BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS
2.1
Kajian Pustaka
2.1.1
Budaya Organisasi
2.1.1.1 Pengertian Budaya Menurut Alisyahbana dalam Supartono (2004:31) budaya merupakan manifestasi dari cara berfikir, sehingga menurutnya pola kebudayaan itu sangat luas sebab semua tingkah laku dan perbuatan, mencakup di dalamnya perasaan karena perasaan juga merupakan maksud dari pikiran. Kemudian
Peruci
dan
Hamby
dalam
Tampubolon
(2004:184)
mendefinisikan budaya adalah ...segala sesuatu yang dilakukan, dipikirkan, dan diciptakan oleh manusia dan masyarakat, serta termasuk pengakumulasian sejarah dari objek-objek atau perbuatan yang dilakukan sepanjang waktu.
2.1.1.2 Pengertian Organisasi Organisasi menurut Robbins (2001:4) diartikan sebagai suatu unit (satuan) sosial yang dikoordinasikan dengan sadar, yang terdiri dari dua orang atau lebih, yang berfungsi atas dasar yang relatif terus menerus untuk mencapai suatu tujuan atau serangkaian tujuan bersama.
14
15
2.1.1.3 Pengertian Budaya Organisasi Sondang Siagian (2012:27) menjelaskan bahwa budaya organisasi adalah suatu sistem nilai dan keyakinan bersama yang dianut oleh semua pihak yang harus berinteraksi dalam rangka pencapaian tujuan. Budaya organisasi memiliki peran dalam menentukan struktur sebagi operasional yang membuahkan normanorma perilaku. Tunstal (1983) dalam Wirawan (2007) mendefinisikan budaya organisasi adalah : “Suatu kepercayaan, kebiasaan, nilai, norma perilaku, dan cara melakukan bisnis yang unik bagi setiap organisasi yang mengatur pola aktivitas dan tindakan organisasi, serta melukiskan pola implisit, perilaku, dan emosi yang muncul yang menjadi karakteristik dalam organisasi.” Elridge dan Crombie dalam Wirawan (2007) menyatakan bahwa budaya organisasi adalah ...konfigurasi unik dari norma, nilai, kepercayaan, dan cara-cara berperilaku yang memberikan karakterisitk cara kelompok dan individu bekerja sama untuk menyelesaikan tugasnya. Robbins (2005) dalam Nevizond Chatab (2007:10) mendefinisikan budaya organisasi adalah: ...suatu sistem dan makna/arti bersama yang dianut oleh para anggotanya yang membedakan organisasi dari organisasi lainnya. Gibson, et al (2009:30) dalam Pradana (2013) bahwa Organizational culture is what the employees perceive and how this perception creates a pattern of beliefs, value, and expectation.
16
Definisi budaya organisasi menurut Jerrald Greenberg (2011:561) dalam Carolina (2014) Organizatinal culture as a cognitive framework consisting attitudes, values, behavioral norms, and expectations shared by organization members, a set of basic assumption shared by member of an organization. Menurut Luthans (2011:71) dalam Ristiawan (2015) sebagai berikut: “A pattern of basic assumptions-invented, discovered, or developed by a given group as it learns to cope with its problems of external adaptation and internal integration-that has worked well enough to be considered valuable and, therefore, to be taught to new members as the correct way to perceive, think, and feel in relation to those problems.” Ivancevich, et al. (2005:313) yang dialihbahasakan oleh Dharma Yuwono, bahwa: “Budaya organisasi sebagai suatu sistem nilai, keyakinan, norma yang meresap yang ada di organisasi. Budaya organisasi dapat mendorong atau melemahkan keefektifan, organisasi tergantung dasar nilai, keyakinan dan norma.” Robbins & Judge (2009:585) dalam Raspati (2015) bahwa budaya organisasi adalah A system of shared meaning help by members that distinguishes the organization from other organization.” Jadi kesimpulan dari penulis menyatakan dalam budaya organisasi terdapat asumsi dasar yang dapat berfungsi sebagai pedoman bagi anggota maupun kelompok dalam organisasi untuk berperilaku dan pedoman dalam mengatasi masalah integrasi internal dan adaptasi eksternal, dapat diatasi dengan asumsi dasar keyakinan yang dianut bersama anggota organisasi yang berfungsi untuk menciptakan pembedaan yang jelas antara satu organisasi dengan organisasi lainnya, menciptakan rasa identitas bagi para anggota organisasi, mempermudah timbulnya komitmen kolektif terhadap organisasi, meningkatkan kemantapan
17
sosial, serta menciptakan mekanisme pembuat makna dan kendali, yang membantu membentuk sikap dan perilaku para anggota organisasi.
2.1.1.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Budaya Organisasi Ada beberapa faktor yang mempengaruhi terbentuknya budaya organisasi menurut Mondy & Noe (2005:23) yang dialihbahasakan oleh Wijanarko, yaitu: 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Komunikasi Motivasi Karakteristik organisasi Proses-proses administratif Struktur organisasi Gaya manajemen
Faktor-faktor yang mempengaruhi budaya organisasi tersebut di atas dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Komunikasi Komunikasi yang efektif dalam perusahaan mempunyai dampak yang positif terhadap budaya organisasi dalam suatu perusahaan. Dengan komunikasi efektif, manajer dapat melakukan sosialisasi tujuan dan misi perusahaan, penyampaian peraturan perusahaan, dan memberitahu kebijakan-kebijakan yang ditetapkan. Pola komunikasi yang terjadi dalam perusahaan menciptakan suatu pola tungkah laku karyawan dalam hubungan antara atasan dan bawahan, misalnya sejauhmana informasi dapat disebarkan dalam organisasi. 2. Motivasi Upaya-upaya manajemen memotivasi karyawannya juga membentuk budaya tersendiri dalam budaya organisasi suatu perusahaan, apakah karyawan selalu dimotivasi oleh uang, bagaimana perusahaan memandang keras karyawan, atau
18
sejauh mana perusahaan memperhatikan lingkungan kerja. Bagaimana perusahaan memotivasi karyawan untuk menunjukan bagaimana perusahaan memandang sumber daya manusia yang ada di perusahaan itu, yang selamjutnya akan mempengaruhi berbagai kebijakan sumber daya manusia. 3. Karakteristik organisasi Karakteristik organisasi juga mempengaruhi budaya organisasi, ukuran dan kompleksitas organisasi akan menentukan tingkat spesialisasi dan hubungan personal yang selanjutnya mempengaruhi tingkatan otoritas pengambilan keputusan, kebebasan tanggung jawab dan proses komunikasi yang terjadi. 4. Proses-proses administratif Proses-proses administratif melalui proses pemberian penghargaan kepada karyawan yang berprestasi, toleransi terhadap konflik, dan kinerja kelompok yang terjadi. Proses-proses ini akan mempengaruhi budaya, karena akan menunjukan individu bagaimana yang dipandang berhasil dalam perusahaan. Bagaimana
perusahaan
memandang
prestasi
karyawan,
perusahaan
memandang konflik, dan apakah perusahaan menekankan kerja kelompok atau individu. 5. Struktur organisasi Struktur mungkin kaku atau fleksibel, selain itu dalam organisasi mungkin terjadi sentralisasi dan konfirmasi tinggi ataupun rendah. Semuanya ini akan memepengaruhi budaya organisasi. Dalam struktur yang kaku dan konfornitas yang tinggi, akan berlaku kebiasaan untuk menghindari sesuatu yang tidak pasti, dan segala sesuatunya harus dibuat dengan aturan tertulis. Dalam struktur
19
yang fleksibel dan konfornitas yang tinggi, mungkin karyawan lebih dibiasakan untuk menghadapi ketidak pastian secara kreatif dan mandiri. 6. Gaya manajemen Berkaitan dengan kepemimpinan, gaya manajemen juga memepengaruhi budaya
organisasi.
Dalam
hal
ini
bagaimana
proses
perencanaan,
pengorganisasian, kegiatan memimpin, serta pengendalian yang dilakukan akan mencerminkan gaya manajemen yang berlaku di perusahaan itu.
2.1.1.5 Fungsi Budaya Organisasi Fungsi budaya dalam organisasi merupakan kunci untuk mencapai komitmen, kinerja dan kemampuan menghasilkan laba dari para anggota organisasi. Menurut Robbins (2006:721) yang dialihbahasakan oleh Benyamin Molan, yaitu: 1. Memberikan batasan peran yang menciptakan perbedaan antara budaya organisasi yang satu dengan yang lain. 2. Memberikan identitas bagi anggota organisasi. 3. Membangun komitmen. 4. Meningkatkan stabilitas sistem sosial. 5. Sebagai mekanisme pembuat makna dan kendali yang mempermudah dan membentuk sikap serta perilaku karyawan. Budaya organisasi membentuk perilaku manusia di dalam organisasi. Karena budaya sangat kuat pengaruhnya terhadap perilaku manajer di tiap tingkat organisasi, maka budaya juga sangat mempengaruhi stabilitas organisasi untuk mengubah arah strategisnya. Budaya yang kuat tidak hanya dapat membantu
20
kelangsungan hidup, tetapi juga menciptakan dasar bagi posisi bersaing yang superior.
2.1.1.6 Karakteristik Budaya Organisasi Karakteristik budaya organisasi meliputi cara-cara bertindak, nilai-nilai yang dijadikan landasan untuk bertindak, upaya pimpinan memperlakukan bawahan sampai pada upaya pemecahan masalah yang terjadi di lingkungan organisasi, bagaimana sebuah organisasi dalam mencapai sasaran tujuan organisasinya sangat tergantung pada dinamika organisasinya. Berikut adalah karaketeristik budaya organisasi menurut Denison, et al. (2012:14): 1. Mission is a characterization of organization’s aims and directions of a strategic development, based on the concept which has been developed by the organization and is future-oriented. Mission – by vision, goals and objectives, and strategic direction. 2. Involvement is a state during which the employees feel that their activity is tightly linked with the goals of organization, that they have been empowered, that team work is to be valued and the priority is given to the development of employees’ capabilities. Involvement is characterized by such indices as empowerment, team orientation, capability development. 3. Adaptability is a state within the frame of which the organization flexibly responds to costumers’ requirements, takes risks, learns from their own mistakes and is ready for changes. Adaptability – by creating change, focus on the customer, organizational learning. 4. Consistency is the high level of integration and coordination. Consistency – by core values, agreement, coordination and integration.
21
Karakteristik budaya organisasi tersebut di atas dapat diartikan sebagai berikut: 1. Misi (Mission) Sejauh mana organisasi dan anggotanya mengetahui arah tujuannya, bagaimana mereka akan kesana, dan bagaimana setiap individu dapat berkontribusi untuk keberhasilan organisasi. Adapun pengukurannya, antara lain: a. Arah strategi (Strategic direction) yaitu strategi yang jelas memberikan makna, tujuan, dan arah. b. Tujuan dan Sasaran (Goals and Objectives) yaitu tujuan jangka pendek tertentu yang membantu setiap karyawan melihat bagaimana kegiatan sehari-hari terhubung pada visi dan strategi. c. Visi (Vision) yaitu mencakup inti nilai-nilai jangka panjang dan menangkap isi hati dan pikiran orang-orang dalam organisasi, sambil memberikan bimbingan dan arah. 2. Keterlibatan (Involvement) Tingkat dimana individu/karyawan di semua fungsi organisasi didorong oleh perusahaan dalam berkomitmen pada pekerjaan mereka dan membangun serta tanggung jawab untuk terlibat dalam mencapai misi dan bekerja sama untuk memenuhi tujuan organisasi. Keterlibatan inipun, dinyatakan bahwa karyawan pada semua level akan merasakan bahwa mereka memberikan suatu kontribusi bagi kemajuan atau pencapaian tujuan organisasi.
22
Adapun pengukurannya, antara lain: a. Pemberdayaan (Empowerment) yaitu individu memiliki wewenang, inisiatif, dan kemampuan untuk mengelola pekerjaan mereka sendiri sehingga menciptakan rasa kepemilikan dan tanggung jawab terhadap organisasi. b. Orientasi tim (Team orientation) yaitu kerja sama tim yang selalu didorong sehingga ide-ide kreatif yang ditangkap dan dukungan karyawan satu sama lain dalam menyelesaikan pekerjaan. c. Pengembangan kemampuan (Capability development) yaitu investasi dalam pengembangan keterampilan karyawan agar tetap kompetitif dan memenuhi kebutuhan bisnis yang sedang berlangsung yang dipraktikan dengan berbagai cara, termasuk pelatihan, pembinaan, dan memberikan peran dan tanggung jawab baru. 3. Adaptabilitas (Adaptability) Suatu organisasi yang dapat beradaptasi, memiliki kemampuan untuk menerjemahkan permintaan pasar terhadap aksi. Mereka mengambil risiko serta memiliki kapabilitas dan pengalaman dalam menciptakan perubahan. Adapun pengukurannya, antara lain: a. Menciptakan perubahan (Creating change) yaitu mampu menciptakan caracara adaptif untuk memenuhi perubahan kebutuhan. Hal ini dapat berupa membaca lingkungan bisnis, bereaksi dengan cepat dengan tren saat ini, dan mengantisipasi perubahan masa depan.
23
b. Fokus pelanggan (Focus on the customer) yaitu organisasi memahami dan bereaksi terhadap pelanggan dan mengantisipasi kebutuhan masa depan pelanggan. c. Pembelajaran organisasi menerima,
(Organizational
menerjemahkan,
serta
learning)
yaitu organisasi
menginterpretasikan
sinyal
dari
lingkungan sebagai suatu pendorong akan adanya inovasi peningkatan pengetahuan serta pengembangan kapabilitas. 4. Konsistensi (Consistency) Tingkat konsistensi organisasi dalam mengembangkan pola pikir mengenai “lakukan” dan “tidak lakukan”. Dalam komponen konsistensi ini, perilaku yang ada didasari pada nilai dasar organisasi, atasan dan bawahan mampu mencapai suatu kesepakatan walau berdasarkan pada sudut pandang yang berbeda, serta kegiatan organisasi yang berjalan secara terkoordinasi. Adapun pengukurannya, antara lain: a. Nilai inti (Core values) yaitu seperangkat nilai-nilai yang menciptakan rasa identitas yang kuat dan membantu karyawan dan pemimpin membuat keputusan yang konsisten dan berperilaku secara konsisten. b. Kesepakatan (Agreement) yaitu tingkat kesepakatan diantara perbedaan dan dapat mendamaikan perbedaan tersebut. c. Koordinasi dan Integrasi (Coordination and Integration) yaitu fungsi dan unit organisasi yang berbeda-beda mampu bekerja sama dengan baik untuk mencapai tujuan bersama.
24
Selain itu, Robbins & Judge (2009:585) mengemukakan: 1. Innovation and Risk Taking The degree to which employees are encourage to be innovative and take risk. 2. Attention to detail The degree to which employees are expected to exhibit precision, analysis, and attention to detail. 3. Outcome orientation The degree to which management focuses on results or outcomes rather than on the techniques and processes used to achieve these outcomes. 4. People orientation The degree to which management decision take into considerations the effect of outcomes on people within the organisation. 5. Team orientation The degree to which work activities are organized around teams rather than individuals 6. Aggressiveness The degree to which people are aggressive and competitive rather than easygoing. 7. Stability The degree to which organisational activities emphasise maintaining the status quo in contrast to growth. Karakteristik-karakteristik budaya organisasi tersebut di atas dapat dijartikan sebagai berikut: 1. Inovasi dan Pengambilan Risiko Sejauh mana para karyawan didorong agar inovatif, dan mengambil risiko. 2. Perhatian kerincian Sejauh mana para karyawan diharapkan memperlihatkan presisi (kecermatan) analisis, dan perhatian terhadap detail. 3. Orientasi hasil Sejauh mana manajemen memusatkan perhatian pada hasil bukannya pada teknik dan proses yang digunakan untuk mencapai hasil itu.
25
4. Orientasi orang Sejauh mana keputusan manajemen memperhitungkan efek hasil-hasil pada orang-orang di dalam organisasi itu. 5. Orientasi tim Sejauh mana kegiatan kerja di organisasikan berdasar tim, bukannya berdasar individu. 6. Agresivitas Sejauh mana orang-orang itu agresif dan kompetitif dan bukannya santaisantai. 7. Kemantapan Sejauh mana kegiatan organisasi menekankan dipertahankannya status quo bukannya pertumbuhan. Karakteristik budaya organisasi tersebut di atas menekankan budaya organisasi ini lebih ditentukan oleh individu itu sendiri untuk penerapannya dalam budaya organisasi agar menjadi lebih baik. Menurut penulis, dilihat dari penjabarannya, karakteristik ini lebih cocok untuk perusahaan yang mempunyai budaya organisasi bertipe budaya wirausaha karena menuntut untuk bersikap inovatif dan kreatif serta mau mengambil risiko.
26
2.1.1.7 Pembentukan Budaya Organisasi Menurut Robbins (2003) budaya organisai dapat dibentuk melalui beberapa cara, cara tersebut biasanya melalui beberapa tahap yaitu: 1) Sesorang (pendiri) mempunyai sejumlah ide atau gagasan tentang suatu pembentukan organisasi baru. 2) Pendiri membawa satu atau lebih orang-orang kunci yang merupakan pemikir dan membentuk sebuah kelompok inti yang mempunyai visi yang sama dengan pendiri. 3) Kelompok tersebut memulai serangkaian tindakan untuk menciptakan sebuah organisasi. Mengumpulkan dana, menentukan jenis dan tempat usaha dan lain-lain mengenai suatu hal yang relevan. 4) Langkah terakhir yaitu orang-orang lain dibawa masuk kedalam organisasi untuk berkarya bersama-sama dengan pendiri dan kelompok inti dan pada ahirnya memulai sebuah pembentukan sejarah bersama. Setiap perusahaan mempunya budaya yang berbeda, tergantung dari apa yang dianut oleh pemimpin kerika membentuk organisasi tersebut. Budaya dapat bersifat kuat atau lemah, selain itu ada juga budaya yang sala dan sulit diubah, semua itu tergantung pada saat komitmen yang ingin dicapai dalam mendirikan organisasi.
Budaya organisasi banyak berpengaruh pada pola perilaku dalam bidang (Schein, 1985) 1. Niali-nilai perusahaan (masalah baik-buruk, masalah etika). 2. Suasana organisasi (bagaimana orang merasa dan beraksi). 3. Gaya kepemimpinan (dalam melakukan wewenang).
2.1.2
Kualitas Sistem Informasi Akuntansi
2.1.2.1 Pengertian Sistem Sistem pada dasarnya merupakan sekumpulan objek yang bekerja bersama-sama menghasilkan metode, prosedur, teknik yang digabungkan dan diatur sedemikian rupa sehingga menjadi suatu kesatuan yang berfungsi untuk mencapai suatu tujuan.
27
Sistem menurut Romney dan Steinbart
yang dialihbahasakan oleh
Fitrianasari dan Kwary (2004:2) menyatakan: “Sistem adalah rangkaian dari dua atau lebih komponen-komponen yang saling berhubungan, yang berinteraksi untuk mencapai suatu tujuan. Sistem hampir selalu terdiri dari beberapa subsistem kecil, yang masingmasing melakukan fungsi khusus yang penting untuk mendukung sistem yang lebih besar.” Sistem menurut Jogiyanto (2008, 34) adalah …kumpulan komponen yang saling berhubungan yang membentuk satu kesatuan untuk mencapai tujuan tertentu.” Sistem menurut Azhar Susanto (2013, 22) adalah ...kumpulan/group dari bagian/komponen apapun baik phisik ataupun non phisik yang saling berhubungan satu sama lain dan bekerja sama secara harmonis untuk mencapai satu tujuan tertentu.” Definisi sistem menurut Hall (2008:5): “A System is a group of two or more interrelated components or subsystems that serve a common purpose.” Sementara itu, menurut Prajudi dalam Sutabri (2004:10) sistem adalah: ... Suatu sistem terdiri dari atas objek-objek, unsur-unsur, atau komponen-kompenen yang berkaitan dan berhubungan satu sama lainnya sedemikian rupa sehingga unsur-unsur tersebut merupakan suatu kesatuan pemrosesan atau pengolahan yang tertentu. Dari beberapa definisi sistem di atas dapat disimpulkan bahwa sistem adalah
komponen-komponen
yang
saling
bekerjasama
dan
berinteraksi
membentuk kesatuan sehingga tujuan serta sasaran sistem dapat tercapai.
28
2.1.2.2 Karakteristik Sistem Model sistem terdiri dari input, proses, output. Konsep sistem ini sederhana, mengingat sebuah sistem dapat mempunyai beberapa masukan dan keluaran sekaligus. Selain itu, sebuah sistem memiliki karakteristik atau sifat-sifat tertentu. Karakteristik sistem menurut Jogiyanto (2005:54) menyatakan bahwa karakteristik sistem antara lain: 1. Suatu sistem mempunyai komponen-komponen sistem (components) atau subsistem-subsitem. 2. Suatu sistem mempunyai batas sistem (boundary). 3. Suatu sistem mempunyai lingkungan luar (environment) 4. Suatu sistem mempunyai penghubung (interface). 5. Suatu sistem mempunyai tujuan (goal)
Menurut Sutabri (2004:12) karakteristik sistem terdiri dari: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Komponen sistem (Components) Batasan sistem (Boundary) Lingkungan luar sistem (Environment) Penghubung sistem (Interface) Masukan sistem (Input) Keluaran sistem (Output) Pengolahan sistem (Process) Sasaran sistem (Objective) Karakteristik sistem tersebut di atas diuraikan sebagai berikut:
1. Komponen sistem (components) Suatu sistem terdiri dari sejumlah komponen yang saling berinteraksi, yang bekerja sama membentuk suatu kesatuan. 2. Batasan sistem (boundary) Ruang lingkup sistem merupakan daerah yang membatasi antara sistem dengan sistem lainnya atau sistem dengan lingkungan luarnya.
29
3. Lingkungan luar sistem (environment) Lingkungan luar sistem yaitu bentuk apapung yang ada di luar ruang lingkup atau batasan sistem yang mempengaruhi operasi sistem yang mempengaruhi operasi sistem. 4. Penghubung sistem (interface) Penghubung sistem yaitu sebagai media yang menghubungkan sistem denga subsistem lain. 5. Masukan sistem (input) Energi yang dimasukkan ke dalam sistem yang dapat berupa pemeliharaan (maintenance input) dan sinya (signal input). 6. Keluaran sistem (output) Hasil dari energi yang diolah dan diklasifikasikan menjadi keluaran yang berguna. 7. Pengolah sistem (process) Suatu sistem dapat mempunyai suatu proses yang akan mengubah masukan menjadi keluaran. 8. Sasaran sistem (objective) Suatu sistem memiliki tujuan dan sasaran yang pasti yang bersifat deterministik. Dari karakteristik sistem, dapat disimpulkan bahwa suatu sistem harus memiliki sifat-sifat yang mencirikan suatu sistem sehingga dapat dikembangkan menjadi suatu kerangka terpadu untuk melaksanakan kegiatan dalam suatu organisasi.
30
2.1.2.3 Pengertian Sistem Informasi Definisi sistem informasi menurut Sutedjo (2002:14) adalah sebagai kumpulan elemen yang saling berhubungan satu sama lain yang memberntuk satu kesatuan untuk mengintegrasikan data, memproses, dan menyimpan, serta mendistribusikan informasi. SI merupakan kesatuan elemen-elemen yang saling berinteraksi secara sistematis dan teratur untuk menciptakan dan membentuk aliran informasi yang akan mendukung pembuatan keputusan dan melakukan kontrol terhadap jalannya perusahaan. Adapun pengertian sistem informasi menurut Susanto (2005:55) adalah: ... Kumpulan dari sub-sub sistem baik fisik maupun non fisik yang saling berhubungan satu sama lain dan bekerja sama secara harmonis untuk mencapai satu tujuan yaitu mengolah data menjadi informasi yang berguna.” Bodnar dan Hopwood (2010:3) mengungkapkan bahwa sistem informasi mengarah pada penggunaan teknologi didefinisikan sebagai berikut: “A computer based information system is a collection of computer hardware and software designed to transform data into useful information.” Sistem informasi menurut Laudon yang diterjemahkan oleh Sungkono dan Eka (2008:15) adalah: ... Komponen-komponen yang saling berhubungan dan bekerjasama untuk mengumpulkan, memproses, menyimpan dan menyebarkan informasi untuk mendukung pengambilan keputusan, koordinasi, pengendalian dan untuk memberikan gambaran aktivitas dalam perusahaan. Dari pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa sistem informasi merupakan kerangka kerja organisasi dalam menghasilkan informasi yang
31
bermanfaat dan berguna bagi manajemen dalam mengambil keputusan yang objektif sehingga hasilnya sesuai dengan sasaran yang diharapkan.
2.1.2.4 Komponen Sistem Informasi Sistem informasi menerima sumber data sebagai input dan memprosesnya sebagai informasi sebagai outputnya. Komponen yang terlibat di dalam sistem informasi mendayagunakan agar sistem informasi mencapai tujuan. Komponen-komponen sistem informasi menurut Susanto (2004:61) adalah: 1. Perangkat keras (hardware) Perangkat keras (hardware) merupakan peralatan phisik yang dapat digunakan untuk megumpulkan, memasukkan, memproses, menyimpan, dan mengeluarkan hasil pengolahan data dalam bentuk informasi. 2. Perangkat lunak (software) Perangkat lunak (software) merupakan kumpulan dari program-program yang digunakan untuk menjalankan komputer. 3. Manusia (brainware) Manusia (brainware) merupakan sumber daya yang terlibat dalam pembuatan sistem informasi, pengumpulan, dan pengolahan data, pendistribusian dan pemanfaatan informasi yang dihasilkan oleh sistem informasi tersebut. 4. Basis data (database) Basis data (database) merupakan kumpulan data-data yang tersimpan di dalam media penyimpanan di suatu perusahaan (arti luas) atau di dalam komputer (arti sempit). 5. Prosedur (procedure) Prosedur (procedure) merupakan rangkaian aktivitas atau kegiatan yang dilakukan secara berulang-ulang dengan cara yang sama. 6. Jaringan komunikasi (communication network) Jaringan komunikasi (communication network) merupakan kumpulan hardware dan software yang sesuai (compitable) yang disusun untuk mengkomunikasikan berbagai macam informasi dari satu lokasi ke lokasi yang lain.
32
Komponen-komponen menurut O’Brien yang dialihbahasakan oleh Fitrianasari dan Kwary (2005:35) adalah sebagai berikut: 1. Manusia Manusia meliputi pemakai akhir dan pakar sistem informasi. Para pakar antara lain: sistem analisis, pembuat software, operator sistem. Pemakai akhir yaitu orang-orang lainnya yang menggunakan sistem informasi. 2. Hardware Hardware terdiri dari mesin dan media. Mesin antara lain: komputer, monitor video, disk drive magnetis, printer, pemindai optikal. Media antara lain: ploppy disk magnetic tape, disk optical, kartu plastik, dan formulir kertas. 3. Software Software meliputi baik program maupun prosedur. Program-program antara lain: program sistem operasi, program spreadsheet, program word processing, program penggajian. Prosedur antara lain: prosedur entry data, prosedur untuk memperbaiki kesalahan, prosedur pendistribusian cek gaji. 4. Data Data meliputi dasar data dan pengetahuan. Data dan pengetahuan antara lain: deskripsi produksi, catatan pelanggan, file kepegawaian, database persediaan. 5. Jaringan komunikasi Jaringan meliputi media komunikasi jaringan antar media komunikasi, pemroses komunikasi, software untuk akses dan pengendalian jaringan.
Dari penjelasan komponen-komponen di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa sistem informasi bergantung pada sumber daya manusia, hardware, software, data, serta jaringan untuk melakukan input, pemrosesan output, penyimpanan, dan aktivitas pengendalian yang mengubah sumber daya data menjadi produk informasi.
33
2.1.2.5 Pengertian Sistem Informasi Akuntansi Akuntansi merupakan bahasa bisnis yang menyediakan cara untuk menyajikan dan meringkas kejadian bisnis dalam bentuk informasi keuangan. Sistem informasi akuntansi dapat digunakan untuk mengambil keputusan yang tepat dalam berbagai situasi. Menurut Bodnar dan Hopwood (2010:1) pengertian sistem informasi akuntansi adalah: “An accounting information system is a collection of resource, such as people and equipment, design to transform financial and other data into information.” Kutipan di atas dapat diartikan bahwa sistem informasi akuntansi adalah kumpulan sumber-sumber daya, seperti manusia dan peralatan, yang dirancang untuk mengubah data keuangan dan data lainnya menjadi informasi. Definisi sistem informasi akuntansi menurut Azhar Susanto (2008:72) adalah Sebagai kumpulan (integrasi) dan sub-sub sistem baik fisik maupun non fisik yang saling berhubungan dan bekerja satu sama lain secara harmonis untuk mengolah data transaksi yang berkaitan mengenai masalah keuangan menjadi informasi keuangan. Menurut Bodnar dan William (2000:1) Sebagai komponen sumber daya yang digunakan untuk mengolah data menjadi informasi yang berguna” Definisi sistem informasi akuntansi menurut Jogiyanto (2005:227) adalah sistem informasi yang merubah data transaksi bisnis menjadi informasi keuangan yang berguna bagi pemakainya.”
34
Definisi sistem informasi akuntansi menurut Widjajanto (2001:4) menjelaskan bahwa: Sistem informasi akuntansi adalah susunan berbagai dokumen, alat komunikasi, tenaga pelaksana, dan berbagai laporan yang didesain untuk mentransformasikan data keuangan menjadi informasi keuangan.” Berdasarkan definisi-definisi sistem informasi akuntansi diatas dapat ditarik bahwa sistem informasi akuntansi merupakan unsur-unsur seperti sumber daya manusia, perlatan yang didesain untuk mengubah data keuangan menjadi informasi keuangan. Dan informasi tersebut berguna dasar
pengambilan
keputusan
dalam
bagi organisasi sebagai
merencanakan,
mengelola,
dan
mengendalikan organisasi.
2.1.2.6 Fungsi Sistem Informasi Akuntansi Manajemen memperoleh informasi yang dioperlukan dengan adanya sistem informasi akuntansi, dimana manajemen mengetahui segala sesuatu yang terjadi dalam perusahaan. Fungsi dan sistem informasi akuntansi membantu manajemen untuk mengambil keputusan dalam mencpai tujuan perusahaan. Menurut Romney dan Steinbart yang diterjemahkan oleh Fitrianasari dan Kwary (2004:3), fungsi dari sistem informasi akuntansi memenuhi tiga fungsi penting dalam organisasi. 1. Mengumpulkan dan menyimpan data tentang aktivitas-aktivitas yang dilaksanakan oleh organisasi, sumber daya yang dipengaruhi oleh aktiitasaktivitas tersebut, dan para pelaku yang terlibat daka berbagai aktivitas tersebut, agar pihak manajemen dapat meninjau ulang (review) hal-hak yang telah terjadi. 2. Mengubah data menjadi informasi yang berguna bagi pihak manajemen untuk membuat keputusan dalam aktivitas perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan.
35
3. Menyediakan pengendalian yang memadai untuk menjaga aset-aset organisasi, termasuk data organisasi, untuk memastikan bahwa data tersebut terseda saat dibutuhkan, akurat, dan andal.
2.1.2.7 Tujuan Sistem Informasi Akuntansi Berdasarkan pengertian kualitas informasi akuntansi, sistem informasi akuntansi diperlukan manajemen dalam pengambilan keputusan manajemen. Tujuan sistem informasi akuntansi menyajikan informasi yang berguna bagi pihak internal dan eksternal. Tujuan
sistem
informasi
akuntansi
menurut
Mulyadi
(2008:19)
mengemukakan bahwa: 1. Menyediakan informasi bagi pengelola kegiatan usaha baru. 2. Memperbaiki informasi yang dihasilkan ileh suatu sistem yang sudah ada, baik mengenai mutu, ketepatan penggajian maupun struktur informasinya. 3. Memperbaiki pengendalian akuntansi dan pengecekan internal, yaitu untuk memperbaiki tingkat keandalan (reliability) informasi akuntansi dan juga untuk menyediakan catatan lengkap mengenai pertanggungjawaban dan perlindungan terhadap kekayaan perusahaan. 4. Mengurangi biaya klerikal dalam pemeliharaan catatan akuntansi.
Terdapat tiga tujuan utama sistem informasi akuntansi menurut Wilkinson yang dikutip dari buku Jogiyanto (2005:227) adalah sebagai berikut: 1. Untuk mendukung operasi sehari-hari (to support the day-to-day operation). 2. Mendukung pengambilan keputusan manajemen (to support decision making by internal decision makers). 3. Untuk memenuhi kewajiban yang berhubungan dengan Pertanggungjawaban (to fulfill obligations relating to stewardship).
36
Adapun penjelasan dari tujuan utama sistem informasi akuntansi sebagai berikut: 1. Untuk mendukung operasi sehari-hari (to support the day-to-day operation) Sistem informasi akuntansi mempunyai sistem bagian TPS (transaction processing system) yang mengolah data transaksi menjadi informasi yang berguna untuk melakukan kegiatan sehari-hari. 2. Mendukung pengambilan keputusan manajemen (to support decision making by internal decision makers) Informasi dari SIA diperlukan manajemen sebagai dasar pengambilan keputusan. Manajemen menengah membutuhkan informasi akuntansi untuk melihat penyimpangan-penyimpangan antara anggaran deng realisasi yang dilaporkan sistem informasi akuntansi. 3. Untuk
memenuhi
kewajiban
yang
berhubungan
dengan
pertanggungjawaban (to fulfill obligations relating to stewardship) Manajemen perusahaan perlu melaporkan kegiatan berupa laporang keuangan kepada stakeholder, berupa pemilik, serikat pekerja, pemerintah, otoritas, pemilik modal. Adapun tujuan utama sistem informasi akuntansi menurut AICPA yang dikutip dari Romney dan Steinbart yang diterjemahkan oleh Fitrianasari dan Kwary (2004:249) yaitu:
37
1. 2. 3. 4.
Mengidentifikasi dan mencatat semua transaksi yang valid. Mengklarifikasi transaksi secara tepat. Mencatat transaksi dalam periode akuntansi yang tepat. Menampilkan secara tepat semua transaksi dan pengungkapan berkaitan dalam laporan keuangan.
Dari uraian-uraian tujuan sistem informasi akuntansi di atas, dapat disimpulkan bahwa sistem informasi digunakan sebagai proyeksi dari tujuan utama sistem informasi akuntansi yang cepat, efisien, serta membantu manajemen dalam pengambilan keputusan, perncanaan, dan pengendalian. Sistem informasi akuntansi juga harus meningkatkan pelayanan bagi pengguna informasi baik dari segi internal maupun eksternal dan akan berguna bagi manajemen dalam mencapai tujuan perusahaan.
2.1.2.8 Pengertian Kualitas Sistem Informasi Akuntansi Kualitas sistem informasi menurut DeLone dan McLean (1992) dalam Istianingsih dan Utami (2009:6) adalah: “Kualitas sistem berarti fokus pada performa sistem informasi yang terdiri dari perangkat keras, perangkat lunak, kebijakan dan prosedur yang dapat menyediakan informasi yang dibutuhkan oleh pengguna yang terdiri dari kemudahan untuk digunakan (ease to use), kemudahan untuk diakses (flexibility), keandalan sistem (reliability).”
Sedangkan menurut Shannon dan Weaver (2003) dalam Gowinda (2010:38) adalah: ... Kualitas suatu sistem mengukur kesuksesan secara teknik. Level teknikal komunikasi diartikan sebagai keakuratan dan keefisienan sistem komunikasi yang menghasilkan informasi.
38
Kualitas sistem informasi biasanya berfokus pada karakteristik kinerja sistem. Menurut Liviari (2005) dalam Gowinda (2010:37) menyatakan bahwa: “Kualitas sistem informasi merupakan sistem ciri karakteristik kulaitas yang diinginkan dari sistem informasi itu sendiri, dan kualitas informasi yang diinginkan informasi karakteristik produk.” Menurut Azhar Susanto (2008:16) sebagai berikut: “Kualitas sistem informasi akuntansi merupakan integrasi dan harmonisasi antar komponen sistem informasi akuntansi berupa perangkat keras, perangkat lunak, sumberdaya manusia, prosedur, basis data, jaringan data dan komunikasi” Maka, dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa kualias sistem merupakan karakteristik kualitas yang dari satu sistem informasi sehingga menghasilkan informasi yang akurat dan efisien.
2.1.2.9 Karakteristik Kualitas Sistem Informasi Akuntansi Berikut Karakteristik Kualitas Sistem Informasi Akuntansi Menurut DeLone dan McLean (2003) : 1. 2. 3. 4.
Fleksibilitas (Flexibility) Kemudahan penggunaan (Ease of use) Keandalan sistem (Reliability) Integrasi (Integration)
Karakterisitik kualitas sistem informasi akuntansi di atas dapat diuraikan sebagai berikut:
39
1. Fleksibilitas (Flexibility) Fleksibilitas suatu sistem informasi menunjukan bahwa sistem informasi yang diterapkan tersebut memiliki kualitas yang baik. Fleksibilitas yang dimaksud adalah kemampuan sistem informasi dalam melakukan perubahan-perubahan kaitannya dengan memenuhi kebutuhan pengguna. Pengguna akan merasa lebih puas menggunakan suatu sistem informasi jika sistem tersebut fleksibel dalam memenuhi kebutuhan pegawai. Adapun pengukurannya yaitu sebagai berikut: a. Sistem informasi dapat beradaptasi dalam memenuhi kebutuhan pengguna terutama dalam menghadapi perubahan lingkungan. b. Sistem informasi bisa menyesuaikan dengan perubahan tuntutan dari pengguna. c. Perancangan sistem informasi harus berguna untuk semua orang yang membutuhkannya. 2. Kemudahan Penggunaan (Ease Of use) Suatu sistem informasi dapat dikatakan berkualitas jika sistem tersebut dirancang untuk memenuhi kepuasan pengguna melalui kemudahan dalam menggunakan sistem informasi tersebut. Kemudahan tersebut merupakan tingkatan dimana seseorang percaya bahwa penggunaan suatu sistem tertentu dapat menjadikan orang tersebut bebas dari usaha (free of fort). Bebas dari usaha yang dimaksudkan adalah bahwa saat seseorang menggunakan
sistem,
hanya
memerlukan
sedikit
waktu
untuk
40
mempelajarinya karena sistem tersebut tidak rumit, mudah dipahami, sudah dikenal. Adapun pengukurannya yaitu sebagai berikut: a. Sistem informasi harus mudah digunakan ketika input data. b. Sistem informasi harus mudah digunakan ketika digunakan. 3. Keandalan Sistem (Reliability) Sistem informasi yang berkualitas adalah sistem informasi yang dapat diandalkan. Jika sistem tersebut dapat diandalkan maka sistem informasi tersebut layak digunakan. Keandalan sistem informasi dalam konteks ini adalah ketahanan sistem informasi dari kerusakan dan kesalahan. Keandalan sistem ini juga dilihat dari sistem informasi yang melayani kebutuhan pegawai tanpa adanya masalah yang dapat mengganggu kenyamanan pengguna dalam menggunakan sistem informasi yang kaitannya dengan aplikasi SIA. Adapun pengukurannya yaitu sebagai berikut: a. Sejauh mana pengguna dapat menganggap bahwa sistem akan tersedia bagi pengguna. b. Sistem informasi organisasi didukung untuk memberikan informasi yang dapat diandalkan untuk pengambilan keputusan. c. Sistem informasi menyediakan informasi yang dapat dipergunakan untuk memecahkan masalah. d. Sistem informasi bisa memberikan dukungan dalam akuntansi keuangan dan fungsi pelaporan akuntansi perpajakan.
41
e. Sistem informasi akuntansi menyediakan informasi akuntansi mengenai ketidakefisienan produksi dan memberikan keyakinan bahwa produksi dan volumenya berada dala cost yang minimal. f. Sistem informasi berkontribusi dalam meningkatkan “nilai” perusahaan. 4. Integrasi (integration) Pemrosesan sistem bersifat lengkap akurat, tepat waktu, dan diotorisasi, Sebuah system dikatakan memiliki integrasi apabila dapat melaksanakan fungsi yang diperuntukkan bagi sistem tersebut secara keseluruhan dan bebas dari manipulasi sistem, baik yang tidak diotorisasi maupun yang tidak disengaja. Adapun pengukurannya sebagai berikut: a. Integrasi komponen sistem informasi akuntansi. b. Integrasi dari berbagai sistem pengolahan transasksi.
2.1.3 Kualitas Informasi 2.1.3.1 Pengertian Informasi Menurut Azhar Susanto (2009:40) informasi adalah: ... hasil dari pengolahan data, akan tetapi tidak semua hasil dari pengolahan data tersebut bisa menjadi informasi. Hasil pengolahan data yang tidak memberikan makna atau arti serta tidak bermanfaat bagi seseorang bukanlah informasi bagi orang tersebut. Menurut Romney dan Steinbart (2003:5) informasi adalah: ... Data yang telah diproses dan diatur untuk memberikan arti bagi pengguna. Pengguna
42
membutuhkan informasi untuk proses membuat keputusan dan memperbaiki proses pembuatan keputusan. Sementara itu Hall (2011:10) mengemukakan perbedaan antara informasi dan data sebagai berikut: “Data are facts, which may or may not be processed (edited, summarized, or refined) and have no direct on the user. By contrast, information causes the user to take an action that he or she otherwise could not, or would not, have taken.” Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa informasi adalah hasil pemrosesan data yang memiliki arti bagi pemakainya.
2.1.3.2 Pengertian Kualitas Informasi Kualitas informasi merujuk pada informasi yang dihasilkan oleh sistem informasi. Agar sistem informasi yang disajikan dalam bentuk laporan dapat digunakan sebagai dasar pembuatan keputusan, maka dituntut untuk dapat menyajikan informasi yang relevan, akurat dan tepat waktu. Berikut ini pendapat menurut para ahli mengenai kualitas informasi: Mc. Leod dalam Azhar Susanto (2009:40)
menjelaskan kualitas
informasi sebagai berikut: “informasi dikatakan berkualitas apabila memiliki ciri-ciri yaitu seperti: Akurat, relevan, tepat waktu, dan lengkap”.
43
Menurut Bodnar & Hopwood (2006:15) yang dialihbahasakan oleh Julianto Agung Saputra, bahwa: “Kualitas informasi merupakan tingkat dimana sebuah data yang telah diproses oleh sistem informasi menjadi memiliki arti bagi penggunanya, yang bisa berupa fakta dan suatu nilai yang bermanfaat.” Suatu keberhasilan sistem dalam menghasilkan informasi yang berkualitas sangat ditentukan pada penguasaan teknik. Faktor yang mempengaruhi kualitas informasi meliputi: penggunaan informasi, keahlian pemakai, partisipasi pemakai, pelatihan, dukungan manajer puncak dan konflik pemakai. Wijayanto (2001:24) sebagai berikut: “Dapat dikatakan bahwa informasi yang bernilai paling tinggi adalah informasi yang mengandung ketidakpastian paling rendah, meskipun informasi tidak dapat terbebas sama sekali dari unsur ketidakpastian, diperlukan perbandingan antara biaya untuk memperoleh informasi dengan manfaat yang diperoleh dengan adanya informasi itu sendiri.” Ditinjau dari beberapa definisi di atas menyatakan bahwa baik buruknya kualitas informasi dapat dilihat dari informasi yang dihasilkan melalui kepuasan pemakai. Sistem informasi pada suatu organisasi berfungsi sebagai alat bantu untuk mencapai tujuan organisasi melalui informasi yang disediakannya.
2.1.3.3 Karakteristik Kualitas Informasi Romney dan Steinbart yang diterjemahkan oleh Fitrianasari dan Kwary (2004:12) karakteristik informasi yang berkualitas sebagai berikut: 1. Relevan Informasi itu relevan jika mengurangi ketidakpastian, memperbaiki kemampuan pengambil keputusan untuk membuat prediksi, mengkonfirmasikan, atau memperbaiki ekspetasi mereka sebelumnya.
44
2. Andal Informasi itu andal jika bebas dari kesalahan atau penyimpangan, dan secara akurat mewakili kejadian atau aktivitas di organisasi. 3. Lengkap Informasi itu lengkap jika tidak meninggalkan aspek-aspek penting dari kejadian yang merupakan dasar masalah atau aktivitas-aktivitas yang diukurnya. 4. Tepat waktu Informasi itu tepat waktu jika diberikan pada saat yang tepat untuk memungkinkan pengambil keputusan menggunakan dalam membuat keputusan. 5. Dapat dipahami Informasi dapat dipahami jika disajikan dalam bentuk yang dapat dipakai dan jelas. 6. Dapat diverifikasi Informasi dapat diverifikasi jika dua orang dengan pengetahuan yang baik, bekerja secara independen dan masing-masing akan menghasilkan informasi yang sama. Menurut Mc. Leod & Schell (2007:46), sebagai berikut: 1. Accuracy Ideally, all information should be accurate. However features that contribute to system accuracy add to the of an information system. Because of this,users are often forced to settle for less than 100% accuracy. Applications involving money, such as payroll, billing, and accounts receivable, seek 100% accuracy. Other applications, such as long-range economic forecast and statistical reports, often can be just as useful when the data are less than 100% accurate. 2. Timeliness Information should be available for decision making before crisis situation develop or oppurtunities are lost. Users should be able to obtain information that describes what is happening now, in addition to what has happened in the past.information that arrives after a decision has been made is of no value. 3. Relevancy Information has relevancy when it pertains to the problem at hand. The user should be able to select the data that are needed without wading trough a volume of unrelated facts. Only when data are relevant to the decision to be made should it be called “information”. 4. Completeness Users should be able to obtain information that presents a complete picture of a particular problem or solution. However, systems should not drown users in a sea of information. The term information overload suggest that harm can come from having too much information. Users should be able to specify the amount of detail that is needed. Information is complete when it has the correct amount of aggregation and supports all areas of the decision being made.
45
Karakteristik tersebut di atas dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Akurasi Artinya informasi harus mencerminkan keadaan yang sebenarnya. Idealnya, semua informasi harus akurat. Pengujian terhadap hal ini biasanya dilakukan melalui pengujian yang dilakukan oleh dua orang atau lebih yang berbeda dan apabila hasil pengujian tersebut menghasilkan hasil yang sama maka dianggap data tersebut akurat. 2. Ketepatan Waktu Artinya informasi itu harus tersedia atau ada pada saat informasi tersebut diperlukan, tidak besok atau beberapa jam lagi. Informasi harus tersedia untuk pengambilan keputusan sebelum krisis. Pengguna harus dapat memperoleh informasi yang menggambarkan apa yang terjadi sekarang disamping itu juga yang terjadi di masa lalu. Informasi yang tiba setelah keputusan telah dibuat tidak ada nilainya. 3. Relevansi Artinya informasi memiliki relevansi jika berkaitan dengan masalah yang dihadapi, informasi yang diberikan harus sesuai dengan yang dibutuhkan. Suatu informasi harus sesuai dengan kebutuhan informasi diberbagai tingkatan dan bagian yang ada dalam organisasi. Pengguna harus dapat memilih data yang dibutuhkan sesuai dengan jumlah fakta terkait. Ketika data relevan dengan keputusan yang akan dibuat maka itu disebut “informasi”.
46
4. Kelengkapan Artinya informasi harus diberikan secara lengkap. Pengguna harus dapat memperoleh informasi yang menyajikan secara lengkap gambaran suatu masalah dan solusinya. Namun pengguna sistem tidak harus tenggelam dalam lautan
informasi.
Informasi
yang
berlebihan
dapat
membahayakan
penggunanya. Pengguna harus dapat menentukan jumlah detail informasi yang diperlukan. Informasi dikatakan lengkap jika memiliki jumlah yang benar dan mendukung semua bidang keputusan yang dibuat. Sutedjo (2002:17) menyatakan bahwa tidak semua informasi berkualitas, maka kualitas informasi diidentifikasikan sebagai berikut: 1. Keakuratan dan teruji kebenarannya Informasi harus bebas dari kesalahan-kesalahan, tidak bias, dan tidak menyesatkan. Kesahalahn-kesalahan itu dapat berupa kesalahan perhitungan maupun akibat gangguan (noise) yang dapat merubah dan merusak informasi tersebut. 2. Kesempurnaan informasi Untuk mendukung faktor pertama, kesempurnaan informasi menjadi faktor penting dimana informasi disajikan lengkap tanpa pengurangan, penambahan, atau pengubahan. 3. Tepat waktu Informasi harus disajikan secara tepat waktu, mengingat informasi akan menjadi dasar dalam pengambilan keputusan. Keterlambatan informasi akan mengakibatkan kekeliruan dalam pengambilan keputusan. 4. Relevansi Informasi akan memiliki nilai manfaaat yang tinggi jika informasi tersebt diterima oleh mereka yang membutuhkan, dan menjadi tidak berguna jika diberikan kepada mereka yang tidak membutuhkan. 5. Mudah dan murah Cara dan biaya untuk memperoleh informasi menjadi beban pertimbangan tersendiri. Dan dengan tekhnlogi internet, orang atau perusahaan dapat memperoleh informasi dengan mudah dan murah.
47
2.1.3.4 Ciri-ciri Kualitas Informasi Menurut Sutabri (2004:30) kualitas dari suatu informasi tergantung dari tiga hal, yaitu: 1. Akurat (accurate) Informasi harus bebas dari kesalahan dan tidak menyesatkan. Akurat juga berarti bahwa informasi jelas mencerminkan maksudnya. Informasi harus akurat karena dari sumber informasi sampai ke penerima informasi mungkin banyak mengalami gangguan (noise) yang mengubah atau merusak informasi tersebut. 2. Tepat waktu (timelines) Informasi yang sampai pada penerima tidak boleh terlambat. Informasi merupakan landasan pengambilan keputusan. Dewasa ini, informasi mahal karena harus cepat dikirim dan didapat sehingga memerlukan tekhnologi mutakhir untuk mendapatkan, mengolah, dan mengirimkannya. 3. Relevan (relevance) Informasi tersebut harus mempunyai manfaat untuk pemakainya. Relevansi informasi untuk setiap orang, satu dengan lainnya adalah berbeda.
Dapat disimpulkan bahwa dari ciri-ciri informasi tersebut merupakan salah satu cara menghasilkan informasi yang berkualitas merujuk pada output sistem informasi yang dapat meningkatkan kinerja terutama dalam pengambilan keputusan dalam organisasi atau instansi.
2.2
Kerangka Pemikiran
2.2.1
Pengaruh Budaya Organisasi terhadap Kualitas Sistem Informasi
Akuntansi Budaya organisasi selalu dapat ditemukan melekat dalam sistem informasi organisasi (Laudon dan Laudon, 2012:20). Lebih lanjut Laudon dan Laudon (2012:115) dalam Carolina (2015) mengatakan bahwa sistem informasi dirancang untuk melayani kebutuhan organisasi dan dibentuk oleh struktur organisasi, proses
48
bisnis, tujuan, budaya, politik dan manajemen. Hal serupa dikatakan oleh Turban dan Volonino (2011:25), bahwa nilai sistem informasi ditentukan oleh hubungan antara sistem informasi, orang, proses bisnis dan budaya organisasi. Bahkan keberhasilan sistem informasi tidak hanya diukur melalui efisiennya dalam meminimalisir biaya, waktu dan penggunaan sumber daya informasi. Tetapi melibatkan juga budaya organisasi (O’Brien dan Marakas, 2009:17). Anggota organisasi memiliki satu atau lebih subkultur dalam organisasi yang berpengaruh kepada perilaku anggota, termasuk mendukung penggunaan sistem informasi (Kendall dan Kendall, 2011:46). Hasil penelitian Carolina (2015) dan Xu (2011) menunjukkan bahwa kesuksesan
pengimplementasian
sistem
informasi
akuntansi
harus
memperlihatkan faktor organisasional yang salah satunya adala budaya organisasi Gray
(1988)
juga
mengatakan
bahwa
budaya
berpengaruh
terhadap
pengembangan sistem informasi. Senada dengan Gray hasil penelitian Bradley, et al (2006) juga menunjukan bukti bahwa budaya berpengaruh terhadap kesuksesan sistem informasi. Demikian halnya dengan hasil penelitian Coles- Kemp (2009) yang menunjukan bahwa faktor organisasional yang salah satunya budaya organisasi memiliki pengaruh dalam pengembangan sistem informasi. Sedangkan Salehi dan Abdipour (2011) menyebutkan bahwa hasil pengujian empiris atas perusahaan yang listed menyebuutkan bahwa salah satu faktor yang menjadi penghalang dalam pembentukan sistem informasi akuntasi adalah budaya organisasi disamping faktor lainnya struktur organisasi, faktor lingkungan dll. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa budaya organisasi tidak
49
hanya harus diperlihatkan pada saat sistem informasi dibentuk tetapi harus tetap menjadi perhatian juga ketika sistem informasi dijalankan dan dikembangkan. Sementara itu hasil penelitian yang dilakukan oleh Jirachiefpattana (1997) dalam Carolina (2015) menjelaskan bagaimana budaya berpengaruh terhadap pengembangan effective information system. Pengaruh budaya tersebut dapat terlihat dari tujuan, fitur-fitur dari struktur tim pengembangan, lingkungan pengembangan, metode yang digunakan untuk menentukan kebutuhan informasi. Penelitian Wing dan Yeoh (2009) memberikan sebuah kerangka kerja yang komprehensif untuk menjelaskan bagaimana kesesuaian antara budaya organisasi dan tipe sistem informasi. Kerangka kerja dan dapat digunakan oleh para manajer untuk menciptakan budaya organisasi yang tepat dan pas dengan penggunaan sistem informasi yang spesifik. Kontribusi utama dari kerangka ini adalah menggambarkan pengaruh budaya organisasi terhadap efektivitas sistem informasi. Budaya
organisasi
memiliki
pengaruh
yang
signifikan
dalam
pengembangan dan pengoperasian sistem informasi (Stair, 1992:45). Masih menurut Stair dan Reynolds (2010:53) budaya organisasi juga berpengaruh positif terhadap keberhasilan pengembangan sistem informasi yang baru. Kendall dan Kendall (2011:42) mengatakan bahwa budaya organisasi merupakan determinan penting tentang bagaimana orang menggunakan informasi dan sistem informasi. Berdasarkan teori-teori sebagai konsep dalam penelitian ini yang telah disebutkan di atas dan beberapa hasil penelitian terakhir yang mendukung teori
50
tersebut maka dapat dikatakan bahwa budaya organisasi mempengaruhi sistem informasi akuntansi.
2.2.2
Pengaruh Kualitas Sistem Informasi Akuntansi terhadap Kualitas
Informasi Penerapan sistem informasi akuntansi akan menghasilkan kualitas informasi yang juga digunakan oleh pengguna dalam membuat keputusan (Laudon dan Laudon, 2012:14) dalam Carolina (2015). Senada dengan hal tersebut, Hall (2011:172) mengemukakan bahwa kualitas sistem informasi akuntansi bersandar langsung pada kegiatan siklus hidup pengembangan sistem yang mengasilkan sistem informasi akuntansi. Ditambahkan oleh Hansen et al, (2009:4) bahwa tujuan keseluruhan dari sistem informasi akuntansi adalah memberikan informasi kepada user. Sistem informasi dapat terdiri daro aktivitas manual dan aktivitas komputer serta menggunakan proses seperti mengumpulkan, merekam, meringkas, menganalisis, dan mengelola data untuk memberikan informasi kepada user. Seperti apapun sistemnya, sistem informasi akuntansi memiliki tujuan, proses yang saling terkait, dan output. Akuntan perusahaan mempersiapkan baik akuntansi keuangan dan laporan akuntansi manajerial, dan informasi tersebut berasal dari sistem informasi yang sama Nikolai et al, (2010:7) dalam Carolina (2015) yaitu sistem informasi akuntansi. Boockholdt (1991:1) menyatakan sistem informasi akuntansi terdapat dalam berbagai bentuk organisasi, baik perusahaan perseorangan, perusaahn kemitraan, yayasan nirlaba, atau rumah tangga, kompleksitas masing-masing
51
sistem informasi akuntansi akan berbeda, namun masing-masing memiliki kesamaan dalam tiga hal utama yaitu berisi struktur yang sama (sumper daya manusia dan komputer), proses yang sama (penggunaan metode akuntansi) dan tujuan yang sama (untuk memberikan informasi). Agar dapat dikatakan efektif, informasi yang diperoleh sistem informasi akuntansi pada suatu organisasi harus dapat mendukung kebutuhan informasi manajemen (Leitch dan Davis. 1992:7). Kualitas informasi yang buruk dapat memilik dampak terhadap sosial dan bisnis yang signifikan. Semakin banyak organisasi yang menyadari bahwa informasi yang berkualitas sangat penting untuk keberhasilan mereka, namun tidak banyak dari mereka yang melakukan tindakan efektif terhadap keyataan ini (Joia, 2003:278). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Xu (2009:11) menunjukan bahwa informasi yang berkualitas merupakan salah satu keunggulan kompetitif bagi suatu organisasi. Dalam sistem informasi akuntansi, kualitas informasi yang diberikan sangat penting untuk keberhasilan penerpan sistem. Penelitian lain dilakukan oleh Fardinal (2013:156) menjelaskan adanya pengaruh sistem pengendalian internal pada kualitas sistem informasi akuntansi dan terhadap kualitas informasi akuntansi. Demikian halnya dengan penelitian yang dilakukan oleh Adeh Ratna Komala (2012) dan Siti Kurnia Rahayu (2012) hasil penilitian empirsi menunjukan bahwa kualista sistem informasi akuntansi memiliki pengaruh terhadap kualitas infirmasi akuntansi. Penelitian Jung Gao (2011) menemukan bahwa kualitas informasi sangat dipengaruhi oleh sistem informasi. Senada dengan hasil penelitian tersebut, penelitian Salehi et al, (2010) dalam Carolina (2015) menyatakan bahwa sistem
52
informasi akuntansi dapat meningkatkan kualitas dari informasi (laporan keuangan). Akhirnya, akuntansi dan fungsi sistem informasi bertanggung jawab untuk menyediakan informasi yang berguna untuk bidang fungsional lainnya dan pihak eksternal. Ia harus memasikan bahwa pengguna menerima informasi yang mereka butuhka, dan dalam bentuk yang sesuai dengan kebutuhan mereka (Ainsworth dan Deines, 2002:3). Berdasarkan teori-teori sebagai konsep dalam penelitian ini yang telah disebutkan di atas dan beberapa hasil penelitian terakhir yang mendukung teori tersebut maka dapat dikatakan bahwa sistem informasi akuntansi mempengaruhi kualitas informasi akuntansi.
53
2.2.3
Paradigma Penelitian Adapun pardigma penelitian sebagai berikut: Budaya Organisasi
Perilaku Anggota
Pengguna Sistem Informasi
Faktor Organisasional
Pengendalian Internal
Pengembangan sistem
Kualitas Sistem Informasi Akuntansi
Integrasi / Integration
Flekxibilitas / Flexibility
Keandalan sistem / Reliability
Kualitas Informasi
Gambar 2.1 Paradigma Penelitian
Efisien / Efficient
54
2.3
Hipotesis Penelitian Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah
penelitian, oleh karena itu rumusan masalah penelitian biasanya disusun dalam bentuk kalimat pertanyaan. Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data (Sugiyono, 2012:93). Dari kerangka pemikiran di atas, maka penulis merumuskan hipotesis yang akan diajukan sabagai berikut: H1
: Budaya Organisasi Berpengaruh Signifikan terhadap Kualitas Sistem Informasi Akuntansi.
H2
:
Kualitas Sistem Informasi Akuntansi Berpengaruh Signifikan terhadap Kualitas Informasi.