikan dan menangani emosinya sendiri sedemikian rupa sehingga berdampak positif pada pelaksanaan tugas, memiliki kepekaan pada kata hati, serta sanggup menunda kenikmatan sebelum tercapainya suatu sasaran dan mampu pulih kembali dari tekanan emosi (Goleman, 2002 dalam Syifa, 2013). Mengelola emosi berarti memahaminya, lalu menggunakan pemahaman tersebut untuk menghadapi situasi secara produktif, bukannya menekan emosi dan menghilangkan informasi berharga yang disampaikan oleh emosi kepada diri sendiri.
27
Mengelola emosi berarti menangani perasaan agar perasaan dapat terungkap dengan tepat, hal ini merupakan kecakapan yang sangat bergantung pada kesadaran diri. Emosi dikatakan berhasil dikelola apabila mampu menghibur diri ketika tertimpa kesedihan, dapat melepas kecemasan, kemurungan atau ketersinggungan dan bangkit kembali dengan cepat dari semua itu. H2 : Pengendalian diri berpengaruh terhadap tingkat pemahaman mahasiswa terhadap IFRS. 3. Motivasi Berpengaruh terhadap Pemahaman Mahasiswa terhadap IFRS Motivasi adalah menggunakan hasrat yang paling dalam untuk menggerakan dan menuntun diri menuju sasaran, membantu pengambilan inisiatif serta bertindak sangat efektif, dan mampu untuk bertahan dan bangkit dari kegagalan dan frustasi (Goleman, 2002 dalam Syifa, 2013). Selain itu motivasi juga berarti daya pendorong yang mengakibatkan seseorang anggota organisasi mau dan rela untuk mengerahkan kemampuan dalam
bentuk keahlian dan ketrampilan tenaga dan waktunya
untuk
menyelenggrakan berbagai kegiatan yang menjadi tanggung jawabnya dan menunaikan kewajibannya, dalam rangka pencapaian tujuan dan berbagai sasaran organisasi yang telah ditentukan sebelumnya. H3 : Motivasi berpengaruh terhadap tingkat pemahaman mahasiswa terhadap IFRS.
28
4. Empati Berpengaruh terhadap Pemahaman Mahasiswa terhadap IFRS Empati adalah kemampuan merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain, menumbuhkan hubungan saling percaya dan menyelaraskan diri dengan bebagai macam orang (Goleman, 2002 dalam Syifa, 2013). Menjadi pendengar yang baik tidak berarti harus setuju dengan apapun yang kita dengar. Keuntungan dari memahami orang lain adalah kita lebih banyak pilihan tentang cara bersikap dan memiliki peluang lebih baik untuk H4 : Empati berpengaruh terhadap tingkat pemahaman mahasiswa terhadap IFRS. 5. Keterampilan
sosial
Tidak
Berpengaruh
terhadap
Pemahaman
Mahasiswa terhadap IFRS Keterampilan sosial adalah kamampuan untuk menangani emosi dengan baik ketika berhubungan sosial dengan orang lain, mampu membaca situasi jaringan sosial secara cermat, berinteraksi dengan lancar, menggunakan ketrampilan ini untuk mempengaruhi, memimpin, bermusyawarah, menyelesaikan perselisihan, serta bekerja sama dalam tim (Goleman, 2002 dalam Syifa, 2013). Tanpa komunikasi, entah itu bahasa isyarat, bahasa tubuh, atau percakapan tatap muka, tidak akan ada pertalian sehingga tidak ada hubungan interpersonal yang terjadi. H5 : Keterampilan sosial tidak berpengaruh terhadap tingkat pemahaman mahasiswa terhadap IFRS. Dari uraian tersebut, untuk menggambarkan pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen, dikemukakan suatu kerangka pemikiran teoritis
29
mengenai Pengaruh Pengenalan diri, Pengendalian diri, Motivasi, Empati, dan Keterampilan sosial Terhadap tingkat Pemahaman Mahasiswa Terhadap IFRS dapat dilihat pada gambar 2.1.
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Pengenalan Diri (X1) Pengendalian Diri (X2) Motivasi (X3)
Tingkat Pemahaman International Financial Reporting Standard (IFRS)
(Y) Empati (X4) Keterampilan Sosial (X5)
C. Hipotesis H1 : Pengenalan diri berpengaruh terhadap tingkat pemahaman mahasiswa terhadap IFRS. H2 : Pengendalian diri berpengaruh terhadap tingkat pemahaman mahasiswa terhadap IFRS. H3 : Motivasi berpengaruh terhadap tingkat pemahaman mahasiswa terhadap IFRS. H4 : Empati berpengaruh terhadap tingkat pemahaman mahasiswa terhadap IFRS.
30
H5 : Keterampilan sosial tidak berpengaruh terhadap tingkat pemahaman mahasiswa terhadap IFRS.