BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS
2.1
Kajian Pustaka
2.1.1 Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan prosesnya yang berkelanjutan merupakan kondisi utama bagi kelangsungan pembangunan ekonomi. Karena penduduk terus bertambah, ini berarti kebutuhan ekonomi semakin bertambah, maka dibutuhkan penambahan pendapatan tiap tahun. Hal ini hanya bisa didapat lewat peningkatan output agregat (barang dan jasa) atau Produk Domestik Bruto (PDB) setiap tahun. Jadi dalam pengertian ekonomi Makro, Pertumbuhan Ekonomi adalah
penambahan Pendapatan dari suatu periode ke periode
berikutnya. Menurut Simon Kuznets, pertumbuhan ekonomi adalah kenaikan kapasitas kegiatan perekonomian dalam jangka panjang dari Negara yang bersangkutan untuk menyediakan berbagai barang ekonomi kepada penduduknya, kemampuan ini tumbuh sesuai dengan kemajuan teknologinya, penyesuaian kelembagaan dan ideologis yang diperlukannya (Jhingan,2008). Dalam definisi yang diungkapkan oleh Simon Kuznets terdapat tiga komponen utama yaitu: 1.
Kenaikan output secara berkesinambungan adalah manifestasi atau perwujudan dari apa yang disebut dengan pertumbuhan ekonomi, sedangkan
12
13
kemampuan menyediakan berbagai jenis itu sendiri merupakan tanda kematangan ekonomi (economic maturity) suatu Negara. 2.
Perkembangan teknologi merupakan dasar atau pra kondisi bagi berlangsungnya suatu pertumbuhan ekonomi secara berkesinambungan, ini adalah suatu kondisi yang sangat diperlukan akan tetapi tidak cukup itu saja, namun masih dibutuhkan faktor-faktor yang lain.
3.
Guna mewujudkan potensi pertumbuhan yang terkandung di dalam teknologi baru, maka perlu diadakan serangkaian penyesuaian kelembagaan sikap dan ideologi. Menurut R. Dornbusch dan Stanley Fischer (1998), model pertumbuhan
ekonomi mengacu pada fungsi produksi yang menunjukkan suatu hubungan kuantitatif antara input dan output yang mempunyai bentuk umum sebagai berikut: Y = A F(K,L) Dimana : Y = Output (PDB) F = Hubungan fungsional K = Kapital L = Tenaga Kerja A = Parameter efisiensi (teknologi) Persamaan di atas menunjukkan bahwa output bergantung pada input (L,N) dan tingkat teknologi (A). A disebut tingkat teknologi karena semakin tinggi A,
14
semakin banyak output yang dihasilkan dengan input yang tetap. Kadang-kadang A disebut juga produktivitas. Dalam analisis makroekonomi, fungsi produksi dapat digunakan untuk menganalisis sumber-sumber pertumbuhan dimana peningkatan output yang mencerminkan pertumbuhan dapat diperoleh melalui peningkatan input dan kenaikan produktivitas akibat perbaikan teknologi dan peningkatan kualitas tenaga kerja. Fungsi produksi yang telah dikembangkan oleh dua penulis Amerika, yaitu Charles Cobb dan Paul Douglas, yang sekarang lazim dikenal sebagai fungsi produksi Cobb-Douglas. Fungsi tersebut dapat dituliskan sebagai berikut : Yt = Tt KtαLtβ ………………………….…………….(2.1) dimana : Yt adalah tingkat produksi pada tahun t, Tt adalah tingkat teknologi pada tahun t, Kt adalah jumlah stok alat-alat modal pada tahun t, Lt adalah jumlah tenaga kerja pada tahun t, α adalah pertambahan produksi yang diciptakan oleh pertambahan satu unit modal yang juga mencerminkan nilai koefisien elastisitas modal β adalah pertambahan produksi yang diciptakan oleh pertambahan satu unit tenaga kerja atau juga menunjukkan nilai koefisien elastisitas dari tenaga kerja. Apabila input yang digunakan dalam proses produksi hanya modal (K) dan tenaga kerja (L), maka ada dua kemungkinan yang terjadi, yakni proses produksi bersifat padat modal (capital intensive) atau bersifat padat tenaga kerja (labor
15
intensive). Kebijakan ini mengisyaratkan bahwa proses produksi diharapkan lebih bersifat padat tenaga kerja daripada padat modal. Apabila proses produksi lebih bersifat padat modal maka sebagian besar pendapatan dari perkembangan produksi akan dinikmati oleh pemilik modal, dan sebaliknya bila proses produksi bersifat padat tenaga kerja maka tenaga kerja akan lebih banyak menikmati perkembangan pendapatan daripada modal.
2.1.1.1 Faktor-Faktor yang mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Faktor - faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi suatu masyarakat antara lain: 1.
Akumulasi Modal Termasuk semua investasi baru yang berwujud tanah (lahan), peralatan fiskal, dan sumber daya manusia.
2.
Pertumbuhan Penduduk Hal – hal yang berhubungan dengan kenaikan jumlah angkatan kerja yang secara umum dianggap sebagai faktor positif dalam peningkatan pertumbuhan Ekonomi.
3.
Kemajuan Teknologi Ini merupakan faktor yang penting bagi pertumbuhan ekonomi. Kemajuan teknologi dikelompokkan ke dalam 3 macam, yaitu: netral, hemat tenaga kerja (labor saving), dan hemat modal (capital saving).
16
2.1.2 Teori Pertumbuhan Ekonomi Klasik 2.1.2.1 Adam Smith Adam Smith membagi tahapan pertumbuhan ekonomi menjadi lima tahap yang berurutan yaitu dimulai dari masa perburuan, masa beternak, masa bercocok tanam, masa perdagangan dan yang terakhir adalah tahap perindustrian. Dalam teori ini Adam Smith memandang pekerja sebagai masukan (input) bagi proses produksi. Dan pembagian kerja merupakan pembahasan utama teori ini dalam meningkatkan produktivitas tenaga kerja. Dalam teori Adam Smith ini proses pertumbuhan akan terjadi secara simultan dan memiliki keterkaitan antara satu dengan yang lain. Peningkatan kinerja sektor akan meningkatkan daya tarik untuk pengumpulan modal, mendorong kemajuan di bidang teknologi, meningkatkan spesialisasi, dan memperluas pasar, hal ini mendorong pertumbuhan ekonomi semakin meningkat.
2.1.2.2 David Ricardo Teori Pertumbuhan David Ricardo menyatakan bahwa proses pertumbuhan ekonomi dipengaruhi oleh faktor-faktor sumber daya tanah, sumber daya manusia, akumulasi kapital dan kemajuan teknologi. Dengan terbatasnya luas tanah, maka pertumbuhan penduduk (tenaga kerja) akan menurunkan produk marginal yang dikenal dengan istilah “the law of diminishing return”. Selama buruh yang bekerja dapat menerima tingkat upah di atas tingkat upaha alamiah, maka penduduk akan terus bertambah, hal ini akan menurunkan produk marginal tenaga
17
kerja hingga pada akhirnya menekan tingkat upah menjadi rendah. Proses ini akan berhenti hingga tingkat upah turun pada tingkat upah alamiah.
2.1.3 Teori Pertumbuhan Ekonomi Modern 2.1.3.1 Harrod Domar Teori Harrod Domar merupakan perluasan dari analisis keynes mengenai kegiatan ekonomi secara nasional dan masalah tenaga kerja. Teori ini menganalisis syarat-syarat yang diperlukan agar perekonomian bisa tumbuh dan berkembang dalam jangka panjang, atau perekonomian yang tumbuh dan berkembang dengan mantap (Steady Growth). Teori Harrod Domar mempunyai beberapa asumsi yaitu: 1.
Perekonomian dalam keadaan pengerjaan penuh (full employment) dan barang-barang modal digunakan secara penuh.
2.
Perekonomian terdiri dari dua sektor yaitu sektor rumah tangga dan sektor perusahaan, berarti pemerintah dan perdagangan luar negeri tidak ada.
3.
Besarnya tabungan masyarakat adalah proporsional dengan besarnya pendapatan nasional, artinya fungsi tabungan di mulai dari titik nol.
4.
Kecenderungan untuk menabung (marginal propensity to save = MPS) besarnya tetap, demikina juga rasio modal-output (capital output ratio = COR) tetap dan rasio pertambahan modal-output (incremental capital output ratio = ICOR).
18
2.1.3.2 Teori Rostow: Tahap-Tahap Pertumbuhan (neo klasik) Rostow mengemukakan lima tahapan pembangunan ekonomi melalui bukunya yang berjudul The Stages of Economic Growth : a non-communist manifesto sebagai berikut: 1.
Masyarakat tradisional (the traditional society) Rostow mengartikan masyarakat tradisional sebagai masyarakat yang
strukturnya berkembang di dalam fungsi-fungsi produksi yang terbatas, didasarkan pada teknologi, ilmu pengetahuan dan sikap masyarakat seperti sebelum masa Newton dengan ciri-ciri sebagai beriku: a) Tingkat produksi perkapita dan tingkat produktivitas cara pekerja masih sangat terbatas. Sebagian besar kegiatan berada pada sektor pertanian. b) Struktur sosial dalam pertanian sangat bersifat hierarkis, dimana anggota masyarakat mempunyai kemungkinan yang sangat kecil sekali untuk mengadakan mobilisasi vertikal. c) Terdapat sentralisasi dalam kegiatan politik dan pemerintahan. 2.
Prasyarat lepas landas (the precondicition fo take off) Pada tahapan ini, masyarakat mempersiapkan untuk mencapai pertumbuhan yang mempunyai kekuatan untuk terus berkembang. Tahap ini merupakan tahap peralihan sebelum lepas landas yang memerlukan peranan dari sektor pertanian
3.
Tahap lepas landas (the take off)
19
Tahap lepas landas ditandai dengan adanya pembaharuan-pembaharuan (inventions) dan peningkatan penanaman modal. Ciri-ciri tahapan lepas landas adalah sebagai berikut: a) Berlakunya kenaikan dalam penanaman modal yang produktif dari 5% atau kurang menjadi 10% dari produk nasional neto. b) Terjadinya perkembangan satu atau beberapa sektor industri dengan tingkat laju pertumbuhan yang tinggi c) Adanya atau segera terciptanya suatu kerangka dasar politik, sosial dan institusional. 4.
Tahap gerak menuju kematangan (the drive to maturity) Pada tahap ini didefinisikan sebagai suatu tahap di mana suatu perekonomian memperlihatkan kemampuannya untuk melampaui industriindustri permulaan yang menggerakan take-off nya dan menyerap hasilhasil teknologi modern yang paling maju, serta menerapkannya dengan efisien pada sebagian besar dari sumber-sumber yang dimilikinya.
5.
Tahap konsumsi masyarakat tinggi (the age of high mass consumption). Pada tahap konsumsi masa tinggi pendapatan riil perkapita meningkat sampai pada suatu titik di mana sejumlah besar orang dapat membeli barang-barang konsumsi yang melebihi kebutuhan-kebutuhan pokok seperti makanan, pakaian dan perumahan. Pada tahap ini Rostow menyebutkan adanya tiga macam tujuan masyarakat yang saling bersaing untuk mendapatkan sumber daya-sumber daya yang tersedia dan dukungan politik yaitu sebagai berikut:
20
a) Memperbesar kekuasaan dan pengaruh negara tersebut keluar negeri dan kecenderungan ini dapat berakhir dengan penaklukan (invasi) atau negara-negara lain. b) Menciptakan suatu welfare state, yaitu kemakmuran yang
lebih
merata kepada penduduknya dengan cara mengusahakan terciptanya pembagian pendapatan yang lebih merata melalui sistem perpajakan yang progresif. c) Mempertinggi
tingkat
konsumsi
masyarakat
dari
konsumsi
kebutuhan pokok yang sederhana, seperti makanan, pakaian dan perumahan ketingkat konsumsi yang lebih tinggi, yang meliputi barang konsumsi tahan lama dan barang mewah sekaligus.
2.1.3.3 Solow – Swan (Neo Klasik) Model pertumbuhan Solow Swan merupakan model pertumbuhan neo klasik yang berkembang sejak tahun 1950-an. Ekonom yang menjadi perintis dalam mengembangkan teori ini adalah Robert Solow dan Trevor Swan. Teori ini menyatakan bahwa secara kondisional, perekonomian berbagai negara akan bertemu (converge) pada tingkat pendapatan yang sama, dengan syarat bahwa negara-negara tersebut mempunyai tingkat tabungan, depresiasi, pertumbuhan angkatan kerja, dan pertumbuhan produktivitas yang sama (Todaro, 2006). Asumsi yang digunakan dalam teori Solow-Swan adalah sebagai berikut:
21
1.
Full employment, dikarenakan terjadi mekanisme pasar. Dalam teori yang dikembangkan
Solow-Swan diasumsikan bahwa perekonomian adalah
tertutup. 2.
Teknologi dan Populasi merupakan faktor endogen. Dalam teori SolowSwan, COR memiliki sifat yang dinamis, artinya dalam menghasilkan tingkat output tertentu dibutuhkan kombinasi yang seimbang antara kapital dan tenaga kerja. Penggunaan kapital yang tinggi maka penggunaan tenaga kerja menjadi rendah, sebaliknya jika penggunaan kapital rendah maka penggunaan tenaga kerja yang tinggi. Modifikasi penting dari model pertumbuhan Harrod Domar sebelumnya,
adalah bahwa dalam model Solow-Swan membolehkan substitusi antara modal dan tenaga kerja. Dalam proses Produksi, model ini mengasumsikan bahwa terdapat tambahan hasil yang semakin berkurang dalam penggunaan input-input ini. (Todaro,2006:166).
2.1.3.4 Schumpeter Menurut Schumpeter, pertumbuhan ekonomi adalah peningkatan output masyarakat yang disebabkan oleh semakin banyaknya faktor produksi yang digunakan dalam proses produksi masyarakat tanpa adanya perubahan teknologi produksi itu sendiri. Sedangkan pembangunan ekonomi adalah kenaikan output yang disebabkan oleh inovasi yang dilakukan oleh para wiraswasta. Inovasi disini berarti perbaikan teknologi dalam arti luas seperti penemuan produk baru,
22
pembukaan pasar baru, dan sebagainya inovasi ada kaitannya dengan perbaikan kualitatif dari sistem ekonomi itu sendiri. Tiga pengaruh Inovasi menurut Schumpeter yaitu: 1.
Diperkenalkannya ekonomi baru;
2.
Menimbulkan
keuntungan
lebih
(keuntungan
monopolistis)
yang
merupakan sumber dana penting bagi akumulasi modal; 3.
Inovasi akan diikuti timbulnya
proses peniruan (imitasi) yaitu adanya
pengusaha-pengusaha lain yang meniru teknologi baru tersebut. Menurut Schumpeter, ada lima bentuk kegiatan yang dapat dimasukan sebagai inovasi yaitu: 1.
Dikemukakannya atau diperkenankannya barang-barang produk baru, atau barang-barang berkualitas baru yang belum dikenal konsumen.
2.
Diperkenalkannya suatu metode produksi baru.
3.
Pembukaan daerah-daerah pasar baru bagi perusahaan.
4.
Penemuan sumber-sumber bahan mentah baru (ekonomi baru).
5.
Melakukan perubahan organisasi dalam industri sehingga terjadi efisiensi.
2.1.4 Pertumbuhan Ekonomi Daerah Dalam skala nasional, pertumbuhan ekonomi diukur melalui laju pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) sedangkan dalam ekonomi daerah, pertumbuhan diukur melalui Produk Domestik Regional Bruto. PDRB pada dasarnya merupakan jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha
23
dalam suatu daerah tertentu, atau merupakan nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh suatu unit ekonomi (BPS). Ada tiga pendekatan dalam menghitung PDB/PDRB yaitu: 1.
Pendekatan Produksi, yaitu PDRB yang dihitung berdasarkan jumlah nilai tambah barang dan jasa yang dihasilkan oleh berbagai unit produksi di suatu wilayah dalam waktu tertentu. Unit-unit produksi dalam pendekatan ini dikelompokan menjadi sembilan lapangan usaha, yaitu: 1. Pertanian, Peternakan, Perkebunan, Kehutanan dan Perikanan; 2. Pertambangan dan Penggalian; 3. Industri pengolahan; 4. Listrik, gas dan air bersih 5. Kontruksi; 6. Perdagangan, Hotel dan Restoran; 7. Penganggkutan dan Komunikasi; 8. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan; 9. Jasa-jasa.
2.
Pendekatan Pendapatan, yaitu PDRB dihitung berdasarkan jumlah balas jasa yang diterima oleh faktor-faktor produksi yang ikut serta dalam proses produksi suatu Negara dalam waktu tertentu. Balas jasa faktor produksi dimaksud seperti sewa tanah (rent), upah dan gaji (w) bunga modal (interest) dan keuntungan (π) yang semuanya belum dipotong pajak. Secara matematis dirumuskan Y (PDRB) = r + w + i + π
3.
Pendekatan Pengeluaran, yaitu PDRB yang dihitung berdasarkan semua komponen permintaan akhir yang terdiri dari: 1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga dan lembaga swasta (C), 2. Konsumsi pemerintah (G), 3. Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto dan Perubahan Stok (I), 5. Ekspor (X) dikurangi impor (M) (Ekspor Netto). Atau secara matematis dapat dirumuskan PDRB = C + I + G + (X-M).
24
Pendekatan Pengeluaran termasuk kepada Permintaan Agregat (Aggregate Demand) sedangkan pendekatan produksi dan pendekatan pendapatan termasuk kedalam penawaran agregat (Agreggate Supply).
Untuk menghitung laju
pertumbuhan ekonomi suatu daerah maka dapat dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut: Pertumbuhan Ekonomi =
PDRB t - PDRB t-1 x100% PDRBt-1
Keterangan: PDRB = Produk Domestik Regional Bruto menurut harga konstan t t-1
= tahun sekarang = tahun sebelumnya Untuk metode perhitungan PDB/PDRB di Indonesia yang dipublikasikan
pada publik hanya menggunakan dua metode yaitu : Pendekatan Produksi (berdasarkan lapangan usaha) dan Pendekatan Pengeluaran (berdasarkan penggunaan).
2.1.5 Teori Efisiensi Pengertian efisiensi dalam ekonomi terbagi ke dalam dua pengertian, yaitu efisiensi teknis dan efisiensi ekonomis. Efisiensi ekonomis mempunyai sudut pandang makro yang mempunyai jangkauan yang lebih luas jika dibandingkan dengan efisiensi teknis yang bersudut pandang mikro. Pengukuran efisiensi teknis terbatas pada hubungan teknis dan operasional dalam proses input menjadi output. Untuk meningkatkan efisiensi teknis maka hanya memerlukan kebijakan mikro yang bersifat internal, yaitu dengan pengendalian dan alokasi sumber daya yang
25
optimal. Dalam efisiensi ekonomis, harga tidak dianggap karena hanya dapat dipengaruhi oleh kebijakan makro (Walter, dalam Adrian Sutawijaya dan Etti Puji Lestari, 2009) Efisiensi menurut Nicholson (dalam Rica Amanda, 2010) menyatakan bahwa efisiensi dibagi menjadi dua pengertian. Pertama, efisiensi teknis (Technical Efficiency) yaitu pilihan proses produksi yang kemudian menghasilkan output tertentu dengan meminimalisasi sumberdaya. Kedua, efisiensi ekonomis (cost efficiency) yaitu bahwa pilihan apapun teknik yang digunakan dalam kegiatan produksi haruslah yang meminimumkan biaya. Dalam model Solow-Swan yang menggunakan konsep fungsi produksi Cobb-Douglass menjelaskan bahwa output dipengaruhi oleh faktor input, dimana stok kapital dan tenaga kerja merupakan komponen utama, maka model solow swan memfokuskan pada stok kapital dan tenaga kerja sebagai faktor input ditambah faktor teknologi. Namun dalam model Solow-Swan belum dapat menggambarkan seberapa besar tingkat efisiensi dalam penggunaan faktor input. Farrel (1957) mengklasifikasikan efisiensi dalam dua kategori yaitu Technical Efficiency (TE) dan Allocative efficiency (AE). Technical Efficiency mengukur efisiensi dimana
diperoleh output maksimal dengan input yang tersedia.
Sementara Allocative Efficiency (AE) memotret efisiensi dengan menggunakan input dalam proporsi yang optimal dan harga input yang tersedia.
26
2.1.6 Efisiensi Investasi Efisiensi investasi adalah suatu besaran yang menunjukan besarnya tambahan investasi baru yang dibutuhkan untuk menaikan/menambah satu unit output. Efisiensi investasi diukur besarannya dengan angka Incremental Capital Output Ratio (ICOR).
2.1.6.1 Investasi Investasi atau penanaman modal merupakan komponen kedua yang menentukan tingkat pengeluaran agregat. Dornbusch & Fischer berpendapat bahwa investasi adalah permintaan barang dan jasa untuk menciptakan atau menambah kapasitas produksi atau pendapatan di masa mendatang. Menurut Budiono, investasi adalah pengeluaran oleh sektor produsen (swasta) untuk pembelian barang dan jasa untuk menambah stok yang digunakan atau perluasan pabrik. Sadono
Sukirno
(2006)
mengemukakan
bahwa
kegiatan
investasi
memungkinkan suatu masyarakat terus menerus meningkatkan kegiatan ekonomi dan kesempatan kerja, meningkatkan pendapatan nasional dan meningkatkan taraf kemakmuran masyarakat. Secara umum terdapat empat jenis investasi yaitu, 1.
Induced Investment dan Autonomous Investment. Investasi yang terdorong (induced investment) yaitu investasi yang sangat dipengaruhi oleh tingkat pendapatan. Investasi ini diadakan akibat adanya pertambahan pendapatan, dimana apabila pendapatan bertambah maka
27
pertambahan permintaan akan digunakan untuk tambahan konsumsi, sedangkan pertambahan konsumsi pada dasarnya adalah tambahan permintaan dan dengan adanya tambahan permintaan akan mendorong berdirinya pabrik baru atau memperluas pabrik lama. Sedangkan investasi otonom (autonomous investment) adalah investasi yang besar kecilnya tidak dipengaruhi oleh pendapatan tetapi dipengaruhi oleh faktor-faktor yang ada diluar pendapatan yaitu teknologi, kebijakan pemerintah dan sebagainya. 2.
Public Investment dan Private Investment. Public Investment adalah investasi yang dilakukan oleh pemerintah baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah yang sifatnya resmi dan bertujuan untuk melayani dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Sedangkan Private Investment adalah investasi yang dilaksanakan oleh swasta dimana keuntungan merupakan prioritas utama.
3.
Domestic Investment dan Foreign Investment. Domestic Investment adalah sejumlah dana yang dimiliki oleh pihak dalam negeri yang digunakan untuk membangun faktor-faktor produksi yang dimiliki oleh suatu negara. Sedangkan Foreign Investment adalah penanaman modal yang dilakukan oleh pihak asing dalam suatu negara untuk mengembangkan faktor-faktor produksi yang dimiliki oleh suatu negara.
4.
Gross Investment dan Net Investment. Gross Investment adalah total seluruh investasi yang diadakan atau dilaksanakan pada suatu waktu. Gross Investment mencakup segala sesuatu
28
jenis investasi baik autonomous maupun induced atau private maupun public investment. Dengan kata lain Gross Investment adalah investasi yang dilaksanakan di suatu Negara atau daerah selama periode tertentu. Sedangkan Nett Investment adalah selisih antara investasi bruto dengan penyusutan. Di Indonesia klasifikasi atas investasi dapat dibedakan atas dua jenis yaitu: a.
Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) Modal dalam negeri adalah bagian dari kekayaan masyarakat Indonesia termasuk hak-hak dan benda-benda baik yang dimiliki oleh Negara maupun swasta yang berdomisili di Indonesia. Pihak swasta yang memiliki modal tersebut dapat secara perseorangan maupun badan hukum berdasarkan hukum yang berlaku di Indonesia.
b.
Penanaman Modal Asing (PMA) Penanaman Modal Asing adalah alat pembayaran luar negeri yang tidak merupakan bagian dari kekayaan devisa Indonesia yang dengan persetujuan pemerintah digunakan untuk pembiayaan perusahaan di Indonesia. Penanaman Modal Asing diperlukan untuk mempercepat pembangunan ekonomi. PMA yang ditanamkan tidak hanya dalam bentuk uang tetapi juga dalam bentuk mesin-mesin dan juga keterampilan fisik.
2.1.6.2 ICOR Pada dasarnya teori tentang ICOR dilandasi oleh dua macam konsep Rasio Modal – Output yaitu:
29
1.
Rasio Modal-Output atau COR atau sering disebut sebagai average Capital Output Ratio (ACOR), yaitu perbandingan antara kapital yang digunakan dengan output yang dihasilkan pada suatu periode tertentu. COR atau ACOR ini bersifat statis karena hanya menunjukan besaran yang menggambarkan perbandingan modal dan output.
2.
Ratio Modal-Output Marginal atau ICOR yaitu suatu besaran yang menunjukan besarnya tambahan kapital (investasi) baru yang dibutuhkan untuk menaikan/menambah satu unit output baik secara fisik maupun secara nilai (uang). Konsep ICOR ini lebih bersifat dinamis karena menunjukan perubahan kenaikan/penambahan output sebagai akibat langsung dari penambahan kapital Rumus ICOR : ICOR =
∆K ∆ PDRB
Dimana : ∆ K = Perubahan kapital ∆ Y = Perubahan output Dari rumus ini didapatkan pengertian bahwa ICOR merupakan statistik yang menunjukkan kebutuhan perubahan stok kapital untuk menaikan satu unit output. Dalam perkembangannya, data yang digunakan untuk menghitung ICOR bukan lagi hanya penambahan barang modal baru atau perubahan stok kapital melainkan Investasi yang ditanam baik oleh swasta maupun pemerintah sehingga rumusan ICOR menjadi : ICOR =
I t −1 ∆ PDRB
30
Dimana : I
= Investasi tahun sebelumnya
∆Y = Perubahan output
2.1.7 Efisiensi Tenaga Kerja Efisiensi tenaga kerja merupakan koefisien yang menghubungkan peningkatan tenaga kerja dan output atau produk yang dihasilkan. Efisiensi tenaga kerja besarannya ditentukan dengan angka Incremental Labour Output Ratio (ILOR).
2.1.7.1 Tenaga Kerja Tenaga kerja merupakan faktor penting disamping sumber daya alam, modal dan teknologi. Menurut Todaro (2006) pertumbuhan penduduk dan pertumbuhan angkatan kerja secara tradisional dianggap sebagai salah satu faktor positif yang memacu pertumbuhan ekonomi. Berdasarkan undang-undang ketenagakerjaan No. 13 Tahun 2003, tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat. Jadi, secara umum pengertian tenaga kerja menyangkut manusia yang mampu menghasilkan barang dan jasa yang mengandung nilai ekonomi yang berguna bagi kebutuhan masyarakat. Penduduk dikelompokan menjadi dua golongan yaitu penduduk usia kerja dan bukan usia kerja. Penduduk usia kerja (15 tahun ke atas) dibedakan menjadi dua kelompok yaitu Angkatan Kerja dan Bukan Angkatan Kerja. Angkatan Kerja dibagi lagi menjadi dua yaitu Tenaga Kerja dan Pengangguran (BPS).
31
Tenaga kerja dapat dibedakan menjadi dua kelompok yaitu angkatan kerja dan bukan angkatan kerja. Penduduk yang termasuk angkatan kerja terdiri dari orang yang bekerja dan menganggur. Sedangkan yang termasuk golongan bukan angkatan kerja yaitu anak sekolah, ibu rumah tangga dan pensiunan. Tenaga kerja berdasarkan keahliannya dibedakan menjadi: 1.
Tenaga kerja terdidik Tenaga kerja terdidik adalah tenaga kerja yang mendapatkan suatu keahlian atau kemahiran pada suatu bidang karena sekolah atau pendidikan formal dan non formal.
2.
Tenaga kerja terlatih Tenaga kerja terlatih adalah tenaga kerja yang memiliki keahlian dalam bidang tertentu yang didapat melalui pengalaman kerja. Keahlian terlatih ini tidak memerlukan pendidikan karena yang dibutuhkan adalah latihan untuk menguasai pekerjaan tersebut.
3.
Tenaga kerja tidak terdidik dan tidak terlatih Tenaga kerja tidak terdidik dan tidak terlatih adalah tenaga kerja kasar yang hanya mengandalkan tenaga saja. Dalam ekonomi sumber daya manusia terdapat dua aspek tenaga kerja yaitu
kuantitas tenaga kerja dan kualitas tenaga kerja. Kuantitas tenaga kerja artinya jumlah penduduk yang mampu bekerja. Sedangkan kualitas kerja adalah suatu standar fisik yang diukur karena hasil kerja yang dilakukan atau dilaksanakan karyawan atas tugas-tugasnya. Inti dari kualitas tenaga kerja adalah suatu hasil yang dapat diukur dengan efektifitas dan efisiensi suatu pekerjaan yang dilakukan
32
oleh sumber daya manusia atau sumber daya lainnya dalam pencapaian tujuan atau sasaran perusahaan dengan baik dan berdaya guna. Kualitas
Kerja
mengacu
pada
kualitas
sumber
daya
manusia
(Matutina,2001:205) yaitu: 1.
Pengetahuan (Knowledge) yaitu kemampuan yang dimiliki karyawan yang lebih berorientasi pada intelejensi dan daya fikir serta penguasaan ilmu yang luas yang dimiliki karyawan.
2.
Keterampilan (skill) yaitu kemampuan dan penguasaan teknis operasional di bidang tertentu yang dimiliki karyawan.
3.
Abilities yaitu kemampuan yang terbentuk dari sejumlah kompetensi yang dimiliki seorang karyawan yang mencakup loyalitas, kedisiplinan, kerjasama dan tanggung jawab.
2.1.7.1.1 Teori Ketenagakerjaan Adam Smith (1729-1790) yang merupakan tokoh utama dalam aliran ekonomi klasik mengemukakan bahwa alokasi sumber daya manusia yang efektif adalah pemula pertumbuhan ekonomi. Setelah ekonomi tumbuh, akumulasi modal (fisik) baru dibutuhkan untuk menjaga agar ekonomi tumbuh. Artinya bahwa alokasi sumber daya manusia yang efektif merupakan syarat perlu (necessary condition) bagi pertumbuhan ekonomi. Teori penting lainnya yang berkaitan dengan tenaga kerja diantara teori Lewis (1959) yang mengemukakan bahwa kelebihan pekerja merupakan kesempatan dan bukan merupakan suatu masalah. Kelebihan pekerja satu sektor
33
akan memberikan andil terhadap pertumbuhan output dan penyedia pekerja di sektor lain.
2.1.7.2 ILOR Secara umum, definisi ILOR yang bersumber dari Departemen Tenaga Kerja dan Transportasi mengasumsikan terdapat hubungan teknis antara kenaikan PDRB dengan kenaikan tenaga kerja. Makin besar kenaikan PDRB makin besar pula tambahan tenaga kerja yang dibutuhkan. Rumus ILOR : ILOR =
∆L ∆Q
Dimana : ∆L = Perubahan tenaga kerja ∆Q = Perubahan output
2.1.8 Peranan Efisiensi Investasi dan Tenaga Kerja terhadap Pertumbuhan Ekonomi ICOR merupakan ukuran dalam menentukan efisien tidaknya penanaman investasi. Roy Harrod dan Evsey Domar atau yang biasa dikenal dengan model pertumbuhan Harrod Domar berpendapat bahwa pertumbuhan pendapatan nasional secara positif berhubungan dengan rasio tabungan dan sebaliknya secara negatif berhubungan dengan ICOR. Teori neoklasik dan Robert Solow melihat dari sudut pandang jumlah faktor yang dianalisisnya, lebih lengkap dari teori Harrod Domar karena disamping membahas mengenai peranan modal, teori ini juga menyatakan bahwa secara
34
kondisional perekonomian berbagai negara akan bertemu pada tingkat pendapatan yang sama dengan asumsi bahwa negara-negara tersebut mempunyai tingkat tabungan, depresiasi, pertumbuhan angkatan kerja dan pertumbuhan angkatan kerja yang sama (Todaro, 2006). Teori Romer atau model pertumbuhan endogen mengemukakan bahwa dalam kondisi mapan, tingkat output tidak akan bertambah lagi meskipun input ditambah. Pada teori ini adanya hasil marginal yang semakin menurun pada investasi modal, memberikan peluang terjadinya hasil yang semakin meningkat (Increasing return to scale) dalam produksi agregat. Teori Romer berupaya menjelaskan keberadaan skala hasil yang semakin meningkat dan pola pertumbuhan jangka panjang yang berbeda antar negara. Dua hal penting dalam teori ini yaitu meningkatkan produktivitas modal yaitu learning by doing dan learning by investing yang memasukan faktor modal manusia sebagai faktor penggerak pertumbuhan ekonomi. Dalam konsep ILOR, dikemukakan bahwa untuk menambah output yang tinggi dibutuhkan tenaga kerja yang efisien, artinya semakin efisien tenaga kerja ditunjukan dengan nilai ILOR yang semakin rendah. Penambahan tenaga kerja yang lebih efisien dapat meningkatkan output dan output yang bertambah terus menerus akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Efisiensi berkaitan erat dengan kemajuan teknologi karena dengan kemajuan teknologi berarti ditemukan cara atau perbaikan produksi. Teori Solow mengemukakan bahwa sumber pertumbuhan ekonomi ditentukan oleh faktorfaktor produksi yaitu tenaga kerja, modal dan teknologi. Penggunaan input akan
35
lebih efisien dengan adanya teknologi. Teknologi diukur lewat efisiensi dan efisiensi pada investasi diukur dengan menggunakan ICOR sedangkan efisiensi tenaga kerja diukur dengan ILOR. Angka ICOR dan ILOR yang rendah mencerminkan penggunaan investasi dan tenaga kerja yang efisien. Dengan adanya efisiensi maka pertumbuhan ekonomi akan meningkat.
2.2
Kajian Penelitian Terdahulu Hasil penelitian Arif Tison Situmorang pada tahun 2011 dengan judul
“Pengaruh Efisiensi Perekonomian terhadap Pertumbuhan Ekonomi 32 Propinsi di Indonesia”. Dengan tujuan penelitiannya untuk mengidentifikasi hubungan antara ICOR dengan pertumbuhan ekonomi 32 Propinsi di Indonesia, menganalisis pengaruh efisiensi perekonomian melalui indikator ICOR terhadap pertumbuhan ekonomi 32 Propinsi di Indonesia dan melakukan simulasi untuk mengetahui berapa besar kebutuhan investasi dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2011-2015. Berdasarkan
hasil
penelitiannya,
bahwa
hubungan
ICOR
dengan
pertumbuhan ekonomi didapat 20 Propinsi (62,5 persen) menunjukan pola korelasi yang negatif dan sisanya sebanyak 12 Propinsi (37,5 persen) menunjukan pola korelasi positif. Pola korelasi positif diduga bahwa investasi yang ditanamkan pada 12 Propinsi
tersebut merupakan investasi jangka panjang
sehingga efeknya terhadap pertumbuhan ekonomi belum dirasakan. Dalam pengaruh ICOR terhadap pertumbuhan ekonomi didapatkan koefisien ICOR sebesar sebesar -0,41 yang artinya bahwa peningkatan efisiensi lewat penurunan
36
ICOR sebesar 1 poin maka akan mendorong peningkatan pertumbuhan ekonomi 32 Propinsi di Indonesia sebesar 0,41 persen. Sedangkan hasil proyeksi kebutuhan investasi selama tahun 2011-2015 didapat model persamaan bahwa growth Indonesia = 5,2 – 0,41*ICOR, maka kebutuhan investasi di Indonesia pada tahun 2011-2015 dapat diketahui. Hasil yang didapat dari kebutuhan investasi selama tahun 2011-2015 menunjukan penggunaan investasi yang semakin efisien dalam peningkatan pertumbuhan ekonomi tahun 2011-2015.
2.3
Kerangka Pemikiran Pembangunan dan Pertumbuhan Ekonomi dilaksanakan dengan tujuan
untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat di suatu daerah. Pertumbuhan masing-masing daerah akan berbeda dengan daerah lainnya akibat dari perbedaan karakteristik dan juga sumber daya baik sumber daya alam maupun sumber daya manusia nya. Pertumbuhan ekonomi suatu daerah diukur melalui laju pertumbuhan PDRB yang merupakan angka pendapatan regional suatu daerah. Investasi merupakan salah satu faktor yang menentukan pertumbuhan ekonomi suatu daerah, dengan meningkatnya investasi dapat menciptakan banyak lapangan pekerjaan dan juga mengurangi tingkat pengangguran. Dalam menentukan sasaran pertumbuhan perlu adanya perkiraan kebutuhan investasi, karena apabila perkiraan investasi tidak sesuai dengan apa yang diharapkan maka pertumbuhan ekonomi pun tidak akan sesuai target yang ditetapkan. Perkiraan kebutuhan investasi untuk mencapai pertumbuhan ekonomi
37
dapat diukur dengan angka ICOR, artinya seberapa besar efisiensi investasi yang ditanamkan pada periode waktu tertentu untuk dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Investasi ini berasal dari investasi asing maupun domestik. Berkaitan dengan Investasi juga, tenaga kerja merupakan satu hal yang tidak bisa dipisahkan dari investasi. Tenaga kerja merupakan sumber daya yang mendukung program investasi tersebut. Tenaga kerja timbul akibat adanya investasi yang ditanamkan baik dari investasi yang berasal dari dalam negeri (PMDN) maupun yang berasal dari luar negeri (PMA). Dalam konsep efisiensi investasi dikenal dengan konsep ICOR, sedangkan dalam efisiensi tenaga kerja dinamakan sebagai ILOR yaitu seberapa besar tambahan tenaga kerja untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi suatu daerah. Efisiensi investasi dan tenaga kerja sangat diperlukan untuk mencapai sasaran pertumbuhan ekonomi yang diharapkan. Hubungan antara efisiensi investasi dan efisiensi tenaga kerja dengan pertumbuhan ekonomi adalah berpola negatif. Artinya bahwa semakin efisien investasi dan tenaga kerja yang ditandai dengan angka yang semakin kecil maka semakin efisien dalam menciptakan pertumbuhan ekonomi. Berdasarkan kerangka pemikiran di atas, maka dapat dibuat kerangka pemikiran yang menggambarkan kondisi dan hubungan antara efisiensi investasi asing, efisiensi investasi domestik, efisiensi tenaga kerja dengan pertumbuhan ekonomi.
38
Efisiensi Investasi Asing (ICORA)
Efisiensi Investasi Domestik
Pertumbuhan Ekonomi (PE)
(ICORD)
Efisiensi Tenaga Kerja (ILOR) Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran
2.4
Hipotesis Berdasarkan kerangka pemikiran di atas, maka dibuat hipotesis penelitian
sebagai berikut: 1. Jika tingkat efisiensi investasi asing semakin tinggi maka pertumbuhan ekonomi semakin tinggi. 2. Jika tingkat efisiensi investasi domestik semakin tinggi maka pertumbuhan ekonomi semakin tinggi. 3. Jika tingkat efisiensi tenaga kerja semakin tinggi maka pertumbuhan ekonomi semakin tinggi.