BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS
2.1
Kajian Pustaka
2.1.1
Definisi Nilai Tukar ( Exchange Rate ) Perdagangan yang dilakukan antara dua negara tidaklah semudah yang
dilakukan dalam satu negara karena harus memakai dua mata uang yang berbeda, misalnya antara negara Indonesia dan Amerika Serikat.Pengimpor Amerika harus membeli rupiah untuk membeli barang-barang dari Indonesia, sebaliknya pengimpor Indonesia harus membeli dollar Amerika untuk menyelesaikan pembayaran terhadap barang yang dibelinya di Amerika.nilai valuta asing adalah suatu nilai yang menunjukan jumlah mata uang dalam negeri yang diperlukan untuk mendapat satu unit mata uang asing. Nilai tukar atau kurs, merupakan harga mata uang suatu negara terhadap mata uang negara lain (Pilbeam,2006). Sedangkan Krugman (2000) mengartikan nilai tukar adalah hargasebuah mata uang dari suatu negara yang diukur atau dinyatakan dalam mata uang yang lain. Nilai tukar suatu mata uang dapat didefinisikan sebagai harga relatif dari mata uang terhadap mata uang negara lainya.
11
12
Pengertian lain dari nilai tukar dikemukakan oleh Mankiw (2000) kurs diantara dua negara adalah harga dimana penduduk kedua negara saling melakukan perdagangan. Nilai tukar dibagi menjadi dua yaitu nilai tukar nominal dan nila tukar riil, nilai tukar nominal adalah harga mata uang suatu negara dengan negara lainnya, sedangkan nilai tukar riil adalah nilai tukar nominal dibagi harga relatif dalam negeri dan luar negeri (negara mitra dagang) kurs riil dijadikan sebagai acuan untuk mengukur daya saing suatu negara dengan negara lainnya.Sedangkan menurut Todaro (2004), nilai tukar adalah patokan nilai bagi Bank Sentral suatu negara untuk membeli atau menjual mata uang domestik resmi yang berlebihan terhadap mata uang asing.Tujuannya adalah untuk meningkatkan harga produk ekspor dan sekaligus untuk menurunkan harga impor yang diukur berdasarkan nilai tukar mata uang setempat. Perubahan nilai tukar yang terjadi dapat menyebabkan peningkatan atau menurunan nilai mata uang domestik terhadap mata uang asing yang diistilahkan sebagai berikut: Depresiasi adalah peningkatan harga mata uang asing di dalam negeri. Atau menurunnya nilai mata uang domestik dikaitkan dengan mata uang asing, yang disebabkan karena mekanisme pasar. Istilah lain yang menunjukkan penurunan nilai mata uang domestik terhadap mata uang asing adalah devaluasi. Devaluasi adalah peningkatan harga mata uang asing di dalam negeri. Atau menurunnya nilai mata uang domestik dikaitkan dengan mata uang asing, yang dilakukan dengan sengaja oleh pemerintah melalui kebijakan moneter.
13
Apresiasi adalah penurunan harga mata uang asing di dalam negeri. Atau meningkatnya nilai mata uang domestik dikaitkan dengan mata uang asing. Istilah lain yang menunjukkan peningkatan nilai mata uang domestik terhadap mata uang asing adalah revaluasi. Revaluasi adalah penurunan harga mata uang asing di dalam negeri. Atau meningkatnya nilai mata uang domestik dikaitkan dengan mata uang asing yang dilakukan dengan sengaja oleh pemerintah melalui kebijakkan moneter.
2.1.2
Pengertian Valuta Asing dan Pasar Valuta Asing Valas atau foreign exchange (forex) diartikan sebagai mata uang asing dan
alat pembayaran lainnya yang digunakan untuk melakukan atau membiayai transaksi ekonomi dan keuangan Internasional atau luar negeri dan biasanya mempunyai catatan kurs resmi pada bank sentral (Hady, 2006). Mata uang yang sering digunakan sebagai alat pembayaran dan kesatuan hitung dalam transaksi keuangan dan ekonomi internasional disebut hard currency yaitu mata uang yang nilainya relatif stabil dan kadang mengalami apresiasi dengan mata uang lainnya.Sedangkan soft currency adalah mata uang lemah yang jarang digunakan sebagai alat pembayaran dan kesatuan hitung karena nilainya relatif tidak stabil dan sering mengalami depresiasi atau penurunan terhadap mata uang lainnya.Soft currency biasanya digunakan oleh negara berkembang.
14
Pasar valuta asing adalah suatu tempat atau sistem dimana perseorangan, perusahaan, dan bank dapat melakukan transaksi keuangan internasional dengan jalan melakukan pembelian dan penjualan valas (Hady, 2006). Fungsi dari pasar valuta asing antara lain : 1. Memungkinkan terjadinya transfer daya beli dalam nilai suatu mata uang dengan mata uang lain. 2. Meningkatkan kemudahan dan efisiensi penyelesaian transaksi. 2.1.3
Teori Permintaan dan penawaran Valuta asing Di pasar terdapat dua kekuatan utama yang saling berinteraksi, yaitu
permintaan dan penawaran, sehingga terbentuk keseimbangan yang dicerminkan pada level harga dan kuantitas dimana kurva permintaan dan penawaran bertemu. Hukum penawaran menghubungkan berbagai titik kombinasi antara jumlah barang atau jasa dan tingkat harga yang ditawarkan. Semakin tinggi harga, akan semakin tinggi kuantitas yang ditawarkan atau sebaliknya jika harga turun dengan asumsi cateris paribus sehingga terdapat hubungan yang positif antara harga dan penawaran. Dalam konteks pasar valas, komoditi barang yang ditawarkan adalah valuta asing dan harganya adalah nilai tukar. Untuk pasar USD di Indonesia, harga dari USD adalah nilai tukar rupiah per dollar, misalnya dengan kuotasi Rp 8900/USD, apabila harga kuotasinya meningkat berarti harga USD 1 yang dibeli dengan mata uang rupiah menjadi lebih mahal. Kondisi ini disebut sebagai rupiah
15
terdepresiasi (nilai rupiah menurun) atau US dollar terapresiasi.Sebaliknya, apabila kuotasinya menurun maka nilai rupiah terapresiasi dan US$ terdepresiasi. Analisis terhadap mekanisme penawaran dan permintaan yang terjadi di pasar valuta asing dapat menjelaskan bagaimana kurs di tetapkan perubahan mekanisme penawaran dan permintaan dapat merubah titik keseimbangan dan kurs berubah sesuai dengan keseimbangannya. Teori mekanisme pasar juga menjelaskan bahwa perubahan penawaran dan permintaan yang terjadi di pasar menyebabkan perubahan terhadap nilai suatu barang. Dengan pendekatan yang sama maka kurs mata uang asing akan ditentukan oleh mekanisme permintaan dan penawaran terhadap suatu mata uang yang menyebabkan perubahan kurs mata uang tersebut. Kurs yang terbentuk merupakan cerminan dari keinginan para pelaku pasar. Pada akhirnya kurs mempresentasikan kemampuan para pelaku pasar dalam menggeser atau mempertahankan
kurva
permintaan dan
penawaran
melalui
mekanisme
permintaan dan penawaran akan dicapai suatu kesepakatan dan terbentuknya keseimbangan kurs. Apabila permintaan terhadap suatu matauang, misalnya permintaan terhadap rupiah lebih besar dari penawarannya, maka nilai rupiah akan naik. Sebaliknya, apabila permintaan terhadap rupiah lebih kecil dari penawarannya maka nilai rupiah akan turun. Kurs terbentuk ketika jumlah kurs yang diminta sama dengan jumlah kurs yang ditawarkan. Kondisi ini disebut sebagai kondisi keseimbangan kurs. (Sugeng dkk, 2010: 18).
16
Ada tiga jenis transaksi permintaan dan penawaran atau transaksi jual beli valas yaitu : 1) Spot transaction yaitu transaksi jual beli valas yang pelaksanaanya dilakukan dalam waktu yang hampir bersamaan dengan waktu perjanjian jual beli valas dibuat. Dalam prakteknya biasanya berseling dua hari dari saat kontrak dibuat.Nilai tukar atau kurs (exchange rate) yang dipergunakan dalam transaksi ini disebut “spot rate” pasarnya sendiri disebut dengan spot market.
2) Forward transactions yaitu suatu persetujuan yang di sebut forward
exchange contract antara dua pihak mengenai pertukaran sejumlah mata uang tertentu dengan mata uang lainnya pada masa yang akan datang (waktunya telah ditentukan), dengan nilai kurs tertentu yang di setujui kedua belah pihak pada saat kontrak ditandatangani. Nilai kurs yang disetujui disebut dengan “forward rate” pasarnya dikenal dengan istilahforward market.Biasanya transaksi ini dilakukan oleh orang-orang yang menghindari perubahan nilai tukar.
3) Swap transaction yaitu suatu kontrak pembelian atau penjualan mata uang asing dengan kurs yang disepakati sekarang sesuai spot rate yang dikombinasikan dengan melakukan transaksi pembelian atau penjualan mata uang asing dengan kurs forward. Disini dilakukan dua transaksi sekaligus. Misalkan melakukan transaksi penjualan suatu mata uang asing dengan kurs spot (transaksi spot), dibarengi dengan pembelian mata uang
17
asing untuk waktu yang akan datang (transaksi forward). Transaksi jual beli dilakukan pada bank yang sama. 2.1.4
Teori yang Berkaitan dengan Nilai Tukar Valuta Asing Beberapa teori yang berkaitan dengan nilai tukar valuta asing:
1. Teori Paritas Daya Beli Teori paritas daya beli (purchasing power parity) menghubungkan nilai tukar mata uang dengan inflasi. Teori ini terbagi menjadi dua versi, yaitu: a. Versi absolut (absolut form) atau bisa juga disebut dengan “hukum satu harga (law of one price)” menyatakan bahwa harga barang yang sama atau identik yang terdapat pada negara yang berbeda mempunyai harga yang sama (one price) jika diukur menggunakan valuta yang sama. Jika setelah diukur menggunakan valuta yang sama terdapat perbedaan harga, maka permintaan dan penawaran pasar akan membuat harga-harga barang tersebut menjadi sama. Sebagai contoh dua barang yang sama diproduksi oleh Malaysia dan Indonesia, tetapi setelah diukur menggunakan valas yang sama terdapat perbedaan harga dimana produk Indonesia lebih murah. Maka pasar akan merespon dengan menaikkan permintaan produk Indonesia dan menurunkan permintaan produk Malaysia yang pada akhirnya akan menaikkan dan menurunkan harga barang tadi sampai mendekati atau setara antara satu sama lain. Tapi dalam kenyataannya, adanya perbedaan biaya transportasi, tarif, dan
18
kuota yang terdapat pada kedua negara akan selalu menciptakan perbedaan harga. b. Versi relatif (relative form) yang merupakan versi alternatif dari versi absolut yang telah diterangkan di atas. Berbeda dengan versi absolut,
versi
relatif
telah
mempertimbangkan
adanya
ketidaksempurnaan pasar yang terdapat pada negara yang berbeda, seperti adanya perbedaan biaya transportasi, tarif, dan kuota yang dikenakan oleh negara yang bersangkutan. Oleh karena itu, harga barang yang sama yang terdapat pada negara yang berbeda akan terdapat perbedaan harga. Namun menurut versi relatif, perbedaan harga yang ada seharusnya tidak berbeda jauh selama biaya transportasi dan proteksi perdagangan tidak berubah.Sebagai ilustrasi, asumsikan bahwa dua negara awalnya memiliki tingkat inflasi nol dan nilai tukar yang berjalan di dua negara berada dalam ekuilibrium.Seiring dengan meningkatnya inflasi, nilai tukar juga harus disesuaikan untuk mengimbangi inflasi yang terjadi. Dengan adanya hal tersebut, menjadikan harga barang-barang yang terdapat di kedua negara akan tampak sama bagi konsumen dikarenakan daya beli konsumen di kedua negara tidak terlalu berbeda jauh (Madura, 2000).
2. International Fischer Effect
19
Pada teori ini, pergerakan nilai tukar lebih dikarenakan oleh suku bunga bukan oleh selisih laju inflasi.Akan tetapi teori ini sangat berkaitan erat dengan teori paritas daya beli karena suku bunga berkaitan erat dengan laju inflasi. Jika tingkat suku bunga riil antar negara sama, maka perbedaan yang terdapat pada suku bunga nominal disebabkan oleh berbedanya ekspektasi tingkat inflasi pada suatu negara. Lebih lanjut, teori International Fischer Effect menyatakan bahwa valas yang mempunyai tingkat suku bunga nominal yang tinggi akan mengalami depresiasi. Hal ini dikarenakan tingkat suku bunga yang tinggi mencerminkan ekspektasi inflasi yang tinggi pula (Madura, 2000).
3. Pendekatan neraca pembayaran Pendekatan ini lebih menekankan pada konsep “aliran” (flow concept) dimana menurut pendekatan ini nilai tukar sebuah mata uang ditentukan oleh permintaan dan penawaran yang terjadi dalam pasar valuta asing.Permintaan valas berasal dari transaksi pembayaran yang diakukan kepada asing. Transaksi tersebut bisa berupa impor barang atau jasa maupun berupa pembelian surat berharga milik asing. Selanjutnya, transaksi-transaksi tersebut dicatat dalam sisi debit neraca pembayaran. Sedangkan penawaran valas berasal dari penerimaan valas yang diperoleh dari impor barang atau jasa maupun dari penjualan surat berharga kepada pihak asing. Selanjutnya transaksi-transaksi tersebut dicatat dalam sisi kredit neraca pembayaran.Berikut disediakan gambar yang menjelaskan tentang pendekatan neraca pembayaran.
20
4. Pendekatan Moneter Pendekatan moneter (monetary approach) memberikan penjelasan yang sangat kontras. Pendekatan ini mempostulasikan atau menyatakan bahwa kurs tercipta dalam proses penyamaan atau penyeimbangan stok atau total permintaan dan penawaran mata uang nasional di masing-masing negara. Penawaran uang di suatu negara diasumsikan dapat ditetapkan atau diciptakan secara independen oleh otoritas moneter dari negara yang bersangkutan.Namun sebaliknya, permintaan uang sangat ditentukan oleh tingkat pendapatan riil negara tersebut, atau tingkat harga-harga umum yang berlaku serta suku bunga. Semakin tinggi pendapatan riil dan hargaharga yang berlaku di negara tersebut, maka akan semakin besar pula permintaan uang di negara tersebut karena setiap individu dan perusahaan memerlukan lebih banyak uang untuk membiayai transaksi hariannya. Di lain pihak, semakin tinggi suku bunga yang ada, maka akan semakin besar biaya oportunitas penyimpanan uang (tunai atau simpanan yang tidak menghasilkan bunga) sehingga setiap orang akan akan memilih aset atau sekuritas yang menghasilkan bunga seperti obligasi atau deposito perbankan. Itu berati, tingkat permintaan uang memiliki hubungan terbalik dengan besaran atau tingkat bunga.Pada tingkat pendapatan riil atau harga-harga tertentu suku bunga ekuilibrium terbentuk pada titik perpotongan antara kurva permintaan dan kurva penawaran uang yang ada di suatu negara (Salvatore, 1997).
2.1.5
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kurs Valuta Asing
21
Pada dasarnya pergerakan nilai tukar dipengaruhi oleh permintaan dan penawaran terhadap sebuah mata uang. Ketika permintaan terhadap suatu mata uang naik maka nilai tukar mata uang tersebut juga akan naik (apresiasi). Sebaliknya ketika permintaan terhadap mata uang tersebut turun, maka mata uang tersebut akan mengalami penurunan nilai tukar (depresiasi). Ini sebetulnya tidak lebih dari pernyataan kembali tentang hukum penawaran dan permintaan, hanya sekarang ini diterapkan pada pasar atau bursa valuta asing. Namun apa yang menyebabkan pergeseran kurva permintaan dan penawaran yang menimbulkan perubahan nilai kurs? Faktor-faktor tersebut antara lain: 2.1.5.1 Produk Domestik Bruto (PDB)
Menurut Sadono Sukirno (2002 :33), Produk Domestik Bruto (PDB) dapat diartikan sebagai nilai barang-barang dan jasa-jasa yang diproduksi di dalam negara tersebutdalam jangka waktu tertentu. Di negara-negara berkembang, yang sering juga dinamakan sebagai “Dunia Ketiga”.Konsep PDB adalah konsep yang paling penting jika
dibandingkan dengan konsep pendapatan nasional
lainnya.Didalam suatu perekonomian, pendapatan nasional di negara-negara maju maupun di negara berkembang, bukan saja berasal dari barang dan jasa produksi perusahaan milik penduduk tersebut tetapi juga oleh penduduk negara lain (perusahaan multinasional). Menurut Winardi (1985 :294), Produk Domestik Bruto (PDB) dibedakan atas: 1. Produk Domestik Bruto atas dasar harga berlaku (Gross Domestic Product at current market prices),adalah jumlah nilai produk atau pendapatan atau
22
pengeluaran yang dinilai sesuai dengan harga yang berlaku pada tahun yang bersangkutan 2. Produk Domestik Bruto atas harga konstan (Gross Domestic Product at constant market prices), adalah jumlah nilai produk atau pendapatan atau pengeluaran yang dinilai atas dasar harga tetap suatu tahun 3. Produk Domestik Bruto atas dasar harga pasar (Gross Domestic Product at market prices), merupakan penjumlahan nilai tambah bruto dari seluruh lapangan usaha, meliputi balas jasa faktor produksi (upah dan gaji, surplus usaha), penyusutan dan pajak tak langsung netto. Ada tiga metode untuk menghitung Produk Domestik Bruto (PDB) suatu negara, yaitu: (Said Kelana, 1997 :30-34) 1. Pendekatan Produksi (Production Approach) Pendekatan ini diperoleh dengan cara menjumlahkan nilai tambah bruto (gross value added) dari semua sektor produksi. Dalam hal ini sektor produksi dapat dikelompokan menjadi 11 sektor adas dasar ISIC (Internasional Standar Industrial Classification), yaitu: a. Pertambangan dan Penggalian, b. Industri Manufaktur, c. Listrik, Gas, dan Air Minum, d. Bangunan, e. Perdagangan, Bisnis dan Restoran, f. Transportasi dan Komunikasi, g. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, h. Sewa Rumah, i. Pemerintahaan dan Pertahanan, j. Jasa-jasa lainnya. 2. Pendekatan Pendapatan (Income Approach) Berdasarkan cara ini, maka PDB dihitung dengan cara menjumlahan tingkat balas jasa bruto (belum dipotong pajak) dari faktor produksi yang
23
dipakai. Jika pendekatan produksi perhitunganya menggunakan aliran barang, maka pendekatan ini menggunakan aliran pendapatan. Rumus untuk menghitung PDB dengan pendekatan pendapatan adalah : PDB = Sewa + Upah +Bunga +Laba Dimana Sewa adalah pendapatan pemilik faktor produksi seperti tanah, Upah untuk tenaga kerja, Bunga untuk pemilik modal dan Laba untuk pengusaha 3. Pendekatan Pengeluaran (Expenditure Approach) Dengan pendekatan ini, maka perhitungannya dengan cara menjumlahan permintaan akhir dari unit ekonomi (Konsumen, Produsen, Pemerintah) dalam suatu negara. Rumus untuk menghitung PDB dengan pendekatan pengeluaran adalah: PDB = Konsumsi+Investasi+Pengeluaran Pemerintah +(EksporImpor) Dimana Konsumsi adalah pengeluaran yang dilakukan oleh rumah tangga, Investasi dilakukan oleh sektor usaha, Pengeluaran pemerintah dilakukan oleh pemerintah dan Ekspor-Impor melibatkan sektor luar negeri. Secara teori, PDB dengan pendekatan pengeluaran dan pendapatan harus menghasilkan angka yang sama. Namun karena dalam praktek menghitung PDB dengan pendekatan pendapatan sulit dilakukan, maka yang sering digunakan adalah dengan pendekatan pengeluaran.
2.1.5.2 Tingkat Inflasi
24
Menutut teori Gustav Cassel setelah perang dunia 1, inflasi adalah kecenderungan naiknya harga barang dan jasa pada umumnya yang berlangsung secara terus menerus.Jika inflasi meningkat maka harga barang di dalam negeri mengalami kenaikan. Naiknya harga barang sama artinya dengan turunya nilai mata uang. Dengan demikian inflasi dapat diartikan sebagai penurunan nilai mata uang terhadap nilai barang dan jasasecara umum.
Inflasi juga dapat didefinisikan sebagai presentasi kecepatan kenaikam harga-harga dalam satu tahun tertentu, biasanya digunakan sebagai suatu ukuran untuk menunjukan sampai dimana buruknya suatu ekonomi yang dihadapi. (Sadono Sukirno, 2000 : 302) inflasi adalah proses kenaikan harga-harga secara terus-menerus. Akibat dari inflasi secara umum adalah menurunnya daya beli masyarakat karena secara riil tingkat pendapatannya juga menurun. Jadi, misalnya inflasi yang terjadi pada tahun yang bersangkutan naik sebesar 5%, sedangkan pendapatannya
cenderung tetap, itu berarti
bahwa
secara
riil
tingkat
pendapatannya mengalami penurunan sebesar 5% yang relatif akan menurunkan daya beli sebesar 5% juga (Iskandar Putong, 2000 :181). Pada dasarnya kenaikan tingkat inflasi menunjukan pertumbuhan perekonomian.Namun dalam jangka panjang, tingkat inflasi yang tinggi dapat memberikan dampak yang buruk.Tingginya inflasi menyebabkan harga barang domestik relatif lebih mahal dibandingkan dengan harga barang impor.Harga yang lebih mahal menyebabkan turunya daya saing barang domestik di pasar Internasional.Dengan adanya fenomena tersebut, masyarakat cenderung untuk
25
membeli barang impor yang harganya relatif lebih murah.Hal ini berdampak pada turunya nilai ekspor dan naiknya nilai impor. Transaksi terhadap barang dan jasa impor membutuhkan konversi mata uang domestik menjadi mata uang asing.Meningkatnya permintaan mata uang asing cenderung melemahkan mata uang domestik. Dengan kata lain, kenaikan harga yang menyebabkan kenaikan tingkat inflasi cenderung menurunkan daya saing dan melemahkannilai mata uang domestik. Inflasi juga dapat dibagi berdasarkan besarnya cakupan pengaruh terhadap harga.Jika kenaikan harga yang terjadi hanya berkaitan dengan satu atau dua barang tertentu, inflasi itu disebut inflasi tertutup (Closed Inflation).Namun, apabila kenaikan harga terjadi pada semua barang secara umum, maka inflasi itu disebut sebagai inflasi terbuka (Open Inflation).Sedangkan apabila serangan inflasi demikian hebatnya sehingga setiap saat harga-harga terus berubah dan meningkat sehingga orang tidak dapat menahan uang lebih lama disebabkan nilai uang terus merosot disebut inflasi yang tidak terkendali (Hiperinflasi). Berdasarkan keparahannya inflasi juga dapat dibedakan : 1. Inflasi ringan (kurang dari 10% / tahun) 2. Inflasi sedang (antara 10% sampai 30% / tahun) 3. Inflasi berat (antara 30% sampai 100% / tahun) 4. Hiperinflasi (lebih dari 100% / tahun) Beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya inflasi dalam perekonomian suatu negara dapat dikelompokan sebagai berikut: 1. Demand Pull Inflation atau Demand shock Inflation
26
Adalah inflasi yang disebabkan adanya daya tarik dari permintaan masyarakat terhadap berbagai barang yang terlalu kuat. Inflasi ini dipicu oleh adanya interaksi antara permintaan dan penawaran terhadap barang dan jasa domestik dalam jangka panjang yang banyak dibutuhkan oleh masyarakat. 2. Cost Push Inflation Adalah inflasi yang disebabkan oleh adanya guncangan atau dorongan kenaikan biaya faktor-faktor produksi secara terus menerus dalam jangka waktu tertentu.Infasi ini terjadi akibat didesak oleh biaya dari faktor produksi. 1. Mixed Inflation Adalah inflasi
yang disebabkan oleh kenaikan permintaan dan
penawaran.Perilaku permintaan dan penawaran yang terjadi tidak seimbang.Permintaan terhadap barang dan jasa bertambah, hal ini mengakibatkan
faktor
produksi
dan penyediaan
barang menjadi
turun.Sementara barang pengganti terbatas atau bahkan tidak ada.Keadaan ini, pada akhirnya menyebabkan harga barang naik. 4. Expected Inflation Adalah inflasi yang terjadi karena adanya perilaku masyarakat secara umum yang bersifat adatif atau forward loking. Dalam hal ini, masyarakat menilai bahwa di masa yang akan datang kondisi ekonomi akan lebih baik dari masa sebelumnya.
27
Adapun rumus untuk menghitung tingkat inflasi adalah :
In=
x100%
Ket : In
= Inflasi
IHKn
= Indeks Harga Konsumen tahun dasar
IHKn-1 = Indeks Harga Konsumen tahun berikutnya 2.1.5.3 Jumlah Uang Beredar Menurut Ritonga (2003:74), pada dasarnya jumlah uang beredar (JUB) ditentukan oleh besarnya permintaan uang (dari masyarakat) dan penawaran uang (dari bank sentral). Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi JUB dalam masyarakat antara lain sebagai berikut: 1) pendapatan, adalah jumlah uang yang diterima oleh masyarakat dalam jangka waktu tertentu; 2) tingkat suku bunga; 3) selera masyarakat; 4) harga barang; 5) fasilitas kredit (cara pembayaran) dengan menggunakan kartu kredit atau cara angsuran; 6) kekayaan yang dimiliki masyarakat, jumlah uang yang beredar dalam masyarakat semakin besar apabila ragam (variasi) bentuk kekayaan sedikit. Dalam arti sempit, uang memiliki pengertian sebagai seluruh uang kartal dan uang giral yang tersedia untuk digunakan oleh masyarakat, sehingga merupakan daya beli yang bisa langsung digunakan untuk pembayaran (Boediono,1998:3). Uang kartal (currency) adalah uang tunai yang dikeluarkan oleh pemerintah atau Bank Sentral yang langsung di bawah kekuasaan masyarakat umum untuk menggunakannya dan terdiri dari uang kertas dan uang logam yang
28
berada di luar bank-bank umum dan Bank Sentral itu sendiri. Sedangkan uang giral memiliki pengertian sebagai seluruh nilai saldo rekening koran (giro) yang dimiliki masyarakat pada bank-bank umum yang sewaktu-waktu dapat digunakan oleh pemiliknya (masyarakat). M1 = C + DD..................................................................(1) M1 C
= JUB dalam arti sempit = uang kartal (currency) adalah uang kertas dan uang logam yang dikeluarkan oleh otoritas moneter.
DD
= uang giral (demand deposits) adalah simpanan milik sektor swasta domestik pada bank pencetak uang giral yang setiap saat dapat ditarik untuk ditukarkan dengan uang kartal sebesar nominalnya. Seperti halnya dengan definisi uang beredar dalam arti sempit (yaitu, C),
maka uang giral (DD) hanya mencakup saldo rekening koran/giro milik masyarakat umum yang disimpan di bank. Sedangkan rekening koran milik bank pada bank lain atau bank sentral (Bank Indonesia) ataupun saldo rekening koran milik pemerintah pada bank umum atau bank sentral tidak dimasukan dalam pengertian DD. Satu hal lagi yang penting untuk dicatat mengenai DD ini adalah saldo (uang milik masyarakat yang masih ada di bank dan belum digunakan membayar/berbelanja). Pengertian Jumlah Uang Beredar yang paling luas adalah likuiditas total (total likuidity) dengan notasi L, yaitu mencakup semua alat-alat likuid yang ada di masyarakat. Alat-alat likuid itu bukan hanya simpanan berjangka dan tabungan,
29
tapi juga dapat meliputi obligasi pemerintah dan swasta yang berjangka pendek, wesel perusahaan, deposito di luar negeri, dan sebagainya (Boediono,1998: 6-7). Uang beredar dalam arti luas diartikan sebagai M1 ditambah dengan deposito berjangka dan saldo tabungan milik masyarakat pada bank-bank (Boediono,1998:5). Secara matematis ditunjukkan dalam persamaan sebagai berikut: M2 = M1 + TD + SD.......................................................(2) M2
= JUB (dalam arti luas)
TD
= deposito berjangka (time deposits)
SD
= saldo tabungan (savings deposits) Orang menempatkan uangnya dalam TD atau SD karena simpanan ini
memberikan bunga.M2 juga disebut uang beredar dalam arti luas atau broad money. Meskipun tidak semudah uang tunai atau cek untuk menggunakannya, uang yang disimpan dalam bentuk deposito berjangka dan tabungan ini merupakan daya beli potensial bagi pemiliknya, oleh karena itulah keduanya dimasukkan ke dalam definisi M2. Pengertian JUB yang lebih luas lagi adalah M3, yaitu M2 + uang kuasi (quasi money). Pengertian uang kuasi mencakup semua deposito berjangka dan tabungan, baik dalam mata uang lokal maupun mata uang asing (dolar) serta giro valas milik penduduk pada bank atau lembaga
30
keuangan bukan bank. Secara matematis ditunjukan dalam persamaan sebagai berikut: M3 = M2 +QM………………………………………… (3) Dimana QM adalah uang quasi (quasi money). Di negara yang menganut devisa bebas (setiap orang boleh memiliki dan memperjualbelikan devisa bebas) seperti di Indonesia, memang sedikit sekali perbedaan antara TD dan SD dalam rupiah dan TD dan SD dalam dollar. Setiap kali kita butuh rupiah, kita bisa langsung menjual dollar ke bank, atau sebalinya. Dalam hal ini perbedaan antara M2 dan M3 menjadi tidak jelas.TD dan SD dollar bukan milik masyarakat tidak termasuk dalam definisi uang kuasi. 2.1.5.4 Perdagangan Internasional (Ekspor – Impor) Perdagangan Internasional dapat diartiakan sebagai transaksi dagang antarasubyek ekonomi negara yang satu dengan subyek ekonomi negara yang lain, baik mengenai barang ataupun jasa-jasa. Adapun subyek ekonomi yang dimaksud adalah penduduk yang terdiri dari warga negara biasa, perusahaan ekspor, perusahaan impor, perusahan industri, perusahaan negara ataupun departemen pemerintah yang dapat dilihat dari neraca perdagangan (Sobri, 2000). Perdagangan Internasional meningkat seiring dengan meningkatnya tingkat keterbukaan perekonomian. Harga memainkan peranan penting dalam perdagangan internasional, perbedaan harga menyebabkan suatu negara dapat mengekspor atau mengimpor barang dan jasa. Perdagangan Internasinal akan
31
melibatkan berbagai mata uang. Sehingga, peranan nilai tukar atau kurs menjadi penting dalam interaksi ekonomi antar negara. (samuelson, 2004:87). Perdagangan internasional terjadi karena kebutuhan dan kemampuan setiap negara dalam menghasilkan barang dan jasa berbeda-beda.Perdagangan internasional juga muncul karena sebuah negara ingin melakukan ekspansi terhadap produk atau jasa yang dihasilkan di dalam negeri.Dengan adanya perdagangan internasional turut mendorong industrialisasi, kemajuan transportasi, globalisasi, dan kehadiran perusahaan multinasional. Ada beberapa teori yang menjelaskan mengenai sebab akibat terjadinya perdagangan internasional.Teori ini dikemukakan oleh Adam Smith dan David Richardo. Adam Smith dengan Teori Keunggulan Mutlak (Absolute Advantage) di mana sebuah keunggulan mutlak atau absolut adalah jika suatu negara mutlak dapat menghasilkan sesuatu yang lebih baik. Teori ini dilatarbelakangi oleh perbedaan sumber daya alam, perbedaan kualitas tenaga kerja, perbedaan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), perbedaan jumlah penduduk, perbedaan iklim, perbedaan pendapatan dan perbedaan modal yang dimiliki oleh berbagai negara di dunia. Model Adam Smith ini memfokuskan pada keuntungan mutlak yang menyatakan bahwa suatu negara akan memperoleh keuntungan mutlak dikarenakan negara tersebut mampu memproduksi barang dengan biaya yang lebih rendah dibandingkan negara lain. Menurut teori ini jika harga barang dengan jenis sama tidak memiliki perbedaan di berbagai negara maka tidak ada alasan
32
untuk melakukan perdagangan internasional. Adam Smith menganjurkan perdagangan bebas sebagai kebijakan yang mampu mendorong kemakmuran suatu negara. Ada juga teori yang di kemukakan oleh David Richardo, yaitu Teori Keunggulan Komparatif (Comparative Advantage). Teori ini mengatakan bahwa setiap negara, akan memperoleh hasil dari perdagangannya dengan mengekspor barang-barang atau jasa yang merupakan keunggulan komparatif terbesarnya dan mengimpor barang-barang atau jasa yang bukan merupakan keunggulan komparatifnya.
2.1.6
Penelitian Terdahulu
1. Yunika Murdayanti (2012) menganalisis pengaruh Gross Domestic Product, Inflasi, Suku Bunga, Money Supply, Current Account dan Capital Account Terhadap Nilai Kurs Rupiah Indonesia – Dollar Amerika. Data yang digunakan adalah data sekunder dari periode triwulan I tahun 1999 sampai
triwulan
4
tahun
2006
yang
diperoleh
dari
berbagai
sumber.Pengujian pada penelitian ini menggunakan metode regresi linear berganda.Hasil penelitian menyimpulkan bahwa variabel GDP, interest rate, inflation rate, dan Balance of Payment, Capital Account berpengaruh secara
negatif
signifikan
secara
parsial
terhadap
nilai
tukar
Rp/USD.Sedangkan variabel current account yang tidak berpengaruh secara signifikan parsial pada nilai tukar Rp/USD.
33
2. Triyono (2008) menganalisis perubahan kurs Rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat.Variabel dependen yang digunakan adalah nilai tukar Rupiah terhadap Dolar AS.Sedangkan variabel independennya terdiri dari Jumlah Uang Beredar (JUB), Inflasi, Tingkat bunga SBI, dan impor. Pengujian pada penelitian ini menggunakan metode regresi berganda dengan menggunakan model Error Correction Model (ECM). Hasil penelitian menyimpulkan bahwa berdasarkan hasil estimasi regresi ECM dan analisis jangka panjang variabel inflasi, SBI dan impor mempunyai pengaruh yang signifikan pada α = 0,05 dengan arah positif terhadap kurs. Sementara variabel JUB mempunyai pengaruh dengan arah negatif terhadap kurs pada α = 0,05. Hasil analisis dengan uji t diketahui bahwa regresi jangka pendek variabel inflasi, SBI dan impor tidak signifikan terhadap kurs pada α= 5%. Sementara variabel JUB berpengaruh secara signifikan terhadap kurs pada α= 5%. Dalam regresi jangka panjang variabel inflasi, JUB, SBI, dan impor berpengaruh secara signifikan terhadap kurs pada α = 5%. 3. Pola hubungan nilai tukar terhadap perdagangan Internasional dan pendapatan nasional telah dilakukan oleh beberapa peneliti. Pertama, penelitian dengan kajian pendekatan permintaan dan penawaran oleh Husman(2005). Penelitian ini menggunakan model komposit (hybrid) yang memadukan permintaan dan penawaran valas dengan variabel fundamental makro ekonomi untuk menjelaskan pergerakan nilai tukar rupiah.Hasil penelitian menunjukan bahwa variabel permintaan dan
34
penawaran valas berpengaruh signifikan terhadap pergerakan nilai tukar rupiah. 4. Anca Elena Nucu (2011) meneliti hubungan antara nilai tukar dengan indikator makroekonomi yang ada di negara Romania. Variabel dependen yang digunakan adalah nilai tukar mata uang Ron Romania terhadap Dolar AS dan Euro. Sedangkan variabel independennya terdiri dari GDP, inflation rate, moneysupply, interest rate, dan balance of payments. Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data bulanan dari periode 2000 sampai dengan 2010. Pengujian pada penelitian ini menggunakan metode regresi dan korelasi dengan menggunakan software Excel dan SPSS. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa untuk nilai tukar Ron terhadap Dolar AS dengan indikator makroekonomi tidak menunjukkan hasil yang signifikan. Sedangkan untuk nilai tukar Ron terhadap Euro menunjukkan adanya hubungan negatif signifikan antara nilai tukar RON/EUR dengan GDP dan money supply. Untuk variabel inflasi dan interest rate menunjukkan hubungan yang positif signifikan terhadap RON/EUR. Sedangkan untuk variabel balance of payment tidak menunjukkan adanya korelasi karena tes statistik yang tidak signifikan.
5. penelitian mengenai analisis perilaku kurs rupiah (IDR) terhadap dollar Amerika USD pada sistem kurs mengambang bebas Tara eka pratiwi dan H. purbaya budi santoso (2012). Pendekatan ini mengaplikasikan pendekatan Keynesian sticky price model. Hasil penelitian menunjukan bahwa variabel makro gross domestic product (GDP), jumlah uang beredar, indeks harga konsumen dan tingkat suku bunga berpengaruh signifikan terhadap nilai tukar.
35
2.2
Kerangka Pemikiran Seperti yang telah diungkapkan di atas, pergerakan nilai tukar Rupiah
terhadap Dolar Amerika Serikat dipengaruhi oleh beberapa faktor baik internal maupun eksternal. Banyak penelitian yang telah dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor apa sajakah yang berpengaruh terhadap nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. Pada penelitian ini, faktor-faktor yang diduga berpengaruh adalah PDB, Inflasi, jumlah uang beredar (JUB) dan Perdagangan Internasional (EksporImpor). Untuk itu akan dilakukan pengujian sejauh mana pengaruh variabel bebas tersebut terhadap pergerakan nilai tukar Rupiah terhadap Dolar AS. Berikut ini akan dijelaskan hubungan antara variabel-variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini dengan variabel dependen: 2.2.1
Pengaruh PDB tethadap nilai tukar PDB diartikan sebagai nilai keseluruhan semua barang dan jasa yang diproduksi di dalam wilayah tersebut dalam jangka waktu tertentu (biasanya per tahun).PDB Nominal merujuk kepada nilai PDB tanpa memperhatikan pengaruh harga.Sedangkan PDB riil (atau disebut PDB Atas Harga Konstan) mengkoreksi angka PDB nominal dengan memasukan pengaruh dari harga.PDB dapat dihitung dengan memakai dua pendekatan,
yaitu
pendekatan
pendapatan
dan
pendekatan
pengeluaran.Dalam pendekatan moneter, perbedaan tingkat pendapatan nasional antar negara akan dapat mempengaruhi transaksi ekspor dan impor barang maupun transaksi aset lintas negara yang bersangkutan. Hal
36
tersebut selanjutnya dapat mempengaruhi perubahan jumlah permintaan dan penawaran valuta asing di negara tersebut, yang otomatis juga akan berpengaruh terhadap nilai kurs yang berlaku pada sistem kurs mengambang bebas. Dengan kata lain jumlah pertumbuhan output riil di suatu negara sangat mempengaruhi jumlah permintaan uang domestik dari luar negeri yang membuat jumlah penawaran uang semakin berharga, dan akan memicu terjadinya apresiasi mata uang domestik (Salvatore, 1997). 2.2.2
Pengaruh Inflasi terhadap nilai tukar Dalam ilmu ekonomi, inflasi adalah suatu proses meningkatnya hargaharga secara umum dan terus menerus berkaitan dengan mekanisme pasar yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain konsumsi masyarakat yang meningkat, berlebihnya likuiditas di pasar yang memicu konsumsi atau bahkan spekulasi, sampai termasuk juga akibat adanya ketidaklancaran distribusi barang. Inflasi dapat terjadi akibat beberapa hal yang berada dari segi positif maupun negatifnya. Dengan kata lain, inflasi juga merupakan proses menurunya nilai mata uang secara kontinu. Inflasi adalah proses dari suatu peristiwa, bukan tinggi-rendanya tingkat harga. Artinya tingkat harga yang dianggap tinggi belum tentu menunjukan inflasi. Inflasi adalah indikator untuk melihat tingkat perubahan dan dianggap terjadi jika proses kenaikan harga berlangsung secara terus menerus dan saling pengaruh mempengaruhi. Inflasi berpengaruh signifikan terhadap kurs dengan arah positif atau searahterhadap kurs Indonesia. Peningkatan dalam inflasi akan menyebabkan peningkatan
37
dalamkurs atau terdepresiasi. Hai ini karena, inflasi yang tinggi menyebabkan
ketidakpastianekonomi
sehingga
investor
cenderung
melarikan uangnya ke luar negeri. Sehinggapermintaan terhadap USD naik dan permintaan Rupiah turun dan akan menyebabkan kursterdepresiasi. Sebaliknya, penurunan inflasi akan menyebabkan kurs terapresiasi. Karena,apabila inflasi mengalami penurunan akan mengakibatkan tingginya permintaan terhadaprupiah disebabkan harga-harga di dalam negeri mengalami penurunan dan kembalinyakepercayaan investor terhadap Rupiah. Sehingga permintaan terhadap USD turun danpermintaan Rupiah naik dan akan menyebabkan kurs terapresiasi. 2.2.3
Pengaruh Jumlah uang Beredar terhadap nilai tukar Jumlah uang beredar adalah jumlah uang yang ada di tangan masyarakat.Namun definisi ini terus berkembang, seiring dengan perkembangan perekonomian suatu negara.Cakupan definisi jumlah uang beredar di negara maju umumnya lebih luas dan kompleks dibandingkan dengan negara yang sedang berkembang.Total jumlah uang yang beredar pada suatu perekonomian secara teoritis diwujudkan dalam M1, M2, dan M3 yang menurut Salvatore (1997) yang dimaksud dengan M1 adalah semua uang kartal dan uang giral, dimana uang kartal adalah uang kertas dan koin yang dicetak dan diedarkan oleh bank sentral. Sedangkan uang giral adalah uang yang diciptakan oleh bank umum melalui lintas giral.M2 adalah M1 ditambah tabungan dan berbagai macam deposito yang berjangka pendek.Sedangkan M3 adalah M2 ditambah beberapa
38
komponen seperti sertifikat deposito. Dalam pendekatan moneter yang mendasarkan kebijakan kurs mengambang bebas, menyatakan bahwa nilai tukar aktual mata uang dari suatu negara dalam satuan mata uang negara lain ditentukan oleh pertumbuhan penawaran uang dan permintaan uang. Jumlah uang beredar yang berlebihan dalam suatu negara akan menyebabkan nilai tukar mata uangnya melemah (depresiasi), hal itu dikarenakan tidak diimbangi dengan permintaan yang sesuai. Sebaliknya jika permintaan akan mata uang lebih besar daripada jumlah kenaikan penawaran uang, maka nilai tukarnya akan menguat (apresiasi) (Salvatore, 1997). 2.2.4
Pengaruh Ekspor-Impor terhadap nilai tukar Ekspor dan impor merupakan implementasi dari sistem perekonomian terbuka dimana suatu negara melakukan perdagangan dengan negaranegara lain. Dinamika ekspor dan impor akan mempengaruhi neraca pembayaran dan juga output perekonomian secara keseluruhan. Nilai tukar terkait erat dengan ekspor maupun dengan impor dimana pergerakan nilai tukar mempengaruhi daya saing produk ekspor.Depresiasi nilai suatu negara terhadap mata uang negara lainnya menjadikan daya saing produk ekspor negara tersebut semakin meningkat, sehingga ekspor meningkat. Disaat yang sama, impor menjadi lebih mahal bagi negara tersebut, sehingga impor cenderung menurun. Kombinasi peningkatan ekspor dan penurunan impor akan memperbaiki kondisi neraca pembayaran dan lebih jauh lagi akan meningkatkan pendapatan nasional. Dampak sebaliknya
39
terjadi jika nilai tukar terapresiasi, yaitu kinerja neraca pembayaran dan pendapatan nasional akan memburuk. Dibawah ini digambarkan bagan kerangka pemikiran yang menjelaskan pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat.
PDB Inflasi
JUB
Nilai Tukar
Ekspor Impor Gambar 2.1 Bagan diatas menjelaskan pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat.Variabel bebas yaitu Produk Domestik Bruto (PDB), Inflasi, Jumlah Uang Beredar dan perdagangan Internasional (Ekspor-impor) dan variabel terikat yaitu Nilai tukar.
2.3
Hipotesis Berdasarkan pada kerangka pemikiran diatas maka dapat disimpulkan
hubungan sementara antar variabel sebagai berikut : H1 : Diduga PDB berpengaruhnegatif dan signifikan terhadap kurs Rp/USD
40
H2 : Diduga Inflasi berpengaruh positifdan signifikan terhadap nilai tukar Rp/USD H3 : Diduga JUB berpengaruh positifdan signifikan terhadap nilai tukat Rp/USD H4 : Diduga Ekspor berpengaruh negatif dan signifikan terhadap nilai tukar Rp/USD H5 : Diduga Impor berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai tukar Rp/USD