BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS
A. Kajian Pustaka 1. Teori Sinyal Teori sinyal (signaling theory) menyatakan bahwa perusahaan yang berkualitas baik dengan sengaja akan memberikan sinyal pada pasar, dengan demikian pasar diharapkan dapat membedakan perusahaan yang berkualitas baik dan buruk (separating equibilirium). Pada saat melakukan penawaran umum, calon investor tidak sepenuhnya dapat membedakan perusahaan yang berkualitas baik dan buruk. Scott Besley dan Eugene F. Brigham (2008:517) menyatakan teori sinyal adalah sebuah tindakan yang diambil oleh manajemen perusahaan yang memberikan petunjuk kepada investor tentang bagaimana manajemen memandang prospek perusahaan Menurut
Ivana
(2005:16),
pengumuman
informasi
akuntansi
memberikan signal bahwa perusahaan mempunyai prospek yang baik di masa mendatang sehingga investor tertarik untuk melakukan perdagangan saham, dengan demikian pasar akan bereaksi yang tercermin melalui perubahan dalam volume perdagangan saham. Dengan demikian hubungan antara
10 http://digilib.mercubuana.ac.id/
11
publikasi informasi baik laporan keuangan, kondisi keuangan ataupun sosial politik terhadap fluktuasi volume perdagangan saham dapat dilihat dalam efisiensi pasar. Dalam hubungan langsungnya yang berkaitan dengan fenomena underpricing pada saham IPO, Welch dan Ritter (dalam Martani, et al., 2012) menyatakan bahwa underpricing pada IPO merupakan suatu mekanisme untuk memberikan sinyal tentang kualitas perusahaan. Oleh karena itu perusahaan yang memiliki kualitas baik melakukan underpricing pada saat IPO. 2. Pasar Modal Pasar modal memiliki peranan penting dalam kegiatan ekonomi suatu perusahaan. Dengan pasar modal, perusahaan-perusahaan dapat mencari sumber dana alternatif. Perusahaan-perusahaan yang tergabung dalam pasar modal merupakan salah satu agen produksi dari suatu negara yang secara nasional membentuk Gross Domestic Product (GDP). Jadi, dengan berkembangnya pasar modal akan mendorong pada kemajuan perekonomian suatu negara. Secara pandangan luas, Jogiyanto Hartono (2008:3) mendefinisikan tiga istilah yang berkaitan dengan pasar modal yaitu pasar, modal, dan pasar modal yaitu sebagai berikut : Pasar adalah suatu situasi dimana para pelakunya (penjual dan pembeli) dapat menegosiasikan pertukaran suatu komoditas atau kelompok komoditas. Modal adalah suatu yang digunakan oleh perusahaan sebagai sumber dana untuk
http://digilib.mercubuana.ac.id/
12
melaksanakan kegiatan perusahaan. Sedangkan pasar modal merupakan suatu situasi dimana para pemjual dan pembeli dapat melakukan negosiasi terhadap pertukaran suatu komoditas atau kelompok komoditas dan komoditas yang dipertukarkan disini adalah modal. Sedangkan menurut Rusdin (2008:1) definisi capital market atau pasar modal dalam pengertian luas dan pengertian khusus adalah sebagai berikut: Pasar modal merupakan kegiatan yang berhubungan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek. Pasar modal bertindak sebagai penghubung antara investor dengan perusahaan ataupun institusi pemerintah melalui perdagangan instrumen keuangan jangka panjang seperti obligasi, saham, dan lainnya. Berdasarkan kedua teori diatas, penulis berpendapat bahwa pasar modal layaknya pasar tradisional yang mempertemukan pihak kelebihan dana (pembeli efek) dengan pihak yang kekurangan dana (penerbit efek) yang terhimpun dalam wadah jual beli instrumen pasar modal hingga terbentuknya permintaan dan penawaran atas efek. Sedangkan menurut Undang-Undang Pasar Modal No.8 tahun 1995, pengertian pasar modal yang lebih spesifik, yaitu kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
13
Pada dasarnya, pasar modal merupakan pasar untuk berbagai instrument keuangan jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik dalam bentuk utang maupun modal sendiri. Bentuk dari instrument keuangan tersebut dinamakan dengan surat berharga. Surat berharga atau sering juga disebut sekuritas merupakan secarik kertas yang menunjukan hak pemodal (yaitu pihak yang memiliki kertas tersebut) untuk memperoleh bagian dari prospek atau kekayaan organisai yang menerbitkan sekuritas tersebut, dan berbagai kondisi yang memungkinkan pemodal tersebut menjalankan haknya. Menurut Jogiyanto Hartono (2008:98) mendefinisikan instrumen pasar modal adalah sebagai instrumen pasar modal pada prisipnya adalah semua surat-surat berharga (efek) yang umum diperjualbelikan pasar modal diantaranya adalah saham biasa, saham preferent, obligasi, obligasi konversi, right insue, dan waran.
3. Saham a. Pengertian Saham Saham (stock) merupakan salah satu instrumen pasar keuangan yang paling popular. Menerbitkan saham merupakan salah satu pilihan perusahaan ketika memutuskan untuk pendanaan perusahaan. Pada sisi yang lain, saham merupakan instrument investasi yang banyak dipilih para investor karena saham mampu memberikan tingkat keuntungan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
14
yang menarik. Saham dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan modal seseorang atau pihak (badan usaha) dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas. Dengan menyertakan modal tersebut, maka pihak tersebut memiliki klaim atas pendapatan perusahaan, klaim atas asset perusahaan, dan berhak hadir dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) (www.idx.co.id). Pengertian
saham
menurut
Rusdin
(2008:68),
saham
merupakan Sertifikat yang menunjukan bukti kepemilikan suatu perusahaan, dan pemegang saham memiliki hak klaim atas penghasilan dan aktiva perusahaan. Menurut Farid Harinto dan Siswanto Sudomo (2005:66), definisi dari saham (shares) adalah surat bukti pemilikan bagian modal atau tanda pernyataan modal pada perseroan terbatas yang memberi hak atas dividend dan lain-lain menurut besar kecilnya modal disetor. Berdasarkan pernyataan tersebut saham dapat dikatakan sebagai surat bukti pemilikan terhadap sebagian modal atas perseroan terbatas. Bagi investor, dengan memiliki surat bukti tersebut berarti ia sebagai pemilik perusahaan yang menerbitkan sutrat bukti tersebut dalam hal ini saham. Hal tersebut disebabkan karena untuk mendapatkan surat bukti tersebut investor mengeluarkan dananya yang digunakn untuk kegiatan usaha perusahaan.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
15
b. Jenis – jenis Saham Menurut Fakhrudin dan Darmadji (2006:7), ada beberapa sudut pandang untuk membedakan saham, yaitu: 1) Ditinjau dari segi kemampuan dalam hak tagih atau klaim, maka saham terbagi atas: a) Saham biasa (common stock), yaitu saham yang menempatkan pemiliknya pada posisi paling junior dalam pembagian dividen dan hak atas harta kekayaan perusahaan apabila perusahaan tersebut dilikuidasi. b) Saham preferen (preferred stock), yaitu saham yang memiliki karakteristik gabungan antara obligasi dan saham biasa, karena bisa menghasilkan pendapatan tetap (seperti bunga obligasi), tetapi juga bisa tidak mendatangkan hasil seperti yang dikehendaki investor. 2) Ditinjau dari cara peralihannya, saham dibedakan atas: a) Saham atas unjuk (bearer stock), artinya pada saham tersebut tidak tertulis nama pemiliknya, agar mudah dipindahtangankan dari satu investor ke investor lain. Secara hukum, siapa yang memegang saham tersebut, maka dialah yang diakui sebagai pemiliknya dan berhak dalam ikut hadir dalam RUPS.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
16
b) Saham atas nama (registered stock), merupakan saham dengan nama pemilik yang ditulis secara jelas dan cara peralihannya harus melalui prosedur tertentu. 3) Ditinjau dari kinerja perdagangan, maka saham dapat dikategorikan atas: a) Saham unggulan (blue-chip stock), yaitu saham biasa dari suatu perusahaan yang memiliki reputasi tinggi, sebagai pemimpin
(leader)
di
industri
sejenis,
memiliki
pendapatan yang stabil, dan konsisten dalam membayar dividen. b) Saham Pendapatan (income stock), yaitu saham dari suatu emiten yang memiliki kemampuan membayar dividen lebih tinggi dari rata-rata diveden yang dibayarkan pada tahun sebelumnya. Emiten seperti ini biasanya mampu menciptakan pendapatan yang lebih tinggi dan secara teratur membagikan dividen tunai. Emiten ini tidak suka menekan
laba
dan
tidak
mementingkan
potensi
pertumbuhan harga saham (P/E ratio). c) Saham pertumbuhan (growth stock─well-known), yaitu saham-saham dari emiten yang memiliki pertumbuhan pendapatan yang tinggi, sebagai pemimpin di industri sejenis yang mempunyai reputasi tinggi. Selain itu,
http://digilib.mercubuana.ac.id/
17
terdapat juga growth stock (lesser-known), yaitu saham dari emiten yang tidak berperan sebagai leader dalam industri, namun memiliki ciri growth stock. Umumnya, saham ini berasal dari daerah dan kurang popular dikalangan emiten. d) Saham spekulatif (speculative stock), yaitu saham suatu perusahaan yang tidak bisa secara konsisten memperoleh penghasilan dari tahun ke tahun, akan tetapi memiliki kemungkinan
penghasilan
yang
tinggi
di
masa
mendatang, meskipun belum pasti. e) Saham Siknikal (cyclical stock), yaitu saham yang tidak terpengaruh oleh kondisi ekonomi makro maupun situasi bisnis secara umum. Pada saat resesi ekonomi, harga saham ini tetap tinggi, dimana emitennya mampu memberikan dividen yang tinggi sebagai akibat dari kemampuan emiten dalam memperoleh penghasilan yang tinggi pada saat resesi.
4. Harga Saham Definisi harga saham menurut Martono (2007:13), harga saham merupakan
refleksi
dari
keputusan-keputusan
(termasuk kebijakan dividen) dan pengelolaan aset.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
investasi,
pendanaan
18
Terdapat beberapa jenis nilai saham yang dapat mempengaruhi dalam penetapan harga saham, salah satu diantaranya adalah menurut apa yang dipaparkan oleh Jogiyanto (2008;117) berbagai jenis nilai saham yaitu nilai nominal (nominal value), nilai buku (book value), nilai pasar (market value), dan nilai intrinsik (intrinsic value). Di pasar sekunder atau dalam aktivitas perdagangan saham seharihari, harga-harga saham mengalami fluktuasi baik berupa kenaikan maupun penurunan. Pembentukan harga saham terjadi karena adanya permintaan dan penawaran atas saham tersebut. Dengan kata lain harga saham terbentuk oleh supply dan demand atas saham tersebut. Supply dan demand tersebut terjadi karena adanya banyak faktor, baik yang sifatnya spesifik atas saham tersebut (kinerja perusahaan dan industri dimana perusahaan tersebut bergerak) maupun faktor yang sifatnya makro seperti tingkat suku bunga, inflasi, nilai tukar dan faktor-faktor non ekonomi seperti kondisi sosial dan politik, dan faktor lainnya (www.idx.co.id).
5. Initial Publik Offering (IPO) Setiap perusahan didirikan dengan harapan bahwa perusahan tersebut dapat mempertahankan kelangsungan usahanya, berkembang dengan pesat dan dapat eksis untuk jangka waktu yang panjang. Pada awal pendirian perusahaan, pada umumnya telah dipandang cukup untuk dapat bertahan dalam aktivitasi usahanya. namun dengan berjalannya waktu, terjadi
http://digilib.mercubuana.ac.id/
19
persaingan usaha yang semakin meningkat, sehingga diperlukan strategistrategi yang tidak hanya membuat perusahaan bertahan, namun mampu membuat perusahaan tersebut memenangkan persaingan bisnis yang semakin ketat (www.idx.co.id). Untuk dapat menerbitkan sahamnya dipasar modal, maka perusahaan harus melewati suatu tahap go pulic melalui proses Initial Public Offering (IPO). IPO merupakan Pasar Perdana bagi suatu perusahaan untuk menawarkan efeknya (saham, obligasi, dan surat-surat berharga lainnya) kepada public pertama kalinya. Dalam proses IPO (proses emisi), Emiten harus menempuh serangkaian tahapan yang cukup. Menurut aturan yang diatur dalam Undang Undang No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal yang ditetapkan pada tanggal 26 April 2007 (sebagai pengganti Undang-Undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal) dan Keputusan Menteri serta peraturan-peraturan yang dikeluarkan oleh BAPEPAM dan Bursa Efek Indonesia. Secara garis besar proses IPO dapat dibagi menjadi 3 tahapan, yaitu: Sebelum Emisi, Selama Emisi, dan Sesudah Emisi. a. Sebelum Emisi Persiapan Emisi Efek Sebelum emisi, rencana manajemen perusahaan mencari dana melalui go public mesti dibawa ke forum rapat umum pemegang saham (RUPS) atau rapat umum pe-megang saham luar biasa (RUPS LB) untuk dimintakan persetujuan. Setelah persetujuan diperoleh, emiten kemudian harus
http://digilib.mercubuana.ac.id/
20
mencari dan menunjuk pihak-pihak terten-tu untuk menjamin emisi dan membantu menyiapkan kelengkapan dokumen emisi. b. Selama Emisi 1) Selama Masa Penawaran Efek Pada tahap ini, emiten melakukan aktivitas penawaran efek pada pasar perdana yang sering disebut sebagai IPO (Initial Public Offering), melaksanakan penjualan saham perdana, sampai mencatatkan efek yang dilepas
ke
publik
ke
Bursa
Efek
sehingga
investor
dapat
memperjualbelikan efek yang dimilikinya. Secara garis besar selama periode emisi dibedakan menjadi periode pasar perdana dan periode pasar sekunder. 2) Penawaran Umum Efek Periode pasar perdana, mencakup periode mulai dari efek ditawarkan kepada pemodal oleh sindikasi penjamin emisi melalui para agen penjual yang ditunjuk, penjatahan oleh sindikasi penjamin emisi dan emiten, hingga penyerahan efek kepada investor. Jadi sesudah Bapepam menyatakan Pernyataan Pendaftaran efektif, emiten mulai menyediakan prospektus lengkap untuk publik atau calon pembeli dan memuat prospektus ringkas dalam sebuah surat kabar harian atau lebih yang berbahasa Indonesia yang mempunyai peredaran nasional. Pemasangan prospektus ringkas tersebut setidaknya dilakukan 3 hari
http://digilib.mercubuana.ac.id/
21
kerja sebelum masa Penawaran Umum agar calon pembeli dapat mempelajari terlebih dahulu penawaran emiten. 3) Pencatatan Efek Di Bursa Periode pasar sekunder, yaitu periode pencatatan efek di bursa sampai perdagangan sekunder dimulai. Bapepam mensyaratkan bahwa pencatatan harus dilaksanakan selambat-lambatnya 90 hari sesudah dimulainya masa Penawaran Umum, atau 30 hari sesudah ditutupnya masa Penawaran Umum tersebut, tergantung mana yang lebih dahulu. 4) Sesudah Emisi Pelaporan Emisi Efek Sesudah efek diperdagangkan di pasar sekunder, emiten diwajibkan memberikan pelaporan kepada BEI dan Bapepam (sekarang OJK). Pelaporan kepada kedua institusi ini terdiri dari tiga jenis: Laporan Rutin, berupa Laporan Keuangan Tahunan, Laporan Ke-uangan Tengah Tahunan, dan Laporan Triwulanan; Laporan Berkala, yaitu laporan mengenai terjadinya setiap kejadian penting dan relevan; dan Laporan Lainnya, mencakup laporan mengenai perubahan anggaran dasar, rencana RUPS/ RULB, perubahan susunan direksi dan komisaris, dan mengenai penyimpangan proyeksi yang dipublikasikan lebih dari 10%. Laporan Rutin kepada Bapepam bah-kan tidak hanya meliputi ketiga laporan keuangan yang sudah
http://digilib.mercubuana.ac.id/
22
disebutkan tadi, tetapi juga mencakup beberapa laporan lainnya, seperti laporan penggunaan dana hasil emisi .
6. Harga Saham IPO Harga pada waktu pertama kali suatu efek dikeluarkan/ditawarkan kepada masyarakat. Pada saat perusahaan melakukan IPO, harga saham yang dijual di pasar perdana ditentukan berdasarkan kesepakatan antara perusahaan emiten dan penjamin emisi (underwriter). Sedangkan harga saham di pasar sekunder (setelah IPO) ditentukan oleh mekanisme pasar, yaitu permintaan dan penawaran (www.idx.co.id).
7. Laporan Keuangan Laporan keuangan merupakan hasil akhir dari proses akuntansi, dimana dalam proses akuntansi tersebut semua transaksi yang terjadi harus dicatat, diklasifikasikan dan diikhtisarkan untuk selanjutnya dilaporkan dalam suatu bentuk laporan keuangan. Laporan ini merupakan sumber informasi utama tentang posisi keuangan entitas karena, merangkum elemen-elemen yang berhubungan langsung dengan pengukuran posisi keuangan, yaitu harta, hutang, biaya - biaya, dan pendapatan. Laporan Keuangan Menurut Kieso, et.al (2011:5) adalah suatu proses pencatatan yang merupakan suatu ringkasan dari transaksi keuangan yang
http://digilib.mercubuana.ac.id/
23
terjadi selama tahun buku bersangkutan, yang berguna bagi pemakai laporan keuangan dalam pengambilan keputusan. Adapun pengertian lain menurut Surya (2012:6) menyatakan bahwa Laporan Keuangan adalah salah satu penyajian terstruktur dari posisi keuangan, kinerja keuangan, dan arus kas suatu entitas. Menurut Sutrisno (2007:9) pengertian laporan keuangan adalah hasil akhir dari proses akuntansi yang meliputi dua laporan utama yakni neraca dan laporan laba rugi. Pada awalnya laporan keuangan bagi suatu perusahaan hanyalah berfungsi sebagai “alat pengujian” dari pekerjaan fungsi bagian pembukuan, akan tetapi untuk selanjutnya seiring dengan perkembangan jaman, fungsi laporan keuangan sebagai dasar untuk dapat menentukan atau melakukan penilaian atas posisi keuangan perusahaan tersebut. Dengan menggunakan hasil analisis tersebut, maka pihak-pihak yang berkepentingan dapat mengambil suatu keputusan. Melalui laporan keuangan juga akan dapat dinilai kemampuan perusahaan untuk memenuhi seluruh kewajiban-kewajibannya baik jangka pendek maupun jangka panjang, struktur modal perusahaan, pendistribusian
pada
aktivanya,
efektivitas
dari
penggunaan
aktiva,
pendapatan atau hasil usaha yang telah dicapai, beban-beban tetap yang harus dibayarkan oleh perusahaan serta nilai-nilai buku dari setiap lembar saham perusahaan yang bersangkutan.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
24
Menurut PSAK No.1 (2012:1-2), laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan, (yang dapat disajikan dalam berbagai cara seperti, misalnya sebagai laporan arus kas atau laporan arus dana), catatan dan laporan lain, serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan. Di samping itu juga termasuk skedul dan informasi tambahan yang berkaitan dengan laporan tersebut, misalnya informasi keuangan segmen industri dan geografis serta pengungkapan pengaruh perubahan harga. Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan laporan keuangan adalah untuk mengetahui kondisi keuangan dari suatu perusahaan dan kaitannya dengan : a. Kemampuan
perusahaan
untuk
melaksanakan
segala
kewajiban-
kewajibannya pada saat ini dengan situasi yang kurang mendukung dan tidak dapat diprediksikan di masa yang akan datang. b. Kemampuan perusahaan dalam menarik manfaat untuk melaksanakan transaksi bisnis ataupun perluasan bisnis. Hal ini sangat dimungkinkan karena perusahaan memiliki sarana yang dibutuhkan atau kemampuan memperoleh dana melalui pinjaman (financing) atau penerbitan saham (stock issue). c. Kemampuan perusahaan untuk secara berkesinambungan untuk dapat membayar bunga pinjaman dan dividen.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
25
Menurut IAI dalam PSAK tahun 2012, Laporan keuangan yang dikeluarkan oleh perusahaan terdiri atas: a. Laporan Laba Rugi Komperhensif (Statement of Comprehensive Income) Menurut PSAK No.1 (2012) laporan laba rugi komprehensif merupakan suatu laporan sistematis yang menyajikan seluruh pos pendapatan dan beban yang diakui dalam satu periode. Laporan laba rugi komprehensif
perusahaan disajikan sedemikian rupa yang
menggambarkan berbagai unsur kinerja keuangan selama suatu periode tertentu. Pada tahun 2011, komponen laporan keuangan mengalami sedikit perubahan. Perubahan tersebut antara lain, terlihat dalam laporan laba rugi
menjadi
laporan
laba
rugi
komprehensif.
Pendapatan
komprehensif ini berisi perubahan-perubahan karena penggunaan model nilai wajar, pos-pos dalam pendapatan komprehensif lain mencakup keuntungan atau kerugian yang belum direalisasi. Laporan laba rugi komprehensif tidak hanya mencakup keuntungan atau kerugian yang belum direalisasi, tetapi juga mencakup keuntungan atau kerugian yang telah direalisasi. keuntungan atau kerugian
Bagian yang menyajikan
yang telah direalisasi disebut sebagai
laporan laba rugi, sedangkan bagian yang menyajikan keuntungan atau
http://digilib.mercubuana.ac.id/
26
kerugian yang belum direalisasi disebut sebagai bagian pendapatan komprehensif lain. b. Laporan perubahan modal (statement of retained earnings) Laporan perubahan modal adalah bagian dari laporan keuangan yang berisikan perubahan modal serta penyebab dari perubahan modal yang terjadi pada suatu periode tertentu. Definisi Laporan perubahan modal menurut Kasmir (2010:59), laporan yang menggambarkan jumlah modal yang dimiliki perusahaan saat ini serta sebab-sebab berubahnya modal. c. Laporan posisi keuangan (statement of financial position) Menurut PSAK No. 1 (2012), laporan posisi keuangan adalah suatu laporan yang sistematis tentang aktiva (assets), hutang (liabilities) dan modal sendiri (owner’s equity). Laporan posisi keuangan merupakan dasar untuk menghitung tingkat pengembalian dan mengevaluasi struktur modal perusahaan. Informasi dalam laporan posisi keuangan juga dapat digunakan untuk menilai resiko perusahaan dan arus kas masa depan. Resiko mengekspresikan ketidakpastian kejadian, transaksi, keadaan dan hasil operasi perusahaan di masa depan. Dalam hal ini, laporan posisi keuangan dapat dimanfaatkan untuk menganalisis likuiditas, solvensi, dan fleksibilitas keuangan perusahaan.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
27
Menurut Harahap (2009:107), neraca atau daftar neraca disebut juga laporan posisi keuangan perusahaan. Laporan ini menggambarkan posisi aset, kewajiban dan ekuitas pada saat tertentu. d. Laporan Arus Kas (Cash Flow Statement) Laporan arus kas seringkali juga disebut sebagai laporan sumber dan penggunaan dana. Menurut Skousen dkk (2009 : 284) Laporan arus kas itu sendiri didefinisikan sebagai laporan keuangan yang melaporkan jumlah kas yang diterima dan dibayar oleh suatu perusahaan selama periode tertentu. Menurut Harahap (2010 : 257), Laporan arus kas memberikan informasi yang relevan tentang penerimaan dan pengeluaran kas suatu perusahaan pada suatu periode tertentu, dengan mengklasifikasikan transaksi pada kegiatan: operasi, pembiayaan dan investasi e. Catatan atas laporan keuangan PSAK No.1 (2012:8) menjelaskan bahwa suatu catatan atas laporan keuangan adalah catatan yang disajikan secara sistematis untuk menghasilkan informasi dasar penyusunan laporan keuangan dan kebijakan akuntansi yang digunakan dalam penyusunan laporan keuangan serta memberikan informasi yang relevan untuk memahami laporan keuangan. Menurut Kasmir (2011:31) laporan catatan atas laporan keuangan merupakan laporan yang memberikan informasi apabila ada
http://digilib.mercubuana.ac.id/
28
laporan keuangan yang memerlukan penjelasan tertentu. Artinya terkadang ada komponen atau nilai dalam laporan keuangan yang perlu diberi penjelasan terlebih dahulu sehingga jelas. Hal ini dilakukan agar pihak-pihak yang berkepentingan tidak salah dalam menafsirkannya
8. Likuiditas (Liquidity) Menurut Harahap (2009:301), rasio likuiditas merupakan rasio yang mengukur kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Untuk dapat memenuhi kewajibannya yang sewaktu-waktu ini, maka perusahaan harus mempunyai alat-alat untuk membayar yang berupa aset-aset lancar yang jumlahnya harus jauh lebih besar dari pada kewajiban-kewajiban yang harus segera dibayar berupa kewajiban-kewajiban lancar. Menurut Martono dan Agus (2010:55) bahwa rasio likuiditas adalah merupakan indikator kemampuan perusahaan untuk membayar atau melunasi kewajiban - kewajiban finansialnya pada saat jatuh tempo dengan mempergunakan aktiva lancar yang tersedia. Sedangkan menurut Brigham dan Houston dalam Yulianto (2010:134) bahwa rasio likuiditas adalah rasio yang menunjukkan hubungan antara kas dan aset lancar perusahaan lainnya dengan kewajiban lancarnya. Menurut
Kasmir
(2011:110),
likuiditas
merupakan
kemampuan
perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Ada dua penilaian
http://digilib.mercubuana.ac.id/
29
terhadap likuiditas perusahaan yaitu likuid dan illikuid. Dalam buku Kasmir Analisis Laporan Keuangan- (2011), ada 4 jenis rasio likuiditas : a. Rasio Lancar (Current Ratio)
Rasio ini menunjukan nilai relatif antara aktiva lancar terhadap utang lancar. Rasionya dihitung dengan membagi nilai aktiva lancar dengan utang lancar. Current Ratio =
Aktiva Lancar Kewajiban Lancar
Dari formulanya dapat diketahui bahwa rasio ini menunjukan seberapa besar kemampuan aktiva yang dimiliki perusahaan dapat digunakan jika kewajiban atau utang harus dibayar pada saat jatuh tempo. Semakin besar nilai rasio semakin lancar perusahaan dalam memenuhi kewajiban. Jika perusahaan memiliki nilai rasio lancar dua, artinya perusahaan memiliki aktiva lancar yang nilainya 2 kali dari utang yang harus dibayar. Nilai rasio lancar dua sudah dianggap cukup baik bagi beberapa perusahaan. Perusaahan sudah berada pada keadaan yang dianggap aman untuk jangka pendek. b. Rasio Cair (Quick Ratio atau Acid Test Ratio) Rasio cepat menunjukan nilai relative antara selisih aktiva lancer dengan persediaan terhadap hutang lancer. Rasionya dihitung dengan membagi nilai aktiva lancer setelah dikurangi persediaan dengan utang lancar.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
30
Quick Ratio =Aktiva Lancar – Persediaan Kewajiban Lancar Dari formulanya diketahui bahwa rasio cepat tidak memperhitungkan nilai persediaan. Hal ini akan menyebabkan nilai rasio ini akan menjadi lebih kecil dari nilai rasio lancar. Komponen persediaan dianggap tidak dengan mudah atau lancar dapat digunakan untuk memenuhi kewajiban atau utang yang segera jatuh tempo. c.
Rasio Kas (Cash Ratio) Rasio kas menunjukan nilai relative antara nilai uang kas terhadap utang lancar. Rasionya dihitung dengan membagi nilai kas dengan utang lancar. Cash Ratio =Kas dan Setara Kas Kewajiban Lancar Dari formulanya diketahui bahwa rasio kas menunjukan seberapa besar uang kas atau setara kas seperti rekening giro dan tabungan di bank yang dimiliki perusahaan benar-benar dapat digunakan untuk memenuhi kewajiban dalam jangka pendek. Beberapa komponen dalam aktiva lancar seperti persediaan, piutang, atau surat berharga tidak dengan mudah segera diuangkan atau digunakan untuk memenuhi kewajiban yang segera jatuh tempo. Semakin besar nilai rasio kas, maka semakin mudah perusahaan dalam membayar utangutangnya. Dengan demikian rasio kas dapat menunjukan kemampuan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
31
perusahaan yang sesungguhnya dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya. d. Rasio Perputaran Kas (Cash Turnover Ratio) Rasio perputaran kas menunjukan nilai relatif antara nilai penjualan bersih terhadap modal kerja bersih atau net working capital. Modal kerja bersih merupakan seluruh komponen aktiva lancer dikurangi total utang lancar. Rasio perputaran kas dihitung dengan membagi nilai penjualan bersih. Cash Turnover Ratio = Penjualan bersih Modal kerja Dari formula diketahui bahwa rasio perputaran kas menunjukan seberapa besar nilai penjualan yang diperoleh untuk modal kerja yang dimiliki oleh perusahaan. Berdasar ukuran rasio likuiditas diatas, maka ukuran likuiditas dalam penelitian ini menggunakan nilai rasio lancar (current ratio) dan rasio kas (cash ratio).
9. Profitabilitas (Profitability) Menurut Sutrisno (2007:215), Rasio keuntungan atau profitability ratio merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur efektivitas perusahaan dalam mendapatkan keuntungan.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
32
Menurut Kasmir (2008:196) Rasio Profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan. Rasio ini juga memberikan ukuran tingkat efektivitas manajemen suatu perusahaan. Hal ini ditunjukan oleh laba yang dihasilkan dari penjualan dan pendapatan investasi. Menurut
Harmono
(2009:109),
Analisis
profitabilitas
ini
menggambarkan kinerja fundamel perusahaan ditinjau dari tingkat efisiensi dan efektifitas operasi perusahaan dalam memperoleh laba. Menurut Harahap (2010:304): Rasio Profitabilitas mengambarkan kemampuan perusahaan mendapatkan laba melalui semua kemampuan, dan sumber yang ada seperti kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah karyawan, jumlah cabang, dan sebagainya. Rasio ini mengambarkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba disebut juga Operating Ratio. Berdasar hal tersebut diatas maka, rasio profitabilitas menggambarkan kemampuan suatu perusahaan dalam menjaga stabilitas finansialnya untuk selalu berada dalam kondisi yang stabil dan profit. Karena jika kondisi ini mengalami penurunan, hal itu cenderung membuat perusahaan berada dalam ambang kondisi yang harus diwaspadai untuk kelayakan dan keamanan dalam berinvestasi. Rasio ini mengukur efektivitas manajemen berdasarkan hasil pengembalian yang dihasilkan dari penjualan investasi. Rasio ini terdiri dari : a. Laba Bersih terhadap penjualan (Net Profit Margin) Rasio ini sering pula disebut Return on Sales yang menunjukkan return yang diperoleh dari setiap rupiah penjualan perusahaan. Jika profit
http://digilib.mercubuana.ac.id/
33
margin suatu perusahaan lebih rendah dari rata-rata rasio industri sejenis, hal ini dapat disebabkan oleh harga jual perusahaan yang lebih rendah dari perusahaan pesaing atau harga pokok penjualan yang lebih tinggi daripada pesaing, atau kedua-duanya sekaligus. Margin Laba Bersih = Laba Bersih Setelah pajak Penjualan Menurut Harahap (2010:304), Net Profit Margin menunjukkan berapa besar persentase pendapatan bersih yang diperoleh dari setiap penjualan. Menurut Darsono dan Ashari (2005:56), Net Profit Margin adalah laba bersih dibagi dengan penjualan bersih, rasio ini menggambarkan besarnya laba bersih yang diperoleh oleh perusahaan pada setiap penjualan dilakukan. b. Laba Bersih terhadap total aktiva (Return on Investment) Analisis Return on Investment (ROI) dalam sistim keuangan mempunyai arti yang sangat penting sebagai salah satu teknik analisis keuangan yang bersifat menyeluruh (komprehensif). Analisis ROI ini merupakan salah satu bentuk dari rasio profitabilitas yang dimaksudkan untuk dapat mengukur kemampuan perusahaan dengan keseleuruhan dana yang di tanamkan dalam aktiva yang digunakan dalam kegiatan operasi perusahaan untuk menghasilkan keuntungan. Laba Bersih Terhadap Total Aktiva = Laba Bersih Setelah Pajak Total Aktiva
http://digilib.mercubuana.ac.id/
34
Berdasarkan keterangan diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa salah satu dari bentuk rasio profitabilitas atau disebut dengan rasio rentabilitas adalah Return On Invesment (ROI) yang dimaksudkan untuk dapat mengukur kemampuan perusahaan dengan keseluruhan dana yang ditanamkan dalam aktiva yang digunakan sebagai operasi perusahaan untuk menghasilkan laba.. c. Rentabilitas Modal Sendiri (Return on Equity) Menurut Harahap (2010:305) Return On Equity yaitu rasio yang menunjukan berapa persen diperoleh laba bersih yang bila diukur dari modal pemilik, semakin besar semakin bagus. Menurut Arief Sugiono (2009:80) Return On Equty yaitu rasio yang mengukur tingkat pengembalian dari bisnis atas seluruh modal yang ada. Menurut Kasmir (2008:204) Return On Equty yaitu rasio untuk mengukur laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri. Rasio ini menunjukan efisiensi pengunaan modal sendiri, Semakin tinggi rasio ini semakin baik. Laba Bersih Terhadap Total Modal = Laba Bersih Setelah Pajak Ekuitas Pemegang Saham
Jadi Return On Equty untuk mengukur kemampuan modal sendiri dalam menghasilkan laba bersih koperasi atau return on equity usaha yang merupakan perbandingan antara laba yangtersedia bagi pemilik modal
http://digilib.mercubuana.ac.id/
35
sendiri di suatu pihak. Laba yang digunakan yaitu laba usaha setelah dikurangi pajak sedangkan modalnya dari modal sendiri.
Berdasarkan pembahasan diatas, maka profitabilitas dalam penelitian ini adalah untuk mengukur tingkat efektivitas pengelolaan (manajemen) perusahaan yang ditunjukkan oleh jumlah keuntungan yang dihasilkan dari penjualan dan investasi. Ukuran profitabilitas dalam penelitian ini menggunakan nilai rasio net profit margin dan return on equity.
10. Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat underpricing telah banyak dilakukan. Penelitian ini memfokuskan pada besarnya initial return yang didefinisikan return yang diterima investor di pasar perdana yang diperoleh dari selisih harga saham pada saat penawaran umum (IPO) dengan harga closing saham saat pertama kali listing di pasar sekunder (Balvers, 1988 dalam Ariawati, 2005). Penelitian yang dilakukan antara lain, Suyatmin dan Sujadi (2006) yang menggunakan teknik analisis regresi berganda untuk menjelaskan terjadinya fenomena underpricing dengan menggunakan variabel-variabel seperti umur perusahaan, reputasi auditor, reputasi penjamin emisi, jenis industri, laba per saham (EPS), ukuran penawaran, current ratio, return on investment (ROI) dan financial leverage. Penelitian ini menyimpulkan bahwa variable current ratio berpengaruh
http://digilib.mercubuana.ac.id/
36
negatif signifikan terhadap underpricing dengan nilai signifikan 0,0002, dan variabel auditor juga berpengaruh terhadap underpricing dengan nilai signifikan 0,0000. Sedangkan untuk variable umur perusahaan, reputasi penjamin emisi, jenis industri, dan return on investment (ROI) berpengaruh positif signifikan terhadap underpricing pada tingkat signifikansi 5 % dan variabel laba per saham (EPS), ukuran penawaran, dan financial leverage tidak berpengaruh terhadap underpricing. Penelitian yang dilakukan Leonardo Guntur H. Silitonga (2009) dengan menggunakan variable Price Earning Ratio (PER), Return on Equity (ROE) dan Net Profit Margin (NPM). Penelitian ini menggunakan teknik analisis regresi berganda dan dapat di simpulkan bahwa : Price Earning Ratio (PER) dan Net Profit Margin (NPM) berpengaruh terhadap harga saham industri rokok dengan tingkat signifikansi 0,05, sedangkan Return on Equity (ROE) tidak berpengaruh terhadap harga saham industri rokok . Penelitian yang dilakukan Helen Sulistio (2005) dengan menggunakan variabel Ukuran Perusahaan, Earning per Share, Price Earnings Ratio, tingkat leverage, presentase pemegang saham lama, reputasi auditor, reputasi underwriter dan pengaruh industri. Penelitian ini menggunakan teknik analisis regresi berganda dan dapat disimpulkan bahwa variabel tingkat leverage menunjukkan pengaruh negatif signifikan terhadap tingkat underpricing pada tingkat signifikansi 10% sedangkan variabel prosentase pemegang saham lama berpengaruh positif signifikan terhadap tingkat underpricing pada
http://digilib.mercubuana.ac.id/
37
tingkat signifikansi 5%. Sedangkan Ukuran Perusahaan, Earning per Share, Price Earnings Ratio reputasi auditor, reputasi underwriter dan pengaruh industri tidak berpengaruh terhadap tingkat underpricing. Penelitian yang dilakukan Hadri Kusuma (2001) dengan menggunakan variabel return 15 hari setelah IPO, reputasi auditor, reputasi underwriter, umur perusahaan, prosentase penawaran, profitabilitas perusahaan, financial leverage, solvabilitas perusahaan, periode penawaran dan standar deviasi return saham. Penelitian ini menggunakan teknik analisis regresi berganda dan dapat disimpulkan bahwa hasil penelitian ini menunjukkan variabel prosentase penawaran, waktu listing dan standar deviasi return saham secara signifikan berpengaruh terhadap underpricing dan variabel reputasi auditor, reputasi penjamin emisi, financial leverage dan standar diviasi berpengaruh terhadap rata-rata return saham setelah 15 hari IPO. Penelitian yang dilakukan Sri Retno Handayani (2008) dengan menggunakan variabel Debt to Equity Rasio, Return On Assets, Earning per Share, Umur perusahaan, Ukuran Perusahaan dan Prosentase Penawaran Saham. Penelitian ini menggunakan teknik analisis regresi berganda dan dapat disimpulkan bahwa EPS berpengaruh negatif terhadap underpricing, sedangkan Debt to Equity Rasio, Return On Assets, Umur perusahaan, Ukuran Perusahaan dan Prosentase Penawaran Saham tidak berpengaruh terhadap tingkat underpricing.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
38
Penelitian yang dilakukan Gerianta Wirawan Yasa (2008) dengan menggunakan variabel umur perusahaan, prosentase saham yang ditawarkan ke publik, profitabilitas perusahaan, financial leverage, solvability ratio, ukuran perusahaan, kepemilikan pemerintah, reputasi penjamin emisi dan reputasi auditor. Penelitian ini menggunakan teknik analisis regresi berganda dan dapat disimpulkan bahwa variabel reputasi penjamin emisi dan profitabilitas perusahaan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap underpricing sedangkan variabel umur perusahaan, prosentase saham yang ditawarkan ke publik, financial leverage, solvability ratio, ukuran perusahaan, kepemilikan pemerintah dan reputasi auditor tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap tingkat underpricing. Penelitian yang dilakukan Syarifah Aini (2009) dengan menggunakan variabel umur perusahaan, prosentase saham yang ditawarkan ke publik, profitabilitas perusahaan, financial leverage, ukuran perusahaan, waktu IPO, harga saham perdana dan reputasi penjamin emisi. Penelitian ini menggunakan teknik analisis regresi berganda dan dapat disimpulkan bahwa variabel ROA dan harga saham perdana berpengaruh negatif signifikan terhadap underpricing pada tingkat signifikansi 1%, reputasi penjamin emisi berpengaruh
negatif
signifikan
terhadap
underpricing
pada
tingkat
signifikansi 5%, financial leverage dan waktu IPO berpengaruh positif signifikan terhadap underpricing pada tingkat signifikansi 1%, prosentase saham berpengaruh positif signifikan terhadap underpricing pada tingkat
http://digilib.mercubuana.ac.id/
39
signifikansi 10% sedangkan variabel ukuran perusahaan, umur perusahaan, tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap tingkat underpricing. Penelitian yang dilakukan Siti Ariawati (2005) dengan menggunakan variabel besaran perusahaan, jangka waktu listing, kondisi pasar, reputasi penjamin
emisi,
rentabilitas
dan financial leverage. Penelitian ini
menggunakan teknik analisis regresi berganda dan dapat disimpulkan bahwa variabel besaran perusahaan, reputasi penjamin emisi memiliki pengaruh negatif yang signifikan terhadap underpricing dengan nilai signifikansi sebesar 5%, variabel financial leverage memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap underpricing dengan nilai signifikansi sebesar 5%, sedangkan variabel jangka waktu listing, kondisi pasar dan rentabilitas tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap tingkat underpricing.
Tabel 2.1 Ringkasan Penelitian Terdahulu No 1
Peneliti Variabel Metode dan Hasil Penelitian Penelitian Tahun Penelitian Penelitian Hadri Dependen: Underpricing Deskriptif Variable prosentase penawaran, Kusuma Independen: return 15 waktu listing dan standar deviasi (2001) hari setelah IPO, reputasi return saham secara signifikan auditor,reputasi berpengaruh terhadap underwriter,umur underpricing dan variabel perusahaan, prosentase reputasi auditor, reputasi penawaran, profitabilitas penjaminemisi, financial perusahaan, leverage, dan standar diviasi financialleverage, solvabilitas berpengaruh terhadap rata-rata perusahaan,periode return saham setelah 15 hari IPO. penawaran, dan standar
http://digilib.mercubuana.ac.id/
40
deviasi returnsaham. Dependen: Initial Return Deskriptif Independen:Ukuran Perusahaan, Earning per Share, Price EarningsRatio, tingkat leverage, Presentase pemegang saham lama, reputasi auditor, reputasi underwriter, dan pengaruh industry
2
Helen Sulistio (2005)
3
Siti Ariawati (2005)
Dependen:Underpricing Deskriptif Independen: besaran perusahaan, jangka waktu listing, kondisipasar, reputasi penjamin emisi, rentabilitas, dan financial leverage
4
Suyatmin dan Sujadi (2006)
Dependen: Underpricing Deskriptif Independen: umur perusahaan, Reputasi auditor, reputasi penjamin emisi, jenis industri, laba per saham (EPS), ukuran penawaran, current ratio, return on investment (ROI) dan financial leverage
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Variabel tingkat leverage menunjukkan pengaruh negative signifikan terhadap tingkat underpricing sedangkan variable prosentase pemegang saham lama Berpengaruh positif signifikan terhadap tingkat underpricing. Sedangkan Ukuran Perusahaan, Earning per Share, Price Earnings Ratioreputasi auditor, reputasi underwriter, dan pengaruh industri tidak berpengaruh terhadap tingkat underpricing. Variable besaran perusahaan,reputasi penjamin emisi memiliki pengaruh negatif yang signifikan terhadap underpricing dengan nilai signifikansi sebesar 5%, variable financial leverage memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap underpricing dengan nilai signifikansi sebesar 5%, sedangkan variabel jangka waktu listing, kondisi pasar, dan rentabilitas tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap tingkat underpricing. Variable current ratio berpengaruh negative signifikan terhadap underpricing dan variable auditor juga berpengaruh terhadap underpricing. Sedangkan untuk variable umur perusahaan, reputasi penjamin emisi, jenis industri, dan return on investment (ROI)berpengaruh positif signifikan terhadap underpricing dan variabel laba per saham (EPS), ukuran
41
5
Sri Retno Handaya ni (2008)
Dependen: Underpricing Deskriptif Independen: Debt to Equity Rasio, Return On Assets Earning per Share, Umur perusahaan, Ukuran Perusahaan, dan Prosentase Penawaran Saham
6
Gerianta Wirawan Yasa (2008)
Dependen: Underpricing Deskriptif Independen: umur perusahaan, Prosentase saham yang ditawarkan ke publik, profitabilitas perusahaan, Financial leverage, Solvability ratio, ukuran perusahaan, kepemilikan pemerintah, reputasi penjamin emisi, dan reputasi auditor
7
Leonardo Guntur H. Silitonga (2009)
Dependen : Harga saham Deskriptif Independen : priceearning ratio (PER) dan return on equity(ROE) dan Net Profit Margin (NPM)
8
Syarifah Aini (2009)
Dependen: Underpricing Deskriptif Independen: umur perusahaan, Prosentase saham yang ditawarkan ke publik, profitabilitas perusahaan, financial leverage, ukuran perusahaan, waktu IPO, harga saham perdana, dan reputasi Penjamin emisi
http://digilib.mercubuana.ac.id/
penawaran, dan financial leverage tidak berpengaruh terhadap underpricing. EPS berpengaruh negatif terhadap underpricing,sedangkan Debt to Equity Rasio, Return On Assets, Umur perusahaan, Ukuran Perusahaan, dan Prosentase Penawaran Saham tidak berpengaruh terhadap tingkat underpricing. Variabel reputasi penjamin emisi dan profitabilitas perusahaan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap underpricing sedangkan variabel umur perusahaan, prosentase saham yang ditawarkan ke publik,financial leverage, solvability ratio, ukuran perusahaan, kepemilikan pemerintah, dan reputasi auditor tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadaptingkat underpricing. Variabel PER secara parsial mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap harga saham industry rokok, variable ROE tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap harga sahamindustri rokok dan variable NPM secara parsial mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap harga saham industry rokok. variabel ROA dan harga saham perdana berpengaruh negatif signifikan terhadap underpricing, reputasi penjamin emisi berpengaruh negative signifikan terhadap underpricing, financial leverage dan waktu IPO berpengaruh positif signifikan terhadap underpricing, prosentase saham berpengaruh
42
positif signifikan terhadap underpricing sedangkan variable ukuran perusahaan, umur perusahaan, tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap tingkat underpricing.
B. Kerangka Pemikiran Perusahaan yang mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia (BEI) akan mendapatkan tambahan dana dari masyarakat melalui penjualan saham. Harga saham di Bursa ditentukan oleh penawaran perusahaan dan permintaan investor.Namun demikian, harga saham perdana (IPO) belum ditentukan oleh investor tetapi oleh perusahaan sehingga harga saham belum merupakan harga pasar. Perusahaan yang kinerja keuangannya baik yaitu yang memiliki likuiditas dan profitabilitas tinggi akan cenderung menawarkan sahamnya dengan harga yang tinggi. Oleh karena itu dapat diduga bahwa likuiditas dan profitabilitas perusahaan memiliki kontribusi dalam penentuan harga saham. Kerangka pengaruh likuiditas dan profitabilitas dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Pengaruh Current Ratio terhadap Harga Saham IPO Current Ratio merupakan salah satu rasio likuiditas, yaitu rasio yang bertujuan untuk mengukur kemampuan suatu perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Semakin tinggi Current Ratio suatu perusahaan berarti semakin kecil resiko kegagalan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Akibatnya resiko yang akan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
43
ditanggung pemegang saham juga semakin kecil. Menurut penelitian terdahulu Suyatmin dan Sujadi (2006), variable current ratio berpengaruh negative signifikan terhadap underpricing dan variable auditor juga berpengaruh terhadap underpricing. Sedangkan untuk variable umur perusahaan, reputasi penjamin emisi, jenis industri dan return on investment (ROI) berpengaruh positif signifikan terhadap underpricing dan variable laba per saham (EPS), ukuran penawaran dan financial leverage tidak berpengaruh terhadap underpricing.Oleh karena itu dapat diduga bahwa Current Ratio berpengaruh positif terhadap Harga Saham IPO. 2. Pengaruh Cash Ratio terhadap harga saham IPO Rasio ini digunakan untuk mengetahui kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban - kewajiban yang jatuh tempo. Menurut Sutrisno (2009 : 216), menjelaskan bahwa Cash Ratio adalah rasio yang membandingkan antara kas dan aktiva lancar yang bisa segera menjadi uang kas dengan hutang lancar. Aktiva yang segera menjadi uang kas adalah efek atau surat berharga. Jadi dapat disimpulkan bahwa rasio likuiditas adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek yang harus dipenuhi. Dalam keterkaitannya dengan judul dari penelitian ini, maka penulis ingin mencoba, apakah
cash ratio berpengaruh (positif atau
negatif) terhadap harga saham IPO.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
44
3. Pengaruh Net Profit Margin terhadap Harga Saham IPO Net profit margin merupakan rasio antara laba bersih setelah pajak terhadap total penjualan menunjukan kinerja keuangan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih atas total penjualan bersih yang dicapai oleh perusahaan. Jika kinerja keuangan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih atas penjualan bersihnya semakin meningkat maka hal ini akan mencermikan bagian laba dalam bentuk dividend gain maupun capital gain yang diterima oleh pemegang saham semakin besar. Dengan demikian para investor akan tertarik untuk menanamkan dananya kedalam perusahaan tersebut. Jika permintaan atas saham perusahaan semakin banyak maka harga saham di pasar modal akan cenderung meningkat. Berdasarkan logika konsep tersebut NPM perpengaruh positif terhadap harga saham saat IPO. Menurut peneliti terdahulu Leonardo Guntur H. Silitonga (2009), bahwa variable Net Profit Margin (NPM) secara simultan memiliki Pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat yaitu Harga Saham. 4. Pengaruh Return on Equity terhadap Harga Saham IPO Return on Equity (ROE) merupakan salah satu dari rasio profitabilitas yang digunakan untuk mengetahui tingkat pengembalian atas investasi yang ditanamkan oleh pemegang saham atau investor yang dapat dihitung dengan membagi laba setelah pajak terhadap modal sendiri yang berasal dari setoran modal pemilik. Return on Equity digunakan untuk mengukur
http://digilib.mercubuana.ac.id/
45
tingkat pengembalian perusahaan atau efektivitas perusahaan dalam menghasilkan keuntungan. Menurut peneliti terdahulu Leonardo Guntur H. Silitonga (2009), bahwa variable Return on Equity secara parsial tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Harga saham Industri Rokok. Oleh karena itu dapat di duga bahwa Return on Equity (ROE) berpengaruh terhadap Harga Saham IPO. Gambar 2.1 Model Kerangka Pemikiran Current Ratio
H a1
Cash Ratio
H a2
Harga Saham IPO
H a3
Net Profit Margin
H a4
Return on Equity
C. Hipotesis Penelitian Hipotesis pada dasarnya adalah suatu anggapan yang mungkin benar dan sering digunakan sebagai dasar pembuatan keputusan, pemecahan persoalan maupun dasar penelitian lebih lanjut, anggapan sebagai satu hipotesis juga merupakan data tetapi karena kemungkinan bisa salah, apabila akan digunakan sebagai dasar pembuatan keputusan harus diuji dahulu dengan memakai data hasil observasi. Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah :
http://digilib.mercubuana.ac.id/
46
1. Ha1
: Current ratio berpengaruh positif terhadap Harga Saham IPO pada perusahaan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia periode 2009 – 2014.
2. Ha2
: Cash Ratio berpengaruh positif terhadap Harga Saham IPO pada perusahaan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia periode 2009 – 2014.
3. Ha3
: Net Profit Margin berpengaruh positif terhadap Harga Saham IPO pada perusahaan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia periode 2009 – 2014.
4. Ha4
: Return on Equity berpengaruh positif terhadap Harga Saham IPO pada perusahaan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia periode 2009 – 2014.
http://digilib.mercubuana.ac.id/