BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS
A.
Profitabilitas 1.
Pengertian Profitabilitas Laba atau profit merupakan indikasi kesuksesan suatu perusahaan. Oleh
karena itu laba merupakan suatu tujuan utama dari setiap perusahaan. Pengertian profitabilitas menurut kasmir (2011:198) merupakan rasio dari kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan, sedangkan tujuan dari rasio profitabilitas menurut fahmi (2011:135) adalah “rasio ini mengukur efektivitas manajemen secara keseluruhan yang ditujukan oleh besar kecilnya keuntungan yang diperoleh dalam hubungannya dengan penjualan maupun investasi”. Pada dasarnya tujuan utama suatu perusahaan adalah menghasilkan laba yang optimal dari penggunaan aktiva suatu perusahaan, dimana dikaitkan dengan penjualan yang berhasil diciptakan suatu perusahaan sehingga dapat menghasilkan laba. Laba dapat menjamin ekstensi perusahaan baik dalam operasi maupun kemampuan dalam memberikan deviden yang memuaskan bagi para pemegang saham.
11
Menurut kasmir dalam bukunya analisis laporan keuangan (2012:115) profitabilitas merupakan alat ukur kemampuan perusahaan menghasilkan suatu keuntungan pada tingkat penjualan,asset, dan modal saham tertentu. Dari pengertian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa profitabilitas merupakan alat ukur bagi suatu perusahaan, karena dengan profit yang bagus akan menunjang kesuksesan bagi perusahaan itu sendiri, tujuan utama suatu perusahaan yaitu menghasilkan profit yang bagus setiap periode berjalan. 2.
Jenis-Jenis Rasio Profitabilitas Rasio profitabilitas merupakan rasio yang bertujuan untuk mengetahui
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba selama periode tertentu dan juga memberikan gambaran tentang tingkat efektivitas manajemen dalam melaksanakan kegiatan operasionalnya. Jenis-jenis rasio profitabilitas yaitu: 1. Gross Profit Margin (Margin Laba Kotor) Gross profit margin merupaka rasio yang mengukur efisiensi harga pokok atau biaya produksinya, mengindikasikan kemampuan perusahaan untuk berproduksi secara efisien (Sawir, 2009:18). Gross profit margin merupakan persentase laba kotor dibandingkan dengan sales. Semakin besar gross profit margin semakin baik keadaan operasi perusahaan, karena hal ini menunjukkan bahwa harga pokok penjualan relatif lebih rendah dibandingkan dengan sales, demikian pula
12
sebaliknya, semakin rendah gross profit margin semakin kurang baik operasi perusahaan (Syamsuddin, 2009:61). -
Gross profit margin dihitung dengan formula:
Rumus: Gross = Penjualan profit(Margin margin Laba - Net Profit Margin Bersih) – Harga Pokok Penjualan Penjualan
Rasio ini mengukur laba bersih setelah pajak terhadap penjualan. Semakin tinggi Net profit margin semakin baik operasi suatu perusahaan. Rumus:
Net Profit margin
= Laba bersih setelah Pajak Penjualan
2. Return On Investment Return on investment merupakan perbandingan antara laba bersih setelah pajak dengan total aktiva. Return on investment adalah merupakan rasio yang mengukur kemampuan perusahaan secara keseluruhan didalam menghasilkan keuntungan dengan jumlah keseluruhan aktiva yang tersedia didalam perusahaan (Syamsuddin, 2009:63). Semakin tinggi rasio ini semakin baik keadaan suatu perusahaan. Return on investment merupakan rasio yang menunjukkan berapa besar laba bersih diperoleh perusahaan bila di ukur dari nilai aktiva (Syafri, 2008:63) Rumus:
Return on Investment dihitung dengan rumus: Return On Investment (ROI)
= Laba Bersih setelah Pajak Total Aktiva
13
3. Return On Equity Return on equity merupakan perbandingan antara laba bersih sesudah pajak dengan total ekuitas. Return on equity merupakan suatu pengukuran dari penghasilan (income) yang tersedia bagi para pemilik perusahaan (baik pemegang saham biasa maupun pemegang saham preferen) atas modal yang mereka investasikan di dalam perusahaan (Syafri,2008:305). Return on equity adalah rasio yang memperlihatkan sejauh manakah perusahaan mengelola modal sendiri (net worth) secara efektif, mengukur tingkat keuntungan dari investasi yang telah dilakukan pemilik modal sendiri atau pemegang saham perusahaan (Sawir 2009:20). ROE menunjukkan rentabilitas
modal
sendiri
atau
yang
sering
disebut
rentabilitas.
- Return on equity dapat dihitung dengan formula: Rumus:
Return On Equity
= Laba Bersih setelah Pajak Ekuitas
4. Earning Per Share Earning per share adalah rasio yang menunjukkan berapa besar kemampuan perlembar saham yang digunakan dalam menghasilkan profit atau laba (Syafri, 2008:306). Earning per share merupakan rasio yang menggambarkan jumlah rupiah yang diperoleh untuk setiap lembar saham biasa (Syamsuddin, 2009:66). Oleh karena itu pada umumnya manajemen perusahaan, pemegang saham biasa dan
14
calon pemegang saham sangat tertarik akan earning per share. Earning per share adalah suatu indikator keberhasilan perusahaan. - Earning per share dihitung dengan rumus: Rumus: Earning per share
B.
= Laba Bersih setelah Pajak – Deviden Saham Preferen Jumlah Saham yang Beredar
Piutang 1.
Pengertian Piutang Piutang merupakan komponen aktiva lancar yang penting dalam
aktivitas ekonomi suatu perusahaan karena merupakan aktiva lancar perusahaan yang paling besar setelah kas. Piutang timbul adanya penjualan jasa dan barang secara kredit, bisa juga melalui pemberian pinjaman. Adanya piutang menunjukkan terjadinya penjualan secara kredit yang dilakukan perusahaan sebagai salah satu upaya perusahaan dan meningkatkan penjualan. Berikut pengertian piutang menurut pendapat ahli yaitu: Menurut Akifa (2013:85) Piutang adalah hak perorangan atau badan atas perusahaan yang disebabkan adanya proses pinjam-meminjam, proses pembelian secara kredit atau pembelian di masa lampau. Piutang dalam arti luas yaitu semua transaksi pembelian secara kredit baik yang tidak maupun membutuhkan suatu catatan atau surat formal yang menyatakan wajib perorangan atau badan.
15
Menurut Soemarso (2009:349) “piutang dagang kadang kadang disebut sebagai piutang usaha: Piutang yang berasal dari penjualan barang yang dilakukan secara kredit atau pembelian, pinjam-meminjam, yang dilakukan selama operasional perusahaan dan transaksi menggunakan jangka waktu dalam proses pembayaran atau jasa yang merupakan kegiatan usaha normal perusahaan”. Dalam pengertian di atas dapat disimpulkan di dalam perusahaan, piutang dapat terjadi karena adanya transaksi yang dilakukan secara kredit, baik yang berhubungan atau tidak, yang umunya dilakukan untuk memperoleh laba atau memperbesar omzet penjualan. Piutang juga dapat di ubah menjadi kas selama operasional perusahaan dan transaksi. 2.
Jenis-Jenis Piutang Menurut Akifa P Nayla dalam bukunya Dasar-Dasar Akuntansi
Perkantoran (2013:86) ada dua jenis piutang:, yaitu: 1. Piutang berdasarkan jangka waktu pelunasannya terdiri dari: a. Piutang lancar, yaitu piutang dalam jangka waktu pelunasannya kurang dari satu tahun. b. Piutang
jangka
panjang,
yaitu
piutang
yang
jangka
waktu
pelunasannya lebih dari satu tahun.
16
2. Piutang berdasarkan sumber terjadinya terdiri dari: a. Piutang dagang, yaitu piutang yang timbul akibat penjualan jasa atau barang-barang produksi perusahaan yang dilakukan secara kredit. b. Piutang nondagang, yaitu piutang yang timbul akibat penjualan akitva milik perusahaan ( namun yang terjadi di luar pokok atau operasional perusahaan ) yang dilakukan secara kredit. 3.
Tingkat Perputaran Piutang Piutang merupakan elemen modal kerja yang selalu dalam keadaan
berputar, artinya piutang akan tertagih pada saat tertentu dan akan timbul lagi akibat penjualan begitu seterusnya. Periode perputaran piutang tergantung pada masa jangka pendeknya ketentuan yang dipersyaratkan dalam syarat pembayaran kredit. Menurut Soemarso (2010:393) menyatakan bahwa perputaran piutang menunjukkan beberapa kali suatu perusahaan menagih piutangnya dalam satu periode. Perputaran menunjukkan efisiensi perusahaan dalam mengelola piutangnya. Perputaran piutang rendah menunjukkan efisiensi penagihan buruk selama periode itu karena lamanya penagihan dilakukan. Menurut Reeve dan Warrent (2009:457), terdapat dua ukuran keuangan yang berguna dalam mengevaluasi efisiensi penagihan piutang, yaitu:
17
1. Perputaran piutang usaha Mengukur berapa kali piutang dapat diubah menjadi kas selama tahun berjalan. Piutang usaha rata-rata dihitung dengan menggunakan data bulanan, dengan menambahkan saldo awal dan saldo akhir piutang usaha dan mebaginya menjadi dua. Rumus :
Perputaran Piutang Usaha
=
Penjualan bersih Piutang Usaha rata-rata
2. Jumlah hari penjualan dalam piutang usaha merupakan estimasi lamanya piutang belum dibayar. Penjualan harian rata-rata dihitung dengan membagi penjualan bersih selama 365 hari. Rumus :
Jumlah hari penjualan piutang usaha = Piutang usaha rata-rata Penjualan harian rata-rata
Berdasarkan pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa perputaran piutang dapat dikatakan efisien apabila pelunasan piutang sesuai dengan daftar piutang tersebut dilunasi dan sebaliknya apabila dalam satu periode pelunasan hanya mendapatkan hasil yang sedikit maka perputaran piutang dapat dikatakan lebih lemah atau tidak efisien, perputaran piutang menunjukkan berapa kali piutang tersebut dapat berubah menjadi kas selama tahun berjalan.
18
C.
Persediaan 1.
Pengertian Persediaan Persediaan adalah barang-barang yang biasanya dijumpai di gudang
tertutup, lapangan, gudang terbuka, atau tempat penyimpanan lain, baik berupa bahan baku, barang setengah jadi, barang jadi dan barang-barang yang digunakan dalam kegiatan operasional maupun untuk dijual kepada konsumen. Menurut Akifa (2013:107) persediaan merupakan suatu jenis aktiva atau barang yang dimilki perusahaan, yang dimungkinkan dapat diproses dalam suatu produksi perusahaan, kemudian dijual untuk mendapatkan keuntungan atau dipakai dalam kegiatan operasional perusahaan. Menurut Soemarso (2010:389) Persediaan merupakan bagian dari aktiva lancar yang paling tidak likuid. Disamping itu, persediaan adalah aktiva dimana kemungkinan kerugian/kehilangan paling sering terjadi. Persediaan yang dimiliki oleh masing-masing perusahaan beragam, tergantung dari jenis usahanya. Ada yang hanya memiliki persediaan dalam bentuk barang dagangan seperti perusahaan dagang, ada memiliki tiga persediaan dalam bentuk bahan baku, produk dalam proses produksi dan produk jadi yang siap dijual seperti perusahaan industry dan sebagainya. Aktivitas pengembangan subsektor industri Real Estate adalah kegiatan perolehan tanah untuk kemudian dibangun perumahan dan atau bangunan
19
komersial dan atau bangunan industri. Bangunan tersebut dimaksudkan untuk dijual atau disewakan, sebagai satu kesatuan atau secara eceran (retail). Aktivitas pengembangan ini juga mencakup perolehan kapling tanah untuk dijual tanpa bangunan. Secara spesifik, aktivitas subsektor industri Real Estate lebih mengarah pada kegiatan pengembangan perumahan konvensional berikut sarana pendukung berupa fasilitas umum dan fasilitas sosial. Di sisi lain, aktivitas subsektor industri properti lebih mengarah pada kegiatan pengembangan
bangunan
hunian
vertikal
(antara
lain
apartemen,
kondominium, rumah susun), bangunan komersial (antara lain perkantoran, pusat perbelanjaan) dan bangunan industri. Dari segi pengelolaan, subsektor industri Real Estate cenderung lebih bebas karena adanya pemindahan hak kepemilikan dari pengembang kepada pemilik bangunan (penghuni pemukiman) sehingga pemeliharaan dan pengelolaan bangunan diserahkan sepenuhnya kepada pemilik yang bersangkutan, sedangkan subsektor industri property lebih memiliki ketergantungan dalam hal pemeliharaan dan pengelolaan bangunan. 2.
Jenis-Jenis Persediaan Menurut Akifa (2013:108) dalam ilmu akuntansi, persediaan dibagi
menjadi empat jenis yaitu persediaan bahan baku, barang dalam proses, bahan penolong dan barang jadi.
20
1. Persediaan bahan baku yaitu persediaan berupa bahan baku yang khusus dibeli atau diambil langsung dari sumber bakunya dan digunakan untuk proses produksi perusahaan. 2. Persediaan barang dalam proses yaitu persediaan berupa bahan-bahan yang telah diproses, namun masih membutuhkan proses pengerjaan lebih lanjut sebelum dapat dijual. 3. Persediaan bahan penolong yaitu persediaan berupa bahan-bahan yang digunakan untuk membantu dalam proses produksi, tetapi tidak masuk sebagai bahan baku. 4. Persediaan barang jadi yaitu persediaan berupa bahan-bahan yang telah selesai diproduksi dan menunggu untuk dijual. 3.
Tingkat Perputaran Persediaan Seperti halnya piutang sebagai elemen dari aktiva lancar, persediaan
juga mengalami perputaran. Perputaran persediaan menunjukkan berapa kali persediaan diganti dalam waktu satu satu tahun. Dengan demikian, tingkat perputaran persediaan yang tinggi mengindikasikan bahwa tingkat penjualan yang tinggi pada perusahaan. Dengan tingkat perusahaan yang tinggi berarti resiko kerugian dan biaya terhadap persediaan dapat diminimalkan. Menurut Soemarso (2010:392) perputaran persediaan menunjukkan berapa kali persediaan dijual dan diganti selama satu periode. Makin tinggi perputaran persediaan makin baik bagi perusahaan. Perputaran persediaan
21
mengukur efisiensi pengelolaan persediaan. Menurut Kieso dan Weygant (2008:402) rasio keuangan yang dalam pengelolaan dan evaluasi tingkat persediaan adalah rasio perputaran persediaan. Rasio perputaran persediaan mengukur berapa kali secara rata-rata persediaan dijual dalam satu periode. Tujuannya adalah untuk mengukur likuiditas persediaan. Persediaan rata-rata dihitung dengan menambah persediaan awal dengan persediaan akhir lalu dibagi dua. Rasio perputaran persediaan dihitung dengan rumus: Rumus:
Perputaran Persediaan
= Harga Pokok Penjualan Persediaan rata-rata
Menurut Reeve dan Warren (2009:365) terdapat dua ukuran yang dapat digunakan untuk menganalisis keefisiensi dan keefektifitan perusahaan dalam mengelola persediaan: 1. Perputaran persediaan Mengukur hubungan antara volume barang yang telah terjual dan sejumlah persediaan maka semakin efektif dan efisien pengelolaan persediaan. Rasio dapat dihitung sebagai berikut: Rumus :
Perputaran persediaan
= Harga pokok penjualan Persediaan rata-rata Jumlah hari penjualan dalam persediaan Merupakan ukuran untuk lamanya waktu yang diperlukan untuk
memperoleh, menjual dan mengganti persediaan. Harga pokok penjualan harian rata-rata ditentukan dengan membagi harga pokok penjualan dengan
22
365. Secara umum, makin rendah jumlah hari penjualan dalam persediaan berarti makin baik. Rumus : Jumlah hari penjualan dalam persediaan
D.
=
Persediaan rata-rata HPP harian rata-rata
Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian terdahulu yang menyangkut tentang perputaran piutang
dan perputaran persediaan dan pengaruhnya terhadap profitabilitas antara lain: Nama Peneliti Rizqy Yuri
Judul
Hasil Penelitian
Pengaruh piutang,
Variabel Penelitian Regresi Linear
Vernando
perputaran persediaan
Berganda
perputaran piutang,
(2013)
dan size perusahaan
perputaran
terhadap profitabilitas
persediaan,
perusahaan otomotif
terhadap
yang ada di BEI
profitabilitas yang
periode 2009-2012
ada di BEI periode
Tidak ada pengaruh
2009-2012 Dewi Kusuma (2012)
Pengaruh perputaran
Regresi Linear
Tidak ada pengaruh
piutang dan perputaran Berganda
perputaran piutang,
persediaan dan tingkat
perputaran
likuiditas terhadap
persediaan, dan
profitabilitas
tingkat likuiditas
perusahaan yang ada di
terhadap
BEI
profitabilitas.
23
Rosita Alita (2011)
Independen:
Regresi Linear
Perputaran piutang,
Berganda
1. Secara partial hanya perputaran
perputaran persediaan,
modal yang
perputaran modal.
berpengaruh
Dependen:
terhadap
Profitabilitas
profitabilitas. 2. Sedangkan secara simultan hanya perputaran piutang dan perputaran persediaan yang berpengaruh pada profitabilitas.
Nina Sufiana (2011) Perusahaan food and beverage periode 2008-2010
Pengaruh perputaran Regresi Linear kas, perputaran
Berganda
Perputaran kas,perputaran
piutang dan
piutang dan
perputaran
perputaran
persediaan terhadap
persediaan
profitabilitas
berpengaruh secara simultan terhadap profitabilitas
24
pada perusahaan food and beverages periode 20082010 Niken Hastuti (2011)
Analisis pengaruh
Regresi Linear
periode perputaran
Berganda
persediaan,periode perputaran hutang dagang,rasio lancar, leverage,pertumbuhan pernjualan dan ukuran perusahaan terhadap profitabilitas perusahaan.
Berdasarkan hasil uji t, variabel periode perputaran persediaan, periode perputaran hutang dagang, rasio lancar dan leverage memiliki koefisien regresi yang negatif. Sedangkan pertumbuhan penjualan dan ukuran perusahaan memiliki koefisien regresi yang positif.
Sumber data: Dari Jurnal dan data sekunder yang telah diolah
E.
Kerangka Pemikiran Kerangka konseptual adalah suatu model yang menerangkan bagaimana
hubungan suatu teori dengan faktor-faktor yang penting yang telah diketahui dalam suatu masalah tertentu. Berdasarkan latar belakang masalah, tinjauan teoritis, dan hasil penelitian terdahulu yang memberikan kesimpulan bahwa ada pengaruh
25
pengaruh perputaran piutang dan perputaran persediaan terhadap tingkat profitabilitas perusahaan, maka dapat dibuat kerangka konseptual penelitian seperti berikut: Perputaran Piutang (X1) Profitabilitas Perusahaan (Y) Perputaran Persediaan (X2)
Keterangan: Variabel X1: Perputaran Piutang Variabel X2: Perputaran Persediaan Variabel Y: Profitabilitas Perputaran piutang merupakan peredaran dana yang menunjukkan berapa kali tiap tahunnya dana yang tertanam dalam piutang berputar dari bentuk piutang menjadi kas, kemudian menjadi piutang kembali. Tingkat perputaran piutang yang tinggi berarti pengembalian dana yang tertanam dalam piutang berlangsung secara cepat sehingga resiko kerugian piutang dapat diminimalkan. Kas yang kembali tersebut dapat digunakan kembali untuk penjualan kredit atau pemberian pinjaman kembali sehingga kredit yang diberikan menjadi tinggi (Soemarso, 2010:393). Pada tingkat perputaran piutang yang tinggi maka piutang yang kembali menjadi kas dapat digunakan lagi sehingga operasional perusahaan tidak terganggu. Kas yang kembali tersebut unsure pokok pinjaman atau harga pokok penjualan dan jasa pinjaman atau laba penjualan. Dengan demikian tingkat perputaran yang tinggi, dapat menghasilkan jasa pinjaman yang diterima dalam jumlah yang tinggi serta
26
dapat meminimalkan biaya yang dikeluarkan, sehingga laba bersih yang diterima akan tinggi jumlahnya. Tingginya laba akan mempertinggi pula tingkat profitabilitas. Dengan demikian tingkat perputaran piutang yang tinggi mengakibatkan tingkat profitabilitas perusahaan meningkat (Reeve dan Warrant, 2009:457). H1: Pengaruh Perputaran Piutang Terhadap Profitabilitas. Perputaran persediaan merupakan rasio antara jumlah harga pokok penjualan yang dijual dengan nilai rata-rata persediaan yang dimiliki perusahaan. Semakin tinggi tingkat persediaan maka semakin cepat kembalinya dana yang tertanam di persediaan. Dengan demikian resiko serta biaya persediaan dapat diminimalkan. Pada tingkat perputaran persediaan yang tinggi berarti terjadi tingkat penjualan barang yang tinggi. Dengan demikian pada tingkat perputaran persediaan yang tinggi dapat mengakibatkan penekanan pada biaya atau resiko yang ditanggung dan menghasilkan volume penjualan yang tinggi. Akibatnya, laba yang diterima akan mengalami peningkatan. Peningkatan laba yang diterima akan menaikkan tingkat profitabilitas ekonomi. Dengan demikian tingkat perputaran persediaan yang tinggi mengakibatkan tingkat profitabilitas perusahaan meningkat. Jadi, perputaran piutang dan perputaran persediaan berpengaruh positif terhadap tingkat profitabilitas perusahaan (Soemarso, 2010:392). H2: Pengaruh Perputaran Persediaan Terhadap Profitabilitas
27
F.
Hipotesis Penelitian Hipotesis adalah jawaban atau dugaan sementara dari suatu permasalahan
yang dihadapi, yang kebenarannya masih perlu dibuktikan lebih lanjut. Berdasarkan tinjauan teoritis, rumusan masalah dan tinjauan penelitian terdahulu, maka hipotesis penelitian adalah sebagai berikut: 1. H1: Perputaran piutang berpengaruh terhadap tingkat profitabilitas perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2009-2013. 2. H2: Perputaran Persediaan berpengaruh signifikan terhadap tingkat profitabilitas perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2009-2013.
28