BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS
A.
Kajian Pustaka Pada bagian ini dijelaskan beberapa kajian literatur yang mendukung pembahasan penelitian mengenai pengaruh struktur modal, profitabilitas, dan kepemilikan institusi terhadap nilai perushaaan. 1.
Agency Theory Jensen
dan
Meckling
(1976)
menyebutkan
bahwa
manajemen merupakan agen dari pemegang saham, sebagai pemilik perusahaan. Para pemegang saham yang bertindak sebagai principal dan manajemen perusahaan selaku agen akan memiliki hubungan keterkaitan yang disebut dengan hubungan keagenan. Hubungan keagenan adalah hubungan antara principal dengan agen yang di dalamnya bertindak atas nama dan untuk kepentingan principal
dan atas tindakannya (actions) tersebut
agen mendapat imbalan tertentu (Suwardjono, 2005). Hubungan agensi tersebut akan menimbulkan masalah berupa konflik kepentingan
antara
pemegang
saham
dengan
manajemen
perusahaan. Timbulnya masalah tersebut menyebabkan perusahaan harus menanggung biaya keagenan (agency cost). 8 http://digilib.mercubuana.ac.id/
Agency cost muncul karena adanya pemberian tugas wewenang oleh pemegang saham kepada manajemen untuk mengelola perusahaan demi kelangsungan hidup perusahaan serta demi kepentingan pemegang saham. Menurut Jensen dan Meckling (1976) ada tiga macam biaya keagenan sebagai berikut : a)
Biaya Bonding (Bonding Cost), biaya yang ditimbulkan atas sikap manajer yang memberikan jaminan kepada pemilik perusahaan bahwa perusahaan yang dikelolanya tidak akan merugi.
b)
Biaya Monitoring (Monitoring Cost), biaya yang ditimbulkan karena pemegang saham mengawasi segala tindakan yang dilakukan oleh manajerial di perusahaan.
c)
Biaya kerugian residual (Residual Cost), biaya yang ditimbulkan karena adanya perbedaan keputusan antara pihak pemegang
saham
dengan
pihak
manajerial
dimana
seharusnya keputusan tersebut memberikan keuntungan yang maksimal bagi pemegang saham. Menurut Tarjo (2005) adapun cara yang bisa dilakukan dalam penghematan agency cost yaitu dengan meningkatkan kepemilikan saham oleh manajemen, mengurangi free cash flow yang dikuasai oleh manajemen dengan cara pembagian deviden, serta meningkatkan leverage perusahaan.
9 http://digilib.mercubuana.ac.id/
Para pemegang saham berusaha maksimal atas pengembalian penggunaan sumber dayanya yang bergantung pada pembayaran yang terutang kepada manajemen. Dengan demikian ada dua kepentingan yang berbeda di dalam perusahaan dimana masingmasing pihak berusaha untuk mencapai atau mempertahankan tingkat kemakmuran sesuai kehendaknya. Konflik kepentingan antara pemegang saham dengan manajemen selaku agen terjadi karena kemungkinan agen tidak selalu berbuat sesuai dengan kepentingan principal (pemegang saham). Terjadinya konflik kepentingan tersebut disebut dengan konflik keagenan (agency conflict) (Belkaoi, 2007). Konflik
keagenan
dapat
berpengaruh
pada
investor.
Pemikiran bahwa manajemen dapat melakukan tindakan yang hanya memberikan keuntungan bagi dirinya sendiri didasarkan pada asumsi yang menyatakan setiap orang mempunyai perilaku yang mementingkan diri sendiri atau self-interested behavior. Keinginan, motivasi dan utilitas yang tidak sama antara manajemen dan pemegang saham, antara lain berperilaku tidak etis dan cenderung melakukan kecurangan akuntansi (Rachmawati dan Triatmoko, 2007). Hal tersebut yang bisa berdampak pada rendahnya
kualitas
mengakibatkan
para
laba.
Rendahnya
pemakai
laporan
kualitas keuangan
laba
akan
membuat
10 http://digilib.mercubuana.ac.id/
kesalahan dalam pembuatan keputusan seperti investor dan kreditur, sehingga nilai perusahaan akan berkurang. 2.
Signalling Theory Menurut Wolk et al (2000) teori sinyal menjelaskan mengenai alasan perusahaan menyajikan informasi untuk pasar modal. Teori sinyal menunjukkan adanya asimetri informasi antara
manajemen
perusahaan
dan
para
pihak
yang
berkepentingan dengan informasi tersebut. Suwardjono (2005) mengemukakan teori sinyal berakar pada teori akuntansi pragmatik yang fokus kepada pengaruh informasi terhadap perubahan perilaku pemakai informasi, dan salah satu informasi yang dapat dijadikan sinyal adalah pengumuman yang nantinya dapat mempengaruhi naik turunnya harga sekuritas perusahaan emiten yang melakukan pengumuman. Perusahaan yang berkualitas baik nantinya akan memberikan sinyal dengan cara menyampaikan laporan keuangannya dengan tepat waktu, hal tersebut cenderung tidak dilakukan oleh perusahaan yang berkualitas buruk karena perusahaan berkualitas buruk akan cenderung tidak tepat waktu dalam penyampaian laporan keuangannya (Kadek, 2013). Penyediaan informasi laporan keuangan yang konsisten dalam hal komposisi laporan keuangan dan ketepatan waktu
11 http://digilib.mercubuana.ac.id/
dalam penerbitan laporan bisa menjadi sinyal baik perusahaan dalam pandangan investor. 3.
Struktur Modal Struktur modal perusahaan merupakan kombinasi antara hutang jangka panjang dan ekuitas, dalam rangka mendanai investasinya (operating assets). Teori struktur modal modern pertama kali dikemukakan oleh Franco Modigliani dan Merton H.miller pada tahun 1958. Dalam Frensidy (2008) ModiglianiMiller (MM) menyatakan bahwa rasio hutang tidak relevan dan tidak ada struktur modal yang optimal. Nilai perusahaan bergantung pada arus kas yang akan dihasilkan dan bukan pada rasio hutang dan ekuitas. Pokok pembahasan dalam teori tersebut adalah tidak ada rasio hutang yang optimal dan rasio hutang tidak menjelaskan nilai perusahaan. Dimana dalam teori tersebut diasumsikan tidak ada pajak, tidak ada asimetri informasi, dan tidak ada biaya transaksi. Namun, belakangan teori tersebut dianggap kurang relevan karena adanya pengurangan pajak penghasilan atas penggunaan hutang, kondisi pasar dengan asimetri informasi, serta biaya transaksi dalam pasar modal yang tidak menjadi variabel pendukung dalam teori MM ini (Frensidy, 2008). Aspek positif dari hutang adalah menurunkan biaya keagenan (agency cost) ekuitas. Penggunaan hutang juga akan mendisiplinkan manajer
12 http://digilib.mercubuana.ac.id/
untuk tidak sembarangan menggunakan aktiva perusahaan untuk kepentingannya karena pengawasan oleh kreditur biasanya jauh lebih ketat dan efektif dibandingkan pengawasan yang dilakukan oleh para pemegang saham di luar perusahaan dengan informasi yang relatif terbatas (Hartono, 2004). Menurut
Brigham
dan
Houstin
(2001)
faktor
yang
mempengaruhi struktur modal adalah : a)
Stabilitas penjualan, perusahaan dengan penjualan yang relatif stabil dan dapat lebih aman memperoleh lebih banyak pinjaman dan menanggung beban tetap yang lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan yang penjualannya tidak stabil.
b)
Struktur aktiva, perusahaan yang aktivanya sesuai untuk dijadikan
jaminan
kredit
cenderung
lebih
banyak
menggunakan utang. c)
Leverage operasi, perusahaan dengan leverage operasi lebih kecil cenderung lebih mampu untuk memperbesar leverage keuangan karena memiliki risiko bisnis yang lebih kecil.
d)
Tingkat pertumbuhan, perusahaan yang tumbuh dengan pesat harus lebih banyak mengandalkan modal eksternal. Adapun faktor lain dalam penentu struktur modal adalah
profitabilitas. Perusahaan dengan perolehan laba yang sangat baik akan menggunakan hutang dalam jumlah kecil. Tingkat
13 http://digilib.mercubuana.ac.id/
pengembalian
yang
tinggi
memungkinkan
mereka
untuk
membiayai sebagian besar kebutuhan pendanaannya dengan dana yang dihasilkan secara internal. Struktur modal diukur dengan debt to equity ratio (DER). DER merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat penggunaan hutag terhadap total shareholder’s equity yang dimiliki perusahaan. DER dirumuskan sebagai berikut :
Total Hutang DER = Total Ekuitas Total hutang merupakan total liabilities yaitu hutang jangka pendek maupun jangka panjang sedangkan total shareholder’s equity merupakan total modal sendiri (total modal saham yang disetor dan laba yang ditahan) yang dimiliki perusahaan. Semakin tinggi DER menunjukkan komposisi total hutang (jangka pendek dan jangka panjang) semakin besar dibandingkan dengan total modal sendiri, sehingga berdampak semakin besar beban perusahaan terhadap pihak luar (kreditur). 4.
Profitabilitas Profitabilitas merupakan gambaran kinerja manajemen dalam mengelola perusahaan seberapa besar tingkat perolehan keuntungan dan tingkat efisiensi operasional dan efisiensi dalam menggunakan harta yang dimilikinya. Pengukuran profitabilitas 14 http://digilib.mercubuana.ac.id/
dapat menggunakan beberapa indikator seperti laba operasi, laba bersih, tingkat pengembalian investasi/aktiva, dan tingkat pengembalian ekuitas pemilik. Menurut Sujono dan Soebiantoro (2007) profitabilitas yang tinggi menunjukkan prospek perusahaan yang baik sehingga investor akan merespon positif sinyal tersebut dan nilai perusahaan akan meningkat. Para investor menanamkan modal pada perusahaan dengan tujuan untuk memperoleh return berupa yield dan capital gain. Semakin tinggi kemampuan memperoleh laba, maka semakin besar return yang diharapkan investor, sehingga menjadikan nilai perusahaan menjadi lebih baik. Profitabilitas diukur dengan indikator return on equity (ROE). ROE merupakan rasio yang menunjukkan tingkat pengembalian yang diperoleh pemegang saham atas investasi. ROE membandingkan besarnya laba bersih terhadap ekuitas saham biasa. Semakin tinggi ROE menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat pengembalian terhadap investasi yang dilakukan dan semakin rendah ROE suatu perusahaan maka tingkat pengembaliannya juga akan semakin rendah. Pada umumnya, para investor akan melihat ROE sebelum memutuskan melakukan investasi untuk mengetahui seberapa banyak yang akan dihasilkan dari investasi yang dilakukan perusahaan.
15 http://digilib.mercubuana.ac.id/
Laba bersih ROE = Modal sendiri Profitabilitas digunakan return on investment (ROI) dan return on equity (ROE). ROI merupakan tingkat pengembalian atas investasi perusahaan pada aktiva. ROI sering disebut juga return on asset (ROA). Nilai ROA diperoleh dengan rumus :
Laba bersih ROA = Jumlah aktiva perusahaan Tingkat peroleh ROE yang terus naik setiap tahunnya pada suatu perusahaan mencerminkan adanya kenaikan laba bersih dari perusahaan tersebut. Naiknya laba bersih dapat dijadikan salah satu indikasi bahwa nilai perusahaan juga naik, yang kemudian menyebabkan kenaikan harga saham perusahaan. Profitabilitas yang digunakan sebagai ktiteria penilaian hasil operasional perusahaan mempunyai beberapa manfaat yang sangat penting antara lain : a)
Menganalisis
tingkatan
upaya
perusahaan
dalam
menghasilkan laba ditunjukkan untuk mendeteksi penyebab timbulnya laba atau rugi yang dihasilkan oleh laporan keuangan terutama laporan laba rugi pada periode akuntansi
16 http://digilib.mercubuana.ac.id/
b)
Profitabilias
merupakan
instrumen
yang
menjelaskan
mengenai posisi laba perusahaan dengan mengetahui perbandingan antara laba dengan modal perusahaan c)
Profitabilitas instrumen bagi manajemen untuk melakukan berbagai kegiatan karena digunakan sebagai salah satu landasan operasional perusahaan dengan cara profitabilitas dapat dimanfaatkan oleh pihak internal untuk membuat anggaran, koordinasi, tujuan perusahaan, dan evaluasi hasil palaksanaan operasional perusahaan dan kemudian menjadi dasar dalam pengambilan keputusan.
5.
Kepemilikan Institusi Kepemilikan institusional meruapakan kepemilikan saham perusahaan oleh institusi atau lembaga seperti perusahaan asuransi, bank, perusahaan investasi dan kepemilikan institusi lain. Haruman (2008) menyatakan bahwa struktur kepemilikan perusahaan dapat mempengaruhi pencapaian tujuan perusahaan. Struktur kepemilikan perusahaan akan mempengaruhi keputusan keuangan yang terdiri dari keputusan investasi, pendanaan dan kebijakan dividen. Wahyudi kepemilikan
dan yang
Parwestri dimiliki
(2006)
menyatakan
perusahaan
diharapkan
struktur dapat
berpengaruh terhadap keputusan pendanaan perusahaan. Semakin
17 http://digilib.mercubuana.ac.id/
tinggi kepemilikan institusioanl maka semakin kuat kontrol eksternal terhadap perusahaan dan mengurangi agency cost, sehingga perusahaan akan menggunakan dividen yang rendah. Pengawasan yang ketat menyebabkan manajer menggunakan hutang pada tingkat rendah untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya risiko kebangkrutan. Kelebihan dari kepemilikan institusional dalam suatu perusahaan antara lain (Wien, 2010) : a)
Memiliki profesionalisme dalam menganalisis informasi sehingga dapat menguji keandalan informasi.
b)
Memiliki
motivasi
yang
kuat
untuk
melaksanakan
pengawasan lebih ketat atas aktivitas yang terjadi di dalam perusahaan. Kepemilikan institusional diperoleh dari jumlah kepemilikan saham yang dimiliki institusi dibagi dengan jumlah sahan perusahaan yang beredar. Kepemilikan saham oleh institusi Kepemilikan Institusional = Jumlah saham beredar
6.
Nilai Perusahaan Nilai perusahaan merupakan pandangan investor terhadap tingkat keberhasilan perusahaan yang terkait erat dengan harga
18 http://digilib.mercubuana.ac.id/
sahamnya (Sujono dan Soebiantoro, 2007). Harga saham yang tinggi membuat nilai perusahaan juga tinggi, dan meningkatkan kepercayaan pasar terhadap kinerja perusahaan serta prospek perusahaan di masa yang akan datang. Nilai perusahaan dapat diukur dengan price to book value (PBV). PBV merupakan perbandingan antara harga saham dengan nilai buku per saham atau book value per share, yaitu perbandingan antara modal (common equity) dengan jumlah saham yang beredar (shares outstanding). PBV dapat diartikan sebagai hasil perbandingan antara harga saham dengan nilai buku saham. PBV yang tinggi akan meningkatkan kepercayaan pasar terhadap prospek perusahaan dan mengindikasikan kemakmuran yang tinggi para pemegang saham. Menurut Weston dan Copeland (2008) rasio perhitungan nilai perusahaan terdiri dari : a)
Price Earning Ratio (PER) Rasio ini menunjukkan berapa banyak jumlah rupiah yang harus dibayarkan oleh para investor untuk membayar setiap rupiah laba yang dilaporkan.
Harga pasar per saham PER = Laba per saham
19 http://digilib.mercubuana.ac.id/
b)
Price to Book Value Rasio
ini
menggambarkan
seberapa
besar
pasar
menghargai nilai buku saham suatu perusahaan. Semakin tinggi PBV berarti semakin tinggi tingkat kepercayaan pasar terhadap prospek perusahaan.
Harga pasar per saham PBV = Nilai Buku c)
Rasio Tobin’s Q Rasio ini menunjukkan estimasi pasar keuangan saat ini tentang nilai hasil pengembalian dari setiap dollar investasi incremental. Menurut Smithers dan Wright (2007) Tobin’s Q dihitung dengan membandingkan rasio nilai pasar saham perusahaan dengan nilai buku ekuitas perusahaan. Rumusnya adalah sebagai berikut :
(EMV + D) q = (EBV + D) Jika Tobin’s Q di atas satu menunjukkan bahwa investasi dalam aktiva menghasilkan laba yang memberikan nilai yang lebih tinggi daripada pengeluaran investasi. Jika Tobin’s Q di bawah satu, investasi dalam aktiva tidaklah
20 http://digilib.mercubuana.ac.id/
menarik. Kelebihan Tobin’s Q sebagai rasio pengukur nilai perusahaan yaitu karena dalam Tobin’s Q memasukkan semua unsur utang dan modal saham perusahaan, tidak hanya saham biasa saja dan tidak hanya ekuitas perusahaan yang dimasukkan namun seluruh asset perusahaan. semakin besar nilai Tobin’s Q menunjukkan bahwa perusahaan memiliki prospek pertumbuhan yang baik,dikarenakan semakin besar nilai pasar asset perusahaan dibandingkan dengan nilai buku asset
maka
semakin
besar
kerelaan
investor
untuk
mengeluarkan pengorbanan yang lebih untuk memiliki perusahaan tersebut (Sukamulja, 2004). Perusahaan dapat dikatakan memberikan nilai ketika para investor
memperoleh
nilai
pengembalian
melebihi
biaya
modalnya. Nilai perusahaan merupakan persepsi investor terhadap tingkat keberhasilan perusahaan yang terkait erat dengan harga sahamnya (Sujono dan Soebiantoro, 2007). Menurut Husnan dan Pudjiastuti (2006) nilai perusahaan dapat direfleksikan melalui tiga cara yaitu melalui nilai buku, nilai likuidasi ataupun nilai pasar saham. Bernard (2003) menyebutkan tiga ukuran dari kinerja perusahaan yang dapat dipakai untuk melihat nilai perusahaan yaitu tobin’s Q, market to book ratio dan price flow ratio. Nilai perusahaan tidak hanya bergantung pada kemampuan menghasilkan arus kas, tetapi juga
21 http://digilib.mercubuana.ac.id/
bergantung pada karakteristik operasional dan keuangan dari perusahaan yang diambil alih.
B.
Penelitian Terdahulu Penelitian
terdahulu
mengenai
faktor
–
faktor
yang
mempengaruhi nilai perusahaan sudah banyak dilakukan, dimana pada hasil penelitian tersebut sangat bervariasi bergantung pada variabel yang digunakan sebagai
indikator yang mempengaruhi
nilai
perusahaan. Ada variabel yang menghasilkan nilai positif berpengaruh terhadap nilai perusahaan, ada juga variabel yang tidak memiliki peran positif pada variabel nilai perusahaan. Carlson dan Bathala (1997) menyatakan ROA berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan. Sujono dan Soebiantoro (2007) dalam penelitiannya menghasilkan hipotesis bahwa profitabilitas berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan. Safrida (2008) meneliti tentang pengaruh struktur modal dan pertumbuhan
perusahaan
terhadap
nilai
perusahaan.
Populasi
penelitian mencakup seluruh perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia 2003 – 2006 sedangkan penentuan sampel berdasarkan metode purposive sampling. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa struktur modal berpengaruh negatif dan signifikan terhadap nilai perusahaan. Hasil tersebut mengartikan bahwa perusahaan lebih banyak menggunakan hutang sebagai sumber pendanaan perusahaan
22 http://digilib.mercubuana.ac.id/
daripada ekuitas sehingga berpengaruh pada menurunnya nilai perusahaan. Elva
(2012)
hasil
penelitiannya
menunjukkan
bahwa
kepemilikan institusional dan ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan. Hermuningsih (2013) melakukan penelitiannya dengan aplikasi pendekatan Structural Equation Model (SEM) pada 150 perusahaan yang terdaftar di BEI periode 2006 – 2010 menghasilkan temuan berupa variabel profitabilitas, growth opportunity dan struktur modal berpengaruh positif signifikan terhadap nilai perusahaan. Hasil penelitian tersebut mengartikan bahwa semakin besar profitabilitas, semakin tinggi peluang pertumbuhan, dan semakin besar proporsi hutang dalam struktur pendanaan perusahaan, maka semakin besar pula nilai perusahaan tersebut. Hasil indikasi kedua, dimana variabel struktur
modal
opportunity
dan
merupakan tidak
bagi
variabel
bagi
growth
disebabkan
karena
intervening
profitabilitas,
profitabilitas memiliki pengaruh yang berlawanan dengan struktur modal. Ini berarti, struktur modal akan memperbesar pengaruh positif profitabilitas perusahaan terhadap nilai perusahaan tersebut. Sudarman (2011) meneliti tentang pengaruh struktur modal, kebijakan dividend dan kinerja terhadap nilai perusahaan. Sampel penelitian adalah seluruh perusahaan LQ 45 yang terdaftar di BEI 2007 – 2009 dan tidak bergerak pada sektor perbankan. Hasil
23 http://digilib.mercubuana.ac.id/
penelitian menunjukkan struktur modal (leverage) berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan, ROA berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan. Permanasari (2010) meneliti mengenai pengaruh kepemilikan manajemen,
kepemilikan
institusional,
dan
corporate
social
responsibility terhadap nilai perusahaan. Sampel penelitiannya adalah perusahaan non-keuangan yang terdaftar di BEI periode 2007 – 2008. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa kepemilikan institusional yang merupakan pemilik mayoritas cenderung berpihak pada manajemen dan mengarah pada kepentingan pribadi sehingga mengabaikan pemegang saham minoritas, hal tersebut direspon negatif oleh pasar. Her, SD
Struktur modal
Profitabilitas
Kepemilikan Institusi
CB, SS, Her
Nilai Perusahaan
Elva
Sumber : Hermuningsih, 2013 (Her); Carlson dan Bathala, 1997 (CB); Sujono dan Soebiantoro, 2007 (SS); Sudarman, 2011 (SD); Elva, 2012 (Elva).
24 http://digilib.mercubuana.ac.id/
C.
Kerangka Pemikiran Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis adanya pengaruh antara variabel struktur modal, profitabilitas, dan kepemilikan institusi terhadap nilai perusahaan pada perusahaan manufaktur. Struktur modal merupakan kombinasi antara hutang dan ekuitas dalam struktur keuangan jangka panjang perusahaan. Komposisi hutang dalam laporan keuangan perusahaan dapat menentukan persepsi pasar terhadap prosepek masa depan perusahaan, dimana hal tersebut berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Tingkat perolehan profitabilitas perusahaan mencerminkan keberhasilan operasional perusahaan. Semakin tinggi keuntungan yang tercatat dalam laporan keuangan perusahaan, maka pasar menilai operasional perusahaan dapat bersaing dengan baik dengan industri sejenis lainnya, serta berhasil melakukan efiensi diberbagai aspek kegiatan
operasional.
Profitabilitas
dinilai
sebagai
gambaran
keberhasilan kinerja manajemen dalam mengelola perusahaan. Salah satu faktor yang memberikan dukungan terhadap nilai perusahaan adaah kepemilikan saham perusahaan. Kepemilikan institusi dan kepemilikan manajerial dalam suatu perusahaan, bisa memberikan nilai lebih terhadap kepercayaan pasar dalam hal kelangsungan perusahaan. Hal tersebut dikarenakan, pasar akan beranggapan dengan kepemilikan suatu institusi, perusahaan akan
25 http://digilib.mercubuana.ac.id/
dengan mudah dalam hal perolehan struktur modal, serta adanya kontrol yang lebih ketat atas kinerja manajemen perusahaan. Penelitian ini menggunakan variabel terikat (dependen variable) yang dinyatakan dengan nilai perusahaan, sedangkan variabel bebas (independent variable) dinyatakan dengan variabel struktur modal, profitabilitas, dan kepemilikan institusi. Berdasarkan tinjauan kajian teori, rumusan masalah, tujuan penelitian, serta ringkasan penelitian terdahulu, berikut digambarkan suatu model konseptual untuk menggambarkan penelitian mengenai analisis pengaruh struktur modal, profitabilitas, dan kepemilikan institusi terhadap nilai perusahaan. Struktur Modal
Profitabilitas
Nilai Perusahaan
Kepemilikan Institusi
Variabel Terikat (Dependent Variable)
Variabel Bebas (Independent Variable)
Gambar 2.1 Model Konseptual
26 http://digilib.mercubuana.ac.id/
D.
Hipotesis 1. Struktur Modal terhadap Nilai Perusahaan Sudarman (2011) dan Kusumajaya (2011) menunjukkan bahwa struktur modal berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan dengan hasil semakin tinggi rasio hutang terhadap modal sendiri maka semakin tinggi nilai perusahaan. Pada saat manajer memiliki kepercayaan yang tinggi atas prospek perusahaan dan menginginkan harga saham meningkat, maka manajer akan menggunakan hutang lebih banyak sebagai sinyal yang lebih dapat dipercaya oleh calon investor. Kebijakan hutang (diukur dengan DER) dan ukuran perusahaan (diukur dengan total asset) berpengaruh signifikan terhadap price book value (Sujono dan Soebiantoro, 2007). Berdasarkan pandangan tersebut, maka dalam penelitian ini diajukan hipotesis penelitian sebagai berikut : H1 : Struktur modal berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan. 2. Profitabilitas terhadap Nilai Perusahaan Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba. Profitabilitas diukur dengan return on equity (ROE). Pertumbuhan ROE menunjukkan prospek perusahaan yang semakin baik, yang akan ditangkap oleh investor sebagai sinyal
27 http://digilib.mercubuana.ac.id/
positif yang kemudian akan memudahkan manajemen perusahaan untuk memperoleh modal berupa saham. Semakin tinggi tingkat profitabilitas perusahaan maka akan meningkatkan laba per lembar saham perusahaan. Peningkatan tersebut menjadi daya tarik perusahaan bagi para investor untuk menanamkan modalnya. Kecenderungan kenaikan harga saham yang berkelanjutan, akan berpengaruh terhadap peningkatan nilai perusahaan dalam pasar. Berdasarkan uraian tersebut maka hipotesis kedua penelitian ini adalah : H2
:
Profitabilitas
berpengaruh
positif
terhadap
nilai
perusahaan. 3. Kepemilikan Institusi terhadap Nilai Perusahaan Ismiyanti dan Mamduh (2003) menyebutkan bahwa semakin tinggi kepemilikan institusional maka semakin meningkatkan pengawasan pihak eksternal terhadap perusahaan. Nilai perusahaan dapat meningkat jika institusi mampu menjadi monitoring yang efektif. Proporsi menimbulkan
kepemilikan tingkat
institusi
kepercayaan
pasar
dalam
perusahaan
terhadap
prospek
perusahaan di masa yang akan datang. Oleh karena itu, penelitan ini mengajukan hipotesis sebagai berikut : H3 : Kepemilikan institusi berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan.
28 http://digilib.mercubuana.ac.id/